• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memahami Karakter Percakapan dalam Bahasa Inggris.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Memahami Karakter Percakapan dalam Bahasa Inggris."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

PENDAHULUAN

Memahami percakapan atau tuturan tidak mudah. Percakapan memiliki unsur sosial

budaya yang patut diperhatikan secara seksama. Nunan (1993) menjelaskan percakapan

memiliki nilai budaya yang berbeda dengan budaya-budaya lainnya. Sedangkan Cook (1990)

mengungkapkan jika nilai-nilai sosial memiliki peranan penting dalam memuluskan

komunikasi antar dua penutur. Untuk itulah memahami suatu percakapan tidak semata-mata

memerlukan kemampuan atau latar belakang ilmu bahasa atau linguistik, namun juga

perlunya suatu pemahaman terhadap hal-hal yang bersifat non-linguistik dalam hal ini

budaya. Terhadap pemahaman kedua hal tersebut nantinya memungkinkan adanya

variasi-variasi pada suatu percakapan baik dalam hal mengajukan permintaan, penawaran,

pengucapan salam, maupun bentuk percakapan lainnya. Variasi-variasi dalam percakapan

akhirnya mengembalikan dan menempatkan faktor budaya sebagai bagian penting

komunikasi.

Karenanya pemahaman terhadap karakteristik percakapan menjadi hal utama. Dengan

memahami karakteristik percakapan maka dapat dipahami pula budaya yang ada pada

penuturnya. Pemahaman karakteristik percakapan juga sekaligus memperlihatkan

kemampuan penutur untuk dapat berkomunikasi dengan tujuan maksimal. Pemahaman

karakteristik percakapan juga memungkinkan seseorang dapat mempelajari budaya tertentu

dalam suatu masyarakat sehingga menghindarkan adanya kesalahpahaman dalam

komunikasi. Untuk itulah dalam upaya menghindari kesalahpahaman saat berkomunikasi,

pemahaman mengenai percakapan yang terdapat dalam bahan teks pembelajaran bahasa

Inggris menjadi penting. Memahami teks percakapan dalam bentuk tertulis memudahkan

seseorang dengan budaya berbeda memahami proses percakapan yang terjadi. Secara singkat,

sesuatu yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dalam budaya Barat dapat diamati

(7)

RUMUSAN MASALAH

Terhadap gambaran di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yang

berkaitan dengan analisa percakapan (conversation analysis) sebagai berikut. Pertama,

karakteristik - karakteristik yang terdapat pada percakapan dalam bahan teks pembelajaran

bahasa Inggris yang melibatkan sedikitnya dua penutur. Karakteristik pada analisa

percakapan (conversation analysis) memungkinkan untuk menggambarkan kelancaran atau

ketidaklancaran suatu komunikasi. Kedua, bagaimanakah karakteristik tersebut terjadi dalam

percakapan. Dengan melihat konteks percakapan yang terjadi maka akan dapat dilihat latar

belakang diterapkannya karakteristik dalam suatu percakapan.

TINJAUAN PUSTAKA

Analisa percakapan (conversation analysis) menurut Nunan (1993) menekankan pada

kemampuan seorang penutur untuk dapat menghasilkan tuturan yang dapat dipahami dan

kemampuan untuk dapat menafsirkan tuturan penutur lain. Untuk mencapai kedua

kemampuan tersebut, penekanan pada analisa percakapan lebih diutamakan pada konteks

sosial saat tuturan berlangsung. Dalam hal ini, analisa percakapan cenderung menempatkan

tradisi analisa linguistik pada tingkatan kedua setelah pengutamaan konteks sosial. Levinson

(dalam Nunan, 1993: 85) menegaskan jika bentuk dasar sebuah komunikasi adalah prototype

bahasa yang digunakan, bentuk yang pertama kali manusia ketahui tentang bahasa, dan hal

itu juga berkaitan dengan pemerolehan bahasa. Pernyataan tersebut mengindikasikan jika

komunikasi berkaitan dengan bahasa dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, penggunaan

bahasa juga memiliki keterkaitan dengan budaya yang melatarbelakangi penutur dan tuturan.

