PERAN PROGRAM SEKOLAH DEMOKRASI DALAM MEMBINA
CIVIC PARTICIPATION PESERTA DIDIK
(Studi Deskriptip Analitik terhadap Program Sekolah Demokrasi, LSM PEREKAT
Demokrasi, Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh :
Muhammad Yunus Maulana 1 0 0 6 4 4 5
JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PERAN PROGRAM SEKOLAH DEMOKRASI DALAM MEMBINA
CIVIC PARTICIPATION PESERTA DIDIK
(StudiDeskriptipAnalitikterhadap Program SekolahDemokrasi, LSM PEREKAT Demokrasi, Tangerang Selatan)
Oleh
Muhammad Yunus Maulana
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada FakultasPendidikandanIlmuPengetahuanSosial
© Muhammad Yunus Maulana2014 Universitas Pendidikan Indonesia
April 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
PERAN PROGRAM SEKOLAH DEMOKRASI DALAM MEMBINA
CIVIC PARTICIPATION PESERTA DIDIK
(StudiDeskriptipAnalitikterhadap Program SekolahDemokrasi, LSM PEREKAT Demokrasi, Tangerang Selatan)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEHPEMBIMBING:
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M.Pd
NIP. 19590714 198601 1 001
Pembimbing II
Prof. Dr. H. A. AzisWahab, M. A.
NIP. 19430401 196709 1 001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed
Panitiaujianterdiridari : 1. Ketua
Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si.
NIP. 19700814 199402 1 001
2. Sekertaris
Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed.
NIP. 196308021988031001
3. Penguji : Penguji I
Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si.
NIP. 19620316 198803 1 003
Penguji II
Dr. Prayoga Bestari, M.Si.
NIP. 19750414 200501 1 001
Penguji III
Dr. Hj. KomalaNurmalina, M.Pd.
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Maulana Muhammad Yunus. , 2014. The Role of SouthTangerang Democracy School Program in Cultivating Civic Participation (an Analytical
Descriptive through, democracy school program, NGO PEREKAT Demokrasi, South Tangerang)
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN PENULIS LEMBAR HAK CIPTA
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 12
E. Penjelasan Istilah ... 13
F. Asumsi Dasar Penelitian ... 16
G. Metodologi Penelitian ... 17
H. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 19
I. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 27
BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 28
A. Pendidikan Kewargenegaraan ... 28
1. Pengertian Pendidikan Kewargenegaraan ... 28
2. Pendidikan Kewargenegaraan sebagai Pendidikan Demokrasi ... 35
B. Civic Perticipation ... 41
1. Pengertian Civic Participation ... 41
2. Unsur-unsur dalam Civic Participation ... 43
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Bentuk Kegiatan Pendidikan Civic Participation ... 56
C. Sejarah, Tujuan dan Sasaran Sekolah Demokrasi……. ... 61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 62
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 62
1. Pendekatan Penelitian ... 62
2. Metode Penelitian ... 63
B. Teknik Pengumpulan Data ... 65
1. Observasi Kualitatif ... 65
2. Wawancara Kualitatif... 66
3. Studi Dokumentasi ... 67
4. Studi Literatur ... 67
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 68
1. Lokasi Penelitian ... 68
2. Subjek Penelitian ... 68
D. Tahap Penelitian ... 70
1. Persiapan Penelitian ... 70
2. Perizinan Penelitian ... 70
3. Pelaksanaan Penelitian ... 71
4. Pengolahan dan Analisis data ... 71
5. Penyusunan Laporan ... 71
E. Validitas Data ... 67
1. Memperpanjang Masa Observasi... 72
2. Mengadakan Member Check ... 72
3. Triangulasi ... 73
F. Tahap Analisis Data ... 73
1. Data Reduction (Reduksi Data) ... 74
2. Data Display (Penyajian Data) ... 74
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 76
A. Deskripsi Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 76
1. Sejarah Lahirnya Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 76
2. Tujuan dan Sasaran Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 77
3. Struktur Pengelola Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 79
4. Daftar Peserta Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan Tahun 2011-2013 ... 79
5. Tahapan Seleksi Peserta Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 86
6. Kurikulum dan Program Pembinaan di Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 89
7. Aturan Peserta Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 95
B. Deskripsi Hasil Penelitian... 98
1. Deskripsi Hasil Wawancara ... 98
2. Deskripsi Hasil Studi Dokumentasi ... 148
3. Deskripsi Hasil Observasi... 158
C. Analisis Hasil Penelitian ... 164
1. Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan dalam Membina Civic Participation ... 164
2. Pengembangan Kurikulum dalam Pembinaan Civic Participation Peserta Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 183
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Permasalahan yang Dihadapi Selama Pembinaan
Civic Participation pada Program Sekolah
Demokrasi Tangerang Selatan ... 205
5. Penanggulangan Permasalahan yang Dilakukan Selama Proses Pembinaan Civic Participation pada Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 208
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 213
A. Kesimpulan ... 213
1. Kesimpulan Umum ... 213
B. Saran ... 216
1. Bagi Pemerintah Kota Tangerang Selatan... 216
2. Bagi Pengurus Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 217
3. Bagi Jurusan Pendidikan Kewargenegaraan FPIPS UPI ... 218
4. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 218
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 4.1. Tahapan Seleksi Peserta
Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 87
2. Gambar 4.2. Kegiatan Kelas, Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 159
3. Gambar 4.3. Kegiatan TalkShow Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 161
4. Gambar 4.4. Kegiatan Inisiasi Peserta Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 162
5. Gambar 4.5. Skema Pelaksanaan Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 167
6. Gambar 4.6. Hierarki Kurikulum Program Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 184
DAFTAR TABEL 1. Tabel 1.1. Ketrampilan Kewarganegaraan : Komponen Ketrampilan Partisipasi ... 25
2. Tabel 2.1. Bentuk-bentuk Partisipasi ... 34
3. Tabel 2.2. Pola Hubungan Ornop dan Negara ... 52
4. Tabel 4.1. Pengelola Program Sekolah Demokrasi Tnggerang Selatan ... 79
5. Tabel 4.2. Daftar Peserta, Tahun 2011 ... 80
6. Tabel 4.3. Daftar Peserta, Tahun 2012 ... 82
7. Tabel 4.4. Daftar Peserta, Tahun 2013 ... `84
8. Tabel 4.5. Program Inclass Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 92
9. Tabel 4.6. Program Outclass Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 93
10.Tabel 4.7. Reduksi Hasil Wawancara Alasan Pembinaan Civic Participation ... 100
11.Tabel 4.8. Reduksi Hasil Wawancara, Pembinaan Kemampuan Interaksi... 101
12.Tabel 4.9. Reduksi Hasil Wawancara, Pembinaan Kemampuan Interaksi... 103
13.Tabel 4.10. Reduksi Hasil Wawancara, Pembinaan Kemampuan Interaksi ... 104
14.Tabel 4.11. Reduksi Hasil Wawancara, Pembinaan Kemampuan Interaksi ... 106
15.Tabel 4.12. Reduksi Hasil Wawancara, Pembinaan Kemampuan Monitoring... 108
16.Tabel 4.13. Reduksi Hasil Wawancara, Pembinaan Kemampuan Monitoring... 109
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pembinaan Kemampuan Mempengaruhi Proses Politik ... 113 19.Tabel 4.16. Reduksi Hasil Wawancara,
Pembinaan Kemampuan Mempengaruhi Proses Politik ... 115 20.Tabel 4.17. Reduksi Hasil Wawancara,
Pembinaan Kemampuan Mempengaruhi Proses Politik ... 116 21.Tabel 4.18. Reduksi Hasil Wawancara,
Pembinaan Kemampuan Mempengaruhi Proses Politik ... 118 22.Tabel 4.19. Reduksi Hasil Wawancara,
Pembinaan Kemampuan Mempengaruhi Proses Politik ... 120 23.Tabel 4.20. Reduksi Hasil Wawancara,
Alasan Pembentukan Kurikulum ... 123 24.Tabel 4.21. Reduksi Hasil Wawancara,Keberadaan Konten Pembinaan
Civic Participation dalam Kurikulum ... 124 25.Tabel 4.22. Reduksi Hasil Wawancara, Bentuk Pembinaan Civic Participation Yang Tertera dalam Kurikulum ... 126 26.Tabel 4.23. Reduksi Hasil Wawancara, Sasaran Program Sekolah Demokrasi
Berdasarkan Kurikulum ... 128 27.Tabel 4.24. Reduksi Hasil Wawancara, Sumbangsih Narasumber dalam
Pembinaan Civic Participation ... 130 28.Tabel 4.25. Reduksi Hasil Wawancara, Evaluasi Kurikulum Program
Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan ... 132 29.Tabel 4.26. Reduksi Hasil Wawancara, Kriteria Peserta
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses dimana transfer pengetahuan juga
pembentukan pengalaman belajar dengan tujuan untuk mencetak sumber daya
manusia yang berkualitas. Proses pendidikan yang baik dianggap sebagai sarat
suatu Negara menjadi Negara yang maju. Setiap Negara memiliki program
pendidikan yang mengacu pada tujuan pendidikan Nasional.
