• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMBERDAYAAN PERAN SERTA ORANG TUA DAN MASYARAKAT DALAM PROGRAM SEKOLAH : Kajian tentang Pengelolaan Sekolah Sehari Penuh (Fullday School) di Madrasah Asih Putera Cimahi Tahun 2002.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PEMBERDAYAAN PERAN SERTA ORANG TUA DAN MASYARAKAT DALAM PROGRAM SEKOLAH : Kajian tentang Pengelolaan Sekolah Sehari Penuh (Fullday School) di Madrasah Asih Putera Cimahi Tahun 2002."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMBERDAYAAN PERAN SERTA ORANG TUA

DAN MASYARAKAT DALAM PROGRAM SEKOLAH

(Kajian tentang Pengelolaan Sekolah Sehari Penuh (Fullday School)

di Madrasah Ibtidaiyah Asih Putera Cimahi Tahun 2002)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

O I e h :

DEDEN NEPIANA K.

NIM :009705

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembirafbing I

(Prof. Dr. H. Tb. Abin-Syamsuddin Makmun, MA)

NIP : 130188292

Pembimbing II

(Prof. Dr. H. Djam'an Satori, MA)

(3)

Mengetahui:

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

(Prof. Dr. H. T msuddin Makmun, MA)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(4)

ABSTRAK

STRATEGI PEMBERDAYAAN PERAN SERTA ORANG TUA DAN

MASYARAKAT DALAM PROGRAM SEKOLAH

(Kajian tentang Pengelolaan Sekolah Sehari Penuh (Fullday School) di Madrasah

Asih Putera Cimahi Tahun 2002).

Tesis ini mengkaji masalah strategi pemberdayaan peran serta orang tua dan

masyarakat dalam program sekolah di MI Asih Putera

(MI AP) Cimahi Tahun 2002. Secara

lebih rinci fokus permasalahannya berkenaan dengan (1) profil dan filosofi pendidikan MI AP,

(2) pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, (3) strategi pemberdayaan dan (4) dampak

upaya pemberdayaan terhadap efektivitas pengelolaan sekolah.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif atau naturalistik. Dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi,

data dikumpulkan dari subjek penelitian yang dianggap dapat membenkan informasi yang

mcmadai.yaitu pengurus yayasan, personil sekolah, siswa, orang tua dan masyarakat (warga

sekitar, instansi pemerintah/swasta, tokoh masyarakat, dunia usaha dan lembaga pendidikan

lain, dll). Penelitian ini dilaksanakan melalui tahap-tahap orientasi, eksplorasi dan member

check.

Data yang diperoleh di lapangan dianalisis melalui prosedur reduksi data,

display

data,

dan pengambilan kesimpulan dan verifikasi data.

Dari penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan.

Pertama,

MI AP

mengembangkan pendidikan terpadu..

Kedua,

hubungan sekolah dan masyarakat dikelola

secara bersama-sama oleh yayasan, kepala sekolah, wakil kepala urusan hubungan masyarakat, dan wali kelas dengan menjalin hubungan yang bersifat kemitraan (partnership) yang

diarahkan pada terciptanya kerjasama yang harmonis untuk mewujudkan sekolah yang efektif.

Ketiga,

untuk memberdayakan peranserta orang tua dan masyarakat, MI AP menempuh strategi

internal dan ekstemal. Strategi internal meliputi (1) pembinaan personil, (2) peningkatan

kualitas manajemen, dan (3) inovasi program berkelanjutan. Sedangkan Strategi ekstemal

meliputi (1) membangun komitmen awal orang tua, (2) menjalin silaturahmi, (3) melibatkan

orang tua dalam kegiatan perencanaan dan pengambilan keputusan, (4) mengundang orang tua

menjadi guru tamu, (5) mengundang nara sumber untuk kegiatan seminar, pelatihan, talkshow

dan sebagainya, (6) melibatkan orang tua dan masyarakat dalam kegiatan sekolah, (7)

memberikan peran kepada orang tua untuk mengurus lembaga yang menunjang program

sekolah, (8) menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah/swasta dan dunia usaha, (9)

memberikan penghargaan kepada pihak yang telah berperan serta menyukseskan program sekolah. Keempat, dampak dari upaya pemberdayaan tersebut adalah meningkatknya

keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam program sekolah sehingga meningkatkan

efektivitas pengelolaannya yang kemudian meningkatkan prestasi sekolah.

Implikasi dari temuan penelitian ini adalah bahwa partisipasi orang tua dan masyarakat

dalam program sekolah bcrdampak positif terhadap efektivitas pengelolaan sekolah. Oleh

karena itu, penulis merekomendasikan bahwa (1) upaya pemberdayaan seharusnya dikelola

dengan lebih baik dan lebih sunguh-sungguh, (2) sekolah hendaknya menjaga kredibilitasnya

dan menjalin hubungan yang lebih harmonis dengan orang tua dan masyarakat, (3) menjadikan

kepuasan pelanggan (khususnya pelanggan ekstemal) sebagai tolok ukur keberhasilaraiya, dan

(4) strategi pemberdayaan yang telah ditempuh oleh MI AP hendaknya dijadikan salah satu

(5)

ABSTRACT

EMPOWERMENT STRATEGY TO PARENTS AND SOCIETY PARTICIPATION

IN THE SCHOOL DEVELOPMENT PROGRAMS

(A Study of Full-Day School Management at Madrasah Ibtidaiyah

Asih Putera Cimahi inthe year 2002).

This thesis studies the management of a full day school and focuses onthe strategies to

empowering participation ofparents and society- in the school development programs at MI

Asih Putera(MI AP). The focus is correlated to (1) the profile and the educational philosophy of MI AP, (2) the public relation management, (3) the strategy to empowerment, and (4) the

impacts of the strategy on the effectiveness of the school.

The research is implemented through analytical descriptive method with qualitative or

naturalistic approach. Data are collected from the subjects of the research through interviews,

observations, and documentary studies. The steps of the research followed are orientation,

exploration, and member check. The procedures of analyzing the data are data reduction, data

display, and conclusion drawing and data verification.

The writer draws several conclusions. Firstly, MIAPdevelops integrative education.

According to MI AP, integrative education means developing moral, emotional, intellectual intelligence and professional competence harmoniously, (2) combining several subjects, (3) making Islam as the spirit of all the educational process, (4) that the process of education is

implemented at school, in the family, and in the society simultaneously.

Secondly,

the

school-public relation is managed by the principal, and the vice principal ofthe school-public relation affairs

and the supervisors of the class and the organizing foundation collaboratively by linking

partnership model relationships with parents and societies which is directed to the creation of

harmonious collaboration to actualize the effective school. Thirdly, to empower the

participation ofparents and the society, MI AP takes internal and external strategy. The internal

strategy covers (1) developing personnel, (2) improving the quality of management, (3)

innovating programs continually. While the external strategy includes (1) building 'initial

commitment" of parents of candidate students, (2) linking good relationships (silaturahmi), (3) involving parents in planning and decision making, (4) inviting parents to be guest teachers, (5) inviting expert to seminaries, training, talk shows, etc. (6) involving parents and

society in the school activities, (7) giving roles to parents to manage organizations supporting

the school programs (8) collaborating with public/private offices and businesses (9) giving

rewards to the persons who participate in the school programs. Fourthly, the efforts of empowerment succeed: in increasing the involvement of parents and society in the school programs. With various kinds ofsupport including material and non-material from the parents and the society, the school manages to implement all the programs effectively. This

effectiveness brings positive impacts on the performance of the school.

The implication ofthe findings is that participation of parents and society in the school

programs has a positive impact on the effectiveness ofthe school management. Then the writer

proposes several recommendations: (1) the efforts of empowerment should be managed better

and more seriously with more accurate strategies, (2) MI AP should maintain its credibility

by managing the participation better and by maintaining harmonious relationships with

parents and society, (3) schools as service units are supposed to make customer satisfaction as

the standard of their success (4) the strategy of empowerment applied by MI AP is supposed

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i.

