• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TENTANG PERILAKU SISWA DALAM SALAT JUMAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN TENTANG PERILAKU SISWA DALAM SALAT JUMAT."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN TENTANG PERILAKU SISWA DALAM SALAT JUMAT

(Studi Kasus Terhadap Siswa SMA Korpri Karawang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh

Maman Suherman

0802680

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Kajian Tentang Perilaku Siswa

Dalam Salat Jumat

Oleh Maman Suherman

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Maman Suherman 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

MAMAN SUHERMAN

KAJIAN TENTANG PERILAKU SISWA DALAM SALAT JUMAT

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Makhmud Syafe’i, M. Ag., M. Pd.I.

NIP: 1955 04 28 1988 03 1 001

Pembimbing II

Dr. Wawan Hermawan, M.Ag NIP: 197402092005011002

Diketahui oleh

Ketua Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam

(4)

Skripsi ini telah diuji pada :

Hari/Tanggal : Kamis, 31 Oktober 2013

Tempat : Gedung FPIPS UPI

Panitia Ujian :

Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

Sekretaris :

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP. 19570303 198803 1 001

Penguji :

Dr. H. Syahidin, M.Pd. NIP. 1958101619860 1 103

Dr. Munawar Rahmat, M.Pd NIP. 19580128 198612 1 001

(5)

ABSTRAK

Kajian tentang Perilaku Siswa dalam Salat Jumat

Oleh

Maman Suherman (0802680)

Ibadah merupakan salah satu bentuk kewajiban manusia selaku makhluk ciptaan Allah. Bentuk-bentuk ibadah pun tergolong banyak diantaranya adalah salat, zakat, puasa, haji dan lain-lain. Ibadah salat sangatlah penting dikerjakan mengingat salat merupakan kewajiban manusia dan salat juga merupakan amalan yang pertama kali dihisab oleh malaikat. Selain salat fardu, salat Jumat juga merupakan salah satu ibadah yang diwajibkan kepada umat Islam. Anjuran agar mengerjakan salat Jumat sudah tertera dalam Alquran surat Al-Jumu’ah ayat 9. Namun dalam pelaksaannya masih saja ada beberapa orang yang berbicara, bercanda saat khotbah dan salat Jumat berlangsung, untuk itulah penelitian ini dilakukan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah agar memberikan sumbangan pengetahuan terutama tentang salat Jumat.

Metode yang digunakan adalah metode kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan datanya menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, maka data tersebut ditulis kemudian dianalis.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku siswa SMA Korpri dalam salat Jumat sangatlah beragam. Ini terlihat dengan adanya beberapa siswa yang bercanda maupun tidak bercanda disaat azan berlangsung, khotbah berlangsung dan saat salat Jumat berlangsung. Untuk itulah perhatian dan bimbingan yang sifatnya membantu para siswa yang bersangkutan sangatlah diperlukan. Hal ini agar membentuk perilaku siswa ke arah yang lebih baik lagi.

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN …...………. i

ABSTRAK ………. ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ……...………. vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN……… ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. 1

B. Rumusan Masalah ...………. 5

C. Tujuan Penelitian ………. 5

D. Manfaat Penelitian ..………. 6

E. Definisi Operasional ……...………. 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ………. ……… 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Makna Perilaku ……….. 9

1. Definisi Perilaku ……….. 9

2. Bentuk Perilaku ……… 9

3. Perilaku Kesehatan ………. 10

4. Prosedur Pembentukan Perilaku ……… 12

B. Azan dan Ikamah……….... 13

1. Definisi Azan dan Ikamah ...……….. 13

2. Lafal Azan dan Ikamah……….. 14

3. Sunah-sunah Azan dan Ikamah ……… 17

C. Salat Jumat .………. 18

1. Deskripsi tentang Salat Jumat ….………. 18

(7)

3. Fungsi Salat Jumat .……….... 23

4. Kesalahan Salat Jumat .………. 24

5. Hal-Hal yang Menghalangi Salat Jumat .……….. 30

6. Khotbah Jumat .………. 31

7. Tahapan Salat Jumat ………. 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ………..………... 41

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ……….. 43

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ……….. 45

D. Langkah-Langkah Pengumpulan dan Analisis Data ………... 52

E. Pengujian Keabsahan Data ……….. 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ………... 56

1. Gambaran Umum Mengenai Lokasi Penelitian ……… 56

2. Profil Salat Jumat di Mesjid Al-ḥusna SMA Korpri Karawang ……….……… 61

3. Deskripsi Perilaku Siswa dalam Salat Jumat. …………...…….. 62

B. Pembahasan dan Analisis Data ..……… 107

1. Perilaku Siswa saat Azan Jumat Berlangsung ……… 107

2. Perilaku Siswa saat Khotbah Jumat Berlangsung .……….. 111

3. Perilaku Siswa saat Salat Jumat Berlangsung …….………. 114

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……...……….. 119

(8)

DAFTAR PUSTAKA ………... 124

LAMPIRAN

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah pastilah selalu ingin bermasyarakat dan selalu hidup berdampingan. Manusia juga tidak akan bisa hidup sendiri karena manusia adalah makhluk sosial. Ungkapan ini sejalan dengan apa yang di ungkapkan oleh Effendi dan Malihah (2007: 31) bahwa:

Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk yang bermasyarakat, selain itu juga diberikan kelebihan yaitu berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama diantara manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.

Manusia sebagai makhluk sosial pastilah akan selalu berhubungan dan berinteraksi dengan manusia lain. Contohnya dalam proses pendidikannya, tidak mungkin melakukannya hanya seorang diri, karena proses pendidikan itu setidaknya membutuhkan bantuan orang lain. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Syahidin (2009: 23) bahwa:

Untuk mencapai tahap tertentu dalam perkembangannya, manusia memerlukan upaya orang lain yang mampu dan rela memberikan bimbingan ke arah kedewasaan, paling tidak bantuan dari seorang ibu. Upaya itu dapat disebut sebagai proses pendidikan.

Proses pendidikan pun beraneka ragam, ada yang melalui pendidikan formal seperti melalui sekolah dan pendidikan non formal seperti mengikuti pengajian-pengajian yang biasanya diadakan di masjid. Dengan seringnya anak pergi ke masjid untuk mengikuti pengajian, maka secara perlahan anak itu akan memahami tentang ilmu agama, terutama ilmu akidah dan ilmu fikih. Ilmu fikih pun di golongkan ke dalam beberapa bagian lagi yaitu, fikih munakahat, fikih waris, fikih jinayah, fikih siyasah, dan fikih ibadah.

