• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Peningkatan Kematangan Karir Pada Peserta Didik Sma Melalui Pelatihan "Reach Your Dreams" Dan Konseling Karir.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Peningkatan Kematangan Karir Pada Peserta Didik Sma Melalui Pelatihan "Reach Your Dreams" Dan Konseling Karir."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1

A.Latar Belakang Masalah

Remaja (adolescence) adalah peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, misalkan perubahan fisik, perubahan kognitif, dan perubahan psikososial. Perubahan tersebut merupakan suatu kepastian karena adanya proses perkembangan hormonal dalam tubuh manusia, sehingga pada masa remaja itu, seseorang akan melewati proses pubertas (puberty), yaitu proses yang harus dilewati oleh seseorang untuk mencapai kematangan seksual (Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Selain itu, pada masa remaja, seseorang akan mengalami perubahan kognitif. Misalkan, menurut Elkind (Papalia, Olds, & Feldman, 2009), remaja memiliki karakteristik berpikir yang belum matang karena di satu sisi belum dapat meninggalkan pola pikir masa kanak-kanak, namun di sisi lain remaja sudah bukan kanak-kanak lagi dan tidak mau dianggap sebagai anak-anak. Maka dari itu, masa remaja dianggap sebagai masa labil (Hurlock, 1980).

(2)

tahun sampai 19 tahun (Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Pada tahap itu pula, remaja sudah dihadapkan pada pemilihan dan persiapan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan atau karir karena karir atau pekerjaan seseorang menentukan berbagai hal dalam kehidupan (Hurlock, 1980). Di sisi lain, Havighurst (1984) menyatakan bahwa memilih dan mempersiapkan karir atau pekerjaan merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh setiap remaja.

Super (Seligman, 1994) mengatakan perkembangan karir pada masa sekolah menengah sebagai tahap eksplorasi yang dimulai pada usia 15 sampai 24 tahun. Pada tahap ini remaja mengembangkan kesadaran terhadap dirinya dan dunia kerja, dan mulai mencoba peran-peran baru, maka dalam hal ini diperlukan kematangan karir. Brown dan Brooks (Wijaya, 2008) mengemukakan bahwa kematangan karir sebagai kesiapan kognitif dan afektif dari individu remaja untuk mengatasi tugas-tugas perkembangan yang dihadapkan kepadanya, karena perkembangan biologis dan sosialnya serta harapan-harapan dari orang-orang dalam masyarakat yang telah mencapai tahapan perkembangan tersebut.

(3)

ketika seseorang sudah harus memikirkan masa depannya, salah satunya berupa karir.

Kematangan karir membutuhkan pengetahuan akan diri dan rencana masa depan termasuk pekerjaan dan sekolah lanjut yang akan ditempuh pasca menyelesaikan pendidikan di SMA. Selain itu, kematangan karir juga sudah seharusnya berfungsi jauh hari sebelum itu, yaitu ketika penentuan jurusan dalam SMA atau SMK. Jurusan yang diambil di SMA atau SMK diharapkan dapat bersifat linear atau berbanding lurus terhadap rencana pekerjaan yang telah dicita-citakan karena dengan pengambilan jurusan tersebut, seseorang diberikan pengetahuan dan keterampilan yang lebih khusus guna mempersiapkan ke jenjang yang lebih tinggi dan karir. Oleh karena itu, kematangan karir sudah seharusnya berfungsi ketika remaja mengenyam pendidikannya di SMA atau SMK, atau bahkan sebelum itu, yaitu ketika masa akhir SMP. Terlebih lagi, kurikulum pendidikan di Indonesia saat ini sudah menjuruskan setiap peserta didik ketika memasuki kelas X.

(4)

Santrock (2003) menyatakan bahwa remaja seringkali memandang eksplorasi karir dan pengambilan keputusan dengan disertai perasaan bimbang, ragu-ragu, ketidakpastian, dan stres. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Triana (Setyawati, 2005), menunjukkan bahwa 45% siswa Sekolah Menengah Atas belum memiliki perencanaan mengenai karir yang akan dipilihnya, karena masih mengalami keraguan.

Perkembangan pengetahuan karir, eksplorasi karir, perencanaan karir, dan kematangan karir memiliki keterkaitan. Kematangan karir dipengaruhi oleh cara seorang remaja melakukan eksplorasi karir sehingga menyebabkan seorang remaja memahami jenis karir yang sangat bervariasi. Eksplorasi karir ini kemudian membuat seorang remaja memiliki pengetahuan karir yang luas yang dapat digunakannya sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan jenis karir yang akan ditempuhnya di masa mendatang. Pada titik inilah kematangan karir seseorang dapat diketahui. Semakin tinggi eksplorasi karir, semakin tinggi pula pengetahuan seseorang akan karir. Semakin tinggi pengetahuan seseorang akan karir, semakin tinggi pula kematangan karir seseorang. Semakin tinggi kematangan karir seseorang, semakin tinggi pula perencanaan seseorang akan karir yang akan ditempuhnya.

