Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work
non-commercially, as long as you credit the origin creator
and license it on your new creations under the identical
terms.
BAB III
PELAKSANAAN KERJA MAGANG
3.1 Kedudukan dan Koordinasi 3.1.1 Kedudukan
Penulis berperan sebagai bagian dari tim kreatif yang memegang brand Samsung.
Tim Samsung terdiri dari group head Bahari Chandra; art director Rais Djamal dan Fendy Iskandar; copywriter Dhannisa Nurfira, Rico Zulwin, dan Chandra Suteja; dan graphic designer Purnama Gumulya dan Bagasworo Rinugroho.
Project manager dari tim ini adalah Maria Sinaga. Posisi creative director tim ini sedang kosong, sehingga mereka langsung berhubungan dengan Chief Creative Officer (CCO) Brian Capel. Selain Samsung, bukan tidak mungkin tim ini memenangkan pitching brand lain.
Gambar 3.1 Anggota Tim Kreatif Samsung (karya pribadi, 2017)
3.1.2 Koordinasi
Kegiatan yang penulis telah lakukan dapat dibagi menjadi 3 poin besar yaitu:
1. Ngide (brainstorm)
Sebuah proses brainstorm / pencarian ide (ngide) untuk konsep Television Commercial (TVC), radio ad, 360 campaign, dan key visual. Berikut alur kerjanya.
Gambar 3.2 Bagan Kerja 360 campaign (karya pribadi, 2017)
2. Syuting
Konsep dan story iklan harus di craft terlebih dahulu oleh tim kreatif. Berikut alur kerjanya.
Gambar 3.3 Bagan Kerja Konsep TVC (karya pribadi, 2017)
Kemudian setelah story dinyatakan approved, iklan akan diproduksi. Tahap-tahap produksi yang penulis lakukan terdiri dari:
a. Meeting pra-produksi b. Syuting
c. Pasca produksi
d. Photoshoot
Gambar 3.4 Bagan Kerja Produksi TVC (karya pribadi, 2017)
3. Print Layout
Menata layout untuk materi promosi berbentuk cetak menggunakan komputer.
Berikut alur kerjanya.
Gambar 3.5 Bagan Kerja Produksi Print (karya pribadi, 2017)
3.2 Tugas yang Dilakukan
Tabel 3.1. Detail Pekerjaan Yang Dilakukan Selama Magang
Minggu Proyek Keterangan
1 Galaxy S8 “Unbox Your Phone” layout (5:1) Galaxy J (Working Title: 1000
Alasan Memilih J)
ngide
layout (poster)
2 Galaxy A “Mbak Payung” layout (cutout, topper, popup) Chitato Do Us A Flavor meeting (initial brief TVC)
meeting (initial brief Digital) 3 Galaxy A “Mbak Payung” layout cont’d
Galaxy C9 Pro photoshoot
4 Chitato Do Us A Flavor syuting TVC post TVC (offline) meeting (PPM Digital)
post TVC (grading & dubbing)
Galaxy A “Mbak Payung” layout final 5 Chitato Do Us A Flavor syuting Digital
post TVC (online) translate caption Digital layout (leaflet)
post TVC (final mix)
6 Samsung Signal Max syuting TVC
post TVC (offline) post TVC (online)
Samsung Z4 ngide
7 Galaxy J (Working Title: Better When Together)
ngide (origami ide)
Samsung Ramadan ngide (radio)
Galaxy S8 “Unbox Your Phone” layout (usaha KV) Chitato Do Us A Flavor layout final
8 Galaxy Tab S3 “Luxurious in Every Way”
layout (banner, poster, KV, leaflet, backpanel)
9 Galaxy Tab S3 “Luxurious in Every Way”
layout final 10 Galaxy J “Now Is More Than
Selfie – More Is Better”
ngide (bantu rhyme skrip) storyboard Digital
Gear 360 & VR “Product Centric” layout (KV) 11 Galaxy J “Now Is More Than
Selfie – More Is Better”
layout (banner, flag, topper, cutout, popup & highlighter) Gear 360 & VR “Product Centric” layout (ubah KV)
12 Galaxy J “Now Is More Than Selfie – More Is Better”
layout final
3.3 Uraian Pelaksanaan Kerja Magang 3.3.1 Proses Pelaksanaan
Tugas yang dilakukan penulis terbagi menjadi 3 hal besar yaitu: ngide, syuting, dan layout cetak. Berikut adalah uraiannya.
