• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP PENGGUNAAN ULAR TANGGA KIMIA SEBAGAI MEDIA PENILAIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP PENGGUNAAN ULAR TANGGA KIMIA SEBAGAI MEDIA PENILAIAN"

Copied!
248
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP

PENGGUNAAN ULAR TANGGA KIMIA SEBAGAI

MEDIA PENILAIAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Lilis Dian Hanifah 11140162000004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Skripsi berjudul Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Penggunaan Ular Tangga Kimia Sebagai Media Penilaian disusun oleh Lilis Dian Hanifah, Nomor Induk Mahasiswa 11140162000004, Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas. Jakarta, 22 Desember 2020 Yang mengesahkan, Pembimbing I Pembimbing II Munasprianto Ramli, Ph.D NIP. 19781029 200604 1 001

Dewi Murniati, M.Si

NIDN. 0315048003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

Burhanudin Milama, M.Pd

(4)
(5)

iv

ABSTRAK

Lilis Dian Hanifah (NIM. 11140162000004). Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Penggunaan Ular Tangga Kimia Sebagai Media Penilaian. Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penilaian adalah proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses hasil belajar siswa dengan adanya media permainan sebagai alternatif untuk menyenangkan bagi siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi guru dan siswa tentang ular tangga kimia sebagai media penilaian. Metode penelitian ini menggunakan mix

methodes dengan pengumpulan data wawancara dan angket. Hasil persentase

respon angket siswa sebesar 76% dengan kategori baik. Hasil dari penelitian ini, penggunaan ular tangga kimia sebagai media penilaian dapat digunakan guru untuk membuat siswa menarik, menyenangkan, dan memotivasi belajar siswa. Dengan demikian respon guru dan respon dari siswa penggunaan ular tangga kimia efektif.

(6)

v

ABSTRACT

Lilis Dian Hanifah (NIM. 11140162000004). Teacher and Students Perception

Towards of Snakes and Ladders Chemistry As a Assessment Media. Thesis of

Chemistry Education at Faculty of Tarbiya and Teaching Science of Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta.

Assessment is a systematic and ongoing process or activity to gather information about the learning process of students by using the media games as an alternative to pleasing students. The purpose of this study is to know teachers and students' perception of the snake ladder chemistry as a media evaluation. This method of research uses mix methodes with data collection interviews and questionnaire. The result of the percentage of students' questionnaire responses were 76% in good category. The results of this study, the use of chemical ladders as a media evaluation can be used by the teacher to make students interesting, fun and motivating students' studies. Thus the teachers' response and the students' response to the use of chemical ladders is effective.

Keywords: perception, assessment, media assessment, snake ladder game of chemistry

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menganugrahkan kenikmatan-Nya kepada kita semua. Tiada kata yang paling mulia selain ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan laporan yang berjudul “Persepsi Guru dan

Siswa Terhadap Penggunaan Ular Tangga Kimia Sebagai Media Penilaian”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Karya tulis ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat perhatian dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak/Ibu/Saudara/i yang sangat membantu dalam menjalankan dan menyelesaikan skripsi ini, yaitu antara lain kepada:

1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta para jajaran Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Munasprianto Ramli, Ph.D dan Ibu Dewi Murniati, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Tonih Feronika, M. Pd sebagai penasehat akademik, yang memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan studi tepat waktu.

5. Ibu Luki Yunita, M.Pd selaku validator yang telah memberikan masukan positif terhadap instrumen yang dibuat.

(8)

vii

6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan terutama untuk Program Studi Pendidikan Kimia yang telah memberikan motivasi dan kontribusi selama penulis menjadi mahasiswa.

7. Kepala Sekolah dan Guru-guru di SMAN 29 Jakarta yang telah membantu penulis dalam penelitian di sekolah.

8. Seluruh Siswa/Siswi Kelas X MIA SMAN 29 Jakarta sebagai subjek penelitian.

9. Kedua orang tua bapak Rusli dan Ibu Hozeimatun tercinta yang selalu memberi semangat, mendidik dan memberi segala kasih sayang, tenaga dan ilmu kehidupan yang tak ternilai sehingga penulis dapat menempuh jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Semoga tetap selalu sehat rohani dan jasmani dari Allah SWT.

10. Keluarga Ma‟had Al-Jami‟ah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Bidik Misi 2014 yang selalu memberikan banyak ilmu dan pengalaman yang bermanfaat bagi penulis sehingga memotivasi penulis menyelesaikan skripsi dengan baik.

11. Serta teman-teman seperjuangan Pendidikan Kimia 2014 dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya. Terima kasih atas kesempatan dapat mengenal teman-teman selama 4 tahun ini semoga apa yang kita lalui, ilmu yang kita dapat bermanfaat untuk semua orang. Terima kasih atas semua dukungan dan do‟a dari teman-teman sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Karena setiap hasil yang diperoleh tidak akan mendustai usaha dan proses yang telah dilalui juga tidak terlepas dari Ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam penulisan laporan penelitian ini masih terdapat berbagai kekurangan dan kesalahan dalam penulisan. Penulis berharap semoga skripsi yang sekiranya jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Oleh karena itu,

(9)

viii

penulis mohon maaf, saran dan kritik pembaca akan sangat bermafaat bagi penulis untuk melakukan perbaikan selanjutnya.

Jakarta, Desember 2020

Lilis Dian Hanifah NIM.11140162000004

(10)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 6 C. Batasan Masalah... 6 D. Rumusan Masalah ... 6 E. Tujuan Penelitian ... 6 F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kajian Teori ... 8

1. Persepsi ... 8

2. Penilaian ... 14

3. Media Alternatif Penilaian ... 20

4. Media Penilaian dengan Ular Tangga ... 22

B. Penelitian Relevan ... 26

C. Kerangka Berpikir ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

B. Metode Penelitian... 29

C. Populasi dan Sampel ... 30

(11)

x

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Instrumen Penelitian... 35

G. Teknik Analisis Data ... 39

H. Analisis Hasil Wawancara ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Penelitian ... 44

B. Pembahasan ... 52

1. Penggunaan Ular Tangga Kimia sebagai Media Penilaian ... 52

2. Keterlibatan Belajar Siswa ... 53

3. Manfaat Media Penilaian Ular Tangga Kimia ... 57

BAB V PENUTUP ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan yang Menunjukkan Letak Penilaian Formatif dan Penilaian

Akhir ... 19

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 28

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian... 31

Gambar 3.4 Ular Tangga Kimia ... 36

Gambar 3.5 Dadu ... 36

Gambar 3.6 Maskot tiap Siswa ... 36

Gambar 3.7 Kartu Soal ... 37

Gambar 3.8 Kartu Informasi ... 37

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pemberian Skor Item Pernyataan Persepsi Siswa ... 32 Tabel 3.2 Aspek Angket Persepsi Siswa Terhadap Penggunaan Ular Tangga Kimia ... 38 Tabel 3.3 Kriteria Penilaian ... 39 Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Persepsi Siswa ... 40

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Validasi Kisi-Kisi Instrumen Tes Materi Ikatan Kimia ... 68

Lampiran 2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Materi Ikatan Kimia ... 70

Lampiran 3 Hasil Validasi Instrumen Tes oleh Dosen Ahli ... 81

Lampiran 4 Lembar Validasi Rubrik Penilaian Instrumen Tes Materi Ikatan Kimia ... 94