(5)

yaitu suatu fase perkembangan karir ketika seorang individu mulai memikirkan berbagai bentuk karir namun belum mengambil keputusan yang mengikat dan bulat. Jika pada fase ini kebingungan seorang individu akan karir tidak segera diatasi, maka tahap kematangan karir seseorang akan tetap rendah dan pada fase eksplorasi itu saja. Namun, jika pada fase tersebut kebingungan seorang individu akan karir segera diintervensi, maka individu akan mengalami kenaikan kematangan karir berupa kemantapan yang meningkat dan memiliki perencanaan-perencanaan yang matang.

Berdasarkan deskripsi tersebut, kematangan karir merupakan permasalahan yang seringkali terjadi pada peserta didik SMA. Kondisi ini diperjelas dengan data angket yang diisi oleh peserta didik salah satu SMA di Klaten, yaitu SMA Negeri 1 Karanganom. Berdasarkan pembagian angket yang dilakukan berdasarkan stratified sampling (pengambilan sampel dengan memilih acak satu kelas setiap jurusan), ditemukan sebanyak 122 peserta didik ingin kuliah (80,4%), tiga peserta didik ingin kursus (1,96%), sebanyak dua peserta didik ingin kuliah sambil bekerja (1,31%), dan sebanyak satu peserta didik ingin mondok di pesantren (0,65%).

(6)

jenis pekerjaan (sebanyak 12 peserta didik atau 7,8%), dan faktor lain (sebanyak 10 peserta didik atau 6,5%). Bahkan, ada tiga peserta didik (1,96%) yang sudah memiliki gambaran jurusan kuliah namun masih belum yakin akan rencana masa depan (karir). Terdapat 9 peserta didik (5,88%) yang sudah memiliki gambaran jurusan dan tempat kuliah (satu atau dua jurusan), namun masih bingung dan ragu. Selain itu, ada 7 peserta didik kelas XI dan 4 peserta didik kelas XII yang memiliki gambaran jurusan perkuliahan lebih dari dua pilihan. Data lulusan SMA Negeri Karanganom Klaten, menunjukkan ada 12 peserta didik dari 191 peserta didik (6,28%) diterima di jurusan perkuliahan yang tidak linear dengan jurusannya di SMA.

(7)

Kematangan karir yang rendah tersebut salah satunya disebabkan oleh minimnya referensi bentuk pekerjaan yang ada dalam pikiran peserta didik. Konsep pekerjaan yang ada dalam pikiran peserta didik hanya berkisar pada pekerjaan tertentu saja, misalkan dokter, arsitek atau insinyur, guru, dan dosen. Padahal, masih ada banyak lagi jenis pekerjaan yang dapat dipilih berdasarkan minat dan bakat peserta didik. Selain itu, pola pikir yang kurang fleksibel juga turut mempengaruhi kematangan karir dan motivasi belajar peserta didik SMA Negeri 1 Karanganom. Mereka masih terpaku pada pemikiran bahwa jurusan yang paling luas menyediakan lapangan pekerjaan dan “lebih laku” adalah jurusan Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) atau jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) sehingga mereka lebih tertarik ke jurusan IPA atau MIPA. Di sisi lain, mereka juga belum memiliki konsep yang jelas tentang karir masa depan mereka sehingga menimbulkan kesenjangan yang pada akhirnya menyebabkan rendahnya motivasi belajar (AY (Guru Geografi SMA Negeri 1 Karanganom), 2015).

(8)

Fenomena-fenomena seperti ini jelas menggambarkan bahwa kematangan karir adalah variabel yang sangat penting dan urgen dalam dunia pendidikan SMA karena tahap SMA merupakan tahap yang harus dilalui oleh peserta didik remaja dalam meraih cita-cita dan karir di masa depannya kelak. Ketika individu pada masa SMA belum memiliki gambaran karir yang jelas dan pasti, maka individu tersebut akan mengalami keraguan dan ketidakpahaman untuk memilih studi lanjut karena jurusan studi lanjut dengan karir. Dengan kata lain, jurusan tertentu di SMA merupakan komponen pengasah keterampilan dalam rangka mempersiapkan diri untuk studi lanjut, bekerja, dan berkarir. Maka dari itu, ketika banyak fenomena ketidakpastian mengenai gambaran karir dan studi lanjut pada suatu kelompok peserta didik, harus segera dipecahkan.

