Muhammad Rizqi Fatahilah1, Uah Maspuroh2, M. Januar Ibnu Adham3
1,2,3Universitas Singaperbangsa Karawang
Abstrak
Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan sebuah bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi agar saling mengerti apa yang dimaksud satu sama lain. Pada umumnya sebuah masyarakat memiliki parameter-parameter (ukuran) tertentu yang digunakan dalam mengukur kesopanan dan etika seseorang dalam berkomunikasi. Di Indonesia kasus-kasus pelecehan seksual banyak terjadi, baik di perusahaan, tempat umum, hingga di dunia pendidikan. Agar sebuah berita dapat dibaca oleh semua elemen masyarakat, dalam hal ini diperlukan adanya pemilihan diksi yang tepat untuk menggantikan kata yang kasar, baik secara lisan maupun tulisan dalam berkomunikasi. Eufemisme dipakai untuk menjaga keselamatan atau untuk menjaga agar hubungan sosial tetap baik. Penelitian ini mengkaji tentang bentuk ungkapan eufemisme dalam berita pelecehan seksual. Pada penelitian ini, menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif. Terdapat lima bentuk ungkapan eufemisme yang ditemukan dalam berita pelecehan seksual pada media daring Kompas.com, diantaranya ialah; singkatan, kata serapan, istilah asing, metafora dan perifrasa.
Kata kunci: Pelecehan seksual, Eufemisme, Berita Abstract
As social beings, humans need a language to communicate and interact in order to understand each other what is meant by each other. In general, a society has certain parameters (measures) that are used to measure a person's politeness and ethics in communicating. In Indonesia, many sexual cases occur, both in companies, public places, and in the world of education. So that a news can be read by all elements of society, in this case it is necessary to choose the right diction for the use of harsh words, both orally and in writing in communication. Euphemisms are used to maintain safety or maintain good social relations. This study examines the forms of euphemism in sexual news. In this study, using a qualitative approach, with a descriptive method. There are five forms of euphemistic expressions found in sexual news in the Kompas.com online media, including; abbreviations, loan words, foreign terms, metaphors and phrases.
Keywords: Sexual harassment, Euphemism, News
A. PENDAHULUAN
Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan sebuah bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi agar saling mengerti apa yang dimaksud satu sama lain. Peran sebuah bahasa amatlah penting sebagai media komunikasi yang membawa sebuah pesan maupun informasi dari penutur kepada lawan tutur. Pesan yang disampaikan dapat berupa bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Bahasa tulis biasa digunakan dalam media cetak maupun media daring dalam sebuah pemberitaan.
Ketika bahasa disampaikan sebagai sarana untuk menyampaikan maksud, terdapat suatu kaidah- kaidah pemakaian bahasa.
Pada umumnya sebuah masyarakat memiliki parameter- parameter (ukuran) tertentu yang digunakan dalam mengukur kesopanan dan etika seseorang dalam berkomunikasi, termasuk bagaimana cara menyampaikan kata-kata yang berkaitan dengan hal- hal yang tabu. Sebenarnya pemakai bahasa bebas menggunakan kosakata, tipe kalimat, dan nada berdasarkan maksud dalam pembicaraan. Karena pemakaian atau pemilihan kata yang kurang tepat dapat menimbulkan sebuah masalah, ada beberapa kata yang tabu untuk dikatakan dalam situasi serta kondisi tertentu.
Di Indonesia kasus-kasus pelecehan seksual banyak terjadi, baik di perusahaan, tempat umum, hingga di dunia pendidikan.
Berdasarkan data pada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mencatat sebanyak 8.800 kasus
kekerasan seksual terjadi dari Januari sampai November 2021.
Sementara itu Komnas perempuan juga mencatat ada 4.500 aduan terkait kekerasan seksual yang masuk pada periode Januari hingga Oktober 2021 (CNN, 2021).
Pelecehan seksual merupakan suatu kejahatan kesusilaan yang harus diusut tuntas. Bahasa yang berkaitan dengan pemberitaan pelecehan seksual banyak sekali kata-kata yang harus diperhalus ataupun disensor. Di era digital seperti pada saat ini berita mudah sekali untuk di akses oleh siapapun, termasuk oleh peserta didik SMP.
Mengonsumi kata-kata yang tidak halus atau kasar, dapat mempengaruhi pembentukan terhadap karakter serta kepribadian peserta didik. Dalam proses komunikasi baik secara lisan maupun tulisan sebagai seorang terpelajar seharusnya dapat memberikan contoh yang baik ke pada yang lain.
