Respon Seismik Struktur Jembatan-Toko akibat Variasi Perletakan Balok
Alan Agustian1*, Yuskar Lase2
1. Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 2. Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
*e-mail: [email protected]
Abstrak
Jembatan-Toko yang berfungsi sebagai jembatan pejalan kaki dan sekaligus sebagai toko merupakan struktur bangunan yang semakin banyak digunakan di kota-kota besar seperti Jakarta, Indonesia. Jembatan-Toko yang umumnya dibangun di pusat-pusat perbelanjaan menghubungkan dua bangunaan yang dipisahkan oleh jalan raya. Sistem struktur jembatan-toko terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu struktur bawah yang menggunakan sistem struktur jembatan sedangkan struktur atas yang menggunakan sistem struktur gedung. Kedua sistem struktur ini dihubungkan oleh sejumlah balok prategang diatas 2 (dua) perletakan sederhana. Penelitian ini membahas respon seismik dari struktur jembatan-toko dengan memvariasikan jenis perletakannya yaitu perletakan sendi, perletakan kaku (rigid), dan perletakan flexibel.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Elastomeric Rubber Bearing sebagai perletakan jembatan-toko dapat meningkatkan periode getar serta mengurangi perpindahan, gaya dalam, dan story drift
Structure Seismic Response of Sky-Bridge due the Variation of Joint Beam Abstract
Sky-Bridge, that functionally both bridge for pedestrian and shop building, is a structure that increasingly used in big city such as Jakarta, Indonesia. Sky-Bridge that commonly built in shopping centers connect two building that separated by highway. Structure system of Sky-bridge consists of 2 (two) type namely lower structure as a bridge whereas upper structure as a building. Both of them are connected by a number of prestressing beam above two simple support. This research is to discuss about seismic response of Bridge-Shop structures that compares the design with variation of the structures joint among others hinge, fixed (rigid) joint, and Elastomeric Rubber Bearing (ERB) joint.
Result of the Research showed the use of Elastomeric Rubber Bearing as a Sky-Bridge structures joint can increase the vibration period and reduce the displacement, internal force and story drift
Key Word: Displacement, Sky-Bridge, Earthquake, Elastomeric Rubber Bearing, Fixed Joint, Hinge, Period Vibration, Story Drift
Pendahuluan
Jembatan-Toko banyak digunakan di kota-kota besar di dunia seperti The core Shopping
centre in Calgary, Canada; Brutalist skyway at university of leeds, England; St. Paul donaldson’s department store coffee shop skyway, minneapolis, USA; Footbridges in Central Elevated Walkway, Hong Kong; etc. Khususnya di Indonesia, Jembatan-Toko banyak
digunakan di kota-kota padat penduduk dengan lahan yang sempit dimana bangunan komersial berdiri diantara jalan raya sehingga memerlukan jembatan sebagai penghubung antara satu bangunan dengan bangunan lainnya.
Jembatan-Toko khususnya di Jakarta banyak digunakan sebagai jembatan pejalan kaki sekaligus sebagai kawasan pusat perbelanjaan yang berada di atas jalan raya di kota-kota besar seperti Jakarta, Indonesia. Sistem struktur Jembatan-Toko terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu struktur bawah yang menggunakan sistem struktur jembatan sedangkan struktur atas yang menggunakan sistem struktur gedung. Kedua sistem struktur ini dihubungkan oleh sejumlah balok prategang diatas 2 (dua) perletakan sederhana.
Penelitian sebelumnya telah didapat bahwa perletakan karet (rubber isolator) mampu menyerap energi gempa, meningkatkan periode getar, mengurangi gaya gempa,
displacement, serta story drift. (Moningka, Y 2013)
Tujuan penelitian ini membahas respon seismik dari struktur jembatan-toko dengan memvariasikan jenis perletakannya yaitu perletakan sendi, perletakan kaku (rigid), dan perletakan flexibel.
Pada penelitian ini diharapkan akan diperoleh hasil bahwa struktur Jembatan-Toko di atas jembatan dengan perletakan elastis (Elastomeric Rubber Bearing) akan menghasilkan simpangan antar lantai (drift story) yang lebih kecil, momen, gaya geser dan lendutan pada struktur yang lebih kecil jika dibandingkan dengan struktur dengan kondisi Jepit dan Sendi. Hal ini disebabkan oleh komponen Rubber bearing yang mampu menyerap energi yang besar dimana kemampuan berdeformasinya perletakan akan memperbesar periode getar dan menghasilkan koefisien gempa yang kecil.