Terdapat beberapa penelitian untuk meningkatkan kematangan karir. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Hidayat (2014) dengan judul “Pengaruh Pelatihan PLANS Terhadap Kematangan Karir Pada Siswa SMA”.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan sumbangan pelatihan PLANS terhadap peningkatan kematangan karir peserta didik SMA sebesar 40,4% untuk domain sikap dan 62,5% untuk domain kompetensi kematangan karir.

Kedua, penelitian yang dilakukan Ardiyanti & Alsa (2015) dengan judul “Pelatihan PLANS Untuk Meningkatkan Efikasi Diri Dalam Pengambilan Keputusan Karir”. Penelitian tersebut menghasilkan bahwa pelatihan PLANS

(9)

program untuk menganalisis diri, menambah wawasan karir, menetapkan tujuan dan membuat rencana karir, serta menetapkan langkah-langkah untuk mengimplementasikan rencana tersebut. Kekurangan intervensi ini adalah materi yang terbatas mengenai tipe kepribadian karir dan tipe lingkungan karir.

Ketiga, Avati & Cahyadi (2010) telah membuat rancangan program pelatihan untuk meningkatkan kematangan karir mahasiswa psikologi Universitas Padjajaran. Hasilnya, rancangan program tersebut dapat meningkatkan kematangan karir. Meskipun demikian, penelitian tersebut bersifat non parametric karena memberikan intervensi pelatihan kepada sebelas mahasiswa. Konsekuensi dari penelitian non parametric dengan jumlah sampel yang kurang representatif adalah hasil penelitian tersebut tidak dapat digeneralisasi ke dalam populasi.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Farida Nur Iffah (2012) dengan judul “Pelatihan Efikasi Diri Untuk Meningkatkan Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa SMA”. Hasilnya, pelatihan efikasi diri dalam

meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir pada siswa SMA. Hal ini dapat diilhat dari adanya perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kematangan karir juga dapat ditingkatkan dengan konseling karir. Hal ini ditunjukkan pada penelitian Ardana, Dharsana, & Suranata (2014) dengan judul “Penerapan Konseling Karir Holland Dengan Teknik Modeling Untuk

Meningkatkan Kematangan Karir Siswa Kelas X TKJ 1 SMK Negeri 3 Singaraja”. Hasil penelitian tersebut adalah adanya peningkatan kematangan karir

(10)

Selain itu, konseling karir juga dikaji oleh Arthur & McMahon (2005), Koivisto (2010), UNESCO (2002), Leksana, Wibowo, & Tadjiri (2013), Watts (2006), Adiputra (2015), dan Dykeman, et al. (2003). Para ilmuwan tersebut menjelaskan mengenai berbagai teknik dan program dalam memberikan konseling karir.

Terdapat beberapa kelebihan dari pelatihan PLANS dalam rangka meningkatkan kematangan karir. Kedua pelatihan PLANS yang dilakukan oleh Ardiyanti & Alsa (2015) dan Hidayat (2014) merupakan penelitian yang baru karena baru dilaksanakan pada tahun 2015 dan 2014. Selain itu, pelatihan PLANS tersebut dilaksanakan oleh peneliti psikologi pendidikan dan penelitiannya

menerapkannya kepada 36 subjek dan Hidayat (2014) menerapkannya kepada 30 subjek). Dengan demikian, penelitian mengenai pelatihan PLANS dapat disimpulkan dapat meningkatkan kematangan karir pada peserta didik SMA.

Mengenai konseling karir, kelebihannya adalah banyak dikaji, ditulis, diteliti, dan direkomendasikan oleh peneliti internasional. Salah satu teknik konseling karir dengan teknik modeling. Penelitian yang sudah ada menunjukkan bahwa konseling karir dengan teknik modeling lebih efektif ketika diterapkan kepada sampel yang tidak terlalu besar (small N) sehingga kemampuan generalisasinya (penerapan terhadap sampel atau subjek lain di luar populasi penelitian) rendah.

(11)

kematangan karir tersebut juga perlu dikaji secara lebih mendalam lagi untuk mengetahui intervensi yang lebih komprehensif dalam meningkatkan kematangan karir peserta didik. Dengan demikian, muncul pertanyaan mengenai “Bagaimana bentuk intervensi yang komprehensif untuk meningkatkan kematangan karir pada peserta didik SMA Negeri Karanganom Klaten?”.