Agar sebuah berita dapat dibaca oleh semua elemen masyarakat, dalam hal ini diperlukan adanya pemilihan diksi yang tepat untuk menggantikan kata yang kasar, baik secara lisan maupun tulisan dalam berkomunikasi. Oleh karenanya pemakaian bahasa eufemisme dalam topik berita pelecehan seksual dibutuhkan dalam menuliskan hal- hal yang dianggap tabu, menyinggung perasaan orang lain, tidak sopan dan sebagainya.
Jika sebuah kata yang kasar tidak dapat dinyatakan, namun harus dinyatakan, maka pemakaian bahasa akan menggantinya dengan kata baru atau menyatakan dengan
cara yang lain. Selanjutnya pemakaian bahasa mengganti kata yang tabu, hal yang menyakitkan orang lain atau tidak enak didengar dengan pemilihan kata yang lebih halus. Bahasa yang digunakan untuk menggantikan ungkapan-ungkapan agar terdengar lebih halus itulah yang dinamakan eufemisme.
Eufemisme dipakai untuk menjaga keselamatan atau untuk menjaga agar hubungan sosial tetap baik.
Eufemisme dipakai tidak hanya dalam percakapan sehari-hari, akan tetapi eufemise juga dipakai antara lain dalam media massa, radio, televisi, majalah dan surat kabar atau berita.
Salah satu media massa yang turut memberikan informasi fenomena sosial terkait pelecehan seksual adalah Kompas.com.
Kompas.com merupakan salah satu produk media daring atau situs yang menyajikan informasi dan artikel di Indonesia. Kompas.com merupakan pionir media daring tertua yang ada di Indonesia, di tengah derasnya aliran informasi yang ada, Kompas.com hadir menyajikan berita informasi terkini dan aktual kepada masyarakat melalui internet secara gratis. Kompas.com merupakan bagian dari PT Kompas Cyber Media (KCM).
Menyampaikan sebuah informasi selain menggunakan bahasa baku, dalam berita juga sering menggunakan istilah-istilah khusus atau kata-kata tertentu untuk meggantikan hal-hal yang dianggap kasar. Kebanyakan pakar bahasa memaknai istilah eufemisme sebagai ungkapan yang halus, lebih sopan, dan lebih baik sebagai pengganti
ungkapan yang dirasakan kasar, menyeramkan, tabu atau kurang menyenangkan.
Salah satu tujuan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah yaitu agar peserta didik berhasil dalam berkomunikasi dengan baik, memiliki perkembangan secara intelektual, serta emosional siswa dalam proses pembelajaran. Dalam proses komunikasi baik secara lisan maupun tulisan, masih banyak siswa yang menggunakan kata atau diksi dengan makna kasar, hal itu sepatutnya tidak layak diucapkan oleh seorang pelajar. Oleh karena itu, eufemisme sebagai gaya bahasa yang digunakan untuk mengganti kata atau diksi yang kasar dapat dijadikan sebagai sarana edukatif bagi peserta didik dalam melatih komunikasi dengan bahasa yang baik.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti pemakaian eufemisme, khususnya dalam berita pelecehan seksual di media daring Kompas.com edaran bulan Desember 2021. Oleh karena itu, penulis ingin mendalami kajian eufemisme dengan mengambil judul penelitian “Analisis Eufemisme Dalam Berita Pelecehan Seksual pada Media Daring Kompas.com Edaran Desember 2021 dan Relevansinya Sebagai Bahan Ajar Teks Berita di Kelas VIII SMP”.
B. METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, Bogdan dan Taylor (dalam Moelong, 2014: 4). Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan pada penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.
Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang tepat untuk memahami suatu fenomena sosial dan perspektif (sudut pandang) individu yang akan diteliti.
Melalui pendekatan kualitatif ini, peneliti dapat mengetahui bentuk kebahasaan, makna eufemisme, serta relevansinya terhadap pembelajaran teks berita di kelas VIII SMP.
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan dapat berupa kata atau gambar, serta tidak menekankan pada angka. Kemudian data yang sudah diperoleh akan dipaparkan untuk mempermudah pembaca ketika memahami. Sejalan dengan pendapat Sugiyono (2016:
21), metode deskriptif merupakan metode untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Penggunaan metode deskriptif ini dipilih karena pada hasil dan pembahasan akan menggunakan kalimat yang menjelaskan secara lengkap terkait bentuk dan fungsi penggunaan eufemisme dalam media daring Kompas.com pada
berita pelecehan seksual edaran Desember 2021.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu teknik baca dan teknik catat. Teknik baca yaitu teknik dasar metode simak yang dilakukan terhadap tulisan orang, baik di buku, majalah, koran, maupun yang lainnya, Hermanji (dalam Suci Nia Priani 2021:37).
