• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGATING, EVALUATING ENVIRONMENTAL ISSUE AND ACTION (IEEIA) UNTUK MEMBANGUN LITERASI LINGKUNGAN SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGATING, EVALUATING ENVIRONMENTAL ISSUE AND ACTION (IEEIA) UNTUK MEMBANGUN LITERASI LINGKUNGAN SISWA SMP."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

T E S I S

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan IPA

OLEH

FERA MAULIDYA S

NIM: 1204735

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

SEKOLAH PASCA SARJANA

(2)

Tesis ini telah Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing

Pembimbing I,

Dr. Ahmad Mudzakir, M.Si.

NIP. 19661121 199103 1 002

Pembimbing II,

Dr. Yayan Sanjaya, M. Si.

NIP. 197111231 200112 1 001

Mengetahui, Ketua Program Studi IPA Sekolah Pasca Sarjana UPI, Bandung

Prof. Dr. Hj. Anna Permanasari, M.Si.

(3)

Investigating, Evaluating Environmental Issue and Action (IEEIA) untuk

Membangun Literasi Lingkungan Siswa SMP” beserta data di dalamnya

adalah fakta. Tesis ini merupakan karya tulis saya sendiri, dan saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat akademisi. Atas pernyataan ini, saya

siap menanggung resiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau

ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Desember 2013

Yang membuat pernyataan,

(4)

DAFTAR ISI

BAB II. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MODEL NVESTIGATING,

EVALUATING ENVIRONMENTAL ISSUE AND ACTION

(IEEIA) UNTUK MEMBANGUN LITERASI LINGKUNGAN SISWA SMP

A. Urgensi Pendidikan Lingkungan………..

B. Kedudukan Literasi Lingkungan dalam Pendidikan Lingkungan… C. Komponen-komponen dalam Literasi Lingkungan………..

D. Kurikulum untuk Literasi Lingkungan……….

E. Mengungkap Level Literasi Lingkungan Siswa………... F. Faktor-faktor Demografik yang Mempengaruhi Literasi

(5)

G. Korelasi Antar Komponen Literasi Lingkungan……… H. Peranan Strategi Pembelajaran terhadap Literasi Lingkungan

Siswa……….

I. Pembelajaran Model Investigating and Evaluating Environmental

Issue and Action (IEEIA) untuk Literasi Lingkungan………..

J. Kajian Bahan Ajar……… K. Tinjauan Konsep Peranan Manusia dalam Pengelolaan

Lingkungan………...

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain penelitian………..

B. Tempat dan Subjek Penelitian………

C. Variabel Penelitian………

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengukuran Literasi Lingkungan Siswa………... B. Korelasi Antar Komponen Literasi Lingkungan……….. C. Pengalaman Belajar Siswa dalam Aksi Lingkungan……… D. Hasil Non Tes Literasi Lingkungan Siswa …..……….

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

(6)

DAFTAR PUSTAKA………

Tabel 2.1. Tahapan Pembelajaran Investigating and Evaluating

Environmental Issue and Action (IEEIA)………... Tabel 2.2. Kajian Bahan Ajar IEEIA “Peranan Manusia dalam

Pengelolaan Lingkungan……….

Tabel 3.1. Rancangan Instrumen………..

Tabel 3.2. Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS)……..

Tabel 3.3. Teknik Pengumpulan Data………..

Tabel 3.4. Data Demografik Siswa………..

Tabel 3.5. Hasil Uji Normalitas Data Pretest MSELS (Literasi

Lingkungan)………

Tabel 3.6. Hasil Uji Normalitas Data Posttest MSELS (Literasi

Lingkungan)………

Tabel 3.7. Hasil Uji Homogenitas Data Posttest-Posttest MSELS

(Literasi Lingkungan)………. Tabel 3.8. Kriteria Rerata Gain Ternormalisasi <g>………...

Tabel 3.9. Kriteria Koefisien Korelasi……….

Tabel 4.1. Rangkuman Deskripsi Hasil Tes pada Setiap Bagian Soal

MSELS………

Tabel 4.2. Komposisi Skor MSELS untuk Masing-masing Komponen

Literasi Lingkungan………

Tabel 4.3. Korelasi Antar Komponen Literasi Lingkungan……….

Tabel 4.4. Tema Aksi Lingkungan………..

Tabel 4.5. Hasil Non Tes Literasi Lingkungan Siswa……….

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Environmental Behaviour Model yang mendasari

pengembangan IEEIA……….……….…

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian………..

Gambar 3.2. Q-Q Plot Pretest………..

Gambar 3.3. Q-Q Plot Posttest………

Gambar 4.1. Perbandingan Rerata Skor Pretest dan Posttest untuk Setiap

Bagian Soal MSELS………... Gambar 4.2. Perbandingan Rerata Skor Literasi Lingkungan pada

Pretest dan Posttest………... Gambar 4.3. Perbandingan Rerata Skor Pretest dan Posttest Literasi

Lingkungan untuk Setiap Komponen………... Gambar 4.4. Perbandingan Rerata Skor Komponen Pengetahuan

Ekologi pada Pretest dan Posttest………... Gambar 4.5. Perbandingan Rerata Skor Variabel Penyusun Komponen

Keterampilan Kognitif pada Pretest dan Posttest...

Gambar 4.6. Perbandingan Rerata Skor Variabel Penyusun Komponen

Afektif pada Pretest dan Posttest...

Gambar 4.7. Hasil Jawaban Kuisioner Lingkungan Pretest; Pemikiran

Siswa untuk Membantu Lingkungan………. Gambar 4.8. Perbandingan Rerata Skor Komponen Perilaku

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Bahan Ajar

A.1. Standar Isi-SKKD………...

A.2. Kaitan Antara: Komponen Literasi Lingkungan - Asesmen

(MSELS) Indikator Pembelajaran – Domain Kognitif, Afektif,

A.7. Kegiatan Pembelajaran Model IEEIA……….

A.8. Handout Siswa………..

A.9. Lembar Kerja Siswa (LKS) & Rubrik Penilaian………. A.10. Rubrik Penilaian Presentasi Aksi Lingkungan………. A.11. Soal Middle School Environmental Literacy Survey

(MSELS)……….

A.12. Kuisioner Lingkungan……….

Lampiran B. Data Penelitian

B.1. Distribusi Nilai Pretest MSELS Bagian Soal Dasar-dasar

Ekologi………...

B.2. Distribusi Nilai Pretest MSELS Bagian Soal Bagaimana Anda

Berpikir tentang Lingkungan………

B.3. Distribusi Nilai Pretest MSELS Bagian Soal Apa yang Anda

(9)

Lakukan untuk Lingkungan……… B.4. Distribusi Nilai Pretest MSELS Bagian Anda dan Kepekaan

Lingkungan………...

B.5. Distribusi Nilai Pretest MSELS Bagian Soal Bagaimana

Perasaan Anda terhadap Lingkungan……….. B.6. Distribusi Nilai Pretest MSELS Bagian Soal Identifikasi Isu

dan Analisis Isu……….

B.7. Distribusi Nilai Pretest MSELS Bagian Soal Rencana Aksi…. B.8. Rekapitulasi Nilai Pretest MSELS untuk Setiap Komponen

Literasi Lingkungan……….

B.9. Distribusi Nilai Posttest MSELS Bagian Soal Dasar-dasar

Ekologi………..

B.10. Distribusi Nilai Posttest MSELS Bagian Soal Bagaimana

Anda Berpikir tentang Lingkungan……….. B.11. Distribusi Nilai Posttest MSELS Bagian Soal Apa yang Anda

Lakukan untuk Lingkungan……….. B.12. Distribusi Nilai Posttest MSELS Bagian Anda dan Kepekaan

Lingkungan……….

B.13. Distribusi Nilai Posttest MSELS Bagian Soal Bagaimana

Perasaan Anda terhadap Lingkungan……… B.14. Distribusi Nilai Posttest MSELS Bagian Soal Identifikasi Isu

dan Analisis Isu………

B.15. Distribusi Nilai Posttest MSELS Bagian Soal Rencana Aksi...