Tinjauan Teoritis
Dalam merancang bangunan Jembatan-Toko umumnya bangunan dan jembatan didesain menjadi satu kesatuan. Hal ini tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya karena berbenturan dengan metode konstruksi dan lokasi perencanaan bangunan yang berada di kawasan transportasi publik. Perancangan struktur bangunan Jembatan-Toko di desain secara terpisah dimana struktur atas merupakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) sedangkan struktur bawah merupakan jembatan dengan rangkaian balok-balok prategang yang tidak menerus (discontinuous) di atas dua perletakan sederhana (pilar) sehingga dapat di desain sebagai Sistem Struktur Kantilever.
Struktur dirancang dengan balok prestress karena jembatan yang ada memiliki bentangan yang cukup lebar dan dipisahkan oleh jalan raya yang harus tetap berlangsung ketika konstruksi dilakukan. Tumpuan yang menghubungkan antara balok-balok prestress jembatan dengan balok-balok pilar jembatan menggunakan bantalan karet yang dikenal dengan
Elastomeric Rubber Bearing (ERB).
Konsep sederhana dari Elastomeric Rubber Bearing (ERB) menyerupai seismic isolation pada umumnya yakni sebagai kontrol pasif untuk memisahkan antara struktur bangunan dengan tanah atau pondasi sehingga gaya gempa dapat diputus dan tidak diteruskan ke struktur bangunan atau dengan kata lain tanah bergerak tetapi struktur tetap diam.
Bantalan Elastomeric Rubber Bearing (ERB) dapat dikelompokkan menjadi empat jenis: elastomer statis, elastomer dinamis, penyebaran horisontal, dan isolasi seismik. (Kobayashi, E; Kaneko, K 2012). Bantalan Perancangan Jembatan-Toko menggunakan sistem bantalan elastomer statis. Dalam perancangan struktur dianggap masih berprilaku elastis maka antara kekakuan dan simpangan masih mempunyai hubungan yang lurus (linear).
Dengan pendekatan Naeim–Kelly (1999) dapat ditentukan kekakuan horizontal dan vertikal
elastomeric bearing sebagai berikut
!
!=
!.!!!
!
!=
!!.!!!
dimana :
• KH = kekakuan horizontal elastomeric bearing
• KV = kekakuan vertikal elastomeric bearing
• A = penampang cross-section (m2)
• G = modulus geser dari elastomer (kPa)
• tr = tebal keseluruhan rubber bearing (m)
• Ec = instantaneous compression modulus
Metodologi Penelitian
Penelitian dimulai melalui tahap preliminary design dilanjutkan dengan modelisasi struktur dan menganalisa hasil kemudian memvariasikan beberapa komponen dan membandingkan
hasil analisa dari variasi-variasi tersebut. Diagram alur berpikir secara ringkas tergambar pada Gambar 1, sebagai berikut:
Gambar 1. Diagram Alur Berpikir
Pada tahap Preliminary Design, Layout Jembatan-Toko akan didesain sesuai Denah Jembatan (Gambar 2), Denah Bangunan (Gambar 3) dan Tampak Samping (Gambar 4), dibawah ini:
Gambar 3. Denah Bangunan Lantai 2
Gambar 4. Tampak Samping
Pada Gambar 2 Terlihat denah jembatan dengan panjang bentang masing-masing 18m, di pisahkan oleh balok-balok silang setiap 3,6m. jembatan terdiri dari 6 buah balok Prategang
I-Girder (B2) tidak menerus (statis taktentu) berukuran 65 x 90 cm2 dengan jarak antara balok
2m. Balok-balok prategang dipikul oleh struktur pilar dengan balok pilar (B5) berukuran
100x100 cm2 diatas 2 pilar (P1) tiap struktur pilar dengan ukuran pilar berdiameter 1m (lihat
tampak samping, Gambar 4).