KATA PENGANTAR v

UCAPAN TERIMAKASIH ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR BAGAN xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Masalah Penelitian 17

C. Tujuan Penelitian 23

D. Manfaat Penelitian 24

E. Premis Penelitian 25

F. Paradigma/Kerangka Penelitian 27

BAB II KONSEP PEMBERDAYAAN PERAN SERTA ORANG TUA DAN

MASYARAKAT DALAM PROGRAM SEKOLAH 30

A. Administrasi Pendidikan Sekolah Dasar 30

1. Konsep Administrasi Pendidikan 30 2. Komponen-Komponen Administrasi Pendidikan SD 31 3. Proses/Fungsi Administrasi Pendidikan Sekolah Dasar 33

B. Peran Serta Masyarakat dalam Pembangunan Pendidikan 34

C. Otonomi Pengelolaan sekolah 36

D. Pengelolaan Hubungan Sekolah dengan Orang Tua dan Masyarakat 41

1. Pengertian 42

2. Pentingnya Hubungan Antara Sekolah dan Masyarakat 45 3. Maksud dan Tujuan Hubungan Sekolah dan Masyarakat 47

4. Peran Kepala Sekolah dalam Hubungan Sekolah dan Masyarakat... .47 5. Peranan Informasi dan Komunikasi dalam Hubungan Sekolah dan

Masyarakat 49

6. Teknik Membangun Hubungan Sekolah dengan Orang Tua dan

Masyarakat 49

7. Model Hubungan antara Sekolah dan Masyarakat sebagai

Konstituennya 51

(7)

E. Strategi Pemberdayaan Peran Serta Orang Tua dan Masyarakat dalam

Program Sekolah 53

1. Konsep Strategi 53

2. Konsep Pemberdayaan 64

3. Program Sekolah 70

4. Strategi Pemberdayaan Peran Serta Orang Tua dan

Masyarakat dalam Program sekolah 75

F. Kajian Penelitian yang Relevan 76

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 89

A. Metode Penelitian 89

B. Subjek Penelitian 91

C. Data yang Diperlukan 92

D. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 94

E. Langkah-Langkah Penelitian 95

F. Prosedur Analisis Data 97

G. Validasi Temuan Penelitian 99

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 103

A. Profil dan Filosofi Pendidikan MI Asih Putera Cimahi 103

1. Profil MI Asih Putera 101

2. Filosofi Pendidikan MI Asih Putera Ill

B. Pengelolaan Hubungan Sekolah dan Masyarakat 123

1. Pengeloaan 123

2. Pihak-Pihak yang Terlibat 125

3. Media dan Sarana Komunikasi 127

4. Model Hubungan yang Dikembangkan 128

C. Strategi Pemberdayaan Peran Serta Orang Tua Dan Masyarakat dalam

Program Sekolah 130

1. Latar Belakang dan Tujuan 130

2. Program MI Asih Putera 131

3. Hambatan dalam Pelaksanaan Program 141

4. Faktor-Faktor yang Mendukung Upaya Pemberdayaan 145

5. Strategi Pemberdayaan 151

6. Tanggapan Orang Tua Dan Masyarakat Terhadap Upaya

Pemberdayaan 158

(8)

D. Dampak Upaya Pemberdayaan 161

1. Tingkat Dan Bentuk Peran Serta Orang Tua Dan Masyarakat 161

2. Program Sekolah yang Dapat Dilaksanakan 167

3. Prestasi MI Asih Putera 169

E. Pembahasan 176

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 185

A. Kesimpulan 185

B. Implikasi 189

C. Rekomendasi 190

DAFTAR PUSTAKA 193

LAMPIRAN-LAMPIRAN 196

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 233

(9)

BAB I

PENDAHULIAN

A. Latar Belakang

Salah satu masalah besar dalam pembangunan pendidikan kita adalah

masih rendahnya mutu pendidikan itu sendiri. Berbagai upaya telah kita

laksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan mulai dari peningkatan

anggaran pendidikan, peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kependidikan dan

kesejahteraannya, peningkatan fasilitas, sampai peningkatan dalam manajemen

penyelengaraannya. Namun demikian, upaya-upaya tersebut belum membuahkan

hasil yang memuaskan. Mutu pendidikan kita masih jauh dari apa yang kita

harapkan.

Kita menyadari betul akan perlunya meningkatkan mutu pendidikan. Oleh

karena itu upaya peningkatan mutu pendidikan telah lama diangkat menjadi salah

satu kebijaksanaan pembangunan pendidikan. Misi pembangunan pendidikan kita

saat ini adalah,

"Perwujudan sistem dan iklim pendidikan nasional yang

demokratis dan guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif berwawasan

kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab, berketerampi/an

serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan

kualitas manusia Indonesia. "

(GBHN Tahun 1999-2004/Tap. MPR No. IV Tahun

1999).

Namun demikian, upaya peningkatan mutu pendidikan temyata tidaklah

(10)

Suyanto dan Abbas (2001:69), salah satu sebab sulitnya meningkatkan mutu

pendidikan kita selama ini adalah model pengelolaannya yang sentralistik. Model

ini paling tidak mengakibatkan dua hal paling penting.

Pertama,

kepala sekolah,

guru dan karyawan sekolah tidak merasa sepenuhnya bertanggungjawab terhadap

berbagai

kelemahan proses yang berlangsung di

dalamnya,

karena

ketidakmandiriannya dalam pengambilan keputusan dan kebijaksanaan.

Kedua,

masyarakat sekitar dan orang tua siswa tidak merasa sepenuhnya memiliki

sekolah (yang akibatnya tidak merasa ikut bertanggungjawab terhadap

keberadaannya).

Sementara itu, Indra Djati Sidi (2001:14) berpendapat bahwa kurang

berhasilnya upaya peningkatan mutu pendidikan kita adalah karena pembangunan

pendidikan selama ini didasarkan pada konsepsi

input-output analysis

atau

education productionfunction.

Konsep ini temyata tidak selalu dapat diterapkan

dalam pembangunan pendidikan, walaupun teori tersebut berhasil dalam dunia

mdustri. Pradigma ini berakar pada teori bidang ekonomi produksi yang

berkeyakinan bahwa apabila

input-nya.

diperbaiki maka secara otomatis

output-nya menjadi baik. Padahal, menurutoutput-nya,

input

pendidikan itu tidak sama dengan

input

di bidang industri.

Input

di bidang industri itu statis sementara

input

pendidikan itu dinamis, banyak dipengamhi oleh berbagai faktor, khususnya

faktor proses dan konteks. Oleh karena itu, paradigma sistem pendidikan nasional

hams mencakup kedua faktor tersebut (proses dan konteks) selain

input

dan

(11)

Faktor-faktor proses dan konteks itulah yang malah menentulan

output

pendidikan.

Selanjutnya Indra Djati Sidi menyatakan bahwa dalam penyelenggaraan

pendidikan nasional masa depan, perhatian perbaikan sistem pendidikan nasional

harus ditujukan pada aspek-aspek : kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan,

tenaga kependidikan, manajemen pendidikan dan

partisipasi masyarakat

dalam

penyelenggaraan pendidikan.

Lebih jauh tentang manajemen pendidikan, perbaikan manajemen

diarahkan untuk lebih memberdayakan sekolah sebagai unit pelaksana terdepan

dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Di era otonomi di mana manajemen

pendidikan diarahkan untuk lebih memberdayakan sekolah sehingga sekolah

menjadi lebih mandiri dan bersikap kreatif, dapat mengembangkan iklim

kompetitif antar sekolah di wilayahnya, serta bertanggungjawab terhadap

stakeholders

pendidikan, khususnya orang tua dan masyarakat, manajemen

oendidikan hams lebih terbuka,

accountable

(dapat mempertanggungjawabkan

semua program kegiatannya), mengoptimalkan partisipasi orang tua dan

masyarakat, serta dapat mengelola semua sumber daya yang tersedia di sekolah

dan lingkungannya untuk digunakan seluas-luasnya bagi peningkatan prestasi

siswa dan mutu pendidikan pada umumnya (Indra Djati Sidi,

ibid:20).

Indra Djati Sisdi (ibid: 33) juga menyebutkan beberapa masalah yang

membuat upaya peningkatan mutu pendidikan itu tidak berjalan. Masalah-masalah

tersebut jugalah yang menjadi sebab pentingnya dilakukan otonomi sekolah.

(12)

1. akuntabilitas sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan kepada

masyarakat masih sangat rendah

2. penggunaan sumber daya tidak optimal

3. partisipasi masyarakat masih rendah

4. sekolah tidak mampu mengikuti perubahan yang terjadi di

lingkungannya

berkenaan dengan rendahnya partispasi masyarakat Indra Djati Sidi

mengatakan :

"Sebenarnya, secara historis, peran serta masyarakat dalam

pembangunan pendidikan di tanah air sangat besar. Tetapi strategi

pemerintah dalam pembangunan pendidikan selama ini belum

mampu menggali potensi tersebut, bahkan dalam beberapa kasus

mematikannya. Dalam skala mikro sekolah, marginalisasi peran

serta masyarakat dan orang tua dalam pengelolaan pendidikan

diwujudkan dengan adanya lembaga BP3 sekolah yang perannya

tidak hanya sebatas sebagai sumber dana tambahan bagi sekolah.

Tidak seimbangnya antara hak dan kewajiban anggota BP3 dalam

manajemen sekolah telah menjadikan lembaga yang seharusnya

mewadahi partisipasi masyarakat dan orang tua ini menjadi lembaga

yang tidak banyak diminati anggotanya. Keadaan seperti ini hams segera dikoreksi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Masyarakat dan orang tua sudah saatnya diikutsertakan dalam

pengamabilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah..."