B.16. Rekapitulasi Nilai Posttest MSELS untuk Setiap Komponen

Literasi Lingkungan………

B.17. Rekapitulasi Nilai Pretest Kuisioner Lingkungan…………. B.18. Rekapitulasi Nilai Pretest Kuisioner Lingkungan…………. B.19. Rekapitulasi Hasil Kinerja Siswa setiap Tahapan

(10)

Lampiran C. Statistik Penelitian

C.1. Uji Normalitas Pretest, Posttest MSELS……….. C.2. Uji Homogenitas Pretest-Posttest MSELS……… C.3. Uji t-dependen pretest-posttest MSELS………. C.4. Uji t-dependen untuk setiap Variabel Soal MSELS ………… C.5. Uji N-gain Pretest-Posttest MSELS………...

C.6. Uji Korelasi Posttest MSELS………..

Lampiran D. Administrasi Penelitian

D.1. SK Pembimbing………..

D.2. Surat Izin Penelitian………..

D.3. Surat Izin Orangtua atas Keikutsertaan Siswa……… D.4. Surat Permohonan Menjadi Dewan Juri Aksi Lingkungan….. D.5.Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian………

Riwayat Hidup………

297

299

300

302

310

311

315

317

318

321

322

(11)

Fera Maulidya Sukarno, 2014

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGATING, EVALUATING ENVIRONMENTAL ISSUE AND ACTION (IEEIA) UNTUK MEMBANGUN LITERASI LINGKUNGAN SISWA SMP

(Fera Maulidya S/ 1204735)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana implementasi pembelajaran Investigating, Evaluating Environmental Issue and action (IEEIA) diharapkan mampu membangun predikat baik bagi literasi lingkungan siswa SMP.

Syntax IEEIA terdiri dari tujuh tahapan pembelajaran dikembangkan khusus untuk

mengakomodir keseluruhan komponen literasi lingkungan. Model tersebut diaplikasikan pada pembelajaran pendidikan lingkungan yang terintegrasi dalam mata pelajaran IPA kelas 7 semester 2, materi “Peranan Manusia dalam

Pengelolaan Lingkungan” (Kurikulum KTSP SMPN 1 Subang). Metodologi penelitian ini menggunakan desain eksperimen lemah one group pretest-posttest.

(12)

Fera Maulidya Sukarno, 2014

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan lingkungan dinilai kian menjadi darurat semenjak dominasi

manusia terhadap lingkungan, hal ini diperparah seiring kemajuan teknologi

(Oktem dalam Karatekin, 2012; Kostova & Vladimirova, 2010). Namun sangat

sulit mengatasi masalah lingkungan yang akut tersebut tanpa adanya kesadaran

masyarakat untuk terlibat dan bertanggung jawab. Oleh karena itu menjadi

prioritas utama sejumlah negara untuk berupaya menggugah kepedulian

masyarakat banyak, dengan segera mengambil langkah pencegahan terhadap

kondisi lingkungan yang terus menurun melalui peranan pendidikan lingkungan

(UNECE Strategy dalam Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009; Yildiz,

Sipahioglu, Yilmaz dalam Karatekin, 2012; Kostova & Vladimirova, 2010).

Pendidikan lingkungan sesungguhnya merupakan suatu proses yang

bertujuan meningkatkan kualitas hidup dengan memberdayakan masyarakat untuk

memecahkan dan mencegah masalah lingkungan (US EPA, Unal & Dimiski

dalam Karatekin, 2012). Oleh sebab itu, pendidikan lingkungan haruslah

dimaknai penting dan perlu mendapatkan perhatian khusus agar dapat

mempersiapkan warga negara untuk berpartisipasi dalam usaha mewujudkan

lingkungan yang berkelanjutan (UNECE Strategy dalam Erdogan, Kostova,

(13)

tanggung jawab, sikap menghargai dan pemahaman siswa akan pentingnya

lingkungan dan dampak dari aktivitas manusia terhadap lingkungan alam (Volk

dalam Chu et al., 2007).

Tujuan utama dari pendidikan lingkungan adalah menjadikan siswa

berliterasi lingkungan (Disinger & Roth, Hungerford, Peyton & Wilke, Iozzi,

Leveault, Marcinkowski, Stapp, UNESCO dalam Negev et al., 2008; Chu et al.,

2007; Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009). Literasi lingkungan didefinisikan

sebagai pengetahuan tentang mekanisme kerja lingkungan alam, kemudian

peranan manusia di dalamnya untuk melestarikan lingkungan yang berkelanjutan

(Roth, Harvey, Orr dalam Krnel & Naglic, 2009; Erdogan, Kostova,

Marcinkowski, 2009; Karatekin 2012). Peranan penting literasi lingkungan

terutama kaitannya dengan pelaksanaan asesmen dalam pendidikan lingkungan

(Chu et al., 2007; Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009).

Pendekatan kurikulum yang bervisi literasi lingkungan umumnya secara

inklusi terintegrasi ke dalam pelajaran IPA (Chu et al., 2007; Erdogan, Kostova,

Marcinkowski, 2009; Kostova & Vladimirova, 2010; Krnel & Naglic, 2009;

Meagher, 2009; Negev et al., 2008), ada pula yang dikaitkan dengan bidang

kajian sosial (Kostova & Vladimirova, 2010; Karatekin, 2012), atau dapat

dibelajarkan dalam mata pelajaran tersendiri (Krnel & Naglic, 2009). Dengan

segala kelebihan dan kekurangan masing-masing pendekatan, pemerintah dalam

hal ini diharapkan lebih selektif menentukan arah kurikulum pendidikan

lingkungan agar tujuan utamanya yaitu siswa yang berliterasi lingkungan dapat

(14)

Berbagai masukan untuk kurikulum pendidikan lingkungan terintegrasi

antara lain lebih fleksibel, tidak harus terpatok pada buku, melainkan tercakup

pula tentang isu lingkungan yang dipengaruhi sosial (Chu et al., 2007). Kurikulum

pendidikan lingkungan yang selama ini dirasakan terlalu menekankan pada aspek

pengetahuan, seharusnya mendapatkan perbaikan agar dimensi literasi lainnya,

seperti afektif dan perilaku lebih dapat disentuh (Negev et al., 2008). Selain itu,

sebaiknya didukung mealui program pendidikan lingkungan yang memberikan

peluang untuk siswa melakukan tindakan aktif (Chu et al., 2007).

Namun tetap harus dikritisi pula pembelajaran-pembelajaran literasi

lingkungan yang terlalu mengedepankan aspek „behaviour/ perilaku‟,

sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Courtennay & Rogers (Krnel &

Naglic, 2009). Dipaparkannya bahwa kebanyakan aktivitas siswa (mengumpulkan

sampah, memelihara tanaman) dikelola oleh guru, yang diorganisir secara

top-down. Hal ini mengakibatkan kegagalan dalam merubah perilaku siswa, karena

dilandaskan pada paham “behaviorisme”. Padahal pendekatan tersebut sudah lama

ditinggalkan, seharusnya dalam mengubah perilaku siswa, guru mempersiapkan

strategi untuk mengubah cara berpikirnya terlebih dahulu, melalui pengambilan

keputusan yang mengembangkan berpikir kritis dan kompetensi untuk bertindak

(Krnel & Naglic, 2009).

Di sinilah peran guru di kelas menjadi amat penting. Kreativitas dan

inovasi guru tatkala menentukan strategi belajar mengajar ternyata pernah diteliti

mampu mendongkrak literasi lingkungan siswa (Kostova & Vladimirova, 2010).

(15)

menyelidiki, mengevaluasi isu-isu, serta bertanggung jawab atas pembelajaran

mereka sendiri, agar dapat meningkatkan literasi lingkungan siswa (CISDE,

2012). Karena sebagai pendidik kita dapat memberi dampak seumur hidup pada

siswa, dengan memasukkan strategi pendidikan lingkungan ke dalam

pembelajaran, sebab kualitas lingkungan terkait langsung dengan kehidupan

siswa.

Menggarisbawahi hal tersebut, Hungerford & Volk (1990) berpandangan

bahwa literasi lingkungan memiliki karakteristik yang special, oleh sebab itu

strategi yang diterapkannyapun harus khusus pula. Dikatakan istimewa, sebab

literasi lingkungan berfungsi sebagai asesmen dalam pendidikan lingkungan (Chu

et al., 2007; Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009). Di dalam literasi

lingkungan melingkupi komponen-komponen; pengetahuan ekologi (ecological

knowledge), keterampilan kognitif (cognitive skills), sikap (attitude), serta

“tindakan” atau perilaku bertangungjawab terhadap lingkungan (behavior)

(Simmons dalam Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009). Hungerford & Volk

(1990) memperincinya dengan kalimat “karakteristik warga negara yang

bertanggungjawab terhadap lingkungan”, yakni mampu menggunakan

pengetahuan mereka untuk menentukan dan melakukan tindakan yang tepat dalam

memecahkan masalah lingkungan di masyarakat.

