• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Rerangka Teori dan Literatur 2.1.1. Pengertian Bank

Pada Pasal 1 (Butir 2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, dikatakan bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary), maksudnya adalah bank menjadi perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang membutuhkan dana (defisit unit).

2.1.2. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut PSAK No. 1 paragraf 07, pengertian dan tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut :

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.

Tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai

posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat

bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan

keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil

(2)

10 pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

2.1.2.1. Komponen Laporan Keuangan

Menurut PSAK No. 1 paragraf 08, komponen laporan keuangan lengkap terdiri dari :

a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode, b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode, c. Laporan perubahan ekuitas selama periode, d. Laporan arus kas selama periode,

e. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya, dan f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang

disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

2.1.3. Pengertian PSAK

Menurut PSAK No. 1 paragraf 05, Standar Akuntansi Keuangan

(SAK) adalah “Pernyataan dan Interpretasi yang disusun oleh Dewan

Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)”. PSAK

mengatur standar serta unsur-unsur yang ada di pelaporan akuntansi pada

setiap perusahaan, karena laporan keuangan disusun untuk memberikan

informasi menyangkut posisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan

yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan didalam pengambilan

keputusan.

(3)

11 2.1.4. Instrumen Keuangan (Financial Instrument)

Menurut PSAK No. 50 paragraf 07, instrumen keuangan adalah

“Setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan entitas dan liabilitas keuangan atau instrumen ekuitas entitas lain.”

Sedangkan menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2008:1318), instrumen keuangan adalah “Aset keuangan dan liabilitas keuangan diakui pada laporan posisi keuangan entitas, ketika entitas menjadi bagian dari ketentuan kontraktual instrumen.”

2.1.4.1. Aset Keuangan (Financial Asset)

Menurut Lam, Lau (20:497), aset keuangan adalah setiap aset yang berbentuk:

a. kas;

b. instrumen ekuitas milik entitas lain;

c. hak kontraktual;

1) untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya dari entitas lain; atau

2) untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain dengan kondisi yang berpotensi menguntungkan entitas tersebut, atau

d. kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas milik entitas yang bersangkutan dan merupakan suatu:

1) nonderivatif di mana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas; atau 2) derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain

dengan mempertukarkan sejumlah tertentu kas atau aset

keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas

yang diterbitkan entitas.

(4)

12 2.1.4.2. Liabilitas Keuangan (Financial Liability)

Menurut Lam, Lau (20:499), liabilitas keuangan adalah setiap liabilitas yang berupa:

a. kewajiban kontraktual:

1) untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain.

2) untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain dengan kondisi yang berpotensi merugikan entitas tersebut.

b. kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas milik entitas yang bersangkutan dan merupakan suatu:

1) nonderivatif di mana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas.

2) derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas. Untuk tujuan ini, hak, opsi atau waran untuk memperoleh suatu jumlah yang tetap instrumen ekuitas yang dimiliki entitas untuk jumlah yang tetap dari berbagai mata uang adalah instrumen ekuitas jika entitas menawarkan rights, opsi atau waran prorata terhadap semua pemilik yang ada saat ini pada kategori yang sama pada instrumen ekuitas nonderivatif yang dimiliki.

2.1.4.3. Instrumen Ekuitas (Equity Instrument)

Menurut PSAK No. 50, paragraf 07 baris ke 16,

“Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak

residual atas aset suatu entitas setelah dikurangi dengan seluruh

liabilitasnya”.

(5)

13 2.1.5 Instrumen yang Mempunyai Fitur Opsi Jual (Puttable Instrument)

Menurut PSAK No.50 paragraf 07 :

Instrumen yang mempunyai fitur opsi jual (puttable instrument) adalah instrumen keuangan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menjual kembali instrumen kepada penerbit dan memperoleh kas atau aset keuangan lain atau secara otomatis menjual kembali kepada penerbit pada saat terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti di masa yang akan datang atau kematian atau purna karya dari pemegang instrumen.

2.1.6. Nilai Wajar (Fair Value)

Menurut PSAK No. 50 paragraf 07, “Nilai wajar adalah nilai dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.”