Gambar 3 memperlihatkan denah bangunan Lantai 2 dengan balok-balok induk (B1, B3, dan
B4) berukuran 30 x 70 cm2. Balok-balok induk berdiri diatas kolom 40 x 40 cm2 (C1, C2, C3
dan C4; lihat tampak samping, Gambar 4). Diantara balok induk, terdapat balok anak
berukuran 30 x 40 cm2 kemudian pelat lantai dengan tebal 150mm untuk lantai bangunan dan
Penelitian ditentukan dengan batasan variasi menjadi 2 model yaitu Model 1 dengan panjang bentang masing 18m, 18m, dan 18m; serta Model 2 dengan panjang bentang masing-masing 24m, 16m, dan 24m. Masing-masing-masing Model di desain dengan variasi perletakan balok prategang berbeda-beda yakni (1) rigid, (2) sendi, (3) Elastomeric Rubber Bearing (ERB). Guna mengetahui pengaruh perbedaan kekakuan horizontal (Kh) dan Kekakuan Vertikal (Kv) dari Elastomeric Rubber Bearing (ERB) terhadap respon seismik struktur maka dalam penelitian ini ERB di variasikan dengan 3 perbedaan kekakuan, antara lain:
• ERB1 dengan kh = 1,8 kN/mm dan kv = 370 kN/mm • ERB2 dengan kh = 2,7 kN/mm dan kv = 550 kN/mm • ERB3 dengan kh = 3,6 kN/mm dan kv = 740 kN/mm
Secara garis besar Simulasi penelitian kali ini tertuang dalam Tabel 1, dibawah ini: Tabel 1. Simulasi Penelitian
Simulasi MODEL Link / Bearing
1 MODEL 1 Rigid 2 Sendi 3 ERB1 4 ERB2 5 ERB3 6 MODEL 2 Rigid 7 Sendi 8 ERB1 9 ERB2 10 ERB3
Pembebanan Struktur sesuai dengan SNI 1727-1989 tentang Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung sehingga dapat ditentukan dengan: (1) Berat sendiri
struktur (Beton Bertulang K-400: 23-24 kN/m3); (2) Berat unsur penambah beban mati
(Superimposed Dead Load): Pada Lantai 2,4 kN/m2, Pada Atap 0,52 kN/m2; (3) Beban
Hidup: Pada Lantai 5 kN/m2, Pada Atap 1 kN/m2;dan (4) Beban Gempa dengan jenis tanah:
tanah lunak (SE) – Wilayah Jakarta, Indonesia dengan Faktor keutamaan (I) : 1 (kategori Resiko II “pusat perbelanjaan”), Parameter Percepatan Gempa sebagai berikut : Ss = 0,654; S1 = 0,289; Fa = 1,392 (koef Situs SE “tanah Lunak”); Fv = 2,842 (koef Situs SE “tanah
Lunak”); SDS = 0,607 (SDC=”D”); SD1 = 0,548 (SDC=”D”); Faktor reduksi (R) dan
Koefisien Daktiliti (Cd): Arah X : R= 2,5 ; Cd= 2,5(sebagai kantilever SRPMK); Arah Y : R=8 ; Cd=5,5 (sebagai Frame SRPMK)
Parameter-parameter gempa tersebut kemudian digambarkan dalam diagram Respon Spektrum Jakarta (Gambar 4) Berdasarkan SNI 1726:2012 mengenai Tata Cara Pertahanan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung, sebagai berikut:
Gambar 5. Respon Spektrum Jakarta
Perancangan struktur kemudian di desain sesuai dengan SNI 2847:2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung. Momen inersia dari penampang beton harus dikalikan dengan sebuah faktor reduksi. Hal ini dilakukan untuk memperhitungkan pengaruh keretakan pada penampang beton.