Dengan adanya budaya yang melekat pada seorang penutur dan budaya yang menaungi

(8)

suatu kondisi masyarakat dengan budaya tertentu. Nunan (1993: 94) menyimpulkan jika hal

yang paling menantang dan sulit dalam suatu komunikasi terletak pada penutur kedua

dan/atau penutur asing. Mereka mengalami kesulitan untuk dapat menunjukkan kedinamisan

dan penampilan tuturan yang berbeda dari satu bahasa dengan bahasa lainnya serta satu

budaya dengan budaya lainnya.

Analisa percakapan (conversation analysis) memiliki kecenderungan berbeda dengan

analisa discourse. Yang membedakan terletak pada bagaimana orang terlibat dalam suatu

tuturan; menilai keterlibatan orang lain pada peristiwa itu, dan saat terjadinya tuturan. Cook

(1990: 52) menilai jika analisa percakapan dilakukan dengan proses bawah ke atas (bottom

up) atau mengupayakan analisa pada unit-unit terkecil yang nantinya memperlihatkan

gambaran keseluruhan. Analisa percakapan mencoba menggambarkan bagaimana seorang

penutur menguasai tuturan (turn-taking) dan pada situasi seperti apa penutur melakukan

tindakan yang melanggar proses berlangsungnya komunikasi seperti saling berbicara tanpa

menunggu penutur lain menyelesaikan tuturannya (overlap) dan penundaan tuturan (pause).

Saat kondisi untuk mengambil alih tuturan penutur lain dan penghentian tuturan,

sesungguhnya lebih berkaitan dengan budaya penutur. Variasinya akan terlihat apabila

seseorang berasal dari budaya tertentu berbicara dengan penutur lain dari budaya yang

berbeda. Dalam proses tuturan tersebut pastinya akan terjadi perbedaan sudut pandang

terhadap penghentian atau pengambilalihan tuturan. Pada situasi seperti itu, penundaan

(pause) atau pengambilalihan tuturan (overlap) terlihat bertoleransi atau tidak pada suatu

komunitas masyarakat dengan budayanya. Cook (1990: 53) mengemukakan jika dalam suatu

tuturan terdapat beberapa elemen. Elemen tersebut seperti bagaimana seseorang masuk – atau

juga keluar – dari sebuah percakapan, memberikan giliran berbicara pada penutur lain, variasi

(9)

itu menjadi sangat penting dalam suatu masyarakat dibandingkan kelompok-kelompok

masyarakat lainnya.

Analisa percakapan merupakan suatu bentuk interaksi. Interaksi dapat terjadi pada

siapa saja sebagai penutur. Dalam hal proses percakapan, tuturan dapat terjadi di mana saja

dan melibatkan siapa saja. Yule (2000: 71) mengungkapkan jika seluruh aspek sosial dalam

kehidupan merupakan bentuk tuturan. Tuturan-tuturan tersebut merupakan bentuk interaksi

antar tingkatan manusia. Contohnya, seorang dokter dengan pasiennya yang melakukan

tuturan di sebuah klinik, seorang guru dengan siswanya dalam suatu kelas, atau bahkan

seorang hakim dengan terdakwa pada sebuah sidang pengadilan. Tuturan-tuturan itu tentunya

memiliki karakteristik masing-masing. Pasalnya, setiap tuturan memiliki topik dan tujuan

tertentu dari masing-masing penutur. Selain itu, tuturan juga mewakili adanya budaya dari

konteks situasi saat berlangsungnya tuturan. Karena itulah memahami karakteristik tuturan

menjadi hal yang patut dipertimbangkan dalam memahami budaya. Budaya penutur akan

tercermin pada tuturan-tuturan yang disampaikannya pada sebuah proses percakapan.

Lebih lanjut, Yule (2000) mendeskripsikan sejumlah karakteristik tuturan yang

penting. Karakteristik tuturan tersebut antara lain adanya pasangan keterkaitan (adjacency

pairs), struktur preferen (preference structure), dan penanda lain dalam percakapan. Penanda

lain dalam percakapan dapat berupa penundaan sesaat (pauses), perhentian lama (overlaps),

dan adanya penanda unsur-unsur seperti senyum, anggukan kepala, atau bentuk ekspresi

wajah yang disebut sebagai sinyal backchannel (backchannel signals).