(10)

kewajiban manusia sebagai makhluk yang diciptakan Allah SWT. Kewajiban beribadah kepada Allah sudah tertera dalam Alquran:



“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadanya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus” (Q.S. 98 Al-Bayyinah: 5).

Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia haruslah memurnikan ketaatan kepada Allah dengan menjalankan semua perintahnya. Perintah itu pun berupa ber ibadah hanya kepada Allah semata dan menjauhi segala larangannya. Ibadah pun dibagi menjadi dua macam yaitu ibadah makhah dan Ibadah ghair makhḍah. Pembagian ibadah ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Majid et al. (2008: 73) bahwa “Ibadah itu banyak sekali macamnya, dan secara umum dapat dibagi menjadi dua macam yaitu ibadah makhḍah atau ibadah khusus dan ibadah ghair makhḍah atau yang bersifat umum.”

Bentuk ibadah makhḍah pun terbilang banyak diantaranya adalah salat, zakat, puasa dan haji. Diantara ibadah makhḍah di atas tadi ada ibadah salat. Salat merupakan salah satu ibadah yang wajib dikerjakan oleh seorang muslim. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Rasjid (1992: 64) bahwa ”Salat yang diwajibkan bagi tiap-tiap orang yang dewasa dan berakal ialah salat lima kali

(11)

sehari semalam.” Dari pendapat Rasjid dapat ditarik kesimpulan bahwa salat lima waktu merupakan suatu kewajiban yang harus didirikan oleh setiap muslim yang sudah akil balig. Salat juga merupakan ibadah yang sangat penting bagi manusia. Bahkan hukumnya adalah wajib yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan mendapat dosa. Selain itu salat juga merupakan amalan yang pertama dihisab pada hari kiamat. Hal ini berdasarkan hadis yang artinya:

Yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah salatnya. Jika ia menyempurnakannya, maka akan ditetapkan sempurna baginya. Dan jika ia tidak sempurnakan, maka Allah yang maha perkasa lagi maha mulia akan berkata kepada malaikatnya, „lihatlah, apakah kalian mendapati untuk hambaku itu beberapa amalan sunah, sehingga mereka akan sempurnakan amalan wajibnya dengan amalan sunah tersebut. Kemudian zakat juga. Lalu amal-amal perbuatan itu dihisab berdasarkan hal tersebut (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad) ( Al-Qahthani, 2006: 18-19). Hadis di atas menegaskan bahwa salat merupakan ibadah yang penting untuk dikerjakan. Sampai dalam hadis itu menyebutkan bahwa, salat merupakan amalan yang pertama dihisab dibandingkan dengan amalan yang lainnya. Jadi percuma saja manusia sering menunaikan ibadah haji atau pun sering bersedekah apabila salatnya ditinggalkan. Al-Habsyi (2001: 105) menerangkan bahwa “Seorang muslim yang sudah balig dan berakal sehat (yakni tidak gila) dan tidak terhalang oleh haid atau nifas (bagi wanita), wajib mengerjakan lima kali salat fardu dalam sehari semalam, yaitu subuh, zuhur, asar, magrib, isya.”

(12)



“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q.S. 62 Al-Jumu‟ah: 9).

Potongan ayat di atas menegaskan bahwa, salat Jumat diwajibkan untuk umat muslim laki-laki, walaupun orang itu sedang mengadakan transaksi jual beli yang menyibukannya seharian. Karena salat Jumat merupakan salah satu ibadah yang diwajibkan bagi seorang muslim, serta di beberapa sekolah ada yang mengerjakan salat Jumat berjemaah, maka peneliti tertarik untuk melakukan pra-penelitian ke SMA Korpri Karawang.

SMA Korpri Karawang merupakan sekolah menengah atas swasta yang letaknya di Jalan Cianjur No.13 Karangpawitan Karawang. SMA Korpri ini dipimpin oleh seorang ibu Kepala Sekolah Dra. Yeti Kurniati. Pada hari Jumat SMA Korpri mewajibkan siswanya untuk melaksanakan salat Jumat berjemaah di sekolah tepatnya di masjid Al-ḥusna. Namun saat melakukan pra-penelitian, peneliti melihat beberapa siswa terkadang berbicara dan tiduran disaat khotbah berlangsung. Tentu hal seperti ini jelas dilarang. Padahal seharusnya saat pelaksaan salat Jumat, seorang muslim haruslah diam dan hanya fokus mendengarkan ceramah Jumat. Hal ini berdasarkan hadis sebagai berikut:

و ْ صْنأ كبح اصل ْ ق ا إ

ْوغل ْ قف عمجلْا ْوي بطْخي ام ْْ ا

Jika kau katakan pada temanmu: Diam! Sementara imam sedang berkhotbah pada hari Jumat, maka kau telah berbicara yang tidak ada pahalanya (Mutaffaq „alaih) (Azzam dan Hawwas, 2009: 305).

(13)

Jumatnya. Azzam dan Hawwas (2009: 305) menambahkan “Ada juga yang mengartikan laghaw sebagai dosa dan batal.” Itulah konsekuensi dari seorang muslim yang berbicara saat khotbah berlangsung. Namun kenyataanya masih saja ada beberapa siswa yang senang berbicara saat khotbah berlangsung. Karena adanya kesenjangan di lapangan, untuk itu peneliti sangat tertarik untuk menelusuri “Bagaimana perilaku siswa dalam salat Jumat di SMA Korpri Karawang?”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, salat Jumat merupakan ibadah yang diwajibkan bagi seorang muslim laki-laki. Walaupun pekerjaan menyibukannya, tetap saja Allah SWT memerintahkan seorang muslim untuk segera menundanya dan segera bergegas untuk mengerjakan salat Jumat. Terlebih lagi adanya kesenjangan antara keadaan di lapangan dengan harapan yang seharusnya terjadi. Seperti siswa berbicara saat khotbah berlangsung. Padahal bicara saat khotbah tidak boleh dilakukan. Untuk itulah peneliti mengambil pokok masalah “Bagaimana perilaku siswa dalam salat Jumat di SMA Korpri Karawang?”

