• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sahabat Senandika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sahabat Senandika"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Sahabat Senandika

Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Yayasan Spiritia

No. 50, Febuari 2007

Daftar Isi

Laporan Kegiatan

Laporan Kegiatan

Pertemuan Nasional HIV/AIDS, 3-8

Febuari 2007

Sambutan oleh Aktivis Perempuan HIV/

AIDS

Yang saya hormati: Bapak Menkokesra, Ibu Sekertaris KPA Nasional, dan kepada semua hadirin sekalian.

Assalammualaikum wr wb.

Ijinkan saya memperkenalkan diri, nama saya Baby Rivona , saya datang dari Banda Aceh, Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam. Saya seorang yang hidup dengan HIV/AIDS, yang saat ini bekerja di Lembaga Medan Aceh Partnership. Pada kesempatan yang berbahagia ini ijinkan saya menyampaikan aspirasi dan harapan saya.

Beberapa kemajuan signifikan kita rasakan saat ini, tersedianya obat ARV dengan subsidi penuh dari pemerintah baik lini 1 maupun lini 2. Sudah tersedia 103 RS memberikan pelayanan pengobatan ARV di 32 propinsi. VCT semakin mudah diakses di berbagai propinsi. Sampai Desember 2006 sekitar 6900 Odha telah mengkonsumsi obat ARV, jumlah ini memang masih dibawah target

pemerintah yaitu 12.000 Odha sampai Desember 2006.

Sejak ditemukannya kasus AIDS pada tahun 1987, berarti sudah 20 tahun kita menghadapi masalah HIV/AIDS di Indonesia. Namun upaya penanggulangan HIV/AIDS belum optimal. Gambaran masyarakat terhadap HIV/AIDS masih berupa momok yang mematikan dan menakutkan. Sehingga pengucilan terhadap Odha masih terjadi dimana-mana. Walaupun sudah

banyak dokter yang dilatih dan siap membantu tetapi masih sering ditemukan tenaga-tenaga medis lain yang belum siap memberikan pelayanan dukungan, pengobatan dan perawatan yang baik terhadap Odha. Kesadaran terhadap kewaspadaan universal juga masih rendah dibanyak tempat layanan kesehatan.

Kami sangat berterimaksih telah tersedianya obat ARV namun disayangkan masih banyak dokter -dokter yang kurang menguasai prosedur

operasional dalam penanganan ARV baik untuk dewasa dan anak, infeksi oportunistik, koinfeksi dan pencegahan penularan dari ibu ke anak. Termasuk menangani efek samping, kombinasi obat, informasi tentang kepatuhan, mendeteksi dini kemungkinan resistensi. Obat ARV untuk dewasa dan anak masih terbatas di ibukota propinsi saja, melihat lemahnya sistem penyaluran obat ARV sehingga akses dan distribusi obat masih sering bermasalah. Hal ini berdampak sering terjadi kepanikan dari Odha akan terjadinya putus minum obat. Di sisi lain, melihat obat ARV sebahagian besar masih tersedia di tingkat ibukota propinsi, hal ini sangat menyulitkan Odha yang bertempat tinggal di kabupaten.

Dengan keluarnya Perpres no 75 tahun 2006 baru - baru ini, menunjukkan kemajuan yang berarti dimana mempunyai sekretariat KPAN yang kuat dan berkomitmen, KPAN saat ini sedang merevisi Strategi Nasional periode 2007-2010,

mengembangkan Rencana Aksi Nasional dan

Laporan Kegiatan 1

Laporan Kegiatan 1

Pengetahuan adalah kekuatan 3

Pasien HIV Positif pulih dengan baik

pasca bedah 3

Harapan untuk penyembuhan AIDS

tetap ada 4

Obat AIDS yang baru menunjukkan

hasil yang ‘menakjubkan’ 6

Pojok Info 6

Lembaran Informasi Baru 6

Tips 7

Tips untuk Odha 7

Tanya Jawab 8

Tanya Jawab 8

Positive Fund 8

(2)