Teknik pengumpulan dengan catatan, catatan yang dimaksud lebih kepada catatan peneliti, karena wujud sumber data berupa teks berita yang ditemukan dalam berita.
Teknik baca dan catat digunakan untuk mengungkapkan suatu informasi dan permasalahan yang terdapat dalam suatu bacaan atau wacana.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diperoleh berdasarkan masalah yang ditemukan yaitu penggunaan eufemisme yang terdapat dalam berita pelecehan seksual pada media daring Kompas.com edaran bulan Desember 2021. Dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan peneliti diperoleh sebanyak 56 data dari 17 berita pada bulan Desember. Data tersebut meliputi; (1) penggunaan bentuk ungkapan singkatan sebanyak 19 data, (2) penggunaan bentuk ungkapan kata serapan sebanyak empat data, (3) penggunaan bentuk ungkapan istilah asing sebanyak tiga data, (4) penggunaan bentuk ungkapan metafora sebanyak 14 data (5) penggunaan perifrasa sebanyak 17 data.
Dari data bentuk ungkapan eufemisme kemudian peneliti menguraikan bentuk dan fungsi eufemisme yang berlandaskan teori Sutarman. Penyajian hasil penelitian ditulis dalam tabel dan dideskripsikan dalam pembahasan.
Berikut tabel bentuk ungkapan eufemisme, refrensi eufemisme, dan fungsi eufemisme dalam berita pelecehan seksual pada media daring Kompas.com edaran Desember 2021.
2. Pembahasan Penelitian
Eufemisme merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk memperhalus dan menghindari ungkapan-ungkapan kasar yang dapat menyinggung perasaan orang lain. Pemilihan kata-kata yang tepat sangat penting untuk menciptakan suasana komunikasi yang santun dan nyaman (Sutarman, 2017, hal. 98).
Pada dunia linguistik berdasarkan Chaer (2013, hal. 7) eufemisme masuk ke dalam jenis semantik maksud dengan perubahan penghalusan.
Berdasarkan tabel
penggolongan kata di atas, peneliti menggunakan teori dari Sutarman.
Penggunaan teori dari Sutarman tersebut dikarenakan materi yang terdapat dalam teori Sutarman dianggap relevan dengan penelitian ini. Sutarman (2017, hal. 65–84) bentuk penggunaan ungkapan eufemisme dapat dibentuk dengan beberapa cara, yaitu; penggunaan singkatan, penggunaan kata serapan, penggunaan istilah asing, penggunaan metafora, penggunaan perifrasa.
Hasil analisis dalam berita pelecehan seksual pada media daring Kompas.com edaran Desember 2021 ditemukan lima bentuk ungkapan eufemisme.
Berikut penjelasan dari bentuk ungkapan serta fungsi eufemisme tersebut.
2.1 Eufemisme Berupa Singkatan Santoso (melalui Sutarman, 2013:67) mengatakan bahwa singkatan merupakan bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari atas satu huruf atau lebih. Singkatan merupakan bentuk pemendekkan kata yang masih bersifat umum, penyingkatan merupakan proses pemedekan bentuk yang dianggap terlalu panjang. Penyingkatan dapat dilakukan pada satu kata, dua kata, maupun beberapa kata. Berikut ini adalah penjelasan bentuk eufemisme singkatan yang ditemukan dalam berita pelecehan seksual pada media daring Kompas.com :
1. Berita satu “Kasus Pelecehan Seksual di Kampus Unsri, 2 Dosen Jadi Terduga Pelaku, Korbannya 3 Mahasiswi”
Bentuk eufemisme pada judul
“Kasus Pelecehan Seksual di Kampus Unsri, 2 Dosen Jadi Terduga Pelaku, Korbannya 3 Mahasiswi” yang terbit pada Kamis, 02 Desember 2021.