Konsepsi umum mengenai tujuan pendidikan Nasional tercantum dalam
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
yang antara lain :
“Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengambangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”
Manusia sebagai sasaran dari pendidikan yang dalam konteks Negara
Republik Indonesia selanjutnya kita sebut sebagai Warganegara. Secara tidak
langsung Tujuan Pendidikan Nasional kita mengarah pada pembentukan smart
and good cizen.“Pendidikan merupakan fenomena yang bersisfat universal”,
demikian ungkap Aristoteles dalam buku filsafat politiknya. Apa yang
dikemukakan Aristoteles tersebut adalah benar adanya, bahwa pendidikan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keberadaan dan kelangsungan
berbagai Negara. Lewat pendidikan, akan dihasilkan warga masyarakat dan
warga Negara yang cerdas, terampil dan mampu berpartisipasi dalam
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam rangka mewujudkan smart and good citizen pemerintah Negara
Republik Indonesia telah semenjak lama memasukan program mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan menjadi bagian inheren dari instrummentasi
pendidikan nasional dalam lima status :
1. Sebagai mata pelajaran sekolah;
2. Sebagai mata pelajaran di perguruan tinggi;
3. Sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan guru;
4. Sebagai program pendidikan politik yaitu sebagai suatu crash program; 5. Sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan
kelompok pakar terkait, yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berfikir mengenai pendidikan kewarganegaraan. (Ganeswara, 2002 : 1)
Cogan (1999:4) yang dikutip dalam buku panduan kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan Untuk Perguruan tinggi Ganjar M Ganeswara dan Wilodati
(2002:1) mengemukakan bahwa civic education sebagai “…the foundational
course work in school designed to prepare young citizens for an active role in
their communities in their adult lives”, yaitu suatu mata pelajaran dasar di
sekolah sebagai yang dirancang untuk mempersiapkan warganegara muda, agar
kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatnya.
Sejarah mencatat bahwa tahun 2004 merupakan momentum yang sangat
penting dalam perkembangan demokrasi di Indonesia sekaligus menjadi
sejarah politik di Indonesia.Sebuah momentum pelaksanaan demokrasi secara
langsung yang belum pernah ada sepanjang perjalanan kenegaraan dan
perpolitikan di Republik. Tahun 2004 menjadi gerbang awal bagi demokrasi di
Republik, dengan demikian doktrin demokrasi yang mulai dihembuskan
menjamin warga Negara dalam kebebasan berfikir, berbicara dan berserikat
sehingga tidak ada lagi halangan apapun dalam wacana pengembangan
sepenuhnya kemampuan-kemampuan manusia terutama dalam hal lain yang
terkait dengan kenegaraan, seperti kontribusi dalam politik baik aktif maupun
pasif, baik dalam pemilihan umum maupun dalam mempengaruhi public
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Namun seiring berjalannya praktek demokrasi langsung dan gemuruh
dari gelombang propaganda kebebasan, mulai bermunculan pertanyaan dari
publik.Ketika momen pemilihan umum tahun 2004, calon yang dipandang
kredibel dan memiliki visi dan misi yang jelas dalam membangun bangsa,
seperti Amien Rais, suaranya berada di urutan paling belakang (Santosa,
2010:7).Hendra Nurtjahjo (2008:127) mengemukakan bahwa Korupsi, kolusi
dan Nepotisme yang disandarkan pada pemenuhan hak sendiri dengan
mengorbankan hak-hak orang atau warga lain adalah bentuk penghianatan
terhadap rakyat banyak, sehingga korupsi sampai kapan pun adalah bentuk
penyimpangan yang tidak dapat ditolelir oleh etika demokrasi. Demikian pula
dengan demonstrasi (hak unjuk rasa), tidak boleh melampaui dan melanggar
hak warga lainnya dalam berekspresi.Walaupun demonstrasi adalah alat
penting dari demokrasi, namun penggunaan alat ini dapat tidak sesuai dengan
etika demokrasi, bahkan dapat kontraproduktif terhadap pembangunan
demokrasi itu sendiri.Kemudian fakta money politic begitu nyata terasa
menjelma menjadi serangan fajar pra-pemilihan umum dan dianggap mampu
memobilisasi suara rakyat sehingga mutlak terkantongi.Pengkhianatan
terhadap kedaulatan rakyat yang dilakukan para pejabat Negara seolah menjadi
cacatnya praktek demokrasi Republik.
Hal yang harus disadari, demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan
politik itu senantiasa mempunyai peluang untuk memberlakukan hal-hal yang
tidak adil, serta pelanggaran terhadap martabat kemanusiaan.Dalam demokrasi
yang demikian itu, hukum tidak menempatkan moralitas (etika) di dalam
dirinya. Hukum hanya akan menjadi tukang pukul setia dari kelompok
elite-oligarkis yang berkuasa atas nama rakyat (mayoritas) (Nurtjahjo, 2008:128)
Permasalahan demokrasi di Republik memiliki keterkaitan yang sangat
erat dengan proses belajar pembelajaran yang telah dibahas dalam alinea
pertama terutama keterkaitannya dengan pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, baik yang berada di jenjang sekolah dasar, sekolah
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tinggi. Permasalahan tersebut sarat dengan kekurangan dan kelebihan dari
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, terutama pada konteks
pembelajaran demokrasi.
Kehidupan berbangsa dan bernegara yang dipandang sangat kompleks
itu dilihat dari realitas kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan
mobilisasi-mobilisasi masa demi kepentingan politis suatu golongan.