Lebih lanjut Hungerford & Volk (Marcinkowski, 2001) mengembangkan

suatu model pembelajaran Investigating and Evaluating Environmental Issue and

Action (IEEIA) yang menawarkan cara agar siswa dapat berpartisipasi dalam

(16)

yang sangat penting dalam pengembangan kewarganegaraan yang

bertanggungjawab terhadap lingkungan, yakni; (1) Perasaan memiliki, terlibat

dalam isu-isu lingkungan, serta (2) Perasaan "berdaya" dalam mencoba untuk

membantu mengatasi masalah lingkungan, dan kedua unsur tersebut dapat

diwujudkan oleh model ini (CISDE, 2012).

Mengutip frase "Berpikir Global Bertindak Lokal", merupakan cara yang

menarik untuk mengingatkan siswa bahwa meski isu lingkungan dihadapkan pada

lingkup global, namun yang paling efektif adalah ditangani di tingkat individu

atau masyarakat sekitar. Siswa mungkin merasa tak berdaya tentang penipisan

ozon global. Tapi mereka bisa merasa diberdayakan, misalnya ketika belajar

bahwa dengan tidak menggunakan beberapa jenis busa plastik/styrofoam, mereka

dapat membantu mengurangi bahan kimia perusak ozon. Ungkapan ini juga

memperkuat betapa pentingnya bagi siswa untuk memeriksa perilaku mereka

sendiri, memahami bagaimana tindakan individu mempengaruhi isu-isu global

(Wood, 1993).

Oleh karena itu perlu kiranya menggabungkan secara selektif

pembelajaran yang tradisional dan inovatif, melalui penggunaan pendekatan,

pengetahuan dan teknik terbaik (Wood, 1993). Salah satu alternatif inovasi yang

dapat dilakukan, yakni melalui implementasi model Investigating and Evaluating

Environmental Issue and Action (IEEIA). Dalam IEEIA, siswa didukung untuk

menganalisis isu-isu lingkungan yang mereka pilih sendiri, mengembangkan

rencana aksinya, serta menjalankan rencana mereka dengan guru yang berperan

(17)

Salah satu aspek dalam penelitian ini diantaranya untuk mengeksplorasi

bagaimana implementasi pembelajaran IEEIA diharapkan mampu membangun

predikat baik bagi literasi lingkungan siswa.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan beberapa masalah penelitian antara lain:

1. Bagaimana literasi lingkungan siswa setelah implementasi model IEEIA?

2. Bagaimana korelasi antar komponen literasi lingkungan siswa (pengetahuan

ekologi, keterampilan kognitif, afektif, dan tindakan nyata perilaku

bertanggungjawab terhadap lingkungan)?

3. Bagaimana pengalaman belajar siswa, saat proses merancang dan

melaksanakan proyek lingkungan yang dilakukan secara demokratis dan

mandiri?

C. Batasan Masalah

Cakupan permasalahan dalam penelitian ini dibatasi agar dapat lebih

menjelaskan dan mengeksplorasi literasi lingkungan siswa melalui implementasi

model pembelajaran IEEIA, sebagai berikut:

1. Penelitian ini dibatasi dalam konteks spesifik, yakni di satu kelas tujuh SMP

semester II, pada materi “Peranan Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan”.

2. Komponen-komponen penyusun literasi lingkungan sesuai dengan kerangka

kerja Simmons, digunakan sebagai kriteria dalam menganalisis status literasi

(18)

Marcinkowski, 2009). Komponen-komponen tersebut dapat dijabarkan

sebagai berikut:

a. Pengetahuan ekologi, yakni pengetahuan dan pemahaman mengenai

konsep-konsep penting dalam ekologi, prinsip serta teori tentang

bagaimana sistem lingkungan bekerja dan interaksinya dengan sistem

sosial, yang diukur menggunakan asesmen standar literasi lingkungan

siswa SMP, Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS).

b. Keterampilan kognitif, yakni kemampuan dalam menganalisis, mensintesis

dan mengevaluasi informasi mengenai isu atau masalah lingkungan, yang

diukur menggunakan asesmen standar literasi lingkungan siswa SMP,

Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS).

c. Afektif Lingkungan, dalam hal ini merupakan faktor dalam diri individu

yang mencerminkan tingkat interpersonal dan tindakan yang akan

dilakukan terhadap masalah atau isu-isu lingkungan, diukur menggunakan

asesmen standar literasi lingkungan siswa SMP, Middle School

Environmental Literacy Survey (MSELS).

d. Tindakan nyata perilaku bertanggungjawab terhadap lingkungan,

mencakup partisispasi aktif dalam pemecahan persoalan lingkungan, juga

termasuk tindakan bertanggungjawab terhadap lingkungan lainnya seperti;

tindakan konsumsi, manajemen lingkungan, tindakan legal, persuasif, dan

tindakan politik, yang diukur menggunakan asesmen standar literasi

lingkungan siswa SMP, Middle School Environmental Literacy Survey

(19)

3. Model pembelajaran Investigating and Evaluating Environmental Issue and

Action (IEEIA) yang dikembangkan oleh Hungerford & Volk (1990)

mencakup tujuh tahapan (CISDE, 2012), antara lain:

a. Pengenalan masalah dan isu lingkungan

b. Pengenalan keyakinan dan nilai terkait kedudukan isu lingkungan

c. Pengenalan strategi investigasi isu lingkungan

d. Mengumpulkan data

e. Menginterpretasi data

f. Melakukan investigasi isu lingkungan

g. Mengembangkan rencana tindakan, dan melakukan tindakan

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi level literasi

lingkungan siswa kelas tujuh SMP yang mengalami pembelajaran dengan model

Investigating and Evaluating Environmental Issue and Action (IEEIA). Dalam

penelitian ini akan diungkap informasi siswa berupa komponen-komponen literasi

lingkungan, yakni; pengetahuan ekologi, keterampilan kognitif, afektif, dan

tindakan bertanggungjawab terhadap lingkungan, serta korelasi antar

komponen-komponen tersebut. Dapat dikatakan penelitian ini bersifat observasi in situ yang

diharapkan dapat menggali bagaimana pendidikan lingkungan yang terintegrasi

dalam Sains mampu berfungsi sebagai suatu konteks pendidikan demokrasi yang

memberdayakan siswa dan memungkinkan mereka mengalami tanggungjawab

(20)

E. Manfaat penelitian

Beberapa hal yang dapat dipetik manfaatnya dari penelitian ini,

diantaranya:

1. Menyediakan informasi mengenai “literasi lingkungan” yang masih jarang

dilakukan evaluasinya terhadap siswa di Indonesia.

2. Menjadi bahan masukan dan diskusi tentang implementasi program model

pembelajaran Investigating and Evaluating Environmental Issue and Action

(IEEIA) yang dinilai cukup berpotensi untuk dapat diaplikasikan dalam ranah

pendidikan lingkungan yang terintegrasi pada kurikulum IPA.

3. Sebagai wacana alternatif dalam hal asesmen pendidikan lingkungan siswa

SMP melalui penggunaan instrumen baku Middle School Environmental

Literacy Instrument/ Survey (MSELI/ S).

4. Berkontribusi mengembangkan bahan ajar yang sesuai syntax model

pembelajaran IEEIA, serta menujukkan betapa masih begitu luasnya ruang

(21)

Fera Maulidya Sukarno, 2014

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain penelitian

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan desain eksperimen lemah

(weak experimental design), dikatakan “lemah” karena tidak dibangun suatu kelas

kontrol terhadap validitas internal. Karena alasan tersebut desain seperti ini sering

diklasifikasikan sebagai non-eksperimen atau pre-eksperimen (Campbell &

Stanley, 1963), yang dikemudian hari dikategorikan sebagai quasi eksperimen

(Campbell & Stanley, 1963).