2.1.7. Empat Kategori Instrumen Keuangan

2.1.7.1. Aset Keuangan atau Liabilitas Keuangan yang Diukur Pada Nilai Wajar Melalui Laba Rugi

Menurut PSAK No. 55 paragraf 08, aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui labar rugi adalah aset keuangan atau liabilitas keuangan yang memenuhi salah satu kondisi berikut ini:

a. Diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan. Aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan, yaitu jika:

1) diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat;

2) pada pengakuan awal merupakan bagian dari

portofolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola

(6)

14 bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek (short term profit taking) yang terkini; atau

3) merupakan derivatif (kecuali derivatif yang merupakan kontrak jaminan keuangan atau sebagai instrumen lindung nilai yang ditetapkan dan efektif).

b. Pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Entitas dapat menggunakan penetapan ini hanya bila memenuhi paragraf 11, atau ketika melakukannya akan menghasilkan informasi yang lebih relevan, karena:

1) mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan ketidakkonsistenan pengukuran dan pengakuan (kadang diistilahkan sebagai accounting mismatch) yang dapat timbul dari pengukuran aset atau liabilitas atau pengakuan keuntungan dan kerugian karena penggunaan dasar-dasar yang berbeda; atau

2) kelompok aset keuangan, liabilitas keuangan atau keduanya dikelola dan kinerjanya dievaluasi berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan manajemen risiko atau strategi investasi yang didokumentasikan, dan informasi tentang kelompok tersebut disediakan secara internal kepada manajemen kunci dari entitas (sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 7 (revisi 2009): Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi), misalnya direksi.

2.1.7.2. Investasi Dalam Kelompok Dimiliki Hingga Jatuh Tempo

Menurut PSAK No. 55 paragraf 08, “Investasi dalam

kelompok dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan

nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan

dan jatuh temponya telah ditetapkan, serta entitas mempunyai

intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan

tersebut hingga jatuh tempo.”

(7)

15 2.1.7.3. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang

Menurut PSAK No. 55, paragraf 08 :

Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif, kecuali:

a. pinjaman yang diberikan dan piutang yang dimaksudkan oleh entitas untuk dijual dalam waktu dekat, yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan, dan pinjaman yang diberikan dan piutang yang pada saat pengakuan awal oleh entitas ditetapkan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi;

b. pinjaman yang diberikan dan piutang yang pada saat pengakuan awal ditetapkan dalam kelompok tersedia untuk dijual; atau

c. pinjaman yang diberikan dan piutang dalam hal pemilik mungkin tidak akan memperoleh kembali investasi awal secara substansial kecuali yang disebabkan oleh penurunan kualitas pinjaman yang diberikan dan piutang, dan diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual.

2.1.7.4. Aset Keuangan Dalam Kelompok Tersedia Untuk Dijual

Menurut PSAK No. 55 paragraf 08, “Aset keuangan yang

diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual adalah

aset keuangan nonderivatif yang ditetapkan sebagai tersedia

untuk dijual atau yang tidak diklasifikasikan sebagai (a)

pinjaman yang diberikan dan piutang, (b) investasi yang

diklasifikasikan dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo,

atau (c) aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui

laba rugi.”

(8)

16 2.1.8. Kontrak Penjamin Keuangan

Menurut PSAK No. 55 paragraf 08, kontrak penjamin keuangan adalah “kontrak yang mengharuskan penerbit untuk melakukan pembayaran tertentu untuk mengganti pemiliknya untuk menimbulkan kerugiannya karena debitur tertentu gagal melakukan pembayaran pada saat jatuh tempo sesuai dengan persyaratan asli atau modifikasi dari sebuah instrumen utang.”

2.2. Penyajian

2.2.1. Instrumen yang Mempunyai Fitur Opsi Jual (Puttable Instrument) Suatu instrumen keuangan yang mempunyai fitur opsi jual mencakup kewajiban kontraktual bagi penerbit untuk membeli kembali atau menebus instrumen tersebut dan menerima kas atau aset keuangan lain pada saat melakukan eksekusi opsi jual tersebut.

