o
Selasa0
Rabu.
Kam;s0
Jumat4
5
6
7
8
9
10
11
20
21
22
23
24
25
26
o
Mar OApr o Me; OJun OJul 0 Ags
o Sabtu
12
13
27
28
OSep
OOkt
KOMPAS
o
M;nggu14
15
16
29
30
31
ONov
ODes
~~Ghost
--
._-~""-'-
-~Writer~~
---
- ---.
--dan Pelacuran
lntelektual
I(F
perguruan tinggi be-
USplagiarismedi
erapa waktu lalu
menghiasi pemberitaan
me-dia eetak dan elektronik.
Ge-lar doktor di perguruan tinggi
negeri temama di
Yogyakar-ta, misalnya, terpaksa
diea-but oleh perguruan tinggi itu
karena disertasi doktomya
menggunakan tulisan skrlpsi
orang lain.
Begitujuga dengan seorang gu-ru besar di pergugu-ruan tinggi negeri ternama di Jakarta. Persyaratan karya ilmiah untuk guru besar itu juga milik orang lain. Namun, ke-mudian tak terdengar lagi apakah jabatan akademik guru besar itu dicopot atau tidak. Yangjelas na-ma yang bersangkutan tenggelam. Padahal,sebelumnya dia sering menjadi narasumber wartawan. Namun, kini ternyata dia mendu-duki jabarim rektor di perguruan tinggi swasta di Jakarta.
. Plagiarisme yang masih hangat dalam pemberitaan media massa pada minggu kedua Februari ini dilakulGlnseorang guru besar se-kaligus dekan di perguruan tinggi swasta di Bandung. Ternyata per-syaratan karya tulisnya juga milik orang lain ketika tulisan tersebut dikirim ke media cetak berbahasa Inggris di Jakarta.
~~
~-
-SemEmtara itu, ghost writer-terjemahan bebasnya penulis han-tu atau penulis di belakang layar-kadang kala bekerja sebagai orang "profesional". Dari keahliannya sebagai ghost writer~diamemper-oleh uang dari klien yang membu-tuhkan keahliannya. Kenapa pe-nulis hantu? Sebab, dia memper-oleh uang, tetapi yang terkenal ka-rena tulisannya adalah orang lain.
Seorang pejabat, seperti presi-den, menteri, rektor, atau ulama Yangsuper sibuk, biasanya memi-100 ghost writer untuk menulis naskah pidato. Konon ulama super sibuk itu memerlukan jasa ghost
writer untuk menulis artikel di
mediaatau menulis buku. Pelacur Intelektual?
Ada yang berpendapat bahwa
ghost writer sah-sah saja. Ghost writer bukan pelacur intelektual
bila dia hanya mengembangkan ide-ide si klien dengan alasan si klien tidak ada waktu atau tulisan
ghost writer profesional lebih
----Oleh
ELVINARO
ARDIANTO
. . . .
1~Jt(}Ul9l(
Vt~jJt9alt JMrill!t9lc
,i"ij(h~pt9atl ]o]~aUt9lc jJlnajJl9al'
bagus.
Permasalahannya, bagaimana kalau ide dan pengembangan tulis-an itu diserahktulis-an sepenuhnya ke-pada ghost writer,misalnya dalam pembuatan skrlpsi, tesis, atau di-sertasi? Pokoknya tidak terjadi diskusi yang cukup hangat dari pembuatan karya ilmiah oleh
ghost writer. Dalam hal ini ghost
writercenderungmelakukan pela-curan intelektual, seperti lagu mu-sisi kondang lwan Fals bahwa skrlpsi dapat dibeli.
'Memang sampai saat ini belum ada etika yang mengatur hubung-an jasa ghost writer denghubung-an klien-nya kendati baklien-nyak lulusan pergu-ruan tinggi luar negeri asal Indo-nesia meminta jasa ghost writer untuk menghaluskan atau mem-ba~kan tulisan bahasa Inggris atau bahasa asinglainnya di negara itu. Namun, lulusan perguruan tinggi di mancanegara umumnya tidak melakukan itu karena biaya-nya sangat mahal. Hal ini seperti dialami seorang guru besar dari~ ...
Universitas Pendidikan Indone-sia. Untuk disertasi doktornya, dia tidak jadi memirtta jasa ghost
writer untuk membaguskan
tulis-an bahasa Inggris-nya.
Memang profesi ghost writer belum begitu terbuka di Indone-sia. Orang hanya menjadi ghost
writer karena jabatannya.
Con-tohnya, seorangmenteri membuat pidato kenegaraan untuk presi-dennya. Seorang staf ahli membu-atkan makalah untuk menterinya yang akan menjadi pembicara kunci dalam sebuah seminar.Atau, seorang pejabat humas perguruan tinggi membuatkan naskah pidato untuk rektornya.
Walaupun demikian, belum ada jasa ghost writer swasta, misalnya yang dapat membuatkan naskah pidato untuk presiden, makalah untuk menteri, atau naskah pidato untuk rektor.
Konon Presiden RI pertama ti-dak pernah menggunakan ghost
writer untuk naskah pidatonya.
Sebab, dia sendiri yang membuat
garis besar naskah pidato dan me-ngembangkannya. Hanya, mung-kin pengetikannya memerlukan bantuan staf.
Umumnya pejabat negara yang ahli pidato, seperti Soekarno,Adolf Hitler (pemimpin Nazi Jerman), dan John F Kennedy (Presiden Amerika. Serikat), tidak menggu-nakan ghost writeruntuk menulis naskah pidato resmi dan tidak res-mi.
Kembali pada profesi ghost
writer, hams dipeIjelas batasan,
etika, dan filosofinya seperti apa. Jadi, profesi itq menjadi profesi yang betul-betul profesional, bu-kan pelacur intelektual, bila ghost
writer menjadi konsultan untuk
penulisan karya ilmiah, seperti skripsi,tesis, dan disertasi.
Menghapus plagiarlsme
Pada dasarnya penulis setuju bahwa peran ghost writer bisa menggantikan posisi plagiator. Namun, beberapa orang berpen-dapat agar profesi ini jelas
--' '-'-- -- -
- -
...
organisasi profesinya. Lalu, ada etika yang mengatur hubungan
ghost writerdengan kliennya.
Ka-lau ada, ikrar antara ghost writer dan kliennya harus jelas. Jangan sampai ada orang yang bertanya, '~da yang menulis buku untuk dosen senior itu?" Padahal, kenya-taannya buku itu lahir dari sebuah diskusi yang cukup panjang, dan sesuai dengan pembagian bab, do-sen do-senioritu menulisnya.
Untuk menghindari atau meng-hapus plagiarisme, perguruan tinggi hams membangun iklim dan etika akademik. Iklim ini tidak hanya sampai pada kognisi dosen dan mahas,iswa,tetapi juga aspek afektif (sikap)dan psikomotor (pe-rilaku), sikap yang menyatakan bahwa plagiarisme itu sangat ter-cela. Adapun untuk ghost writer, karena faktanya memang ada,ten-tu hams ada aada,ten-turan mam yang jelas.