Anggaran. Hal ini akan sangat membantu mengoptimalkan upaya penanggulangan HIV/ AIDS di

Indonesia sehingga para stakeholder tidak berjalan sendiri-sendiri lagi dan semua upaya

penanggulangan seharusnya mengacu pada Rencana Aksi Nasional. Hal ini erat kaitannya dengan tema pertemuan nasional saat ini adalah “Menyatukan langkah untuk memperluas respon”

Kemajuan signifikan KPAN belum diikuti sebahagian KPAP dan khususnya ditingkat kabupaten dan kota dimana belum ada sekretariat, staf yang full time, belum ada renstra, pokja, perda dan anggaran. Komitmen sebahagian besar KPA ditingkat propinsi dan kabupaten dan kota masih bersifat individu.

Kontribusi Lembaga donor banyak membantu upaya penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia sehingga mampu mengerakkan keterlibatan aktif masyarakat mengambil peran berarti dalam

penanggulangan HIV/AIDS di daerahnya masing -masing.

Dukungan ini dapat mampu membuat masyarakat melakukan perubahan. Walaupun dukungan ini belum mencakup seluruh propinsi di Indonesia. Dengan segera selesainya Rencana Aksi Nasional diharapkan dapat mengurangi

kesenjangan dan duplikasi dukungannya di berbagai daerah. Pemerintah seharusnya berkewajiban dalam mendukung pemberdayaan masyarakat dengan dukungan teknis dan dana, dan tidak

menggantungkan kepada lembaga donor yang sewaktu-waktu akan selesai mendukung di Indonesia.

Tantangan dalam penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia salah satunya karena hanya sebagian propinsi yang mempunyai anggaran dana dari APBD dan sedikit sekali kabupaten dan kota yang mempunyai anggaran APBD. Kelihatannya DPRD belum merasa perlu mendukung anggaran dana tersebut. Ini menunjukkan ketidakseriusan wakil rakyat tersebut dalam memandang persoalan HIV/ AIDS di daerahnya.

Dengan berbagai tantangan yang kita hadapi sampai saat ini menunjukkan perlunya peran aktif dari berbagai stakeholder untuk meningkatkan peran dan tanggung jawabnya, dibutuhkan kerjasama secara setara dan saling mendukung.

Saya melihat teman-teman Odha dan Ohidha serta aktivis lainnya telah mengambil peran penting dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia.Walaupun masih rendahnya dukungan

yang berarti dari berbagai pihak dalam pemberdayaan dan keterlibatan kami dalam berbagai tahap penanggulangan. Kami dengan sukarela, dengan segala keterbatasan kemampuan kami baik pengetahuan, ketrampilan dan dana kami tetap dengan penuh semangat dan komitmen yang tinggi sebagai bagian dari masyarakat untuk terus berjuang dalam epidemi ini.

Para hadirin sekalian, mohon di ingat, kami bukan hanya angka-angka yang Anda bicarakan, kami adalah orang-orang yang mampu memutuskan rantai penularan HIV tetapi bukan berarti ini menjadi tanggungjawab kami saja. Ini adalah tanggung jawab kita bersama.

Libatkan kami! Libatkan dengan berarti! Jangan hakimi kami! Kami bukan musuh, kami bukan bagian dari masalah tapi kami bagian dari penyelesaian masalah!

Kepada semua stakeholder, tanya kami, apa yang kami butuhkan, ajak kami dalam merencanakan, dengarkan suara kami dalam mengambil keputusan. Kalau kami belum mempunyai kemampuan

pengetahuan dan ketrampilan, bantu kami dalam meningkatkannya, maka penanggulangan ini akan berhasil.