Sedangkan cita-cita pendidikan Nasional khususnya pendidikan
kewarganegaraan adalah mewujudkansmart and good citizen. Smart and good
citizen adalah warga Negara yang menguasai persoalan
(well-informed/enlightened) yang didukung oleh kompetensi kewarganegaraan yakni
civic knowledge, civic disposition, civic skill yang memadai, memiliki
komitmen (commited) terhadap cita-cita, nilai, konsep dan prinsip demokrasi
untuk kesejahteraan dan keadilan, dan bertanggung jawab (responsible)
sebagai warganegara yang diwujudkan dalam keikutsertaannya dalam
pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik (Winataputra, 2012:8).
Winataputra (2012:70) dalam Seminar dan Lokakarya Pendidikan
Kewarganegaraan, Tanggal 27-28 Mei 2005, di Operation Room, Gedung
Rektorat UNPAR Bandung, mengemukakan bahwa secara tradisional,
khususnya di Indonesia baik dalam rangka mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan kewarganegaraan (PPKn) atau sebelumnya Pendidikan Moral
Pancasila (PMP); Pendidikan Pancasila dan kewiraan Nasional di perguruan
tinggi; maupun dalam rangka Penataran P-4, demokrasi terkesan lebih banyak
diajarkan atau “tought” dan bukan dipelajari atau “learned” dengan peran
guru/dosen/manggala yang lebih dominan. Karena itu situasi kelasnya pun,
dengan meminjam istilah Flanders (1972) lebih bersifat “dominative” dan
bukan “integrative”. Oleh karena itu dapat dipahami mengapa bangsa
Indonesia dalam berbagai lapisan sosial terkesan belum bisa menjalankan
cita-cita nilai, dan prinsip demokrasi (Asia Foundation:1998 dalam Winataputra.
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Senada dengan pemaparan diatas, bahwasannya pendidikan
kewarganegaraan sebagai salahsatu wahana pembelajaran demokrasi belum
begitu memberikan hasil memuaskan.Terutama dalam membina partisipasi
warganegara yang dalam wacana penelitian ini partisipasi dalam konteks
kenegaraan.Pendapat Huntington (1991) yang dikutip oleh Sri Wuryan
(2009:95) bahwa proses demokratisasi menyangkut partisipasi warga Negara,
karena perlu penyiapan warga Negara agar dapat berpartisipasi secara cerdas
dan bertanggungjawab.
Masyarakat yang memiliki hak berfikir, berpendapat dan berserikat
seharusnya mampu menjadi agen untuk mengontrol kinerja pemerintah
terutama dalam masalah kebijakan.Selain itu mampu berpartisipasi aktif dalam
pemilihan umum, artian partisipasi aktif menelaah dan menentukan siapa yang
layak dan siap dari sudut pandang objektif warganegara terhadap kejelasan visi
dan misi calon pemimpin. Juga mampu melayangkan kritik terhadap kinerja
pemerintah lewat surat kabar atau pun aksi demonstrasi yang sesuai prinsip
demokrasi etis. Tetapi kenyataan dilapangan dominasi partai penguasa dan
pemegang modal besar lah yang memobilisasi isu dan pergerakan masyarakat.
Dengan demikian semenjak tahun 1945 hingga sekarang masih menunjukan
kondisi “undemocratic democracy” (Sumantri:1998 dalam Winataputra,
2012:75), yakni suatu keadaan dimana perangkat demokrasinya sudah ada,
tetapi semangat perwujudannya masih jauh dari cita-cita demokrasi, yang
memang dirasakan selalu menimbulkan kontroversi atau paradoksal antara
realita dengan norma, antara yang dilihat, didengar dan dialami dengan yang
diajarkan/ diceramahkan/ dipidatokan.Untuk membangun partisipasi
masyarakat sebagai bagian dari cita-cita demokrasi salah satunya adalah
mewujudkan pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi.
Pendidikan kewarganegaraan tidak lah berkonsentrasi pada lingkup
yang terbatas di jenjang pendidikan formal, namun oleh karena konteks
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bernegara, diperlukan kontribusi lingkungan informal dalam menunjang
tujuan dari pendidikan kewarganegaraan untuk mecetak smart and good
citizen. Dengan demikian kali ini kita berbicara tentang pendidikan
kewarganegaraan sebagai citizenship education yang memiliki cakupan yang
lebih luas. Berikut pendidikan kewarganegaraan tersebut dijelaskan sebagai
Citizenship Education or Education for Citizenship dengan penjelasan,
“…both these in school experiencess as well as out of school or non
formal/informal learning which takes place in the family, the religious organization, community organizations, the media, etc which help to shape the totality of the citizen”. (Cogan, 1999:4).
Pada penjelasan tersebut kita dapat terangkan bahwa setiap sendi dalam
kehidupan masyarakan harus memiliki andil dalam menyokong suksesi tujuan
pendidikan kewarganegaraan.Sehingga konsentrasi kajian dari pendidikan
kewarganegaraan tidak hanya dapat dilakukan pada lingkungan pendidikan
formal saja, tetapi dapat melebarkan sayap pada setiap elemen kehidupan
berbangsa dan bernegara yang bersifat informal dipandang dari perspektif
pendidikan.Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan itu, kita dapat kaji
kontribusi atau peran dari keluarga, organisasi keagamaan, organisasi
masyarakat, media juga bagian lain dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
yang dapat dikategorikan kepada wahana dimana pendidikan
kewarganegaraan berperan.
Maka dari itu peneliti berinisiatif untuk mencari referansi dalam rangka
memberikan sumbangsih terhadap rekonseptualisasi pendidikan
kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi yang pada kali ini
menekankan pada aspek pembinaan partisipasi dari warga Negara.Peneliti juga
melatarbelakangi penelitiannya dengan anggapan bahwa konsep pendidikan
demokrasi sebagai konsep baru pendidikan kewarganegaraan belum dianggap
mumpuni untuk membina civic participation.Dan dengan dilakukannya
penelitian ini peneliti hendak menggali konsep, model dan metode pendidikan
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diharapkan pengembangan pendidikan kewarganegaraan yang efektif dan
strategis dapat terimplementasikan.
Dari hasil prapenelitian yang dilakukan peneliti, ditemukan suatu
konsep pendidikan demokrasi yang diwujudkan dalam program sekolah
demokrasi.Sekolah ini bernama Sekolah Demokrasi Tangerang Selatanyang
berlokasi di Kompleks Golden Roads Blok C 33 nomer 9 ITC BSD Tangerang
Selatan.Sekolah demokrasi didirikan oleh Komunitas Indonesia untuk
Demokrasi (KID) yang berkerjasama dengan lembaga tingkat lokal yang
disebut Implementing Agency (IA). Program Sekolah Demokrasi sampai tahun
2011 ini telah diselenggarakan di 8 (delapan) kabupaten atau Kota, yaitu Kota
Batu (Propinsi Jawa Timur), Kabupaten Belu (Propinsi Nusa Tenggara Timur),
Kabupaten Pangkep (Propinsi Sulawesi Selatan), Kabupaten Ogan Ilir
(Propinsi Sumatera Selatan), Kota Tangerang Selatan (Propinsi Banten),
Kabupaten Sanggau (Propinsi Kalimantan Barat), Kabupaten Aceh Utara (
Propinsi Aceh), Kabupaten Jayapura (Prop. Papua).
