553
PERENCANAAN POLA OPERASI KERETA LAYANG BANDARA SOEKARNO HATTA TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN TERMINAL 4 DAN TERMINAL SKY CITY
Ahmad Syarifudin Manajemen Transportasi
Perkeretaapian Politeknik Perkeretaapian
Indonesia Madiun, Jawa Timur [email protected]
.id
Ary Putra Iswanto Manajemen Transportasi
Perkeretaapian Politeknik Perkeretaapian
Indonesia Madiun, Jawa Timur
David Malaiholo Manajemen Transportasi
Perkeretaapian Politeknik Perkeretaapian
Indonesia Madiun, Jawa Timur
Abstract
Kalayang (Skytrain) or Automatic people Mover system (APMS) is an airport facility that can be used by airport service users to make transfers between terminals. There are currently two 2.96 km track operated by 2 trainsets with 4 shelters. To maximize passenger facilities, the construction of soekarno hatta airport skytrain terminal is terminal 4 and sky city terminal which will be looping with a total trase length to 8,492 km. By knowing the development, research was carried out to obtain the pattern of operation of soekarno hatta airport flyover using quantitative analysis. The study used 4 trainsets that operated and 2 backup trainsets. Based on the study, it got a headway of 7 minutes from the previous 13 minutes. The cross capacity is 288 trips/day from the previous 155 trains/day.
Keywords: Operation Pattern, SkyTrain, Cross Capacity, Headway
Abstrak
Kalayang (Kereta Melayang) atau Automatic people Mover system (APMS) merupakan fasilitas bandara yang dapat digunakan oleh pengguna jasa bandara untuk melakukan perpindahan antar terminal. Saat ini terdapat dua jalur (track) sepanjang 2,96 km yang dioperasikan 2 trainset dengan 4 shelter . Untuk memaksimalkan fasilitas penumpang dilakukan pembangunan terminal skytrain Bandara soekarno hatta yaitu terminal 4 dan terminal sky city yang nantinya menjadi looping dengan panjang trase total menjadi 8,492 km. Dengan mengetahui pembangunan tersebut dilakukan penelitian untuk mendapatkan pola operasi kereta layang Bandara Soekarno Hatta menggunakan analisis kuantitatif. Didalam penelitian ini menggunakan 4 trainset yang operasi dan 2 trainset cadangan. Berdasarkan penelitian tersebut mendapatkan headway 7 menit dari yang sebelumnya 13 menit. Kapasitas lintas sebesar 288 perjalanan/hari dari yang sebelumnya 155 kereta/hari.
Kata Kunci: Pola Operasi, SkyTrain, Kapasitas Lintas, Headway
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Transportasi kereta api merupakan inovasi yang membawa perubahan besar dalam kebudayaan masyarakat. Perkembangan transportasi khususnya bidang perkeretaapian di Indonesia semakin mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dari tahun ke tahun.
Beberapa kota besar di Indonesia perkeretaapian muncul menjadi moda transportasi unggulan. Di Jakarta contohnya, selain ada KA konvensional, KA perkotaan/komuter, seperti KRL (Kereta Rel Listrik), MRT (Mass Rapid Transit), dan LRT (Light Rail Transit) juga beroperasi kereta layang Bandara Internasional Soekarno Hatta atau dikenal dengan Skytrain. Skytrain merupakan hasil dari kerjasama antara PT Angkasa pura (AP) II dengan PT LEN Industri yang digunakan untuk fasilitas penumpang di bandara soetta berpindah
554
tempat antar terminal 1,2,3, dan terminal ke stasiun kereta bandara soetta (IB). Kereta layang ini dioperasikan sejak tanggal 17 September 2017 oleh President Directure Angkasa pura II Muhammad Awaluddin. Saat ini telah beroperasi skytrain dengan dual track pada lintasan sepanjang 3km dengan menggunakan 2 trainset yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan penumpang di Bandara Soetta. Setelah tiga tahun beroperasi, skytrain direncanakan oleh pihak angkasa pura II akan ada penambahan terminal yaitu terminal 4 dan Sky City untuk memperluas wilayah skytrain. Maka diperlukanlah rencana pola operasi yang tepat untuk mendukung sistem operasi skytrain dengan menggunakan sarana yang ada saat ini.
Tujuan
Berdasarkan uraian dari latar belakang yang ada, dapat dijelaskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui headway yang dapat dicapai Kereta Layang Bandara Soekarno Hatta.