Kita semua telah menyadari bahwa pembangunan pendidikan bukanlah

tanggungjawab pemerintah semata, melainkan merupakan tanggung jawab

bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu sudah

semestinya memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut serta dalam

pembangunan bidang pendidikan. Sebaliknya, masyarakat pun berkewajiban

untuk berpartisipasi dan tidak menyerahkannya sepenuhnya kepada pemerintah

(13)

manajemen pendidikan nasional tidak memberikan tempat yang seluas-luasnya

bagi partisipasi masyarakat maka lembaga pendidikan akan terasing dari

pengabdiannya bagi kebutuhan masyarakat yang nyata. Sejalan dengan itu

akhir-akhir ini telah diluncurkan konsep

community based education

oleh UNICEF.

yaitu pendidikan yang diabdikan untuk, bersama-sama dan dari masyarakat

sendiri. Menumt Tilaar, Administrasi dan manajemen pendidikan yang

berdasarkan kepada

community based education

akan dengan sendirinya

menampilkan wajah yang lain dari dewasa ini yaitu yang telah mengasingkan

lembaga pendidikan sekolah dari jangkauan masarakat lokal.

Bersamaan dengan diterapkannya kebijaksanaan otonomi daerah dan

otonomi pengelolaan pendidikan khsususnya, telah diluncurkan konsep

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). MPMBS meletakkan

kekuatan dasar sekolah pada masyarakat dan pada potensi internal sekolah.

Dengan konsep ini pemerintah tidak akan terlalu banyak mencampuri lagi

penyelenggaraan sekolah dan akan menyerahkannya kepada sekolah untuk

dikelola bersama-sama dengan masyarakat sekitarnya (Suyanto dan Abbas,

ibid

:

75). Jadi keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dan sifat sekolah yang

responsif terhadap tuntutan masyarakat mempakan dua faktor yang paling

menentukan dalam penglolaan pendidikan di era otonomi.

Louis V. Gestner Jr. dalam bukunya

Reinventing Education

(1995) seperti

yang dikutip oleh Suyanto dan Abbas (ibid : 33-34) menyatakan bahwa sosok

sekolah masa depan mensyaratkan orang tua dan masyarakat berperan serta dalam

(14)

Abbas, peran serta orang tua dan masyarakat hendaknya tidak hanya dalam hal

pendanaan saja, melainkan juga dalam pengelolaan dan penilaian kinerja sekolah

serta penciptaan suasana yang kondusif sehingga antara sekolah dengan orang tua

dan masyarakat terjadi kinerja yang sinergis, terpadu, dan selaras. Kerjasama yang

harmonis antara ketiga unsur tersebut dapat memacu anak didik untuk lebih giat

belajar dan meningkatkan prestasinya. Suasana seperti inilah sebenamya yang

didambakan oleh sekolah, siswa, dan orang tua.

Kita menyadari betul akan pentingnya peran serta keluarga dan masyarakat

dalam pengelolaan lembaga pendidikan, sehingga kita menjadikannya sebagai

salah satu arah kebijakan pembangunan bidang pendidikan. Arah kebijakan

tersebut adalah

"Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar

sekolah sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta

meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana

dan prasarana yang memadai" (GBHN Tahun 1999-2004 Tap No.

IV/MPR/1999). Bahkan jauh sebelumnya UUSPN tahun 1989 pasal 47 ayat 1

menyatakan bahwa masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang

seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan

nasional

Berdasarkan PP No. 39 Tahun 1992 fungsi peran serta masyarakat adalah untuk memelihara, menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan

pendidikan nasional (pasal 2). Sedangkan tujuannya adalah untuk

mendayagunakan kemampuan yang ada pada masyarakat bagi pendidikan untuk

(15)

Selanjutnya dalam pasal 4 PP yang sama dijelaskan bahwa bentuk peran

serta masyarakat dapat berupa :

1. Pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur

pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah, pada

semua jenis pendidikan kecuali pendidikan kedinasan, dan pada

semua jenjang pendidikan di jalur pendidikan sekolah.

2. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan

3. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli

4. Pengadaan dan atau penyelenggaraan program pendidikan yang

belum diadakan dan/atau diselenggarakan oleh pemerintah untuk

menunjang pendidikan nasional.

5. Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa

wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman, beasiswa dan bentuk lain

yang sejenis.

6. Pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung, dan tanah

untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

7. Pengadaan dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan

pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

8. Pemberian kesempatan untuk magang dan atau latihan kerja.

9. Pemberian bantuan manajemen

10. Pemberian pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan

penentuan kebijakan dan/atau penyelenggaraan pengembangan pendidikan

11. Pemberian bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian dan

pengembangan; dan

12. Keikutsertaan dalam program pendidikan dan/atau penelitian;

Menumt Keith dan Girling (1991:275) tingginya partisipasi masyarakat

memberikan manfaat yang sangat besar bagi pengelolaan pendidikan yaitu

terutama berupa tambahan sumber daya, dukungan politik, kesempatan untuk

movasi dan pengembangan profesi, serta meningkatnya prestasi mund.

Selanjutnya Keith dan Girling mengatakan bahwa tingginya tingkat keterlibatan

sekolah masyarakat mempakan salah satu jalan menuju terciptnya lingkungan

sekolah yang lebih responsif terhadap kliennya. Selengkapnya mereka

(16)

"A high level of school community involvement is one of se

avenues toward creating a more client responsive sc.

environment. The better the school knows the community and

better the community knows the school, the greater the possibilities,

for tailoring schools to meet client needs. Restmcturing schoo)

provide more learning options, a stronger curricular focus, and a

greater sense of community requires the active participation of

parents, teachers, administrators, and students. Involvement and

responsiveness are part and parcel ofthe same educational process

-a process th-at requires p-articip-ation -and c-areful m-an-agement."

Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sebenarnya lembaga-lembaga

pendidikan kita memang pada awalnya didirikan oleh masyarakat terutama dalam

bentuk pesantren. Sistem pendidikan pesantren pada dasamya merupakan

pendidikan yangindigenousyaitu pendidikan yang lahir dari kebutuhan dan untuk

masyarakat di mana lembaga itu hidup (Tilaar, 1999:114).

Sementara itu, sejalan dengan tuntutan masyarakat yang terns bembah

sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, ekonomi

sosial, budaya dan seiuruh aspek kehidupan masyarakat, diperiukan suatu sistem

pendidikan nasional yang selalu relevan dengan kebutuhan masyarakat tersebut.

Oleh Karena itu pembahaman (inovasi) sistem pendidikan adalah suatu kehamsan

dan akan terns diperiukan. Begitu pentingnya inovasi dalam pendidikan sehingga

Tilaar

(ibid:6\)

mengatakan bahwa pendidikan yang tidak inovatif yang

mematikan kreativitas generasi muda, berarti tidak memungkinkan suatu bangsa

untuk bersaing dan hidup di dalam masyarakat modem yang akan datang.

Untuk merespon terhadap berbagai tuntutan kebutuhan masyarakat dan

seluruh aspek kehidupannya termasuk perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, diperiukan suatu sistem pengelolaan pendidikan yang lebih akomodatif.

(17)

pendidikan bangsa berinisiatif mendirikan lembaga-lembaga pendidikan alternatif dengan harapan dapat memenuhi harapan masyarakat.

Salah satu bentuk lembaga pendidikan yang kini sedang menjamur dan menjadi trend sekolah alternatif pilihan masyarakat adalah apa yang kita kenal

sebagai sekolah terpadu atau sekolah unggulan atau sekolah plus yang karena jam belajarnya dari pagi sampai sore sekolah-sekolah seperti ini dikenal juga

sebagai "fullday school".

Bermunculannya sekolah-sekolah terpadu dan sejenisnya nampak mempakan jawaban atas ketidakpuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan dan

hasil pendidikan sekolah "biasa" (Natawijaya dalam Mimbar Pendidikan IKIP Bandung No. 3 Tahun 1996; 13). Penyelenggataan pendidikan selama ini

dirasakan tidak atau kurang akomodatif terhadap kebutuhan masyarakat.

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah umum selama ini lebih bersifat

birokratik, feodalistik, kaku, dan lebih merefleksikan kepentingan pemerintah atau yayasan penyelenggara. Bahkan pendidikan modern dikatakan oleh Paulo

Freire (dalam Tilaar, ibid: 114) sebagai lembaga-lembaga tirani yang mematikan

inisiatif karena antara lain hilangnya partisipasi masyarakat di dalam

pengelolaannya.

Masyarakat sudah sejak lama mendambakan sekolah yang unggul yang benar-benar dapat memberikan sumbangan berarti bagi kesejahteraan masyarakat

di masa yang akan datang. Konsep sekolah unggul seperti yang digambarkan

(18)

sekolah biasa, melainkan terletak kepada upaya mengolah dan meni

program (yang juga mungkin digunakan di sekolah biasa) ke dalam bdhah^

yang lebih bermakna bagi perkembangan siswa. Per/uasan, pendaJama^f'J

pemunculan bidang kajian khusus, dan kelerpaduan program belajar merupakan

keunggulan dalam komponen program sekolah unggul.