Lampiran 5 Validasi Rubrik Penilaian Instrumen Tes ... 115

Lampiran 6 Lembar Validasi Kisi-Kisi Angket Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Penggunaan Ular Tangga Kimia Sebagai Media Penilaian ... 137

Lampiran 7 Validasi Instrumen Angket ... 142

Lampiran 8 Lembar Instrumen Angket ... 145

Lampiran 9 Jawaban Angket Siswa ... 148

Lampiran 10 Form Penilaian Ikatan Kimia ... 151

Lampiran 11 Hasil Jawaban Penilaian Ikatan Kimia ... 152

Lampiran 12 Hasil Angket Siswa ... 154

Lampiran 13 Kisi-Kisi Wawancara Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Ular Tangga Kimia Sebagai Media Penilaian ... 156

Lampiran 14 Transkrip Wawancara ... 158

Lampiran 15 Hasil Koding dan Tema Data Wawancara ... 173

Lampiran 16 Surat Keterangan Validator Ahli ... 207

Lampiran 17 Surat Keterangan Telah Melakukan Peneltian ... 208

Lampiran 18 Lembar Uji Referensi ... 209

Lampiran 19 Surat Bimbingan Skripsi...207

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penilaian pada umumnya digunakan dalam proses pendidikan. Penilaian merupakan penentu berhasil tidaknya guru menyampaikan ilmu kepada siswanya serta mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar pada pendidikan dasar dan menengah meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian merupakan kegiatan sistematik dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan mengartikan informasi tentang proses kegiatan belajar mengajar dan tujuan pembelajaran (Ramli, Yohana & El Islami, 2018).

Penilaian pendidikan adalah proses yang tidak terpisahkan dari kegiatan pendidikan. Proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah selalu melibatkan penilaian pendidikan sebagai hal yang sangat penting dilakukan. Sebab, tanpa hal tersebut dilakukan, sulit diketahui secara pasti apakah kemajuan belajar yang dilakukan apakah sudah tercapai atau tidak. Hampir semua ujian yang dilakukan di sekolah umumnya menggunakan pendekatan skor untuk menjelaskan pencapaian prestasi siswa.

Penilaian dalam proses pembelajaran sangatlah penting untuk dilakukan, karena dengan penilaian kita dapat mengetahui sejauh mana siswa dapat menyerap materi-materi pelajaran yang telah diberikan. Penilaian tidak hanya sekedar pemberian tes yang kemudian menghasilkan skor, namun merupakan proses pengumpulan informasi tentang pembelajaran ketika akan dimulai, pada saat proses, dan pada akhir pembelajaran tersebut. Dengan demikian kita bisa mengetahui efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan, materi, media ataupun metode pembelajarannya.

Penilaian hasil belajar dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar siswa secara berkesinambungan. Penilaian formatif dilakukan oleh guru yang memberikan materi pembelajaran, berinteraksi langsung, dan melihat perkembangan siswa dari waktu ke waktu. Penilaian

(16)

formatif untuk mendapatkan informasi mengenai siswa dilakukan dengan pemberian tugas, tes tertulis, tanya jawab di kelas, dan berbagai bentuk penilaian lainnya.

Penilaian kelas pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan pendidik yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran (Uno, 2013, hal. 4). Data yang diperoleh guru selama pembelajaran berlangsung dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi dasar atau indikator yang akan dinilai. Pada aplikasinya di dalam kelas, umumnya tes formatif ini sebagai suatu prosesi ulangan harian (Nurjannah, 2017). Penilaian sering pula disebut sebagai salah satu bentuk penilaian, sedangkan penilaian merupakan salah satu komponen dalam evaluasi. Ruang lingkup penilaian sangat luas dibandingkan dengan evaluasi. Tindakan suatu pengukuran yang bersifat kuantitatif dan penilaian yang bersifat kualitatif adalah merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari penilaian.

Seiring dengan meningkatnya pemahaman akan hakikat penilaian pembelajaran, hendaknya menjadikan semakin terbuka untuk menerima kritik, baik kritik dari diri sendiri (autocritic) maupun kritik dari orang lain. Menjadikan semakin terbuka untuk melakukan inovasi pembelajaran dan memperbaiki pembelajaran yang dilakukan. Penilaian selalu memegang peranan penting dalam segala bentuk pengajaran yang efektif melalui proses evaluasi. Setelah diadakan evaluasi diharapkan akan diperoleh balikan atau feed back yang dipakai untuk memperbaiki dan merevisi bahan, metode pengajaran atau menyesuaikan bahan dengan perkembangan siswa.

Penilaian merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Keduanya saling terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajarannya ini dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik.

(17)

Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian yang diterapkan.

Metode penilaian yang digunakan untuk hasil akhir belajar siswa yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang ditetapkan dan pelaksanaannya terkendali. Penilaian yang kurang bervariatif di sekolah terkadang membuat peserta didik merasa bosan dengan metode penilaian yang diterapkan di sekolah. Dalam sistem pendidikan sekarang ini disajikan dengan tantangan mengembangkan cara yang tepat dan bermakna, untuk mengevaluasi sejauh mana siswa memenuhi standar. Metode yang mengutamakan waktu, seperti tes terstandarisasi, menjadi dipertanyakan kegunaannya. Metode pengukuran yang sesuai cara kerja otak memproses informasi. Penilaian dalam pembelajaran harus dilaksanakan dengan prosedur tertentu. Prosedur ini merupakan langkah yang dilalui guru atau pendidik dalam melakukan penilaian. Prosedur penilaian yang dilakukan guru paling tidak akan mengarahkan proses penilaian yang lebih terarah dan teratur, sehingga tidak terkesan penilaian yang dilakukan tergesa-gesa. Harus disadari oleh guru bahwa untuk melaksanakan penilaian kelas tidak semudah yang dibayangkan bahwa si A misalnya karena rajin harus diberi nilai lebih dibandingkan dengan si B yang karena malas jika disuruh oleh guru lantas nilainya harus rendah. Semua penilaian harus diacukan pada tujuan yang telah ditetapkan.

Media penilaian adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Media penilaian dapat membantu guru untuk mendapatkan hasil ulangan siswa atau ketika review materi. Media dianggap sebagai alat bantu mengajar bagi guru, namun karena siswa berpusat pada media visual yang digunakan guru maka media ini digunakan untuk media alternatif penilaian. Penilaian yang digunakan untuk mengukur penguasaan materi kimia peserta didik selama ini masih berupa instrumen tes tertulis menggunakan kertas dari buku catatan sebagai lembar ujian (Nurjannah, 2017). Penilaian yang secara umum di sekolah biasanya dengan tes tulis membuat soal ulangan dan dijawab tulis oleh siswa dan dengan tes lisan.

(18)

Penilaian yang digunakan untuk mengukur penguasaan materi kimia cenderung kurang bervariasi, inovatif, kreatif, dan menarik bagi peserta didik sehingga sebagian peserta didik merasa cemas dan jenuh sewaktu penilaian. Pada praktiknya, penilaian yang dilakukan guru masih kurang bervariasi (Arifin, 2013, hal. 179). Oleh karena itu, diperlukan kreativitas untuk penilaian untuk lebih bervariasi yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas proses dari hasil pembelajaran.

Dalam proses penilaian, suasana hati yang cemas dan jenuh mempengaruhi penilaian barupa hasil yang kurang maksimal. Suasana hati yang gembira akan memberikan hasil yang maksimal. Kondisi yang mendukung, menyenangkan, dan terbebas dari rasa cemas serta jenuh dapat membuat peserta didik mengekspresikan kemampuannya. Salah satu solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah menciptakan suasana yang menyenangkan saat penilaian.