Yule (2000: 76) menjelaskan secara detail yang dimaksud dengan pasangan

keterkaitan (adjancency pairs) sebagai bentuk keterkaitan tuturan antara penutur pertama

dengan penutur kedua. Dalam hal ini, penutur pertama mendapat respon yang sesuai dari

(10)

percakapan dimulai, maka menjadi kewajiban penutur kedua untuk membalas dengan ucapan

salam. Sedangkan apabila seorang penutur bertanya maka penutur lainnya akan menjawab.

Selain adanya pasangan keterkaitan (adjacency pairs), juga terdapat istilah yang

disebut dengan rangkaian selipan (insertion sequence). Bagian rangkaian selipan (insertion

sequence) masih merupakan bagian dari pasangan keterkaitan (adjacency pairs). Sesuai

dengan pengistilahannya, rangkaian selipan (insertion sequence) menurut Yule (2000: 77)

merupakan pasangan keterkaitan yang justru tidak saling terkait. Dalam hal ini tuturan

penutur pertama tidak mendapat respon semestinya dari penutur berikutnya. Hal itu sangat

mungkin terjadi dalam sebuah tuturan. Tuturan tidak selalu berjalan dengan mulus dan

komunikatif. Ada kalanya salah satu penutur justru memberikan respon tuturan yang berbeda.

Sehingga jika disimpulkan, rangkaian selipan (insertion sequence) merupakan tuturan

berbeda dari yang diharapkan oleh penutur sebelumnya.

Istilah rangkaian pinggir (side sequence) mengacu pada adanya perubahan tuturan dari

topik utama tuturan menjadi topik lain dalam tuturan. Perubahan tersebut tentunya dikaitkan

dengan kondisi dan situasi saat tuturan berlangsung. Harus dipahami jika suatu tuturan terjadi

karena adanya dua orang yang memiliki pemikiran yang searah dan mereka dapat

sewaktu-waktu mengkonstruksi ulang menjadi sesuatu yang berbeda. Perubahan konstruksi tuturan

pada rangkaian pinggir (side sequence) terjadi karena kedua penutur mencoba menyesuaikan

situasi dalam mencapai tingkat komunikasi yang maksimum. Perubahan konstruksi tuturan

sama sekali tidak berkaitan dengan adanya perbedaan pemahaman salah satu penutur saat

tuturan sedang berlangsung.

Karakteristik tuturan kedua yang penting adalah struktur preferen (preference

structure). Struktur preferen (preference structure) adalah struktur dalam tuturan yang

menekankan pada respon kedua penutur yang berkaitan dengan tindakan sosial. Dalam hal

(11)

dalam tindakan sosial adalah bagian pertama yang berisikan tawaran atau permintaan akan

diikuti dengan bagian kedua yang berisikan penerimaan terhadap tawaran atau permintaan.

Sedangkan jika bagian kedua berisikan penolakan maka secara tindakan sosial tidak dapat

berterima. Dapat disimpulkan jika istilah struktur preferen (preference structure) ditentukan

oleh konteks sosial tuturan dan tidak mengacu pada kondisi penuturnya baik secara mental

maupun emosional.

METODE PENELITIAN

Sumber data penelitian ini diambil dari buku – buku percakapan bahasa Inggris

seperti Starting Strategies, Opening Strategies, dan Building Stra tegies. Pemilihan

penggunaan buku – buku tersebut adalah di dalamnya terdapat sejumlah model percakapan.

