• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAHA GURU UNTUK MENGATASI KENAKALAN ANAK KELAS V SD NEGERI KLIWONAN 2 MASARAN SRAGEN USAHA GURU UNTUK MENGATASI KENAKALAN ANAK KELAS V SD NEGERI KLIWONAN 2 MASARAN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "USAHA GURU UNTUK MENGATASI KENAKALAN ANAK KELAS V SD NEGERI KLIWONAN 2 MASARAN SRAGEN USAHA GURU UNTUK MENGATASI KENAKALAN ANAK KELAS V SD NEGERI KLIWONAN 2 MASARAN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Naskah Publikasi – FKIP – Program PGSD – Oktober 2012

KELAS V SD NEGERI KLIWONAN 2 MASARAN SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Sarjana S-1 Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

CICIK ROHMAWATI NIM. A.5100 91073

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

USAHA GURU UNTUK MENGATASI KENAKALAN ANAK KELAS V SD NEGERI KLIWONAN 2 MASARAN SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Cicik Rohmawati* Rubino Rubiyanto**

Samino***

ABSTRAK

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis-jenis kenakalan yang dilakukan oleh anak kelas V SD Negeri Kliwonan 2 Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012 dan mendeskripsikan usaha-usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kenakalan anak kelas V SD Negeri Kliwonan 2 Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa siswa kelas V SDN Kliwonan Masaran Sragen tahun pelajaran 2011/2012. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Alat analisis data yang digunakan dengan model induktif interaktif.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini diketahui dari hasil analisis data diketahui : (1) Menurut bentuk kenakalan yang sering dilakukan oleh siswa kelas V SD Negeri Kliwonan 2 Masaran, Sragen termasuk bentuk kenakalan yang tergolong kenakalan ringan. Bentuk kenakalan tersebut adalah: Tidak mengikuti jamaah sholat dzuhur, membolos, ngobrol/ramai pada jam pelajaran berlangsung, lari dari sekolah pada jam pelajaran berlangsung, cara berpakaian/seragam tidak sesuai dengan yang di tentukan, tidak mengerjakan PR sekolah, tidak memakai ikat pinggang dan kaos kaki, sering terlambat datang ke sekolah, menyontek, membangkang/mem-bantah, membuang sampah bukan pada tempatnya, dan membiarkan rambut (bagi murid pria) dan kuku dibiarkan memanjang; (2) Usaha guru dalam menanggulangi kenakalan siswanya adalah dengan cara: a) Preventif (mencegah), yang diterapkan dengan memberi pendidikan agama kepada para siswa, mengadakan pembinaan melalui kegiatan ekstrakulikurer, pembiasaan sholat dzuhur dan dhuha dengab berjemaah, pemberian pendidikan al-Qur’an dan meningkatkan efektifitas fungsi hubungan orang tua dan masyarakat; b) Represif (pencegahan), bertujuan untuk menahan dan menghambat kenakalan siswa sesering mungkin dan jangan sampai timbul peristiwa yang lebih lanjut. Dengan memberikan nasehat yang baik kepada siswa, memberikan bimbingan dan pengarahan; c) Kuratif (penyembuhan) dan Rehabilitasi (perbaikan), dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam menggunakan langkah-langkah secara umum dan khusus. Secara umum: guru memberi teguran dan nasehat, memberi perhatian khusus dengan wajar, menghubungi orang tua/wali. Sedangkan secara khusus: memberi bimbingan dan pengertian, mengontrol siswa yang bersangkutan, mengharuskan siswa untuk berbuat baik.

Kata kunci: usaha guru, kenakalan anak..

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa-masa di bangku sekolah dasar merupakan salah satu bagian dari perjalanan usia manusia yakni pada usia 6 sampai 13 tahun. Pada saat anak berada di kelas V anak mulai berusia antara 11 sampai 12 tahun sehingga anak ini mulai menginjak masa awal remaja. Kata remaja mengandung beraneka ragam kesan, ada yang mengatakan masa remaja seperti layaknya masa perkembangan

(4)

tentu harapan itu masih dalam tanda tanya. Kurang adanya perhatian dari orang tua mengenai jiwa anak dapat menimbulkan perselisihan paham, akhirnya timbul konflik antara remaja dengan orang tua.