3.3.1.1. Ngide (brainstorm)
Ngide (brainstorm) adalah proses mencari ide-ide untuk konsep iklan. Biasanya dilakukan dengan diskusi satu tim dan tiap anggota saling melontarkan ide-ide
dan ditanggapi anggota yang lain. Pada tahap ngide, penulis melakukan proses ngide untuk konsep iklan radio Samsung Ramadan bersama Dhannisa.
a. Radio ad Samsung Ramadan
Dhannisa memerintahkan penulis mencari ide-ide radio ad untuk Samsung Ramadan. Konsep dari Samsung Ramadan adalah mengalihkan perhatian pendengar dari godaan di bulan puasa ke promo Samsung. Formulanya adalah
“daripada melakukan/tergoda dosa X, mending dengerin promo Samsung”.
Sebelumnya ia juga mengajarkan mengenai iklan radio yang baik serta senjata yang sering dipakai dalam iklan radio seperti insight, reverse, dan device.
Gambar 3.7 Hasil brainstorm penulis (karya pribadi, 2017)
Penulis memberikan beberapa alternatif ide tapi menurut Dhannisa ide-ide tersebut belum matang. Antara lain: lidah yang jalan-jalan ke toko Samsung, keheningan, bahasa alien. Ada satu ide yang ia cukup suka, yaitu mengenai konsep overlapping sound/ditimpa. Kemudian ia memperbaikinya sedikit dan menyuruh penulis membuat naskahnya. Ceritanya mengenai iklan/suara di radio yang bisa membuat batal puasa kemudian ditimpa oleh promo Samsung Ramadan.
Menurut Helitzer dan Shatz (2005), pengulangan akan menimbulkan humor. Di sini penulis menggunakan pengulangan kata (paired words). Kata
“dengerin” diulang pada kalimat “daripada dengerin gosip, mending dengerin iklan kami. Kata “goda” diulang pada kalimat “daripada dengerin godaan iklan, mending dengerin promo menggoda kami”. Kata “ikutan” diulang pada kalimat
“daripada ikutan orang marah-marah, mending ikutan promo kami”.
Gambar 3.8 Naskah radio ad dengan konsep ditimpa (karya pribadi, 2017)
Setelah penulis menunjukkannya, ia merevisi formatnya. Ia mengatakan bahwa dalam naskah harus ada keterangan-keterangan yang membuat klien yang membaca bisa mengerti dan mendapat bayangan, tidak hanya pencipta naskhanya saja yang dapat memahami. Selain konsep ini, Dhannisa memberikan 2 alternatif lagi kepada klien. Sayangnya, alternatif konsep ini tidak dipilih oleh klien.
3.3.1.2. Syuting
Dalam tahap ini, penulis berpatisipasi dalam proses syuting/produksinya. Produksi yang diikuti penulis adalah TVC Chitato “Do Us a Flavor”, Digital Video Chitato
“Do Us a Flavor”, dan Photoshoot Samsung Galaxy C9 Pro.
a. TVC Chitato “Do Us a Flavor”
TVC ini dikerjakan oleh 3 orang dari tim Samsung, yaitu: Rais (art director), Dhannisa (copywriter), dan Bagas (graphic designer). Konsep TVC ini adalah bahwa Chitato ingin mengajak masyarakat untuk mengirim ide rasa baru Chitato untuk memenangkan uang 500 juta. Di TVC ini diceritakan orang-orang yang mendapat ide rasa melalui visual, audio, dan gerakan.