Hasil Penelitian
Setelah tahap preliminary design dan modelisasi struktur, diperoleh hasil penelitian berupa periode getar, simpangan serta gaya-gaya dalam berikut analisanya, sebagai berikut:
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 SA ( g) T (de*k)
Perbandingan Periode Getar, Sifat Pola Getar, Persen Massa dan Jumlah Mode : Tabel 2. Periode Getar Model 1 (Simulasi 1-5)
Periode Arah % Periode Arah % Periode Arah %
1 (Rigid) 11 0,97 Y 59,2 0,77 X 94,1 0,77 Torsi 64,6 2 (Sendi) 13 1,10 Y 57,2 0,97 Torsi 59,4 0,86 X 96,1 3 (ERB1) 5 1,43 Y 75,0 1,38 Torsi 75,8 1,35 X 95,9 4 (ERB2) 5 1,33 Y 71,5 1,25 Torsi 73,1 1,21 X 96,4 5 (ERB3) 6 1,28 Y 69,2 1,18 Torsi 71,2 1,14 X 96,6 Simulasi Jumlah Mode
Periode dan Arah
Mode 1 Mode 2 Mode 3
Tabel 3. Periode Getar Model 2 (Simulasi 6-10)
Periode Arah % Periode Arah % Periode Arah %
6 (Rigid) 12 0,93 Y 57,2 0,82 Torsi 59,3 0,80 X 86,3
7 (Sendi) 11 1,22 Y 54,6 1,07 Torsi 56,1 0,89 X 88,0
8 (ERB1) 14 1,62 Y 69,7 1,53 Torsi 70,6 1,44 X 87,3
9 (ERB2) 12 1,51 Y 66,7 1,39 Torsi 68,1 1,28 X 87,6
10 (ERB3) 12 1,45 Y 64,8 1,31 Torsi 66,4 1,20 X 87,6
Simulasi Jumlah Mode
Periode dan Arah
Mode 1 Mode 2 Mode 3
Tabel 2 dan Tabel 3 memperlihatkan periode, arah getar dan persen massa tiap-tiap mode. Perletakan elastis (elastomer rubber bearing) memiliki periode getar alami struktur terbesar dibandingkan perletakan lainnya (lihat Tabel 2 dan Tabel 3), persen partisipasi massa pada tiap-tiap mode juga lebih besar dari perletakan lainnya. Perletakan elastis meningkatkan periode getar alami struktur hingga 32,63% terhadap perletakan sendi (lihat Tabel 4). Perletakan elastis juga mampu mereduksi gaya geser dasar dan tingkat akibat gempa hingga 37,26% terhadap perletakan sendi (lihat Tabel 4).
Perbandingan Gaya geser dasar dan gaya geser tingkat arah X tiap perletakan :
Gambar 6. Gaya Geser Tingkat
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 0.00 2000.00 4000.00 6000.00 ke *n gg ia n (m )
gaya geser *ngkat (kN) GAYA GESER TINGKAT MODEL 1
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 0.00 2000.00 4000.00 6000.00 ke *n gg ia n (m )
gaya geser *ngkat (kN) GAYA GESER TINGKAT MODEL 2
rigid sendi ERB1 ERB2 ERB3
Perbandingan simpangan arah X tiap perletakan :
Gambar 7. Simpangan antar ketinggian
Gambar 7 Memperlihatkan simpangan tiap ketinggian model 1 dan 2. Perletakan elastis (elastomer rubber bearing) menghasilkan Displacement struktur yang cukup besar namun hanya terkonsentrasi pada perletakan itu (lihat Gambar 7). Hasil penelitian diperoleh bahwa simpangan antar lantai pada perletakan elastis lebih kecil dari perletakan lainnya (lihat Gambar 7). Perpindahan di isolator cukup besar mencapai 100,7 mm namun tidak melampaui ijin 150% dari tinggi isolator (106,5 mm). Bila melampaui, tentu dapat digunakan isolator dengan kekakuan yang lebih tinggi sehingga memberikan perpindahan di isolator yang lebih kecil namun akan memperkecil nilai reduksi gaya geser gempanya. Perletakan elastis mampu mereduksi simpangan lantai hingga 38,10% terhadap perletakan sendi (lihat Tabel 4).
Perbandingan Gaya-gaya dalam balok tiap perletakan :
Gambar 8. Gaya Dalam Momen Balok
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 0 50 100 150 ke *n gg ia n (m ) driE (mm) SIMPANGAN MODEL 1 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 0 50 100 150 ke *n gg ia n (m ) driE (mm) SIMPANGAN MODEL 2 rigid sendi ERB1 ERB2 ERB3 Kondisi Ijin 0 200 400 600 800
RIGID SENDI ERB1 ERB2 ERB3
Momen (kN-m)
Jenis Perletakan
Momen Maximum Balok Model 1
0 200 400 600 800
RIGID SENDI ERB1 ERB2 ERB3
Momen (kN-m)
Jenis Perletakan
Momen Maximum Balok Model 2
B1 (EQ-‐X) B2 (EQ-‐X) B3 (EQ-‐Y) B4 (EQ-‐Y) B5 (EQ-‐Y)
Gambar 9. Gaya Dalam Geser Balok
Gambar 8 memperlihatkan gaya dalam momen maksimum pada balok-balok yang di tinjau pada denah struktural (lihat Gambar 2 dan Gambar 3). Sedangkan Gambar 9 memperlihatkan gaya dalam geser maksimum pada balok-balok yang di tinjau pada denah struktural (lihat Gambar 2 dan Gambar 3). Struktur dengan perletakan elastis (elastomer rubber bearing) memiliki gaya dalam secara keseluruhan yang lebih kecil, nilai reduksi berkisar 30% hingga 55% terhadap perletakan sendi (lihat Tabel 4). Namun pada balok struktur pilar yang berada tepat di bawah isolator didapat nilai gaya dalam momen yang lebih besar dibandingkan perletakan sendi dan rigid (lihat Gambar 8 dan Gambar 9). Hal ini memperlihatkan gaya gempa yang diserap isolator ikut diserap oleh balok pilar yang menumpu isolator tersebut.