2. Dapat mengetahui kapasitas lintas yang terjadi di jalur Kereta Layang Bandara Soekarno Hatta.
KAJIAN LITERATUR
Kapasitas Lintas
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 35 Tahun 2011 tentang tata cara dan standar pembuatan grafik perjalanan kereta api, kapasitas lintas merupakan kapasitas atau kemampuan suatu lintas jalan kereta api untuk menampung operasi perjalanan kereta api dalam periode atau kurun waktu tertentu, bias 1 jam (60 menit) atau umumnya 24 jam (1440 menit) yang dapat dilaksanakan dilintas yang bersangkutan dengan stasiun KA per jam (KA/jam) atau per hari (KA/hari). Kapasitas lintas diperlukan untuk melihat kemampuan lintas atau prasarana dalam pengoperasian perjalanan kereta api, mengetahui tingkat kejenuhan perjalanan KA (perka) dalam satu lintas sebagai bahan evaluasi dan untuk menghitung frekuensi kereta api.
Headway
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan nomor 35 Tahun 2011 tentang tata cara dan standar pembuatan grafik perjalanan kereta api, headway adalah interval atau selang waktu antara saat di mana bagian depan kereta api melalui suatu titik (umumnya stasiun) sampai dengan saat bagian kereta api berikutnya melalui titik yang sama dengan satuan menit/KA. Interval atau selang waktu ini terdiri dari waktu perjalanan kereta api dari suatu stasiun ke stasiun berikutnya/sebelahnya ditambah dengan waktu pelayanan blok dan pengoperasian peralatan persinyalan.
Waktu Tempuh Antar Terminal 1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Suatu benda dapat dikatakan bergerak jika kedudukannya berubah terhadap acuan tertentu.
Menurut Prihatini (2017), Gerak Lurus Beraturan adalah gerak benda dengan jalur berbentuk garis lurus dengan arah dan jarak tempuh yang sama dalam tiap satuan waktu. Kelajuan rata- rata didefinisikan sebagai hasil bagi jarak total yang ditempuh dengan waktu tempuhnya.
2. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
555
Menurut Prihatini (2017), Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) didefinisikan sebagai gerak benda pada lintasan lurus dan arah gerakan yang tetap namun jarak tempuhnya berubah secara teratur tiap satuan waktu. Seringkali selama pergerakannya, kecepatan sebuah benda misalnya sepeda motor berubah baik besar maupun arahnya ataupun keduanya. Dikatakan bahwa benda mengalami percepatan. Pada suatu ketika jalannya diperlambat pada saat direm atau gasnya diturunkan dan dipercepat pada saat gasnya dinaikkan. Pergerakan seperti ini disebut sebagai Gerak Berubah Beraturan (GBB).
Tinjauan Communication Based Train Control (CBTC)
Communications Based Train Control (CBTC) merupakan sistem kontrol kereta otomatis yang memanfaatkan penentuan lokasi kereta resolusi tinggi, terlepas dari sircuit trac, komunikasi data dua arah yang berkelanjutan, berkapasitas tinggi, dua arah dua arah; dan prosesor kereta api dan prosesor di pinggir jalan yang mampu mengimplementasikan fungsi Automatic Train Protection (ATP), Automatic Train Operation (ATO) dan Automatic Train Supervision (ATS) opsional”, sebagaimana didefinisikan dalam standar IEEE 1474. Sistem kerja CBTC yaitu menggunakan sistem Moving Block yang mana sistem tersebut menjamin keamanan dengan membagi petak jalan menjadi beberapa bagian blok yang panjang dan lokasinya berubah-ubah, berdasarkan kecepatan dan posisi kereta api yang bersangkutan dan kereta api yang didepannya.
METODE PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Pada umumnya, metode pengumpulan data ada dua yaitu metode secara langsung (data primer) dan secara tidak langsung (data sekunder). Pada penelitian ini dibutuhkan data yang didapat dengan menggunakan satu metode pengumpulan data yaitu data sekunder.
Terdapat 3 jenis data sekunder yaitu:
1. Data sarana yang didapat dari unit maintenance 2. Data Prasarana yang didapat dari unit maintenance
3. Data Perencanaan Pola Operasi yang didapat dari unit OCC
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data Sekunder Penelitian 1. Pola Operasi Skytrain
Pola operasi digambarkan dalam suatu grafik perjalanan kereta api (GAPEKA) yang didalamnya terdapat:
a. Kapasitas lintas operasi: 155 kereta/hari b. Frekuensi kereta per hari 92 trainset/hari
c. Kecepatan operasional: 20 km/jam (Vmax: 30 km/jam) d. Jam operasional: jam 04.27 – 00.22
e. Headway antar kereta: 13 menit 2. Sarana Skytrain
556
Dalam merencanakan pola operasi kererta perlu memperhitungkan kebutuhan kereta/hari.