Gambar 3.9 Contoh director’s board (Leo Burnett, 2017)
Penulis hanya mengikuti initial brief, penulis tidak ikut PPM (pre- production meeting). Di initial brief, dibacakan undang-undang dalam pemilihan talent maupun isi shot agar tidak melanggar pet peeve klien. Dalam PPM,
diselaraskan antara agency board dengan director’s board. Penulis mengikuti syuting, offline, online, dan final mix-nya. Syuting dilakukan di Ancol di 3 tempat selama 1 hari. Production house yang dipilih adalah OrangeWaterLand dengan kru sebagai berikut:
Director: Arie Ong
Producer: Moming Mo
DOP: Ical Tanjung
Art Director, Assisstant Director
Co Director: Adhi Reksa. Executive Producer: Dina Ponsen, Dita Soekrisno
Makeup, Hair, Wardrobe, Talent Coordinator, Production Assistant
Gambar 3.9 Logo PH OrangeWaterLand (Bagasworo Rinugroho, 2017)
Untuk pasca produksi, digunakan lagi 2 production house, yaitu Sunny Side Up untuk visual dan Studio 8 untuk audio.
Penulis tiba di lokasi pertama (dermaga pantai festival Ancol) mengenakan name tag Leo Burnett langsung disambut oleh production assistant
dan dibawa ke sebuah tenda. Tenda tersebut adalah tenda untuk klien dan agency (kreatif dan account). Di sini penulis melihat botol air yang dicopot labelnya.
Sang art director memberi tahu bahwa dalam syuting iklan, terutama makanan, akan sensitif bila menunjukkan produk brand saingan. Di sini penulis belajar mengenai kode etik dalam iklan.
Kemudian penulis menuju area perekaman. Di sana terdapat reflektor kain yang sangat besar dan lampu yang tidak kalah besarnya. Terlihat DOP yang sedang duduk di dolly sambil mengintip viewfinder dan assistant director yang sedang teriak-teriak mengarahkan. Kamera yang digunakan adalah Arri Alexa dengan lensa Zeiss. Di sini penulis juga melihat tim art yang sedang memoles packaging Chitato yang masih mulus dari pabrik dan memotong ujungnya dengan gunting gerigi dengan hati-hati. Mereka juga memilah-milah kripik chitato yang bulat sempurna saja agar estetis di frame.
Gambar 3.10 Video assist sedang mengoperasikan monitor (Bagasworo Rinugroho, 2017)
Penulis kemudian melihat sebuah tenda lagi. Di tenda tersebut terdapat sutradara yang sedang melihat melalui monitor. Sesekali ia menghampiri lokasi perekaman untuk mengarahkan. Tim kreatif juga sesekali berdiskusi dengan sutradara. Setelah sutradara puas dengan satu shot dan kreatif agensi juga setuju, baru mereka menunjukkan ke klien. Mereka biasanya memberi 1-3 alternatif shot.
Setelah klien OK, lanjut syuting shot berikutnya. Di lokasi pertama ini, scene yang diambil adalah seorang pria yang mendapat ide rasa ketika teman perempuannya minta difoto dengan latar awan lucu. Kemudian setelah selesai semua scene di lokasi pertama, penulis bersama tim kreatif pindah ke lokasi dua dengan diantar mobil.
Lokasi kedua adalah sebuah restoran dan bercerita tentang seorang pria yang mendapat ide rasa ketika teman perempuannya yang kepanasan saat menggigit makanan sehingga berbicara cadel. Di lokasi ini terlihat sekali keindahan set dan property yang dibuat oleh tim art PH.