Masa anak SD sebagai keadaan transisi dari anak-anak yang telah ditinggalkan. Masa ini merupakan masa-masa sulit bagi mereka karena pada masa ini anak baru melepaskan status barunya yaitu lepas dari kanak-kanak menuju dewasa. Sejak kanak-kanak menjadi dewasa untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sedangkan untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dan dari luar anak perlu adanya kecakapan, kemampuan untuk dapat diterima di linkungan. Dalam masa peralihan ini anak SD seakan-akan tidak menentu, kadang-kadang anak SD dianggap terlalu besar untuk anak-anak, tetapi sering disebut juga terlalu kecil untuk orang dewasa. Dengan tidak menentu status ini kadang-kadang anak SD kelas V merasa bingung terhadap dirinya. Seringkali anak SD kelas V sukar untuk menentukan sikapnya. Jika ia bersikap seperti anak, maka ia dikatakan sudah besar dan tidak pantas lagi. Dan kalau bersikap seperti orang dewasa ia dikatakan masih kecil. Kebingungan ini menyebabkan tingkah laku dan perbuatan yang bermacam-macam bagi si anak.

Sering terjadi banyak orang tua yang mengeluh, bahkan bersusah hati, karena anaknya yang telah menginjak awal remaja itu menjadi keras kepala, sukar di atur, mudah tersinggung dan suka melamun. Di samping itu juga tidak sedikit anak SD yang merasa tidak mendapat tempat dikalangan orang-orang dewasa, dengan demikian para remaja mencoba mencari jalan keluar, mereka ingin hidup lepas dan bebas dari segala ikatan. Maka timbullah kelompok-kelompok anak-anak yang kadang kala bersifat destruktif yang melanggar nilai dan norma yang mengarah pada kenakalan, seperti yang dikemukakan

oleh Nurbani YS dan A Ariyadi W (2002: 88), bahwa :

“Perilaku khusus anak menyangkut konsep nilai dan norma, suatu perbuatan dapat dikatakan nakal bila berkaitan dengan pelanggaran nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Pelanggaran dapat berarti menyimpang, bertentangan bahkan merusak norma yang sudah ada”.

Kemampuan guru yang memadai dalam menangani anak SD yang memiliki perilaku khusus anak perlu dimiliki oleh setiap guru di Sekolah atau Madrasah. Adapun cara penanganan siswa yang memiliki kenakalan dapat dilakukan dengan pendekatan yang tepat bagi anak tersebut. Pelaksanaan layanan bimbingan terhadap mereka yang mengalami gangguan dalam perkembang-annya merupakan salah satu penanganan ynag tergolong khusus. Artinya siswa yang tergolong memiliki gangguan pada level atas perlu diprioritaskan. Alasan dipilihnya pendekatan yang tepat oleh guru dimaksudkan agar gangguan yang dialami anak dapat ditangani secara optimal dan guru mengenali benar gangguan yang sebenarnya. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka perlu mengadakan penelitian dengan judul: “Usaha Guru Untuk Mengatasi Kenakalan Anak kelas V SD Negeri Kliwonan 2 Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan jenis-jenis kenakalan

yang dilakukan oleh anak kelas V SD Negeri Kliwonan 2 Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Mendeskripsikan usaha-usaha yang

(5)

LANDASAN TEORI DAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Guru dan Fungsinya

1. Pengertian Guru

Menurut UU No. 14 tahun 2005 pasal 1 ayat 1 guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan format pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Martinis Yamin, 2006: 210). Usman (2010: 5), guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Hal ini berarti seorang guru harus memiliki kemampuan untuk merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan

2. Fungsi Guru

Fungsi profesionalitas guru dan dosen UU No. 14 tahun 2005 pasal 7 ayat 1 meru-pakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksa-nakan berdasarkan sebagai berikut :

a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan

idealisme

b. memiliki komitmen untuk meningkatkan

mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia

c. memiliki kualifikasi akademik atau latar

belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas

d. memiliki kompetensi yang diperlukan

sesuai dengan bidang tugas

e. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan

tugas keprofesionalan

f. memperoleh penghasilan yang ditentukan

sesuai dengan prestasi kerja

g. memiliki kesempatan untuk

mengembangkan keprofesinalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat

h. memiliki jaminan perlindungan hokum

dalam melaksanakan tugas keprofesio-nalan; dan

i. memiliki oraganisasi profesi yang

mempunyai kewenangan yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tugas profesional guru

memiliki peranan profesi (Professional role).