Ditemukan dua data yang menggunakan bentuk eufemisme singkatan, penjelasan dari bentuk eufimisme tersebut sebagai berikut:
“Kasus pelecehan seksual ini bermula cuitan korban inisial DR yang merupakan mahasiswi Unsri semester akhir itu diunggah oleh akun Twitter
@unsrifess dan kembali diunggah
ulang akun Instagram
@palembang.eksis pada (27/9/2021) lalu”. (Kompas.com, 02 Desember 2021)
Bentuk: singkatan
Refrensi: berkaitan dengan keadaan Berfungsi: mengurangi rasa malu
Bentuk ungkapan eufemisme pada kutipan data pertama merupakan bentuk singkatan. Kata tersebut dapat dikatakan singkatan karena kata itu merupakan huruf awal dari nama seseorang. Kata DR tersebut dipilih untuk menggantikan nama asli dari korban.
Konteks dalam penggunaan eufemisme dari singkatan tersebut ialah, untuk mengurangi rasa malu terhadap korban yang telah mendapatkan perlakuan yang tidak senonoh. Kata itu dipilih ketimbang menggunakan nama aslinya ialah, karena kata tersebut dirasa dapat mengurangi rasa malu terhadap korban. Dengan kata inisial tersebut dapat menyembunyikan identitas asli dari korban, sehingga korban tidak merasa malu karena namanya disamarkan. Berdasarkan hal tersebut, data pertama memiliki refrensi berkaitan dengan keadaan dan berfungsi untuk mengurangi rasa malu.
2.2 Eufemisme Berupa Kata Serapan
Berdasarkan Raharjo melalui (Sutarman, 2017, hal. 76) kata serapan disebut sebagai word borrowing yang artinya kata pinjaman. Berikut ini adalah penjelasan bentuk eufemisme kata serapan yang ditemukan dalam
berita pelecehan seksual pada media daring Kompas.com :
1. Berita empat: Kasus Bunuh Diri NW dan Alarm Darurat Kekerasan Seksual di Indonesia
Bentuk eufemisme pada judul
“Kasus Bunuh Diri NW dan Alarm Darurat Kekerasan Seksual di Indonesia” yang terbit pada Selasa, 7 Desember 2021. Ditemukan dua data yang menggunakan bentuk eufemisme kata serapan, penjelasan dari bentuk eufimisme tersebut sebagai berikut:
“NW diduga tak kuat menahan depresi akibat diperkosa pacarnya hingga hamil, dan dipaksa aborsi oleh sang kekasih yang merupakan seorang polisi berinisial RB”.
(Kompas.com, 7 Desember 2021) Bentuk: kata serapan
Refrensi: aktivitas
Berfungsi: menyamarkan makna Bentuk ungkapan eufemisme pada kutipan data 15 merupakan bentuk kata serapan. Bentuk eufemisme aborsi berasal dari bahasa latin yaitu abortus, artinya adalah berakhirnya kehamilan dengan dikeluarkannya janin sebelum memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di luar rahim, sehingga mengakibatkan kematian.
Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia aborsi merupakan perbuatan menggugurkan kandungan.
Berdasarkan konteks penggalan kalimat berita tersebut kata aborsi menggambarkan bahwa korban dipaksa untuk menggugurkan kandungannya oleh pelaku agar hasil
hubungan gelapnya itu tidak ketahuan. Penggunaan kata aborsi memiliki makna lebih halus dibandingkan menggunakan
‘pengguguran kandungan’ yang memiliki makna lebih kasar.
Berdasarkan hal tersebut, kata serapan pada kutipan data 15 memiliki refrensi aktivitas dengan fungsi kesopanan dan kenyaman.
2.3 Eufemisme Berupa Istilah Asing
Istilah asing merupakan penggunaan bahasa asing pada tingkat satuan kata, frasa, maupun klausa dalam konteks kalimat ataupun wacana yang menggunakan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis (Sutarman, 2013:78). Berikut ini adalah penjelasan bentuk eufemisme istilah asing yang ditemukan dalam berita pelecehan seksual pada media daring Kompas.com :
1. Berita enam: Kita Tengah Mengalami Darurat Kekerassan Seksual
Bentuk eufemisme pada judul
“Kita Tengah Mengalami Darurat Kekerassan Seksual” yang terbit pada Jumat, 10 Desember 2021.
Ditemukan satu data yang menggunakan bentuk eufemisme istilah asing, penjelasan dari bentuk eufimisme tersebut sebagai berikut:
“Ia mengatakan, P2G mendesak Kemenag, Kementerian PPPA, dan KPAI membuka hot line pengaduan masyarakat perihal tindak kekerasan di satuan pendidikan berbasis agama, sehingga lebih cepat ditindaklanjuti”.