Meski dalam desain tersebut terdapat sejumlah kemungkinan lain yang

dapat memberikan pengaruh terhadap hasil selain variabel bebas (Fraenkel &

Wallen, 2006), namun tetap digunakan pada penelitian ini. Menimbang

karakteristik dari variabel bebas yang diteliti, yaitu model pembelajaran IEEIA

(Investigating and Evaluating Environmental Issue and Action) merupakan suatu

program pendidikan lingkungan yang cukup panjang, dengan syntax meliputi

tujuh tahapan pembelajaran. Dalam implementasinya dibutuhkan sekitar sembilan

kali pertemuan, ditambah dua pertemuan lainnya dialokasikan untuk pretest dan

posttest. Dengan kondisi tersebut, ditambah keterbatasan peneliti, maka cukup

sulit dilakukan studi dengan menggunakan kelas kontrol. Oleh sebab itu,

penelitian difokuskan pada kondisi pembelajaran siswa dalam satu kelas

(22)

siswanya, interaksi guru-siswa, interaksi antar siswa dalam kelompok, serta

kesulitan yang ditemui selama proses pembelajaran.

Adapun tipe pre-eksperimental yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

one-group pretest-posttest design (Fraenkel & Wallen, 1993). Desain ini

merupakan suatu bentuk rancangan penelitian yang terdiri dari satu kelompok

partisipan yang diobservasi sebelum perlakuan (pretest), kemudian dikenai

perlakuan berupa model pembelajaran Investigating and Evaluating

Environmental Issue and Action (IEEIA) pada materi “Peranan Manusia dalam

Pengelolaan Lingkungan”, setelah itu dilakukan observasi setelah perlakuan

(posttest) atas variabel terikatnya berupa level literasi lingkungan siswa. Pengaruh

dari perlakuan dapat diukur dengan membandingkan rerata skor posttest dari

pretestnya (Dimitrov & Rumrill, 2003).

Dengan bentuk penelitian seperti ini, diharapkan dapat mengevaluasi

kefektifan program IEEIA untuk literasi lingkungan siswa. Meski demikian,

masih terdapat beberapa faktor yang mengancam validitas internal maupun

eksternal dalam desain sederhana ini, seperti; sejarah, kematangan, instrumen,

mortalitas data, pemilihan subjek penelitian, efek pretest, prosedur penelitian

(Dimitrov & Rumrill, 2003). Oleh karena itu, penelitian ini tidak hanya

menyandarkan data informasi dari pretest dan posttest semata, tetapi bahwasanya

penelitian ini bersifat insitu-observation yang merekam setiap detail peristiwa di

kelas dan kelompok siswa selama proses perjalanan yang cukup panjang, dimana

setiap segmen dari tahapan pembelajaran dilakukan observasi. Pembelajaran

(23)

asesmen non-tes pada tiap-tiap tahapannya, maka hal ini dapat mengisi

kelengkapan data/ informasi atas progres yang dialami siswa.

Selain efektifitas program IEEIA bagi peningkatan literasi lingkungan

siswa, menarik juga untuk diteliti lebih jauh komponen literasi lingkungan mana

(Pengetahuan Ekologi, Keterampilan Kognitif, Sikap dan Perilaku terhadap

Lingkungan) yang paling berkembang melalui program IEEIA ini, serta menelisik

hubungan/ korelasi antara komponen tersebut. Selain itu diungkap pula segmen

paling antik dalam pembelajaran IEEIA, yakni adanya tahapan Aksi Lingkungan.

Untuk itu satu ulasan penuh membahas mengenai bagaimana pengalaman belajar

siswa selama proses aksi.

Adapun secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam

penelitian ini digambarkan pada prosedur penelitian (Gambar 3.1.) sebagai

(24)

B.

III. TAHAP ANALISIS DATA DAN PELAPORAN Validity, Curriculum validity) oleh Ahli

(25)

B. Tempat dan Subjek Penelitian

Konteks dalam penelitian ini merupakan satu kelas tujuh sekolah

menengah pertama. Dengan pertimbangan bahwa materi ajar mengenai

lingkungan dalam kurikulum KTSP SMPN 1 Subang untuk IPA terpusat di kelas

tujuh semester II. Penentuan kelas diperoleh dari masukan tim pengajar IPA

sekolah yang bersangkutan berdasarkan karakteristik umum siswanya. Kelas yang

dijadikan sebagai subjek penelitian dinilai sangat berbakat dalam hal kognitif

namun dianggap belum berhasil di tatanan afektif dan perilaku. Sepadan dengan

salah satu tujuan penelitian ini, yakni membangun literasi lingkungan siswa yang

menitik beratkan juga pada komponen afektif serta perilaku bertanggung jawab

terhadap lingkungan, maka pertimbangan tersebut mendasari pemilihan subjek

penelitian.

Rangkaian penelitian berlangsung di SMPN 1 Subang dalam rentang

waktu 30 April–10 Juni 2011. Sekolah tersebut berlokasi di pusat Kabupaten

Subang, Jawa Barat, merupakan sekolah favorit, dengan jumlah rombongan

belajar 24, siswanya berjumlah lebih kurang 700. Subjek penelitian terdiri dari 29

siswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini (18 putra dan 11 putri), namun satu

orang siswa mengalami mortalitas data, disebabkan tidak mengikuti pretest.

Selama penelitian, siswa diimplementasikan model pembelajaran IEEIA

yang melalui ketujuh tahapan, diantaranya; pengenalan masalah dan isu

lingkungan, keyakinan dan nilai terkait kedudukan isu lingkungan, strategi

investigasi isu lingkungan, mengumpulkan data, menginterpretasi data,

(26)

melakukan aksi. Setelah itu diadakan pelaporan atas aksi lingkungan siswa di aula

sekolah berupa presentasi yang dilombakan, dengan disaksikan oleh Badan

Lingkungan Hidup (BLHD Kab.Subang), Kepala Sekolah, Guru-guru, serta siswa

lainnya. Selama proses pembelajaran peran peneliti sebagai guru pengajar,

dibantu oleh dua orang staf sekolah sebagai pengambil gambar dan video. Lembar

Kerja Siswa (LKS), kuisioner, rubrik penilaian presentasi, turut melengkapi

sumber data selain hasil tes Middle School Environmental Literacy Survey

(MSELS).

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel

terikat sebagai berikut:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran

Investigating, Evaluating Environmental Issue and Action (IEEIA).

2. Variabel terikatnya berupa level literasi lingkungan siswa.

Pendekatan dalam penelitian ini sengaja dibuat mirip dengan penelitian

yang dilakukan oleh perumus IEEIA, Volk & Cheak (2003) dimana siswa dapat

lebih terlibat dan berpikir kritis dalam aksi lingkungan di masyarakat. Menilik

dari konteks dalam penelitian ini sebagaimana yang dipaparkan oleh Strauss &

Corbin (dalam Charmatz, 2007) bahwasanya model pembelajaran IEEIA

menunjukkan keterkaitan antara individu, kelompok dan tidak menutup

kemungkinan untuk komunitas yang lebih luas. Untuk itu dalam penelitian ini,

(27)

membangun rencana tindakan aksi bersama siswa, serta melaporkan “roda

kehidupan” selama pembelajaran berlangsung.

Penelitian ini juga menitikberatkan aksi siswa yang berlandaskan pada isu

lingkungan yang diangkat di kelas, disertai kombinasi refleksi diri dan refleksi

secara kolektif, kemudian bagaimana hal ini dapat mempengaruhi kondisi

lingkungan secara lokal.

D. Asumsi Penelitian

1. Literasi lingkungan siswa merupakan tujuan utama dari program

pendidikan lingkungan (Disinger & Roth, Hungerford, Peyton & Wilke,

Iozzi, Leveault, Marcinkowski, Stapp, UNESCO dalam Negev et al.,

2008; Chu et al., 2007; Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009). Menurut

kerangka kerja Simmons, literasi lingkungan terdiri dari

komponen-komponen pengetahuan ekologi, keterampilan kognitif, afektif, dan

perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan. Keempat komponen ini

berperan menentukan level literasi lingkungan siswa (Simmon dalam Chu

et al., 2007; Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009).

2. Level literasi lingkungan siswa dapat diukur melalui alat evaluasi standar

yakni Environmental Literacy Instrument, yang sekaligus berfungsi untuk

mengases keefektifan suatu program pendidikan lingkungan (NAAEE,

2011).

3. Model pembelajaran Investigating, Evaluating Environmental Issue and

(28)

dikembangkan oleh tim perancang Environmental Literacy Instrument itu

sendiri, yang menyentuh komponen-komponen literasi lingkungan secara

menyeluruh dan dibelajarkan begitu sistematis (Hungerford & Volk,

1990). Dengan kata lain, penerapan IEEIA seperti “kunci dan anak kunci”,

dimana dalam setiap tahapannya disesuaikan dengan kriteria pencapaian

literasi lingkungan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen evaluasi yang disarankan oleh ahli dalam mengases literasi

lingkungan adalah kriteria khusus, yang mengacu pada kerangka kerja Simmons,

yakni penggunaan Environmental Literacy Instrument (Negev et al., 2008; Chu et

al., 2007). Bentuk kriteria ini tersedia bagi audiens sesuai tingkatannya, yang

dikhususkan bagi siswa sekolah menengah yaitu MSELI/ S.