LSM PEREKAT Demokrasi sebagai Implementing Agency program
Sekolah Demokrasi pada sektor Tangerang Selatan memiliki tujuan pada
Anggaran dasar LSM PEREKAT Demokrasi, BAB III Pasal 8, dengan isi
sebagai berikut :
1. Mewujudkan Masyarakat yang kritis, dinamis dan partisipatifdalam sistem demokrasi;
2. Mewujudkan sistem yang transparan, akuntabel dan berpihak pada masyarakat miskin dan marjinal;
3. Mendorong peleyanan publik yang demokratis dan bias diakses oleh semua lapisan masyarakat dan berperspektid gender. (Akta Notaris, 2010:06 : Yendra Wiharja, S.H., M.H.)
Sekolah Demokrasi untuk di wilayah Tangerang ini telah berjalan
selama lima tahun, empat tahun di Kabupaten Tangerang dan pada tahun 2012
berpindah lokasi ke Kota Tangerang Selatan.
Sekolah Demokrasi dirancang setidaknya bertujuan untuk mendorong,
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lembaga-lembaga demokrasi dan membangun kultur demokratis. Sementara
tujuan khusus yang juga hendak dicapai yakni pertama, merumuskan
demokrasi kontekstual berbasis pada lokalitas dengan hukum-hukum
demokrasi secara universal. Kedua, mengembangkan Sekolah Demokrasi
sebagai sarana lahirnya warga yang emansipatif dan aktif dalam proses
demokratisasi ditingkat lokal maupun nasional. Ketiga, mengembangkan
kesadaran kritis warga masyarakat akan hak-hak sosial, politik, ekonomi dan
sosial-budaya berbasiskan pada konstitusi melalui-proses-pengorganisasian-di
-tingkat-komunitas. (Online:http://www.demokrasitangerang.or.id).
Hal yang dianggap menarik dari konsep sekolah demokrasi tersebut
adalah proses pembelajaran dengan metode yang sistematis. Metode
pembelajaran menyandarkan pada pendekatan peran serta
(partisipatory).Konsep yang dianut dalam metode ini adalah dengan
menggunakan pendekatan pendidika untuk orang dewasa (adult education)
yang semua materi pendidikan berbasiskan pengalaman dan pengetahuan
peserta ajar itu sendiri.Dengan demikian diharapkan juga transformasi relasi
“knowledge power”.Derivasi dari metode pendidikan ini adalah konsep-konsep
pengelolaan kelas yang demokratis dan partisipatif dengan mengedepankan
semangat saling menghargai, persamaan, kebebasan dan kesetaraan antara
fasilitator, pengelola dengan peserta dan juga antar peserta sendiri.
Pembelajaran dilakukan setiap hari sabtu dan minggu dengan waktu
efektif dari jam 09.00-17.00 WIB. Secara umum metode pembelajaran
meliputi, ceramah, diskusi interaktif, simulasi, permainan, penugasan, studi
kasus, kunjungan lapangan, diskusi kelas, pemutaran film dan sebagainya.
Berdasarkan pada pemaparan Manager Program sekolah demokrasi
Tangerang Selatan, Dedy Ramanta, materi disusun berdasarkan tahap yang
harus dimuliki oleh peserta yaitu pemahaman, kesadaran, komitmen dan
aksi/tindakan.Dalam kategorisasi setiap ukuran capaian setiap materi
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diharapkan selalu meliputi usaha membongkar paradigm, dialog dengan
kondisi empiris, konsep umum yang berlaku dan peletakan milestones
pemahaman baru bagi peserta atas sebuah masalah/materi.
Hasil dari kegiatan ini adalah peserta menguasai materi da nada respon
(baik positif atau negative) dari peserta didik atas materi. Indicator hasilnya
adalah, tersampaikannya substansi materi sekolah demokrasi, peserta dapat
menjawab pertanyaan dari narasumber atau fasilitator, adanya interaksi yang
kondusif antara narasumber/fasilitator dengan peserta, peserta memahami alur
berfikir dalam proses pembelajaran, peserta aktif mengikuti pembelajaran dari
awal hingga akhir, peserta mempunyai keterampilan tambahan dalam kegiatan
social politiknya, peserta menginternalisir nilai-nilai demikrasi dan peserta
mempunyai daya kritis baik pada lingkungannya, proses persekolahan, materi
dan metode persekolahan.
Adapun dalam metode lain, yaitu metode kunjungan lapangan memiliki
indikator sebagai berikut, terjadinya dialog antara peserta didik dengan
kelompok sasaran kunjungan, peserta memperoleh pembelajaran dan
pengalaman dari kelompok sasaran kunjungan, peserta didik mengetahui
permasalahan yang dihadapi kelompok sasaran kunjungan dan interaksi peserta
dengan kelompok sasaran kunjungan dapat menjadi embrio jaringan kerja
antara peserta sekolah demokrasi dan kelompok sasaran kunjungan.
Secara khusus, pengelola dan fasilitator telah membuat silabus pada
setiap materi pembelajaran. Silabus tersebut akan menjadi panduan sekaligus
alat monitoring dan evaluasi terhadap materi dan proses pembelajaran juga
output dari materi tersebut. Pada akhir pembelajaran dilakukan post testsebagai
upaya melihat sejauh mana hasil proses persekolahan yang didapat peserta
salama satu tahun. Adapun indicator dari tes tersebut adalah, peserta mampu
menjawab dengan konsisten dan argumentative soal yang diberikan.
Selain pembelajaran di dalam kelas dilaksanakan pula kegiatan
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yaitu kunjungan lapangan. Selain kegiatan kunjungan lapangan, kegiatan luar
kelas lainnya adalah outbound, dialog publik yang dilaksanakan oleh peserta
yang dilibatkan sebagai panitiadengan tujuan menambah keterampilan peserta
didik. Ada pula Talkshowyang pelaksanaannya dilakukan dengan kerjasama
pada salah satu stasiun radio yang berada di wilayah Kota Tangerang
Selatan.Selain itu ada juga kegiatan penerbitan yang dilakukan sebanyak tiga
kali dalam satu tahun program. Penerbitan dilakukan oleh peserta didik dengan
pendampingan, supervise dan fasilitasi pengelola. Peserta akan dibagi secara
bergilir untuk menjadi sebuah pengelola terbitan. Adapun lain daripada yang
telah dijelaskan diatas, kegiatan pembelajaran lain yang diselanggarakan
Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan yaitu kegiatan inisiasi peserta, kegiatan
ini dilakukan dengan membagi peserta kedalam beberapa kelompok.