Disebutkan pula bahwa program-program sekolah unggul tersebut

menyangkut

dimensi

program

pengembangan

:

(1)

kemampuan

intelektua/akademis yang mengarah kepada penguasaan ilmu dan teknologi; (2)

keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, yang mengarah kepada pemahaman

dan perwujudan nilai-nilai agama di dalam kehidupan sehari-hari; (3) kemampuan

berkomunikasi yang mengarah kepada penguasaan bahasa sebagai alat berfikir

dan berkomunikasi; (4) kemandirian berfikir, wawasan kemasyarakatan,

kreativitas, kepemimpinan, dan tanggunjawab.

Mewujudkan sekolah yang bermutu (unggul) itu tentu bukanlah hal yang

mudah. Untuk itu, sekolah dituntut untuk dapat memberdayakan seluruh sumber

daya yang dimiliki baik internal maupun ekstemal. Salah satu sumber daya

ekstemal yang sangat penting untuk dimanfaatkan adalah potensi yang dimiliki

oleh orang tua dan masyarakat. Tanpa mengoptimalkan peran serta orang tua dan

masyarakat berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan sulit diharapkan dapat

berjalan dengan efektif. Itulah sebabnya perlu dilakukan upaya-upaya

pemberdayaannya untuk menunjang keberhasilan program sekolah.

Pemberdayaan yang dimaksud adalah

upaya untuk membangun diri

dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi

(19)

yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya

(Ginanjar

Kartasasmita (1997) dalam Deni Rohendi, 2002:9). Kindevatter (1979) seperti

yang dikutip oleh Supriyono (2000:35) mendefinisikan pemberdayaan

sebagai

upaya penyadaran peningkatan daya-daya pada seseorang atau kelompok untuk

memahami dan mengontrol dimemi-dimensi kekuatan yang dimiliki (religi, fisik,

psikis, sosial ekonomi, politik dan tebudayaan) untuk meningkatkan kedudukan

mereka di masyarakat.

Dengan pemberdayaan ini diharapkan khalayak sasaran

memiliki kepercayaan diri

(self-reliance)

dan produktivitas kerja yang tinggi.

Dalam konteks menajemen sekolah pemberdayaan peran serta orang tua

dan dalam masyarakat adalah

upaya-upaya untuk mendorong, memotivasi dan

membangkitkan kesadaran orang tua dan masyarakat akan potensi

rang

dimilikinya untuk berpartisipasi secara aktif untuk menunjang keberhasilan

program sekolah secara optimal efektifdan efisien.

Menumt suyanto dan Abbas (2001:78) partisipasi masyarakat selama ini

dipahami oleh para pelaksana pembangunan di daerah sebagai kemauan rakyat

untuk mendukung secara mutlak program-program pemerintah yang dirancang

dan ditentukan tujuannya oleh pemerintah. Padalah menutur Lukman Sutrisno

(1995) seperti yang dikutip oleh Suyatno dan Abbas

(ibid)

partisipasi masyarakat

seharusnya, dipahami sebagai kerjasama antara rakyat dan pemerintah dalam

merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil

pembangunan. Sebagai sebuah kerjasama, maka masyarakat tidak lagi menjadi

sebuah sub sistem yang diposisikan sebagai penerima program pembangunan.

Masyarakat diasumsikan mempunyai aspirasi, nilai budaya yang perlu

(20)

diakomodasikan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan suatu program

pembangunan.

Sementara itu yang dimaksud dengan peran serta atau partisipasi

masyarakat dalam program sekolah adalah

"kesadaran dan kepedulian

masyarakat melakukan aktivitas-aktivitas untuk turut serta mengambil keputusan,

melaksanakan dan mengevaluasi keputusan suatu program pendidikan di sekolah

secara proporsional yang dilandasi kesepakatan." (Tim Pokja MBS, Dinas

Pendidikan Propinsi JawaBarat, 2001:66).

Sedangkan yang dimaksud dengan program sekolah, identik dengan

program pendidikan, adalah keselumhan dari penawaran sekolah termasuk

kegiatan di luar kelas dan susunan serta rangkaian mata pelajaran dan kegiatan

(Sutisna, 1993:48).

Upaya pemberdayaan peran serta orang tua dan masyarakat itu pun

ternyata tidak mudah. Di masyarakat kita, yang sudah terbiasa diperlakukan

sebagai objek pembangunan, seringkali kata peran serta diartikan sebagai

menerima dan mendukung saja apa yang dilaksanakan oleh pihak birokrat.

Pendekatan ini juga diperburuk lagi dengan masih melekatnya budaya feodal

dalam kehidupan modem yang oleh fatah (1994 dalam Suyanto dan Abbas, ibid :

77) disebut sikap patemalistik dan hubungan patron klien yang memposisikan

masyarakat pada posisi yang lebih rendah seperti 'bapak dan anak" dimana sang

anak dituntut untuk menerima, mematuhi, dan mendukung apa saja yang

diputuskan sang ayah.

(21)

Dikatakan oleh Suyanto dan Abbas (ibidAlO) bahwa keterlibatan unsur

orang tua siswa dan masyarakat ke dalam program sekolah baru sebatas partisipasi

pada aspek pendanaan kebutuhan sekolah dan belum banyak menyentuh aspek

manajerial dan penetapan serta pelaksanaan suatu kebijakan. Pada era reformasi

saat ini, tingkat keabsahan pelibatan masyarakat ke dalam pengelolaan pendidikan

di sekolah perlu lebih didorong sehingga menyentuh pula perumusan-perumusan

kebijakan sekolah.

Mengingat besarnya pengaruh peran serta orang tua dan masyarakat

terhadap keberhasilan program pendidikan, perlu kiranya dilakukan upaya-upaya

pemberdayaan. Agar dapat mengoptimalkan upaya-upaya pemberdayaan peran

serta orang tua dan masyarakat, maka sekolah perlu menerapkan manajemen

stratejik. Manajemen sekolah hams mampu menyusun strategi pemberdayaan

peran serta orang tua dan masyarakat dalam upaya mewujudkan program sekolah secara efektif.

Strategi yang dimaksud seperti yang dikemukakan oleh Robson (1997:5)

sebagai berikut, "strategy is the pattern of resource allocation decisions made

throughout an organisation. These encapsulate both desired goals and beliefs

about what are acceptable and, most critically, unacceptable meansfor achieving

them" (strategi adalah pola keputusan alokasi sumber daya yang dibuat di seluruh

organisasi, strategi meliputi baik sasaran-sasaran yang diinginkan maupun

keyakinan-keyakinan tentang cara-cara apa yang dapat diterima, dan yang paling

penting lagi, yang tidak dapat diterima untuk mencapainya).

(22)

Manajemen strategis, seperti yang digambarkan oleh Hannagan

(1998:120) adalah rencana tindakan yang memungkinkan suatu organisasi untuk

bergerak dari tempat sekarang berada menuju suatu tempat masa yang akan

datang. Hannagan, di tempat lain, mengatakan, "strategic management is

concerned with looking ahead to establish the way forward for an organization.

This involves developing plansfor strategic change. "(hal. 142).

Purwanto (dalam Biro Perencanaan Pendidikan Nasional 2000) mengatakan bahwa untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat

dan keluarga tentang peran strategis dan tanggung jawab mereka untuk dapat

terselenggaranya pendidikan nasional yang baik diperiukan inovasi tersendiri

mengingat ajakan partisipasi yang dilakukan selama ini sudah terlalu "rutin" bagi

masyarakat.

Kenyataan sekarang menunjukkan bahwa sekolah-sekolah masih menggunakan pola lama dalam mengakomodasi peran serta masyarakat. Akibatnya potensi yang ada di masyarakat tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Masyarakat pun seakan tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekolah.

Orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada sekolah. Itulah

sebabnya sekolah-sekolah kita semakin jauh dari harapan anak didik, orang tua

dan masyarakat atau dengan kata lain sekolah-sekolah kita kurang responsif

terhadap kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Fenomena seperti meningkatnya

angka putus sekolah, nilai-nilai ujian yang cenderung menurun, bergesemya

pilihan keluarga berpenghasilan tinggi dari sekolah negeri ke sekolah swasta, dan

semakin tingginya angka pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh para pelajar

(23)

adalah bukti-bukti akan adanya ketidakpuasan siswa, orang tua dan masyarakat

terhadap penyelenggaraan sekolah selama ini seperti yang dikemukakan oleh

Keith dan Girling (1991:270) sebagai berikut:

Making schools more responsive to the needs of students (more

student-centered) is the ultimate challenge to contemporary public

education. Indicators of nonresponsiveness are legion: The

increasing high school drop out-rate; the declining test score trends;

the shift ofupper-income families in some communities from public

to private schools particularly in urban areas; and the growth of

student discipline problems are all signs that there is agrowing gulf

between what school offer students and what students and parents

want and getfrom schools.

Apabila keadaan seperti yang digambarkan oleh Keith dan Girling di atas

tidak segera diatasi maka dikhawatirkan apa yang kita dambakan sebagai

pendidikan yang bermutu (unggul) tidak akan tercapai. Hal ini pun tentu akan

mengancam pada pencapaian tujuan pendidikan nasional secara umum.