Pertanyaan tersebut dapat ditindaklanjuti dengan mengevaluasi intervensi-intervensi yang dapat meningkatkan kematangan karir. Evaluasi tersebut bertujuan untuk melengkapi intervensi tersebut sehingga intervensi tersebut dapat digunakan lebih optimal. Evaluasi diterapkan pada “Perencanaan Lanjut Studi” atau “PLANS” (Ardiyanti & Alsa, 2015; Hidayat, 2014) dan konseling karir

Holland dengan teknik modeling (Ardana, Dharsana, & Suranata, 2014). Hasil evaluasi yang diterapkan pada pelatihan “Perencanaan Lanjut Studi” atau

“PLANS” adalah mengenai materi yang masih bisa dilengkapi dan diperdalam.

Evaluasi tersebut menghasilkan intervensi yang bernama pelatihan “Reach Your Dreams”. Perubahan materi dan pergantian nama tersebut merupakan bagian dari

adaptasi.

(12)

Berdasarkan deskripsi berbagai intervensi untuk meningkatkan kematangan karir dan evaluasinya, maka muncul sebuah rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut adalah “Apakah pelatihan “Reach Your Dreams” dan konseling karir efektif dalam meningkatkan kematangan karir peserta didik SMA?”. Rumusan masalah tersebut kemudian menghasilkan rumusan masalah lanjutan, yaitu “Bagaimana efektivitas pelatihan “Reach Your Dreams” dan konseling karir

dalam meningkatkan kematangan karir peserta didik SMA?”.

B.Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan agar memiliki arah dan sasaran yang jelas sehingga penelitian akan fokus. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui efektivitas pelatihan “Reach Your Dreams” terhadap peningkatan kematangan karir peserta didik SMA.

2. Mengetahui efektivitas konseling karir terhadap peningkatan kematangan karir peserta didik SMA.

3. Mengetahui perbedaan efektifitas antara intervensi pelatihan “Reach Your Dreams” dan konseling karir dalam meningkatkan kematangan karir peserta

didik SMA.

(13)

C.Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis.

Manfaat teoritis adalah manfaat penelitian bagi ilmu pengetahuan atau teori yang sudah ada (Moeloeng, 2009). Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian dan penelitian ilmiah dalam bidang psikologi pendidikan, khususnya kajian dan penelitian ilmiah yang terkait dengan kematangan karir peserta didik.

2. Manfaat praktis.

Manfaat praktis adalah manfaat dari sebuah penelitian yang dapat diimplementasikan di dalam kehidupan sehari-hari, baik oleh responden maupun orang lain dan masyarakat secara umum (Moeloeng, 2009). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan intervensi yang tepat bagi peserta didik SMA Negeri 1 Karanganom Klaten sehingga tingkat kematangan karir peserta didik SMA Negeri 1 Karanganom Klaten dapat meningkat.

a. Bagi sekolah.

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sekolah sehingga sekolah mampu mengatasi permasalahan kematangan karir peserta didik SMA Negeri 1 Karanganom Klaten sehingga pihak sekolah diharapkan dapat merumuskan kebijakan dan program untuk mendukung kematangan karir peserta didik.

b. Bagi guru Bimbingan Konseling.

(14)

1 Karanganom Klaten, sehingga guru Bimbingan Konseling dapat memberikan intervensi yang tepat untuk meningkatkan wawasan peserta didik dan meningkatkan kematangan karir peserta didik.

c. Bagi peserta didik.

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peserta didik sehingga peserta didik dapat mengenali bakat dan minatnya. Selain itu, peserta didik juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya dalam merencanakan masa depan sehingga kematangan karirnya dapat meningkat. Pada akhirnya, peserta didik tidak akan mengalami kebingungan serta kebimbangan untuk memilih jurusan yang akan dipilih di jenjang studi lanjut dan pekerjaan yang akan dipilih ketika sudah lulus dari perkuliahan.

D.Keaslian Penelitian

Penelitian ini berbeda dengan penelitian terkait kematangan karir yang sudah ada karena penelitian ini tidak mengkaji dan menganalisis hubungan antara kematangan karir dengan variabel lain, namun penelitian ini akan memberikan intervensi yang tepat dan komprehensif sesuai dengan penyebab rendahnya kematangan karir peserta didik SMA Negeri 1 Karanganom Klaten.

Penelitian mengenai kematangan karir sudah dilaksanakan oleh beberapa peneliti terdahulu. Misalkan, penelitian yang dilakukan oleh Fitria Wijaya (2008) dengan judul “Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas X MAN Cibinong”. Pada penelitian tersebut menghasilkan adanya

(15)

didik kelas X MAN Cibinong. Kematangan karir memberikan sumbangan relatif atau kontribusi sebesar 49,6% terhadap motivasi belajar.