Yang termasuk peranan profesional antara lain : Seorang guru yang diharapkan menguasai pengetahuan sehinga ia dapat memberi kegiatan kepada siswa yang berhasil baik, menguasai psikologi tentang anak, penanggung jawab dalam membina disiplin, penilai dan konselor terhadap kegiatan siswa, pengembang kurikulum yang sedang dilaksanakan, penghubung antara sekolah dengan masyarakat dan orang tua, pengajar yang terus menerus mencari dan menyelidiki pengetahuan yang baru dan ide-ide yang baru untuk melengkapi informasinya.

B. Perkembangan Anak SD dan Kenakalan Anak SD

1. Usia Anak SD

Pada masa ini disebut “masa sekolah” (usia 6-12 tahun) dikarenakan anak mulai memperoleh pendidikan formal. Masa sekolah ini sering disebut : “masa intelektual” atau masa keserasian bersekolah (Depdikbud, 1994 : 43). Masa ini dimaksudkan adanya kecenderungan timbulnya kemampuan berfikir.

2. Perkembangan Anak SD

(6)

a. Usia 5 – 8/9 tahun (TK/SD Kelas: 1-3) Ketika usia 5 – 8/9 tahun anak mengalami pertumbuhan alamiahnya baik dalam segi fisik, intelektual, emosi, maupun sosial. Dalam masa ini mereka belum terlalu memperhatikan keadaan dirinya secara seksama, emosi belum dapat dikendalikan dengan baik karena pendidikan belum banyak mempengaruhi tingkah lakunya, dalam bersosial masih sering agresif dan tidak memilih-milih teman. b. Usia 9-12 tahun (SD Kl, 4-6)

Pada usia 9-12 tahun keadaan fisik, intelektual, emosi dan sosial anak mengalami peningkatan. Seiring dengan pertumbuhan fisiknya yang semakin besar dan mantap, intelektualnya juga semakin meningkat dengan timbulnya keinginan untuk selalu mencoba hal-hal baru untuk mengisi keingintahuanya, segi emosi dan sosial anak sudah dapat mengontrol dirinya karena sudah dapat memahami hubungan antara kawan dan saling menjaga perasaan masing-masing.

3. Kenakalan Anak SD

a. Pengertian Kenakalan

Bimo Walgito (2005: 11) mengata-kan bahwa dalam pengertian yang lebih luas tentang Kenakalan Remaja ialah "perbuatan atau kejahatan pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat malanggar hukum, anti sosial, anti susila dan menyalahi norma agama.

b. Penyebab Kenakalan Anak SD

Penyebab kenakalan anak SD cukup beragam. Menurut Zakiyah Darajat (2000: 119) penyebab kenakalan yaitu: 1) Kurangnya didikan agama; 2) Kurangnya pengertian orang tua tentang pendidikan; 3) Kurang teraturnya pengisian waktu luang; 4) Kemerosotan moral dan mental orang dewasa; 5) Banyaknya film-film dan buku-buku bacaan kurang baik; 6) Pendidikan dalam sekolah kurang baik; 7) Perhatian masyarakat terhadap pendidikan anak-anak kurang.

4. Upaya-Upaya untuk Menanggulangi Kena-kalan Anak.

Menurut Sudarsono (2005: 92) menjelaskan bahwa ”kondisi sosial, politik, budaya dan ideologi nasional yang mantap menberikan harapan sangat besar bagi kemungkinan upaya preventif terhadap kenakalan remaja”. Usaha tersebut dibarengi dengan penggunaan metode yang representatif, yakni moralitas sangat tepat untuk menanggulangi masalah kenakalan remaja.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Nanik

(7)

Guru dan Orang Tua dalam menangani kenakalan anak antara lain dapat dilakukan langkah sebagai berikut :

a. Memberikan perhatian yang wajar pada anak dan jangan berlebihan

b. Mengadakan pendekatan khusus pada

anak jika ditemukan adanya kelainan dalam pergaulannya

c. Memberikan nasehat yang tepat sehingga

anak dapat menerima dan mengakui kenakalan tanpa dengan ketersinggungan di hatinya

d. Bekerja sama dengan sekolah, serta guru

kelas sehingga mampu merubah sikap anak kedalam tingkah laku yang sesuai harapan banyak orang.

e. Menanamkan konsep beragama yang

mantap pada diri anak dan menumbuhkan ketrampilan social melalui kegiatan social bermasyarakat.