Perjuangan kami membuahkan hasil, dimana saat ini sudah banyak Odha dan Ohidha terlibat dalam penanggulangan di daerahnya masing - masing baik secara individu maupun kelompok. Saat ini sudah terbentuk lebih dari 100 kelompok dukungan sebaya di Indonesia. Baik kelompok Odha dan Ohidha, kelompok orang tua yang mempunyai anak Odha, kelompok Odha waria, perempuan, gay dan IDU. Kelompok ini berada di 51 kabupaten/kota di 28 propinsi. Melalui kelompok, setidaknya sekitar 3000 Odha telah mengambil peran dalam

penanggulangan di daerahnya minimal melakukan dukungan sebaya.

Baru dua hari yang lalu terbentuk dan disahkan jaringan Odha dan Ohidha Perempuan di Indonesia bernama Ikatan Perempuan Positif Indonesia yang disingkat IPPI oleh beberapa Odha dan Ohidha di berbagai propinsi, selamat dan sukses untuk IPPI.

Kami sudah buktikan peran kami. Kami sadar ini belum optimal. Kami sadar masih banyak

kekurangan. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, dukung kami! Libatkan kami secara setara dan berarti!

(3)

Kami menekankan kepada pemerintah daerah agar Perpres no 75 tahun 2006 segera dilaksanakan secara nyata, anggarkan dana untuk KPAD

sehingga peran dan fungsinya berjalan. Kami menekankan kepada Departemen Kesehatan agar layanan kesehatan masyarakat diutamakan dengan membangun sistem kesehatan yang kuat dan jelas, dan anggaran dana yang cukup. Kami berharap agar dukungan obat ARV dapat terus disubsidi dengan mendekatkan layanan dukungan, pengobatan dan perawatan termasuk ARV ditingkat puskesmas dan menjadi pelayanan satu atap dengan TB dan program harm reduction seperti methadone dan pertukaran jarum suntik steril.

Kami berharap agar lembaga donor terus mendukung kami, karena kami sangat

membutuhkannya tetapi tempatkan kami secara sejajar dan jangan jadikan kami sekedar target program. Jadikan kami mitra kerja sejajar.

Kepada Anggota Dewan yang terhormat, dukung kami dan dukung pemerintah. Pemerintah butuh dana, karena permasalahan HIV/AIDS tidak selesai dengan bicara saja perlu aksi.

Kepada Tokoh Agama dan Masyarakat, kita semua manusia yang punya harkat dan martabat yang sama, hanya Tuhan yang dapat menilai dan menghakimi, mohon jangan kaitkan HIV/AIDS dengan isu moral, karena ini masalah kesehatan. Ayo bicarakan HIV/AIDS ditengah-tengah umat kita, jangan biarkan lebih banyak umat-umat kita terinfeksi HIV/AIDS. Dukunglah orang yang sudah terinfeksi karena kami juga manusia sebagai mahluk Tuhan.

Kepada teman - teman Odha mari kita tingkatkan peran serta kita dengan memberdayakan diri, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, melindungi orang lain agar tidak tertular, jaga kesehatan dan tetap semangat! Bagi teman-teman Odha yang sudah minum obat jangan lupa diminum obatnya.

Terima kasih.

Pengetahuan

adalah kekuatan

Pasien HIV Positif pulih

dengan baik pasca bedah

Oleh: Rose Hoban, Voice of

America, 26 Desember 2006

Selama beberapa waktu, banyak dokter bedah berpendapat bahwa pemulihan pascabedah pada pasien HIV lebih buruk dibandingkan dengan yang tidak terinfeksi HIV. Tetapi Dr. Michael Horberg, peneliti pasien HIV untuk jaringan rumah sakit the Kaiser Permanente di California, tidak setuju dengan pendapat itu. Ia dan rekannya mengkaji ulang rekam medis 332 pasien HIV-positif yang menjalani pembedahan antara 1997 dan 2002. Itu adalah masa waktu terapi antiretroviral (ART) baru mulai dipakai secara luas.

Horberg ingin mengetahui bagaimana pasien HIV-positif yang memakai ART bertahan setelah menjalani pembedahan. Ia membandingkannya dengan pasien yang tidak terinfeksi dengan usia, jenis kelamin dan tindakan bedah yang sama. “Tentunya, karena umumnya pasien HIV berusia lebih muda, (kami mendapatkan) banyak

pembedahan usus buntu, hernia, beberapa bedah empedu, 19 pembedahan terkait dengan pembuluh darah/jantung, empat bedah rahim dan 27

rekonstruksi lutut atau panggul.”