Pokok masalah di atas pun masih terasa luas, untuk itu peneliti merasa perlu untuk membatasi masalah agar tidak salah persepsi. Adapun batasan masalahnya dapat diperinci sebagai berikut:

1. Bagaimana perilaku siswa saat azan Jumat berlangsung? 2. Bagaimana perilaku siswa saat khotbah Jumat berlangsung? 3. Bagaimana perilaku siswa saat salat Jumat berlangsung?

C. Tujuan Penelitian

Dalam suatu penelitian pastilah ada yang namanya tujuan atau hal yang ingin dicapai oleh seorang peneliti. Oleh karena itu peneliti akan memaparkan tujuan dari penelitian kali ini. Adapun tujuan umum penelitian ini adalah “Untuk mengetahui bagaimana perilaku siswa dalam salat Jumat di SMA Korpri Karawang?”

(14)

3. Untuk mengetahui perilaku siswa saat salat Jumat berlangsung.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian haruslah bermanfaat baik dalam segi teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian kali ini terbagai menjadi dua macam yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pengetahuan bagi dunia pendidikan terutama dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Dengan diadakan penelitian ini mudah-mudahan Guru PAI SMA Korpri bisa mengetahui siswanya yang tertib atau pun bercanda saat azan, khotbah dan salat Jumat. Sehingga siswa yang tertib ini bisa dijadikan contoh kepada siswa yang lainnya dalam salat Jumat. Sedangkan siswa yang bercanda diberikan perhatian dan bimbingan oleh Guru PAI SMA Korpri.

b. Bagi seluruh kepala sekolah umumnya, agar menjadi bahan pertimbangan supaya bisa ikut dalam ibadah salat Jumat berjemaah di sekolahnya. Hal ini agar memicu para guru dan siswanya supaya termotivasi lagi untuk mendirikan salat Jumat berjemaah di sekolah. c. Bagi seluruh siswa pada umumnya dan siswa yang bersangkutan

khususnya, mudah-mudahan dapat menjadi bahan acuan agar lebih sadar bahwa salat Jumat itu wajib dikerjakan. Selain itu juga agar tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti bercanda saat wudu, khotbah dan salat Jumat.

d. Bagi peneliti, memberikan tambahan pengetahuan praktik, sehingga penambahan wawasan pun akan terasa lebih lengkap.

(15)

Agar tidak salah penafsiran, peneliti merasa perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul “Kajian tentang perilaku siswa dalam salat Jumat.”

1. Perilaku

Chulsum dan Novia (2006: 528) mengungkapkan bahwa perilaku adalah “Tingkah laku; tanggapan seseorang terhadap lingkungan.”

Jadi yang dimaksud dengan perilaku dalam penelitian ini adalah semua tingkah laku yang dilakukan siswa laki-laki muslim, yang sifatnya terpuji maupun tidak terpuji, sebelum salat Jumat sampai selesai salat Jumat dikerjakan.

2. Siswa

Siswa menurut Chulsum dan Novia (2006: 626) adalah “Murid” selanjutnya Hamalik (2010: 99-100) mengungkapkan bahwa:

Murid adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di samping faktor guru, tujuan dan metode pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan bahwa murid adalah komponen yang terpenting di antara komponen lainnya. Pada dasarnya “ia” adalah unsur penentu dalam proses belajar mengajar.

3. Salat Jumat

Menurut Rasjid (1992: 64) pengertian salat adalah sebagi berikut:

Asal makna salat menurut bahasa Arab berarti doa, kemudian yang dimaksud disini ialah: ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan.

Selanjutnya Rasjid (1992: 124) juga menambahkan bahwa “Salat Jumat adalah salat dua rakaat sesudah khotbah pada waktu zuhur pada hari Jumat.”

F. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk mempermudah memahami isi dalam skripsi ini, peneliti merasa perlu untuk memberikan sedikit gambaran mengenai struktur organisasi skripsi. Adapun struktur organisasi skripsi dalam penelitian ini terdiri dari lima bab dan bagian akhir, yaitu:

(16)

Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, definisi operasional, struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Teoritis tentang Salat Jumat

Pada bab II ini berisikan tentang penjelasan dari berbagai literatur yang berhubungan dengan salat Jumat

Bab III Metode Penelitian

Bab III ini berisikan tentang deskripsi metode penelitian, langkah-langkah penelitian, pengelolaan data, instrumen penelitian, populasi dan sampel, analisis data dan uji keabsahan data.

Bab IV Pembahasan

Merupakan hasil dari penelitian yang menggambarkan tentang perilaku siswa saat azan Jumat berlangsung, perilaku siswa saat khotbah Jumat berlangsung serta perilaku siswa saat salat Jumat berlangsung.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi

Berisikan mengenai kesimpulan dari hasil pembahasan dan juga rekomendasi dari peneliti.

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode merupakan bagian terpenting karena dengan metodelah seorang peneliti bisa menentukan kebenaran hasil penelitiannya. Adapun metode yang digunakan adalah metode kasus. Menurut Sukmadinata (2010: 77) “ Studi kasus (case study) merupakan metode untuk menghimpun dan menganalisis data berkenaan sesuatu kasus.”

Arikunto (2010: 185) mengungkapkan bahwa: Penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga dan gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam.

Nasution (2009: 27) “Case study adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya. Case study dapat dilakukan terhadap individu, sekelompok individu (misalnya suatu keluarga) segolongan manusia (guru, suku minagkabau) lingkungan hidup manusia (desa sektor kota) atau lembaga sosial (perkawinan-perceraian).” Dapat ditarik Kesimpulan bahwa penelitian kasus adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis suatu kasus. Kasus ini bisa mengenai seorang individu, kasus disuatu daerah, atau pun kasus-kasus yang terjadi di lembaga sekolah maupun lembaga lainnya. Peneliti menggunakan metode kasus karena menganalisis perilaku siswa saat salat Jumat di masjid Al- ḥusna SMA Korpri Karawang. Perilaku itu antara lain adalah perilaku siswa saat azan jumat berlangsung, perilaku siswa saat khotbah Jumat berlangsung, perilaku siswa saat salat Jumat berlangsung. Nasution (2009: 28) sebagai keuntungan case study dikemukakan:

(18)

memungkinkannya diperoleh keterangan, atau karena alasan keuangan waktu dan tenaga.