f. Memberikan contoh yang tepat dalam

bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari

2. Penelitian yang dilakukan oleh Iin Kurnia

Yunianti (2010), dengan judul: Studi Analisis Tentang Anak Hyperaktif Serta Usaha-Usaha Mengatasinya Pada Siswa Kelas V SD Negeri Sambungmacan 4 Kabupaten Sragen Tahun 2010, adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa sebab-sebab anak menjadi hyperaktif, antara lain : 1) Perasaan egois yang berlebih pada diri anak, 2) Adanya siswa yang usia melebihi teman sebayanya. 3) Terdapat siswa yang memiliki kepandaian di atas teman-temannya tetapi belum mampu memanfaatkan umurnya.4) Terdapat siswa yang memiliki daya tangkap terhadap materi pelajaran rendah, agar diperhatikan maka ia bertindak yang macam-macam. 5) Terdapatnya beban psikologis dari anak karena ia tidak ikut orang tuanya 6) Situasi lingkungan belajar siswa yang mendukung untuk terjadinya sikap anak sehingga jadi hyperaktif. 7) Kurangnya kepedulian orang tua terhadap anaknya di rumah maupun di sekolah. 8) Cara bimbingan orang tua yang kurang tepat. 9) Gangguan dari faktor lingkungan. 10) Kasih sayang yang

berlebihan dari orang tua pada anaknya dan 11) Perbuatan yang kurang terpuji yang dilakukan oleh orang tua yang sering disaksikan anak. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi tingkah laku hyperaktif anak antara lain: 1) Tidak selalu memenuhi tuntutan anak, 2) Orang tua harus mengusahakan agar anak tidak selalu melihat film-film yang bertemakan kekerasan. 3) Semua guru dan orang tua mengusahakan memberi contoh perilaku yang baik. 4) Menciptakan suasana gembira di rumah dan sekolah, 5) Memberikan kesempatan pada anak untuk melatih fisik dan gerakannya. 6) Membina komunikasi yang baik antara sekolah dengan orang tua 7) Mengembangkan sikap sosial pada diri anak melalui pembelajaran interaktif, dan 8) Memberikan perhatian khusus pada anak yang dipandang perlu untuk diperhatikan

METODE PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri

Kliwonan 2 Kecamatan Masaran Kabupaten

Sragen. Adapun lokasi SD Negeri Kliwonan 2

berada di Dukuh Gelang Desa Kliwonan Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen dan dilaksanakan dalam waktu waktu + Selama 3 bulan yaitu bulan April dan Juni 2012.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah pendekatan Studi Kasus (case

study).

C. Prosedur Penelitian

1. Observasi awal. Mengadakan observasi

tentang kondisi sekolah, kegiatan sekolah yang berkaitan kenakalan anak dengan uapaya penanganan.

2. Menganalis hasil observasi. Berdasarkan

(8)

3. Pelaksanaan wawancara, aktivitas untuk mengetahui upaya penanganan kenakalan anak, yang melibatkan Kepala Sekolah, dan guru.

4. Penarikan Kesimpulan.

D. Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan metode trianggulasi sumber data dan trianggulasi data.

E. Teknik Analisis data

Dalam penelitian ini digunakan model induktif interaktif. Model analisis ini memiliki tiga komponen pokok analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu kasus.

F. Indikator Pencapaian

Indikator pencapaian keberhasilan dapat dirinci sebagai berikut :

1. Dapat mendeskripsikan jenis-jenis

kenakalan yang dilakukan oleh anak kelas V SD Negeri Kliwonan 2 Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Dapat mendeskripsikan usaha-usaha yang

dilakukan oleh guru untuk mengatasi kenakalan anak kelas V SD Negeri Kliwonan 2 Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan wawancara kepada Bapak Kepala Sekolah, Guru Agama Islam, dan Wali Kelas V SD Negeri 2 Kliwonan Masaran Sragen, maka dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Jenis-jenis kenakalan yang dilakukan oleh

anak kelas V SD Negeri Kliwonan 2 Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012.

Hasil temuan, baik dengan wawancara, observasi maupun dokumentasi diketahui

bahwa jenis-jenis kenakalan yang dilakukan oleh anak kelas V SD Negeri Kliwonan 2 Masaran Sragen adalah :

a. Tidak mengikuti jamaah sholat dhuhur.