Permainan sebagai media di kelas bisa diberikan pada peserta didik SMA/MA sebagai salah satu bentuk rekreasi terhadap kejenuhan akibat terus menerus dalam ruang lingkup kelas. Penilaian yang dapat menyenangkan dan tidak menegangkan ini selebihnya dapat memicu rasa senang dalam diri peserta didik. Dengan adanya media penilaian yang menggunakan ular tangga kimia jadi model penilaian tidak hanya dengan tes tulis ataupun lisan. Jadi siswa bisa menjawab soal dengan menyenangkan karena permainan ular tangga kimia.

Penilaian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan media ular tangga kimia dengan media alternatif penilaian, permainan ular tangga kimia dengan aturan permainan seperti biasa memainkan ular tangga yaitu melempar dadu secara bergantian dengan temannya, pada penelitian ini ketika melempar dadu maka siswa akan diberikan soal dan harus menjawab pertanyaan yang dibuat peneliti. Jika siswa bisa menjawab pertanyaan maka siswa dapat melanjutkan permainan ular tangga dengan memainkan gilirannya. Penilaian hasil belajar yang hendak diteliti baik formal diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya.

(19)

Dalam penelitian ini, media permainan ular tangga dipilih karena relatif mudah, tidak membutuhkan ruang yang luas, dan sangat memungkinkan untuk dimainkan oleh lebih dari satu anak sehingga aspek sosial tetap dapat dipertahankan. Peneliti memilih permainan ular tangga kimia sebagai media permainannya karena teknik permainan ini mudah serta menimbulkan tantangan sehingga baik untuk diterapkan sebagai media penilaian. Permainan ular tangga kimia ini menuntut kompetisi antar pemain untuk bisa memenangkan permainan. Selain itu, permainan ular tangga kimia termasuk permainan sosial karena terdapat interaksi antara dua orang atau lebih (Yumarlin, 2013), sehingga diharapkan peserta didik SMA/MA pun akan menyukai permainan ini. Dalam setiap kebudayaan, satu generasi mewariskan bentuk permainan yang paling menyenangkan ke generasi berikutnya. Permainan ular tangga dipilih karena permainan ini dikenal oleh hampir semua masyarakat Indonesia dari berbagai kelompok usia. Salah satu buktinya adalah bahwa permainan ular tangga relatif mudah ditemukan di tempat-tempat yang menjual permainan anak.

Oleh karena itu, ilmu kimia harus dipelajari secara berkesinambungan sehingga konsep yang diterima siswa dapat dipahami dengan benar (Yunita, 2013). Materi ikatan kimia pada penelitian ini perlu dipelajari untuk memudahkan pembelajaran selanjutnya. Dalam pencapaian hasil belajar yang baik guru harus mampu menggunakan dan mengembangkan media yang dapat memotivasi belajar siswa.

Penelitian ini dirancang untuk menyelidiki bagaimana persepsi guru dan siswa tentang penggunaan ular tangga kimia sebagai media penilaian. Untuk permainan ular tangga tidak hanya menjadi permainan yang biasa saja dimainkan oleh siswa melainkan bisa untuk menjadi media penilaian dalam mata pelajaran kimia yang digunakan oleh guru. Adanya permainan ular tangga kimia sebagai media penialain dengan adanya model penilaian yang menyenangkan dengan permainan ular tangga kimia. Penilaian berbasis media permainan dapat digunakan sebagai salah satu solusi terciptanya suasana yang menyenangkan dalam penilaian dan adanya media penilaian yang bervariasi, inovatif, kreatif, dan menarik. Berdasarkan uraian masalah tersebut, perlu dilakukan penelitian yang

(20)

mengkaji tentang “Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Penggunaan Ular Tangga Kimia Sebagai Media Penilaian”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, terdapat beberapa masalah yang diidentifikasi sebagai berikut:

1. Penilaian yang dilakukan masih kurang bervariasi, kreatif dan inovatif, sehingga menjadi tantangan guru untuk membuat media penilaian.

2. Instrumen penilaian yang berupa lembar ujian masih kurang dan belum memotivasi siswa dalam penilaian pembelajaran kimia.

3. Guru belum memanfaatkan media yang inovatif dan menarik dalam penilaian di kelas masih belum banyak digunakan oleh guru.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut perlu adanya pembatasan masalah untuk peneliti dapat fokus dalam meneliti, maka masalah yang akan diteliti ini hanya dibatasi pada persepsi guru dan siswa terhadap penggunaan ular tangga kimia sebagai media penilaian pada materi ikatan kimia kelas X SMA semester ganjil.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang hingga batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana persepsi guru dan siswa terhadap penggunaan ular tangga kimia sebagai media penilaian?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru dan siswa terhadap penggunaan ular tangga kimia sebagai media penilaian.

(21)

F. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan pada pembelajaran kimia terutama dibidang media alternatif penilaian dengan ular tangga kimia.

2. Manfaat praktis

Adapun secara praktis yang diharapkan dari penelitian ini bermanfaat bagi guru dan peneliti lain:

a. Bagi siswa: sebagai alat penilaian untuk menambah pemahaman siswa, menambah ketertarikan siswa terhadap kimia dan memotivasi siswa belajar pelajaran kimia.

b. Bagi guru: sebagai bahan pertimbangan atau masukan bagi guru dan calon guru dalam melaksanakan penilaian disekolah dengan media permainana ular tangga kimia yang menyenangkan bagi siswa.

c. Bagi peneliti lain: mengetahui bagaimana persepsi guru dan siswa terhadap penggunaan ular tangga kimia sebagai media penilaian. Selain sebagai informasi dan bahan pertimbangan untuk pengembangan selanjutnya serta masukan bagi peneliti selanjutnya yang akan mengkaji masalah yang relevan dengan penelitian ini. Bisa sebagai rujukan untuk penelitian berikutnya.

(22)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Persepsi a. Pengertian Persepsi

Persepsi atau pengamatan adalah aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat inderanya dengan kemampuan inilah kemungkinkan manusia/individu mengenali millieu hidupnya. Persepsi/pengamatan adalah proses dimana individu dapat mengenali objek-objek dan fakta-fakta objektif dengan menggunakan alat-alat indera (Sabri, 1993, hal. 45-46). Persepsi (perception) dalam arti sempit adalah penglihatan atau bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas adalah pandangan seseorang mengenai bagaimana ia mengartikan dan menilai sesuatu (Azhari, 2004, hal. 107). Sedangkan Sarwono (2012, hal. 86) berpendapat bahwa persepsi adalah kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan, dan sebagainya itu disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan.

Persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsangan. Dalam proses pengelompokkan dan membedakan, persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek (Shaleh, 2008, hal. 99). Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera (Walgito, 2003, hal. 53) sekalipun stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan berpikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan individu yang lain tidak sama.

Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan rangsangan atau stimulus yang diterima oleh setiap individu melalui alat indera, dengan kemampuan ini individu dapat membedakan dan

(23)

mengelompokkan berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa. Dalam persepsi juga terdapat ciri-ciri dalam setiap rangsangan yan diterima oleh indera.

b. Ciri-Ciri Persepsi

Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut sebagai dunia persepsi. Untuk dihasilkan suatu penginderaa yang bermakna, ada ciri-ciri umum tertentu dalam persepsi. Menurut Shaleh (2008, hal. 111) persepsi mempunyai ciri-ciri yaitu sebagai berikut:

1. Modalitas

Rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indera, yaitu sifat sensoris dasar dari masing-masing indera (cahaya untuk pengelihatan; bau untuk penciuman; suhu bagi perasa; bunyi bagi pendengaran; sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya)

2. Dimensi ruang

Dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang); kita dapat mengatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, latar depan latar belakang, dan lain-lain.