Menurut PSAK No. 50, paragraf 13, instrumen yang mencakup kewajiban tersebut dikategorikan sebagai instrumen ekuitas jika memiliki semua fitur berikut:

a. Memberikan hak kepada pemegangnya atas bagian prorata aset neto entitas pada saat entitas dilikuidasi. Aset neto entitas adalah aset yang tersisa setelah dikurangi semua klaim atas aset tersebut.

b. Instrumen berada dalam kelompok instrumen yang merupakan subordinat dari semua kelompok instrumen lain.

c. Seluruh instrumen keuangan dalam kelompok instrumen yang merupakan subordinat dari semua kelompok instrumen lainnya memiliki fitur yang identik.

d. Selain kewajiban kontraktual bagi penerbit untuk membeli kembali

atau menebus instrumen dan menerima kas atau aset keuangan lain,

instrumen tersebut tidak termasuk kewajiban kontraktual untuk

(9)

17 menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain, atau untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain dalam kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan bagi entitas tersebut, dan bukan suatu kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas.

e. Jumlah arus kas yang diekspektasikan dihasilkan dari instrumen selama umur instrumen didasarkan secara substansial pada laba rugi, perubahan dalam aset neto yang diakui atau perubahan dalam nilai wajar aset neto entitas yang diakui atau yang belum diakui selama umur instrumen (tidak termasuk dampak dari instrumen).

2.2.2. Instrumen, atau Komponen Instrumen, yang Mensyaratkan Kewajiban kepada Entitas untuk Menyerahkan Kepada Pihak Lain Bagian Prorata Aset Neto Entitas Hanya Pada Saat Likuidasi

Beberapa instrumen keuangan termasuk kewajiban kontraktual bagi entitas penerbit untuk menyerahkan kepada entitas lain bagian prorata aset neto hanya pada saat likuidasi. Kewajiban timbul karena likuidasi pasti terjadi dan berada di luar kendali entitas (misalnya, umur entitas yang terbatas) atau tidak pasti terjadi tetapi berdasarkan opsi dari pemegang instrumen.

Menurut PSAK No. 50, paragraf 15, suatu instrumen yang mencakup kewajiban tersebut dikategorikan sebagai instrumen ekuitas jika memiliki seluruh fitur berikut:

a. Entitas memberikan hak kepada pemegang instrumen untuk bagian prorata aset neto entitas dalam hal likuidasi entitas.

b. Instrumen ini berada berada pada kelompok instrumen yang merupakan subordinat dari semua kelompok instrumen lain.

c. Seluruh instrumen yang berada pada kelompok instrumen yang

merupakan subordinat dari semua kelompok instrumen lain harus

memiliki kewajiban kontraktual identik bagi entitas penerbit untuk

memberikan bagian prorata aset neto pada saat likuidasi.

(10)

18 2.2.3. Reklasifikasi Instrumen yang Mempunyai Fitur Opsi Jual dan Instrumen yang Mensyaratkan Liabilitas Entitas untuk Menyerahkan kepada Pihak Lain Bagian Prorata Aset Neto Entitas Hanya pada Saat Likuidasi

Entitas mereklasifikasi instrumen keuangan sejak tanggal ketika instrumen tidak lagi memiliki seluruh fitur atau memenuhi kondisi.

Misalnya, jika entitas menebus seluruh instrumen tanpa opsi jual (nonputtable) yang diterbitkan dan setiap instrumen yang mempunyai fitur opsi jual (puttable) yang masih beredar memiliki seluruh fitur dan memenuhi semua kondisi, maka entitas mereklasifikasi instrumen yang mempunyai fitur opsi jual sebagai instrumen ekuitas dari tanggal ketika entitas menebus instrumen tanpa opsi jual.

Menurut PSAK No. 50, paragraf 18, entitas menghitung reklasifikasi instrumen sebagai berikut:

a. Entitas mereklasifikasi instrumen ekuitas sebagai liabilitas keuangan sejak tanggal ketika instrumen tidak lagi memiliki semua fitur atau memenuhi kondisi. Liabilitas keuangan diukur pada nilai wajar instrumen tersebut pada tanggal reklasifikasi. Entitas mengakui dalam ekuitas setiap perbedaan antara jumlah tercatat dari instrumen ekuitas dan nilai wajar liabilitas keuangan pada tanggal reklasifikasi.

b. Entitas mereklasifikasi liabilitas keuangan sebagai ekuitas sejak

tanggal ketika instrumen memiliki semua fitur dan memenuhi

kondisi. Instrumen ekuitas diukur pada jumlah tercatat liabilitas

keuangan pada tanggal reklasifikasi.