Kegiatan ini adalah suatu upaya sekolah untuk meningkatkan keagamaan siswa, namun hal ini tidak direspon baik olehnya, siswa sering tidak mengikuti kegiatan tersebut. Siswa sering kali meninggalkan kegiatan tersebut ke kantin, dan bermain di lingkungan sekolah.

b. Membolos. Membolos adalah pergi

meninggalkan sekolah tanpa sepenge-tahuan dari pihak sekolah. Membolos disini pada hakekatnya mereka berangkat kesekolah dengan berpakain seragam dari rumah akan tetapi mereka tidak datang ke sekolah mereka pergi entah kemana. Mereka berpamitan kepada orang tuanya berangkat kesekolah akan tetapi jalanya lain, mereka sering nongkrong-nongkrong di pingir jalan. Keadaan seperti ini sering terjadi karena mereka merasa bosan dengan suasana sekolah, ada pula yang beralasan terlambat akhirnya mereka memutuskan untuk membolos saja.

c. Ngobrol/ramai pada jam pelajaran

berlangsung. Kenakalan semacam ini merupakan suatu gejala atau peristiwa ketidakteraturannya dalam kedisiplinan diri. Karena adanya sifat bosan, malas, dan ingin mencari-cari perhatian guru agar mau memperhatikannya sehingga dapat mengganggu dan menghambat aktifitas pembelajaran.

d. Lari dari sekolah pada jam pelajaran

(9)

e. Cara berpakaian/seragam tidak sesuai dengan yang di tentukan. Cara berpakaian/seragam tidak sesuai dengan yang di tentukan oleh sekolah merupakan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. f. Tidak mengerjakan PR sekolah. Tidak

mengerjakan PR sekolah ini sering kali dilakukan oleh para siswa laki-laki. PR dianggap sebagai beban mereka dan menyita waktu mereka untuk bermain. Mereka beranggapan bahwa pelajaran di sekolah sudah cukup, dan tidak perlu lagi pekerjaan rumah (PR) yang hanya menyita waktu bermain dan waktu mereka untuk bersantai.

g. Tidak memakai ikat pinggang dan kaos kaki. Setiap sekolahan mewajibkan para siswanya untuk memakai ikat pinggang dan memakai kaos kaki. Para siswa ini sering kali tidak memakai ikat pinggang dan kaos kaki, dikarenakan ada yang malas memakai ikat pinggang ada pula yang mengatakan bahwa mereka terburu-buru berangkat ke sekolah akhirnya lupa untuk memakai ikat pinggang.

h. Sering terlambat datang ke sekolah. Sering terlambat datang ke sekolah mungkin bagi siswa yang rumahnya jauh, yang hanya bisa di tempuh dengan kendaraan bermotor/angkutan. Tapi lain halnya dengan para siswa di SD Negeri Kliwonan 2 Masaran ini, yang sering terlambat bukanya siswa yang jauh rumahnya melainkan siswa-siswa yang dekat dengan sekolah yang sering terlambat datang ke sekolah.

i. Menyontek. Karena para guru melarang para siswa membawa catatan kedalam kelas pada saat ujian berlangsung. Hal ini sering dilakukan oleh para siswa yang belum siap melaksa-nakan ujian atau siswa yang belum belajar menjelang ujian.

j. Membangkang/tidak patuh pada aturan.

Pembangkangan dan ketidakpatuhan terhadap aturan, merupa-kan kesengajaan yang dilakukan karena bosan atau jenuh terhadap pelajaran, mungkin pelajaran

tersebut bagi mereka membuatnya terbelenggu atau mengganggu aktifitas yang sedang mereka lakukan.

k. Membuang sampah bukan pada tempatnya. Bentuk kenakalan seperti ini dilakukan dengan sengaja yang ketidakteraturannya dalam kedisiplinan diri. Hal ini terbukti adanya memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk membuang sampah tidak pada tempatnya.

l. Membiarkan rambut (bagi murid pria) dan kuku dibiarkan memanjang. Di sekolah, setiap hari jum’at diadakan pemeriksaan terhadap rambut dan kuku kepada siswa kelas V. Hal ini dilakukan karena dengan rambut yang tidak panjang bagi pria akan tidak menggangu konsentrasi belajar sedangkan pada siswa perempuan untuk merapihak tatanan rambutnya.