Masing-masing kelompok akan membuat kegiatan yang berasal dari inisiatif mereka
sendiri (Ramanta,2011: IV-X)
Dengan demikian peneliti hendak merancang suatu penelitian
yangdiharapkan memberikan kontribusi terhadap rekonseptualisasi dan
pengembangan Pendidikan Kewaganegaraan sebagai Pendidikan
Demokrasi,terutama ikhwal pembinaan partisipasi warganegara.Maka dari itu
peneliti meluruskan niat untuk melakukan penelitian terhadap “PERAN
PROGRAM SEKOLAH DEMOKRASI DALAM MEMBINA CIVIC
PARTICIPATION PESERTA DIDIK (Studi Deskriptip Analitik terhadap
Program Sekolah Demokrasi, LSM PEREKAT Demokrasi, Tangerang
Selatan)”.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini memiliki rumusan permasalahan secara umum yaitu
mempertanyakan bagaimana peran Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Cakupan permasalahan yang sangat luas tersebut mendorong peneliti
untuk megidentifikasi rumusan masalah kedalam rumusan yang lebih khusus
supaya penelitian lebih terarah pada tujuan dari penelitian. Adapun Rumusan
Masalah Secara Khusus adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Pembinaan civic participation yang dilakukan oleh
Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan?;
2. Bagaimana kurikulum yang dikembangkan Sekolah Demokrasi
Tangerang Selatan dalam proses belajar pembelajaran sebagai
upaya pembinaan civics participation peserta didik?;
3. Bagaimana perkembangan civic participation peserta didik Sekolah
Demokrasi Tangerang Selatan?;
4. Bagaimana permasalahan yang dihadapiselama proses pembinaan
civics participationdi Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan?;
5. Bagaimana penanggulangan permasalahan yang dilakukan selama
proses pembinaan civic participation peserta didik di Sekolah
Demokrasi Tangerang Selatan?.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang seyogyanya harus tercapai oleh peneliti
merujuk pada rumusan permasalahan yang telah dipaparkan, antara lain :
1. Untuk mengetahui Pembinaan civic participation yang dilakukan
oleh Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan;
2. Untuk mengetahui kurikulum yang dikembangkan Sekolah
Demokrasi Tangerang Selatan dalam proses belajar pembelajaran
sebagai upaya pembinaan civics participation;
3. Untuk mengetahui perkembangan civic participation peserta didik
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Menganalisis permasalahan yang dihadapi selama proses
pembinaan civics participation di Sekolah Demokrasi Tangerang
Selatan;
5. Untuk Mengetahui penanggulangan permasalahan yang dilakukan
selamaproses pembinaan civic participationdi Sekolah Demokrasi
Tangerang Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Garis besar manfaat dari penelitian yang hendak dilakukan oleh
peneliti adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Penelitian Perspektif Teoritis
Penelitian ini memiliki manfaat dan diharapkan kontributif dalam
pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan
Demokrasi.Terutama dalam konteks penelitian ini, yaitu memberikan
sumbangsih pemikiran baik tekstual maupun kontekstual terhadap
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi yang
membina civic participation peserta didik.Sehingga dengan demikian
cita-cita pembelajaran kewarganegaraan dalam membina smart and good
citizen dapat terwujud.
Penelitian ini pun dapat menjadi dasar pemikiran pengembangan
model pendidikan kewarganegaraan yang diselenggarakan di luar
pendidikan formal.
2. Manfaat Penelitian Perspektif Praktis
Sebelu pada manfaat dari penelitian ini, kita tinjau terlebih dahulu
seting dari pendidikan demokrasi itu sendiri antara lain “school-based
democracy education”, yakni pendidikan demokrasi dalam konteks atau
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yakni pendidikan demokrasi dalam konteks atau yang berbasis kehidupan
masyarakat (Winataputra, 2012:72). Maka dari itu manfaat saya tinjau
dari kedua seting besar tersebut, yang antara lain :
a. Bangi Guru dan Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, hasil
penelitian ini memberikan referensi dalam menerapkan dan
merekonseptualisasi praktek pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi.
b. Menjadi referansi pendidikan demokrasi bagi Lembaga Swadaya
Masyarakat maupun Organisasi Masyarakat atau Organisasi
Kepemudaan sebagai perwujudan civil society dalam membina
civic participation baik terhadap kadernya maupun publik yang
menjadi sasaran program atau aksi sosialnya.
c. Hasil Penelitian ini sebagai contoh yang menjadi modal
pengembangan praktek pembinaan civic participation melalui
wahana pendidikan demokrasi dalam pendidikan
kewarganegaraan maupun pendidikan demokrasi di masyarakat.
Gagasan tersebut dapat diimplementsikan kedalam sebuah
lembaga pendidikan kewarganegaraan yang bergerak di luar
pendidikan formal, yang dalam konteks tersebut pendirian LSM
yang fokus membina smart and good citizent.
E. Penjelasan Istilah
1. Peran
Peran merupakan aspek dinamis dari suatu kedudukan (statis) hal
ini erat kaitannya dengan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam
menjalankan suatu peranan (Soekanto, Soerjono, 1999:153).
2. Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan
Sekolah Demokrasi merupakan program yang diselenggarakan oleh
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berbagai lembaga di tingkat lokal. Program ini sampai saat ini diadakan
di beberapa kabupaten yaitu Malang, Lembata, Jeneponto, Tangerang
dan Banyuasin, Aceh, Papua. Semenjak Tahun 2007 Program Sekolah
Demokrasi sudah berlangsung di Kabupaten Tangerang dengan lokasi di
kompleks Citra Raya Kabupaten Tangerang. Program Sekolah Demokrasi
di Kabupaten Tangerang sudah berakhir pada tahun 2010.
Semenjak tahun 2011, KID bekerjasama dengan Perekat
Demokrasi akan menyelenggarakan program Sekolah Demokrasi di
Tangerang Selatan. Secara umum program Sekolah Demokrasi di
Tangerang Selatan tidak jauh berbeda dengan yang ada di Kabupaten
Tangerang.
Aktivitas Sekolah Demokrasi yang utama adalah melakukan
kegiatan persekolahan.Persekolahan diselenggarakan dengan berbagai
metode untuk agar peserta tidak hanya sekedar mampu mendapatkan
pengetahuan tentang demokrasi tetapi juga nilai dan mampu melakukan
praktek demokrasi di lingkungan terdekatnya.Selain menyelenggarakan
kegiatan persekolahan di dalam kelas, Sekolah Demokrasi juga
menyelenggarakan kegiatan seperti seminar, diskusi publik, talkshow,
menulis, dan sebagainya.
Sekolah Demokrasi adalah sebuah media untuk “tahu” dan
mendalami wacana demokrasi serta realitas yang selama ini
berkembang.Kami yakin bahwa peningkatan kualitas wacana adalah jalan
efektif untuk perluasan partisipasi politik menuju masyarakat yang
demokratis.Oleh karena itu yang paling penting adalah keikutsertaan dan
keaktifan para peserta Sekolah Demokrasi dalam berdialog tentang
DEMOKRASI, bukan-permasalahan-administrasi-dan-struktural.
(online:http://www.demokrasitangerang.or.id)
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pembinaan pada dasarnya adalah “upaya pendidikan baik formal
maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, terencana, terarah
dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan,
membimbing, dan mengembangkan satu dasar-dasar kepribadian yang
seimbang utuh dan selaras antara pengetahuan dan keterampilan, sesuai
dengan bakat, kecenderungan, keinginan serta kemampannya sebagai
bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah dan
meningkatkan dan mengembangkan dirinnya, sesamanya maupun
lingkungannya kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan
manusiawi yang optimal dan pribadi-yang-mandiri.”-(B.-Simanjuntak
-1990:84).
4. Civic Participation
Civic dan civics secara etimologis berasal dari suku kata bahasa
Yunani yaitu civicusyang diartikan citizen atau penduduk dari sebuah
kota (polis). Uraian kritis dikemukakan oleh Soetandjo Wignjosoebroto
(2002 : 494-496) yang dikemukakan Kokom Komalasari (2009:1)
menggambarkan hal tersebut sebagai pengaruh konsep polis pada masa
Yunani Purba karena terjemahan tersebut arti harfiahnya adalah warga
negara.
Participation adalah kosakata dari bahasa inggris yang berarti
partisipasi.Lazimnya partisipasi diartikan sebagai keterlibatan dan
keikutsertaan dalam suatu kegiatan tertentu.