Pengumpulan data literasi lingkungan siswa dalam penelitian ini

menggunakan asesmen standar Middle School Environmental Literacy Survey

(MSELS) tersebut. Selain tes tertulis MSELS sebagai instrumen penelitian utama,

dilengkapi pula dengan seperangkat perekam data lainnya, yaitu kuisioner,

sejumlah LKS yang sudah menjadi satu bagian utuh dalam program IEEIA, serta

rubrik penilaian presentasi aksi lingkungan. Instrumen yang digunakan tersebut

dalam pelaksanannya didisain sebagaimana tampak pada Tabel 3.1. berikut:

Tabel 3.1. Rancangan Instrumen

No. Instrumen Bentuk

(29)
(30)

1. Tes Tertulis Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS)

MSELS dirancang untuk mengukur berbagai komponen literasi

lingkungan. Indikator dalam instrumen ini sesuai dengan kerangka kerja Simmons

sebagai kriteria dalam menganalisis level literasi lingkungan (Simmon dalam Chu

et al., 2007; Erdogan et al., 2009).

Tes tertulis MSELS mencakup keseluruhan komponen-komponen literasi

lingkungan, antara lain; komponen pengetahuan ekologi (17 item soal pilihan

ganda), sikap dan kepedulian terhadap lingkungan (27 item jenis skala Likert),

keterampilan dalam memecahkan masalah lingkungan (17 item soal pilihan

ganda), serta perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan (6 item jenis skala

Likert). Sebagai tambahan, 4 item soal pilihan ganda yang mencakup data

demografik. Suatu overview mengenai MSELS dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2.

Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS)

(31)

Lingkungan Kepekaan

Sebelum soal tes MSELS (Middle School Environmental Literacy

Instrument/ Survey) digunakan, terlebih dahulu dilakukan alih bahasa serta

adaptasi terhadap soal tes, mengingat bahasa serta kemungkinan perbedaan

budaya yang tertera dalam naskah tes aslinya. Sedangkan untuk uji validitas

(32)

dinilai baik dalam mengukur literasi lingkungan siswa usia sekolah menengah,

sehingga dijadikan bahan rujukan asesmen atau evaluasi standar untuk literasi

lingkungan di beberapa negara.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan MSELS dengan hanya

menguji validitas kontennya, mengingat keunikan soal MSELS yang cukup sulit

untuk dilakukan uji validitas konstruk dan reliabilitas oleh peneliti sendiri. Oleh

karena itu, referensi “teruji baik” yang khusus menyoroti keabsahan serta

keajegan tes tersebut (Mc Beth, 1997) menjadi landasan bagi peneliti untuk

mengasumsikan bahwa tes MSELS memiliki kualitas yang baik dari segi validitas

dan reliabilitasnya, tentu dalam hal ini pertimbangan ahli masih sangat diperlukan

bagi beberapa penyesuaian terhadap kurikulum, bahasa, dan budaya. Instrumen

tes MSELS untuk mengukur literasi lingkungan siswa SMP dapat dilihat pada

lampiran A.11.

2. Kuisioner

Untuk mendalami pemikiran serta pengalaman siswa terkait isu

lingkungan, selain tes tertulis MSELS, diberikan pula enam pertanyaan berupa

essay dalam kuisioner. Kuisioner ini diilhami dari penelitian disertasi Charmatz

(2007) yang meneliti pula tentang literasi lingkungan siswa. Data kuisioner ini

diambil sebelum dan sesudah perlakuan program IEEIA.

Dari kuisioner tersebut diharapakan dapat melengkapi serta mengungkap

gambaran lebih riil atas kondisi siswa, khusunya sebelum pembelajaran. Karena

(33)

dapat dengan mudah diakses dalam kehidupan sehari-hari siswa, maka kuisioner

ini menjadi penting untuk memotret keterlibatan siswa sebelum dan sesudah

perlakuan.

3. Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan bagian tak terpisahkan dari

program IEEIA. Dalam ketujuh tahapannya, IEEIA menawarkan LKS sebagai

media untuk membatu siswa menganalisis isu lingkungan, mengenalkan pada

mereka nilai-nilai dalam isu lingkungan, juga strategi investigasinya. Bagaimana

kemudian dirancang beberapa LKS yang dianjurkan oleh syntax IEEIA untuk

menginspirasi, menyadarkan siswa untuk berhemat listrik dan air, ikut berperan di

dalamnya, setelah itu mereka mengajak rekan-rekannya yang lain dengan ide-ide

segar mereka. Bentuk LKS beserta rubrik penilaian yang diberikan kepada siswa

dapat dilihat pada lampiran A.9.

4. Rubrik Penilaian Presentasi Aksi Lingkungan

Pada akhir program IEEIA, siswa didorong untuk melakukan aksi

lingkungan, hal ini menjadi klimaks dari serangkaian tahapan model pembelajaran

ini. Untuk mengapresiasi effort siswa tersebut maka model pembelajaran IEEIA

menambahkan suatu agenda “presentasi” atas hasil karya aksi lingkungan siswa.

Seyogyanya ajang presentasi ini memiliki kekuatan layaknya butterfly effect yang

mampu menyentuh, mengajak rekan-rekannya yang belum terlibat untuk ikut

(34)

Dalam penelitian ini, peneliti merancang sebuah even akbar di sekolah

tersebut berkesesuaian dengan momentum hari lingkungan hidup sedunia. Dalam

acara tersebut siswa secara berkelompok diberikan kesempatan untuk

mempresentasikan kegiatan aksi lingkungan pilihan mereka, mengapa mereka

ingin melakukannya, bagaimana hasilnya, kesulitan yang dihadapi, dan sekelumit

proses pembelajaran yang mereka dapat petik dari aksi tersebut. Untuk mengases

presentasi ini, didisain sebuah rubrik penilaian yang dirumuskan oleh peneliti

bersama dewan juri dari Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kab. Subang,

Rubrik penilaian presentasi terdiri dari tujuh kategori bagi masing-masing

kelompok, seperti identifikasi isu lingkungan, kolaborasi, pemecahan masalah,

dsb, yang tiap-tiap kategori tersebut memiliki poin 1 (poin terendah) - 4 (poin

tertinggi), sehingga total nilai tertinggi yang dapat diperoleh sebanyak 28 poin.

Rubrik penilaian aksi lingkungan dapat dilihat pada lampiran A.10.

F. Prosedur Penelitian

Dalam pelaksanaannya, penelitian ini menempuh beberapa tahapan

prosedur penelitian. Berikut deskripsi alur penelitian yang menjadi acuan dalam

penelitian ini.

1. Tahap Persiapan

Sebelum implementasi pembelajaran dilakukan di kelas, banyak hal yang

perlu dipersiapkan untuk menyokong terlaksananya penelitian, bahkan dapat

dikatakan pada tahapan ini betul-betul membutuhkan waktu serta energi yang

(35)

peneliti terdorong untuk menjadikan pembelajaran IPA sebagai sarana edukasi

lingkungan, untuk itu kemudian dilakukanlah penelusuran serta analisis-sintesis

terhadap sejumlah jurnal-jurnal internasional mengenai istilah “literasi

lingkungan”, yang tak lain merupakan tonggak tujuan atas pendidikan lingkungan.

Dari proses penelusuran tersebut ditemukan keberadaan asesmen baku terhadap

literasi lingkungan siswa sekolah menengah yang banyak diteliti secara luas di

beberapa Negara, yakni Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS).

Setelah itu peneliti menentukan fokus penelitian pada pemecahan masalah, berupa

model pembelajaran yang diklaim sesuai dan secara khusus diunggulkan untuk

membangun literasi lingkungan tapi belum banyak dibahas di Indonesia, yakni

program IEEIA.

Untuk mendukung terwujudnya penelitian ini, amat perlu dilakukan juga

penyesuaian terhadap kurikulum di Negara kita, apakah dapat diimplementasikan

atau tidak. Karenanya peneliti melakukan analisis terhadap kurikulum IPA SMP

yang termaktub dalam BSNP, yang ternyata rumusan tujuan pemebelajaran serta

indikatornya dapat matched dengan materi pembelajaran “Peranana Manusia

terhadap Lingkungan” yang dibelajarkan di kelas VII semester kedua dalam

kurikulum KTSP SMPN 1 Subang.