Gambar 3.11 Lokasi kedua (Bagasworo Rinugroho, 2017)
Lokasi ketiga adalah sebuah rumah di Pasar Seni Ancol. Set rumah dibuat seperti café yang sedang konser. Scene-nya adalah seorang perempuan yang mendapat ide rasa setelah mendengar lirik “rasa yang tak hilang” yang dinyanyikan lead singer. Para extras ramai menunggu dipanggil menjadi crowd konser. Ada satu shot yang berisi main talent dan di background terdapat 2 extras beruntung yang mukanya cukup terlihat.
Gambar 3.12 Lokasi ketiga, setting café konser (Bagasworo Rinugroho, 2017)
Penulis ikut offline di Indofood Tower bertemu dengan klien. Di sana sutradara menyajikan 2 rough cut alternatif untuk versi 30 detik dan 3 alternatif untuk versi 15 detik. Untuk yang 15 detik, penulis mengutarakan pendapat supaya memakai yang versi rasa yang tak hilang saja karena terbukti lagu tersebut terngiang dan dinyanyikan berulang-berulang oleh kalangan kru film dan agensi.
Online dilakukan di Sunny Side Up Kemang. Yang datang adalah klien, tim kreatif, account, director, producer, executive producer, dan production assistant. Software yang digunakan untuk color grading adalah Baselight.
Digunakan alat berbentuk keyboard besar yang dinamakan Blackboard. Untuk satu shot saja, terdapat dua puluhan layer, masing-masing untuk koreksi warna tumbuhan, wajah, packaging, langit, dan lain-lain.
Gambar 3.13 Blackboard control panel (FilmLight, 2017)
Untuk Visual Effects (VFX) digunakan software Autodesk Flame.
Sedangkan untuk dubbing digunakan software Steinberg Cubase. Di proses grading hanya art director yang datang sedangkan di proses dubbing hanya ada copywriter. Terbukti teamwork mereka yang bagus karena saat ditanya kenapa tidak dua-duanya datang untuk melakukan supervisi, mereka menjawab karena sudah percaya satu sama lain.
Final mix dilakukan untuk revisi audio dan visual sampai hasil iklan ditujui oleh petinggi dalam klien dan iklan siap ditayangkan.
b. Digital Video Chitato “Do Us a Flavor”
Berbeda dengan TVC, digital video adalah video yang ditampilkan di internet, seperti di media sosial, YouTube, maupun website. Sama seperti pada karya TVC, proyek ini dikerjakan oleh Rais, Dhannisa, dan Bagas. Untuk proyek ini, penulis mengikuti pre-production meeting di Indofood Tower. Sebelum meeting dengan klien, agency mengadakan meeting dulu dengan production house baru kemudian
meeting semua bersama. Dalam pre-production meeting, dibahas mengenai pemilihan talent, lokasi, wardrobe, property. PH yang disewa adalah 9 Squad dengan kru sebagai berikut:
Director: Heru Sukmadana
Producer: Musa Tambunan
Executive Producer: Nanda Utama
Gambar 3.14 Logo 9 Squad (FilmLight, 2017)
Syuting dilakukan di 2 tempat, yaitu: studio PERSARI (Perseroan Artis Indonesia) untuk setting backyard party dan halaman rumah executive producer- nya untuk setting festival Betawi. Untuk backyard party, talent utamanya adalah seorang pria yang berperan sebagai disc jockey; sedangkan untuk festival Betawi, talent diperankan oleh Desta sebagai dirinya sendiri. Berbeda dengan TVC, kamera yang digunakan adalah RED Dragon.