Dalam keseluruhan, Horberg menemukan bahwa pasien dengan HIV berhasil pulih dengan cukup baik. “Perbedaan yang kami temukan, meskipun hanya dalam jumlah kecil, saya kembali

(4)

Horberg menyimpulkan bahwa para dokter tidak boleh menolak pembedahan bagi pasien HIV hanya untuk menghindari risiko dampak buruk. Ia juga mendesak, “Apabila mendesak untuk melakukan pembedahan, maka harus segera dilakukan...Tetapi perhatikan secara cermat tentang perawatan paru yang baik selama proses pembedahan. Apabila pembedahan merupakan pilihan maka mungkin boleh menunda pembedahan sambil mulai ART, agar mengendalikan viral load terlebih dahulu yang dalam banyak kasus dapat dilakukan dalam kurun waktu kurang dari enam bulan.

Penelitian Horberg diterbitkan pada jurnal Archives of Surgery.

Ringkasan: HIV-Positive Patients Can Do Well After Surgery

Harapan untuk

penyembuhan AIDS tetap

ada

Oleh: E.J. Mundell, Washington

Post

HealthDay News, 4 Januari 2007 – Dalam permainan petak-umpet yang dimainkan antara ilmuwan dan HIV selama lebih dari 25 tahun, sejauh ini virus tetap menang.

“Semua obat yang kita miliki saat ini adalah unsur antiretroviral (ARV) yang menghambat beberapa tahapan dalam siklus hidup virus tersebut, sehingga hanya menghambat saat virus HIV ini

menggandakan diri, demikian dijelaskan peneliti Paul Bieniasz, seorang rekan professor di Pusat Penelitian AIDS Aaron Diamond di New York.

Strategi ini telah memberi pasien HIV kesehatan yang lebih baik untuk jangka waktu panjang. “Tetapi akan selalu ada virus dalam jumlah kecil namun bermakna yang tidak menggandakan diri dalam diri orang yang terinfeksi,” dikatakan Bieniasz.

Pada pasien yang berhasil memakai terapi ARV (ART), ini berarti bahwa HIV tetap tidur di dalam jaringan dengan jumlah yang tidak dapat terdeteksi dengan tes baku. Sejumlah kecil virus HIV

“beristirahat” bersembunyi sebagai potongan DNA asing yang terkubur di dalam nukleus sel. Seperti bom waktu yang kecil, virus ini dapat tetap tidur selama bertahun-tahun. Di sisi lain, virus ini juga

dapat berubah status serta menggandakan diri dan memulai kembali pengembangan yang mematikan menuju pada AIDS.

“Ini adalah virus yang cerdik, dan bersembunyi adalah strategi terbaik untuk HIV,” dikatakan Dr. Rowena Johnston, direktur penelitian dasar di Foundation for AIDS Research (amfAR). “Apabila virus tersebut sedang tertidur, bukan hanya ART tidak akan menjangkaunya, tetapi sistim kekebalan tubuh juga tidak mungkin dapat membidiknya.”

Virus yang beristirahat adalah alasan utama mengapa para ilmuwan gagal menemukan penyembuhan untuk HIV/AIDS. Menurut Bieniasz, virus yang beristirahat tidak mempunyai ‘kait’ yang nyata yang dapat diikat oleh obat. Dan karena virus HIV yang beristirahat terletak sangat dalam di dalam nukleus, obat apa pun yang dapat menyerangnya mungkin terbukti sangat toksik bagi sel yang sehat.

Tetapi hal ini tidak menghentikan usaha para ilmuan dalam mencari solusi untuk masalah ini. “Di amfAR, kami ingin berpikir bahwa apabila kami belum membuktikan bahwa itu adalah tidak

mungkin, berarti kami belum melakukan tugas kami jika kita tidak terus mencarinya,” dikatakan oleh Johnston.