Demi untuk memenuhi kelengkapan prosedur penelitian, maka dilakukan

pula analisis konsep mengenai “Peranan Manusia terhadap Lingkungan” yang

diambil dari referensi Cambridge. Seperti kita ketahui konsep ini cenderung

umum dan bersifat pengetahuan populer, sehingga referensi dari luar tersebut

(36)

Dari analisis konsep inilah yang kemudian dilahirkan media-media pembelajaran

seperti power point slides, LKS, serta bahan ajar secara keseluruhan. Untuk bahan

ajar, peneliti merumuskannya secara teknis bahkan dapat dikatakan sangat detail

mengenai kegiatan pembelajaran, dapat dilihat pada lampiran A.7.

Selanjutnya peneliti melaksanakan bimbingan penyusunan proposal,

seminar proposal, serta mempersiapkan surat-surat perizinan untuk melakukan

observasi ke sekolah. Hal penting lainnya dalam penelitian ini adalah kesiapan

instrumen penelitian. Selain tes tertulis MSELS dialih bahasa dan diadaptasi

kemudian memperoleh judgement dari ahli untuk content validity dan curriculum

validity, juga disusun kuisioner, LKS, serta rubrik penilaian presentasi aksi

lingkungan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahapan ini dilakukan implementasi model pembelajaran

Investigating, Evaluating Environmental Issue and Action (IEEIA) pada satu kelas

perlakuan. Model pembelajaran ini terdiri dari tujuh tahapan, ditambah dengan

waktu khusus untuk pretest dan posttest. Dalam penelitian ini menghabiskan

waktu cukup panjang, berlangsung mulai tanggal 27 April sampai dengan 10 Juni

2013. Adapun pembelajaran IPA terjadwal tiga jam dalam seminggu, yang tiap

minggunya terbagi ke dalam dua kali pertemuan.

(37)

a. Pengajuan permohonan izin penelitian kepada pihak sekolah, juga

dilakukan konsolidasi dengan guru IPA serta staf sekolah yang amat

dibutuhkan bantuannya terhadap kelangsungan penelitian ini.

b. Menentukan subjek penelitian (siswa yang akan diberi perlakuan model

pembelajaran IEEIA pada materi Peranan Manusia terhadap Lingkungan).

Penentuan siswa berdasarkan pada hasil musyawarah guru pengajar IPA

sekolah yang bersangkutan, dengan dilatarbelakangi oleh harapan besar

pihak sekolah untuk menjadikan siswa di kelas unggulannya menjadi

penggerak dalam aktivitas lingkungan. Tetapi kondisi riil yang ditemui

ternyata sebaliknya, siswa yang dianggap kelas terbaik ini sama sekali

belum mencerminkan sikap peduli, mereka cenderung acuh terhadap rekan

apalagi lingkungan. Sejalan dengan itu, sekolah mengharapkan dari hasil

penelitian ini dapat merubah sikap perilaku siswa menjadi agen peubah

yang berpartisipasi aktif dalam isu lingkungan sekolah.

c. Training motivasi kepada subjek penelitian (siswa) dari peneliti mengenai

keikutsertaannya dalam penelitian sedikit banyak akan memberikan

manfaat bagi mereka, menambah wawasan serta pengalaman menarik

terkait isu lingkungan. Peneliti juga menjamin tidak akan mengganggu

roda pembelajaran, karena penelitian dirancang untuk sesuai dengan

kurikulum jadwal kalender pendidikan sekolah.

d. Permohonan izin orang tua siswa dalam mengikutsertakan putra-putrinya

untuk mengikuti rangkaian penelitian dan tes. Orang tua sebelumnya

(38)

memberikan pilihan untuk membolehkan atau tidak kepada putr-putrinya

sebagai partisipan penelitian, kemudian ditandatangani. Dalam surat

tersebut peneliti juga memaparkan secara general perihal penelitian,

tujuan dari penelitian, dan menjamin kerahasiaan data putra-putrinya.

e. Melakukan pretest dengan menggunakan tes MSELS untuk mengetahui

level literasi lingkungan siswa.

f. Memberikan kuisioner mengenai pemikiran dan keterlibatan siswa terkait

lingkungan.

g. Mengimplementasikan model pembelajaran IEEIA pada materi “Peranan

Maanusia terhadap Lingkungan” yang terdiri dari tujuh tahapan

pembelajaran, menggunakan acuan bahan ajar yang telah dibuat.

h. Menyelenggarakan even presentasi aksi lingkungan yang dikemas menarik

sehingga dapat menjadi ajang promosi peduli lingkungan di sekolah.

Penting kiranya juga untuk memberikan penghargaan atas hasil kerja keras

siswa selama proses pembelajaran yang berujung pada presentasi aksi,

karenanya itu momen ini patut untuk „dirayakan‟. Dalam kesempatan

tersebut peneliti berusaha melakukan lobi dengan Kepala Daerah untuk

turut mengapresiasi aksi peduli lingkungan siswa.

i. Melakukan posttest, dengan kembali menggunakan tes MSELS.

j. Memberikan kuisioner lingkungan, sama seperti yang diberikan sebelum

pembelajaran.

(39)

Setelah implementasi model pembelajaran Investigating, Evaluating

Environmental Issue and Action (IEEIA ) pada siswa SMP untuk materi Peranan

Manusia terhadap Lingkungan selesai, lalu data yang diperlukan juga telah

terkumpul, selanjutnya tahapan yang dilakukan yakni pengolahan data hasil

penelitian sekaligus menyusun laporan penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tes

tertulis MSELS, kuisioner, serta rubrik penilaian LKS dan aksi lingkungan. Data

primer berupa tes tertulis pilihan ganda MSELS yang menghasilkan data

kuantitatif, dimana hasilnya menggambarkan secara menyeluruh perolehan siswa

atas komponen-komponen literasi lingkungan, seperti; komponen pengetahuan

ekologi, keterampilan kognitif, afektif dan perilaku bertanggung jawab terhadap

lingkungan.

Data pendukung lainnya yaitu kuisioner, bermanfaat merekam

pernyataan-pernyataan siswa yang mendeskripsikan kepedulian mereka terhadap lingkungan.

Data kualitatif dari kuisioner ini dirasakan sangat membantu peneliti untuk

menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi dalam proses pembelajaran.

Sedangkan rubrik penilaian untuk aksi lingkungan merupakan asesmen tersendiri

yang menonjolkan kekuatan program IEEIA, yakni penekanan model

pembelajaran ini pada aksi lingkungan. Rubrik penilaian ini bersifat collective

(40)

lingkungan. Secara keseluruhan teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel

Pengetahuan ekologi Tes tertulis MSELS

Dilakukan pada awal dan akhir

pembelajaran

Keterampilan kognitif Tes tertulis MSELS

Kinerja siswa Lembar Kerja

Siswa

Setelah model pembelajaran IEEIA diimplementasikan, maka diperoleh

(41)

pengolahan data merujuk pada data yang terkumpul dan rumusan masalah yang

terdapat pada Bab I.

I. Data Kualitatif

Data kualitatif yang dihimpun dalam penelitian ini berupa data

demografik, seperti; usia, gender, suku (tertera pada soal MSELS Bagian I:

Biodata), serta pernyataan siswa dalam kuisioner mengenai pemikiran serta

keterlibatan siswa terhadap lingkungan. Data kualitatif lainnya yakni juga sederet

aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang dihimpun menjadi hasil kinerja

siswa berupa pengerjaan LKS, yang dapat memvisualisasikan progres siswa

selama pembelajaran. Sementara beberapa hasil wawancara dengan siswa selama

presentasi aksi lingkungan serta komentar dewan juri juga menjadi bahan

masukan yang berharga serta melengkapi data kualitatif ini.

1. Data Demografik

Asesmen Literasi MSELS menyediakan suatu ruang khusus bagi

terjaringnya data demografik siswa, yaitu Bagian I mengenai Biodata. Jumlah soal

tentang data demografik sebanyak empat butir, diantaranya menghimpun tentang

usia, kelas, jenis kelamin, dan suku.