2. Case study dapat digunakan untuk meneliti setiap aspek spesifik dari

suatu topik atau keadaan sosial secara mendalam. Tentu saja dalam meneliti suatu bagian yang khas secara terperinci, tak boleh kita melupakan ke dudukannya dalam rangka keseluruhan masalahnya.

3. Dalam case study dapat digunakan berbagai cara pengumpulan data seperti observasi, wawancara, angket studi dokumenter dan alat pengumpulan data lainnya untuk memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya agar masalah itu kita pahami secara mendalam.

4. Case study dapat menguji kebenaran teori. Jika case study itu didasarkan

atas teori-teori tertentu, maka case study yang mendalam tentang aspek-aspek yang spesifik membuka kesempatan untuk mentes kebenaran teori itu. Dan hasil case study itu ada kemungkinan untuk merumuskan generalisasi-generalisasi tertentu.

5. Case study dapat dilakukan dengan biaya yang rendah. Ini antara lain

bergantung kepada metode pengumpulan data yang digunakan. Biaya itu lebih rendah lagi bila sipeneliti itu bekerja atau aktif dalam lapangan yang berkenaan dengan pokok penelitiannya, misalnya case study tentang bank oleh orang yang bekerja di bank. Ia mudah pula memperoleh data karena ia orang dalam, sehingga semua atau hampir semua data terbuka baginya. Selanjutnya dalam penggunaan pendekatan, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih pendekatan kualitatif karena permasalahan yang diambil menyangkut perilaku siswa dalam beribadah. Untuk itu pendekatan kualitatif sangat cocok digunakan karena menggambarkan dan mengungkapkan aktifitas seseorang secara deskriptif. Sukmadinata (2010: 60) mengungkapkan bahwa:

(19)

Sugiyono (2009: 15) mengungkapkan bahwa: Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Dari dua pakar ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang sifatnya alamiah serta lebih menekankan proses dari pada hasil. Tujuan dari penelitian ini pun untuk mendeskripsikan suatu peristiwa, sikap, fenomena dan hal-hal yang dianggap menyimpang dari yang seharusnya. Hasil dari penelitian kualitatif berupa kata-kata dan gambar yang bersifat deskiptif .

Sugiyono (2009: 21-22) mengemukakan karakteristik penelitian kualitatif yaitu:

1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.

2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka. 3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau

outcome.

4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Populasi merupakan wilayah atau lokasi yang akan dijadikan tempat untuk penelitian. Adapun pengertian populasi menurut Sugiyono (2009: 117) adalah sebagai berikut:

(20)

atau obyek itu. Misalnya akan melakukan penelitian di sekolah X, maka sekolah X ini merupakan populasi.

Kesimpulannya, populasi adalah suatu wilayah yang besar yang akan dijadikan tempat penelitian. Contohnya sekolahan, maka komponen-komponen yang ada dalam sekolah ini disebut populasi, seperti siswa, guru, kepala sekolah, perpustakaan, pohon dan lain-lain. Jadi populasi itu bisa dikatakan wilayah atau lokasi penelitian. Adapun lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah sekolah SMA Korpri Karawang yang terletak di Jalan Cianjur NO.13 Karangpawitan Karawang. Setelah menentukan lokasi peneliti melanjutkan dengan penentuan sampel. Adapun pengertian sampel menurut Sugiyono (2009: 118) adalah “Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Kesimpulannya sampel adalah bagian dari populasi penelitian. Karena dalam penelitian tidak mungkin meneliti semua populasi itu dikarenakan keterbatasan dana, waktu dan tenaga. Arikunto (2010: 176) menjelaskan bahwa ada beberapa keuntungan jika kita menggunakan sampel yaitu:

1. Karena subjek pada sampel lebih sedikit dibandingkan dengan populasi, maka kerepotannya tentu berkurang.

2. Apabila populasinya terlalu besar, maka dikhawatirkan ada yang terlewati. 3. Dengan penelitian sampel, maka akan lebih efisien (dalam arti uang,

waktu dan tenaga).

4. Ada kalanya dengan penelitian populasi berarti destruktif (merusak), bayangkan kalau kita harus meneliti keampuhan senjata yang dihasilkan oleh pabrik, misalnya granat. Maka sambil meneliti, kita juga menghabisknnya.

5. Ada bahaya bias dari orang yang mengumpulkan data. Karena subyeknya banyak petugas mengumpulkan data menjadi lelah, sehingga pencatatannya bisa menjadi tidak teliti.

(21)

Kesimpulannya adalah ada beberapa keuntungan dari penggunaan sampel diantaranya dapat menghemat waktu, tenaga, uang serta memperkecil kesalahan berupa tertinggalnya subjek yang diteliti. Adapun sampel yang digunakan peneliti yaitu sampel purposif.

Sugiyono (2009: 124) mengemukakan bahwa:

Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penelitian tentang kondisi politik disuatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik.

Peneliti memilih sampel porposif karena berkeinginan mendapatkan informan yang kaya dengan informasi sesuai dengan penomena yang ingin diteliti. Informan tersebut adalah Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan yaitu Bapak Sastraguna, Guru PAI SMA Korpri yaitu Bapak Abdul Sholeh, enam siswa SMA Korpri yaitu Faishal, Deni, Alfian, Fajar, Adip dan Fachrudin.

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen dalam suatu penelitian pastilah ada, namun instrumen penelitian kuantitatif dengan kualitatif berbeda. Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Hal ini sejalan dengan ungkapan Sugiyono (2009: 305) bahwa: Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus “divalidasi” sejauh mana peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun kelapangan. Validasi terhadap peneliti sebagi instrument meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan, terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.

Kesimpulannya instrumen kualitatif adalah peneliti itu sendiri, artinya peneliti sebagai instrumen tidak bisa digantikan oleh apapun juga. Menurut Nasution dalam Sugiyono (2009: 307-308) peneliti sebagi instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(22)

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagi instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mengtest hipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagi instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai belikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.

7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respons yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagi instrumen, respons yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respons yang lain dari pada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Selanjutnya dalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan tiga teknik yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

(23)

(observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.”

Sukmadinata (2010: 220) juga mengemukakan bahwa:

Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun non partisipatif. Dalam observasi partisipatif (participatory observation) pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Dalam observasi non partisipatif (nonparticipatory observation) pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan tidak ikut dalam kegiatan.

