ANALISIS GENANGAN BANJIR SUNGAI RONGKONG KABUPATEN LUWU UTARA SULAWESI SELATAN
Hilda Yunita* Alimuddin Hamzah dan Paharuddin
Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Hasanuddin
*E-Mail : [email protected] ABSTRAK
Banjir terjadi akibat tidak tertampungnya air dalam saluran/kali. Penelitian ini diarahkan untuk mengestimasi luas genangan Sungai Rongkong, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan akibat debit ekstrim. Pemodelan dinamika air Sungai Rongkong dilakukan dengan memanfaatkan model HECRAS dengan skenario aliran tidak tunak (unsteady flow). Sebagai input data digunakan data debit Sungai Rongkong selama 10 tahun mulai dari tahun 2004-2015 yang diolah menggunakan Distribusi Log Pearson tipe III dan Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu. Berdasarkan perhitungan dari beberapa debit periode kala ulang didapatkan luas genangan maksimum terdapat di Kecamatan Sabbang pada Desa Bakka, Buntu Terpedo, Malimbu, Marobo, Pararra, Pengkendekan, Sabbang, Salama, Tandung, dan Tulak Tallu, pada Kecamatan Baebunta pada Desa Salassa, Sassa, Tarobok dan Baebunta. Pada Kala Ulang 200 tahun dengan debit maksimum 1420,90 mᵌ/det, sebaran area banjir terluas berada pada Kecamatan Baebunta, Desa Tarobok dengan luas genangan sebesar 774,46 Ha.
Kata kunci: Sungai Rongkong, HECRAS, Unsteady Flow, Banjir.
PENDAHULUAN Latar belakang
Sungai mengalirkan air dengan menganut filosofi gravitasi, dimana air selalu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah atau dari hulu menuju hilir. Proses aliran air di sungai adalah proses alam yang tiada henti, menutup siklus hidrologi dengan mengembalikan limpasan sungai ke laut.
Selama berabad-abad, sungai telah digunakan sebagai sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Singkat kata, air sebagai sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup akan tetapi dalam jumlah yang sangat besar, air juga bisa menjadi masalah bagi kehidupan. Salah satu bentuk masalah yang ditimbulkan dari volume air dalam jumlah yang sangat besar yaitu banjir. Banjir adalah genangan air yang menimbulkan kerugian ekonomi atau bahkan menyebabkan kehilangan jiwa (Asdak,1995).
Genangan air ini dapat terjadi karena adannya luapan- luapan pada daerah di kanan atau kiri sungai akibat alur sungai tidak memiliki kapasitas yang cukup bagi debit aliran yang lewat (Sudjarwadi,1987).
Sungai Rongkong adalah salah satu sungai di Provinsi Sulawesi Selatan yang tergolong kritis karena memiliki DAS yang cukup luas serta aliran yang deras.
Sungai Rongkong berada dalam DAS Rongkong dengan panjang sungai 108 km dan melewati 3 kecamatan yaitu Kecamatan Sabbang, Baebunta dan Malangke.
Mengigat sebagaian wilayah dari Sungai Rongkong merupakan daerah pemukiman. Maka sangat dirasakan penting upaya untuk melakukan penelitian dalam bentuk pemodelan mengenai peningkatan genangan yang ditimbulkan akibat kenaikan debit Sungai Rongkong.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk membuat pemodelan genangan Sungai Rongkong di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Pemodelan menggunakan data debit Sungai Rongkong dari tahun 2005-2014 yang diolah menggunakan software HEC-RAS dengan simulasi aliran tak permanen (unsteady).
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengestimasi debit rencana beberapa kala ulang.