Civic participation diposisikan dalam paradigm baru daripada
tugas Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana dikemukakan oleh
Sapriya dan Winataputra (2010: 1.2) yang dikutip oleh Dadang Sundawa
dalam disertasinya (2012), antara lain sebagai wahana utama serta esensi
pendidikan demokrasi yang dilaksanakan melalui: civic intelligence, yaitu
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rasional, emosional, maupun sosial; civic responsibility, yaitu kesadaran
akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawab,
dan civic participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warganegara atas
dasar tanggung jawab, baik secara individual, sosial, maupun sebagai
pemimpin hari depan.
5. Peserta Didik
Definisi istilah ini didapatkan dari sumber yuridis dalam Pasal 1,
ayat 16 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan yang antara lain, Peserta didik
adalah anggota masyarakat yang yang berusaha mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan
jenis pendidikan tertentu.”
F. Asumsi Dasar Penelitian
Menurut SurakhmanAnggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik
tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik (Arikunto,
1993:60).Asumsi dasar ini menjadi salah atu hal yang dapat mengarahkan
penelitian ini pada harapan yang ingin di capai oleh peneliti. Dengan
demikian berdasar pendangan peneliti, dapat dirumuskan beberapa anggapan
dasar dalam penelitian ini, antara lain :
1. Perlu adanya rekonseptualisasi ulang terhadap pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan yang membelajarkan kaidah dan etika
demokrasi sebatas materi konseptual menjadi lebih kontekstual.
Rekonseptualisasi pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan
demokrasi harus membawa peserta didik pada kondisi dimana mereka
belajar mengenai demokrasi dalam kondisi kelas yang demokratis
sebagai upaya membina civic participation, sehingga peserta didik
siap untuk berperan serta dalam praktek demokrasi republik dengan
bekal wawasan dan etika demokrasi yang telah dibelajarkan. Seperti
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang antara lain yaitu pengembangan kelas sebagai “democratic laboratory”, lingkungan sekolah/ kampus sebagai “micro cosmos of democracy”, dan masyarakat luar sebagai “open global classroom”
yang memungkinkan siswa dapat belajar demokrasi dalam situasi
berdemokrasi, dan untuk tujuan melatih diri sebagai warganegara
yang demokratis atau “learning democracy, in democracy, and for democracy” (Winataputra, 2012:84)
2. Adanya hubungan yang determinis antara pendidikan
kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi dengan pembinaan
civic participation. Pengembangan dimensi civic virtue merupakan
landasan bagi pengembangan civic participation yang memang
merupakan tujuan akhir dari civic education (Winataputra, 2012:80).
3. Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan merupakan wahana
pendidikan demokrasi yang mengembangkan pembinaan terhadap
civic participation, baik pembinaan wawasan yang bersifat tekstual
maupun kontekstual.
4. Dugaan atas penerapan konsepsi lerning democracy, in democracy,
and for democracy dalam pembelajaran di Sekolah Demokrasi
Tangerang Selatan menggunakan metode yang dikembangkan sekolah
tersebut dianggap sebagai inovasi dalam pendidikan demokrasi di
Republik dalam rangka membina demokrasi dan civic participation
dari peserta didik. Dengan demikan metode pembelajaran demokrasi
yang dilakukan di Sekolah Demokrasi Tangerang Selatan dapat
diadopsi setelah ditelaah dan didapati kelebihan dan kekurangannya
sebagai bahan pengembangan pendidikan pancasila sebagai
pendidikan demokrasi.
5. Pentingnya internalisasi pemikiran atas implementasi pendidikan
demokrasi dalam berbagai sendi civil society baik di jenjang
pendidikan formal maupun yang berbasis sosial. Pendidikan
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
demokrasi dan etika berdasarkan nilai-nilai kearifan pancasila sebagai
groundnormdari Republik.
G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Berdasarkan apa yang hendak diteliti berdasar pada rumusan
masalah yang telah dipaparkan, maka penelitian ini diputuskan
menggunakan pendekatan kualitatif. Melalui penelitian ini peneliti akan
mendapatkan kemantapan dalam penelitian berdasarkan pada hal yang
peneliti alami. Penelitian dengan pendekatan ini pun mampu menggali
wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui (Strauss dan Corbin
2009:5).Alasan pemilihan pendekatan kualitatif tersebut sesuai dengan
rumusan dari permasalahan yang diajukan peneliti.Adapun hakikat
penelitian kualitatif menurut Moleong (2010:6) adalah:
Penelitian kulitatif merupakan penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, presepsi, motivasi, tindakan dan lain secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Sehingga dengan demikian peneliti dapat menyelami lebih dalam
subjek penelitian.Maka didapatilah fakta-fakta yang akurat dan dapat
dianalisis secara mendalam pula.
Sedang motode yang digunakan adalah metode deskriptif yang
mana didefinisikan oleh Whintney (1960) yang dikutip oleh Nazir dalam
bukunya Metode Penelitian (2005), metode deskriptif adalah pencarian
fakta dengan interpretasi yang tepat.Penelitian deskriptif mempelajarai
masalah-masalah dalam masyarakat serta tatacara yang berlaku dalam
masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,
proses-Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu
fenomena. Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan
fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu setudi
komparatif, adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, seerta penelitian
terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu setandar atau
suatu norma tertentu sehingga banyak ahli menamakan metode deskriptif
ini dengan nama survei normatif (normative survey). Dengan metode
deskriptif ini juga diselidiki kedudukan (status) fenomena atau factor dan
melihat hubungan antara satu factor dengan factor yang lain. Karenanya,
metode deskriptif juga dinamakan studi status (satus study)
(online:http://blog.uin-malang.ac.id/muttaqin/2010/11/28/10/).
Peneliti menganggap metode ini sangat tepat digunakan dalam
memaparkan fakta-fakta secara menyeluruh dari hasil
penelitian.Kemudian dianalisi dengan metode analitik dengan harapan
dapat membandingkan kenyataan yang telah didapatkan dengan teori
yang digunakan sebagai referensi dalam mengungkapkan kebenaran atas
suatu masalah yang telah dirumuskan mengenai peran dari Sekolah
Demokrasi Tangerang Selatan dalam membina civic participation peserta
didik.
H. Kerangka Pemikiran Penelitian
Pendidikan kewarganegaraan tidak lah berkonsentrasi pada lingkup
yang terbatas di jenjang pendidikan formal, namun oleh karena konteks
pendidikan kewarganegaraan bersinggungan dengan kehidupan berbangsa
dan bernegara, diperlukan kontribusi lingkungan informal dalam
menunjang tujuan dari pendidikan kewarganegaraan untuk mecetak smart
and good citizen. Dengan demikian kali ini kita berbicara tentang
pendidikan kewarganegaraan sebagai citizenship education yang memiliki
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dijelaskan sebagai Citizenship Education or Education for Citizenship
dengan penjelasan,
“…both these in school experiencess as well as out of school or
non formal/informal learning which takes place in the family, the religious organization, community organizations, the media, etc which help to shape the totality of the citizen”. (Cogan, 1999:4).