Perbandingan Gaya-gaya dalam Kolom dan pilar arah X tiap perletakan :
Gambar 10. Gaya Dalam Momen Kolom
0 50 100 150 200 250
RIGID SENDI ERB1 ERB2 ERB3
Gaya Geser
(kN)
Jenis Perletakan
Geser Maximum Balok Model 1
0 50 100 150 200 250
RIGID SENDI ERB1 ERB2 ERB3
Gaya Geser
(kN)
Jenis Perletakan
Geser Maximum Balok Model 2
B1 (EQ-‐X) B2 (EQ-‐X) B3 (EQ-‐Y) B4 (EQ-‐Y) B5 (EQ-‐Y) 0 50 100 150 200 250
RIGID SENDI ERB1 ERB2 ERB3
Momen (kN-m)
Jenis Perletakan
Momen Maximum Kolom Model 1
0 50 100 150 200 250
RIGID SENDI ERB1 ERB2 ERB3
Momen (kN-m)
Jenis Perletakan
Momen Maximum Kolom Model 2
C1 C2 C3 C4
Gambar 11. Gaya Dalam Geser Kolom
Gambar 10 memperlihatkan gaya dalam momen maksimum pada kolom-kolom yang di tinjau pada denah struktural (lihat Gambar 4). Sedangkan Gambar 11 memperlihatkan gaya dalam geser maksimum pada kolom-kolom yang di tinjau pada denah struktural (lihat Gambar 4). Perletakan sendi memiliki simpangan terbesar dibandingkan perletakan lainnya. Perletakan sendi memiliki gaya-gaya dalam momen dan geser terbesar dibandingkan perletakan lainnya. meskipun perletakan rigid memiliki periode getar lebih kecil dari perletakan sendi namun perletakan sendi memberikan nilai gaya-gaya dalam dan simpangan yang lebih besar, hal ini dikarenakan perletakan rigid sebagai struktur statis taktentu mampu menyerap momen pada perletakannya sehingga menghasilkan gaya dalam yang lebih kecil.
Gambar 12. Gaya Dalam Momen Pilar
0 20 40 60 80 100 120
RIGID SENDI ERB1 ERB2 ERB3
Gaya Geser
(kN)
Jenis Perletakan
Geser Maximum Kolom Model 1
0 20 40 60 80 100 120
RIGID SENDI ERB1 ERB2 ERB3
Gaya Geser
(kN)
Jenis Perletakan
Geser Maximum Kolom Model 2
C1 C2 C3 C4 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
RIGID SENDI ERB1 ERB2 ERB3
Momen (kN-m)
Jenis Perletakan
Momen Maximum Pilar Model 1
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
RIGID SENDI ERB1 ERB2 ERB3
Momen (kN-m)
Jenis Perletakan
Momen Maximum Pilar Model 2
P1 P2
Gambar 13. Gaya Dalam Geser Pilar
Gambar 12 memperlihatkan gaya dalam momen maksimum pada pilar yang di tinjau pada denah struktural (lihat Gambar 4). Sedangkan Gambar 13 memperlihatkan gaya dalam geser maksimum pada pilar yang di tinjau pada denah struktural (lihat Gambar 4). Gaya dalam geser di pilar pinggir dan di balok bagian pinggir pada perletakan rigid lebih besar dari perletakan sendi. Hal ini memperlihatkan respon seismik struktur dengan perletakan rigid yang mendistribusikan gaya-gaya gempa ke bagian pinggir dari struktur.