2. Mengestimasi luas area genangan pada debit rencana untuk beberapa kala ulang.
TINJAUAN PUSTAKA Profil Sungai Rongkong
Luas wilayah Kabupaten Luwu Utara sekitar 7.843,57 Km² terbagi dalam 12 kecamatan yang meliputi 173 desa/kelurahan. Terdapat 8 sungai besar yang mengaliri wilayah Kabupaten Luwu Utara dan sungai terpanjang adalah Sungai Rongkong dengan panjang 108 Km dan melewati tiga kecamatan yaitu Kecamatan Sabbang, Baebunta dan Kecamatan Malangke. Sungai
Rongkong masuk dalam DAS Rongkong dengan luas 190.478 ha. Sungai Rongkong memiliki bentuk memanjang. Kemiringan lereng bervariasi dari datar, landai, bergelombang, berbukit sampai bergunung dengan persen kemiringan 0-8, 8-15, 15-25, 25-40, dan
>40%.
HECRAS
HEC-RAS adalah program aplikasi untuk memodelkan aliran di sungai, River Analysis System (RAS), yang dibuat oleh Hydrologic Engineering Center (HEC) yang merupakan satu divisi di dalam Institute for Water Resources (IWR), di bawah US Army Corps of Engineers (USACE) (User’s Manual HEC-RAS, 2015). HEC-RAS merupakan model satu dan dua dimensi yang mampu menampilkan perhitungan penampang muka air untuk aliran pemanen maupun tak permanen. HEC-RAS yang digunakan dalam penelitian ini yaitu HEC-RAS versi ini versi 5.0.1.
HEC-RAS memiliki empat komponen model dua dimensi, yaitu perhitungan profil muka air aliran permanen, simulasi aliran tak permanen, perhitungan transport sedimen dan perhitungan kualitas air. Satu elemen penting dalam HEC-RAS adalah keempat komponen tersebut memakai data geometri yang sama, routine hitungan hidraulika yang sama, serta beberapa fitur desain hidraulik yang dapat diakses setelah hitungan profil muka air berhasil dilakukan (Istiarto, 2014). Pemodelan HEC-RAS menggunakan solusi finite volume, berikut rumus yang digunakan:
Persamaan massa
(1)
Dimana V(u,v) vektor kecepatan,
⁄ ⁄ atau dalam uraian komponen vektor ditulis sebagai berikut:
(2) Dimana t adalah waktu, u dan v adalah komponen kecepatan terhadap x dan y sedangkan H adalah tinggi muka air dan h adalah kedalaman.
Persamaan Momentum
(3) Atau dalam uraian komponen vektor dituliskan sebagai berikut (HECRAS, 2016):
(
) (4)
( ) (5)
Dimana adalah gravitasi, adalah eddy viscosity, adalah gesekan dasar dan ̅ .
Penetuan Koefisien Kekasaran (Manning)
Pada HECRAS Nilai kekasaran (manning) berhubungan dengan aliran yaitu apabila semakin banyak aliran yang masuk kedalam tanah maka semakin sedikit aliran dipermukaan. Aliran dari permukaan yang masuk kedalam tanah dinamakan infiltrasi. Infiltrasi terjadi pada lapisan tanah. Jika lapisan tanah sukar menyerap air bisa dikatakan debit yang turun di daerah tersebut menjadi air permukaan.
Sehingga infiltrasi lapisan tanah ini di hubungkan dengan Nilai Koefisien Manning berdasarkan Penggunaan Lahan yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Koefisien kekasaran manning (User’s Manual HEC-RAS,2015)
Penggunaan lahan Nilai manning Bandara/Pelabuhan 0,04
Pemukiman 0,08
Pertanian 0,06
Sawah 0,05
Semak Belukar 0,045
Hutan 0,055
Tubuh air 0,035
Lahan Terbuka 0.04
Boundary Condition
Diskritisasi kondisi batas aliran:
1. Kondisi batas elevasi permukaan air langsung ditetapkan sebagai Hn+1 = Hb. (6) 2. Kondisi gradien permukaan air di
hilir dilakukan dengan sederhana pada keterbatasan perkiraan volume dari persamaan (7) 3. Kondisi batas aliran di hulu dapat diterapkan
dengan langsung menggunakan persamaan
(8) Dimana Q adalah nilai debit, sehingga kondisi batas menggunakan hidrograf aliran.
BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian
Daerah penelitian ini berada di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan meliputi wilayah Sungai Rongkong yang mengalir sepanjang 108 km dengan hulu berada di Kecamatan Sabbang sebelah barat dari Sungai Rongkong.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Alat
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Laptop
2. Beberapa perangkat lunak seperti Global Mapper 16, ArcGIS 10.2.2 dan HEC RAS 5.0.1
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. ETOPO daerah Luwu Utara
2. Peta penggunaan lahan daerah Luwu Utara
3. Data tinggi muka air Sungai Rongkong selama 10 tahun lalu diolah menjadi data debit kemudian diolah lagi menjadi hidrograf aliran. Sumber data dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air, Provinsi Sulawesi Selatan.
METODE PENELITIAN Penyiapan Data
Data terrain diperoleh dari data ETOPO Daerah Luwu Utara yang dikonversi menjadi data kontur kemudian dibuat data TIN, dari data TIN inilah dikonversi menjadi data raster dengan menggunakan ukuran cell sebesar 0,5 meter yang bertujuan agar data terrain yang dihasilkan akan lebih detail. Menghitung debit Sungai Rongkong dengan berbagai kala ulang diperoleh dengan menggunakan Distribusi Log Pearson Tipe III dan Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu.
Pembuatan Model Aliran 2D
Langkah – langkah pemodelan aliran 2D:
1. Pembuatan data terrain dalam RAS Mapper dengan menggunakan data raster topografi hasil olahan dari data TIN. Hal ini dilakukan bertujuan
untuk memhasilkan proyeksi dan image dalam RAS Mapper.
2. Pembuatan area aliran 2 dimensi dengan cara mendigitasi di sekitar area sungai berbentuk polygon tertutup. Tujuannya untuk mendapatkan data mesh area aliran pada terrain yang akan digunakan.
3. Pembuatan boundary coundition dalam area aliran dengan tujuan membuat batasan di hulu dan di hiir pada area aliran sungai.
4. Pembuatan simulasi aliran dengan mengimput data hidrograf aliran pada batas kondisi di hulu sedangkan pada hilir menggunakan nilai kedalaman sungai.
Pemilihan Skenario Aliran
Terdapat 2 skenario aliran yang digunakan pada Softwere HECRAS yaitu aliran steady dan aliran unsteady. Aliran steady ialah suatu aliran fluida yang tidak memiliki perubahan kecepatan terhadap semua titik dalam aliran tersebut dan Aliran unsteady ialah ketika dalam aliran tersebut terjadi perubahan kecepatan terhadap waktu. Kasus analisis genangan banjir Sungai Rongkong skenario yang digunakan ialah aliran unsteady.
Flowchart Penelitian
Gambar 2 Bagan Alir Penelitian
HASIL DAN DISKUSI Hasil Perhitungan Debit
Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan. Mengingat bahwa debit aliran sangat bervariasi dari waktu ke waktu, maka diperlukan data pengamatan debit dalam waktu panjang.
Debit di suatu lokasi yang ditinjau dapat juga diperkirakan berdasar data tinggi muka air yang terekam di stasiun-stasiun pencatat tinggi muka air.
Debit aliran di sungai berasal dari debit yang jatuh di DAS, sehingga dengan mengetahui kedalaman debit dan kehilangan air seperti infiltrasi, maka akan dapat diperkirakan debit aliran.