Adapun observasi yang digunakan oleh peneliti adalah observasi partisipatif, hal ini karena peneliti tiga kali menunaikan ibadah salat Jumat di Masjid Al-ḥusna SMA Korpri. Selama Observasi peneliti mengamati, merasakan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting di lembar observasi. Namun dalam pengamatan dan pencatatan pun terbatas, hal ini karena peneliti menunaikan salat Jumat maka peneliti hanya mengamati dan mencatat hal-hal penting sampai khotbah Jumat selesai. Dan peneliti pun fokus untuk salat Jumat. Kemudian dalam mencari informasi tentang bagaimana perilaku siswa dalam salat Jumat, peneliti menggunakan teknik wawancara.

Bungin (2010: 118) mengungkapkan bahwa mencatat hasil observasi harus memperhatikan beberapa hal:

a. Waktu Pencatatan

Hal terbaik mencatat adalah pada saat objek pengamatan yang diamati tersebut sedang terjadi, atau disebut dengan pencatatan langsung (on the spot). Walaupun harus menghadapi kesulitan diatas, tetapi pencatatan on the spot tetap masih dianggap sebagai alternatif terbaik karena dapat menghindari bias dan penjumlahan akibat kelupaan. Hal ini tentunya tinggal bagaimana pengamat meyakinkan objek pencatatnya tidak berbahaya bagi objek pengamatan.

(24)

Apabila pencatatan on the spot tidak mungkin dilakukan, maka pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan kata-kata kunci (key word). Ini artinya pengamat tetap mencatat pada saat peristiwa berlangsung, tetapi yang dicatat merupakan kata kunci yang nantinya disempurnakan setelah pengamatan berlangsung. Hal ini sedikit mengalami kesulitan bila dibandingkan cara yang pertama, tetapi pengamat tetap dituntut agar memiliki dan menghafal beberapa kata kunci.

c. Mencatat Disela Pengamatan

Cara ini adalah alternatif lain yang bisa dilakukan, yaitu pengamat mencatat hasil pengamatan disela-sela objek pengamat tidak dapat direkam kegiatannya. Ini berarti kegiatan pengamat terhenti, dan ini adalah saat yang tepat untuk mencatat hasil pengamatan sementara. Suatu contoh ketika sedang mengamati interaksi pengedar obat terlarang dengan relasinya. Pada saat pengamatan dilakukan, secara tiba-tiba datang petugas kepolisian, maka peristiwa ini terhenti karena masing-masing mereka harus menyelamatkan diri dari tangkapan petugas tadi. Pada saat inilah pencatatan dilakukan sambil menunggu interaksi tersebut berlangsung lagi.

2. Wawancara

(25)

Hal ini dikarenakan supaya peneliti bisa memilih pertanyaan sesuai kebutuhan. Pernyataan ini sesuai dengan

Sukmadinata (2010: 216) bahwa:

Sebelum melaksanakan wawancara, para peneliti menyiapkan instrumen wawancara yang disebut pedoman wawancara (interview guide). Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang meminta untuk dijawab atau direspons oleh responden. Isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahauan, konsep, pendapat, persepsi, atau evaluasi responden berkenaan dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian

Arikunto (2010: 270) juga mengungkapkan bahwa secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara:

a. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden. Jenis interview ini cocok untuk penelitian kasus.

b. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal membubuhkan tanda V (check) pada nomor yang sesuai.

Kesimpulannya adalah pedoman wawancara terbagi menjadi dua yaitu wawancara tidak terstruktur dan wawancara terstruktur. Namun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur. Dalam mewawancarai, peneliti mewawancarai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan yaitu Bapak Sastraguna, Guru PAI SMA Korpri yaitu Bapak Abdul Sholeh, enam siswa SMA Korpri yaitu Faishal, Deni, Alfian, Fajar, Adip dan Fachrudin. Dalam proses mewawancarai, peneliti mencari waktu yang tepat yaitu saat jam istirahat atau pun setelah pulang sekolah. Sehingga peneliti tidak menggangu jam pelajaran dan proses wawancara pun berjalan dengan lancar dan kondusif.

(26)

terkait dengan salah satu pertanyaan lainnya.” Pertanyaan itu menurut Patton dalam Basrowi dan Suwandi (2008: 131-133) adalah sebagi berikut:

a. Pertanyaan yang Berkaitan dengan Pengalaman atau Perilaku

Pertanyaan ini berkaitan dengan apa yang dibuat dan telah diperbuat seseorang. Pertanyaan demikian ditujukan untuk mendeskripsikan pengalaman, perilaku, tindakan dan kegiatan yang didapat pada waktu kehadiran pewawancara. Contohnya: “Jika saya berada dalam program itu bersama saudara, apakah yang kiranya dapat saya saksikan apa yang saudara lakukan ?” “Jika saya mengikuti saudara pada hari-hari tertentu, pengalaman-pengalaman apakah yang dapat saya amati dari saudara?” b. Pertanyaan yang Berkaitan dengan Pendapat atau Nilai

Pertanyaan jenis ini ditujukan untuk memahami proses kognitif dan interpretatif dari subjek. Jawaban terhadap pertanyaan ini memberikan gambaran pada kita mengenai hal yang dipikirkan tentang dunia atau tentang suatu program khusus. Pertanyaan itu menceritakan tujuan, keinginan, harapan, dan nilai. “Apa yang saudara percaya?” “Apa yang saudara pikirkan tentang …? “Apa yang saudara inginkan terjadi?”“Apa pendapat saudara tentang…?”

c. Pertanyaan yang Berkaitan dengan Perasaan

Pertanyaan demikian ditujukan untuk dapat memahami respon emosional seorang sehubungan dengan pengalaman dan pemikirannya. Ada seperangkat asumsi tentang spontanitas respons emosional itu. Sewaktu pewawancara mengajukan pertanyaan, pada dasarnya ia hendak mencari respon afektif. Misalnya: “Apakah saudara merasa khawatir, senang, takut, terancam, percaya diri…?”

d. Pertanyaan tentang Pengetahuan

(27)

siapa yang dilayani oleh program itu, bagaimana cara mendaftar sebagai tenaga kerja dalam program tersebut dan sebagiannya.