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode simak. Dalam

hal ini peneliti menyimak tuturan - tuturan yang menjadi sumber data. Metode simak

nantinya diikuti dengan teknik membaca detail. Adapun teknik membaca detail bertujuan

untuk mengetahui kontruksi tuturan yang terjadi. Teknik kedua yang diaplikasikan pada

proses pengumpulan data adalah teknik mencatat. Percakapan yang menjadi sumber

penelitian akan dicatat dan diikuti dengan pilah. Teknik pilah diaplikasikan untuk memilah

bagian – bagian dari percakapan yang akan dianalisa. Metode analisa data yang diaplikasikan

pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif

mendeskripsikan data – data dari suatu percakapan secara berkualitas dengan

mengaplikasikan teori – teori analisa percakapan. Teknik analisa data yang digunakan pada

penelitian ini adalah eksplikasi atau penjelasan secara deskriptif. Penjelasan secara deskriptif

bertujuan untuk menjelaskan kondisi atau keadaan saat terjadinya percakapan, hubungan

(12)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pasangan keterkaitan dalam percakapan khususnya di awal percakapan memiliki

karakteristik tertentu. Secara umum Abbs dan Freebairn (1977) menggambarkan jika

percakapan di awal berisikan salam (greeting) dan sapaan untuk menanyakan sesuatu yang

berkaitan dengan kondisi saat percakapan berlangsung (asking condition). Dalam pembukaan

suatu percakapan (opening conversation) yang lebih sering muncul adalah menanyakan

kondisi (asking condition). Pembukaan percakapan dengan menanyakan kondisi juga

bervariasi mulai dari menanyakan tempat atau kondisi suatu tempat, menanyakan kondisi

penutur, dan memberikan penawaran terhadap sesuatu kepada penutur lain.

Rod : Excuse me. Is there a bank near here? (Maaf. Apakah ada bank di dekat sini?) Man : Yes, the nearest one is in the Oak Street.

(Ya, bank yang paling dekat ada di Jalan Oak)

Pada data di atas terjadi pasangan keterkaitan (adjacency pairs) pada pembukaan

pertanyaan. Saat percakapan berlangsung terjadi proses bertanya dan menjawab yang

dilakukan oleh para penuturnya. Rod mengajukan pertanyaan excuse me, is there a bank near

here? yang berkaitan dengan menanyakan lokasi atau tempat. Karena adanya lontaran

pertanyaan dari penutur pertama, maka penutur lain memberikan jawaban. Dalam hal ini

seorang pria (man) sebagai lawan bicara memberikan jawaban yes, the nearest one is in the

Oak Street. Jawaban tersebut mengacu pada pertanyaan terhadap lokasi sebuah bank yang

ditanyakan oleh Rod. Secara sederhana konsep pasangan keterkaitan (adjacency pairs) terjadi

pada data itu. Dimana penutur pertama memberikan pertanyaan yang selanjutnya dijawab

oleh penutur kedua. Dengan topik pertanyaan mengenai lokasi sebuah bank, penutur kedua

memberikan jawaban berupa arah dari bank yang dimaksud yaitu dengan memberikan nama

sebuah jalan, the Oak Street. Dalam hal ini pertanyaan mengenai lokasi mendapatkan

(13)

Pasangan keterkaitan (adjacency pairs) juga terjadi di tengah percakapan. Dalam hal

ini yang menjadi bagian penting adalah topik yang sedang dibicarakan oleh para penutur.

Adanya pasangan keterkaitan di tengah tuturan dengan topik tertentu memastikan terjadinya

komunikasi antar penutur. Dengan begitu, adanya saling tukar menukar informasi, ide,

maupun pendapat dapat terjadi dengan baik. Pada umumnya, pasangan keterkaitan yang

terjadi di tengah percakapan berisikan saling tukar informasi. Penutur pertama menanyakan

sesuatu dan selanjutnya dijawab oleh penutur yang lain. Secara khusus, informasi yang

muncul pada pasangan keterkaitan tersebut adalah mengenai arah suatu lokasi, pendapat

tentang benda atau orang, dan kegiatan yang dilakukan oleh penutur lainnya.

Paul : And where can I buy a film for my camera?