Penelitian kematangan karir yang lain dilaksanakan oleh Rachmawati (2012) dengan judul “Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Kematangan Karir Pada Mahasiswa Tingkat Awal dan tingkat Akhir di Universitas Surabaya”. Hasil

penelitian tersebut justru tidak menemukan adanya hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir. Hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian Susanto, Putri, Kristina, & Gunawan (2014) yang menghasilkan adanya hubungan positif antara efikasi diri dengan kematangan karir pada remaja di Tangerang. Sedangkan Suryanti, Yusuf, & Priyatama (2011) melaksanakan penelitian mengenai “Hubungan Antara Locus Of Control Internal dan Konsep Diri Dengan Kematangan Karir Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta” dan hasilnya

terdapat hubungan yang signifikan antara locus of control internal dan konsep diri dengan kematangan karir.

(16)

Penelitian yang dilaksanakan oleh Zulkaida, Kurniati, Retnaningsih, Muluk, dan Rifameutia (2007) dengan judul “Pengaruh Locus of Control dan Efikasi Diri

Terhadap Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)”

menghasilkan variabel efikasi diri tentang pemilihan karir dan locus of control secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kematangan karir siswa SMA. Penelitian ini menggunakan sampel penelitian yang berjumlah 107 siswa kelas XI SMA 39 Jakarta.

Penelitian terkait kematangan karir dan motivasi belajar adalah penelitian Arifin (2013) yang berjudul “Pengaruh Motivasi Belajar dan Efikasi Diri Terhadap Kematangan Karir Mahasiswa Program Studi Kimia UNY Angkatan Tahun 2009”. Hasil penelitian ini membuktikan adanya pengaruh positif motivasi belajar yang sangat signifikan terhadap kematangan karir pada pada mahasiswa Program Studi Kimia UNY Angkatan Tahun 2009 dengan koefisien regresi sebesar 0,408. Sumbangan efektif motivasi belajar terhadap kematangan karir (R²) sebesar 0,070 sehingga membuktikan bahwa motivasi belajar mempengaruhi variabel kematangan karir sebesar 7,0 %.

Penelitian yang dilakukan oleh Tyas, Wiyanti, & Karyanta (Tanpa Tahun) dengan judul “Hubungan Antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri Dengan Kematangan Karir Pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali” juga

(17)

Nugraheni (Tanpa Tahun) juga melakukan penelitian terkait kematangan karir. Penelitian tersebut berjudul “Hubungan Antara Pusat Kendali Internal Dengan Kematangan Karir Pada Siswa Kelas XII SMK Kristen 1 Klaten” dan

menunjukkan bahwa dalam penelitian tersebut, variabel pusat kendali internal memiliki sumbangan efektif sebesar 30,2% terhadap variabel kematangan karir.

Variabel lain yang berhubungan kematangan karir adalah Adversity Intelligence. Penelitian ini dilaksanakan oleh Weny Linasari (2012) dengan judul “Hubungan Antara Adversity Intelligence Dengan Kematangan Karir Pada Siswa SMK Negeri 2 Temanggung”. Penelitian tersebut menghasilkan bahwa ada

hubungan positif antara Adversity Intelligence dengan kematangan karir. Semakin tinggi Adversity Intelligence, maka semakin tinggi pula tingkat kematangan karir seseorang.

Penelitian korelasional mengenai kematangan karir juga pernah dilakukan oleh Listyowati, Andayani, & Karyanta (2012) dengan judul “Hubungan Antara Kebutuhan Aktualisasi Diri dan Dukungan Sosial Dengan Kematangan Karir Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 2 Klaten”. Hasilnya bahwa terdapat hubungan

positif antara kebutuhan aktualisasi diri dan dukungan sosial dengan kematangan karir. Sumbangan efektif kebutuhan aktualisasi diri terhadap kematangan karir sebesar 24% sedangkan sumbangan efektif dukungan sosial terhadap kematangan karir sebesar 7%.

(18)

kemampuan pengambilan keputusan karir siswa SMA ditingkatkan dengan cara pelatihan efikasi diri. Hasilnya, kemampuan pengambilan keputusan karir siswa SMA dapat meningkat setelah sampel penelitian diberikan pelatihan efikasi diri.

Penelitian terkait upaya peningkatan kematangan karir dilakukan oleh Muhammad Hidayat (2014) dengan judul “Pengaruh Pelatihan PLANS Terhadap

Kematangan Karir Pada Siswa SMA” menghasilkan temuan bahwa sumbangan pelatihan PLANS terhadap peningkatan kematangan karir peserta didik SMA sebesar 40,4% untuk domain sikap dan 62,5% untuk domain kompetensi kematangan karir. Penelitian mengenai intervensi meningkatkan kematangan karir yang lain adalah dilakukan Ardiyanti & Alsa (2015) dengan judul “Pelatihan PLANS Untuk Meningkatkan Efikasi Diri Dalam Pengambilan Keputusan Karir”. Penelitian tersebut menghasilkan bahwa pelatihan PLANS memberikan kontribusi sebesar 73% dalam pengambilan keputusan karir. Efek dari pelatihan PLANS ini masih dirasakan oleh kelompok eksperimen selama dua minggu sejak waktu pelatihan.