Data yang digunakan berupa data tinggi muka air selama 10 tahun dari tahun 2005-2014 diolah menjadi debit kala ulang. Sumber data diambil dari Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA), Provinsi Sulawesi Selatan. Kondisi Batas pada hulu (Upstream) merupakan data hidrograf aliran yang telah dihitung menggunakan metode Distribusi Log Pearson III dan hidrograf satuan sintesi banjir rencana metode nakayatsu. Pada penelitian ini digunakan skenario aliran unsteady (aliran tak permanen). Adapun hasil perhitungan dengan menggunakan metode log person III ialah Sebagai berikut :
Tabel 2 Data Debit Maksimum Tahunan TAHUN Q (MQX)
2005 129.18
2007 125.65
2010 125
2008 111.45
2013 111.06
2014 108.28
2011 103.27
2006 102.84
2012 102.4
2009 93.56
Sumber : Hasil Perhitungan n = 10
Jumlah Log X = 2.044
Jumlah ( log X - ̅̅̅̅̅̅̅̅ = 0.019 Jumlah ( log X - ̅̅̅̅̅̅̅̅ = 0.000122 Rata – rata / Mean ̅̅̅̅̅̅̅̅ =
= = 0.2044 Standar deviasi (S Log X) = √
= √ = 0.050
Koefisiean Skweness (Cs)
= ̅̅̅̅̅̅̅̅
= . 0.000122 = 0.1774
Tabel 3. Hasil Perhitungan Debit Rencana Metode Log Pearson III
Sumber: Hasil Perhitungan
Dari table hasil perhitungan debit rencana menggunakan metode distribusi log pearson III dapat dilihat bahwa semakin bertambahnya rentang waktu periode kala ulang, maka akan semakin meningkat pula debit rencananya.
Gambar 3 Grafik Hasil Perhitungan Debit Rencana Distribusi Log Pearson III
Untuk melakukan perhitungan hidrograf satuan sintetis, maka hasil perhitungan debit rencana maka dilakukan perhitngan distribusi debit efektif 2, 5, 10, 25, 50, 100 dan 200 tahun.
Dimana :
- Debit efektif (mm) = debit rencana x koefisien pengaliran
- Distribusi debit efektif = debit efektif (mm) x
Parameter yang telah dihitung ialah sebagai berikut:
L = 45 km A = 288.18
= 0,4 + 0,058 x 45 = 3.01 jam = 0,75 x 3.01 = 2.2575 jam
Kala Ulang K (0.1) K (0.2) SLOPE K (0.4158) Q (mᶟ/s) 2 -0.017 -0.033 -0.16 0.018616 110.9301059 5 0.836 0.83 -0.06 0.849356 121.0718758 10 1.292 1.301 0.09 1.271966 126.5818124 25 1.785 1.818 0.33 1.711542 132.5791661 50 2.107 2.159 0.52 1.991248 136.5424255 100 2.400 2.472 0.72 2.239727 140.1624962 200 2.670 2.763 0.93 2.462981 143.4968354
100 110 120 130 140 150
2 5 10 25 50 100 200
Debit rencana
Kala Ulang
= 3.01 + 0,8 x 2.26 = 5.418 jam
= 2 x 3.01 = 6.02 jam
= X
= 10.47035
Setelah perhitungan parameter selesai, maka selanjutnya menetukan bentuk hidrograf satuan, tabel ordinat hidrograf satuan dan hasil perhitungan dapat dilihat pada gambar 5.
Hasil Pengolahan Data Raster
Pada penelitian ini salah satu data pendukung yaitu data ETOPO daerah Luwu Utara. Dari data ETOP Otersebut dikonversi ke data kontur dengan interval 0.5 meter. Data kontur diubah dalam bentuk TIN yang merupakan model data topologi berbasis vector yang digunakan untuk mempresentasikan rupa bumi. TIN mempresentasikan bentuk permukaan bumi yang diperoleh dari titik-titik yang tersebar secara tidak teratur serta membentuk jaringan segitiga tidak beraturan yang saling berhubungan. Dari data TIN ini diubah menjadi dataraster pada Arctoolbox, TIN to Raster di ArcGIS.
Hasil Pengolahan Data Terrain
Data yang diolah dalam HEC-RAS adalah data raster.
Untuk membuat terrain, dara raster tersebut harus diexport dalam bentuk tiff, data tiff inilah yang akan dikonversi ke terrain. Data terrain ini digunakan sebagai dasar untuk membuat batas area aliran yang akan disimulasikan. Berikut data terrain yang digunakan dalam penelitian ini.
Gambar 4 Data Terrain Data Running Unsteady
Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data tinggi muka air selama 10 tahun yang dihitung dengan metode log pearson III dan hidrograf satuan sintetik nakayasu yang menghasilkan data hidrograf aliran.
Hasil running ini menghasilkan pemodelan genangan setiap kala ulangnya. Berikut adalah contoh pengimputan data hidrograf aliran pada simulasi unsteady.