(Dan dimana saya dapat membeli film untuk kamera saya?) Man : At the chemist’s. There’s one opposite the post office. (Di apotik. Ada satu apotik di seberang kantor pos)

Pasangan keterkaitan (adjacency pairs) di tengah percakapan juga dapat dilihat pada

data di atas. Topik yang muncul adalah menanyakan arah suatu lokasi yang mengikutsertakan

dua penutur, Paul dan Man. Paul menanyakan tempat dimana dirinya bisa membeli film

untuk kameranya dengan and where can I buy a film for my camera? Pasangan keterkaitan

terjadi saat penutur lain yaitu Man memberikan jawaban At the chemist’s. There’s one

opposite the post office. Pasangan keterkaitan terjadi ketika tuturan dalam bentuk pertanyaan

and where can I buy a film for my camera? mendapatkan jawaban at the chemist’s. There’s

one opposite the post office. Data 9 menunjukkan pasangan keterkaitan yang sederhana

melalui pertanyaan dan jawaban yang diberikan oleh masing – masing penutur.

Bagian selanjutnya berisikan pasangan keterkaitan (adjacency pairs) yang

menunjukkan terjadinya keterkaitan tuturan pada akhir percakapan. Pada umumnya, di akhir

percakapan para penutur menutup dengan ucapan perpisahan (farewell). Ucapan perpisahan

(14)

pembicaraan sebelumnya. Ucapan terima kasih biasanya disampaikan penutur pada akhir

percakapan apabila terjadi proses tertentu pada percakapan sebelumnya seperti menanyakan

informasi, melihat barang – barang tertentu, dan lainnya.

Rod : Fine. Thank you very much.

(Baiklah. Terima kasih banyak)

Man : You’re welcome.

(Sama sama)

Pada data di atas terjadi pasangan keterkaitan (adjacency pairs) antara Rod dan Man.

Konteks percakapan antara kedua penutur tersebut adalah Rod sedang berkunjung ke sebuah

kota dan dia memerlukan uang. Untuk itu Rod menanyakan lokasi bank yang hendak dituju

kepada seseorang (Man). Seseorang tersebut (Man) selanjutnya memberikan Rod arah

menuju sebuah bank. Karena itulah pada bagian akhir percakapan terjadi pasangan

keterkaitan antara Rod dan Man.

Dari data di atas dapat dilihat jika Rod menyampaikan terima kasih terhadap

informasi lokasi bank yang hendak dituju. Untuk itu Rod menyatakan dengan Fine. Thank

you very much. Ucapan terima kasih tersebut selanjutnya mendapat respon dari penutur

lainnya yaitu Man dengan you’re welcome. Ekspresi you’re welcome yang disampaikan

penutur lain (Man) merupakan respon yang wajar dan sesuai terhadap ucapan terima kasih

yang disampaikan oleh penutur sebelumnya (Rod).

Berikutnya ini merupakan pembahasan mengenai rangkaian selipan (insertion

sequence) yang terjadi saat percakapan berlangsung. Rangkaian selipan menurut Yule (2000:

77) adalah pasangan keterkaitan yang justru tidak saling berkaitan. Secara sederhana, adanya

perpindahan tuturan karena penutur lain yang tidak memberikan respon sebagaimana

mestinya dalam sebuah percakapan. Hal itu dapat dilihat jika penutur pertama mengajukan

(15)

Namun, penutur kedua justru mengajukan pertanyaan lain untuk merepon tuturan penutur

pertama. Hal itu terjadi karena adanya keinginan penutur lain untuk menyampaikan suatu hal

dengan cara yang tidak langsung.

Paul : I’m sorry, but where’s the post office? (Maaf, tetapi dimanakah kantor posnya?) Man : Are you strangers here?

(Kalian orang asing di sini?) Diana : We’re from Manchester.

(Kami dari Manchester)

Man : How funny! I was there last week. Well, turn left at the pizza bar and the chemist’s is on your right.