2. Penyebab terjadinya kenakalan siswa kelas V

di SD Negeri 2 Kliwonan Masaran Sragen. Kenakalan siswa kelas V di SD Negeri Kliwonan 2 disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu:

a. Faktor Keluarga. Salah satu faktor

penyebab kenakalan siswa di SD Negeri Kliwonan 2 Masaran adalah:

1) Orang tua yang selalu sibuk terhadap pekerjaanya, sehingga orang tua tidak bisa memperhatikan/ menjaga anaknya secara langsung, dengan demikian perhatian orang tua terhadap anaknya sangatlah kurang, sehingga anak merasa terabaikan dan akhirnya menjadi nakal.

2) Ekonomi keluarga yang sanagt kurang, sehingga kebutuhan anak tidak bisa terpenuhi.

3) Tidak ada kesinambungan antara

keluarga dengan sekolah.

4) Keluarga tidak menindaklanjuti

program yang telah diberikan disekolah.

b. Faktor di lingkungan sekolah. Sekolah

(10)

1) Metode belajar mengajar yang membosankan

2) Tidak adanya inovasi dalam

pembelajaran

3) Sarana yang sudah ada tidak pernah digunakan

4) Guru yang tidak masuk saat jam

mengajar

5) Guru yang selalu meninggalkan kelas pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

6) Adanya teman yang selalu mengajak terhadap hal-hal negatif, seperti mengajak ngobrol, bermain dan lain sebagainya.

c. Faktor pengaruh lingkungan (pergaulan). Faktor penyebab kenakalan siswa yang berasal dari masyarakat telah dikemukakan oleh adalah :

1) Kurang pengawasan atau kurang

peduli terhadap perilaku siswa 2) Kurangnya ajaran-ajaran agama 3) Masyarakat yang kurang memperoleh

pendidikan, terutama pendidikan agama Islam

4) Pengaruh norma-norma dari luar yang masuk.

3. Upaya Guru dalam Mengatasi Kenakalan

Siswa kelas V di SD Negeri Kliwonan 2 Masaran Sragen

Upaya guru dalam menanggulangi kenakalan siswa kelas V di SD Negeri Kliwonan 2 Masaran Sragen, dapat dilaksanakan antara lain : secara Preventif (pencegahan), Represif (menghambat), maupun yang bersifat Kuratif (penyembuhan) dan Rehabilitasi (perbaikan).

a. Usaha guru untuk mengatasi kenakalan

siswa kelas V dengan cara preventif (pencegahan). Dalam menaggulangi kenakalan siswanya guru agama berkewajiban untuk melakukan langkah-langkah prefentif yaitu:

1) Pemberian pendidikan agama Islam

2) Mengadakan Sholat jemaah dzuhur.

3) Pemberian materi pendidikan al-qur’an

4) Mengadakan pembinaan melalui

kegiatan ekstra kurikuler

Adapun kegiatan ekstrakurikurer adalah sebagai berikut: a) Pramuka; b) Volly bal; c) Sepak bola; d) Tenis meja; e) Bela diri.

5) Meningkatkan efektifitas hubungan

orang tua dan masyarakat (Humas)

b. Usaha guru untuk mengatasi kenakalan

siswa kelas V dengan cara represif (menghambat, melakukan tindakan). Adapun langkah-langkah Represif yaitu:

1) Diberi nasehat dan peringatan secara

lisan dan tulisan

2) Mengadakan pendekatan kepada orang

tua/wali murid

3) Mengadakan kerjasama dengan

masyarakat

c. Usaha guru untuk mengatasi kenakalan

siswa kelas V dengan cara kuratif (penyembuhan) dan rehabilitatif (perbaikan)

Llangkah-langkah yang di tempuh oleh guru agama adalah:

1) Langkah penanganan secara umum,

yang meliputi antara lain:

a) Memberi teguran dan nasehat

kepada siswa yang bermasalah dengan menggunakan pendekatan keagamaan

b) Memberi perhatian khusus kepada siswa yang bersangkutan, yang dilakukan secara wajar agar tidak menyebabkan kecemburuan sosial

c) Menghubungi orang tua/wali

prihal kenakalan siswanya, agar mereka mengetahui perbuatan putranya

2) Langkah penanganan secara khusus

(11)

a) Untuk mengatasi timbulnya kenakalan siswa yang kurang perhatian dari orang tua, langkah yang di tempuh adalah:

(1) Memberikan bimbingan dan

pengertian kepada anak tersebut akan cinta kasih dan kesibukan orang tua dalam mencari nafkah bagi dirinya.