e. Pertanyaan yang Berkaitan dengan Indra

Pertanyaan ini berkenaan dengan apa yang dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan dicium. Maksudnya pertanyaan ini ialah memberikan kesempatan kepada pewawancara untuk memasuki perangkat indra responden. “Jika saudara berjalan melalui pintu suatu program, apa yang saudara lihat?” “Uraikan kepada saya apa yang akan saya lihat jika saya berjalan melalui pintu itu ke dalam program” “Apa yang akan ditanyakan konselor jika saudara menemuinya? “Apa yang sesungguhnya dikatakannya?”

f. Pertanyaan yang Berkaitan dengan Latar Belakang atau Demografi

Pertanyaan ini berusaha menemukan ciri-ciri pribadi orang yang diwawancarai, jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan itu membantu pewawancara menemukan hubungan responden dengan orang lainnya. Pertanyaan-pertanyaan baku berkaitan dengan usia, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal atau mobilitas dan lain sebagiannya. Pertanyaan lainnya dapat juga diajukan ialah perilaku, pendapat, perasaan, pengetahuan, perasaan berkesan dan pertanyaan-pertanyaan demografis. 3. Dokumentasi

Setelah di atas dikemukakan mengenai teknik pengumpulan data dengan observasi dan wawancara. Selanjutnya peneliti menggunakan teknik dokumentasi. Menurut Sukmadinata (2010: 221) bahwa “Studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.” Sedangkan menurut Arikunto (2010: 274) “Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagiannya.”

(28)

yang diambil lewat kamera digital. Setelah dokumen-dokumen ini terkumpul, Peneliti mengurutkannya secara sistematis sesuai dengan kebutuhan.

D. Langkah-Langkah Pengumpulan dan Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif langkah-langkah pengumpulan data dan analisis merupakan satu kesatuan yang tumpang tindih. Jadi dalam mengumpulkan data peneliti juga menganalisis data. Hal ini sejalan dengan ungkapan Sukmadinata (2010: 114) bahwa:

Pengumpulan dan analisis data penelitian kualitatif bersifat interaktif, berlangsung dalam lingkaran yang saling tumpang tindih. langkah-langkahnya biasa disebut strategi pengumpulan dan analisis data, teknik yang digunakan fleksibel, tergantung pada strategi terdahulu yang digunakan dan data yang telah diperoleh.

Selanjutnya dalam melakukan langkah-langkah pengumpulan dan menganalisis data, peneliti menggunakan langkah-langkah seperti yang diungkapkan oleh Sukmadinata (2010: 114-115) sebagai berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta merumuskan pertanyan-pertanyaan penelitian yang diarahkan pada kegiatan pengumpulan data. Kemudian merumuskan situasi penelitian satuan dan lokasi yang dipilih serta informan-informan sebagai sumber data. Deskripsi tersebut merupakan pedoman bagi pemilihan dan penentuan sampel purposif. b. Memulai Pengumpulan Data

(29)

dikelompokan secara intensif kemudian diberi kode agar memudahkan dalam analisis data.

c. Pengumpulan Data Dasar

Setelah peneliti berpadu dengan situasi yang diteliti, pengumpulan data lebih diintensifkan dengan wawancara yang lebih mendalam, observasi dan pengumpulan dokumen yang intensif. Dalam pengumpulan data dasar peneliti benar-benar “melihat, mendengarkan, membaca dan merasakan“ apa yang ada dengan penuh perhatian. Sementara pengumpulan data terus berjalan analisis data mulai dilakukan dan keduanya terus dilakukan berdampingan sampai tidak ditemukan data baru lagi. Deskripsi dan konseptualisasi diterjemahkan dan dirangkumkan dalam diagram-diagram yang bersifat integratif. Setelah pola-pola dasar terbentuk, peneliti mengidentifikasi ide-ide dan fakta-fakta yang membutuhkan penguatan dalam fase penutup.

d. Pengumpulan Data Penutup

Pengumpulan data berakhir setelah peneliti meninggalkan lokasi penelitian, dan tidak melakukan pengumpulan data lagi. Batas akhir penelitian tidak bisa ditentukan sebelumnya seperti dalam penelitian kuantitaif, tetapi dalam proses penelitian itu sendiri. Akhir masa penelitian terkait dengan masalah, ke dalaman dan kelengkapan data yang diteliti. Peneliti mengakhiri pengumpulan data setelah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan atau tidak ditemukan lagi data baru.

e. Melengkapi

Langkah melengkapi merupakan kegiatan menyempurnakan hasil analisis data dan menyusun cara penyajiannya. Analisis data dimulai dengan menyusun fakta-fakta hasil temuan lapangan. Kemudian peneliti membuat diagram, tabel, gambar –gambar dan bentuk-bentuk pemaduan fakta lainnya. Hasil analisis data diagram, bagan, tabel dan gambar-gambar tersebut diinterpretasikan, dikembangkan menjadi proposisi dan prinsip-prinsip.

(30)

Pengujian keabsahan data merupakan bagian dari penelitian, bahkan pengujian keabsahan data sangat penting dilakukan oleh peneliti. Pengujian keabsahan data dilakukan agar data yang diperoleh bisa dipercaya banyak orang. Sugiyono (2009: 366) menjelaskan bahwa “Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji Credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), confirmability (obyektivitas)”

Pertama adalah uji Credibility menurut Sugiyono (2009: 368) bahwa:

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, tringulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member check.

Ungkapan di atas menjelaskan bahwa uji Credibility merupakan salah satu uji keabsahan data penelitian kualitatif. Dengan uji Credibility data yang didapat bisa dipercaya, hal ini karena peneliti melakukan perpanjangan pengamatan artinya pengamatan tidak hanya dilakukan satu hari saja melainkan bisa sampai berhari-hari. Selanjutnya melakukan ketekunan dalam penelitian, ketekunan dalam penelitian dilakukan dengan cara mengamati secara mendalam peristiwa-peristiwa yang terjadi misalkan peristiwa-peristiwa mengenai perilaku siswa saat azan berlangsung. Setelah melakukan ketekunan dalam penelitian, dilanjutkan dengan tringulasi atau pengecekan data dari berbagai sumber baik itu dari segi waktu atau pun dari respondennya, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member check. Sugiyono (2009:375) mengungkapkan bahwa Member Check “adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan Member Check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.”

Kedua adalah Uji Transferbility. Uji Transferbility merupakan Validitas eksternal, hal ini seperti yang diungkapkan Sugiyono (2009: 376) “

Transferbility ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif.”