Namun demikian, di tengah kekhawatiran akan rendahnya keterlibatan

orang tua dan masyarakat dalam program sekolah yang berakibat pada rendahnya

efektivitas pengelolaan sekolah, MIT Asih Putra Cimahi justm diakui telah

berhasil meningkatkannya. Keberhasilan meningkatkan peran serta orang tua dan

masyarakat ini tentu bukanlah suatu kebetulan melainkan hasil jerih payah selumh

komponen sekolah dalam mengembangkan suatu strategi pemberdayaannya.

Orang tua dan masyarakat tidak hanya berperan serta dalam pendanaan melainkan

juga perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program sekolah serta dalam

penciptaan suasana yang kondusif bagi terlaksananya proses belajar mengajar

yang efektif. Sebagai contoh, orang tua berperan aktif dalam merumuskan visi,

misi dan tujuan sekolah, merencanakan program sekolah, penyusunan RAPBS,

(24)

pemilihan kepala sekolah (mulai dari pemilihan calon sampai menjadi anggota

juri dalam presentasi calon kepala sekolah), mengedit bahan pelajaran, mengawasi

kinerja kepala sekolah dan guru, menjadi panitia kegiatan ektrakurikuler,

menyumbangkan buku, ikut serta dalam seminar-seminar pengelolaan sekolah

unggulan, berbagi pengalaman dengan gum dan kepala sekolah tentang hasil

kunjungannya ke sekolah-sekolah di luar negeri, dan menjadi pembicara dalam

acara

"talkshow"

dengan siswa dalam acara-acara tertentu seperti peringatan "Hari

Kartinr.

Fenomena ini sungguh menarik dan sangat berharga untuk dikaji lebih

lanjut melalui penelitian mengingat saat ini tengah digulirkannya kebijakan

otonomi pengelolaan pendidikan yang berimpliksi pada pemberdayaan sekolah,

pemberdayaan gum, pemberdayaan murid, pemberdayaan orang tua dan

masyarakat sebagai realisasi dari konsep-konsep "bam" pengelolaan sekolah

yaitu Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Manajemen Berbasis Masyarakat.

Terdorong oleh keinginan untuk mengungkap lebih jauh tentang upaya

pemberdayaan peran serta orang tua dan masyarakat dalam program sekolah,

penulis

kemudian

melakukan

penelitian

dengan

judul

"STRATEGI

PEMBERDAYAAN PERAN SERTA ORANG TUA DAN MASYARAKAT

DALAM PROGRAM SEKOLAH" (Kajian tentang Pengelolaan Sekolah

Sehari Penuh (Fullday School) di Madrasah Ibtidaiyah Asih Putra Cimahi

Tahun 2002").

(25)

B. Masalah Penelitian

Peran serta orang tua dan masyarakat terhadap sekolah seharusnya tidak

hanya

dalam

hal

pembiayaan,

melainkan

juga

dalam

manajemen

penyelenggaraannya. Orang tua dan masyarakat hendaknya berpartisipsi aktif

dalam pengelolaan sekolah yang meliputi : (1) pengambilan keputusan, (2)

pelaksanaan, dan (3) mengevaluasi program pendidikan di sekolah (Dinas

Pendidikan Jawa Barat, 2001:66, Suyanto dan Abass : 2001 dan Indra Djati Sidi:

2001).

Sekolah sebagai organisasi modern haruslah senantiasa dikendalikan oleh

visi dan misi organisasi sekolah. Visi dan misi yang baik hendaklah mempakan

produk bersama

(shared vision)

antara kepala sekolah, gum, karyawan sekolah,

orang tua dan tokoh masyarakat setempat (Suyanto dan Abbas, 2001 : 118)

Salah satu kunci sukses melibatkan orang tua dalam program sekolah

menumt Depdiknas (1999 : 152) adalah memelihara keakraban hubungan sekolah

dengan mereka, yang dapat ditempuh oleh kepala sekolah melalui cara-cara

berikut:

a. Melakukan komunikasi secara intensif

b. Melibatkan orang tua sebagai sponsor/panitia kegiatan di sekolah c. Memberi peran kepada orang tua untuk mengambil keputusan,

sehingga merasa bertanggungjawab untuk melaksanakannya.

d. Mendorong gum untuk melibatkan orang tua dalam menunjang

keberhasilan belajar siswa.

Kemudian Depdiknas memberikan langkah-Iangkah yang dapat ditempuh

oleh kepala sekolah untuk mendorong orang tua untuk aktif dalam kegiatan

sekolah, yaitu:

(26)

a. Melakukan identifikasi kebutuhan sekolah dan bagaimana orang

tua dapat membantu pada kegiatan tersebut.

b. Menyusun uraian tugas untuk posisi-posisi yang mungkin dapat

dibantu oleh orang tua sebagai relawan.

c. Membantu guru untuk menyusun program relawan yang terkait

dengan tugasnya.

d. Menginformasikan program relawan tersebut lengkap dengan

deskripsi tugas untuk setiap posisi.

e. Mengundang orang tua yang bersedia untuk menjadi relawan.

f. Memberikan

penghargaan

bagi

orang

tua

yang

telah

melaksanakan tugas sebagai relawan.

Sedangkan untuk mengaktifkan BP3, kepala sekolah dapat menempuh

beberapa cara berikut:

a. Memperharikan masa kepengurusan dan melaksanakan pembentukan pengurus BP3 secara periodik.

b. Ikut aktifmelaksanakan program BP3 c. Memberdayakan badan pemeriksaBP3

d. Melibatkan pengurus BP3 dalam setiap kegiatan sekolah

e. Melakukan pembinaan dan pemantauan secara aktif dan berkala.

Diampaing itu, untuk meningkatkan minat masyarakat terlibat dalam

program sekolah, kepala sekolah dapat menempuh beberapa cara berikut:

a. Melibatkan orang-orang kunci dalam kegiatan sekolah,

khususnya yang sesuai dengan minatnya.

b. Melaksanakan program-program kemasyarakatan

c. Mengadakan buletin sekolah atau majalah atau lembar informasi yang secara berkala memuat kegiatan dan program sekolah untuk

diinformasikan kepada masyarkat.

d. Mengundang tokoh untuk menjadi pembicara atau pembina suatu

program sekolah.

e. Membuat program kerja sama sekolah dengan masyarakat.

Berkenaan dengan model hubungan antara sekolah dengan orang tua dan

masyarakat, Keith dan Girling (1991 : 256) menyebutkan ada tiga model

hubungan antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat sebagai konstituen

yaitu (1)

the profesional/client model, (2) the advocacy model,

dan

(3) the

(27)

Model pertama didasarkan pada asumsi bahwa pendidikan adalah layanan

spesialis yang hams disampaikan oleh profesional (guru) kepada kliennya

(murid). Model ini beranggapan bahwa seorang profesional memiliki pengetahuan dan keahlian dan bahwa klien menginginkan atau membutuhkan pengetahuan dan keahlian tersebut. Lebih dari itu pelatihan, pengetahuan dan pengalamannya

menempatkan dirinya dalam posisi memiliki kewenangan untuk mendiagnosa

masalah-masalah dan kebutuhan klien dan untuk menentukan tindakan apa yang

sesuai dengan diagnosa tersebut. Jadi kliennya pasif dan hanya menjadi penerima

jasa profesional. Model ini menggambarkan konfigurasi spesifik tingkah laku partisipatori bagi klien. Motif partisipasinya adalah keinginan untuk mendapatkan

pengetahuan dan keahlian sang profesional. Begitu pulayang terjadi di sekolah, di mana murid datang untuk mempelajari apa yang mampu diajarkan oleh gurunya.

Orang tua mengirimkan anaknya ke sekolah didasarkan pada premis bahwa guru

memiliki pengetahuan dan keahlian untuk dipelajari anak-anak mereka. Apa yang akan dipelajari biasanya tidak terbuka untuk dibicarakan dengan klien.

Komunikasi antara murid dan gum hanya terjadi satu arah. Begitu pula yang terjadi antara sekolah dengan konstituen yang lain, khususnya orang tua siswa. Gum menjadi inisiator komunikasi sedangkan orang tua menjadi responden. Komunikasi pun terjadi hanya seputar evaluasi atau penyampaian informasi. Model hubungan seperti ini yang umumnya terjadi di sekolah-sekolah negeri tidak mendorong partisipasi orang tua secaraaktif dan berkelanjutan.

Model kedua, advocacy model, ialah dimana konstituen memusatkan

perhatiannya pada partisipasi politik dari pada partisipasi dalam proses

(28)

pendidikan itu sendiri. Motif yang mendasari tuntutan akan keterlibatan dalam

pembuatan keputusan datang dari perspektif orang tua bahwa keputusan yang

sedang dibuat bertentangan dengan kepentingan anak-anak mereka, baik

keputusan tentang kurikulum, penggunaan dana, pengangkatan guru, maupun

kebijaksanaan disiplin sekolah. Dalam hal komunikasi, orang tua menjadi

penghasut. Komunikasi biasanya diartikan sebagai kritik atau tuntutan. Partisipasi

seperti ini lebih berfungsi sebagai kekuatan oposisi dari pada mendukung proses

atau reformasi pendidikan yang positif dan bergerak dalam arena politik dan

bukannya menjadi bagian dari organisasi sekolah.