3. Dimensi waktu

Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tua-muda dan lain-lain.

4. Struktur konteks

Objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu. Kita melihat meja tidak berdiri sendiri tetapi dalam ruang tertentu, disaat tertentu, letak/posisi tertentu dan lain-lain.

5. Dunia penuh arti

Dunia persepsi adalah dunia penuh arti. Kita cenderung melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubugannya dengan tujuan dalam diri kita.

(24)

c. Faktor-Faktor Persepsi

Persepsi guru dan siswa terhadap rangsangan yang sama dapat menghasilkan informasi yang berbeda-beda dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat dikaterigorikan yaitu faktor fungsional yang menentukan persepsi yakni faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu (Rakhmat, 2008, hal. 56). Kebutuhan biologis menyebabkan persepsi yang berbeda yakni suasana mental, suasana emosional, dan pengaruh kebudayaan. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Stimuli dengan melihat konteksnya dengan menunjukkan konteks menentukan makna (Rakhmat, 2008, hal. 59).

Menurut Hapsari (2013, hal. 113) terdapat beberapa faktor yang berperan dalam persepsi.

1) Adanya objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang masuk melalui indra atau reseptor. Stimulus bisa berasal dari lingkungan maupun dari dalam diri manusia sendiri yang langsung mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai reseptor, tetapi sebagian besar stimulus berasal dari luar individu.

2) Adanya alat indra (sistem sensori) dan sistem saraf pusat

Alat indra merupakan alat untuk menerima stimulus. Setelah stimulus diterima reseptor, maka stimulus selanjutnya akan dikirim ke sistem saraf pusat, yaitu otak yang merupakan pusat kesadaran melalui sel-sel saraf sensoris, sedangkan untuk menghasilkan suatu respons diperlukan adanya sel-sel saraf motoris.

3) Atensi (perhatian selektif).

Menurut Walgito (2003, hal. 54) ada faktor lain yang dapat mempengaruhi proses persepsi ada dalam diri individu ini merupakan faktor internal. Faktor stimulus dan faktor lingkungan di mana persepsi itu berlangsung dan ini merupakan faktor eksternal.

(25)

Shaleh (2008, hal. 128-129) mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:

1. Perhatian yang selektif 2. Ciri-ciri rangsang

3. Nilai dan kebutuhan individu 4. Pengalaman dahulu

d. Hakikat Persepsi

1. Persepsi merupakan kemampuan kognitif

Persepsi banyak melibatkan kegiatan kognitif, pada awal persepsi orang telah menentukan apa yang telah diperhatikan. Setiap kali memusatkan perhatian kemungkinan akan memperoleh makna dari apa yang ditangkap, lalu menghubungkannya dengan pengalaman yang lalu, dan dikemudian hari akan diingat kembali. Hal-hal yang berperan dalam persepsi yaitu kesadaran, ingatan dan proses informasi juga mempengaruhi persepsi. Bahasa jelas dapat mempengaruhi koginisi memberikan bentuk secara tidak langsung.

2. Peran atensi dalam persepsi

Atensi sebagai alat saringan (filter) yang akan menyaring semua informasi pada titik yang berbeda dalam proses persepsi. Untuk mengetahui titik di dalam persepsi, di mana atensi memegang peranannya yaitu ketika menerima masukan dari dugaan indra, kemudian ketika harus memilih dan menginterpretasikan data sensorik dan menentukan apakah respons terhadap rangsangan tersebut (Shaleh, 2008, hal. 113-115).

Dalam persepsi peneliti menentukan beberapa tema yaitu keterlibatan belajar dan manfaat ular tangga kimia yang didalamnya terdapat subtema tantangan, kontrol, keaktifan, ketertarikan, tujuan, motivasi, fokus, pemahaman, fasilitasi dan umpan balik.

(26)

e. Tema Persepsi

Dalam pembahasan penelitian ini terdapat beberapa tema yakni sebagai berikut:

1. Keterlibatan belajar

Penilaian menggunakan permainan memberikan dampak positif pada keterlibatan belajar siswa. Sejalan dengan hasil penelitian dari Ismail dan Mohammad (2017) yakni keterlibatan belajar membuat siswa belajar menjadi menyenangkan, interaktif, dan membantu siswa memahami pelajaran dengan baik.Student engagement adalah tampilan dari motivasi yang dilihat melalui tindakan, perilaku, emosi dan koginitif yang ditampilkan siswa dalam kegiatan akademik. Keterlibatan belajar merupakan hal yang penting karena tidak adanya hal ini menjadi pertanda awal terjadinya permasalahan siswa hingga berakibat pada putus sekolah (Juwita dan Kusdiyati, 2015). Dalam tema keterlibatan terdapat beberapa sub tema yaitu:

a. Tantangan

Proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba-coba, berpikir secara intuitif atau bereksplorasi (Sanjaya, 2008, hal. 134).

b. Kontrol

Kontrol merupakan gagasan untuk membuat pilihan dalam suatu kegiatan (Whitton, 2010).

c. Keaktifan

Proses pembelajaran pada dasarnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001, hal. 98).

(27)

d. Ketertarikan

Ketertarikan adalah gagasan yang memiliki daya tarik terhadap suatu subjek atau konteks dalam kegiatan (Whitton, 2010).

e. Tujuan

Nilai yang dirasakan dari aktivitas belajar tertentu yang bermanfaat dalam konteks belajar (Whitton, 2010).

f. Motivasi

Motivasi didefinisikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseroang untuk memenuhi kebutuhan dan menjadi daya penggerak perilaku (Shaleh, 2008, hal.182). Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Membangkitkan motivasi salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu yang didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya (Sanjaya, 2008, hal. 135).

g. Pemahaman

Pemahaman adalah kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan, atau menangkap makna suatu konsep pada suatu objek yang dipelajari sehingga bukan hanya sekedar mengingat fakta (Sanjaya, 2008, hal. 126). Menurut Perkins (Uno & Umar, 2009, hal. 172) membandingkan konsep pemahaman dengan pengetahuan. Perkins mempertahankan bahwa pemahaman menunjuk pada apa yang dapat seseorang lakukan dengan informasi itu, dari pada yang telah mereka ingat.

h. Umpan balik

Umpan balik (feedback) adalah segala informasi yang baik menyangkut output maupun transformasi (Arikunto, 2016, hal. 13-14). Umpan balik dimaksudkan untuk mencari informasi sampai di mana siswa mengerti materi yang telah dibahas (Rooijakkers, 1991, hal. 11) bentuk umpan balik untuk melihat sejauh mana seorang siswa giat belajar dan merupakan bentuk penilaian.

(28)

i. Fokus

Fokus merupakan pemusatan pikiran terhadap suatu objek (Djamarah, 2008, hal. 170). Menurut Slameto (2002, hal. 56) fokus merupakan pemusatan perhatian terhadap mata pelajaran. Hasil penelitian lainnya adalah media ular tangga kimia mampu membuat siswa lebih fokus dalam belajar, karena siswa mempunyai gaya belajar masing-masing. j. Fasilitas

Menurut Zakiah Daradjat “fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu". Memfasilitasi siswa dalam penilaian dengan menggunakan ular tangga kimia.