Gambar 5 Hidrograf Aliran
Analisis Genangan Berdasarkan Waktu Simulasi Program HEC-RAS ini terdapat 2 skenario yang bisa digunakan yaitu aliran steady (aliran permanen) dan unsteady (aliran tak permanen). Aliran steady ialah suatu aliran fluida yang tidak memiliki perubahan kecepatan terhadap semua titik dalam aliran sedangkan aliran unsteady ialah ketika dalam aliran tersebut terjadi perubahan kecepatan terhadap waktu. Untuk kasus simulasi ini pada proses running data digunakan simulasi unsteady. Simulasi yang dilakukan dimulai dari tanggal 1 September 2016 pukul 01:00 sampai dengan tanggal 4 September 2016 pukul 08:00. Dari hasil running setiap kala ulang 2, 5, 10, 25, 50, 100 dan 200 tahun menghasilkan batas pemodelan yang berubah setiap waktu simulasi yang digunakan kemudian untuk mengetahui luas genangan dilakukan perhitungan luas area genangan pada ArcGIS.
Gambar 6 Grafik Luas Genangan
Pada kala ulang 2 tahun sebesar 1098.43 m3/det dengan daerah genangan seluas 2946.76 Ha. Pada periode kala ulang 5 tahun dengan debit rencana sebesar 1198.85 m3/det dengan daerah genangan seluas 3072.69 Ha. Debit rencana periode kala ulang 10 tahun sebesar 1253.41 m3/det seluas 3267.71 Ha. Pada periode kala ulang 25 tahun sebesar 1312.80 m3/det dengan seluas 3468.71 Ha, periode kala ulang 50 tahun sebesar 1352.04 m3/det dengan seluas 3706.52 Ha dan periode kala ulang 100 tahun sebesar 1387.89 m3/det dengan seluas 3923.14 Ha serta periode kala ulang 200
3 20 102 260 350
750 1510
1654 1758 1973 2028
1704
1550 1503 1489 1367
0 500 1000 1500 2000 2500
1/09/2016 jam 2
1/09/2016 jam 7
1/09/2016 jam 10
1/09/2016 jam 12
1/09/2016 jam 20
1/09/2016 jam 23
2/09/2016 jam 23
3/09/2016 jam 17
Luas (Ha)
Waktu Simulasi
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000
1 6 11 16 21 26 31 36 41 46 51 56 61 66 71 76 81
Debit mᶟ/s
Waktu (jam) 200 tahun
100 tahun
25 tahun 50 tahun
10tahun
5 tahun 2 tahun
tahun sebesar 1420.90 m3/det dengan seluas 4220.79 Ha.
Hasil analisis dari debit rencana maksimum kala ulang dan luas wilayah genangan dari beberapa desa yang berdasarkan pada perhitungan debit rencana kala ulang yaitu 2, 5, 10, 25, 50, 100 hingga 200 tahun sebagai berikut:
Gambar 7 Luas Area Tergenang Kala Ulang 200 Tahun
Analisis Genangan Ditinjau dari Penggunaan Lahan
Genagan adalah suatu keadaan dimana tidak tertampungnya aliran air dalam saluran pembuangan (kali). Salah satu pengaruh terjadinya genangan pada suatu daerah yaitu terjadinya perubahan tata lahan (land use) di daerah aliran sungai (DAS). Dalam penelitian ini berdasarkan analisis perhitungan ada beberapa penggunaan lahan yang terendam diantaranya hutan, lahan terbuka, pemukiman, pertanian, sawah, dan semak belukar. Dari perhitungan yang telah dilakukan daerah genangan paling luas yaitu di Kecamatan Baebunta tepatnya di Desa Taborok. Dimana daerah ini pengguna lahannya berupa pemukiman, perrtanian sawah, dan semak belukar. Berikut hasil analisis genangan berdasarkan penggunaan lahan:
Gambar 8 Presentase Luas Genangan Keseluruhan Penggunaan Lahan
Dari presentasi diatas jumlah keseluruhan penggunaan lahan yang terbesar yaitu Pertanian seluas 1666.71 Ha, hutan dengan luas 1273.996 Ha, lahan terbuka dengan luas 306.292 Ha, semak belukar dengan luas 462.46
Ha, sawah seluas 360.455 Ha dan terkecil yaitu pemukiman seluas 110.914 Ha.