Model ketiga,

partnership model,

terjadi manakala keluarga, sekolah, dan

masyarakat bekerja sama untuk menghasilkan prestasi pendidikan dengan inisiatif

dan tanggung jawab bersama. Model ini menitikberatkan pada keinginan pribadi

sebagai motif pendorong bagi orang tua maupun kelompok masyarakat lainnya

untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang terkait dengan sekolah. Partnership

mengembangkan partisipasi yang melibatkan hampir setiap orang-murid, orang

tua, gum, administrator, warga negara, pemsahaan-pemsahaan dan segala jenis

organisasi lokal. Semua orang yang berkepentingan dianggap bermanfaat dan

mampu meningkatkan mutu pendidikan. Pada model ini orang tua dan masyarakat

tidak memusatkan perhatiannya pada pembuatan keputusan dan kebijakan

pendidikan melainkan pada kegiatan-kegiatan lain seperti dukungan sumber daya

pendidikan dan dana, dorongan pekerjaan rumah, dan dorongan langsung kepada

gum kelas anak-anaknya.

(29)

Dihhat dan segi hasil, tingginya peran serta orang tua darj m&J|%j|apf *

dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi pengelolaan pendidikan,Jal

terutama berupa tambahan sumber daya, dukungan politik, kesempatan untuk

inovasi dan pengembangan profesi, serta meningkatnya prestasi murid (Keith dan

Girling, 1991 : 275).

Berdasarkan uraian di atas, penulis menjadikan masalah pokok dalam

penelitian ini sebagai berikut:

Bagaimanakah strategi pemberdayaan peran serta orang tua dan

masyarakat dalamprogram sekolah di MITAsih Putera Cimahi ?

Kemudian, agar fokus masalahnya menjadi lebih jelas, penulis

menjabarkannya menjadi pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Bagaimana Profil dan Filosofi Pendidikan MI Asih Putera?

a. Profil MI Asih Putera

1) Bagaimanakah profil badan penyelenggara MI Asih Putera?

2) Bagaimana sejarah singkat pendirian MI Asih Putera?

3) Bagaimana keadaan personil MI Asih Putera?

4) Bagaimanakah perkembangan animo masyarakat sejak didirikan?

5) Berapa banyak lulusan yang telah dihasilkan dan ke mana mereka

melanjutkan sekolahnya?

6) Bagaimanakah pengaturan waktu kegiatan belajar bengajar?

7) Bagaimana tanggapan orang tua terhadap keberadaan MI Asih Putera?

b. Filosofi Pendidikan MI Asih Putera

1) Bagaimanakah konsep pendidikan menumt MI Asih Putera?

(30)

2) Apakah visi, misi, dan tujuan MI Asih Putera?

3) Bagaimana profil lulusan MI Asih Putera yang diharapkan?

4) Bagaimanakah Program Pendidikan MI Asih Putera?

2. Bagaimana pengelolaan hubungan sekolah dengan orang tua dan Masyarakat

dilaksanakan?

a. Bagaimanakah pengelolaan hubungan sekolah dengan orang tua dan

masyarakat dilaksanakan?

b. Dengan pihak-pihak mana saja MI Asih Putera menjalin hubungan dan

dalam bentukapa?

c. Media apa yang digunakan MI Asih Putera untuk menjalin hubungan

dengan orang tua dan masyarakat?

d. Model hubungan apa yang dikembangkan oleh MI Asih Putera dengan

orang tuadan masyarakat sebagai konstituennya?

3. Bagaimanakah strategi pemberdayaan peran serta orang tua dan masyarakat

dalam program sekolah yang dilaksanakan oleh MI Asih Putera?

a. Apa yang melatarbelakangi dilakukannya upaya pemberdayaan peran

serta orang tua dan masyarakat dalam program sekolah dan apa

tujuannya ?

b. Bagaimakah program Ml Asih Putera?

c. Hambatan-hambatan apa yang ditemui MI Asih Putera dalam

melaksanakan programnya?

d. Faktor internal dan ekstemal apa yang mendukung upaya

(31)

e. Strategi apa yang digunakan Ml Asih Putera dalam upaya

pemberdayaan tersebut?

f. Bagaimanakah tanggapan orang tua dan masyarakat terhadap upaya

pemberdayaan tersebut?

4. Bagaimana dampak strategi diambil dalam upaya pemberdayaan terhadap

efektivitas program sekolah?

a. Dalam bentuk apakah peran serta orang tua dan masyarakat itu

diperoleh? Sejauhmanakah keterlibatan orang tua dan masyarakat

dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan dan pengawasan program

sekolah?

b. Sejauhmanakah peran serta orang tua dan masyarakat mendukung

efektivitas program sekolah?

c. Prestasi apakah yang telah diraih oleh MIT Asih Putera baik dalam

bidang akademik maupun non-akademik?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan dan menganalisis startegi yang ditempuh oleh MI Asih Putera Cimahi dalam upaya meningkatkan peran serta orang tua dan masyarakat dlam program sekolah. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini

adalah untuk mendapatkan informasi , mengidentifikasi, mendeskripsikan

dan menganalisis hal-hal yang berkenaan dengan :

(32)

2. Pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat yang dilaksanakan MI

Asih Putera

3. Strategi pemberdayaan peran serta orang tua dan masyarakat dalam

program sekolah

4. Dampak upaya pemberdayaan terhadap efektivitas program sekolah.

D. Manfaat Penelitian

Apabila tujuan penelitian tersebut dapat dicapai dan masalah penelitian

dapat ditemukan jawabannya, diharapkan hasil penelitian ini memiliki manfaat

sebagai berikut:

1. Bagi pengembangan ilmu administrasi pendidikan, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan sumbangan konsep-konsep bam dalam

pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat serta upaya-upaya

meningkatkan peran serta orang tua dan masyarakat dalam program

pendidikan untuk mewujudkan sekolah yang responsif, efektif, dan

efisien.

2. Bagi para penyelenggara dan pengelola pendidikan baik dasar maupun

menengah, negeri maupun swasta, hasil penelitian ini dapat dijadikan

bahan perbandingan dalam upaya meningkatkan keterlibatan orang tua

dan masyarakat dalam program sekolah dalam rangka meningkatkan

mutu pendidikan.

(33)

3. Bagi pengelola MI Asih Putra Cimahi, hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi bahan masukan untuk meningkatkan efektifitas dan

efesiensi pengelolaan sekolah khususnya dalam pengelolaan peran

serta orang tua dan masyarakat di masa yang akan datang dalam

mengupayakan pencapaian visi dan misinya memenuhi harapan

masyarakat.

E. Premis Penelitian

Berikut adalah asumsi yang mendasari penelitian yang dilakukan oleh

penulis. Asumsi-asumsi tersebut adalah :

1. Pendidikan adalah kebutuhan dasar setiap manusia. Bahkan secara ekstrim pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses

memanusiakan manusia. Oleh karena itu pendidikan adalah masalah

setiap orang. Membicarakan pendidikan adalah membicarakan masa depan bangsa. Mengabaikan pendidikan berarti mengabaikan masa depan bangsa. Krisis multi dimensional yang tengah dialami bangsa

kita saat ini diakibatkan oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia

sebagai akibat dari rendahnya perhatian pemerintah terhadap pentingnya peranan pendidikan dalam pembangunan bangsa dan

negara (Tampubolon : 2001).

2. Setiap orang tua menginginkan pendidikan yang bermutu dan terpadu

bagi anak-anaknya. Setiap orang tua menginginkan agar anak-anaknya

(34)

mendapatkan pendidikan yang memadukan antara pendidikan

intelektual dan nilai-nilai keagamaan secara terpadu dan seimbang.

3. Keberhasilan upaya pendidikan banyak dipengaruhi oleh administrasi

atau manajemen pendidikan (Engkoswara : 2001). Manajemen

pendidikan selama ini bersifat sentralistik yang telah mengakibatkan

sulitnya meningkatkan mutu pendidikan. Menejemen sentralistik

mengakibatkan :pertama, kepala sekolah, gum dan karyawan sekolah

tidak merasa sepenuhnya bertanggung jawab terhadap berbagai

kelemahan proses yang berlangsung di dalamnya, karena1

ketidakmandiriannya dalam pengambilan keputusan dan

kebijaksanaan; kedua, masyarakat sekitar sekolah dan orang tua siswa

tidak merasa sepenuhnya memiliki sekolah yang akibatnya tidak

merasa ikut bertanggungjawab terhadap keberadaannya (Suyanto dan

Abbas, 2001)

4. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu disyaratkan keterlibatan

semua pihak; orang tua, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan

pemerintah. Keberhasilan pendidikan adalah keberhasilan kolektif ketiga elemen tersebut (Biro Perencanaan Depdiknas, 2000;

Engkoswara, 2001; Suyanto dan Abbas, 2001).