Peneliti sengaja tidak menghilangkan bagian biodata ini karena jika

demikian akan mengubah susunan soal dan pembobotannya. Selain itu, sedikit

banyak data tersebut akan dapat memberi masukan berharga terkait hasil

(42)

gambaran umum, siswa melaporkan data dirinya seperti yang disajikan dalam

Tabel 3.4. berikut:

Tabel 3.4.

Data Demografik Siswa

Demografik N %

Usia:

a. 11 tahun atau lebih muda - 0%

b. 12 tahun 13 46,429%

c. 13 tahun 15 53,571%

d. 14 tahun - 0%

e. 15 tahun atau lebih - 0%

Gender:

a. Perempuan 10 35,714%

b. Laki-laki 18 64,286%

Suku:

a. Sunda 22 78,571%

b. Jawa 3 10,714%

c. Sumatera 3 10,714%

d. lainnya - 0%

J. Data Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa hasil tes tertulis MSELS yang

menjaring data pretest dan posttest, data tersebut mampu mengeksplorasi aspek;

pengetahuan ekologi, keterampilan kognitif, afektif, serta perilaku bertanggung

jawab siswa yang dikuantifikasi. Data ini kemudian dapat dianalisis baik secara

parsial maupun holistik (yang tergabung menjadi level literasi lingkungan siswa).

Sementara itu, rerata pretest-posttest keduanya diperbandingkan sehingga

dihasilkan skor gain (perubahan rerata posttest terhadap rerata pretest). Hasil

analisis data kuantitatif ini dapat mengases efektivitas program IEEIA yang

tercermin dari peningkatan literasi lingkungan siswa.

(43)

Konsep dasar dari uji normalitas adalah membandingkan distribusi data

(yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Uji ini digunakan

untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Jika data

berdistribusi normal maka analisis dilakukan dengan metode parametrik.

Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini diberikan terhadap data

pretest dan posttest MSELS yang mengukur level literasi lingkungan siswa. Uji

normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov pada program komputer

Statistical Package for Social Science (SPSS) windows versi 16.0.

Kriteria penentuan normal tidaknya suatu data pada uji normalitas yang

dikenakan pada data pretest dan posttest MSELS, yaitu data dikatakan mengikuti

distribusi normal jika harga sig hasil perhitungan lebih besar dari 0,05. Artinya

tidak ada perbedaan yang signifikan antara distribusi skor empirik dengan

distribusi skor hipotetik, dengan kata lain sebaran normal.

Hasil perhitungan uji normalitas data pretest MSELS untuk literasi

lingkungan disajikan pada Tabel 3.5. dilengkapi dengan visualisasi Q-Q Plotnya

(gambar 3.2.). Perhitungan uji normalitas data pretest MSELS dapat dilihat pada

lampiran C.1.

Tabel 3.5.

Hasil Uji Normalitas Data Pretest MSELS (Literasi Lingkungan)

N Probabilitas Pretest

Signifikansi

= 0,05 Keterangan

(44)

Gambar 3.2. Q-Q Plot Pretest

Sedangkan untuk hasil perhitungan uji normalitas data posttest MSELS

literasi lingkungan disajikan pada Tabel 3.6. desertai dengan visualisasi Q-Q Plot.

Perhitungan uji normalitas data posttest MSELS dapat dilihat pada lampiran C.1.

Tabel 3.6.

Hasil Uji Normalitas Data Posttest MSELS (Literasi Lingkungan)

N Probabilitas Posttest

Signifikansi

= 0,05 Keterangan

28 0,200 0,200 > 0,05 Data Berdistribusi Normal

(45)

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji apakah dua atau lebih

kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama

atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis uji t-dependen.

Asumsi yang mendasarinyadalah bahwa varian dari populasi adalah sama.

Uji homogenitas yang dilakukan dalam penelitian ini dikenakan kepada

data pretest dan posttest MSELS yang mengukur level literasi lingkungan siswa.

Uji homogenitas menggunakan Lavene dengan bantuan program komputer

Statistical Package for Social Science (SPSS) windows versi 16.0.

Adapun sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05,

maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah

sama. Hasil perhitungan uji homogenitas data pretest dan posttest MSELS untuk

literasi lingkungan disajikan pada Tabel 3.7. Perhitungan uji homogenitas data

pretest-posttest MSELS dapat dilihat pada lampiran C.2.

Tabel 3.7.

Hasil Uji Homogenitas Data Posttest-Posttest MSELS (Literasi Lingkungan)

Jumlah Data Probabilitas Signifikansi

= 0,05 Keterangan

56 (data pretest

dan posttest) 0,930 0,930 > 0,05 Data Homogen

3. Uji t-dependen

Meninjau hasil uji normalitas dan uji homogenitas data pretest dan posttest

(46)

normal dan homogen. Maka selanjutnya, secara parametrik data dapat dianalisis

dengan statistik inferensi yang menguji hipotesis penelitian.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan melalui uji t-dependen

(paired t-test). Uji t-dependen (paired t-test) merupakan salah satu metode

pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri

yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu

(subjek penelitian) dikenai dua buah perlakuan yang berbeda. Walaupun dalam

penelitian ini menggunakan individu yang sama, peneliti tetap memperoleh dua

macam data sampel, yaitu data dari perlakuan pertama (pretest) dan data dari

perlakuan kedua (posttest).

Uji t-dependen yang dilakukan dalam penelitian ini diberikan kepada data

pretest dan posttest MSELS. Dari hasil uji t-dependen (beda rerata) diperoleh

suatu nilai probabilitas, yang tafsirannya dapat dijadikan kesimpulan dari data

pretest dan posttest literasi lingkungan. Perhitungan uji t-dependen menggunakan

bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) windows versi

16.0. Hasil perhitungan uji t-dependen untuk data pretest dan posttest MSELS

akan dibahas pada Bab IV. Perhitungan uji t-dependen data pretest-posttest

MSELS dapat dilihat pada lampiran C.3.

4. Rerata Skor Gain

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu perlakuan program

(47)

perbandingan antara rerata skor pretest dan rerata skor posttest, perubahan yang

terjadi (gain) dapat menggambarkan efektivitas model IEEIA.

Gain yang diukur pada satu kelas eksperimen dinotasikan oleh Hake

(2002) sebagai <g> yang artinya rerata gain ternormalisasi, hal ini didefinisikan

sebagai rerata gain sesungguhnya (<Gain>) dibagi dengan kemungkinan rerata

gain maksimum (<Gain> maks.), atau dirumuskan sebagai berikut:

<g> = <Gain> / <Gain> maks……….… (2a)

<g> = (<posttest> <pretest>) / (skor maks. <pretest>)………… (2b)

Dimana <posttest> merupakan tes akhir sedangkan <pretest> adalah tes

awal sebelum perlakuan. Perhitungan uji N Gain data posttest MSELS dapat

dilihat pada lampiran C.5.

Kriteria hasil perhitungan rerata gain ternormalisasi dapat dilihat pada

Tabel 3.8.

Tabel 3.8.

Kriteria Rerata Gain Ternormalisasi <g>

<g> Kriteria

g 0,7 Tinggi

0,3 g< 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

5. Analisis Korelasi

Dalam penelitian ini, menarik kiranya jika dilakukan pengujian hubungan/

(48)

keterampilan kognitif, sikap dan perilaku terhadap lingkungan, untuk

mengklarifikasi dimana letak permasalahan pendidikan lingkungan sesungguhnya.

Setelah itu dapat dilanjutkan dengan solusi pembenahan, untuk memulai, menata,

dan mungkin merubah mindset atau pola pembelajaran berbasis lingkungan.

Tujuan analisis korelasi tak lain untuk menguji apakah di antara dua

variabel terdapat hubungan yang signifikan; dan jika terdapat hubungan,

bagaimana arah hubungan dan seberapa besar/ kuat hubungan tersebut (Santoso,

2012). Namun analisis korelasi tidak mampu menunjukkan sebab akibat (Fraenkel

& Wallen, 2006).

Secara teori, angka korelasi mempunyai interval -1 sampai +1. Tanda (+)

dan (-) menunjukkan arah hubungan berbanding lurus atau terbalik. Adapun

Kriteria koefisien korelasi (Sarwono, 2006) ditunjukkan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9.