Kenyataannya, amfAR mendanai penelitian di laboratorium Bieniasz, di mana para peneliti membuat sejumlah virus beristirahat buatan di dalam pembiakan sel. Mereka menggunakan biakan ini untuk mengkaji dampak dari ribuan

penggandaan – mengamati untuk melihat apakah ada molekul tertentu yang mendorong HIV yang tertidur menjadi aktif dan menggandakan diri.

“Diperkirakan bahwa satu strategi untuk melumpuhkan HIV dan menyembukan Odha secara efektif adalah dengan membuat virus beristirahat ini aktif/menggandakan diri,” dikatakan Bieniasz. “Karena begitu virus itu menggandakan diri, kami dapat menyerang virus tersebut dengan obat ARV yang ada saat ini.”

Biakan sel di laboratorium Aaron Diamond dibentuk untuk menghidupkan tanda biokimia yang fluoresken (fluorescent biochemical tag), apabila dan ketika sebuah calon molekul mengubah virus dari beristirahat menjadi aktif menggandakan diri.

(5)

awal penting. “Apa yang kami cari di sini dasarnya adalah prinsip-pembuktian bahwa kami dapat melakukan ini tanpa membawa dampak besar pada sel,” demikian dikatakan Bieniasz.

Para peneliti lain juga memperoleh temuan berharga tentang sel yang beristirahat. Dr. Stephen Deeks adalah seorang rekan professor kedokteran di General Clinical Research Center Universitas California San Francisco. Penelitiannya, juga didanai oleh amfAR, berfokus pada minoritas pasien yang sangat kecil yang terinfeksi – kurang dari satu persen – yang bertahan secara sehat selama lebih dari 20 tahun tanpa membutuhkan terapi obat.

Kelompok ini disebut “elite controllers” umumnya membawa virus yang berada pada tingkat rendah atau tidak terdeteksi. “Maka, yang tetap menjadi pertanyaan adalah, apa yang membuat mereka berbeda?” dikatakan Deeks.

“Satu model adalah bahwa mereka memiliki sistim kekebalan tubuh yang memungkinkan mereka untuk mengendalikan virus secara sangat efektif,” dia mengatakan. Kenyataannya, beberapa – tetapi tidak semua – dari mereka memiliki sel kekebalan yang sangat kaya dengan reseptor HLA. “Reseptor ini memungkinkan sel kekebalan untuk mengenal bagian yang sangat khusus dari sebuah infeksi, misalnya virus,” dia mengatakan.

Ini dapat menjadi bagian dari cerita. Atau, para pasien mungkin cukup beruntung telah

berhubungan dengan apa yang oleh para peneliti disebut sebagai sebuah bentuk HIV “yang gagal menggandakan diri” – sejenis virus yang lemah yang dapat ditangani secara mudah.

“Itu tetap sebagai teori,” dikatakan Deeks, “terutama karena virus tersebut sesungguhnya sangat sulit ditemukan pada para individu ini. Tetapi kami secara tegas mencoba

menemukannya.”

Jawaban yang diperoleh tim ini dapat menolong 99 persen pasien terinfeksi yang tidak memiliki pertahanan tersebut terhadap HIV.

Deeks berkata, “Apabila kuncinya adalah tanggapan kekebalan, dan apabila kami dapat mengetahui tanggapannya seperti apa, maka kami dapat mengembangkan vaksin yang terfokus pada bagian virus tersebut.” Penelitian vaksin juga dapat menerima doronganapabila ada virus tertentu yang

menyebabkan pengendalian jangka panjang, demikian dikatakan Deeks.

Terapi yang sangat canggih telah melumpuhkan HIV hingga ke tingkat yang sangat rendah. Pada 2005, tim yang dipimpin oleh Dr. David Margolis dari Universitas North Carolina membuat terobosan besar dengan mengumumkan di Jurnal Kedokteran New England bahwa mereka telah mengurangi tingkat virus beristirahat secara bermakna pada empat pasien.