(31)

Ketiga adalah Uji Dependability, Sugiyono (2009: 377) mengungkapkan bahwa:

Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reliabilitas. Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian kelapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji dependabilitynya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada maka penelitian tersebut tidak reliabel atau tidak dependable. Untuk itu pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen atau pembimbing untuk mengaudit keseluruh aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.

Keempat adalah Uji Konfirmability, Sugiyono (2009: 377-378) mengungkapkan bahwa:

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah haruslah menunaikan kewajibannya. Kewajiban itu berupa menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Menjalankan perintah Allah bisa berupa beribadah hanya kepada Allah. Perintah ibadah pun sudah tertera dalam Alquran surat Al- Żāriyāt ayat 56. Salah satu ibadah yang wajib dilakukan umat muslim diantaranya adalah salat Jumat. Salat Jumat merupakan ibadah salat yang dikerjakan diwaktu zuhur setelah dua khotbah dengan jumlah rakaat dua. Salat Jumat hukumnya adalah wajib, hal ini sudah menjadi ketentuan Allah dalam Alquran surat Jumu’ah ayat 9.

SMA Korpri merupakan salah satu sekolah yang mewajibkan siswanya yang muslim untuk mengerjakan salat Jumat di Masjid Al-ḥusnā. Persiapan salat Jumat di SMA Korpri sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dengan perapihan saf oleh bapak Sholeh, tersedianya mimbar, mikrofon, sound system, terjadwalnya khatib dan muazin, kegiatan baca yasin antara guru bersama siswanya termasuk Fachrudin, Faishal, Deni, Alfian, Fajar dan Adip. Perilaku siswa saat wudu tergolong beragam seperti, Fachrudin yang sudah tertib dan tidak bercanda, Faishal, Deni, Alfian, Fajar terkadang diganggu oleh temannya dan Adip yang suka menggangu temannya. Untuk itulah bimbingan dan pengawasan dari bapak Sholeh dan guru lainnya perlu ditekankan, hal ini agar Deni, Alfian, Fajar, dan Faishal tertib dalam berwudu. Selain itu bimbingan dan pengawasan juga berfungsi agar Adip tidak bercanda saat wudu.

(33)

sepatutnya harus membatu Fachrudin, Faishal, Alfian dan Adip agar bisa menghafal doa azan tersebut. Belajar menghafal bersama pun akan mempererat tali persaudaraan, selain itu bisa tukar pengetahuan juga. Sehingga pengetahuan Fachrudin, Faishal, Alfian, Fajar Deni dan Adip pun akan bertambah luas.

Perilaku siswa saat khotbah tergolong beragam, seperti halnya Fachrudin dan Faishal yang mendengarkan khotbah. Tetapi ada juga siswa yang tidak mendengarkan khotbah melainkan mengobrol seperti Deni, Adip, Fajar dan Alfian. Siswa mengobrol saat khotbah berlangsung karena tema yang kurang menarik, ajakan teman untuk mengobrol, atau pun keinginan mereka sendiri untuk mengobrol. Untuk itulah perlu adanya: pertama, bimbingan dari bapak Sholeh mengenai pentingnya khotbah Jumat. Kedua, kemauan untuk berubah dari Deni, Adip, Fajar dan Alfian. Ketiga, guru-guru mengawasi dan menempati tempat yang rawan untuk mengobrol seperti, saf belakang, pinggir, dan pojok.

Perilaku siswa saat salat Jumat cukup beragam, seperti Fachrudin yang sudah tertib dalam salat Jumat. Fajar, Alfian, Deni dan Faishal yang sudah tertib walau diganggu oleh temannya namun Fajar dan Alfian tidak membalasnya. Berbeda dengan Deni dan Faishal yang suka membalas perlakuan temannya. Sedangkan Adip kurang tertib dalam salat Jumat hal ini karena dari awal Adip sudah bercanda saat salat Jumat. Bercanda disaat salat tentu dilarang oleh syariat, oleh karena itu perlu adanya penanganan. Penanganan itu diantaranya: Pertama, bimbingan belajar tambahan dari bapak Sholeh. Kedua, motivasi belajar dari Deni, Alfian, Fajar, Faishal dan Adip. Ketiga, partisipasi dari kepala sekolah, semua guru dan staf tata usaha SMA Korpri agar ikut salat Jumat di masjid

(34)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh, penulis dapat memberikan rekomendasi yang mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan di SMA Korpri:

1. Untuk SMA Korpri

a. Kepala sekolah, guru, dan tata usaha yang muslim di SMA Korpri haruslah selalu ikut salat Jumat di Masjid Al-ḥusna. Hal ini agar Adip, Deni, Alfian, Fajar, Faishal, Fachrudin termotivasi dan meneladani perilaku gurunya.

b. Bapak Sholeh selaku Guru PAI SMA Korpri, haruslah senantiasa memberikan bimbingan salat Jumat yang baik dan benar. Bimbingan ini diperuntukan kepada Alfian, Fajar, Deni, Fachrudin, Adip dan Faishal. Bimbingan ini mencangkup tatacara wudu, adab wudu, tatacara azan, adab seorang jemaah ketika azan berkumandang, adab jemaah ketika khotbah, pengetahuan salat Jumat dan adab jemaah ketika salat Jumat.

c. Bapak Sholeh dibantu guru lainnya menertibkan Alfian, Fajar, Deni, Fachrudin, Adip dan Faishal dalam pengambilan air wudu.

d. Pengawasan dari guru-guru ketika salat Jumat. Ketika guru sudah di dalam masjid Al-ḥusna, sebaiknya guru menempati saf belakang, pojok dan pinggir.

2. Bagi Orang Tua

Orang tua Alfian, Fajar, Deni, Fachrudin, Adip dan Faishal haruslah berperan aktif membimbing anak-anaknya, terutama menyuruh anak pergi salat Jumat.