Menurut Slameto (2010, hal. 103-105) terdapat beberapa prinsip dasar tentang persepsi yang perlu diketahui oleh guru untuk mengetahui siswanya secara lebih baik dan dengan demikian menjadi komunikator yang efektif diantaranya adalah persepsi itu relatif bukannya absolut, persepsi itu selektif, persepsi itu mempunyai tatanan, persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerima rangsangan), dan persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama.

2. Penilaian

a. Pengertian Penilaian

Penilaian diambil dari bahasa Inggris yakni kata asessment atau dalam bahasa Perancis yakni assidere yang artinya sit be side yaitu duduk di samping atau duduk di dekat (Zulfiani dkk, 2009, hal. 73). Adapun maknanya bahwa hendaknya guru tidak jauh dari siswanya selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan evaluasi mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian. Proses penilaian meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar siswa. Bukti ini tidak selalu diperoleh melalui tes saja, tetapi juga bisa dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri. Penilaian memerlukan data yang baik mutunya sehingga perlu didukung oleh proses pengukuran yang baik.

(29)

Pengukuran yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan measurement dan dalam bahasa Arabnya adalah muqayasah dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk “mengukur” sesuatu. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu (Sudijono, 2011, hal. 4). Penilaian berarti memilih sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung arti: mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh, dan sebagainya. Jadi penilaian itu sifatnya adalah kualitatif (Sudijono, 2011, hal. 4-5).

Penilaian sebagai suatu proses dimana kita mempertimbangkan sesuatu atau gejala dengan mempergunakan patokan-patokan tertentu yang mengandung pengertian baik-tidak baik, memadai-tidak memadai, memenuhi syarat-tidak memenuhi syarat dan sebagainya dengan kata lain yakni mengadakan value

judgment (Joni, 1984, hal. 7). Judgment merupakan tema penilaian yang

mengaplikasikan adanya suatu perbandingan antara kriteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu (Kunandar, 2014, hal. 66), maka dalam penilaian selalu ada objek, kriteria dan judgment.

Penilian hasil belajar dapat diketahui seberapa besar keberhasilan siswa telah menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru. Melalui penilaian dapat dijadikan acuan untuk melihat tingkat keberhasilan atau efektivitas guru (Kunandar, 2014, hal. 61). Penilaian hasil belajar harus dilakukan dengan baik dari penentuan instrumen, penyusunan instrumen, telaah instrumen, pelaksanaan penilaian, analisis hasil penilaiann dan program tindak lanjut hasil penilaian. Fokus penilaian adalah keberhasilan belajar siswa dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan.

Penilaian pembelajaran adalah proses memberi nilai berdasarkan hasil pengukuran dengan kualitas nilai tertentu. Penilaian berdasarkan hasil evaluasi, hasilnya disebut dengan sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah atau dengan sebutan lain seperti: baik sekali, baik, cukup, kurang, dan kurang sekali (Arikunto, 2016, hal. 88). Penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses hasil belajar siswa dalam membuat keputusan berdasarkan kriteria dan

(30)

pertimbangan tertentu. Keputusan tentang siswa seperti nilai yang akan diberikan atau juga keputusan kenaikan kelas dan kelulusan (Arifin, 2013, hal. 4).

Assesment merupakan sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan

informasi (Anthony, 1996; Roberd, 1995 dalam buku Uno, 2013, hal. 1) tentang kinerja siswa, yang digunakan dalam rangka membuat keputusan-keputusan (Anthony,1996 dalam buku Uno, 2013 ; Weeden, 2002; Bott, 1996; Nitko, 1996; Mardapi, 2004 dalam buku Rasyid, 2009, hal. 5) kurikulum, program-program, dan kebijakan pendidikan, metode atau instrumen pendidikan lainnya oleh suatu badan, lembaga, organisasi atau institusi resmi yang menyelenggarakan suatu aktivitas tertentu yang digunakan sebagai umpan balik untuk memodifikasi aktivitas belajar dan mengajar. Assesmen pembelajaran adalah pengumpulan data tentang proses dan hasil pembelajaran melalui berbagai cara dan teknik (misalnya teknik observasi, wawancara, dokumen, peer debriefing, tes, laporan diri, dan lainnya) untuk keperluan evaluasi.

b. Tujuan penilaian

Menurut Arikunto (2016, hal. 18) terdapat beberapa tujuan penilaian yaitu sebagai berikut:

1. Selektif, untuk menyeleksi siswanya dengan beberapa kriteria.

2. Diagnostik, untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa akan lebih mudah mencari cara untuk mengatasinya.

3. Penempatan, untuk menentukan seorang siswa ditempatkan dalam kelompok yang sama dalam belajar.

4. Pengukur keberhasilan, untuk mengetahui keberhasilan suatu program yang diterapkan.

Menurut Trianto (2010, hal. 224) dalam melakukan penilaian hendaknya ada beberapa prinsip yang secara keseluruhan harus memperhatikan beberapa hal antara lain adalah:

1) Berorientasi pada kompetensi, mampu menentukan apakah siswa telah mencapai kompetensi yang dalam kurikulum.

(31)

2) Menyeluruh, hendaknya menilai siswa secara menyeluruh mencakup semua aspek.

3) Valid, dapat memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa.

4) Adil dan terbuka, adil terhadap semua siswa dari semua kriteria dan pengambilan keputusan harus jelas dan terbuka bagi semua pihak.

5) Mendidik, penilaian merupakan penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sebagai pemicu bagi siswa yang kurang berhasil.

6) Menyeluruh, memanfaatkan berbagai teknik dan prosedur untuk mengumpulkan berbagai bukti hasil belajar siswa.

7) Berkesinambungan, dilakukan secaara terencana dan terus-menerus. 8) Bermakna, yang dihasilkan diharapkan benar-benar menggambarkan

perilaku yang sesungguhnya dari siswa, maka diharapkan guru menggunakan berbagai bentuk penilaian.

Menurut Kellough (dalam Rasyid, 2009, hal. 7) terdapat beberapa tujuan dari penilaian adalah sebagai berikut:

1. Membantu belajar siswa

2. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa 3. Menilai efektivitas strategi pengajaran

4. Menilai dan meningkatkan efektivitas program kurikulum 5. Menilai dan meningkatkan efektivitas pengajaran

6. Menyediakan data yan membantu dalam membuat keputusan 7. Komunikasi dan melibatkan orang tua siswa

Tujuan penilaian yang dikemukakan diatas, memberi gambaran bahwa penilaian memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, memilih metode penilaian yang tepat untuk digunakan dalam suatu proses pembelajaran perlu pemikiran dan pertimbangan yang matang bagi seorang guru. Hal-hal yang perlu diperhatikan misalnya kesesuaian dengan muatan materi pembelajaran, waktu praktis, dapat dilaksanakan, dan memberikan informasi yang sesuai untuk digunakan dalam meningkatkan kualitas belajar siswa.

(32)

c. Ciri-ciri Penilaian

Dalam pendidikan terdapat beberapa ciri-ciri penilaian yaitu sebagai berikut: 1) Penilaian secara tidak langsung dengan mengukur kemampuannya

dengan menyelesaikan beberapa soal.

2) Penggunaan ukuran kuantitatif, menggunakan simbol bilangan untuk hasil pertama kemudia diinterpretasikan ke kualitatif.

3) Penggunaan satuan yang tetap.