(11)

19 2.3. Pengakuan dan Pengukuran

2.3.1. Penghentian Pengakuan Aset Keuangan Menurut PSAK No. 55 paragraf 17 dan 18 :

Entitas menghentikan pengakuan aset keuangan, jika dan hanya jika:

a. hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir; atau

b. entitas mentransfer aset keuangan, dan transfer tersebut memenuhi kriteria penghentian pengakuan

Sedangkan entitas mentransfer aset keuangan, jika dan hanya jika, entitas:

a. mentransfer hak kontraktual untuk menerima arus kas yang berasal dari aset keuangan; atau

b. tetap memiliki hak kontraktual untuk menerima arus kas yang berasal dari aset keuangan namun juga menanggung kewajiban kontraktual untuk membayar arus kas yang diterima tersebut kepada satu atau lebih pihak penerima melalui suatu kesepakatan yang memenuhi persyaratan.

2.3.2. Reklasifikasi Instrumen Keuangan

Menurut PSAK No. 55 paragraf 51, dalam hal melakukan reklasifikasi terhadap instrumen keuangannya, entitas:

a. tidak diperkenankan untuk mereklasifikasi derivatif dari diukur pada nilai wajar melalui laba rugi selama derivatif tersebut dimiliki atau diterbitkan;

b. tidak diperkenankan untuk mereklasifikasi setiap instrumen keuangan dari diukur pada nilai wajar melalui laba rugi jika pada pengakuan awal instrument keuangan tersebut ditetapkan oleh entitas sebagai diukur pada nilai wajar melalui laba rugi; dan

c. dapat, jika aset keuangan tidak lagi dimiliki untuk tujuan penjualan atau pembelian kembali aset keuangan tersebut dalam waktu dekat (meskipun aset keuangan mungkin telah diperoleh atau timbul terutama untuk tujuan penjualan atau pembelian kembali dalam waktu dekat), mereklasifikasi aset keuangan tersebut dari diukur pada nilai wajar melalui laba rugi jika persyaratan pada paragraf 53 atau 55 terpenuhi.

Entitas tidak diperkenankan mereklasifikasi setiap instrumen

keuangan ke dalam kategori nilai wajar melalui laba rugi setelah

pengakuan awal.

(12)

20 Aset keuangan yang telah memenuhi definisi pinjaman yang diberikan dan piutang (jika aset keuangan tidak disyaratkan untuk diklasifikasikan sebagai diperdagangkan pada pengakuan awal) dapat direklasifikasi dari diukur pada nilai wajar melalui laba rugi jika entitas memiliki intensi dan kemampuan memiliki aset keuangan untuk masa mendatang yang dapat diperkirakan atau hingga jatuh tempo.

Dan aset keuangan diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual yang memenuhi definisi pinjaman yang diberikan dan piutang (jika aset keuangan tidak ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual) dapat direklasifikasi dari tersedia untuk dijual jika entitas memiliki intensi dan kemampuan memiliki aset keuangan untuk masa mendatang yang dapat diperkirakan atau hingga jatuh tempo.

2.3.2. Penurunan Nilai dan Tidak Tertagihnya Aset Keuangan

Pada setiap tanggal pelaporan entitas mengevaluasi apakah terdapat bukti yang objektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Menurut PSAK No. 55 paragraf 70-74 :

Jika terdapat bukti objektif bahwa kerugian penurunan nilai telah

terjadi atas pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dalam

kelompok dimiliki hingga jatuh tempo yang dicatat pada biaya perolehan

diamortisasi, maka jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara

nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan (tidak

termasuk kerugian kredit di masa depan yang belum terjadi) yang

didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset tersebut (yaitu

suku bunga efektif yang dihitung pada saat pengakuan awal). Nilai

tercatat aset tersebut dikurangi, baik secara langsung maupun

(13)

21 menggunakan pos cadangan. Jumlah kerugian yang terjadi diakui pada laba rugi.

Jika, pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara objektif pada peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai diakui (seperti meningkatnya peringkat kredit debitor), maka kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan, baik secara langsung, atau dengan menyesuaikan pos cadangan. Pemulihan tersebut tidak boleh mengakibatkan nilai tercatat aset keuangan melebihi biaya perolehan diamortisasi sebelum adanya pengakuan penurunan nilai pada tanggal pemulihan dilakukan. Jumlah pemulihan aset keuangan diakui pada laporan laba rugi.