(Betapa lucunya! Saya ada di sana minggu lalu. Baiklah, belok kiri di bar pizza dan toko obat ada di sisi kananmu)

(data 1, plate conversation 7)

Dalam cuplikan data percakapan di atas terlihat adanya rangkaian selipan (insertion

sequence) antara Paul dan Man. Konteks percakapan adalah orang yang menanyakan suatu

tempat di suatu daerah. Dalam hal ini Paul menanyakan lokasi kantor pos kepada seseorang

(man). Dalam percakapan tersebut terjadi rangkaian selipan berupa perbedaan respon yang

dilakukan oleh penutur lain. Pada percakapan di atas, perbedaan respon terjadi ketika Paul

bertanya I’m sorry, but where’s the post office? Secara umum, tuturan yang berupa

pertanyaan sudah seharusnya direspon dengan tuturan berupa jawaban. Namun, penutur

berikutnya (man) justru memberikan pertanyaan berbeda dengan are you stranger here? Pola

pada umumnya adalah jika seseorang bertanya lokasi maka jawaban yang diberikan adalah

petunjuk lokasi suatu tempat dan bagaimana cara mencapainya. Sedangkan tuturan are you

stranger here? lebih mengharapkan kepada jawaban yes atau no. Pada cuplikan percakapan

di atas Paul justru menjelaskan dirinya dengan memberikan respon we’re from Manchester.

Perbedaan respon yang diberikan oleh penutur lain menunjukkan adanya rangkaian selipan

(insertion sequence). Rangkaian selipan yang terjadi akibat adanya tuturan pertanyaan yang

(16)

seharusnya mendapat respon tuturan jawaban. Dalam hal ini ujaran Paul dengan I’m sorry,

but where’s the post office? sudah seharusnya mendapatkan jawaban arah menuju ke kantor

pos. Tetapi, penutur lainnya (man) justru berbalik memberikan pertanyaan sebagai responnya

dengan are you strangers here? Dengan adanya perbedaan respon pada cuplikan di atas maka

dapat dikatakan terjadi rangkaian selipan (insertion sequence) antara Paul dan Man.

Selanjutnya adalah bahasan mengenai rangkaian pinggir (side sequence) dalam

percakapan. Adapun yang dimaksud dengan rangkaian pinggir adalah rangkaian percakapan

yang terjadi akibat adanya perubahan topik dari satu topik utama kepada topik utama lainnya.

Dalam hal ini Cook (1990: 54 – 55) menjelaskan jika perubahan terjadi karena adalah kondisi

dan situasi yang harus disesuaikan saat tuturan berlangsung. Dalam hal ini yang patut untuk

dipahami adalah percakapan terjadi antar dua penutur dengan pemikiran searah, namun

sewaktu – waktu mereka dapat merekonstruksi ulang tuturan atau percakapan yang terjadi.

Diana : My daughter is nine. She’s called Delia. We’ve only got one. My husband is looking after her.

(anak perempuan saya berusia Sembilan tahun. Dia dipanggil Delia. Kami hanya mempunyai satu anak. Suami saya yang mengurusnya) Vince : Look. Paul and Joanne are already there. Can you see them? They’re

sitting outside the pub.

(lihat. Paul dan Joanne sudah ada di sana. Kamu bisa melihat mereka? Mereka duduk di luar pub)

Diana : Yes, it’s quite hot now, but it was cold this morning.

(Ya, sekarang cuacanya agak sedikit panas, tetapi pagi ini dingin)

Data di atas berisikan rangkaian pinggir (side sequence) pada cuplikan percakapan

yang terjadi antara Diana dan Vince. Rangkaian pinggir yang terjadi adalah saat topik

pembicaraan berubah di antara kedua penutur tersebut. Perubahan terjadi ketika Diana

menjelaskan tentang kondisi keluarganya namun diberikan respon oleh Vince dengan topik

berbeda. Vince justru mengalihkan percakapan dengan topik pada teman – teman mereka

yang sudah berada di pub. Dalam hal ini ujaran Diana my daughter is nine. She’s called

(17)

penjelasan tentang keluarganya. Topik keluarga yang menjadi topik pada awal percakapan

justru berubah menjadi topik yang berkaitan dengan teman – teman mereka di pub. Hal itu

terlihat dari ujaran Vince setelah Diana menjelaskan kondisi keluarganya. Vince justru

memberikan respon look. Paul and Joanne are already there. Can you see them? They’re

sitting outside the pub yang merupakan topik berbeda dari ujaran Diana sebelumnya. Untuk

itulah terjadi rangkaian selipan (insertion sequence) pada data di atas yang mengacu pada

perubahan topik pembicaraan. Perubahan tersebut terjadi karena topik sebelumnya adalah

keluarga namun berubah kepada teman – teman mereka di pub.