Penelitian terkait peningkatan kematangan karir juga dilakukan oleh Ardana, Dharsana, & Suranata (2014) dengan judul “Penerapan Konseling Karir

Holland Dengan Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa Kelas X TKJ 1 SMK Negeri 3 Singaraja”. Hasil penelitian tersebut adalah ada peningkatan kematangan karir setelah peserta didik diberikan konseling karir Holland dengan teknik modeling. Fadhilah & Natawidjaja (2010) juga melakukan penelitian dengan judul “Model Bimbingan Pengembangan Untuk Meningkatkan

(19)

pengembangan untuk meningkatkan kematangan karir, buku materi bimbingan pengembangan untuk meningkatkan kematangan karir, dan alat ukur kematangan karir sebagai instrumen pengukuran kematangan karir. Penelitian untuk meningkatkan karir juga dilakukan oleh Juwitaningrum (2013) dengan judul “Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa

SMK”.

Sementara itu, penelitian kematangan karir juga dilakukan di beberapa daerah, misalkan penelitian Gonzales (2008) mengenai rekomendasi untuk meningkatkan kematangan karir pada peserta didik sekolah menengah dengan judul “Career Maturity : A Priority For Secondary Education”, penelitian Lau,

Low, & Zakaria (Tanpa Tahun) tentang aplikasi teori kematangan karir Super untuk mengetahui perbedaan kematangan karir berdasarkan gender dengan judul “Gender and Work : Assesment and Application of Super’s Theory – Career Maturity”, penelitian Kornspan (2014) dengan judul “Career Maturity And College Student-Athletes: A Comprehensive Review Of Literature” mengenai

kajian literatur kematangan karir, penelitian Hughes (2011) mengenai studi kematangan karir lintas budaya di Australia dan Thailand dengan judul “A

Cross-Cultural Study of Career Maturity in Australia and Thailand”, penelitian Salami (2008) mengenai kematangan karir remaja Nigeria Barat Daya, penelitian Tekke & Ghani (2013) dengan judul “Examining Career Maturity Among Foreign Asian Students : Academic Level” yang menguji kematangan karir pelajar asing di

(20)

Penelitian kematangan karir lainnya di daerah luar Indonesia juga dilakukan oleh Bozgeyikli, Eroglu, & Hamurcu (2009) dengan judul “Career Decision Making Self Efficacy, Career Maturity, and Sosioeconomic Status With Turkish Youth” mengenai hubungan antara kemampuan pengambilan keputusan karir,

kematangan karir, dan status ekonomi pada pemuda Turki, penelitian Walker (2010) yang berjudul “An investigation of the relationship between career

maturity, career decision self-efficacy, and self-advocacy of college students with and without disabilities”, penelitian Dodd (2013) mengenai “The Development Of

Career Maturity And Career Decision Self-Efficacy Among High-School Aged Youth Enrolled In The Texas 4-H Healthy Lifestyles Program”, penelitian Sirohi

(2013) mengenai bimbingan karir dan kematangan karir pada orang India dengan judul “Vocational Guidance And Career Maturity Among Secondary School

Students: An Indian Experience”, dan penelitian Patton & Creed (2001) mengenai

perkembangan kajian dan isu kematangan karir yang berjudul “Developmental Issues in Career Maturity and Career Decision Status”.

Beberapa peneliti juga mengkaji mengenai konseling karir diantaranya, Arthur & McMahon (2005), Koivisto (2010), UNESCO (2002), Leksana, Wibowo, & Tadjiri (2013), Watts (2006), Adiputra (2015), dan Dykeman, et al. (2003).

(21)

1. Topik.

Penelitian ini memiliki keaslian topik dengan judul “Peningkatan

Kematangan Karir Peserta Didik SMA Negeri Karanganom Klaten Melalui Pelatihan Reach Your Dreams dan Konseling Karir”. Keaslian tersebut karena peneliti menggunakan variabel tergantung kematangan karir yang kemudian diintervensi dengan pelatihan “Reach Your Dreams” dan konseling karir. Penelitian terdahulu hanya menggunakan satu intervensi, misalkan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Hidayat (2014) dengan judul “Pengaruh Pelatihan PLANS Terhadap Kematangan Karir Pada Siswa SMA” dan

penelitian yang dilakukan oleh Ardana, Dharsana, & Suranata (2014) dengan judul “Penerapan Konseling Karir Holland Dengan Teknik Modeling Untuk

Meningkatkan Kematangan Karir Siswa Kelas X TKJ 1 SMK Negeri 3 Singaraja”.

2. Landasan teori.

(22)

3. Alat ukur yang digunakan.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur yang dimodifikasi dari Hidayat (2014) dengan menambahkan item soal dan kemudian mengujicobakannya kepada sampel yang representatif. Hidayat (2014) menggunakan teori kematangan karir menurut John Crites (1974) bahwa kematangan karir terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi sikap dan kompetensi. Dimensi sikap terdiri dari lima aspek yakni keterlibatan dalam pengambilan keputusan, orientasi menuju kerja, konsep yang diperlukan dalam pengambilan keputusan, kemandirian dalam pengambilan keputusan, dan kesukaan terhadap jenis-jenis pekerjaan. Dimensi kompetensi terdiri dari lima aspek, yakni pemecahan masalah, perencanaan, informasi pekerjaan, penilaian diri dan pilihan tujuan.

Terdapat suatu alat ukur kematangan karir yang sudah diadaptasi dari John O. Crites sendiri yaitu Career Maturity Inventory hasil adaptasi dari Kurniati, Putri, Rahardjo, Muluk, & Rifameutia (2006). Alat ukur tersebut merupakan hasil adaptasi dari Career Maturity Inventory (CMI) milik Crites (1973), Crites (1978b), Crites (1978b), Crites (1996). Namun, CMI tersebut memiliki reliabilitas yang rendah dan daya beda item yang kurang setelah dilakukan try out oleh peneliti kepada 250 peserta didik.

Mengenai penelitian validitas konstruk kematangan karir, pernah dilakukan oleh Dybwad (2008) dengan judul “Career Maturity : Contributions to Its Construct Valdity” dan juga penelitian Gonzalez (2008) mengenai alat

(23)

Inventory dengan judul “Career Maturity : A Priority For Secondary Education”. Selain itu, Busacca & Taber (2002) juga pernah melakukan

penelitian terkait Career Maturity Inventory dengan judul “The Career Maturity InventoryRevised: A Preliminary Psychometric Investigation”. 4. Subjek penelitian.

Penelitian ini mengambil sampel penelitian pada peserta didik kelas X dan kelas XI di SMA Negeri Karanganom. Sedangkan penelitian Ardana, Dharsana, & Suranata (2014) dengan judul “Penerapan Konseling Karir

Holland Dengan Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa Kelas X TKJ 1 SMK Negeri 3 Singaraja” menggunakan sampel

penelitian Siswa Kelas X TKJ 1 SMK Negeri 3 Singaraja dan penelitian Farida Nur Iffah (2012) dengan judul “Pelatihan Efikasi Diri Untuk Meningkatkan

Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa SMA” menggunakan

sampel penelitian peserta didik kelas XII SMA Negeri 2 Sukoharjo.

(24)

5. Intervensi yang digunakan.

[image:24.595.108.540.471.728.2]

Intervensi atau psikoterapi yang dipakai dalam penelitian ini mengadaptasi dari penelitian pengaruh pelatihan PLANS terhadap kematangan karir yang dilakukan oleh Ardiyanti & Alsa (2015) dan Hidayat (2014). Selain itu, penelitian ini juga mengadaptasi intervensi konseling karir Holland dari penelitian Ardana, Dharsana, & Suranata (2014). Adaptasi intervensi meliputi nama intervensi (dari pelatihan PLANS menjadi pelatihan Reach Your Dreams), tahapan pelatihan, bahasa intervensi, materi intervensi dan pelatihan sehingga lebih sesuai dengan karakteristik sampel penelitian. Adaptasi juga dimaksudkan agar materi pelatihan lebih mudah dipahami dan komprehensif. Dengan demikian, penelitian ini merupakan penelitian yang asli pada sisi intervensi atau psikoterapi.

Tabel 1. Rangkuman Penelitian Tentang Variabel Penelitian Yang Digunakan Dalam Penelitian Ini.

No Nama Peneliti Tahun Variabel Bebas Variabel Tergantung 1 Fitria Wijaya 2008 Kematangan Karir Motivasi Belajar

2 Rachmawati 2012 Self Efficacy Kematangan Karir

3 Susanto, Putri, Kristina, & Gunawan

2014 Self Efficacy Kematangan Karir 4 Suryanti, Yusuf, &

Priyatama

2011 Locus Of Control Internal dan Konsep Diri

Kematangan Karir

5 Etik Budiwarti 2012 Locus Of Control Internal

Kematangan Karir 6 Zulkaida, Kurniati,

Retnaningsih, Muluk, dan Rifameutia

2007 Locus Of Control Internal dan Self Efficacy

Kematangan Karir

7 Arifin 2013 Motivasi Belajar

dan Efikasi Diri

Kematangan Karir

8 Tyas, Wiyanti, & Karyanta

- Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri

(25)

Lanjutan Tabel 1. Rangkuman Penelitian Tentang Variabel Penelitian Yang Digunakan Dalam Penelitian Ini.

No Nama Peneliti Tahun Variabel Bebas Variabel Tergantung

9 Nugraheni - Pusat Kendali

Internal

Kematangan Karir 10 Weny Linasari 2012 Adversity

Intelligence

Kematangan Karir 11 Farida Nur Iffah 2012 Pelatihan Efikasi

Diri

Kemampuan Pengambilan Karir 12 Muhammad Hidayat 2014 Pelatihan PLANS Kematangan Karir 13 Ardiyanti & Alsa 2015 Pelatihan PLANS Efikasi Diri

Pengambilan Keputusan Karir 14 Ardana, Dharsana, &

Suranata

2014 Konseling Karir Holland dengan Teknik Modeling

Kematangan Karir

15 Listyowati, Andayani, & Karyanta

2012 Kebutuhan Aktualisasi Diri dan Dukungan Sosial

Kematangan Karir

16 Fadhilah & Natawidjaja 2010 Model Bimbingan Kematangan Karir 17 Juwitaningrum 2013 Program BK Kematangan Karir

18 Gonzales 2008 Kematangan Karir

19 Lau, Low, & Zakaria - Teori Kematangan Karir Super

20 Kornspan 2014 Kematangan Karir

21 Hughes 2011 Karakter budaya

Australia dan Thailand

Kematangan Karir

Barat Daya

23 Tekke & Ghani 2013 Pelajar Luar Negeri Kematangan Karir 24 Bozgeyikli, Eroglu, &

Hamurcu

2009 Pemuda Turki Kematangan Karir, status sosioekonomi dan Self Efikasi Pengambilan Keputusan Karir Advokasi Diri

26 Dodd 2013 Pemuda Sekolah Kematangan Karir dan

Pengambilan Keputusan Karir 25 Walker 2010 EfikDsi Diri dan Kematangan Karir

Menengah Self EfikDsi

(26)

Lanjutan Tabel 1. Rangkuman Penelitian Tentang Variabel Penelitian Yang Digunakan Dalam Penelitian Ini.

No Nama Peneliti Tahun Variabel Bebas Variabel Tergantung

27 Sirohi 2013 Bimbingan

Kejuruan

Kematangan Karir 28 Patton & Creed 2001 Kematangan Karir

29 Arthur & McMahon 2005 Konseling Karir

30 Koivisto 2010 Konseling Karir

31 UNESCO 2002 Konseling Karir

32 Leksana, Wibowo, & Tadjiri

2013 Konseling Karir

33 Watts 2006 Konseling Karir

34 Adiputra 2015 Konseling Karir

35 Dykeman, et al. 2003 Konseling Karir

36 Dybwad 2008 Kematangan Karir

37 Kurniati, Putri, Rahardjo, Muluk, & Rifameutia

2006 Career Maturity

Inventory

38 Busacca & Taber 2002 Career Maturity

Inventory-Revised

39 John O. Crites 1973 Career Maturity

Inventory

40 John O. Crites 1978 Career Maturity

Inventory

41 John O. Crites 1996 Career Maturity

Gambar

Tabel 1. Rangkuman Penelitian Tentang Variabel Penelitian Yang Digunakan Dalam Penelitian Ini

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk memperjelas kondisi yang sebenarnya dilapangan melalui observasi dan interview beserta dokumentasi

Demikian penyampaian pengumuman tersebut, agar saudara mengetahui dan atas perhatian saudara dalam pengadaan langsung tersebut kami ucapkan

Namun untuk mengirim perintah AT-command dari wavecome ke ponsel atau membaca pesan yang dikiramkan ke Modul GSM harus menggunakan kode ASCII karena komunikasi yang

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Partisipasi pemilih pemula pada pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Dumai Tahun 2015 adalah Partisipasi Aktif, penyebab naiknya

Proses komunikasi yang terjadi pada masyarakat Tionghoa dan Betawi di Kawasan Pecinan Mayor Oking Bekasi merupakan proses komunikasi secara primer (primery

Mengacu pada potensi energi surya di Surabaya, pola dan besaran konsumsi energi harian, serta aturan yang berlaku tentang PLTS atap maka dilakukan simulasi untuk kapasitas PLTS

[r]

Keenam, Firman yang menyatakan: 65 “Bukanlah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang ia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?”