Pada penjelasan tersebut kita dapat terangkan bahwa setiap sendi dalam
kehidupan masyarakan harus memiliki andil dalam menyokong suksesi
tujuan pendidikan kewarganegaraan.Sehingga konsentrasi kajian dari
pendidikan kewarganegaraan tidak hanya dapat dilakukan pada lingkungan
pendidikan formal saja, tetapi dapat melebarkan sayap pada setiap elemen
kehidupan berbangsa dan bernegara yang bersifat informal dipandang dari
perspektif pendidikan.Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan itu,
kita dapat kaji kontribusi atau peran dari keluarga, organisasi keagamaan,
organisasi masyarakat, media juga bagian lain dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara yang dapat dikategorikan kepada wahana dimana
pendidikan kewarganegaraan berperan.
Pernyataan Soekarno yang dikutip Yudi Latif (Latif, 2011:410)
menjelaskan “bahwa demokrasi-politik sahaja, belum menyelamatkan
rakyat. Bahkan di negeri-negeri, sebagai Inggeris, Nederland, Perancis,
Amerika dll., dimana demokrasi telah dijalankan, kapitalisme merajalela
dan kaum Marhaen-nya papa-sengsara! Kaum nasionalis Indonesia tidak
boleh mengeramatkan “demokrasi” yang demikian itu” (1932; 1965:173).
Dalam suatu Negara demokratis, partisipasi warganegara
merupakan syarat pokok atau utama yang mesti dilakukan oleh setiap
warga negaranya dalam proses politik. Mewujudkan kehidupan
masyarakat yang demokratis dengan sendirinya akan mengalami hambatan
manakala warganegaranya tidak partisipatif dalam proses dan kegiatan
pengambilan keputusan negaranya. Namun sebaliknya jika warganegara
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keputusan politik, maka akan mendorong terwujudnya kehidupan
msyarakat yang demokratis (Wuryan, Sri dan Syaifullah, 2009:70). Seperti
dikemukakan oleh Winataputra (2012:80) Pengembangan civic
participation memang merupakan tujuan akhir dari civic education.
Cogan (1999 : 4) yang dikutip dalam buku panduan kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan tinggi Ganjar M
Ganeswara dan Wilodati (2002:1) mengemukakan bahwa civic education
sebagai “…the foundational course work in school designed to prepare
young citizens for an active role in their communities in their adult lives”,
yaitu suatu mata pelajaran dasar di sekolah sebagai yang dirancang untuk
mempersiapkan warganegara muda, agar kelak setelah dewasa dapat
berperan aktif dalam masyarakatnya.
Pendapat Huntington (1991) yang dikutip oleh Sri Wuryan
(2009:95) bahwa proses demokratisasi menyangkut partisipasi warga
Negara, karena perlu penyiapan warga Negara agar dapat berpartisipasi
secara cerdas dan bertanggungjawab.
Kehidupan berbangsa dan bernegara yang dipandang sangat
kompleks itu dilihat dari realitas kehidupan masyarakat Indonesia yang
sarat akan mobilisasi-mobilisasi masa demi kepentingan politis suatu
golongan. Sedangkan cita-cita pendidikan Nasional khususnya pendidikan
kewarganegaraan adalah mewujudkansmart and good citizen. Smart and
good citizen adalah warga Negara yang menguasai persoalan
(well-informed/enlightened) yang didukung oleh kompetensi kewarganegaraan
yakni civic knowledge, civic disposition, civic skill yang memadai,
memiliki komitmen (commited) terhadap cita-cita, nilai, konsep dan
prinsip semokrasi untuk kesejahteraan dan keadilan, dan bertanggung
jawab (responsible) sebagai warganegara yang diwujudkan dalam
keikutsertaannya dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sebagai wahana demokratisasi melalui program pendidikan formal
dan informal, pendidikan demokrasi dan HAM memerlukan perangkat
pengalaman belajar (learning experiences), seperti kurikulum/program
belar dan pembelajaran yang secara programatik dapat memandu
terjadinya proses pengembangan cita-cita, nilai, konsep dan prinsip
demokrasi dalam diri peserta didik. Untuk itu diperlukan upaya sestematis
dan sistemik untuk merancang kurikulum pembelajaran yang secara
konseptual menjadi wahana pendidikan demokrasi dalam konteks
pembangunan masyarakat yang demokratis. Oleh karena itu diperlukan
proses rekonseptualisasi pendidikan kewarganegaraan dalam konteks
pendidikan demokrasi Indonesia (Winataputra, 2012:71).
Pengembangan “civil society” atau “masyarakat madani” bagi
Indonesia sengat erat kaitannya dengan demokratisasi, khususnya dalam
rangka perluasan fungsi dan optimalisasi peran aktif dari warganegara
yang harus dilakukan dengan cerdas dan baik dala membangun masyarakat
yang benar-benar demokratis sesuai dengan konteks negaranya, maka
tidak dapat dipungkiri betapa pentingnya pendidikan demokrasi bagi
warganegara, yang memungkinkan setiap warganegara dapat belajar
demokrasi melalui praktek kehidupan yang demokratis, untuk membangun
tatanan dan praksis kehidupan demokrasi yang lebih baik di masa
mendatang atau learning democracy, in democracy, and for democracy
(APCEC:2000). Dengan demikian kualitas kehidupan demokrasi dalam
masyarakat madani Indonesia semakin lama semakin meningkat
(Winataputra 2012:192).
Menurut Penelitian Gandal dan Finn (1992) bukan saja dinegara
yang sedang berkembang tetapi juga di Negara yang sudah maju education
for democracy atau pendidikan demokrasi memang dianggap penting,
tetapi dalam kenyataannya, mereka katakana :…it is often taken for
granted or ignored- sering dianggap enteng atau dilupakan. Oleh karena
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
itself. If the strengths, benefits, and responsibilities of democracy are not
made clear to citizens, they will be ill-equipped to defend it. Dengan kata
lain, demokrasi tidak bisa mengajarkannya sendiri. Jika kekuatan,
kemanfaatan, dan tanggung jawab demokrasi tidak dipahami dan dihayati
dengan baik oleh warganegara, sukar diharapkan mereka mau berjuang
untuk mempertahankannya. Oleh karena itu ditekankannya lebih lanjut
bahwa: Education for democracy, therefore, must be approached in a
conscious and serious manner- pendidikan demokrasi harus disikapi
secara sadar dan sungguh-sungguh (Winataputra 2012:192).