5. Peran serta orang tua dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan saat ini dirasakan masih rendah. Itu pun baru dalam hal

pendanaan dan belum menyentuh aspek manajerial. Lebih dari itu,

(35)

orang tua dan masyarakat seharusnya ikut terlibat dalam pengambilan

keputusan, pelaksanaan dan pengawasan program sekolah (Indra Djati

Sidi : 2001, Suyanto dan Abbas : 2001, Tim Pokja School Based

ManagementDinas Pendidikan JawaBarat, 2001)

6. Mengingat besarnya arti dukungan peran serta orang tua dan

masyarakat terhadap. keberhasilan program sekolah, maka perlu

dilakukan upaya-upaya pemberdayaannya agar potensi yang dimiliki

oleh orang tuadan masyarakat baik bempa dana dan maupun non-dana

dapat dimanfaatkan secara optimal (Keith dan Girling, 1991; C.

Turney et. al., 1992; Suyanto dan Abbas, 2001; Indradjati Sidi ,

2001)

F- Paradigma/Kerangka Penelitian

Yang dimaksud dengan paradigma penelitian (seperti yang disimpulkan

oleh Sugiono, 2000 : 25) adalah pandangan atau model, atau pola pikir yang dapat

menjabarkan berbagai variabel yang akan diteliti kemudian membuat hubungan

antara suatu variabel dengan variabel yang lainnya, sehingga akan mudah dimmuskan masalah penelitiannya, pemilihan teori yang relevan, rumusan hipothesis yang diajukan serta kesimpulan yang diharapkan.

Paradigma penelitian ini dapat dilihat pada bagan 1 halaman 29. Bagan tersebut menjelaskan bahwa kondisi sekolah yang diharapkan adalah sekolah yang memiliki keunggulan baik komparatif maupun kompetetif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat; hubungan dengan orang tua dan masyarakat

(36)

bersifat kemitraan; peran serta orang tua dan masyarakat terhadap program

sekolah optimal baik daiam pengambilan keputusan, pelaksanaan, maupun dalam

pengawasan; serta program sekolah dapat terlaksana secara efektif. Namun dalam

kenyataannya peran serta orang tua dan masyarakat terhadap pengelolaan program

sekolah masih dirasakan sangat rendah itu pun baru dalam hal pendanaan; sekolah

kurang responsif terhadap kebutuhan masyarakat; hubungan sekolah dengan orang

tua dan masyarakat bersifat feodalisitik; sementara potensi orang tua dan

masyarakat belum termanfaatkan secara optimal sehingga

program sekolah

berjalan kurang efektif.

Kesenjangan antara harapan dan kenyataan ini menimbulkan masalah.

Masalahnya adalah bagaimana meningkatkan peran serta orang tua dan

masyarakat dalam pengelolaan program sekolah secara optimal sehingga program

sekolah dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Untuk ituiah diperiukan

upaya-upaya pemberdayaannya. Namun demikian karena upaya pemberdayaan

ternyata bukan hal yang mudah maka perlu disusun strategi yang tepat. Penelitian

ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang menyelumh tentang bagaimana

strategi pemberdayaan peran serta orang tua dan masyarakat dalam program

sekolah untuk mewujudkan sekolah yang efektif (unggul).

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan ditemukan suatu model

pemberdayaan peran serta orang tua dan masyarakat dalam program sekoiah.

(37)
(38)

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Rumusan masalah dan fokus penelitian sebagaimana dijelaskan pada Bab I menuntut penelitian yang bersifat deskriptif-analitis dengan menggunakan pendekatan kualitatif atau naturalistik. Melalui penelitian ini, penulis berusaha memahami dan menafsirkan suatu peristiwa interaksi perilaku manusia dalam organisasi dalam situasi tertentu menumt perspektif penulis sendiri.

Dalam penelitian ini penulis berusaha mendapatkan gambaran yang menyelumh mengenai masalah yang diteliti. Penelitian ini dilakukan melalui ekplorasi untuk memahami dan mendeskripsikan masalah penelitian. Penulis melakukan pengumpulan dan pengolahan data tentang fenomena yang terjadi saat

ini. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis dan tidak pula untuk

menghubungkan berbagai variabel, melainkan untuk mengetahui keadaan setiap

variabel secara terpisah. Setelah diperoleh gambaran yang lengkap dan jelas

tentang masalah yang diteliti, dilakulcanlah analisis secara mendalam berdasarkan

kajian teori yang relavan.

Fokus pembahasan dan pengkajian yang akan dianalisis adalah

keselumham karakteristik MI Asih Putera Cimahi yang berkaitan dengan upaya

pemberdayaan peran serta orang tua dan masyarakat dalam program sekolah. Jadi

fokus penelitian yang akan dikaji meliputi sumber daya manusia, kondisi

(39)

organisasi sekolah dan lingkungannya, aktivitas, dokumen dan sarana-prasarana

yang terkait dengan upaya tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk

mengumpulkan data dan informasi dari sumber data tanpa melakukan pembahan

dan intervensi. Peneliti langsung mendatangi MI Asih Putera Cimahi sebagai

objek penelitian dan melakukan kegiatan pengamatan, pembicaraan baik secara formal mupun informal, dan studi dokumentasi.

Sesuai dengan mang lingkup masalah yang diteliti, dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif (naturalistik) untuk

mengungkap data empirik yang berkenaan dengan masalah tersebut. Dalam berbagai literatur penelitian kualitatif atau naturalistik memiliki karakteristik

sebagai berikut:

1. Penelitian kualitatif memiliki latar alami sebagai sumber data langsung

2. Manusia sebagai alat atau instrumen penelitian

3. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif analitik

4. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada hasil

semata.

5. Dalam penelitian kualitatif mengutamakan makna (Bogdan dan Biklen,

1982:27-30; Nasution, 1988 : 9-12; Sudjana dan Ibrahim, 1989:

197-200; 1996:61; Moleong, 2000 : 4-8, dan Sugiono, 2000 : 4).

Sejalan dengan itu Blaxter et. Al, (1996:61) menyebutkan beberapa

karakter penelitian kualitatif, diantaranya adalah :

1. Peristiwa-peristiwa hanya dapat dipahami secukupnya apabila

peristiwa-peristiwa tersebut dilihat dalam konteks. Oleh karena
(40)

itu, seorang peneliti kualitatif membenamkan dirinya sendiri di

dalam setting tersebut.

2. Konteks pencarian tidak dirancang sebelumnya, melainkan alami. Tak ada yang ditetapkan atau dipastikan sebelumnya. 3. Peneliti kualitatif menginginkan orang-orang yang diteliti

berbicara apa adanya menurut pikiran mereka, menyampaikan persepsi mereka dalam bentuk kata-kata atau tindakan lain. Oleh karena itu penelitian kualitatif merupakan proses interaktif

dimana orang orang diteliti mengajari di peneliti tentang

kehidupannya.

4. Penelitian kualitatif memperlakukan pengaiaman sebagai suatu keselumhan, bukan sebagai variabel-variabel yang terpisah-pisah. Tujuan penelitian kualitatif adalah memahami pengaiaman

sebagai suatu kesatuan.

Blaxter et al. (ibid) kemudian menambahkan bahwa kualitatif merujuk pada hubungan langsung dengan pengaiaman apa adanya seperti yang dialami atau dirasakan. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami pengaiaman sedekat mungkin seperti yang dirasakan atau dialami oleh pelakunya.

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif tersebut, dalam penelitian ini penulis menjadi pengumpul data atau instrumen penelitian utama.

B. Subjek Penelitian

Yang dimaksud dengan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah orang atau sumber informasi yang dapat memberikan informasi (data) kepada peneliti berkenaan dengan upaya-upaya yang dilakukan pihak MI Asih Putra Cimahi

untuk meningkatkan peran serta orang tua siswa dan masyarakat dalam menunjang keberhasilan program sekolah.

Sumber informasi utama dalam penelitian ini adalah pengums Yayasan Asih Putra, kepala sekolah dan guru, karyawan tata usaha, siswa, orang tua siswa,

(41)

dan masyarakat (institusi pemerintah, dunia usaha, tokoh masyarakat, lembaga

pendidikan lain yang ada di lingkungan MI Asih Putra Cimahi).

Penentuan subjek penelitian tersebut dilakukan secara puposif. Hal ini

didasarkan pada apa yang dikemukakan oleh Nasution (1996:32) bahwa dalam penelitian naturalistik yang dijadikan sampel hanyal sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat bempa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Seringkali sampel berupa responden yang dapat diwawancarai,

kemudian responden ini pun diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat

memberikan informasi. Cara tersebut dikenal dengan "snowball sampling" yang

dilakukan secara bemmtan.