3. Bagi Siswa a. Fachrudin

(35)

Fachrudin harus belajar lagi, terutama doa setelah azan. Setelah hafal doa azan, baiknya proses belajar pun tidak sampai di sini tetapi diteruskan dengan menunut ilmu di tempat yang lain.

b. Fajar

Perilaku Fajar dalam salat Jumat sudah baik, seperti tertib dalam wudu, penguasaan doa setelah azan, penguasaan doa salat mulai niat sampai tasyahud akhir. Saat khotbah Fajar terkadang mengobrol karena ajakan dan teman. Seharusnya Fajar lebih sadar dan tidak menanggapi ajakan temannya untuk mengobrol. Untuk itu perlu adanya perubahan perilaku dari diri Fajar, agar mau berubah dan tidak mengobrol lagi saat khotbah.

c. Deni

Pengetahuan doa dan perilaku Deni dalam salat Jumat sudah baik. Hanya saja Deni harus lebih sadar bahwa mengobrol saat khotbah itu dilarang. Selain itu Deni juga harus berkeinginan merubah perilaku mengobrol saat khotbah, karena mengobrol saat khotbah itu dilarang. d. Alfian

Saat wudu perilaku Alfian sudah cukup, walau terkadang diganggu oleh temannya. Hanya saja Alfian harus lebih giat belajar lagi seperti menghafal doa ketika azan selesai dikumandangkan, doa ketika tasyahud akhir serta berkemaun untuk tidak mengobrol saat khotbah. e. Faishal

(36)

Hafalan niat salat Jumat sampai tasyahud akhir, Adip sudah baik. Hanya saja Adip harus lebih sadar bahwa bercanda saat wudu, mengobrol atau tiduran saat khotbah dan bercanda saat salat Jumat itu dilarang. Untuk itu perlu adanya niat dari Adip untuk berubah dan meninggalkan kebiasaa buruknya.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

… (2005). Al-‘Aliyy: Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Diterjemahkan Oleh Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an). Bandung: CV Penerbit Diponegoro.

An-Nawawi, A.M.A.Z.Y.I.S. (2006). Syarah Hadits Arbain. (Penerjemah Ahmad S Marzuqi). Jogyakarta: Media Hidayah.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Al-Qahtani, S.B.A.B.W. (2011). Panduan Shalat Lengkap. Shalat yang benar

menurut al-Qur’an dan as-Sunnah (Terjemahan Ibnu Abdilah). Jakarta:

Almahira.

Azzam, A.A.M,. Dan Hawwas, A.W.S. (2009). Fiqh Ibadah. (Terjemahan

Kamran As’at Irsyady, Ahsan Taqwim dan Al-Hakam Faishol). Jakarta:

Amzah.

Al-Habsyi, M.B. (2001). Fiqih Praktis Menurut Al-Quran, As-Sunnah Dan Pendapat Para Ulama. Bandung: Mizan.

Agus, N S. (2011). Lajnah Pentashihan Al-Qur’an. [Online]. Tersedia: http://lajnah.kemenag.go.id/profil/peraturan-dan-perundangan.html [7 Oktober 2013].

Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, M.B. (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Public, Dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Chulsum, U. dan Novia, W. (2006). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko.

Effendi, R. dan Malihah, E. (2007). Panduan Kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi. Bandung: CV. Yasindo Multi Aspek dan Value Press.

(38)

Multahim, Muhith, A. dan Amin, S. (2007). Pendidikan Agama Islam Penuntun Akhlak. Jakarta: Yudistira.

Mar’at, S dan Kartono, L.I. (2010). Perilaku Manusia (Pengantar Singkat

Tentang Psikologi). Bandung: PT Refika Aditama.

Majid, A. et al. (2008). Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup. Bandung: Value Press.

Mulyasa, E. (2009). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasikin, M. , Nurcholis, H. , dan Mafruki. (2007). Ayo Belajar Agama Islam SMP Jilid I Untuk Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Nurjamal, D., Haq, N. dan Misran. (2012). Panduan Shalat Jumat Ikhtiar Menjadikan Shalat Jumat Sebagai Ibadah Andalan. Bandung: Alfabeta. Nasution, S. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Rasjid, S. (1992). Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru.

Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan Dalam Al-Qur’an. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rodakarya.

Kasyaf S, B. A. (2012). Kemulian Hari & Shalat Jum’at. Jakarta: Al-Maghfiroh. Sugiyono. (2009) Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sauri, S. (2006). Pendidikan Berbahasa Santun. Bandung: PT. Genesindo. Wawan, A. dan Dewi M. (2010) Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap,

(39)

Lokasi: SMA KORPRI Karawang

Bagaimana identitas siswa? Wawancara Siswa SMA KORPRI Bagaimana perilaku siswa

saat adan salat jum’at? Observasi dan wawancara

Siswa SMA KORPRI Bagaimana perilaku siswa

saat khotbah salat jum’at? Observasi dan wawancara

Siswa SMA KORPRI Bagaimana perilaku siswa

saat salat jum’at? Wawancara Siswa SMA KORPRI

Sarana Ibadah

(40)

Jenis buku apa saja yang olahraga? Seperti apa sarana olahraga yang disediakan

Sarana UKS Apakah tersedia sarana UKS? Dan Seperti apa Dan seperti apa ruang Bk SMA KORPRI?

Berapa jumlah toilet siswa Dokumentasi - Berapa jumlah toilet guru Dokumentasi - Berapa jumlah toilet kepala

sekolah

Dokumentasi -

Bandung.… Mei 2013

Referensi

Dokumen terkait

Klasifikasi agregat menjadi kasar, halus dan filler adalah berdasarkan ukurannya yang ditentukan menggunakan saringan. Mutu agregat mempengaruhi kekuatan dan ketahanan konkrit. Adapun

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan penulis dengan menulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Kalsium Karbonat pada Media Bersalinitas 3 ppt terhadap

Penentuan pengaruh waktu penyinaran UV terhadap aktivitas fotokatalis TiO 2 dilakukan dengan menggunakan limbah cair tapioka yang dikondisikan pada pH

Shinto juga tidak memilik kitab suci, simbol ataupun nabi sebagai penemu atau penyebar agama pertama kali, jadi Shinto lahir dan berkembang secara alami dalam masyarakat,

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka penggalang di SD Jaranan Banguntapan Bantul dapat dilihat dari 1) perencanaan pihak

Untuk maksud tersebut, bersama ini kami kirimkan daftar isian terlampir untuk diisi dan mohon segera dikirim kembali melalui email kreativitas.belmawa@qmait.com paling

Kejadian DRPs (Drug Related Problems) dapat dibagi menjadi delapan kejadian yaitu : indikasi tidak diobati, tidak tepat obat, dosis sub- therapeutic, kegagalan untuk

Urt NAMA MADRASAH KEC KODE Jenis Hari Hari Kelas Tempat. 1 Khilyatul Khoiriyah,