Kesimpulan
1. Dari hasil perhitungan didapatkan pertambahan luas genangan disetiap periode kala ulang. Hasil perhitungan debit yang dilakukan hanya dipengaruhi oleh Sungai Rongkong. Perhitungan debit rencana periode kala ulang yang telah dilakukan dengan menggunakan Motode Log Pearson III dan Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu, maka diperoleh debit rencana periode kala ulang 2 tahun sebesar 1098.43 m3/det dan periode kala ulang 200 tahun sebesar 1420.90 m3/det.
2. Hasil daerah yang tergenang akibat debit rencana maksimum 2, 5, 10, 25, 50, 100 dan 200 tahun berada di dua kecamatan yaitu Kecamatan Sabbang dan Baebunta. Pada Kecamatan Sabbang genangan berada di Desa Bakka, Buntu Terpedo, Malimbu, Marobo, Pararra, Pengkendekan, Sabbang, Salama, Tandung dan Tulak Tallu sedangkan di Kecamatan Baebunta berada di Desa Baebunta, Salassa, Sassa dan Tarobak sedangkan untuk penggunaan lahan yang terbesar tergenang adalah pertanian seluas 1666.71 Ha dan terkecil yaitu pemukiman seluas 110.914 Ha.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kepada Allah SWT, Orang Tua dan semua pihak yang telah membantu dalam terwujudnya paper ini.
REFERENSI
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Campbell, J. E., & Shin, M. 2012. Geographic Information System Basics. Los Angeles, California: Creative Commons.
Chow, Ven Te. 1989. Hidrolika Saluran Terbuka.
Erlangga. Jakarta
Ikke Sari, Arnita dkk. 2013. Penentuan Area Luapan Kali Babon Akibat Kenaikan Debit Air Berbasis Sistem Informasi Geografis. Jurnal Geodesi Undip Volume 2, No.4 Oktober 2013
International Hydrological Decade (IHD) 6. 1975. A united state of contributions to the International Hydrological Decade
Istiarto. 2014. Modul Pelatihan : Simulasi Aliran 1- Dimensi Dengan Bantuan Paket Program Hidrodinamika HEC-RAS. Yogyakarta : UGM Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis,
Konsep-konsep Dasar (Perspektif Geodesi dan Geomatika). Informatika Press. Bandung
491.23 105.92
425.13 127.65
407.29 71.65
253.57 193.37
649.81 395.56
276.92 21.35
26.89
774.46
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 Bakka
Buntu Terpedo Malimbu Marobo Pararra Pengkendekan Sabbang Salama Tandung Tulak Tallu Baebunta Salassa Sassa Tarobok
Luas (Ha)
Desa Tergenang 50 150 250 350 450 550 650 750 850 950 1050 1150 1250 1350 1450
Hutan Lahan Terbuka Pemukiman Pertanian Sawah Semak Belukar
Luas (Ha)
Penggunaan Lahan
Sudjawardi. 1987. Teknik Smber Daya Air. Pusat Antar Universitas (PAU) Ilmu Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Supirin. 2004. System Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Penerbit Andi. Yogyakarta
Suyono dan Kusnama. 2010. Statigraphy and Tectonics of the Sengkang Basin, South Sulawesi, Jurnal Geologi Indonesia, Vol.5 No. 1 Maret 2010:1-11
Triatmodjo Bambang. 2014. Hidrologi Terapan. Beta offset. Yogyakarta.
Winatdi, Aryo Titis dan Putra, Galih Permana.
Elavuasi Kapasitas Kali Bodri dengan Menggunakan Program Hec-Ras 4.0 pada Kondisi Unsteady.
U.S. Army Corps of Engineers Hydrologic Enginnering Center. User’s Manual,HEC-RAS River Analysis System. California. 2015