Hal tersebut sejalan pula dengan apa yang dikemukakan oleh Moleong (1993: 165-166) bahwa ciri-ciri pengambilan subjek yaitu (1) rancangan subjek yang timbul tidak dapat ditentukan lebih dulu, (2) penentuan subjek secara

bemmtan, (3) penyesuaian subjek berkelanjutan, dan (4) penelitian berakhir jika

telah terjadi pengulangan.

C. Data Yang Diperiukan

(42)

1. Profil dan Filosofi Pendidikan MI Asih Putera

a. Profil asih putera yang meliputi profil badan penyelenggara,

sejarah singkat berdirinya Ml Asih Putera, fasilitas, keadaan personil, perkembangan animo masyarakat, keadaan lulusan, pengaturan waktu KBM, tanggapan orang tua terhadap keberadaan

MI Asih Putera.

b. Filosofi pendidikan MI Asih Putera yang meliputi konsep

pendidikan, visi, misi, dan tujuan MI Asih Putera, profil lulusan, dan program pendidikan.

2. Pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat yang meliputi

pengelolaan, pihak-pihak yang terlibat, media yang digunakan dan model hubungan yang dikembangkan antara MI Asih Putera dengan orang tua dan masyarakat sebagai konstituennya.

3. Strategi pemberdayaan peran serta orang tua dan masyarakat dalam program sekolah yang meliputi latar belakang dan tujuan upaya pemberdayaan orangtua dan masyarakat, program sekolah,

hambatan-hambatan dalam melaksanakan program, faktor internal dan ekstemal

yang mendukung upaya pemberdayaan, strategi yang ditempuh dalam upaya pemberdayaan, dan tanggapan orang tua dan masyarakat

terhadap upaya pemberdayaan.

(43)

dan prestasi sekolah baik yang bersifat akademik maupun

nonakademik serta prestasi kelembagaan.

D. Sumber Dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah orang, peristiwa dan dokumen

serta situasi yang ada di lingkungan MI Asih Putera yang berkaitan dengan masalah penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

observasi, studi dokumentasi dan wawancara.

Observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang perilaku strategis

upaya-upaya pelibatan orang tua dan masyarakat yang dilaksanakan oleh pihak

sekolah dan kegiatan-kegiatan orang tua dan masyarakat sebagai wujud peran sertanya dalam berbagai program sekolah. Dengan pengamatan langsung diharapkan dapat diperoleh data yang cermat, faktual dan kontekstual mengenai

masalah yang sedang diteliti.

Studi dokumentasi digunakan untuk mengungkap data bempa

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dokumen yang dijadikan

bahan kajian antara lain dokumen tentang pendinan MI Asih Putera dan

sejarahnya, berbagai kebijakan yayasan dan sekolah yang berkaitan dengan

upaya-upaya pemberdayaan peran serta orang tua dan masyarakat, rencana induk

pengembangan sekolah, program kerja, petunjuk pelaksanaan kegitan sekolah yang melibatkan orang tua dan masyarakat, dokumen tentang prestasi yang telah diperoleh sekolah baik yang bersifat akademis maupun non-akademis dan dokumen-dokumen lain yang relevan.

(44)

Wawancara dilakukan untuk mengungkap infonnasi dan subje secara langsung berkenaan dengan masalah yang diteliti. Wa

dilaksanakan baik secara terbuka maupun secara terstmktur. Wawancara terbuka dimaksudkan untuk menggali informasi secara lebih leluasa sehinga diperoleh informasi yang lengkap. Sedangkan wawancara terstmktur dilakukan untuk menjaga agar wawancara tetap berada pada konteks permasalahan penelitian serta untuk meyakinkan kebenaran data spesifik. Wawancara dilakukan terhadap

pengurus yayasan Asih Putera, kepala sekolah, guru, staf tata usaha, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar (instansi pemerintah, tokoh masyarakat, dunia

usaha, dll)

Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Untuk membantu mengumpulkan data dan informasi digunakan pedoman observasi.

pedoman wawancara, tape recorder dan kamera. Dengan demikian diharapkan

peneliti dapat mengumpulkan datadaninformasi selengkap mungkin.

E. Langkah-Langkah Penelitian

Dalam pelaksanaannya penelitian ini, penulis mengikuti tahap-tahap seperti yang disarankan oleh Nasution (1996 : 33-34), yaitu orientasi, eksplorasi dan member check.

1. Tahap Orientasi

Tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas mengenai masalah yang hendak diteliti. Peneliti melakukan penjajakan di lapangan untuk menentukan permasalahan atau fokus penelitian. Penulis

(45)

melakukan serangkaian wawancara informal dengan beberapa pengurus yayasan,

kepala sekolah, beberapa orang gum, ketua POM, dan beberapa orang siswa dan melkukan observasi tidak langsung di MI Asih Putera Cimahi.

2. Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian yang sebenarnya. Peneliti mengumpulkan data sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian yang telah

ditetapkan. Untuk itu, peneliti melakukan observasi, wawancara dan studi

dokumentasi.

Wawancara dilakukan berdasarkan pedoman yang telah disiapkan agar

pembicaraan terarah pada konteks yang menjadi fokus penelitian serta

memperoleh informasi yang lebih mendalam mengani aspek-aspek yang menonjol

dan penting yang diperoleh pada tahap sebelumnya. Untuk mendapatkan data yang lebih lengkap peneliti juga melakukan observasi dan studi dokumentasi. Untuk mempermudah dalam analisis data peneliti langsung membuat deskripsi hasil wawancara setiap selesai suatu wawancara berdasarkan pandangan

responden. Selain itu peneliti juga membuat catatan lain berdasarkan deskripsi tersebut dan mencoba melihat permasalahan dari sudut pandang penulis sendiri.

3. Tahapmembercheck

Untuk mengecek kebenaran (validitas) data dan informasi yang sudah

dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi dan agar hasil

penelitian dapat dipercaya, peneliti melakukan kegiatan member-check. Pada

(46)

tahap ini peneliti melakukan konfirmasi hasil wawancara setiap kali wawancara

selesai dilakukan dan sedapat mungkin melakukan pengambilan kesimpulan bersama-sama dengan responden. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahfahaman tentang informasi yang telah diberikan oleh responden. Selain itu

peneliti juga meminta sumber informasi untuk mengoreksi catatan hasil observasi

dan triangulasi kepada responden atau informan yang lain yang berkompeten serta pada dokumen-dokumen tertulis. Member-check dilaksanakan seiring dengan

tahap eksplorasi.

F. Prosedur Analisis Data

Analisis data adalah suatu proses untuk mencari dan menata secara

sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi untuk

meningkatkan penelitian tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan orang lain (Bogdan dan Biklen, 1990:189). Menumt Bogdan dan Biklen

(ibid : 190-226) ada dua langkah analisis data yaitu (1) analisis selama di lapangan

dan (2) analisis sesudash meninggalkan lapangan. Selama di lapangan yang dilakukan adalah :

1. Mempersempit fokus studi; menetapkan tipe studi;

2. Mengembangkan secara terus menerus pertanyaan analitik; 3. Menuliskan komentar peneliti sendiri;

4. Upaya penjajagan tentang ide dan tema penelitian pada subjek sebagai analisis penjajagan;

5. Membaca kembali pustaka yang relevan selama di lapangan;

(47)

6. Menggunakan metaphora, analogi dan konsep.

Sedangkan langkah-langkah sesudah meninggalkan lapangan adalah : 1. Membuat kategori masalah dan menyusun kodenya

2. Menata urutan penelaahannya

Dalam penelitian kualitatif analisis data dilakukan secara induktif dan

berlangsung terns menems sejak pengumpulan data di lapangan dan dilakukan dengan lebih intensif lagi setelah meningalkan lapangan.

Dalam menganalisis data penulis mengikuti prosedur seperti yang

dianj

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Sejarah, sebagai bagian dari ilmu pendidikan, secara formal juga memiliki subyek kajian manusia, yaitu dalam pembentukan generasi muda yang berkesadaran atau

Dalam lamaran yang dekat dengan hari pernikahan ini kedua besan (orang tua kedua calon mempelai) bermusyawarah untuk menentukan tanggal dan bulan pernikahan. Dalam

Pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan sanitasi dilakukan oleh Tim Anggaran, Kepala SKPD kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya serta

Universitas Negeri Semarang sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi yang menyelenggarakan kegiatan PPL sudah sewajarnya turut andil dalam terwujudnya cita-cita mulia

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan mata kuliah yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa semester VII program kependidikan Universitas Negeri Semarang. PPL

Demand Response Program (DRP) merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi biaya pembangkitan tenaga listrik, karena DRP digunakan untuk mengurangi

Pemakaian aplikasi sistem informasi pem- bayaran siswa yang dilakukan oleh bagiana keuangan sekolah di SMK Mandala Bhakti dapat meningkatkan mutu pelayanan terhadap

Bambang Triyono dkk, (2002) melakukan penelitian tentang Kajian Komprehensif Penggunaan Limbah Padat Dalam Campuran Beraspal Sebagai Bahan Perkerasan Jalan dan