Implikasi dari pendangan tersebut, maka diperlukan pendidikan
demokrasi yang baik yang memungkinkan warganegara mengerti,
menghargai kesempatan dan tanggungjawabnya sebagai warganegara yang
demokratis. Pendidikan tersebut menurut Gandal dan Finn (1992:3) …seek
not only to familiarize people with the precepts and practices democracy,
but also to produce citizens who are principled, independent, inquisitive,
and analytic in their outlook. Yakni pendidikan yang bukan hanya sekedar
memberikan pengetahuan dan praktek demokrasi, tetapi juga
menghasilkan warganegara yang berpendirian teguh, mandiri, memiliki
sikap selalu ingin tahu, dan berpandangan jauh ke depan. Namun demikian
diingatkannya bahwa pendidikan demokrasi ini jangan hanya dilihat
sebagai “isolated subject” yang diajarkan dalam waktu terjadwal yang
cenderung diabaikan lagi, tetapi it is linked to nearly everythimg else that
students learn in school-whether it be history, civics, ethnics, or
economics- and too much that goes on outside of school. Jadi janganlah
hanya dilihat sebagai mata pelajaran yang terisolasi, tetapi harus dikaitkan
dengan banyak hal yang dipelajari siswa, mungkin dalam mata pelajaran
sejarah, kewarganegaraan, etika, atau ekonomi, dan lebih banyak terjadi di
luar sekolah. Dengan kata lain …good democracy education is a part of
good education in general- pendidikan demokrasi yang baik adalah bagian
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berkenaan dengan hal tersebut dirasakan (Gandal and Finn,
1992:4-5) perlu dikembangkannya model school-based democracy
education paling tidak dalam empat alternative bentuk.Pertama, perhatian
yang cermat diberikan kepada the root and branches of the democratic
idea atau landasan dan bentuk-bentuk demokrasi. Kedua, adanya
kurikulum yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengeksplorasi …how
the ideas of democracy have been translated into institution and practices
around the world and through the ages- bagaimana ide demokrasi telah
diterjemahkan ke dalam bentuk-bentuk dan praktik diberbagai belahan
bumi dalam berbagai kurun waktu. Dengan demikian sisa akan
mengetahui dan memahami kekuatan dan kelemahan demokrasi dalam
berbagai konteks ruang dan waktu. Ketiga, adanya kurikulum yang
memungkinkan siswa dapat mengeksplorasi sejarah demokrasi di
Negaranya untuk dapat menjawab persoalan apakah kekuatan dan
kelemahan demokrasi yang diterapkan di Negaranya dalam berbagai kurun
waktu.Keempat, tersedianya kesempatan bagi siswa untuk memahami
kondisi demokrasi yang diterapkan di Negara-negara di dunia, sehingga
para siswa memiliki wawasan yang luas tentang aneka ragam sistem sosial
demokrasi dalam berbagai konteks.
Adapun visi dari pendidikan demokrasi yaitu, sebagai wahana
substantive, pedagogis, dan sosial-kultural untuk membangun cita-cita,
nilai, konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan demokrasi dalam berbagai
konteks.Dengan wawasan dan pengalamannya itu baik secara sendiri
sendiri maupun bersama-sama warganegara mempu memberikan
kontribusi yang bermakna bagi peningkatan kualitas demokrasi dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia.Inilah makna dari
“learning democracy, through democracy, and for democracy”.
Bertolak dari bermuara pada visi tersebut dirumuskanlah misi
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Memfasilitasi warganegara untuk mendapatkan berbagai akses kepad dan menggunakan secara cerdas berbagai sumber informasi (tercetak, terekam, tersiar, elektronik, kehidupan dan lingkungan) tentang demokrasi dalam teori dan praktek untuk berbagai konteks kehidupan sehingga ia memiliki wawasan yang luas dan memadai (well-informed).
2. Memfsilitasi wrganegara untuk dapat melakukan kajian konseptual dan operasional secara cermat dan bertanggungjawab terhadap berbagai cita-cita, instrumentasi, dan praksis demokrasi guna mendapatkan keyakinan dalam melakukan pengambilan keputusan individual dan atau kelompok dalam kehidupannya sehari-hari serta berargumentasi atas keputusannya itu.
3. Mefasilitasi warganegara untuk memperoleh dan memanfaatkan kesempatan berpartisipasi secara cerdas dan bertanggungjawab dalam praksis kehidupan demokrasi di lingkungannya, seperti mengeluarkan pendapat, berkumpul dan berserikat, memilih, serta memonitor dan mempengaruhi kebijakan public (Winataputra, 2012:194-195)
Civic participation diposisikan dalam paradigma baru dari pada
tugas Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana dikemukakan oleh
Sapriya dan Winataputra (2010: 1.2) yang dikutip oleh Dadang Sundawa
dalam disertasinya (2012) antara lain sebagai wahana utama serta esensi
pendidikan demokrasi yang dilaksanakan melalui: civic intelligence, yaitu
keceerdasan dan daya nalar warga Negara baik dalam dimensi spiritual,
rasional, emosional, maupun sosial; civic responsibility, yaitu kesadaran
akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawab,
dan civic participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warganegara atas
dasar tanggung jawab, baik secara individual, sosial, maupun sebagai
pemimpin hari depan.Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan
demokrasi diharapkan mencapai tujuan akhirnya yaitu pembentukan civic
participation.
Unsur-unsur civic participationhasil dari pembahasan yang
dilakukan oleh Center for Civic Education dalam National Standard for
Civic and Government (1994 : 127-135). Antara lain uraian diambil dalam
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
politik dan pemerintahan, partisipasi warganegara dalam monitoring objek
politik dan pemerintahan dan partisipasi warganegara dalam
mempengaruhi proses politik. Adapun secara lebih terperinci dapat kita
uraikan sebagai berikut :
Tabel 1.1.
Ketrampilan Kewarganegaraan : Komponen Ketrampilan Partisipasi
UNSUR KETRAMPILAN PARTISIPASI WARGA NEGARA
1. Berinteraksi (termasuk berkomunikasi tentunya) terhadap obyek
yang berkaitan dengan masalah
– masalah publik, yang termasuk dalam ketrampilan ini, al.:
– bertanya, menjawab, berdiskusi dengan sopan santun;
– menjelaskan artikulasi kepentingan;
– membangun koalisi, negoisasi, kompromi;
– mengelola konflik secara damai;
– mencari konsensus.
2. Memantau/memonitor masalah politik dan pemerintahan terutama
dalam penanganan persoalanpersoalanpublik ,yang termasuk
ketrampilan ini al. :
– Menggunakan berbagai sumber informasi seperti perpustakaan, surat kabar, TV, dll untukmengetahui persoalan-persoalan
publik;
– Upaya mendapatkan informasi tentang persoalan publik dari kelompok – kelompokkepentingan, pejabat pemerintah,
lembaga-lembaga pemerintah. Misalnya dengan caramenghadiri
berbagai pertemuan publik seperti : pertemuan organisasi siswa,
komite sekolah, dewan sekolah, pertemuan desa/BPD,
pertemuan wali kota, LSM, dan organisasi kemasyarakatan
lainnya.
Muhammad Yunus Maulana, 2014
Peran Program Sekolah Demokrasi Dalam Membina Civic Participation Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
maupun informal, yang termasukketrampilan ini al.:
– Melakukan simulasi tentang kegiatan : kampanye, pemilu, dengar pendapat di DPR/DPRD,pertemuan wali kota, lobby,
peradilan;
– Memberikan suara dalam suatu pemilihan;
– Membuat petisi;
– Melakukan pembicaraan/memberi kesaksian di hadapan lembaga publik;
– Bergabung atau bekerja dalam lembaga advokasi untuk memperjuangkan tujuan bersama ataupihak lain;
– Meminta atau menyediakan diri untuk menduduki jabatan tertentu.
Sumber : Diolah dari Center for Civic Education (1994). National Standard for Civics andGovernment, p. 127-135.
I. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Demokrasi Tangerang
Selatan yang berlokasi di Komplek Ruko Golden Road Blok C33 No
9, ITC BSD, Serpong, Kota Tangerang Selatan.
2. Subjek Penelitian
Pada kesemua strategi penelitian yang hendak dilakukan
peneliti tidak lain yang akan menjadi sumber data penelitian yaitu
Program Manager, finance Manager, Program Officer, Staff
Program officer, Administration Staff dan peserta didik Sekolah
Demokrasi Tangerang Selatan. Juga yang utama Sekolah tersebut dari