Gambar 3.15 Setup festival Betawi (Bagasworo Rinugroho, 2017)
Gambar 3.16 Assistant director mengarahkan Desta (Bagasworo Rinugroho, 2017)
Di sini penulis belajar mengenai brand identity (color dan signature design) dan director’s craft. Director’s cut adalah insting sutradara untuk membuat versi cut-nya sendiri dari film yang sama (wikipedia.org). Dalam kasus ini terjadi sesuatu yang mirip director’s cut di mana sang sutradara improviasi dengan mengambil beberapa adegan yang tidak ada dalam naskah atas kehendak kreatifnya sendiri. Dan ternyata kali ini hasilnya memang bagus dan dipakai di hasil final.
c. Photoshoot Galaxy C9 Pro
Project ini dipegang oleh Purnama Gumulya yang akrab disapa Dhidan. Projek ini adalah product shot Galaxy C9 Pro dengan 3 warna (gold, black, pink) dari angle depan, belakang, samping, dan serong 30o. Ketiga produk handphone disediakan klien, tapi pihak PH meminta tambahan handphone untuk cadangan dengan biaya sendiri. Production house yang digunakan adalah Studio13elas di Jakarta Selatan.
Fotografernya adalah Paulus Imanuel yang spesialis foto produk dan otomotif.
Selain Mas Paul, ada fotografer di sana yang spesialis manusia, dan lain lain.
Kamera yang digunakan adalah PhaseOne.
Gambar 3.17 Logo Studio Tiga13elas (Studio Tiga13elas, 2017)
Di photoshoot ini penulis belajar mengenai bracketing. Bracketing adalah mengambil banyak foto dari satu scene yang sama dengan pengaturan yang berbeda (www.techradar.com). Bracketing dilakukan karena dalam satu foto produk (misal foto mobil dari angle depan, pasti ada part lampu, jendela, spion, bumper, dan lain lain) tidak mungkin pencahayaan tiap-tiap part akan sesuai harapan. Oleh karena itu dalam satu angle akan diambil beberapa foto yang masing-masing bagus satu part saja, yang kemudian foto-foto tersebut akan digabung menjadi satu foto yang keseluruhan part bagus di proses editing.
Gambar 3.18 Situasi photoshoot Galaxy C9 Pro (Purnama Gumulya, 2017)
3.3.1.3. Print Layout
Selain mengikuti ngide dan syuting, penulis juga berperan sebagai graphic designer di kantor. Proyek yang dilakukan penulis adalah Samsung Galaxy Tab S3 dan Samsung Gear VR & Gear 360.
a. Samsung Galaxy Tab S3 – Luxurious in Every Way
Pada proses ini, penulis melanjutkan key visual (KV) yang telah dibuat oleh Dhidan. Aset-aset foto berasal dari markas Samsung pusat. Dalam iklan ini, klien ingin menonjolkan kemewahan dari tablet Galaxy Tab S3. Klien merasa product image dari markas kurang menonjolkan luxury, maka klien meminta untuk dibuatkan angle product yang baru yang lebih menunjukkan luxury dengan cara skew aset-aset yang sudah ada. Klien juga meminta alternatif headline serta copy kepada copywriter Rico Zulwin. Penulis memberikan 2 alternatif angle:
Gambar 3.19 Alternatif KV Samsung Galaxy Tab S3 (karya pribadi, 2017)
Klien memilih alternatif KV yang kedua. Kemudian KV diambil alih oleh Dhidan.
Lalu layout tersebut masuk tahap digital imaging dengan menyewa jasa creative house dari luar perusahaan agar lebih bagus. Berikut adalah KV finalnya.
Gambar 3.20 KV final (karya pribadi, 2017)
Kemudian penulis juga membuat alternative media berdasarkan KV tersebut yang berupa poster, banner, backpanel, dan leaflet. Dalam tugas ini, Dhidan bertugas melakukan supervisi terhadap karya penulis.