Ada 6 trainset kererta layang yang akan di operasikan 4 set dan 2 cadangan untuk menunjang perjalanannya.
a. Jumlah sarana: 6 set dengan setiap set terdapat 2 kereta b. Tipe kereta: AGT (Automated Guide Trainset)
c. Kecepatan maksimal: 30 km/jam d. Stamformasi kereta: MC1 – MC2
e. Kapasitas angkut: 88 penumpang/hari (11 duduk, 77 berdiri) 3. Kapasitas Angkut
Kapasitas angkut dari trainset yang digunakan kereta laying Bandara Soetta berdasarkan dokumen teknis PT Angkasa Pura II diketahui sebagai berikut:
Tabel 1. Spesifikasi Sarana
No. Item Spesifikasi
1. Jumlah Trainset 6 trainset
2. Stamformasi MC1 – MC 2
3. Kapasitas Trainset 88 penumpang (11 duduk, 77 berdiri)
Jarak Antar Terminal
Tabel 2. Jarak Antar Terminal
No. Lintas Jarak Blok (Km)
1 Terminal 1 – Terminal 1B 0,623 KM 2 Tterrminal 1B - Terminal 2 0,506 KM 3 Terminal 2 – Terminal 3 1,831 KM
4 Terminal 3 – Sky city 2,022 KM
5 Sky city – Terminal 4 2,515 KM 6 Terinal 4 – Terminal 1 1,354 KM
Total 8,492 KM
Waktu Tempuh Antar Terminal Skytrain
Dalam menentukan waktu tempuh pada penelitian ini harus ditambah dengan afset (acceleration) dan anzet (deceleration) sebagai berikut :
1. Acceleration : 1.0 m/s2 2. Deceleration :
Service : 1.0 m/s2 Emergency : 1.25 m/s2 Jerk limit : 0.1g or less
Menghitung waktu acceleration dan deceleration menggunakan rumus percepatan rata-rata.
Minus dalam waktu hanya menunjukkan arah gaya. sebagai berikut:
a. Akselerasi 𝑎 = 𝑣2 − 𝑣1
𝑡2 − 𝑡1 1,0 = 30 − 0
𝑡2− 0
1,0 = 30 𝑡2 𝑡2 = 30 1,0
557 𝑡2 = 30 𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚
1,0 𝑚/𝑠2 𝑡2 = 8,3𝑚
𝑠 1,0 𝑚
𝑠2 𝑡2 = 8,3 𝑠𝑒𝑐
b. Deselerasi 𝑎 = 𝑣2 − 𝑣1
𝑡2 − 𝑡1 1,0 = 0 − 30
∆𝑡
1,0 = −30
∆𝑡
∆𝑡 = −30 1,0
𝑡2 = −30 𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚 1,0 𝑚/𝑠2 𝑡2 = −8,3𝑚
𝑠 1,0 𝑚 𝑠2 𝑡2 = −8,3 𝑠𝑒𝑐
Menghitung jarak untuk acceleration dan deceleration menggunakan rumus GLBB sebagai berikut:
1. Akselerasi 𝑆 = 𝑣𝑜 𝑡 + 1
2 𝑎 𝑡2 = 0 8,3 +1
2 1 8,32 = 0 + 1
2 1 68,9 = 34,45 𝑚
2. Deselerasi 𝑆 = 𝑣𝑜 𝑡 + 1
2 𝑎 𝑡2 = 0 8,3 +1
2 1 8,32 = 0 + 1
2 1 68,9 = 34,45 𝑚
Tabel 3. Waktu Tempuh Antar Terminal
No. Lintas Jarak Blok (Km) Kecepatan Waktu Tempuh
1 Terminal 1 – Terminal 1B 0,623 KM 30 km/jam 2 menit 2 Tterrminal 1B - Terminal 2 0,506 KM 30 km/jam 2 menit 3 Terminal 2 – Terminal 3 1,831 KM 30 km/jam 4 menit
4 Terminal 3 – Sky city 2,022 KM 30 km/jam 5 menit
5 Sky city – Terminal 4 2,515 KM 30 km/jam 6 menit
6 Terinal 4 – Terminal 1 1,354 KM 30 km/jam 3 menit
Jumlah 22 menit
Headway Pada Track Skytrain
Waktu tempuh disetiap terminal yaitu 1 menit untuk naik turun penumpang. Dikarenakan ada jalur yang menjorok yaitu jalur menuju skycity, maka headway dibagi jadi 2 yaitu:
Waktu tempuh 1 = (Terminal IB - Terminal 2) + (Terminal 2 - Terminal 3) + (Terminal 3 – Skycity) + waktu tunggu naik-turun penumpang
= 2 menit + 4 menit + 5 menit + 3 menit
= 14 menit
558 𝐻1 = 𝑇𝑤𝑜 𝑊𝑎𝑦 𝑇𝑖𝑚𝑒
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑟𝑎𝑖𝑛𝑠𝑒𝑡
= (14 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 2) 4
= 28 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 7 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 4