Dalam penelitiannya, tim Margolis menambahkan obat epilepsi yang umum, yaitu asam valproik, pada obat ARV yang diberikan pada pasien. Seluruh pasien menunjukkan viral load yang sangat rendah selama bertahun-tahun.

Asam valproik dikenal menghambat enzim yang disebut histone deacetylase 1 (HDAC1), yang

diperlukan HIV untuk tetap bersembunyi di dalam sel.

Pada akhir uji coba selama empat bulan, tempat persembunyian HIV yang beristirahat dalam sel kekebalan CD4 telah berkurang sebanyak 75 persen, dilaporkan para peneliti. “Pendekatan baru ini, di masa yang akan datang, memungkinkan kita untuk berlanjut menuju pemberantasan infeksi pada seseorang yang terinfeksi HIV,” demikian saat itu dikatakan Margolis kepada Health Day.

Tetap, para ahli mengatakan bahwa sejumlah HIV beristirahat bersembunyi di berbagai jaringan, termasuk usus, kelenjar getah bening, dan bagian yang tidak dapat ditembus obat seperti otak atau testis. Oleh karena itu, penelitian jenis ini masih memiliki perjalanan yang panjang, menurut Johnston dari amfAR.

“Saya tidak ingin supaya siapa pun mempunyai pandangan bahwa amfAR berpendapat bahwa kami hampir menemukan penyembuhan – kami tentunya belum,” dia mengatakan. “Kami perlu bekerja keras untuk mengerti apa kendalanya, di samping mencari bagaimana menanggulanginya.”

Deeks setuju. Tetapi dia juga setuju bahwa penelitian untuk mencari penyembuhan harus terus dijalankan. “Semua ini harus dimasukkan pada konteks bahwa pengobatan ARV, meskipun bekerja dengan baik sekali, mempunyai keterbatasan,” dia mengatakan. “Banyak orang tidak dapat tetap patuh pada pengobatan ini untuk seumur hidup, obat ini rumit, dan toksisitas terus bertumpuk.”

Deeks berkata, “Penanganan pasien tanpa memakai obat adalah hal yang paling diharapkan...Saya akan menyebutnya sebuah penyembuhan. Dan itu yang harus kita jangkau.”

(6)

Obat AIDS yang baru

menunjukkan hasil yang

‘menakjubkan’

SAN FRANCISCO, 2 Januari 2007 (UPI) – Para peneliti AIDS mengatakan bahwa sebuah obat baru menunjukkan kemampuan untuk menghambat HIV pada pasien HIV yang baru memulai

pengobatan atau mereka yang sedang menggunakan terapi antiretroviral (ART).

Uji klinis terhadap obat, yang disebut integrase inhibitor, menunjukkan bahwa saat digabungkan dengan dua obat yang ada saat ini, dapat

mengurangi virus sampai tingkat tidak terdeteksi pada hampir 100 persen pasien HIV yang memakai ART untuk pertama kalinya, ditulis dalam The Los Angeles Times terbitan 2 Januari. Efek serupa terjadi pada 72 persen pasien yang menjalani terapi setelah kegagalan terapi lini awal (salvage therapy), yang saat ini memakai berbagai jenis obat yang ada untuk melumpuhkan virus sampai obat baru ditemukan.

Pada dasarnya, obat ini mencegah pemaduan DNA virus dengan DNA sel induk, dengan mengakibatkan sel tersebut tidak mampu menggandakan diri.

Badan Pengawas Makanan dan Obat di AS kemungkinan akan menyetujui obat baru ini (yang saat ini dikenal sebagai MK-0518) pada

pertengahan 2007. Produsen Merck & Co. menyediakan ini lebih awal untuk pasien dalam kondisi terdesak.