(2) Memberikan kontrol terhadap

tindak dan tingkah laku siswa tersebut berupa perhatian khusus yang wajar

(3) Memberikan perhatian berupa

pemberian tanggung jawab kepada siswa agar pada dirinya memuat rasa percaya diri dan bertanggung jawab pada kegiatan yang dilaksanakan

b) Kenakalan siswa akibat pengaruh

lingkungan, hal yang dilakukan adalah: (1) Senantiasa memberikan pengertian

kepada siswa tentang berbagai hal yang patut ditiru dan yang tidak patut di contoh

(2) Memantau perkembangan siswa dan cepat tanggap bila terjadi penyimpangan tingkah laku yang membahayakan dan untuk segera mungkin diambil jalan pemecahannya.

(3) Mengharuskan siswa untuk berbuat baik sesuai dengan aqidah agama Islam serta mampu bertingkah laku sesuai dengan aturan norma dan tata tertib yang ada di sekolah.

PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan uraian dari laporan penelitian yang telah penulis kemukakan di depan, maka penulis dapat simpulkan:

1. Bentuk kenakalan yang dilakukan oleh siswa kelas V SD Negeri Kliwonan 2 Masaran adalah: Tidak mengikuti jamaah, membolos, ngobrol/ramai, lari dari sekolah, berpakaian tidak sesuai dengan yang di tentukan, tidak mengerjakan PR, tidak memakai ikat pinggang dan kaos kaki, sering terlambat datang sekolah, menyontek, membangkang, membuang

sampah sembarangan, dan tidak merawat rambut dan kuku.

2. Usaha guru dalam menanggulangi kenakalan siswanya:

a. Preventif (mencegah): memberi

pendidikan agama, melakkan kegiatan ekstrakulikurer, pembiasaan sholat berjemaah, pemberian pendidikan al-Qur’an dan meningkatkan hubungan orang tua dan masyarakat yang efektif.

b. Represif (pencegahan) : dengan

memberikan nasehat yang baik kepada siswa, memberikan bimbingan dan pengarahan serta hukuman yang mendidik. c. Kuratif (penyembuhan) dan Rehabilitasi

(perbaikan): memberi teguran dan nasehat, memberi perhatian khusus dengan wajar, menghubungi orang tua/wali, memberi bimbingan dan pengertian, mengontrol siswa yang bersangkutan, mengharuskan siswa untuk berbuat baik.

B. Implikasi

Anak-anak di Sekolah Dasar merupakan asset masa depan suatu bangsa, oleh sebab itu pola pikir, pola perilaku dan pola tindakan serta pola sikap mereka harus diformat secara optimal, sehingga mereka mempunyai pola hidup yang terarah dan terpadu, penuh dengan kreasi dan inovasi. Sinkronisasi pembinaan antara lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah merupakan strategi yang tepat dalam usaha membentuk kepribadian mereka, agar mereka mempunyai skemata yang jelas untuk menapak masa depan.

Oleh karena itu kedudukan guru memiliki peran yang sangat penting dalam turut serta mengatasi terjadinya kenakalan siswanya, sebab guru merupakan sosok yang bertanggung jawab langsung terhadap pembinaan moral dan menanamkan norma hukum tentang baik buruk serta tanggung jawab seseorang atas segala tindakan yang dilakukan baiknya.

C. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut:

1. Bagi Guru

(12)

maupun pihak terkait dalam mengelola pendidikan di lembaga pendidikan tersebut.

2. Bagi Sekolah

Agar pihak sekolah lebih meningkatkan pengawasan terhadap siswanya secara rutin dan kontinyu dan agar terjadi komunikasi yang kondusif antar sekolah, orang tua, masyarakat, disarankan agar pihak sekolah.

3. Bagi Peneliti yang Akan Datang

Diharapkan dapat dijadikan sebuah bahan pertimbangan kepada penelitian yang akan datang untuk meneliti terhadap kepedulian guru dalam menanggulangi kenakalan siswa, sehingga apa yang diharapkan oleh guru dan orang tua bisa tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Afifudin, Mawardi. 1988. Psikologi Anak Usia

Sekolah Dasar. Harapan Massa

Anggani Sudono, 2000. Sumber Belajar dan Alat

Permainan. Jakarta. Grasindo

Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian,

Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Renika Cipta.

_________, 2002. Dasar – dasar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara

Bambang Mulyono, 2000. Perilaku Tentang

Kriminalitas Remaja dan Pemuda Beserta

Pembinaannya, Jakarta : yayasan Panca

Wira Bakti.