4) Penilaian bersifat relatif, hasil nilai siswa tidak sama dari beberapa waktu yang lain.

5) Penilaian terjadi kesalahan-kesalahan, terdapat beberapa faktor sumber kesalahan yaitu alat ukur, guru, siswa, dan situasi penilaian berlangsung (Arikunto, 2016, hal. 20-27).

Dalam aktivitas kegiatan belajar mengajar di sekolah, yang lebih dikenal secara luas dalam konteks penilaian pendidikan disebut sebagai penilaian formatif dan penilaian sumatif.

d. Penilaian Formatif dan Penilaian Sumatif

Menurut Sudjana (2009, hal. 5) menyatakan bahwa penilaian formatif adalah tes yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri dan dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik demi memberikan umpan balik kepada peserta didik. Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah siswa telah mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu (Sudijono, 2011, hal. 71). Rooijakkers (1991, hal. 144) menyatakan bahwa pemberian tes formatif dilakukan lebih dari satu kali selama satu satuan program pengajaran. Berikut ini merupakan gambaran letak pelaksanaan penilaian formatif dalam suatu program pengajaran.

(33)

GAMBAR 2.1BAGAN YANG MENUNJUKKAN LETAK PENILAIAN FORMATIF DAN PENILAIAN AKHIR

Penilaian formatif untuk memantau kemajuan belajar siswa selama proses belajar berlangsung untuk memberikan balikan (feed back) bagi penyempurnaan program pembelajaran dan mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan, sehingga hasil belajar siswa proses pembelajaran guru menjadi lebih baik (Arifin, 2013, hal. 35) yang merupakan penilaian acuan patokan. Tujuan penilaian formatif adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran. Manfaat dari hasil penilaian formatif bagi guru yakni guru akan mengetahui bahan pelajaran yang dikuasai oleh siswa dan mengetahui tingkat keberhasilan dengan beberapa hasil penilaian formatif dapat dipergunakan sebagai bahan untuk memperkirakan penilaian sumatif. Selain itu, manfaat bagi siswa yaitu siswa harus mengetahui susunan tingkat bahan-bahan pelajaran dengan mengetahui butir-butir soal mana yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai, sehingga memberikan feed back yang berguna bagi siswa dapat diketahui bagian mana yang harus dipelajari kembali.

Sedangkan untuk penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu akhir catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun (Sudjana, 2009, hal. 5). Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa. Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulansatuan program pengajaran selesai diberikan (Sudijono, 2011, hal. 72). Penilaian ini berorientasi pada produk bukan proses. Penilaian sumatif menurut Arifin (2013, hal. 36) yaitu penilaian yang dilakukan jika seluruh materi pelajaran dianggap telah selesai, termasuk ujian akhir semester dan ujian nasional dengan maksud untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai standar kompetensi yang

(34)

ditetapkan atau belum yang merupakan penilaian acuan norma. Penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian formatif, karena dilakukan setiap ujian ulangan permateri.

Dilihat dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dibedakan menjadi tes dan bukan tes (nontes). Teknik tes ini ada yang secara lisan, tulisan, dan tindakan. Sebagai alat pengukur perkembangan dan kemajuan belajar siswa, apabila ditinjau dari segi bentuk soalnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: tes hasil belajar bentuk esai atau uraian (tes uraian) dan tes hasil belajar bentuk obyektif (tes obyektif). Sedangkan teknik bukan tes (nontes) alat penilaiannya mencakup observasi, kuosioner, wawancara, skala, sudi kasus, cheklist, dan sosiometri. Dilihat dari objek yang dinilai atau penyajiannya ada tes yang bersifat individual dan berkelompok.

Berdasarkan tingkat kebebasan siswa menjawab soal tes uraian menjadi dua bentuk yaitu tes uraian bebas atau uraian terbuka (extended response) dan uraian tes terbatas (restricted response). Tes uraian bebas merupakan bentuk tes uraian yang memberi kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan pikiran dan gagasannya dalam menjawab soal tes untuk jawaban siswa bersifat terbuka dan fleksibel. Sedangkan tes uraian terbatas merupakan bentuk tes yang memberi batasan-batasan tertentu kepada siswa dalam menjawab soal tes untuk jawaban siswa bersifat batasan dengan konteks jawaban yang diinginkan (Widoyoko, 2017, hal. 83-84). Tes bentuk uraian digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk objektif, karena menuntut siswa untuk menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya berbeda satu dengan lainnya.

3. Media Alternatif Penilaian

Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata “alat” bisa disebut juga dengan istilah “instrumen” (Arikunto, 2016, hal. 40). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, yaitu gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasii belajar serta

(35)

mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa arab (لإاسو) media adalah perantara atau pengirim pesan kepada penerima pesan (Arsyad, 2011, hal. 3; Sanjaya, 2012, hal. 58; Arief, 1994, hal. 6). Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian (Arief, 1997, hal. 7) dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan siswa untuk belajar lebiih baik dan dapat meningkatkan performa mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Usman, 2002, hal. 11).

Media merupakan kata jamak dari “medium” yang berarti perantara atau pengantar (Sanjaya, 2008, hal. 163). Media adalah perantara dari sumber informasi ke penerima informasi, contohnya televisi, komputer dan lain sebagainya (Sanjaya, 2012, hal. 57). Media itu adalah perantara untuk menyampaikan pesan tertentu dari pengirim ke penerima pesan. Media adalah segala sesuatu seperti alat, lingkungan dan segala bentuk kegiatan yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap atau menanamkan keterampilan pada setiap orang yang memanfaatkannya. Media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, yang digunakan dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran. Media adalah alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan. Media bukan hanya alat atau bahan, akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan, sebagai sumber belajar yang berupa kegiatan semacam diskusi yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa atau menambah keterampilan.

Pendapat Hamalik (1994, hal. 12) tentang media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sebagai guru harus mempunya keterampilan dalam membuat media, media yang dibuat harus memiliki syarat yakni:

(36)

a. Rasional yang sesuai dengan akal dan mampu dipikirkan oleh siswa b. Ilmiah yang sesuai dengan perkembangan akal

c. Ekonomis yang sesuai dengan kemampuan pembiayaan

d. Praktis dapat digunakan dalam praktek di sekolah dan sederhana e. Fungsional untuk pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa Menurut Hamalik (1994, hal. 18) mengemukakan bahwa pemakaian media pendidikan dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi, rangsangan kegiatan belajar, memberikan pengalaman yang sama, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Penggunaan media pendidikan pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian isi pelajaran pada saat itu. Di samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pendidikan juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan informasi dengan menarik, memudahkan penafsiran informasi dan memadatkan informasi.

4. Media Penilaian dengan Ular Tangga

Permainan ular tangga merupakan permainan sederhana yang sering dilakukan oleh anak-anak sampai orang dewasa. Menurut Wulanyani (2013, hal. 184) menyebutkan bahwa permainan ular tangga yang diciptakan di abad ke 2 SM awalnya bernama “Paramapada Sopanam” (Ladder to Salvation). Ular tangga dikembangkan oleh pemuka agama Hindu yaitu Gyandev untuk mengajarkan kepada anak-anak mengenai penghargaan. Ular tangga memiliki pelajaran moral yaitu ular adalah keputusan yang buruk dan jahat, sedangkan tangga melambangkan keputusan yang baik. Permainan ini disebut juga Mokshpat atau

Moksha-Patamu. Tujuannya memberi semacam pelajaran budi pekerti bahwa

perbuatan baik akan mendapat pahala sedangkan perbuatan buruk mendapat hukuman. Permainan ini masuk ke Inggris pada tahun 1892 dan tahun 1943 namanya diubah menjadi “Chutes and Ladders” oleh Milton Bradley di Amerika untuk dikomersialkan. Permainan ini tidak mempunyai bukti secara spesifik kapan masuk ke Indonesia. Namun, permainan ini menjadi permainan tradisional di

(37)

Indonesia meski tidak ada informasi secara detail. Permainan ini digunakan sebagai alat untuk mendidik dan menghibur antar pemain secara interaktif.

Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh dua orang atau lebih (Said & Budimanjaya, 2015, hal. 240). Permainan ular tangga merupakan jenis permainan atraktif yang melibatkan anak berperan aktif dalam ular tangga. Permainan ular tangga dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Kuatnya pola interaksi aktivitas siswa saat memainkan permainan ular tangga dalam kegiatan proses penilaian menyebabkan permainan ini sangat disenangi oleh siswa.

Yumarlin (2013, hal. 79) menyatakan bahwa permainan ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh dua orang atau lebih. Papan permainan ular tangga dibagi dalam kotak-kotak kecil dan beberapa kotak digambar sejumlah “tangga” atau “ular” yang menghubungkannya dengan kotak lain. Menurut Novitasari, Supurwoko, & Surantoro (2013, hal. 41) menyatakan bahwa setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak disudut kiri bawah) dan secara bergiliran melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul. Bila pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga, mereka dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain. Bila mendarat di kotak dengan ular, mereka harus turun ke kotak di ujung bawah ular.

Menurut Novarina (dalam Wulanyani, 2013, hal. 184) permainan ular tangga merupakan salah satu mainan rekreasi ringan yang cukup populer di Indonesia di samping mainan papan lain seperti monopoli, ludo, dam, dan halma. Ular tangga menjadi bagian dari permainan tradisional di Indonesia meskipun tidak ada data yang lengkap mengenai kapan munculnya permainan tersebut. Pada zaman dulu, banyaknya anak-anak Indonesia yang bermain ular tangga membuat permainan ini menjadi sangat populer di masyarakat. Permainan ini ringan, sederhana, mendidik, menghibur dan sangat interaktif jika dimainkan bersama-sama. Setiap orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak, ular dan tangga sesuai keinginan.

(38)

Suhermin (dalam Wulanyani, 2013, hal. 184) yang menyatakan bahwa permainan ular tangga memiliki beberapa keunggulan yaitu

a. Dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

b. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok.

c. Struktur kognitif yang diperoleh siswa sebagai hasil dari proses belajar akan stabil dan tersusun secara relevan sehingga akan terjaga dalam ingatan. Hal ini akan memudahkan siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya jika siswa dihadapkan pada suatu masalah. d. Pengetahuan yang terdapat dalam ingatan (pikiran) dapat diperoleh

kembali sewaktu-waktu.

Menurut Mujib (2011, hal. 36) permainan dalam belajar, jika dimanfaatkan secara bijaksana menghasilkan beberapa hal sebagai berikut:

a. Menyingkirkan keseriusan yang menghambat proses belajar b. Menghilangkan stres dalam lingkungan belajar

c. Mengajak orang terlibat secara penuh d. Meingkatkan proses belajar

e. Membangun kreativitas diri

f. Mencapai tujuan dengan ketidaksadaran g. Meraih makna belajar melalui pengalaman h. Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar

Ular tangga menjadi bagian dari permainan tradisional di Indonesia, meskipun tidak ada data yang lengkap mengenai kapan munculnya permainan tersebut. Pada zaman dulu, banyaknya anak-anak Indonesia yang bermain ular tangga membuat permainan ini menjadi sangat populer dimasyarakat. Permainan ini ringan, sederhana, mendidik, menghibur dan sangat berinteraktif ketika dimainkan sama-sama.

Ular tangga merupakan permainan anak-anak berbentuk papan yang dimainkan oleh dua orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil, sejumlah tangga atau ular digambar di beberapa kotak lain. Permainan ini diciptakan pada tahun 1870 dalam bahasa Inggris dinamakan Snakes-and-Leaders

(39)

(Maisyaroh, 2014, hal. 18). Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak-kotak digambar sejumlah tangga dan ular yang menghubungkannya dalam kotak lain (Maisyaroh, 2014, hal. 18).

Menurut Rahman Faizal (dalam Yuliyanto, 2016) penggunaan permainan ular tangga memiliki keunggulan antara lain:

a. Permainan ular tangga dapat digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar karena kegiatan ini menyenangkan siswa sehingga siswa tertarik untuk belajar sambil bermain dan menjawab pertanyaan.

b. Siswa dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran secara langsung. c. Dapat dipergunakan untuk membantu semua aspek perkembangan siswa

salah satunya mengembangkan kecerdasan logika matematika. d. Dapat merangsang siswa belajar memecahkan masalah.

e. Dapat dilakukan dengan baik dalam kelas maupun diluar kelas.

f. Mudah dilakukan atau mudah dimengerti, sederhana peraturannya, mendidik jika diberikan tema yang baik dan benar, menghibur siswa dengan cara yang positif dan interaktif.

(40)

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang terkait dengan judul “Kahoot: A Promising Tool for

Formative Assessment in Medical Education” yang dilakukan oleh Muhd

Al-Aarifin Ismail dan Jamilah Al-Muhammady Mohammad pada tahun 2017. Subjek penelitian ini adalah 113 peserta mahasiswa kedokteran di USM Medical School. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian yang menggunakan media merupakan alat penilaian formatif yang layak dan praktis digunakan untuk membuat pembelajaran menyenangkan dan menarik sehingga memotivasi siswa untuk belajar.

2. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Munasprianto Ramli, Media Putri Yohana dan R. Ahmad Zaky El Islami (2018), dengan judul Game Based

Learning Platform as a Tool for Assessment in Chemistry Education: Students’ Experiences and Perspectives. Subjek penelitian ini sebanyak

dua kelas Analitik Pendidikan Kimia di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peserta didik termotivasi untuk menjadi peserta didik dengan nilai tertinggi, dan melihat manfaat platform pembelajarannya ingin mengimplementasikan platform tersebut.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Kristen E. DiCerbo (2014) dengan judul “Game-Based Assessment of Persistence”. Subjek penelitian ini 892 pemain dengan keseluruhan pemain di Poptropica yang berkisar di usia 6-14 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya bukti penilaian berbasis media dari permainan yang populer pada anak-anak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dalam waktu yang singkat.

4. Penelitian yang terkait dengan judul “Efektivitas Bentuk Penilaian Formatif Disesuaikan Dengan Media Pembelajaran” dilakukan oleh Nurjannah (2017), dilakukan di siswa kelas VII semester 2 IPA SMP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa belajar dengan menggunakan media pembelajaran visual akan lebih efektif jika penilaian formatif

(41)

dilakukan dengan media, pembelajaran menggunakan media konvensional, dan penilaian formatifnya dilakukan melalui kuis.

5. Penelitian yang terkait dengan judul yaitu “Development of Snake-Ladder

Game as a Medium of Mathematic Learning for the Fourth-Grade Students of Primary School” yang dilakukan oleh Debby May Puspita dan

Edy Surya pada tahun 2017, subjek penelitian ini adalah kelas 4 siswa Sekolah Dasar sebanyak 20 siswa dari Binjai Selatan. Hasil penelitian menunjukkan pengembangan media ular tangga sebagai media pembelajaran sangat baik, minat belajar siswa sangat baik, dan kualitas serta penampilan media sangat baik.