“Mereka melakukan uji coba pada beberapa orang yang menjalani salvage therapy setelah kegagalan hampir semua obat antiretroviral yang ada, dan bahkan mereka membaik dengan sangat menakjubkan,” Dr. Steven Deeks, pakar salvage therapy dari Universitas California, San Francisco, mengatakannya kepada Times. “Sepertinya menjadi sebuah obat yang sungguh hebat yang...mengubah pemikiran kami secara menyeluruh dalam

menangani para pasien ini.”

Ringkasan: New AIDS drug shows ‘phenomenal’ results

Pojok Info

Lembaran Informasi Baru

Pada Januari-Februari 2007, Yayasan Spiritia telah menerbitkan 14 lembaran informasi yang direvisi:

•Informasi Dasar

Lembaran Informasi 001—Daftar Lembaran Informasi

Lembaran Informasi 106—Hitung Darah Lengkap

Lembaran Informasi 107—Tes Kimia Darah

•Terapi Antiretroviral

Lembaran Informasi 469—Hidroksiurea

•Infeksi Oportunistik

Lembaran Informasi 519—Herpes Simpleks

•Efek Samping

Lembaran Informasi 552—Anemia Lembaran Informasi 553—Lipodistrofi

•Topik Khusus

Lembaran Informasi 610—Perempuan dan HIV Lembaran Informasi 611—Kehamilan dan HIV Lembaran Informasi 612—Anak dan HIV Lembaran Informasi 613—Diagnosis HIV pada Bayi

Lembaran Informasi 615—Memperoleh Keturunan

Lembaran Informasi 616—Pengobatan AIDS untuk Anak

Lembaran Informasi 617—Terapi Antiretroviral untuk Anak

Untuk memperoleh lembaran revisi ini atau seri Lembaran Informasi lengkap, silakan hubungi Yayasan Spiritia dengan alamat di halaman belakang atau browse ke situs web Spiritia:

(7)

Tips

Tips untuk Odha

Pergantian tahun, seperti biasa mulai musim hujan. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia dilaporkan curah hujan yang cukup keras. Di antaranya bahkan menyebabkan banjir yang cukup meresahkan. Bukan hanya banjir yang jadi bahaya jika musim penghujan tiba, tetapi juga berbagai penyakit yang menyertainya. Berikut ini ada beberapa tips untuk menghindari sakit bawaan musim penghujan:

FLU

\ Cuci tangan: Sebagian virus flu menyebar lewat kontak langsung, jadi usahakan untuk mencuci tangan sesering mungkin pakai sabun dan kalau bisa dengan air hangat.

\ Jangan menyentuh muka: Biasanya virus flu masuk ke tubuh lewat mata, hidung atau mulut. Jadi usahakan jangan terlalu sering menyentuh bagian muka.

\ Konsumsi makanan mengandung Phytochemical: Phytochemical adalah bahan kimia alami yang ada pada tumbuhan yang memberi vitamin pada makanan. Zat jenis ini terdapat pada buah dan sayur segar berwarna hijau, merah dan kuning gelap, jadi usahakan memperbanyak konsumsi makanan jenis ini.

\ Minum banyak air: Air berfungsi

mengangkat racun-racun yang ada dalam tubuh. Orang dewasa butuh delapan gelas air dalam sehari. Usahakan untuk banyak minum air putih, untuk mengangkat racun-racun dalam tubuh.

DEMAM BERDARAH

\ Rajin-rajinlah membersihkan selokan, bak-bak air tadah hujan dan menyiangi

kebun untuk menghindari nyamuk berkembang biak.

\ Usir nyamuk dengan obat nyamuk sebelum berangkat tidur, atau Anda bisa menggunakan obat nyamuk gosok.

DIARE:

\ Saat hujan turun tiap hari, selokan-selokan yang tersumbat biasanya meluap, dan membawa parasit cacing serta amoeba turut terangkat. Untuk

mencegah diare biasakan untuk menjaga kebersihan, biasakan cuci tangan dan kaki setelah berpergian.

\ Kenakan alas kaki untuk mencegah penyebaran kotoran atau parasit masuk lewat kulit.

\ Hindari membeli makanan di sembarang tempat.