Gambar 3.21 Media banner dan backpanel produk Galaxy Tab S3 (karya pribadi, 2017)
Gambar 3.22 Media leaflet awal produk Galaxy Tab S3 (karya pribadi, 2017)
Untuk leaflet terjadi revisi ukuran dan jumlah halaman. Berikut finalnya:
Gambar 3.23 Media leaflet final produk Galaxy Tab S3 (karya pribadi, 2017)
b. Key visual Gear VR & 360 – Product Centric
Selain membuat layout Galaxy Tab S3, penulis juga membuat key visual untuk Samsung Gear VR dan Gear 360. 2 produk tersebut adalah produk wearables sebagai aksesoris pelengkap smartphone Galaxy; di mana Gear VR adalah kacamata virtual reality sedangkan Gear 360 adalah kamera 360 derajat. Tujuan dari iklan ini adalah untuk meningkatkan penjualan kedua produk tersebut yang masih rendah karena adalah keduanya adalah produk niche market atau untuk pangsa pasar tertentu saja. Mereka ingin menonjolkan unsur fun dan mendapatkan pengalaman baru sebagai support dalam iklannya. Dalam tugas ini, Dhidan bertugas melakukan supervisi terhadap karya penulis.
Balance tidak selalu dicapai secara simetris. Balance yang asimetris dicapai dengan kontras. Balance yang asimetris melibatkan elemen yang tidak sama tapi berat visualnya sama (nwrain.net). Dalam KV ini, penulis mencoba meraih balance dengan mengatur ukuran image, jarak visual dan copy, dan kontras warna.
Gambar 3.24 KV Gear VR & Gear 360 pisah (karya pribadi, 2017)
Awalnya ada 2 KV untuk masing-masing produk, tapi klien kemudian meminta untuk menggabungkannya menjadi 1 KV. Terdapat tantangan dalam desain gabungannya karena Gear VR fotonya melebar horizontal sedangkan Gear 360 memanjang vertikal.
Gambar 3.25 Dua buah alternatif KV (Purnama Gumulya, 2017)
Dalam layouting, penulis belajar mengenai guideline dari sebuah brand dalam mengerjakan iklannya. Ada aturan-aturan yang harus ditaati ketika membuat iklan sebuah brand; seperti harus memakai typeface apa, treatment logo, pemilihan warna, dan lain lain. Menurut penulis guideline tersebut adalah salah satu brand identifier. Sebuah karya cetak harus mengutamakan kejelasan dan penyampaian informasi, tidak hanya keindahan. Selain itu penulis juga belajar teori grid system dan balance dari Dhidan dan Bagas. Dalam mendesain untuk klien, penulis juga belajar untuk memendam idealisme.
3.3.2 Kendala yang Ditemukan Kendala yang penulis alami adalah:
1. Rasa malu dan takut penulis untuk mengemukakan pendapat saat proses ngide.
2. Komputer yang lambat dan OS yang tua membuat beberapa pengerjaan task inefektif. Namun monitor dari komputer yang besar cukup membantu dalam pekerjaan desain.
3. Tidak ada Wi-Fi, hanya disediakan kabel ethernet untuk komputer. Sehingga untuk smartphone harus menggunakan kuota data seluler, padahal smartphone cukup penting dalam pekerjaan, misal untuk berkomunikasi dengan kru account, share dan preview file dari email anggota yang lain, dan lain lain.
4. Workload yang cukup banyak. Misal penulis sampai harus lembur sampai jam 2 malam. Tapi penulis selalu ditemani 2 graphic designer yang lain.
5. Komunikasi yang lama/inefisien karena terlalu banyak pihak yang terlibat, tidak direct antara klien dan designer. Misinterpretasi dan miskomunikasi antara kemauan klien dengan tim account dan tim kreatif.
6. Tapi hal-hal di atas terobati dengan suasana kantor mendukung yang fun dan lively, serta orang-orang asik yang mau berbagi ilmu.
3.3.3 Solusi Atas Kendala yang Ditemukan
Bahari menasehati penulis dalam menghadapi rasa pemalu untuk tidak terus berada di zona nyaman dan untuk tidak takut gagal ketika mencoba.
Untuk workload yang cukup banyak, penulis mengatasinya dengan mengutamakan tanggung jawab pada klien. Untuk tugas yang menjadi inefektif akibat OS yang tua, penulis tetap menggunakannya dan akhirnya terbiasa.