Danim, Sudarwan. 2005. Menjadi Peneliti

Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia

Daradjat, Zakiah. 2000. Ilmu Pendidikan Islam.

Jakarta: Bumi Aksara.

Depdikbud, 1995. Kurikulum SD tahun 1994.

Jakarta : Depdikbud

________, 1996. Metodik Khusus Pengajaran IPA

di SD. Jakarta: Depdikbud.

Depdinas, 2004. Materi IPA Terintegrasi Untuk

SD. Jakarta: Depdiknas.

Hamzah B. Uno, 2007. Profesi Kependidikan

Problema, Solusi dan Reformasi

Pendidikandi Indonesia. Jakarta: Bumi

Aksara.

Iin Kurnia Yunianti, 2010, Studi Analisis Tentang

Anak Hyperaktif Serta Usaha -Usaha Mengatasinya Pada Siswa Kelas V SD

Negeri Sambungmacan 4 Kabupaten Sragen

Tahun 2010. Surakarta: PGSD UMS

Isnawati, Nurlaela. 2010. Guru Positif-Inovatif.

Yogyakarta: Laksana.

Ketut, D. Sukardi, 2004. Pengantar Pelaksanaan

Program Bimbingan dan Konseling di

Sekolah. Jakarta : Reneka Cipta.

_______, 2003. Manajemen Bimbingan dan

konseling Di Sekolah. Bandung: CV

Alfabeta

Marzuki, 2002. Metodologi Riset. Yogyakarta:

BPFE- UII

Martinis Yamin, 2006. Sertifikasi Profesi

Keguruan di Indonesia Dilengkapi UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Jakarta: Gaung Persada Press.

Miles dan Huberman, 2007, Analisis Data

Kualitatif: Buku Sumber tentang

Metode-metode Baru. Terjemahan Jtetjep Roehadi

Rohidi.Pendamping, Mulyarto. Cet.1. Jakarta : UI Press.

Moleong, L.J. 2006. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Muhibbin Syah, 2010. Psikologi Pendidikan

dengan Pendekatan Baru. Bandung

Remaja Rosda Karya.

Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Profesional.

Bandung: Remaja Rosda Karya

Nana Syaodih Sukmadinata, 2007. Metode

Penelitian Pendidikan. Bandung

Remaja Rosda Karya.

Nanik Asmarani, 2010 Peranan Orang Tua Dalam

Mencegah Kenakalan Remaja Pada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sambungmacan Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010.

Sukoharjo, FKIP Univet Bantara.

National Board for Profesional Teaching Skill,

2002. What Teachers Should Know and Be

Able to Do

Ngalim Purwanto, 2004. Psikologi Pendidikan.

Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nurbani YS dan A Ariyadi W, 2002. Psikologi

Anak dan Remaja, Yogyakarta: Aksara

Indonesia.

Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang

(13)

Safian, Syafartin. 2005. Guru Profesional dan

Implementasi Kurikulum. Jakarta, Ciputat

Pers.

Singgih D. Gunarso, 2002. Psikologi

Perkembangan Anak dan Remaja. Jakrta:

BPK Gunung Mulia.

Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi. Edisi

Kedua. Terj. Misbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Sri Suharni, 2011 Upaya Mengatasi Perilaku

Khusus anak Melalui Pendekatan Konseling Realita Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Kandangsapi Jebres Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.

Sukoharjo: FKIP Univet Bantara.

Sudarsono, 2005. Latar Belakang Kenakalan

Remaja, Bandung : Alumni

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Administrasi.

Bandung. Alfa Beta.

Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian.

Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sutama, 2010. Metode Penelitian Pendidikan,

Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R & D

Surakarta: Fairuz..

Sutopo, HB. 2003. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Surakarta. UNS Press.

Suyanto dan Hisyam Zaini, 2010. Strategi

Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:

Pustaka Madani.

UU RI No. 23.2003. Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta : DPR RI.

Walgito, Bimo. 2005. Bimbingan & Konseling di

Sekolah. Yogyakarta : Andi

Winkel, 2005. Psikologi Pengajaran. Jogyakarta:

Media Abadi.

* Cicik Rohmawati: Mahasiswa FKIP Program

PGSD UMS.

** Saring Marsudi. Dosen Progdi. PGSD FKIP UMS Jln. A Yani Tromol Post 1 Kartasura.

*** Joko Suwandi. Dosen Progdi. PGSD FKIP

(14)

Referensi

Dokumen terkait