Jika terdapat bukti objektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi dan tidak diukur pada nilai wajar karena nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal, atau atas aset derivatif yang terkait dan harus diselesaikan dengan penyerahan instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi tersebut, maka jumlah kerugian penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa depan yang didiskontokan pada tingkat pengembalian yang berlaku di pasar untuk aset keuangan serupa (lihat paragraf 46(c) dan Pedoman Aplikasi paragraf PA96 dan PA97). Kerugian penurunan nilai tersebut tidak dapat dipulihkan.

2.4. Pengungkapan

2.4.1. Risiko Pasar dan Analisa Sensitivitas

Risiko pasar adalah risiko dimana nilai wajar atau arus kas masa depan suatu instrumen keuangan akan berfluktuasi karena perubahan harga pasar. Menurut PSAK No.60 paragraf 42, terhadap risiko pasar yang dimiliki entitas perlu mengungkapkan:

a. analisis sensitivitas untuk setiap jenis risiko pasar dimana entitas terekspos pada akhir periode pelaporan;

b. metode dan asumsi yang digunakan dalam menyusun analisis sensitivitas; dan

c. perubahan metode dan asumsi yang digunakan periode sebelumnya,

dan alasan perubahannya.

(14)

22 Menurut PSAK 60 paragraf 43 :

Jika entitas menyusun analisa sensitivitas, seperti value-at-risk, yang mencerminkan saling ketergantungan antara variabel risiko (misalnya suku bunga dan nilai tukar) dan menggunakannya untuk mengelola risiko keuangan, maka entitas dapat menggunakan analisa sensitivitas tersebut menggantikan analisa yang ditentukan pada paragraf 42. Entitas juga mengungkapkan:

a. penjelasan tentang metode yang digunakan dalam menyusun analisa sensitivitas, dan parameter dan asumsi utama yang mendasari data yang disajikan; dan

b. penjelasan dari tujuan metode yang digunakan dan keterbatasan yang dapat mengakibatkan informasi tidak secara penuh mencerminkan nilai wajar dari aset dan liabilitas yang terkait

Ketika analisa sensitivitas yang diungkapkan sesuai dengan paragraf 42 atau 43 tidak merepresentasikan risiko yang melekat pada instrumen keuangan (misalnya karena eksposur akhir tahun tidak mencerminkan eksposur selama tahun tersebut), maka entitas mengungkapkan fakta tersebut dan alasan yang dipercayai bahwa analisa sensitivitas tidak representatif

2.5. Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Yanti, SE Analisis Penerapan PSAK No. 50 (Revisi 2010) Tentang Penyajian Instrumen Keuangan Dan PSAK No.

60 Tentang Pengungkapan Instrumen Keuangan (Studi Kasus Pada PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk.)

Dari penerapan PSAK No. 50 (revisi 2006) mengenai penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan, terdapat beberapa perubahan yang terjadi pada penyajian nilai pada setiap pos instrumen keuangan didalam laporan keuangan bank. Beberapa perubahan yang terjadi karena adanya penerapan PSAK No. 50 (revisi 2006) yang paling signifikan adalah pihak bank harus mengklasifikasikan komponen instrumen keuangan kedalam aset keuangan, liabilitas keuangan, dan instrumen ekuitas berdasarkan pada jenis dan sifat instrumen keuangan.

(15)

23

Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Viska Anggraita M.S.Ak. Dampak Penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) Terhadap Manajemen Laba Diperbankan: Peranan Mekanisme Corporate Governance, Struktur Kepemilikan, dan Kualitas Audit

Terjadi penurunan praktik manajemen laba diperbankan setelah penerapan PSAK 50/55 (revisi 2006). Penurunan praktik manajemen laba setelah penerapan PSAK 50/55 (revisi 2006) mungkin disebabkan karena berdasarkan PSAK revisi ini penghitungan cadangan kredit penurunan nilai harus berdasarkan data historis default kredit bank atau dengan kata lain harus memakai sumber data yang diambil dari data-data transaksi minimal tiga tahun atau lima tahun sebelumnya sehingga sulit bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba.

Referensi

Dokumen terkait

Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan tidak diukur pada nilai

Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan tidak diukur pada nilai wajar

Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan tidak diukur pada nilai wajar

Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan tidak diukur pada

Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan tidak diukur

Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan tidak

Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan tidak diukur pada nilai

Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan tidak diukur