(Kompas.com, 10 Desember 2021)
Bentuk: istilah asing Refrensi: aktivitas
Berfungsi: kesopanan dan kenyamanan
Bentuk ungkapan eufemisme pada kutipan data 20 merupakan bentuk isitilah asing. Frasa tersebut dapat dikatakan istilah asing karena frasa hot line berasal dari bahasa Inggris yang artinya saluran siaga.
Konteks dalam penggunaan eufemisme dari istilah asing tersebut ialah digunakan untuk mewakili makna dari sebuah kekhawatiran berlebih masyarakat akibat kegaduhan peristiwa darurat pelecehan seksual.
Dengan demikian, hot line digunakan agar membuat masyarakat sedikit lebih tenang dalam menanggapi kasus ini, sehingga tidak menimbulkan kegaduhan. Dibanding penggunaan saluran siaga, makna frasa yang disampaikan lebih kasar karena dapat menimbulkan kepanikan.
Berdasarkan hal tersebut, istilah asing pada kutipan data 20 memiliki fungsi kesopanan dan kenyamanan dengan refrensi aktivitas.
2.4 Eufemisme Berupa Metafora Kridalaksana melalui (Sutarman, 2013:81) mengatakan bahwa metafora adalah pemakaian kata atau ungkapan lain untuk objek atau konsep lain berdasarkan kias persamaan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) metafora adalah penggunaan kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan.
Berikut ini adalah penjelasan bentuk
eufemisme metafora yang ditemukan dalam berita pelecehan seksual pada media daring Kompas.com :
1. Berita satu: Kasus Pelecehan Seksual di Kampus Unsri, 2 Dosen Jadi Terduga Pelaku, Korbannya 3 Mahasiswi
Berdasarkan tabel 4.1 bentuk eufemisme pada judul “Kasus Pelecehan Seksual di Kampus Unsri, 2 Dosen Jadi Terduga Pelaku, Korbannya 3 Mahasiswi” yang terbit pada Kamis, 02 Desember 2021.
Ditemukan dua data yang menggunakan bentuk eufemisme metafora, penjelasan dari bentuk eufimisme tersebut sebagai berikut:
“Korban DR berani lapor setelah ada korban lain Dua bulan berjalan, DR memutuskan melaporkan dosennya yang belakangan diketahui berinisial A ke Polda Sumatera Selatan karena tak menemukan titik terang dalam mediasi yang dilakukan oleh pihak Kampus Unsri”. (Kompas.com, 02 Desember 2021)
Bentuk: metafora Refrensi: keadaan
Berfungsi: menyamarkan makna
Bentuk ungkapan eufemisme pada data tiga merupakan bentuk metafora berupa frasa titik terang.
Frasa tersebut dapat dikatakan metafora karena memiliki maksud yang lain, yaitu petunjuk. Frasa itu digunakan untuk menjaga citra polisi agar tetap baik di mata publik.
Berdasarkan konteks penggunaan eufimisme pada frasa
titik terang ialah untuk menggantikan kata petunjuk. Frasa itu dipilih karena dirasa dapat menyamarkan makna konotasi yang negatif terhadap kinerja polisi yang tidak dapat mengusut kasus tersebut dengan baik. Berdasarkan hal tersebut eufemisme pada data ketiga memiliki refrensi keadaan dengan fungsi menyamarkan makna.
2.5 Eufemisme Berupa Istilah Asing
Perifrasis atau perifrasa menurut Keraf (melalui Sutarman, 2013:85) adalah ungkapan kembali sebuah teks, suatu tulisan atau suatu karya dalam bentuk lain dengan mempertahankan urutan idenya.
Perifrasa merupakan
penggungkapan kembali suatu makna atau teks secara lisan atau tulisan dengan mengungkapkan kata atau kalimat yang lebih panjang dari teks aslinya. Berikut ini adalah penjelasan bentuk eufemisme perifrasa yang ditemukan dalam berita pelecehan seksual pada media daring Kompas.com :
1. Berita tiga: Rektorat Unsri Tak Penuhi Panggilan Klarifikasi Dugaan Pelecehan Seksual, Ketua DPRD Sumsel Geram
Bentuk eufemisme pada judul
“Rektorat Unsri Tak Penuhi Panggilan Klarifikasi Dugaan Pelecehan Seksual, Ketua DPRD Sumsel Geram” yang terbit pada Senin, 06 Desember 2021.