Kriteria Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi Indikasi Hubungan

Antar Variabel

0 Tidak ada korelasi antara dua variabel

> 0 – 0,25 Korelasi sangat lemah

> 0,25 – 0,5 Korelasi cukup

> 0,5 – 0,75 Korelasi kuat

> 0,75 – 0,99 Korelasi sangat kuat

1 Korelasi sempurna

Analisis korelasi yang dilakukan dalam penelitian ini hanya dilakukan

diberikan kepada data posttest MSELS. Dari hasil uji korelasi diperoleh suatu

nilai probabilitas, yang tafsirannya dapat dijadikan kesimpulan dari hubungan

(49)

menggunakan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS)

windows versi 16.0. Hasil perhitungan korelasi untuk data posttest MSELS

dibahas lebih mendalam di Bab IV. Perhitungan uji korelasi tiap-tiap komponen

(50)

Fera Maulidya Sukarno, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pembelajaran model Investigating, Evaluating Environmental Issue and

Action (IEEIA) pada materi “Peranan Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan”

dinilai mampu mengakomodir seluruh komponen literasi lingkungan, yang

merupakan tujuan utama pembelajaran pendidikan lingkungan. Dengan syntax

yang terdiri dari tujuh tahapan pembelajaran secara sistematis, sangat disesuaikan

dengan pola asesmen standar literasi lingkungan, Middle School Environmental

Literacy Survey (MSELS).

Parameter efektifitas pembelajaran IEEIA dalam penelitian ini diukur

berdasarkan peningkatan (gain) skor literasi lingkungan antara sebelum perlakuan

(pretest MSELS) dan sesudah perlakuan (posttest MSELS). Untuk rentang skor

literasi lingkungan 0-240, terjadi peningkatan perolehan skor setelah implementasi

model IEEIA (183,69; kategori tinggi) dibandingkan dengan sebelum

implementasi (178,41; kategori tinggi), dengan kriteria gain rendah (0,086).

Dalam melengkapi sumber data, telah disediakan instrumentasi lain yang

mengases model IEEIA selain nilai gain tes MSELS, seperti; Kuisioner

Lingkungan, Rubrik Penilaian LKS, serta Presentasi Aksi Lingkungan.

Penentuan level literasi lingkungan merupakan hal kompleks, penyatuan

(51)

lingkungan, harus juga dilakukan penelaahan secara parsial dari masing-masing

komponen tesebut. Dengan rentang skor 0-60 untuk masing-masing komponen,

hasil MSELS menunjukkan; Komponen Pengetahuan Ekologi memperoleh

posttest (51,81; kategori tinggi), meningkat berbeda signifikan dari pretest (48,28;

kategori tinggi); Komponen Keterampilan Kognitif menghasilkan posttest

(44,56; kategori tinggi), mengalami peningkatan dibandingkan pretest (43,60;

kategori tinggi); Komponen Afektif Lingkungan memperoleh nilai posttest

(43,65; kategori sedang), meningkat dari pretestnya (42,46; kategori sedang);

Komponen Perilaku Bertanggung jawab terhadap Lingkungan mengalami

sedikit penurunan pada hasil posttest (43,68; kategori sedang), dari pretest (44,07;

kategori sedang).

Hasil skor pretest literasi lingkungan yang sudah tinggi, mendapat

sumbangan poin dari komponen Pengetahuan Ekologi dan komponen

Keterampilan Kognitif. Faktor-faktor yang ditengarai menjadi penyebabnya,

antara lain: (1) Subjek penelitian merupakan siswa di kelas unggulan, (2)

Sebagian konsep lingkungan telah dibelajarkan di semester sebelumnya pada

materi Ekosistem. Meski demikian hal ini sejalan dengan aplikasi model IEEIA,

sebab program ini berfokus pada Pengelolaan Lingkungan, dan dapat dimulai jika

siswa telah memperoleh pengetahuan prasyarat materi Ekosistem.

Terjadinya “penurunan” skor posttest untuk komponen Perilaku

Bertanggung jawab terhadap Lingkungan terkait dengan “penurunan” pada

variabel soal Bagaimana Pemikiran Anda tentang Lingkungan (keduanya

(52)

melalui kuisioner dan LKS, bahwa pada awalnya (saat pretest) siswa merasa

sangat yakin telah melakukan penyelamatan lingkungan secara optimal, namun

setelah diinvestigasi selama pembelajaran, siswa menemukan bahwa ternyata

mereka belum terbiasa melakukannya. Dapat dikatakan siswa mengalami

“kesadaran diri” dan melakukan perubahan standar terhadap posttest

dibandingkan dengan pada saat pretest. Sedangkan esensi dari perilaku

bertanggung jawab siswa, sesungguhnya mengalami kemajuan yang memuaskan (terekam dalam kuisioner, Rubrik Penilaian LKS, serta Aksi

Lingkungan). Hal ini mengindikasikan bahwa instrumen MSELS yang berupa tes

tertulis masih memiliki kelemahan dalam memotret nyata aspek sikap dan

perilaku siswa.

Dalam penelitian ini juga dilakukan analisa korelasi antar komponen

penyusun literasi lingkungan. Hasilnya diperoleh bahwa:

(1) komponen Pengetahuan Ekologi tidak mengindikasikan adanya hubungan

positif selain dengan komponen Keterampilan kognitif, itupun dianggap sangat

lemah (0,061); (2) Komponen Keterampilan kognitif mengindikasikan hubungan

yang tidak signifikan dengan komponen manapun; (3) Antara komponen Afektif

dan komponen Perilaku Bertanggung jawab terhadap Lingkungan (0,560)

mengindikasikan hubungan kuat yang signifikan. Dengan demikian diperoleh

gambaran bahwasanya perilaku tidaklah dipengaruhi oleh pengetahuan

lingkungan, melainkan lebih dipengaruhi oleh sikapnya terhadap lingkungan.

Pembelajaran model Investigating, Evaluating Environmental Issue and

(53)

mengenai lingkungan. Meskipun tidak sempurna, namun IEEIA dinilai mampu

“memantik” kesadaran lingkungan siswa untuk tidak sekedar “lip service” dalam

beretika lingkungan, tapi sekaligus melakukan aksi nyata bertanggung jawab

terhadap lingkungan, bukan saja secara individu melainkan menggerakkan

responsibilitas di dalam komunitasnya.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang implementasi model

pembelajaran Investigating, Evaluating Environmental Issue and action (IEEIA)

untuk mengembangkan literasi lingkungan siswa SMP, peneliti menyarankan

hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Investigating, Evaluating

Environmental Issue and Action (IEEIA) terhadap literasi lingkungan siswa

dengan lebih sound, perlu dilakukan penelitian serupa menggunakan desain

lebih kuat, yang menyertakan kelas kontrol.

2. Jika dalam penelitian ini model IEEIA diaplikasikan pada kelas pembelajar

cepat, maka ke depan dapat dicoba untuk diimplementasikan pada kelas

dengan pembelajar sedang, lambat atau kelas reguler.

3. Pada penelitian ini, untuk variabel soal Identifikasi Isu (MSELS) siswa masih

mengalami kesulitan, karena dalam pengerjaannya diperlukan skill literasi

membaca. Mengatasi hal tersebut, seyogyanya seluruh guru mata pelajaran

harus bekerjasama dan concern mendorong minat baca siswa, agar

(54)

4. Dalam penelitian ini ditemukan model IEEIA belum dapat memback-up

variabel soal Anda dan Kepekaan Lingkungan (MSELS), karena 50% item

soalnya mempertanyakan frekuensi aktivitas outdoor siswa, seperti; hiking,

camping, dan pengamatan burung. Untuk itu perlu diracik fieldtrip study

sebagai enrichment IEEIA.

5. Meski MSELS telah diakui sebagai asesmen standar untuk mengukur literasi

lingkungan siswa, namun penggunaan portofolio serta asesmen kinerja tetap

sangat diperlukan, karena lebih dapat merekam secara autentik esensi sikap

dan perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan dalam keseharian siswa.

6. Masih terbuka ruang eksplorasi bagi analisis validitas konstruk dan reliabilitas

terhadap asesmen standar literasi lingkungan Middle School Environmental

Literacy Survey (MSELS).

7. Perlu diungkap analisa korelasi gender terhadap literasi lingkungan, yang

belum digali dalam penelitian ini.

8. Cukup menarik jika dilakukan survey skala besar untuk literasi lingkungan

siswa.

9. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan payung kurikulum KTSP SMPN 1

Gambar

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian
Tabel 3.1. Rancangan Instrumen
Tabel 3.2. Middle School Environmental Literacy Survey
Tabel 3.3. Teknik Pengumpulan Data
+4

Referensi

Dokumen terkait