Tabel 4. Perbandingan perletakan Sendi dengan perletakan ERB1
Momen Geser Momen Geser Momen Geser
Model 1 18:18:18 30,59% 33,17% 34,85% 47,87% 45,03% 53,69% 54,77% 30,18% 39,14% Model 2 24:16:24 32,63% 37,26% 38,10% 37,42% 40,67% 50,52% 52,52% 34,76% 44,67% Model Panjang Bentang Periode meningkat tereduksi Gaya geser Simpangan
Maksimum Gaya-‐gaya Balok Gaya-‐gaya Kolom Gaya-‐gaya Pilar
Struktur jembatan dengan bentang tengah lebih pendek (model 2) ternyata memberikan persen tereduksi gaya-gaya dalam lebih kecil dibandingkan dengan bentang panjang (model 1, lihat Tabel 4). Hal ini dapat dijelaskan karena bentang yang lebih pendek memiliki kekakuan lebih tinggi sehingga dengan besar gaya yang sama memberikan momen tumpuan yang lebih besar.
0 200 400 600 800 1000
RIGID SENDI ERB1 ERB2 ERB3
Gaya Geser
(kN)
Jenis Perletakan
Geser Maximum Pilar Model 1
0 200 400 600 800 1000
RIGID SENDI ERB1 ERB2 ERB3
Gaya Geser
(kN)
Jenis Perletakan
Geser Maximum Pilar Model 2
P1 P2
Kesimpulan
Dari hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Elastomeric rubber bearing mampu meningkatkan periode getar alami struktur dan mereduksi gaya geser dasar gempa serta gaya-gaya dalam pada struktur atas.
2. Periode getar alami struktur rigid bearing lebih kecil dari periode getar alami struktur perletakan sendi. Gaya-gaya dalam rigid bearing lebih kecil dari gaya-gaya dalam perletakan sendi, tetapi gaya-gaya dalam rigid bearing di balok dan pilar bagian pinggir lebih besar dari gaya-gaya dalam perletakan sendi.
3. Elastomeric bearing mampu mereduksi gaya geser gempa hingga 36%. semakin kaku
elastomeric yang digunakan, semakin kecil reduksi gaya geser gempa.
4. Displacement pada elastomeric bearing lebih besar dari Displacement perletakan lainnya, namun simpangan tiap elevasi elastomeric bearing lebih kecil dari simpangan tiap elevasi perletakan lainnya. Displacement terbesar terkonsentrasi pada
bearing. Elastomeric bearing mampu mereduksi simpangan antar lantai hingga 32%
terhadap simpangan antar lantai perletakan sendi.
5. Elastomeric bearing berprilaku sedikit berbeda pada balok struktur pilar dimana momen balok sedikit lebih besar dibandingkan dengan perletakan lainnya.
6. Struktur jembatan dengan bentang tengah lebih pendek (model 2) mereduksi gaya-gaya dalam lebih kecil dibandingkan dengan model 1, diakibatkan karena bentang yang lebih pendek memiliki kekakuan lebih tinggi sehingga dengan besar gaya yang sama memberikan momen tumpuan yang lebih besar.
Saran
Dalam mendesain struktur jembatan-toko seperti pada penelitian ini disarankan tidak melakukan pemisahan desain guna mengetahui interaksi perletakan antar jembatan dengan struktur bangunan toko. Perlu dilakukan untuk penelitian selanjutnya analisa time history untuk mengetahui respon dinamik secara lebih akurat.
Daftar Referensi
Agustian, Alan (2014). Respon Seismik Struktur Jembatan-Toko akibat Variasi Perletakan Balok. Departemen Teknik Sipil, Universitas Indonesia, Indonesia
Moningka, Yusak (2013). Perbandingan Desain antara Struktur Gedung Fixed Base dan
Struktur Gedung Terisolasi dengan Mempertimbangkan Faktor-faktor Struktural yang Utama, Departemen Teknik Sipil, Universitas Indonesia, Indonesia
Naeim, F., & Kelly, J.M. (1999). Design of Seismic Isolated Structures From Theory to
Practice. New York: John Wiley and Sons, Inc.
Kobayashi, E & Kaneko, K (2012). Elastomeric Seismic Protection Isolators for Bridges. Industrial Materials Technology Department: Kanagawa, Japan.
SNI 1727-1989 mengenai Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung SNI 1726:2012 mengenai Tata Cara Pertahanan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung