• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Mengenai Penolakan Pasien Miskin Pada Keadaan Gawat Darurat Oleh Rumah Sakit Dihubungkan Dengan Perlindungan Hukum Bagi Pasien (Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan jo. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Mengenai Penolakan Pasien Miskin Pada Keadaan Gawat Darurat Oleh Rumah Sakit Dihubungkan Dengan Perlindungan Hukum Bagi Pasien (Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan jo. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentan"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

v

Universitas Kristen Maranatha

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN MISKIN PADA KEADAAN GAWAT DARURAT OLEH RUMAH SAKIT DIHUBUNGKAN DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN

(DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN jo. UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN

2009 TENTANG RUMAH SAKIT)

Tiara Mawarni 1087001

Kesenjangan yang terjadi antara peraturan perundang-undangan mengenai kewajiban rumah sakit untuk tidak menolak pasien miskin dan kenyataan di masyarakat yang masih terjadi penolakan pasien miskin oleh rumah sakit mendorong penulis melakukan penelitian hukum ini dengan tujuan mengkaji perlindungan hukum terhadap pasien miskin menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (selanjutnya disingkat menjadi Undang-Undang Kesehatan) dan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (selanjutnya disingkat menjadi Undang-Undang Rumah Sakit), dan mengkaji tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh pasien miskin atas tindakan penolakan yang dilakukan oleh rumah sakit pada keadaan gawat darurat.

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis berupa pendekatan yuridis normatif dengan spesifikasi penelitian bersifat deskriptif analitis. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini menggunakan cara analisis kualitatif dengan pola pikir/ logika deduktif.

Perlindungan hukum bagi pasien miskin menurut Undang-Undang Kesehatan dan Undang-Undang Rumah Sakit adalah kepastian, kejelasan, dan jaminan yang berlaku kepada seluruh lapisan masyarakat termasuk masyarakat miskin, yang tertuang dalam aturan-aturan mengenai kewajiban pemerintah dan rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan untuk melindungi dan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan hak-hak pasien miskin sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang di bidang kesehatan lainnya yang berlaku. Pasien miskin yang ditolak rumah sakit pada keadaan gawat darurat dapat melakukan tindakan hukum berupa menggugat rumah sakit tersebut secara perdata dan/atau menuntut rumah sakit tersebut secara pidana. Tindakan hukum perdata yang dapat dilakukan terhadap rumah sakit adalah dengan melakukan gugatan wanprestasi dan perbuatan melawan hukum.

Kata Kunci: Rumah Sakit, Penolakan Pasien Miskin, Keadaan Gawat Darurat,

(2)

vi

Universitas Kristen Maranatha

JURIDICAL REVIEW OF DESTITUDE PATIENT REJECTION IN AN EMERGENCY CONDITION BY HOSPITAL DUE TO LAW PROTECTION FOR THE PATIENT (REVIEWS OF REGULATION NUMBER 36 YEAR 2009 REGARDING HEALTH jo. REGULATION

NUMBER 44 YEAR 2009 REGARDING HOSPITAL)

Tiara Mawarni 1087001

The discrepancy that happened between the regulations about hospital’s liability to not reject the destitude patient and the reality in the society that hospitals rejected the destitude patient make writer did this law research to examine law protection for the destitude patient according to Regulaton Number 36 Year 2009 regarding Health (henceforth shorthen by Health Regulation) and Regulation Number 44 Year 2009 regarding Hospital (henceforth shorthen by Hospital Regulation), and examine the law act that can do by the destitude patient concerning the hospital rejection in an emergency condition.

The research method used by writer is normative juridical approach with research spesification that analitical descriptive identifying. Whereas the data analyze technique that used in this law research is qualitative analyze with deductive logic.

Law protection for the destitude patient based on Health Regulation and Hospital Regulation is a certainty, a clarity, and a guarantee that be valid to all the social stratum including the destitude society, that poured into the regulations about the goverment’s liability and hospital as the health facilities treatment to protect and pay attention to destitude patient’s importances and rights that not contradicted other valid regulations of health sector. The destitude patient whom rejected by hospital in an emergency condition can do the law act that is charge the hosptal by civil code and/or prosecute the hospital by criminal law. Civil law act that can be done to hospital is remanding default accusation by againts law act.

Keywords: Hospital, Destitude Patient Rejection, Emergency Condition, Law

(3)

x

Universitas Kristen Maranatha

Daftar Isi

Lembar Pernyataan Keaslian... Lembar Pengesahan Sidang... Lembar Pengesahan Pembimbing... Lembar Persetujuan Panitia Sidang Ujian... Abstrak... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Lampiran... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... B. Identifikasi Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Kegunaan Penelitian... E. Kerangka Pemikiran... F. Metode Penelitian... G. Sistematika Penulisan...

BAB II RUMAH SAKIT DAN PERLINDUNGAN HUKUM

A. Rumah Sakit... 1. Pengertian Rumah Sakit... 2. Hak dan Kewajiban Rumah Sakit... 3. Hubungan Hukum Rumah Sakit dengan Tenaga

Kesehatan... 4. Kode Etik Rumah Sakit Indonesia...

(4)

xi

Universitas Kristen Maranatha 5. Instalasi Gawat Darurat...

B. Perlindungan Hukum... 1. Pengertian Perlindungan Hukum... 2. Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat...

BAB III KEDUDUKAN PASIEN DAN ISU PENOLAKAN PASIEN YANG TERJADI DI MASYARAKAT

A. Kedudukan Pasien... 1. Hubungan Pasien dengan Rumah Sakit... 2. Hak dan Kewajiban Pasien... 3. Permenkes No. 49 Tahun 2012 tentang Pedoman

Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di Lingkungan Kementerian Kesehatan... 4. Hak Pasien Miskin Sebagai Pemegang Kartu Kesehatan dari Pemerintah... B. Isu Penolakan Pasien yang Terjadi Dalam Masyarakat... 1. Kasus Bayi “DNA” (disamarkan)... 2. Kasus Bayi “Nl” (disamarkan)... 3. Kasus Bayi “Rv” (disamarkan)... 4. Kasus Nyonya “OBR” (disamarkan)...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(5)

xii

Universitas Kristen Maranatha 2. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit... B. Tindakan Hukum yang Dapat Dilakukan Oleh Pasien Miskin Atas Tindakan Penolakan yang Dilakukan Oleh Rumah Sakit Pada Keadaan Gawat Darurat...

1. Pasien Miskin yang Ditolak Rumah Sakit Pada Keadaan Gawat Darurat Dapat Mengajukan Tuntutan Pidana dan/atau Gugatan Perdata... 2. Tindakan Penolakan Terhadap Pasien Miskin yang

Dilakukan Rumah Sakit pada Keadaan Gawat Darurat Merupakan Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum...

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 1. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit... 2. Tindakan Hukum yang Dapat Dilakukan Oleh Pasien

(6)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

Daftar Lampiran

Lampiran I KEPMENKES RI No. 856/MENKES/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit

Lampiran II PERMENKES Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran

Lampiran III Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2012 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di Lingkungan Kementerian Kesehatan

Lampiran IV Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan

(7)
(8)

MENTERI KESEH ATAN REP UB LI K I N D O N E SI A

Formulir 2

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 856/Menkes/SK/IX/2009

TENTANG

STANDAR INSTALASI GAWAT DARURAT ( IGD ) RUMAH SAKIT

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa rumah sakit harus memiliki Standar Instalasi Gawat Darurat sehingga dapat memberikan pelayanan dengan respon cepat dan penanganan yang tepat;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495); 2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

3. Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang - Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Negara Nomor 4548);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);

(9)

Formulir 2 VII/1993 tentang Pembentukan Tim Kesehatan Penang-gulangan Korban Bencana di setiap Rumah Sakit;

7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/Menkes/SK/ X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di kabupaten/Kota;

8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

Menetapkan :

M E M U T U S K A N :

Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT

Kedua : Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu tercantum dalam lampiran keputusan ini.

Ketiga : Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua agar digunakan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dan penyelenggara rumah sakit dalam memberikan pelayanan gawat darurat di rumah sakit.

Keempat : Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Standar Instalasi Gawat Darurat ( IGD ) Rumah Sakit dengan melibatkan organisasi profesi terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya masing- masing.

Kelima : Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri ini, maka Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit sepanjang mengatur mengenai gawat darurat dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Keenam : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 25 September 2009

MENTERI KESEHATAN RI,

(10)

MENTERI KESEH ATAN Tanggal : 25 September 2009

STANDAR INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes, pada tahun 2007 jumlah rumah sakit di Indonesia sebanyak 1.319 yang terdiri atas 1.033 RSU dengan jumlah kunjungan ke RSU sebanyak 33.094.000, sementara data kunjungan ke IGD sebanyak 4.402.205 (13,3 % dari total seluruh kunjungan di RSU), dari jumlah seluruh kunjungan IGD terdapat 12,0 % berasal dari pasien rujukan.

Pasien yang masuk ke IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat.

Semua itu dapat dicapai antara lain dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumberdaya manusia dan manajemen Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit sesuai dengan standar.

Disisi lain, desentralisasi dan otonomi telaj memberikan peluang daerah untuk mengembangkan daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya serta siap mengambil alih tanggung jawab yang selam ini dilakukan oleh pusat. Untuk itu daerah harus dapat menyusun perencanaan di bidang kesehatan khususnya pelayanan gawat darurat yang baik dan terarah agar mutu pelayanan kesehatan tidak menurun, sebaliknya meningkat dengan pesat.

Oleh karenanya Depkes perlu membuat standar yang baku dalam pelayanan gawat darurat yang dapat menjadi acuan bagi daerah dalam mengembangkan pelayanan gawat darurat khususnya di Instalasi Gawat Darurat RS.

B. Prinsip Umum

1. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki kemampuan :

(11)

Formulir 2 2. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus dapat memberikan

pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu.

3. Berbagai nama untuk instalasi/unit pelayanan gawat darurat di rumah sakit diseragamkan menjadi INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD).

4. Rumah Sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasus gawat darurat.

5. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 ( lima ) menit setelah sampai di IGD.

6. Organisasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) didasarkan pada organisasi multidisiplin, multiprofesi dan terintegrasi, dengan struktur organisasi fungsional yang terdiri dari unsur pimpinan dan unsur pelaksana, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan terhadap pasien gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD), dengan wewenang penuh yang dipimpin oleh dokter.

7. Setiap Rumah sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan pelayanan gawat daruratnya minimal sesuai dengan klasifikasi berikut.

C.- Klasifikasi

Klasifikasi pelayanan Instalasi Gawat Darurat terdiri dari :

1. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level IV sebagai standar minimal untuk Rumah Sakit Kelas A.

2. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level III sebagai standar minimal untuk Rumah Sakit Kelas B.

3. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level II sebagai standar minimal untuk Rumah Sakit Kelas C.

4. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level I sebagai standar minimal untuk Rumah Sakit Kelas D.

D. Target Pencapaian Standar

1. Target pencapaian STANDAR INSTALASI GAWAT DARURAT Rumah Sakit secara nasional adalah maksimal 5 tahun dari tanggal penetapan SK.

2. Setiap Rumah Sakit dapat menentukan target pencapaian lebih cepat dari target maksimal capaian secara nasional.

(12)

Formulir 2

II. JENIS PELAYANAN

Level IV Level III Level II Level I

Memberikan pelayanan 2. Penilaiandisability,

(13)

Formulir 2

III. SUMBER DAYA MANUSIA

Level

Kualifikasi Tenaga

Level IV Level IV Level IV Level IV

Dokter Subspesialis

lSemua jenison

call

(14)

Formulir 2

IV. PERSYARATAN SARANA

A. Persyaratan Fisik Bangunan :

1. Luas bangunan IGD disesuaikan dengan beban kerja RS dengan memperhitungkan kemungkinan penanganan korban massal / bencana. 2. Lokasi gedung harus berada dibagian depan RS, mudah dijangkau oleh

masyarakat dengan tanda-tanda yang jelas dari dalam dan luar Rumah Sakit.

3. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda dengan pintu utama (alur masuk kendaraan/pasien tidak sama dengan alur keluar) kecuali pada klasifikasi IGD level I dan II.

4. Ambulans/kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di depan pintu yang areanya terlindung dari panas dan hujan (catatan: untuk lantai IGD yang tidak sama tinggi dengan jalan ambulans harus membuat

ramp).

5. Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brankar.

6. Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa menampung lebih dari 2 ambulans (sesuai dengan beban RS)

7. Susunan ruang harus sedemikian rupa sehingga arus pasien dapat lancar dan tidak ada “cross infection” , dapat menampung korban bencana sesuai dengan kemampuan RS, mudah dibersihkan dan memudahkan kontrol kegiatan oleh perawat kepala jaga.

8. Area dekontaminasi ditempatkan di depan/diluar IGD atau terpisah dengan IGD.

9. Ruang triase harus dapat memuat minimal 2 (dua) brankar. 10. Mempunyai ruang tunggu untuk keluarga pasien.

11. Apotik 24 jam tersedia dekat IGD.

(15)

Formulir 2

B. Persyaratan Sarana

NO KELAS/ RUANG LEVEL

IV

e. R. Informasi dan Komunikasi

- Anak + Bisa Bergabung

- Kebidanan +

3 RUANG OPERASI + + +/- Bisa bergabung

(16)

Formulir 2

NO KELAS/ RUANG LEVEL

IV

LEVEL III

LEVEL II

LEVEL I

KET

4 RUANG OBSERVASI + + + Bisa bergabung

dengan ruangan lain

5 RUANG KHUSUS

a. R. Intermediate/ HCU

Bisa bergabung atau terpisah dan dapat diakses 24 jam

. Umum + + +

-. Cardiac / Jantung + + -

-. Pediatric/ Anak + +/- -

-. Neonatus + +/- -

-b. R. Luka Bakar + +/- -

-c. R. Hemodialisis + +/- -

(17)

-Formulir 2

V. FASILITAS / PRASARANA MEDIS

Fasilitas dan penunjang yang harus tersedia selain ditentukan oleh level IGD rumah sakit, juga oleh jumlah kasus yang ditangani.

NO KELAS/ RUANG LEVEL

IV

z Label (pada saat korban massal )

z Nasopharingeal tube + + + + Minimal 1 setiap no

z Oropharingeal tube + + + + Minimal 1 setiap no

z Laringoscope set

z Nasotrakheal tube + + + + Minimal 1 setiap no

z Orotracheal + + + + Minimal 1 setiap no

z Suction + + + + Minimal 1 setiap no

z Tracheostomi set + + + + Minimal 1 setiap no

(18)

Formulir 2

NO KELAS/ RUANG LEVEL

IV

z Oksigen Medis / Concentrators

OBAT – OBATAN DAN ALAT HABIS PAKAI

(19)

Formulir 2

NO KELAS/ RUANG LEVEL

IV cukup di IGD tanpa harus di resepkan

2 Ruang Tindakan Bedah

ALAT MEDIS

z Meja Operasi / Tempat tidur tindakan

Minimal 3 Minimal 3 Minimal 1 Minimal 1

z Dressing set Minimal 10 Minimal 10 Minimal 10 Minimal 10

z Infusion set Minimal 10 Minimal 10 Minimal 10 Minimal 10

z Vena Section set Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-z Torakosintetis set Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-z Metal kauter Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-z Film Viewer Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-z Tiang Infus Minimal 6 Minimal 6 Minimal 2 Minimal 2

z Lampu Operasi Minimal 3 Minimal 3 Minimal 1 Minimal 1

z Thermometer Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Stetoskop Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Suction Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Sterilisator Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Bidai Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

(20)

Formulir 2

NO KELAS/ RUANG LEVEL

IV

OBAT-OBATAN DAN ALAT HABIS PAKAI

z Analgetik + + + +

3 Ruang Tindakan Medik

z Kumbah Lambung Set

PERALATAN MEDIS

Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z EKG Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Kursi Periksa Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Irigator Pemeriksaan Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Nebulizer Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Suction Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Oksigen Medis Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z NGT Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Syringe Pump Minimal 2 Minimal 2 Minimal 2

-z Infusion Pump Minimal 2 Minimal 2 Minimal 2

-z Jarum Spinal Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Lampu Kepala Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

(21)

-Formulir 2

NO KELAS/ RUANG LEVEL

IV

z Opthalmoscope Minimal 1 Minimal 1 -

-z Otoscope set Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Slit Lamp Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Tiang Infus Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Tempat Tidur Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Film Viewer Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

OBAT – OBATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI

z Cairan Infus Koloid + + + +

(22)

Formulir 2

NO KELAS/ RUANG LEVEL

IV

4 Ruang Tindakan Bayi & Anak

PERALATAN MEDIS

z Inkubator Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Tiang Infus Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Tempat Tidur Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Film Viewer Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Suction Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Oksigen Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

OBAT- OABATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI

z Stesolid + + + +

z Mikro drips set + + + +

Tersedia dalam jumlah yang cukup

z Intra Osseus set + + + +

5 Ruang Tindakan Kebidanan

PERALATAN MEDIS

z Kuret Set Minimal 1 Minimal1/ bergabung

Minimal 1/ bergabung

Minimal 1/ bergabung

z Partus Set Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Suction bayi Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Meja Ginekologi Minimal 1 Minimal 1/ bergabung

z Meja Partus Minimal 1 Minimal 1/ bergabung

z Vacuum set Minimal 1 Minimal 1/ bergabung

z Forcep set Minimal 1 Minimal 1/ bergabung

z CTG Minimal 1 Minimal 1/

bergabung

z Resusitasi set Minimal 1 Minimal 1/ bergabung

z Doppler Minimal 1 Minimal 1/ bergabung

z Suction Bayi baru lahir

Minimal 1 Minimal 1/ bergabung

Minimal 1/ bergabung

(23)

Formulir 2

NO KELAS/ RUANG LEVEL

IV

z Laennec Minimal 1 Minimal 1 / bergabung

Minimal 1/ bergabung

Minimal 1/ bergabung

z Tiang Infus Minimal 1 Minimal 1 / bergabung

Minimal 1/ bergabung

Minimal 1/ bergabung

z Tempat Tidur Minimal 1 Minimal 1 / bergabung

Minimal 1/ bergabung

Minimal 1/ bergabung

z Film Viewer Minimal 1 Minimal 1 / bergabung

z Uterotonika + + + + Tersedia dalam

jumlah yang cukup

z Prostaglandin + + + +

6 Ruang Operasi ( R. Persiapan dan Kamar Operasi

a. RUANG PERSIAPAN

z Ruang ganti Tindakan / operasi

yang dilakukan

z Meja Operasi Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-Tindakan yang dilakukan terutama untuk keadaan

Cito,bukan elektif z Mesin Anastesi Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-z Alat regional Anestesi

Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-z Lampu ( Mobile / statis )

Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-z Pulse Oximeter Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-z Vital Sign Monitor Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-z Meja Instrumen Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-z Suction Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

(24)

-Formulir 2

NO KELAS/ RUANG LEVEL

IV

z Film Viewer Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-z Set Bedah dasar Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-z Set laparatomi Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-z Set Apendiktomi Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-z Set sectiosesaria Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-z Set Bedah anak Minimal 1 Minimal 1 -

-z Set Vascular Minimal 1 Minimal 1 -

-z Torakosintetis set Minimal 1 Minimal 1 -

-z Set Neurosurgery Minimal 1 Minimal 1 -

-z Set orthopedic Minimal 1 Minimal 1 -

-z Set urologi Emergency

Minimal 1 Minimal 1 -

-z Set Bedah Plastik Emergency

Minimal 1 Minimal 1 -

-z Set Laparoscopy Minimal 1 Minimal 1 -

-z Endoscopy surgery Minimal 1 Minimal 1 -

-z Laringoscope Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Bag Valve Mask Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

z Defibrilator Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

c. RUANG RECOVERY

z Infusion pump Minimal 2 Minimal 2 Minimal 2

-Tindakan yang dilakukan terutama untuk keadaan

Cito,bukan elektif z Syringe pump Minimal 2 Minimal 2 Minimal 2

-z Bed Side Monitor Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-z Suction Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

(25)

-Formulir 2

NO KELAS/ RUANG LEVEL

IV

z Infusion set Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-z Oxygen Line Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-C. RUANG PENUNJANG MEDIS

1. Ruang Radiology

z Mobile X-ray Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

+/-Bisa bergabung/ tersendiri dan dapat diakses 24 jam

z Mobile USG Minimal 1 Minimal 1 -

-z Apron Timbal Minimal 2 Minimal 2 Minimal 2

-z CT Scan Minimal 1 Minimal 1 -

-z MRI Tersedia 1 - -

-z Automatic Film Processor

Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-z Film Viewer Minimal 1 Minimal 1 Minimal 1

-2. Ruang Laboratorium Medis Habis Pakai )

+ + + +

4. Ruang Sterilisasi

z Basah + + + + Minimal 1

(26)

Dr.dr. SITI FADILAH SUPARI,Sp.JP (K)

Formulir 2

NO KELAS/ RUANG LEVEL

IV

LEVEL III

LEVEL II

LEVEL I

KET

5. Gas Medis : N2O

z Tabung Gas + + + +

z Sentral + + +/-

+/-D. RUANG PENUNJANG NON MEDIS

1. Alat Komunikasi Internal

z Fix + + + +

z Mobile + +/- +/-

+/-z Radio Medik + + +/-

+/-2. Alat Komunikasi Eksternal

z Fix + + + +

z Mobile + +/- +/-

+/-z Radio Medik + + + +

3. Alat Rumah Tangga

Tersedia

z Komputer + + +/-

-z Mesin Ketik + + +

+/-z Alat Kantor + + + +

z Meubelair + + + +

z Papan Tulis + + + +

DitePtaaadpakTaannngdgail: Jaka:r2ta5

Pada tanggal : 25 September 2009

,

MENTERI KESEHATAN RI,

(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)

w w w .h u k u m on lin e .com

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2012

TENTANG

PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14 ayat (3) dan Pasal 17 ayat (6) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.

Mengingat:

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.

2. Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh peserta, pemberi kerja, dan/atau Pemerintah.

3. Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut Bantuan Iuran adalah Iuran program Jaminan Kesehatan bagi Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu yang dibayar oleh Pemerintah.

4. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut PBI Jaminan Kesehatan adalah Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu sebagai peserta program jaminan kesehatan.

(56)

w w w .h u k u m on lin e .com

5. Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.

6. Orang Tidak Mampu adalah orang yang mempunyai sumber mata pencaharian, gaji atau upah, yang hanya mampu memenuhi kebutuhan dasar yang layak namun tidak mampu membayar Iuran bagi dirinya dan keluarganya.

7. Dewan Jaminan Sosial Nasional yang selanjutnya disingkat DJSN adalah dewan yang berfungsi untuk membantu Presiden dalam perumusan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan sistem jaminan sosial nasional.

8. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.

9. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

10. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial.

BAB II

PENETAPAN KRITERIA DAN PENDATAAN FAKIR MISKIN DAN ORANG TIDAK MAMPU

Pasal 2

(1) Kriteria Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait.

(2) Kriteria Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar bagi lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik untuk melakukan pendataan.

Pasal 3

Hasil pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu yang dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik diverifikasi dan divalidasi oleh Menteri untuk dijadikan data terpadu.

BAB III

PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN

Pasal 4

Data Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu yang telah diverifikasi dan divalidasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, sebelum ditetapkan sebagai data terpadu oleh Menteri, dikoordinasikan terlebih dahulu dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait.

Pasal 5

(1) Data terpadu yang ditetapkan oleh Menteri dirinci menurut provinsi dan kabupaten/kota.

(2) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar bagi penentuan jumlah nasional PBI

(57)

w w w .h u k u m on lin e .com

Jaminan Kesehatan.

Pasal 6

Data terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 disampaikan oleh Menteri kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan dan DJSN.

BAB IV

PENDAFTARAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN

Pasal 7

Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan mendaftarkan jumlah nasional PBI Jaminan Kesehatan yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) sebagai peserta program Jaminan Kesehatan kepada BPJS Kesehatan.

Pasal 8

BPJS kesehatan wajib memberikan nomor identitas tunggal kepada peserta Jaminan Kesehatan yang telah didaftarkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

BAB V PENDANAAN IURAN

Pasal 9

Pelaksanaan program Jaminan Kesehatan untuk PBI Jaminan Kesehatan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Pasal 10

(1) DJSN menyampaikan usulan anggaran Jaminan Kesehatan bagi PBI Jaminan Kesehatan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

(2) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan menyampaikan usulan anggaran Jaminan Kesehatan bagi PBI Jaminan Kesehatan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan berdasarkan usulan DJSN.

(3) Usulan anggaran Jaminan Kesehatan bagi PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VI

PERUBAHAN DATA PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN

Pasal 11

(58)

w w w .h u k u m on lin e .com

(1) Perubahan data PBI Jaminan Kesehatan dilakukan dengan:

a. penghapusan data Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu yang tercantum sebagai PBI Jaminan Kesehatan karena tidak lagi memenuhi kriteria; dan

b. penambahan data Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu untuk dicantumkan sebagai PBI Jaminan Kesehatan karena memenuhi kriteria Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu.

(2) Perubahan data PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diverifikasi dan divalidasi oleh Menteri.

(3) Perubahan data ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait.

(4) Verifikasi dan validasi terhadap perubahan data PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan setiap 6 (enam) bulan dalam tahun anggaran berjalan.

Pasal 12

Penduduk yang sudah tidak menjadi Fakir Miskin dan sudah mampu wajib menjadi peserta Jaminan Kesehatan dengan membayar Iuran.

BAB VII

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 13

Peran serta masyarakat dapat dilakukan dengan cara memberikan data yang benar dan akurat tentang PBI Jaminan Kesehatan, baik diminta maupun tidak diminta.

Pasal 14

Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 disampaikan melalui unit pengaduan masyarakat di setiap pemerintah daerah, yang ditunjuk oleh gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, maka:

a. penetapan jumlah PBI Jaminan Kesehatan pada tahun 2014 dilakukan dengan menggunakan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2011 sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Menteri;

b. Menteri dalam menetapkan jumlah PBI Jaminan Kesehatan tahun 2014 berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait.

(59)

w w w .h u k u m on lin e .com

Pasal 16

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan Di Jakarta

Pada Tanggal 3 Desember 2012

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan Di Jakarta

Pada Tanggal 3 Desember 2012

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 264

(60)

w w w .h u k u m on lin e .com

PENJELASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2012

TENTANG

PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN

I. UMUM

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dibentuk dengan pertimbangan utama untuk memberikan jaminan sosial yang menyeluruh bagi seluruh rakyat. Undang-undang menentukan 5 (lima) jenis program jaminan sosial, yaitu Jaminan Kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian bagi seluruh penduduk. Kepesertaan program jaminan sosial tersebut baru mencakup sebagian kecil masyarakat, sedangkan sebagian besar masyarakat belum memperoleh jaminan sosial yang memadai.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional menentukan program jaminan sosial yang dilaksanakan oleh beberapa badan penyelenggara secara bertahap dapat

menjangkau kepesertaan yang lebih luas, serta memberikan manfaat yang lebih baik bagi setiap peserta. Melalui pelaksanaan program jaminan sosial yang semakin luas, diharapkan seluruh penduduk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak, termasuk mereka yang tergolong Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu.

Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional menentukan bahwa, “Pemerintah secara bertahap mendaftarkan penerima bantuan iuran sebagai peserta kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial”.

Kemudian dalam Pasal 17 ayat (4) ditentukan bahwa, “Iuran program jaminan sosial bagi Fakir Miskin dan orang yang tidak mampu dibayar oleh Pemerintah”. Pada ayat (5) ditentukan bahwa, “Pada tahap

pertama, iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibayar oleh Pemerintah untuk program jaminan kesehatan”. Selanjutnya pada ayat (6) ditentukan bahwa, “Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah”.

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 17 ayat (5) dan Pasal 21 ayat (1), Iuran program Jaminan Kesehatan bagi Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu dibayar oleh Pemerintah.

Sehubungan dengan pertimbangan tersebut di atas, perlu ditetapkan Peraturan Pemerintah tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan. Ruang lingkup Peraturan Pemerintah ini hanya mencakup program Jaminan Kesehatan yang pada pokoknya mengatur:

1. Ketentuan Umum;

2. Penetapan Kriteria dan Pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu;

3. Penetapan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan;

4. Pendaftaran Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan;

5. Pendanaan Iuran;

6. Perubahan Data Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan; dan

7. Peran Serta Masyarakat.

II. PASAL DEMI PASAL

(61)

w w w .h u k u m on lin e .com

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Verifikasi dan validasi dilakukan dengan mencocokkan dan mengesahkan data.

Pasal 4

Yang dimaksud dengan “menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait” antara lain menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, tenaga kerja dan transmigrasi, dalam negeri, dan pimpinan lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik untuk melakukan

pendataan.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

(62)

w w w .h u k u m on lin e .com

Yang dimaksud dengan “ketentuan peraturan undangan” adalah peraturan perundang-undangan di bidang keuangan negara.

Pasal 11

Ayat (1)

Huruf a

Penghapusan data PBI Jaminan Kesehatan antara lain karena:

a. peserta PBI Jaminan Kesehatan meninggal dunia; dan

b. peserta PBI Jaminan Kesehatan memperoleh pekerjaan.

Huruf b

Penambahan data PBI Jaminan Kesehatan antara lain karena:

a. pekerja yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan belum bekerja setelah lebih dari 6 (enam) bulan;

b. korban bencana;

c. pekerja yang memasuki masa pensiun;

d. anggota keluarga dari pekerja yang meninggal dunia; dan

e. anak yang dilahirkan oleh orang tua yang terdaftar sebagai PBI Jaminan Kesehatan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Yang dimaksud dengan “unit pengaduan masyarakat” adalah unit yang memberikan pelayanan terhadap masyarakat yang berada di pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang salah satu fungsinya untuk menerima aduan masyarakat terkait adanya dugaan permasalahan dalam pendataan, pendaftaran, dan pemberian Iuran Jaminan Kesehatan.

Pasal 15

(63)

w w w .h u k u m on lin e .com

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5372

(64)

! "# $ % & ' % '( ' ' ) )* ( %

+ ) , - ( % + ) ,.- ( % + ) , - ( % + )

,/- ( % 0 ( % 1 + ) ,/- $ ( % 2 + ) ,

-$ 3 $ 4 4& . "* . ) ) ()

4( % ( 4 % $ ' ) )* ( % / + ) ,

-$ ( % 5 + ) ,/- "*&*6 $ 3 $ 4 4& .

"* ) ) $ + % & 4( %

7 &%* ) 7' & )*& & ( $ ) )

( " ) 8

) ! 9 ( % . + ) , - $ 3 $ ( & &

7* % ' $4 ( "* 5./8

9 $ 3 $ 4 4& . "* . ) ) ()

4( % ( 4 % , & & 7* % '

$4 ( "* . 4 4& / "

& & 7* % ' $4 ( 4 4& ../0-8

(65)

3 3

9 $ 3 $ 4 4& . "* ) ) $

+ % & 4( % , & &

7* % ' $4 ( "* 4 4& 0

" & & 7* % ' $4 (

4 4& / /0-8

!

) 7' ! 9

( %

% & )*& & ( $ + $ '(*$ $ !

9 ( " ) $ % " ; &*7

7 &% $* ' ( " ) & 7 ( &) 7 &4% "

6 ) 7 % " & ' ( " ) $ 7 &% $*

$ % *" ' *)*" $ ( & ' ( " ) +

$ & ' ' 7 $ ( ) 7 4& + ) % " + &

*& ) * *& + $ + & 4% " 7 & ) "9

9 $ + % & 4( % ( " ) +

( % ;*) + $ ( ' ) ( " ) $ % " $

"*'* + $ )*' * )*' + % & '

7&4 & ( " ) 9

9 & )* *& ( " ) +

( % ;*) + $ ( *) ( " ) $ % "

6 ' & (' $ 4& ) $ ' 7* ( 7 ( &)

7&4 & ( " ) 9

(66)

3 3

.9 ( &) $ % " ( ) 7 4& ) & (*' 4& (

+ ' &; 7 % ( ' ) 0 , - *% $

$4 ( + ) % " + & *& 9

/9 6 ) $ % " 6 $ " ; (4( % + ; $

" ' ( &) $ < ) * 4) ' %* & + 9

09 ' &; $ % " ( ) 7 4& + ' &; $

& ; *7 " ) * % $ % )*' % 9

19 ' &; & 7 " $ % " ( ) 7 4& +

' &; 7 $ 7 & ' &; $ & ; ) *

*7 "9

29 ' &; *' & 7 " $ % " ( ) 7 4&

+ ' &; ) * &*( " ) ( & ( '4 ( $ & 9

59 & &; $ % " 4& 7 &( 4& 7 *( "

$ "*'* ) * $ % + +

7 ' &; ' ) ' &; ) * 7 + % &

& + 7 ' &; ' 7 # & $

+ & ; *7 " ) * % $ % )*'

% + 9

9 ; ) * 7 " $ % " " ' ' &; + $ ) & $

$ + ) ' $ % )*' * ( % $ &

& &; ' 7 $ ' &; + $ ) ) 7' $

$ + & *&*) (* )* 7 &; ; ' &; ' ( 7 ' )

) * 7 & )*& 7 &* $ 3* $ ) & (*'

)* ; ' &; $ ' %* & + ) ( (* )*

7 ' &; $ < ) * ; ( + ) % " ) * '

$ % '*' 9

(67)

3 . 3

9 *)*( * * &; + ( % ;*) +

$ ( ' ) $ % " 7 '" & "* * ' &;

' & (* )* " % ) &) )* + ' )'

& '" & + " ' $ ' # ; ) & ' &; < *&*"

$ & &; &$ ( &' 7 & )*& 7 &* $ 3

* $ 9

9 = > ) 4) % ) 7 $ % " > > ) + ' )'

' ) $ ' 7* ( ( 4& * )*' % '*'

7 ' &; 9

9 *& ( " ) $ % " ( ;* % " * +

$ + &' ( > & ) & )*& 4% " ( &) & &;

$ < ) * & ) " * )*' 7&4 &

( " ) 9

.9 ? ( % ) ( ( " ) $ % " 6 ( % ) ( 7 % +

' ( " ) + $ * ' * )*' + % & '

*7 + 7 % + ' ( " ) 7 &4& ' 7&4 4) 6

7& @ ) 6 '*& ) 6 *7* & " % ) ) 6 + $ % '*'

4% " & ) " & ) " & " $ < ) *

(+ & ' )9

/9 ; ) & $ % " 7 7 $ 4) %

& ( $ '(*$ $ % $ 3 $

( & & 7* % ' $4 ( "* 5./ $

; ) & + $ ) )*' 4% " $ 3 $ 9

(68)

3 / 3

09 # & ) " 4 # & $ % "

7 # ) $ ' ) ) 7 7 # "4 4& & () 6 '"*(*( $

7 # % + $ + &' 4% " &

$ 7 ) $ % ; & ) * &

$ 7 ) $ % ; & "9

19 4) ) & ( 4 % $4 ( + ( % ;*) +

$ ( *) 4) $ % " 7 &(4 %<7& ;*& ) % )

& $ $ 7 &) " + % '( '

)* ( + ( > & )& $ # " 7 7 7 % ) 6

' ) ) * * $ # " 7 %

9

29 4) 74% ( & 7* % ' $4 ( +

( % ;*) + $ ( *) 4) 4%& $ % " 7 #

& 7 $ 74% ( & 7* % ' $4 ( +

% '( ' 6* ( ' 74% ( 9

59 A ) & $ % " A ) & 7* % ' $4 (

( $ '(*$ $ % $ 3 $ 4 4&

/ "* ) ) A ) & 7* % ' $4 ( 9

9 & ) ( &$ ' $ % " & ) ( &$ '

( $ '(*$ $ % $ 3 $ 4 4&

/ &7( "* 50. ) ) & " & <

* ; ' 7 $ & ) ( & & ' ( <

&$ ' 9

(69)

3 0 3

9 & ) " *( ) + ( % ;*) + $ ( *) & ) "

$ % " & ( $ 7* % ' $4 ( +

' '* ( 7 & ) " & 7* % ' $4 (

( $ '(*$ $ % $ 3 $ ( &

& 7* % ' $4 ( "* 5./9

9 & ) " & " $ % " * & *& *7 ) ) *

B % '4) $ 7 & ' ) $ & " ( * (*&

7 + % & 7 & ) " $ & "9

9 ) & $ % " ) & + + % & '

*&*( 7 & ) " $ $ ' ( " ) 9

( )*

( &) ( " )

( %

( &) ( " ) % 7*) !

9 ( " ) 8 $

9 *' ( " ) 9

(70)

3 1 3

( %

, - ( &) ( " ) (

$ '(*$ $ % ( % "*&*6 % 7*) 4& +

) & 4%4 6 ' & (' $ 4& ) $ ' 7*9

, - ) 7 ( &) ( " )

( $ '(*$ 7 $ + ) , - $ % '*' ( (*

$ ' ) )* 7 & )*& 7 &* $ 3* $ 9

( % .

, - ( &) *' ( " ) (

$ '(*$ $ % ( % "*&*6 &*7 ' ( &)

+ ) $ ' ) & 4%4 6 ' & (' $ 4& ) $ '

7* + ) &$ & ) (!

9 ' &; & 7 " $ 4) ' %* & + 8

9 ' &; *' & 7 " $ 4)

' %* & + 8 $

>9 *' ' &; $ 4) ' %* & + 9

, - ' &; & 7 " ( $ '(*$ 7 $

+ ) , - "*&*6 ) &$ & ) (!

9 # & 7 %8

9 4) 8

>9 4) 4%& 8

$9 ; ) & 8

9 # & ) " 4 # & 8

(71)

3 2 3

69 7 # (# () 8 $

9 ' &; + ) $ ' ) & (*' "*&*6 ( 7

$ "*&*6 6 + & 7 "9

, - ' &; *' & 7 " ( $ '(*$

7 $ + ) , - "*&*6 ) &$ & ) (!

9 ' &; $ %* & "* * ' &; ) * ' &;

$ & 8 $

9 ' &; + ) $ ' ) & (*' "*&*6 + *'

7 & 7 "9

,.- *' ' &; ( $ '(*$ 7 $ + ) ,

-"*&*6 > ) &$ & ) (!

9 @ ()4&8

9 & &; 8

>9 7 & 7 ( * 8

$9 A ) & 8

9 & ) ( &$ ' 8 $

69 *' ' &; + ) $ ' ) & (*' "*&*6 ( 7

$ "*&*6 + 7* + & *& 9

,/- & 7 ( * ( $ '(*$ 7 $ + )

,.-"*&*6 > ) &$ & ) (!

9 # & 7 % + &" ) $ " '

7 ( * 8

9 4) $ 4) 4%& + &" )

$ " ' 7 ( * 8

>9 ; ) & + &" ) $ " ' 7 ( * 8

$9 7 & 7 ( * ( % "*&*6 "*&*6 $

"*&*6 >8 $

(72)

3 5 3

9 ; $ $*$ ) * ' + ) 7 )* $ & 7 &

7 ( * ( $ '(*$ 7 $ "*&*6

( 7 $ "*&*6 $ + $ 7 ) " '

7 ( * 9

,0- ' &; ( $ '(*$ 7 $ + ) , - "*&*6

$ "*&*6 ) & (*' # & & ( + ' &;

$ $4 ( 7 % ( ' ) 0 , - *% 9

,1- ( " ) ' &; # & &

$4 ( + ' &; $ %* & & $ )*& $

' ) )* 7 & )*& 7 &* $ 3* $ ) &( $ & 9

( % /

, - 4) ' %* & ( $ '(*$ $ % ( %

. + ) , - "*&*6 % 7*) !

9 ()& ) * (* + ( " $ & ( &) 8 $

9 ' ' $* ' ) & $ < ) * ' ' )

+ ( " $ & ( &) $ '& ) & !

9 ) $ ' ) * %* 7 & " ' " ) * ) $ '

7* + 7 " ( % ( $ & 8 $

9 %* &*( ,$* 7*%*" ( )*- ) "* ) *

%* &*( / ,$* 7*%*" % - ) "* +

( " % ;*)' 7 $ $ ' 64& %9

, - ( &) *' ( " ) $ 7 )

'*)( &) ' 4) ' %* & + % 9

(73)

3 3

$*

7 ( &) ( " )

( % 0

, - 7 ( &) ( " ) &( 6 ) # ; $

$ % '*' ( > & &) " 7 ( " > '*7 ( %*&*"

7 $*$*'9

, - ) " 7 ( $ '(*$ 7 $ + ) ,

-$ % '*' ( & '*)!

9 " 7 7 &) *% ) % * & .

7 % ( $ ' ) % 7*) !

9 ( " ) 8

9 4) < # & 7 % $ % '*

) & &) " $ 4)

' %* & + 8

9 4) 4%& < # & 7 % $

% '* 4%& $ 4) ' %* & + 8

.9 ( &) (*& ( ' ( " ) &*( " &( &4

, &( &4- (*& ( ( " ) $4 (

, - $ 4) ' %* & + 8 $

/9 ( &) % " & ( " )

&*( " &( &4 , &( &4- 4( %

&; , - $ 4)

' %* & + 8

9 " 7 ' $* % 7*) ( %*&*" 7 $*$*' +

%* (*' ( ( &) ( " )

7 % % ) 7 $ ) % * & 59

(74)

3 3

)

( &) + % *)*( * * &; $

= > ) 4) % ) 7

( % 1

, - ( &) ( $ '(*$ $ % ( % . + ) ,

-"*&*6 + % ) ) 7 7 &4% " " '

6 ) ( " ) 7 % % 0 ,

-*% ( ; ' $ ) 7 + & *& 9

, - ( &) ( $ '(*$ 7 $ + ) , - +

) % " ' &; ' % # ; 7 &7 ; () )*(

' 7 ( &) + $ + & *& 9

, - % " % ( &) ( $ '(*$ 7 $ + )

, - $ + ) , - ) $ ' ' &; ' % $ ) $ '

7* &" ' ; $ ( &)

( " ) 9

( % 2

, - ( &) *' ( " ) +

% = > ) 4) % ) 7 $ ) $ ' 7* &" '

; $ ( &) ( " ) 9

, - ) 7 = > ) 4) % ) 7 ( $ '(*$

7 $ + ) , - $ % '*' 4% " $4') & + &# 9

(75)

3 3

7 )

&* " ) )*( 7 ( &)

( % 5

, - &* " () )*( ' 7 ( &) $ & ( &)

( " ) ; $ *' ( &)

( " ) $ % '*' % %* 7 $ 6) & '

( " ) $ + & *& 7 &) 9

, - &* " () )*( ' 7 ( &) ( $ '(*$

7 $ + ) , - ) $ ' ' )' ) &7*)*( +

6 ) ( " ) 9

, - &* " () )*( ' 7 ( &) $ & *' ( &)

( " ) ; $ ( &)

( " ) $ % '*' ( (* $ ' ) )*

7 & )*& 7 &* $ 3* $ 9

?

( %

, - & ) " $ 6) &' ( " )

( ( &) ' 7 $ ( " ) 9

, - $ 6) & ( &) ( " )

( $ '(*$ 7 $ + ) , - $ % '( '

( (* $ ' ) )* 7 & )*& 7 &* $ 3

* $ 9

(76)

3 3

( %

, - ) 7 & &; # ; $ 6) &' $ & + $

' &; + ( 7 ( &) ( " ) ' 7 $

( " ) $ + & *& 9

, - % " % & &; ( > & + ) 3 + ) ) $ '

$ 6) &' ' &; + ' 7 $ ( " )

' &; + &( '*) &" ' $ 6) &'

$ & + ( ( &) ( " ) 9

, - ) 7 ' &; *' & 7 " # ;

$ 6) &' $ & + $ 4) ' %* & + ( > &

( $ & 3( $ & ) * &' %4 74' ( ( &)

( " ) 7 $ ( " ) $

+ & *& 9

,.- ) 7 4& *' ' &; # ; $ 6) &' $ & +

$ 4) ' %* & + ( ( &)

( " ) ' 7 $ ( " ) $ + &

*& 9

( %

, - ) 7 ( &) + ) % " ) &$ 6) & 7 $

( " ) &" ' $ 7 )' $ ) ) ( ( &) 9

, - $ ) ) ( ( &) ( $ '(*$ 7 $ + ) ,

-7 % ( $ ' ) * ) $ 4 4& $ ) ) (

( &) 9

(77)

3 . 3

, - 4 4& $ ) ) ( ( &) ( $ '(*$ 7 $

+ ) , - &*7 ' 4 4& $ ) ) ( )* % +

&% '* * )*' ( * 7&4 & ; (4( %9

( %

, - ( &) ' &; & 7 " # ; + 7 '

7 &* " $ ) ' 7 ( &) ' 7 $ & &; 9

, - & &; # ; % 74&' 7 &* " $ )

' 7 ( &) ( $ '(*$ 7 $ + ) ,

-' 7 $ ( " ) 9

, - % " % & &; ( > & + ) 3 + ) ) $ '

% 74&' 7 &* " $ ) ' 7 ( &) ' 7 $

( " ) ' &; + &( '*) $ 7 )

% 74&' 7 &* " $ ) ' 7 ( &) ( > &

% (* ' 7 $ ( " ) 9

,.- ( &) ' &; *' & 7 " $ *'

' &; # ; + 7 ' 7 &* " $ )

' 7 ( &) ' 7 $ ( " ) 9

( % .

( &) + 7 $ " ' &; # ; % 74&' $ )

' 7 ( &) + $ $ ) ) ( & &; + &*

' 7 $ ( " ) $ * ;*'' $ ) ) (

( &) 9

(78)

3 / 3

( % /

) )* % " % ;*) 7&4( $*& 7 $ 6) &

@ & 6 ' ( ' 7 ( &) 7 &* " $ ) ' 7 ( &) $

$ ) ) ( ( &) ( $ '(*$ $ % ( %

( % ( % $ ( % . $ )*& $ & )*&

( " ) ( ) % " &'44&$ ( $

' ) & <% ) &' )9

A

( )*

( & *&

( % 0

, - *& ( " ) ( &)

( " ) $ + & 4% " & ) "9

, - *& ( " ) ( &) ' &;

& 7 " $ + & 4% " & &; $

' &; 9

, - *& ( " ) ( &) ' &; *'

& 7 " $ 7 ( &) *' ' &; $ + & 4% "

( &) + &( '*) 9

,.- ) )* % " % ;*) ( & *&

( " ) ( $ '(*$ 7 $ + )

, - + ) , - $ + ) , - $ )*& $ & )*&

& ( $ 9

(79)

3 0 3

$*

+ & *&

( % 1

, - & &; # ; + & *&

( " ) ( %*&*" ( &) + ; $ ) *

; # + 7 $ ( ) 7 *% + $ + &' 7 %

% ) ) % ,( 7*%*"- ( ) 7 *% ' 7 $

( " ) 9

, - 7 % ) % ,( 7*%*"- ( $ '(*$

7 $ + ) , - ; )*" 7 $ " & % *& ' *&

$ + &' 7 $ " & ' &; & '*) + 9

, - + & *& ( " ) (

$ '(*$ 7 $ + ) , - (*$ " ) & (*' *& +

; $ ) * ; # ( &) 9

,.- ) &% ) 7 + & *& ( " )

( $ '(*$ 7 $ + ) , - $ ' ' $ $

$ ()& ) 6 ( ( & C ,$* 7 &( - 7 & *% $ &

)4) % *& + ) &)* ' $ $ + & 4% " &

&; 9

,/- ( &) ' &; *' & 7 " $ ( &)

*' ' &; # ; + & *&

( " ) 7 $ ( ) 7 *% + $ + &' 7 %

% ) ) % ,( 7*%*"- ( ) 7 *% ' 7 $

( " ) 9

,0- + & *& ( " ) $ 7 )

$ % '*' $ # % * )*' % " $ & ,( )*- *% 9

(80)

3 1 3

,1- ) )* % " % ;*) ) ) > & 7

$ $ $ ()& ) 6 $ )*& $ & )*&

( " ) 9

)

% " $ '*& *&

( % 2

, - ( " ) " )* ' % " ) *

' '*& *& ( " ) ( (* $

; ) * 7 " ( &) 9

, - % " % ) &; $ ' % " ) * ' '*&

7 + & *& ( $ '(*$ 7 $ + )

, - ( " ) & ) "*' ( > & ) &)*% (

' 7 $ & &; $ < ) * ( &) 7 % % )

. , 7 ) % (- " & ' &; ( ; ' $ ) & + *& 9

, - % " ) * ' '*& 7 + & *&

( $ '(*$ 7 $ + ) , - $ 7 &" )* '

$ 7 + & *& *% & '*) + 9

( % 5

) )* % " % ;*) ) ) > & 7 + &

*& $ )*& $ & )*& ( " ) ( ) % "

&'44&$ ( $ ' ) & <% ) &' )9

(81)

3 2 3

A

?

( %

, - ) 7 ( &) &" ' 7 &4% " 6 )

( " ) + &( 6 ) 7 % + ' ( " )

7 &4& > '*7 7 % + 7&4 4) 6 7& @ ) 6

'*& ) 6 $ & " % ) ) 6 ) & (*' 7 % + 4 ) $

" $ ( " ( 7 ' ( (* $ ' *)*"

$ ( + $ 7 &%*' 9

, - 6 ) ( " ) ( $ '(*$

7 $ + ) , - ) &$ & ) ( 6 ) $ ( $ 6 )

4 $ (9

, - 6 ) $ ( ( $ '(*$ 7 $ + ) ,

-) $ ' -) & ' -) $ ( & *& + $ + &' 9

,.- 6 ) 4 $ ( ( $ '(*$ 7 $ + )

, - % 7*) 6 ) '4 4$ ( $ *% (9

,/- 6 ) '4 4$ ( ( $ '(*$ 7 $ + )

,.- $ ) )*' &$ ( &' (' % ( & *& +

$ + &' 9

,0- *% ( ( $ '(*$ 7 $ + ) ,.- " +

$ & ' * )*' 7 ( &*;*' $ & ? ( % ) (

( " ) $ '4 $ ( ) &) )* + $ ) ) 7'

4% " ( " ) 9

(82)

3 5 3

( %

, - 6 ) 7 % + 7&4 4) 6 $ 7& @ ) 6 % 7*)

7 & 7 % + !

9 7 +*%*" ' ( " ) 7 &4& 8

9 * ( ( $ ( &8

>9 ' %* & & > 8 $

$9 ('& ' ( " ) 9

, - +*%*" ' ( " ) 7 &4& (

$ '(*$ 7 $ + ) , - "*&*6 % 7*) 7 % ( $ ' )

7 +*%*" 7 %4% 6 ')4& & ( '4

7 + ' ) $ 7 & % '* " $*7 &( " $ ( " )9

, - % + * ( ( $ ( & ( $ '(*$

7 $ + ) , - "*&*6 % 7*)

, = - $ 7 ) ) (3 , 3

- 4% 4 $ = 7 '9

,.- % + ' %* & & > ( $ '(*$

7 $ + ) , - "*&*6 > % 7*) '4 ( % '4 )& ( 7(

$ ( & @ ( ')4 $ )* ')4 ' &; ( $

% + $ ' %* & & > 9

,/- A '( * )*' * ( ( $ ( & $ % ) '4 )& ( 7(

$ ( & ( $ '(*$ 7 $ + ) , - $ + )

,.-$ ( ,.-$ ' 4% " & ) " $ < ) * & ) "

& "9

(83)

3 3

,0- % + ('& ' ( " ) ( $ '(*$

7 $ + ) , - "*&*6 $ $ & ' ( > & ( % ') 6 +

$ )*;*' * )*' $ ) '( & ( '4 7 + ' ) $

> " $ 7 ' % ;*) $ & & ( '4 7 + ' )

) &) )*9

,1- ) )* ) ) > & 7 & 7 % +

('& ' ( " ) ; ( 7 + ' ) $ # ')*

7 % + ('& ' ( " ) ( $ '(*$

7 $ + ) ,0- $ )*& $ & )*& ) & 9

( %

, - % + ' ( " ) + $ ; ) &$ & ) (!

9 7 % + ' ( " ) ) ' ) 7 &) % 7*)

7 % + ' ( " ) 4 (7 ( % () ' +

> '*7!

9 $ ()& ( 7 % + 8

9 7 % + 7&4 4) 6 $ 7& @ ) 68

9 7 & '( 7 4 ) $ '4 (*%) (

$ (8

.9 ) $ ' $ ( 4 (7 ( % () ' ' 47 & ) 6

*7* 4 47 & ) 68

/9 7 % + 4 ) $ " $ ( " ( 7 ' 8

09 )& (6*( $ & " ( (* $ ' *)*"

$ (8

(84)

3 3

197 & '( 7 * ; $ 4() ' % 4& )4& *

) ' ) 7& ) 8 $

29 & # ) 7 ) ' ) 7 &) ( (* $

$ ' ( 9

9 % + ' ( " ) &*;*' ) ' ) % ;*)

% 7*) 7 % + ' ( " ) + > '*7!

9 & # ) ; % + % 7*) !

- $ ()& ( 7 % + 8

- 7 & '( 7 4 ) $ '4 (*%) (

(7 ( % () ' 4% " $4') & (7 ( % ( $

(* (7 ( % (8

>- ) $ ' $ ( (7 ( % () ' ( (* $

$ ' ( $ (8

$- 7 % + 4 ) $ " $ ( " (

7 ' 8

- 7 % + % ) ' ( " ) 7% 8

6- 7 % + 7 * ; $ 4() ' % ;*)

( (* $ $ ' ( $ (8

- & " % ) ( $ (8

"- 7 % + $ & "8

- 7 % + ' $4') & 64& ( '8 $

;- 7 % + ; D " $ ? ( % ) ( ( " ) 9

9 & # ) 7 + % 7*) !

- 7 & # ) 7 4 ) ( 68 $

- 7 & # ) 7 $ &* ) ( 69

>9 7 % + ' ( " ) % + $ ) ) 7' 4% "

) & 9

(85)

3 3

, - % " % 7 % + ' ( " ) % (

$ '(*$ 7 $ + ) , - "*&*6 > ) % " $ ) * $ %

7&4 & 7 & ) " ' ) $ ' ) & (*' $ %

7 % + ' ( " ) + $ ; 9

, - % " % $ 7 &%*' ( % 7 % + ' ( " )

( $ '(*$ 7 $ + ) , - ( &) ;*

&" ' $ 7 )' 7 % + &*7 % ) )*

' ( " ) 9

,.- ( $ 7% 64 " & % ) )* ' ( " )

( $ '(*$ 7 $ + ) , - $ ) ) 7' 4% "

) & 9

( %

6 ) '4 4$ ( ( $ '(*$ $ % ( %

+ ) ,/- &*7 % + & # ) 7 ( & '*)!

9 &* 7 & # ) ' % ( !

9 ( &) ( " ) 8 $

9 ( &) ' &; *' & 7 " $ ( &)

*' ' &; $ *& * )*' 6 )

7 % + $ &* 7 & # ) ' % ( 9

9 &* 7 & # ) ' % ( !

9 # & 7 % $ 7 & 7 ( * #

& 7 % 4%4 &* $ 4%4 &*

( &) 4) ' %* & + 8

(86)

3 3

9 4) $ 7 & 7 ( * 4)

+ ( ) & # & 7 % 4%4 &*

$ 4%4 &* ( &) 4) ' %* & + 8

9 4) 4%& $ 7 & 7 ( * 4) 4%&

+ ( ) & # & 7 % 4%4 &*

$ 4%4 &* ( &) 4) ' %* & + 8

.9 # & ) " 4 # & + ( ) &

# & 7 % 4%4 &* $ 4%4

&* ( &) 4) ' %* & + 8

/9 ( &) ' &; & 7 " *% ( 7

$ ,$* - ' % 7 " ( % ) $ ' ' 7 ; '

$ () )*( ' # $ ,( )*- ' ( &)

4) ' %* & + 8 $

09 ( &) ' &; *' & 7 " $ ( &)

*' ' &; $ *& * )*' 6 )

7 % + $ &* 7 & # ) ' % ( 8

>9 &* 7 & # ) ' % ( !

9 ; ) & $ 4) ' %* & + 8

9 # & 7 % $ 7 & 7 ( * 7 #

& ( 7 % 4%4 &* $ 4%4 &*

A ( &) 4) ' %* & + 8

9 4) $ 7 & 7 ( * 4)

+ ( ) & # & 7 % 4%4 &*

$ 4%4 &* A ( &) 4) ' %* & + 8

.9 4) 4%& $ 7 & 7 ( * 4) 4%&

+ ( ) & # & 7 % 4%4 &*

$ 4%4 &* A ( &) 4) ' %* & + 8

(87)

3 . 3

/9 # & ) " 4 # & + ( ) &

# & 7 % 4%4 &* $

4%4 &* A ( &) 4) ' %* & + 8

09 A ) & $ & ) ( &$ ' ( &) 4)

' %* & + 8

19 ( &) ' &; & 7 " *% % " $ &

,$* - ' % 7 " ( % ) $ ' ' 7 ; ' $

() )*( ' # $ ,( )*- ' ( &) 4)

' %* & + 8 $

29 ( &) ' &; *' & 7 " $ ( &)

*' ' &; $ *& * )*' 6 )

7 % + $ &* 7 & # ) ' % ( 9

( % .

( &) + ' ' % ( 7 & # ) + % "

) $ & 7 $ " ' + $ 7 ) ' )' " ' +

$ '*) (*& ( ' ( " ) ) " ) *

+ & ( $ & ( % ( " ) & + + $ ; 4% "

( " ) $ + + " &*( $ + & ' )

7 ' ) ' % ( 7 & # ) 9

( % /

% + ' ( " ) + ) $ ' $ ; % 7*) !

9 7 % + ' ( " ) + $ % '*' ) 7 % %*

7&4( $*& ( $ )*& $ % 7 & )*& +

&% '*8

(88)

3 / 3

9 7 % + ' ( " ) + $ % '*' $ ? ( % ) (

( " ) + ) $ ' ' &; ( $

( " ) ' >* % * )*' ' (*( # ) $ &*& )8

>9 7 % + ' ( " ) + ) % " $ ; 4% " 7&4 &

; ' > % ' ' &; ) &" $ 7 7 + ' ) ) *

> $ & ' ) ' > % ' ' &; ) * "* * ' &; 8

$9 7 % + ' ( " ) + $ % '*' $ %* & & 8

9 7 % + ' ( " ) * )*' )*;* () ) '8

69 7 % + * )*' ) ( 6 &) % ) (8

9 7 % + & ) ' , -8

"9 * ' ( " ) <7 + ' ) ' ) ' ) & )*

4 ) $ < ) * %'4"4%8

9 * ' ( " ) ' ) ( ; + ' ) $ &

( $ & ) * ' ) % '*' "4 +

" + ' $ & ( $ & 8

;9 7 4 ) '4 7% ) & %) & ) 6 $ )& $ ( 4 %

) & (*' '*7* )*& +

%* $ + ) ' 6 ') 6 &$ ( &' 7 %

) ' 4%4 ' ( " ) , -8

'9 7 4 ) $ ) $ ' $ ( + $ ' ) 4& '

( 7 &>4 , -8

%9 % ) '4 )& ( 7( '4( ) ' ' + $ (*(*8

9 7 & ' % ' ( " ) &* " ) 8

9 7 % + ' ( " ) ' ) > 7 $ (

) 7 $ &*& ) ' ; $ %* & ( <# "8 $

49 + 7 % + % + + ) $ ' $ "* *

$ 6 ) ( " ) + $ & ' 9

(89)

3 0 3

( % 0

, - 7 * ) ' 4%4 $ % 6 )

( " ) " &*( $ ( (* ' $

' *)*" $ ( ( (* " ( % 7 % ) ' 4%4

' ( " ) ,

, - * " ( % 7 % ) ' 4%4 $ % 6 )

( " ) ( $ '(*$ 7 $ + )

, - $ ) ) 7' 4% " ) & 9

, - ) )* ) ) > & 7 * " ( %

7 % ) ' 4%4 ,

( $ '(*$ 7 $ + ) , - $ )*& $

& )*& ( " ) 9

A

?

( % 1

, - ( &) ( " ) $ 7 ) '*) 7&4 &

(*& ( ' ( " ) ) " 9

, - ( " ) $ 7 + % & 7&4 & (*& (

' ( " ) ) " ( $ '(*$ 7 $

+ ) , - $ 7 ) % '*' '44&$ ( $ %

& ' 6 ) * )*' ( &)

( " ) + % ' " ' ) ( 7 &% $*

7&4 & (*& ( ' ( " ) ) " 9

(90)

3 1 3

( % 2

) )* ) ) > & '44&$ ( 6 )

( $ '(*$ $ % ( % 1 $ )*& $ %

7 &; ; ' &; ( ) & ( " ) $

7 + % & 7&4 & (*& ( ' ( " ) ) " 9

A

( )*

&4( $*& % + ( " )

( % 5

, - )*' 7 &) ' % ( ) 7 ( &) $ $ 6) &' 4% "

( " ) 7 $ ( )* ? ( % ) ( ( " ) ) ' )

7 &) + $ ) ) 7' 4% " ( " ) ( ) % "

$ 7 ) & '4 $ ( $ ( ' ( " )

' *7 ) <'4) ( ) 7 )9

, - % ; ' # ')* 7 % ( $ ' ) ,) - *%

( % ;*) + ( &) &" ' % " ? ( % ) (

( " ) ) ' ) 7 &) + $ ' 9

, - ( &) " &*( 7 &4% " 7 % + ' ( " ) 7 $

? ( % ) ( ( " ) ) ' ) 7 &) ) 7 ) ( &)

) &$ 6) &9

,.- % ' $ ) &) )* ' ) )* (

$ '(*$ 7 $ + ) , - ) $ ' &% '* ( &)

+ !

(91)

3 2 3

9 & $ $ %* & # % + " ? ( % ) ( ( " ) ) ' )

7 &) ) 7 ) ( &) ) &$ 6) &8 ) *

9 $ % ' $ ' # )$ &*& ) $ (9

,/- % " % ( &) &%*' 7 % + ' ( " )

) ' ) % ;*) ? ( % ) ( ( " ) ) ' ) 7 &)

" &*( &*;*' ' ? ( % ) ( ( " ) &*;*' ) ' )

% ;*) ) &$ ' ) ( (* $ ( () &*;*' +

$ )*& $ % ' ) )* 7 & )*& 7 &* $ 3

* $ 9

,0- ) )* % " % ;*) 7 % + ' ( " )

) ' ) 7 &) $ 7 % + ' ( " ) &*;*'

) ' ) % ;*) $ )*& $ & )*& ) & 9

( %

, - ? ( % ) ( ( " ) # ; ; ( &) +

$ & # ) 7 $ 7 )' 4 ) $ " $ (

" ( 7 ' + $ *)*"' ( (* $ $ ' (

$ (9

, - ? ( % ) ( ( " ) & # ) ; % + ) $ ' % '

( & 7 * ; # ; * ; ; & $

? ( % ) ( ( " ) 7 * ; * )*' ;

' ) &( $ 4 ) " $ ( " ( 7 ' $

7 & '( 7 * ; + $ *)*"' 9

(92)

3 5 3

( %

) )* % " % ;*) 7&4( $*& 7 % +

' ( " ) ( $ '(*$ $ % ( % 5 $

( % $ )*& $ & )*& ) & $ & )*&

( " ) ( (* $ ' # + 9

$*

% + ) $ " $ ( ( '

( %

, - % + 4 ) $ " $ ( " ( 7 ' * )*'

( &) ( " ) 7 $ ? ( % ) ( ( " )

&7 $4 7 $ $ 6) & $ " & 4 ) $ "

$ ( " ( 7 ' + $ ) ) 7' 4% " ) & 9

, - 6) & $ " & 4 ) $ " $ ( " ( 7 '

( $ '(*$ 7 $ + ) , - $ ) ; * ' %

7 % % ) ,$* - ) "* ( ' % 9

)

% + % $ # ) &*& )

( %

, - ( &) + &%*' 7 % + # ) $ &*& )

$ 7 ) % (* 7 &4% " 7 % + $ ( ) 7

? ( % ) ( ( " ) 9

Referensi

Dokumen terkait

Dari pembahasan tulisan ini kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa untuk dapat memenangkan persaingan dalam pemasaran terlebih dahulu manajemen pemasaran harus

1) Kerja sama Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertanian dan TP-PKK Pusat dalam melakukan penilaian pemanfaatan TOGA. 2) Kesepakatan Negara anggota WHO SEARO, dalam

Perangkat lunak pertama yaitu perangkat lunak assembler-51 yang digunakan untuk mengoperasikan mikrokontroler AT89S51 sebagai CPU pada sistem minimum guna mengendalikan

THURAYA TIDAK AKAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS KERUSAKAN MELEBIHI HARGA PEMBELIAN PRODUK, DIKURANGI JUMLAH YANG MASUK AKAL UNTUK PENGGUNAAN DAN PEMAKAIAN, ATAU ATAS SEGALA

2. Elemen teritorialitas yang terdapat pada permukiman suku Bajo diatas air di Desa Tumbak yakni Teritorialitas Primer kebutuhan keluarga: a) batas halaman yang dibentuk oleh

Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui potensi keberadaan shallow hydro- carbon pada Formasi Wonocolo adalah meng- gunakan metode geolistrik resistivitas

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel yang baik adalah self- successful dalam berwirausaha, toleransi terhadap risiko, dan keinginan untuk merasakan kerja

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah dengan tingkat signifikansi menggunakan 0,05 (= 5%) diperoleh signifikansi 0,003, maka Ho ditolak yang artinya adalah