(42)

C. Kerangka Berpikir

Penilaian merupakan tahap untuk mengevaluasi siswa. Penilaian yang masih kurang bervariatif yang dengan menjawab soal dengan tes tulis atau tes lisan. Hal itu dikarenakan media yang digunakan masih dalam media pembelajaran yang belum digunakan untuk media penilaian. Dengan media alternatif penilaian ini peneliti mencoba dengan menggunakan ular tangga kimia untuk lebih menyenangkan kepada siswa dalam menjawab soal-soal kimia dari guru. Melalui media ular tangga kimia untuk alat penilaian untuk membuat siswa senang terhadap menjawab soal kimia dengan media penilaian yang inovatif dan kreatif ini.

GAMBAR 2.2KERANGKA BERPIKIR

Metode penilaian yang belum bervariasi

Perlu adanya metode penilaian dan media alternatif penilaian

Media alternatif penilaian dengan permainan ular tangga kimia

Menganalisis data wawancara dengan tema keterlibatan belajar siswa dan manfaat

ular tangga kimia

Menganalisis data angket secara deskriptif dengan

beberapa aspek

Mengetahui persepsi guru dan siswa tentang media penilaian yang menggunakan ular tangga kimia

(43)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 29 Jakarta yang lokasinya di Jl. Kramat No.6 Kebayoran Lama Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan selama bulan November 2018 - April 2019 dengan melakukan penelitian kelas sebanyak 8-10 kali pertemuan pada pelajaran kimia.

B. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode mix methodes. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif dibangun berbasis paradigma rasionalisme, empirisme, positivisme, dan postpositivisme dapat digunakan untuk mengetahui persepsi diri dan pengaruh. Paradigma kuantitatif yang didasarkan pada filsafat postpositivisme, realitas itu dipersepsi bahkan diyakini sebagai realitas yang tunggal, homogen, sederhana, dapat diukur dan dibagi-bagi. Penelitian kualitatif berkembang dari paradigma fenomenologi, interpretif, interaksi simbolik dan konstruktivisme yang didasarkan pada sejumlah filosofi dan pandangan seperti fenomenologi dan konstruktivisme mempersepsi realitas itu jamak, berlapis, heterogen, unik, kompleks dan holistik-integratif (Putra, 2013, hal. 5). Keduanya dapat saling melengkapi dan menunjang satu sama lain. Metode campur sari (mix

methodes) dapat memanfaatkan dan mengoptimalkan kekuatan kedua penelitian

itu sekaligus meminimalisir kelemahannya.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial, bukan mendeskripsikan bagian permukaan dari suatu realitas sebagaimana dilakukan penelitian kuantitatif dengan positivismenya (Gunawan, 2013, hal. 85). Penelitian kualitatif membangun pengetahuan melalui interpretasi terhadap multiperspektif, dari berbagai masukan segenap partisipan yang terlibat di dalam penelitian, tidak

(44)

hanya dari penelitian semata. Peneliti menggunakan metode mix methodes karena pengumpulan datanya menggunakan wawancara dan angket.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010, hal. 173) wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015, hal. 80). Populasi yang akan diambil untuk penelitian ini, adalah guru dan siswa kelas X di SMAN 29 Jakarta. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2015, hal. 81) sebagian atau wakil populasi dari yang diteliti (Arikunto, 2010, hal. 174). Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah guru dan siswa kelas X MIA 2 dan X MIA 4 di SMAN 29 Jakarta.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

purposive sampling. Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015, hal. 85) yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal (Arikunto, 2010, hal. 33) dan dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya (Usman & Akbar, 2008, hal.186). Teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan dalam penelitian ini adalah kemudahan akses yang akan dilakukan untuk penelitian, keterbatasan waktu dalam melakukan penelitian dan keterbatasan dana yang digunakan dalam penelitian.

(45)

D. Alur Penelitian

Penelitian ini meliputi beberapa tahapan, dimulai dari persiapan, pelaksaan, analisis data dan pembahasan. Seluruh tahapan tersebut tergambar pada gambar 3.1 alur penelitian dibawah ini.

GAMBAR 3.1DIAGRAM ALUR PENELITIAN

Media Ular Tangga Kimia

Penggunaan pada Guru dan Siswa

Penggunaan Media Ular Tangga Kimia pada Siswa

Instrumen Tes Va li da si Analisis Data Pembahasan Kesimpulan Angket Wawancara

Membuat media penilaian yang menyenangkan

Menyusun membuat

(46)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini peneliti menggunakan dua teknik yaitu kuesioner dan wawancara

1. Kuesioner (Angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2015, hal. 142) dan memrikan respons sesuai dengan permintaan pengguna (Arikunto, 2013, hal. 103). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Untuk menguatkan data dengan cara memberikan angket kepada siswa. Angket dilakukan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan persepsi siswa dengan penggunaan ular tangga kimia sebagai media penilaian yang menggunakan skala likert untuk mempermudah dalam perhitungan statistik. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok (Sugiyono, 2015, hal. 93 dan Riduwan, 2015, hal.87) tentang kejadian atau fenomena sosial. Angket ini terdapat 23 butir pernyataan. Jawaban setiap item instrumen angket yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Untuk analisis kuantitatif, maka jawaban diberikan skor sebagai berikut

TABEL 3.1PEMBERIAN SKOR ITEM PERNYATAAN PERSEPSI SISWA

No Alternatif Jawab Skor Item

1 Sangat Setuju 4

2 Setuju 3

3 Tidak Setuju 2

4 Sangat Tidak Setuju 1

Gambar

Tabel 3.1 Pemberian Skor Item Pernyataan Persepsi Siswa ................................
Gambar 4.2. Hasil Themes Log dari Hasil Wawancara
Gambar  yang  ditampilkan  dalam  ular  tangga  kimia  membantu  saya  untuk  memahami  materi  pelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan teknologi high availibility server dengan memanfaatkan dua atau lebih komputer server akan menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut

Untuk menganalisa posisi AS dalam implementasi kebijakan luar negerinya di era Pasca Perang Dingin tersebut, penulis menggunakan teori stabilitas hegemoni untuk

Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Jember mempunyai peran yang sangat strategis sebagai kunci utama dalam penyebaran informasi kepada masyarakat dan menjadi gerbang untuk

Bank Mandiri (Persero) Tbk sebelum dan sesudah memiliki PT. Bank Mantap dilihat dari Rasio CAR, NPL, LDR ROE, ROA dan BOPO. Sumber data dalam penelitian ini adalah laporan

Gelombang datang yang mengenai/membentur satu rintangan akan dipantulkan sebagian atau seluruhnya. Tinjauan refleksi gelombang penting di dalam perencanaan bangunan

Dengan adanya teknologi fermentasi dan penambahan enzim yang bisa meningkatkan kualitas nutrisi maka BIS dapat digunakan sebagai bahan pakan unggas.. Teknologi fermentasi

Swastha (2000) mendefinisikan Lokasi adalah “letak toko atau pengecer pada daerah yang strategis sehingga dapat memaksimumkan laba. Lokasi adalah tempat toko yang

Keuntungan lainnya dari pemberian lidokain intracuff adalah keberadaan lidokain dalam cuff bersifat sebagai reservoir, lidokain akan terus menerus berdifusi seiring jalannya