Ditemukan satu data yang menggunakan bentuk eufemisme perifrasa. Penjelasan dari bentuk eufimisme tersebut sebagai berikut:
“Pihak rektorat kampus Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang tak memenuhi panggilan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sumatera Selatan untuk melakukan klarifikasi terkait dugaan kasus pelecehan seksual di kampus tersebut”. (Kompas.com, 06 Desember 2021)
Bentuk: perifrasa Refrensi: aktivitas
Berfungsi: mengurangi rasa malu Bentuk ungkapan eufemisme pada data sembilan merupakan bentuk perifrasa berupa klausa tak memenuhi panggilan. Klausa tersebut memiliki makna yang sesungguhnya yaitu tidak datang.
Berdasarkan konteks kalimat, klausa tak memenuhi panggilan yang dimaksud adalah rektorat yang ingin dimintai keterangan tidak datang menemui DPRD.
Penggunaan klausa tak memenuhi panggilan pada kalimat tersebut untuk menggantikan klausa tidak datang yang dirasa terdengar lebih kasar. Klausa tersebut dipilih untuk mengurangi rasa malu terhadap rektor yang tidak datang ke DPRD untuk menerangkan kasus yang sedang terjadi di kampusnya.
Berdasarkan hal tersebut, klausa perifrasa pada data sembilan memiliki referensi aktivitas dengan fungsi mengurangi rasa malu.
D. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang merujuk pada rumusan masalah dan teori eufemisme dari Sutarman, dapat disimpulkan sebagai berikut. Bentuk ungkapan eufemisme dalam berita
pelecehan seksual pada media daring Kompas.com ditemukan lima bentuk eufemisme, yakni bentuk ungkapan singkatan, bentuk ungkapan kata serapan, bentuk ungkapan istilah asing, bentuk ungkapan metafora dan bentuk ungkapan perifrasa. Dari lima bentuk yang ditemukan, bentuk ungkapan yang paling dominan dipakai adalah bentuk ungkapan singkatan untuk menggantikan nama dari seseorang. Selain itu ditemukan tiga fungsi penggunaan eufemisme yakni, kesopanan dan kenyamanan, untuk menyamarkan makna dan untuk mengurangi rasa malu. Fungsi yang paling banyak digunakan dalam berita pelecehan seksual pada media daring Kompas.com adalah fungsi kesopanan dan keyamanan.
2. Saran
Dari hasil analisis dan pembahasan yang sudah dilakukan di atas, peneliti menyarankan beberapa hal berikut ini:
1. Penelitian ini hanya meneliti dengan objek penelitian bentuk, referensi serta fungsi pemakaian eufemisme dan subjek penelitiannya adalah berita pada media daring, oleh karena itu disarankan supaya penelitian yang selanjutnya dapat mengadakan penelitian lebih lanjut dengan objek dan subjek penelitian di media daring lainnya.
2. Dalam penelitian ini hanya meneliti penggunaan gaya bahasa khususnya eufemisme, diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti penggunaan gaya bahasa selain eufemisme.
E. DAFTAR PUSTAKA
Chaer, A. (2010). Bahasa Jurnalistik.
Rineka Cipta.
Chaer, A. (2013). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.
Rineka Cipta.
Chaer, A. (2014). Linguistik Umum.
Rineka Cipta.
CNN, I. (2021). KemenPPPA: Kasus Kekerasan Anak dan Perempuan Meningkat di 2021. Kamis, 9 desember 2021.
https://www.cnnindonesia.co m/nasional/20211208195408- 20-731671/kemenpppa-kasus- kekerasan-anak-dan-
perempuan-meningkat-di-2021 Karim, Y. (2013). Semantik Bahasa
Indonesia. Pustaka Mandiri.
Keraf, G. (2006). Diksi dan Gaya Bahasa. Gramedia Pustaka Utama.
Kusumaningrat, Hikmat.
Kusumaningrat, P. (2018).
Jurnalistik Teori & Praktik.
Remaja Rosadakarya.
Priani, Suci Nia. 2021. ”Eufemisme pada Berita Surat Kabar Tribunjateng.com Edaran Bulan Februari-Maret 2020 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMP.” Skripsi.
Tegal: Universitas Pancasakti Tegal.
Romli, M. (2020). Jurnalistik Online.
Nuansa Cendekia.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Alfabeta.
Sutarman. (2017). Tabu Bahasa dan Eufemisme. Yuma Pustaka.
Tarigan, Henry Guntur. 2021.
Pengajaran Gaya Bahasa.
Bandung: Angkasa.