II.
TinjuanPustaka
A. Kerang Donax variabilis
1. Deskripsi dan Klasifikasi Kerang Donax variabilis
Adapun ciri-ciri fisik kerang Donax variabilis yaitu
mempunyai katup segitiga, sifon twin memanjang dari dua
kerang berengsel yang membentuk kerang tersebut (sifon
terlihat seperti snorkel). Kerang ini juga memiliki “ kaki “
(sebenarnya bagian bawah tubuhnya) yang meluas dalam
rangka untuk menggali atau beristirahat di pasir yang lembut
(Olaf, 1995). Klasifikasi kerang Donax variabilis ( Bia res ) dapat
dilihat sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Klas : bivalvia
Ordo : Veneroida
Vamili : Donacidae
Genus : Donax
Spesies : Donax variabilis
1. Habitat
Kerang Donax variabilis merupakan salah satu jenis
kerang laut dari kelas bivalvia. Kerang donax ini ditemukan di
pasir hampir setiap pantai tropis atau subtropis diseluruh
dunia. Di Raja Ampat, terutama di pulau Jefman hampir
semua garis pantai bagian utara dihuni oleh jenis kerang ini.
yang warna putih, merah muda, ungu, kuning, dan orange.
Memiliki rentang hidup singkat 1-2 tahun, panjangnya kurang
dari 2,5 cm (1 inci), Donax ini sering terpapar oleh gelombang
mundur pada laut berpasir (Miner, 1950 dalam Larry, 1996).
Kerang Donax (Bia res) bivalvia yang unik beradaptasi
untuk hidup dan makan dari gelombang, kerang ini disebut
juga dengan filter feeder, karena menelan fitoplanton, bakteri,
dan partikel kecil lainnya di ombak. Donax bermigrasi dengan
gelombang jatuh dan menuju kepantai dengan pasang naik
dengan menggunakan metode gerak yang disebut swash naik
(Olaf, 1995).
2. Senyawa Bioaktif
Senyawa bioaktif merupakan suatu senyawa aktif yang
termasuk metabolit sekunder. Senyawa kimia terutama senyawa
organik hasil metabolisme dapat dibagi dua yaitu yang pertama
senyawa hasil metabolisme primer, contohnya karbohidrat,
protein, lemak, asam nukleat, dan enzim. Senyawa kedua
adalah senyawa hasil metabolisme sekunder, contohnya
terpenoid, steroid, alkaloid dan flavonoid. Beberapa pendapat
mengenai kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai
berikut (Padmawinata, 1995). Alkaloid adalah suatu golongan
senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Alkaloid
berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam
urat dalam hewan (salah satu pendapat yang dikemukan
pertama kali, sekarang tidak dianut lagi).Beberapa alkaloid
mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen
metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari
serangan parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam
beberapa peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini tidak
dikemukakan, mungkin merupakan konsep yang direka-reka
dan bersifat ‘manusia sentris’. Alkaloid dapat berlaku sebagai
pengatur tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa alkaloid
menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangasang
perkecambahan yang lainnya menghambat. Semula disarankan
oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat basa,
dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan
kesetimbangan ion dalam tumbuhan. Salah satu contoh
alkaloid yang pertama sekali bermanfaat dalam bidang medis
adalah morfin yang diisolasi tahun 1805.Secara umum
terpenoid terdiri dari unsur-unsur C dan H dengan rumus
molekul umum (C5H8)n. Kegunaan Terpenoid. Kegunaan
terpenoid bagi tumbuhan antara lain fitoaleksin. Fitoaleksin
adalah suatu senyawa anti-mikrobial yang dibiosintesis (dibuat)
dan diakumulasikan oleh tanaman setelah terjadi infeksi dari
mikroorganisme patogen atau terpapar senyawa kimia tertentu
dan radiasi dengan sinar UV. Steroid dari saponin dapat
digunakan sebagai preparat hormon seksual, kortiko steroid,
dan derivat dari steroid (Manitto, 1992).Menurut Astuti (2014) ,
saponin pada akar tanaman dapat digunakan sebagai obat
generik yang dapat mengobati penyakit diabetes. Fenol
termasuk flavonoid mempunyai fungsi sebagai antioksidan yang
mempunyai peranan penting dalam menghambat mikroba atau
sebagai antibiotik. Secara umum jumlah kandungan fenol
(termasuk flavonoid) yang dominan, akan menunjukkan adanya
aktifitas dari senyawa fitokimia yang berfungsi menghancurkan
mikroba terutama pada kelompok bakteri gram positif Menurut
Ramos (2007) dengan diet menggunakan senyawa aktif fenol
dan flavonoid dapat mengobati kanker.
3. Ekstraksi
Ekstraksi adalah peristiwa penarikan komponen yang
diinginkan dari suatu bahan dengan cara pemisahan satu atau
lebih komponen dari sumbernya. Struktur kimia yang berbeda–
beda akan mempengaruhi kelarutan dan stabilitas
senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam
berat dan derajat keasaman,dengan diketahuinya senyawa aktif
yang terkandung dalam bahan, akan mempermudah pemilihan
pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Adolf, 2006).
Metode ekstraksi yang dilakukan tergantung pada
beberapa faktor, antara Lain : tujuan ekstraksi, skala ekstraksi,
sifat-sifat komponen yang akan diekstraksi dan sifat-sifat
pelarut yang akan digunakan. Ekstraksi dengan pelarut ada
dua cara yaitu cara dingin dan cara panas. Cara dingin yaitu
maserasi dan perkolasi, sedangkan cara panas yaitu refluk,
soxhletasi, digesti, infus, dan dekok. Pemilihan pelarut organik
yang akan digunakan dalam ekstraksi komponen aktif
merupakan faktor penting dan menentukan untuk mencapai
jenis pelarut organik yang dapat digunakan untuk ekstraksi.