(8)

Sahabat Senandika

Diterbitkan sekali sebulan oleh

Yayasan Spiritia

dengan dukungan

T H E FORD T H E FORD T H E FORD T H E FORD T H E FORD FOU N D FOU N D FOU N D FOU N D

FOU N DAAAAAT I ONT I ONT I ONT I ONT I ON

Kantor Redaksi:

Jl. Johar Baru Utara V No 17 Jakarta Pusat 10560

Telp: (021) 422 5163 dan (021) 422 5168 Fax: (021) 4287 1866

E-mail: yayasan_spiritia@yahoo.com Editor:

Caroline Thomas

Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon). Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar

untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.

Positive Fund

Tanya Jawab

Tanya Jawab

Tanya: Apakah hak dan kewajiban kita sebagai pasien?

Jawab:

Hak kita sebagai pasien adalah:

\ Mendapatkan perawatan yang manusiawi dan tidak dibeda-bedakan

\ Mendapatkan segala keterangan yang jelas berkaitan dengan keadaan kesehatan kita dan cara perawatannya.

\ Didengar dengan penuh perhatian segala keluhan dan pertanyaan kita.

\ Untuk tidak dihakimi karena keadaan kesehatan kita, keluhan, atau

pertanyaan kita (misalnya karena kita HIV positif atau terkena infeksi menular seksual)

\ Dijamin kerahasiaan kita.

\ Meminta pendapat dokter lain jika kita merasa belum puas.

\ Mendapatkan pilihan-pilihan

alternatif pengobatan dan perawatan dan juga diberi kesempatan untuk memilih.

Kewajiban kita sebagai pasien adalah:

\ Menerangkan masalah kesehatan kita dengan jelas dan terbuka agar dokter bisa memberikan pengobatan yang tepat.

\ Mengatakan pada dokter jika kita tidak mengerti kondisi dan cara perawatan diri kita, dan meminta penjelasan.

\ Mengatakan pada dokter jika anjurannya tidak dapat kita laksanakan.

\ Menerangkan pada dokter jika ada obat-obatan lain yang sedang kita gunakan, termasuk obat tradisional dan narkoba.

Laporan Keuangan Positive Fund Yayasan Spiritia

Periode Febuari 2007

Saldo aw al 1 Febuari 2007 8,826,169

Penerimaan di bulan

Febuari 2007 350,000+

___________

Total penerimaan 9,176,169

Pengeluaran selama bulan Febuari :

Item Jumlah

Pengobatan 500,000

Transportasi 0

Komunikasi 0

Peralatan / Pemeliharaan 0

Modal Usaha 0+

____________

Total pengeluaran 500,000

-Saldo akhir Positive Fund

Referensi

Dokumen terkait

Jabatan yang berbeda berpengaruh dalam pengambilan keputusan seseorang. Kriteria jabatan dalam penelitian ini adalah para manajer dan kepala bagian setingkat

Pengujian kali ini dilakukan untuk mengetahui nilai koefisien gesek statis dan kinetis pada saat stick-slip dan waktu fase stick-slip pada kontak secara

[r]

Demikian Pengumuman Pemenang Lelang ini dibuat dan diumumkan, atas. perhatiannya

69.217.500,- (Enam Puluh Sembilan Juta Dua Ratus Tujuh Belas Ribu Lima Ratus Rupiah) pada Tahun Anggaran 2015 sebagai berikut :. NO NAMA PERUSAHAAN ALAMAT

Hasil tanaman yang dikenakan zakat di negeri Selangor dan Perlis adalah hanya ke atas tanaman padi iaitu apabila hasil tersebut telah mencapai kadar cukup nisab 5

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang dengan menggunakan dimensi kualitas, kuantitas, penggunaan waktu dalam bekerja, kerjasama dengan orang lain dalam

Pemahaman mengenai tujuan kebijakan juga tidak dapat dilepaskan dari pemahaman aparat pemerintah mengenai masalah sosial yang menjadi sasaran; serta