Bagian selanjutnya membahas mengenai variasi – variasi ekspresi pada rangkaian

awal tuturan (pre-sequence) pada percakapan. Cook (1990: 56) menjabarkan dalam

percakapan terdapat sejumlah ekspresi yang digunakan untuk menarik perhatian penutur –

penutur yang lain. Bagian ini membahas ekspresi pada rangkaian awal tuturan (pre-sequence)

yang digunakan untuk menarik perhatian penutur lainnya.

Rod : I see – walk down Birch Street, turn right at the traffic lights into Oak Street and it’s at the end of Oak Street on the right.

Man : That’s it. You can’t miss it. It’s the Midland Bank.

Pada cuplikan data di atas di atas memiliki karakteristik ekspresi pada rangkaian awal

tuturan (pre-sequence). Ekspresi tersebut dapat dilihat pada tuturan Man that’s it. Ekspresi

that’s it menunjukkan adanya kesepahaman dengan ujaran penutur sebelumnya. Secara

sederhana, ekspresi that’s it mengacu pada pembenaran terhadap ujaran yang disampaikan

oleh penutur sebelumnya. Dalam cuplikan percakapan di atas Man sebagai seseorang yang

memberi arah menuju Bank Midland membenarkan pengulangan informasi arah yang sudah

diberikan penutur sebelumnya, Rod. Rod yang menanyakan arah Bank Midland mengulangi

informasi arah dari seseorang (Man). Mengingat informasi yang diulang benar dan sesuai,

(18)

pernyataan you can’t miss it. It’s the Midland Bank. Sehingga secara keseluruhan ekspresi

that’s it bertujuan untuk menarik perhatian penutur yang sekaligus membenarkan

pengulangan pernyataan penutur sebelumnya.

SIMPULAN

Dari pembahasan pada bagian sebelumnya diperoleh kesimpulan yaitu karakteristik –

karakteristik percakapan yang muncul pada analisa data antara lain pasangan keterkaitan

(adjacency pairs), rangkaian selipan (insertion sequence), rangkaian pinggir (side sequence),

dan rangkaian awal awal tuturan (pre-sequence). Karakteristik – karakteristik tersebut

memiliki keunikan tersendiri seperti pasangan keterkaitan yang terjadi di awal, tengah, dan

akhir percakapan. Pada umumnya, karakteristik pasangan keterkaitan memiliki variasi dalam

penggunaannya saat berkomunikasi. Sedangkan rangkaian selipan mempunyai

kecenderungan perpindahan tuturan karena tiadanya respon yang sesuai. Sementara itu,

rangkaian pinggir lebih menekankan pada perpindahan topik komunikasi karena adanya

kontek situasi yang berbeda.

Karakteristik – karakteristik tersebut muncul karena adanya variasi dalam

komunikasi. Meskipun secara pengetahuan dan pemahaman masing – masing penutur telah

mengetahui arah dan tujuan sebuah percakapan, namun perlu adanya karakteristik tertentu

dalam komunikasi. Karakteristik itu terjadi karena adanya perubahan topik pembicaraan dan

konteks percakapan yang memaksakan suatu percakapan harus berubah topik atau ide. Secara

umum dapat dilihat bahwa karakteristik percakapan terjadi karena adanya saling pemahaman

dan pengetahuan dalam suatu komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

(19)

Halliday, M.A.K. 1994. Spoken and Written Language. Victoria: Deakin University.

Mahsun, M.S., Prof. Dr. 2005. Metode Penelitian Bahasa, Tahapan strategi, metode, dan tekniknya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Nunan, David. 1993. Discourse Analysis. London: Penguin English.

Schiffrin, Deborah. 1994. Approaches to Discourse. Massachusetts: Blackwell Publishers.

Referensi

Dokumen terkait