Waktu tempuh 2 = (Terminal IB - Terminal 1) + ( Terminal 1 - Terminal 4 ) + (Terminal 4 – Skycity) + waktu tunggu naik-turun penumpang = 2 menit + 3 menit + 6 menit + 3 menit
𝐻1 = 𝑇𝑤𝑜 𝑊𝑎𝑦 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑟𝑎𝑖𝑛𝑠𝑒𝑡 = (14 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 2)
4 = 28 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
4 = 7 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Jadi, setelah pembangunan T4 dan sky city dengan menggunakan 4 trainset dan system persinyalan moving block menyebabkan perubahan headway menjadi 7 menit.
Kapasitas Lintas Pada Track Skytrain
Headway yang digunakan adalah headway yang paling besar yaitu 7 menit. Sehingga diperoleh perhitungan kapasitas lintas sebagai berikut :
𝐻1 = 1440
𝐻 𝑥 2 𝑥 0,7 = 1440
7 𝑋 1,4
= 288 perjalanan hari Grafik Perjalanan Skytrain
Berikut merupakan grafik rencana pola operasi yang telah dibuat penulis dari hasil penelitian menggunakan bantuan software Microsoft excel.
Gambar 1 Grafik Perjalanan Skytrain
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, kesimpulan yang didapatkan
adalah sebagai berikut :
558
1.
Dampak pembangunan terminal 4 dan Sky City dengan menggunakan 6 trainset rincian 4 operasi 2 cadangan adalah headway dengan waktu 7 menit dari yang sebelumnya 13 menit. Sehingga terdapat pemadatan waktu sebesar 6 menit.
2.
Dampak pembangunan terminal 4 dan Sky City dengan menggunakan 6 trainset rincian 4 operasi 2 cadangan adalah kapasitas lintas yang semula sebanyak 155 perjalanan per hari menjadi 288 perjalanan per hari.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel di Majalah atau Jurnal
Alfisyahrin, Afrio. (2018). Analisis Perjlanan Kereta Rel Listrik pada Lintas Manggarai- Bogor. Tugas Akhir. Program Studi Diploma III Manajemen Transportasi Perkeretaapian. Akademi Perkeretaapian Indonesia: Madiun.
Devi, P., Raharditha Luthfiana. (2017). Studi Pola Operasi Jalur Kereta Api Ganda Lintas Layanan Cicalengka – Nagrek – Lebak Jero. Skripsi. Fakultas Teknik Sipil.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: Yogyakarta.
Kholik, Muhammad Ilhamul. (2017). Optimalisasi Perencanaan Gapeka KA MRT Jakarta. Kertas Kerja Wajib. Program Studi Diploma III Manajemen Transportasi perkeretaapian. Akademi Perkeretaapian Indonesia: Madiun.
Artikel di Jurnal Online
Journal of Teaching and Learning Physics. http://dx.doi.org/10.15575/jtlp.v2i2.65680.
Siregar, Syofian. (2017). Metode penelitian kuantitatif : Dilengkapi dengan perbandingan perhitungan manual & SPSS. Jakarta: Bumi Aksara.
Supriadi, Uned (2008 , Januari). Kapasitas Lintas dan Permasalahanya. Bandung
Paper dipresentasikan pada suatu konferensi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Kereta Api.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2011 tentang Tata Cara dan Standar Pembuatan Grafik Perjalanan Kereta Api.
PT.Kereta Api Indonesia. (2012). Peraturan Dinas Nomor 19 Jilid I Tentang Urusan Perjalanan Kereta Api dan Urusan Langsir. Bandung: PT KAI