Semakin tinggi nilai konstanta dielektrik, titik didih dan
kelarutan dalam air, maka pelarut akan makin polar
(Sudarmadji et al. 2007).Sifat penting yang harus diperhatikan
dalam ekstraksi adalah kepolaran senyawa dilihat dari gugus
polarnya. Senyawa polar lebih mudah larut dalam pelarut polar
dan senyawa non polar lebih mudah larut dalam pelarut non
polar. Derajat polaritas tergantung pada tetapan dielektrik,
makin besar tetapan dielektrik semakin polar pelarut tersebut
(Sudarmadji et al. 2007). Ekstraksi bertingkat dilakukan secara
berturut-turut dimulai dengan pelarut nonpolar dilanjutkan
dengan pelarut yang menengah kepolarannya (semi polar),
kemudian dengan pelarut polar, sehingga akan diperoleh
ekstrak kasar (crude extract) yang berturut-turut senyawa
nonpolar, semi polar dan polar.
4. Bakteri
1. Escherichia coli
Escherichia coli merupakan mikroorganisme indikator yang
dipakai untuk menganalisis air dan menguji adanya tinja, dan
dapat ditemukan tersebar disekitar kita. Ciri-ciri E. coli yaitu
bentuk bulat cenderung ke batang panjang, biasanya berukuran
0,5 x 1-3 µ, terdapat sendiri-sendiri, berpasang-pasangan, dan
rangkaian pendek, bergerak dengan menggunakan flagella
peritrik, biasanya tidak berbentuk kapsul, tidak berbentuk
spora, gram negatif, aerop, anaerop fakultatif (Melliawati, 2009).
menimbulkan gastroenteritis akut yang terutama menyerang
anak-anak di bawah dua tahun dan infeksi di luar saluran
pernapasan yaitu infeksi saluran kemih, usus buntu,
peritonitis, radang empedu, dan pada luka bakar ( Supardi dan
Sukamto, 1990; dalam Mutmainnah, 2010). Keuntungan E. coli
menghasilkan kolisin yang dapat melindungi saluran
pencernaan dari bakteri usus yang patogenik, menguji adanya
pencemaran air oleh tinja, dan dimanfaatkan dalam bidang
pertanian, peternakan, kedokteran, maupun dikalangan
industri ( Melliawati, 2009).
2. Staphylococcus aureus
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram
positif, tersusun dalam kelompok- kelompok yang tidak teratur
seperti buah anggur, berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2µm,
fakultatif anaerob, tidak berbentuk spora, tidak bergerak,
tumbuh pada suhu optimum 370C, tetapi membentuk pigmen
paling baik pada suhu kamar 200C-250C, koloni pada
perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan,
berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau (Jawetz et
al.,1995; Novick et al., 200 dalam Kusuma, 2009). Bakteri S.
aureus mampu menghasilkan enterotoksin yang tahan panas,
terdapat di berbagai bagian tubuh manusia, termasuk hidung,
tenggorokan, dan kulit. Sasaran pertumbuhannya adalah
makanan yang banyak mengandung protein tinggi, misalnya
sosis, telur dan lain-lain ( Fardias, 1993 dalam Mutmainnah,
B. Uji Aktivitas Antibakteri
Senyawa antibakteri didefinisikan sebagai senyawa biologis
atau kimia yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan dan aktivitas bakteri. Berdasarkan aktivitasnya,
zat antibakteri dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri)
dan bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri).
Mekanisme kerja zat antibakteri dalam menghambat
pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pH
lingkungan, komponen medium, stabilitas obat, takaran
inokulum, lama inkubasi dan aktivitas metabolisme
mikroorganisme (Irianto, 2006 dalam Daluningrum 2009).
Zat-zat yang digunakan sebagai antibakteri harus mempunyai
beberapa kriteria ideal, antara lain ekonomis, efektif, stabil,
tidak bersifat racun bagi manusia atau hewan lain, tidak
bergabung dengan komponen organik lain. memiliki aktivitas
pada suhu kamar atau suhu tubuh, tidak menimbulkan karat
atau warna dan tidak mempengaruhi bau (Irianto, 2006 dalam
Daluningrum, 2009). Salah satu metode uji aktivitas antibakteri
yang banyak digunakan adalah metode uji aktivitas antibakteri
Gambar 1. Tahapan uji aktivitas antibakteri (Noer dan
Nurhayati 2006).
Kerusakan bakteri merupakan hasil interaksi antibakteri
dengan bagian tertentu pada sel bakteri. Interaksi antibakteri
tersebut dapat menyebabkan sejumlah perubahan pada sel
bakteri yang berakhir pada kematian sel bakteri. Perubahan
Penginokulasian bakteri 20µl dalam cawan petri ster
Penuangan agar ke dalam cawan petri
Penghomogenan
Pendinginan selama 15 menit atau sampai agar membeku
Pemberian 20µl ekstrak pada paper disc dengan konsentrasi 2%
Peletakan paper disc kedalam cawan yang telah berisi bakteri
Inkubasi pada suhu 370 selama 18-20 jam dalam posisi
terbalik
yang terjadi antara lain kerusakan pada dinding sel, perubahan
permeabilitas sel yang akan menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel, perubahan molekul protein
atau asam nukleat, penghambatan kerja enzim yang akan
mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel,
serta penghambatan sintesis asam nukleat dan protein sehingga
menyebabkan kerusakan total (Pelezar & Chan, 1988 dalam