FORUM AND ASSOCIATION OF DEAN AND LECTURER OF LITERATURE AND HUMANITIES FACULTY OF ISLAMIC STATE
A. Dasar Pemikiran
Kebudayaan Melayu atau Kemelayuan merupakan entitas yang dinamis, sehingga diperlukan paradigma berpikir yang dinamis pula. Tanpa sudut pandang seperti ini, mak konsep Melayu itu tidak dapat dipahami secara holistik dan komprehensif. Saat ini, ada banyak definisi tentang Melayu itu sendiri. Di antara pengertian Melayu itu diungkapkan oleh Prof.
Zainal King dari Universitas Malaya, Malaysia. Menurutnya, dunia Mel
geografis yang meliputi seluruh wilayah masyarakat yang berbahasa rumpun Melayu di Asia Tenggara, terutama di kawasan kepulauan yang kini menjadi unit
negara, seperti: Indonesia, Malaysia, Brunei, Filipina
masyarakat di Singapura, Vietnam, Kamboja, dan Taiwan. Pengertian ini didasarkan pada corak kemiripan bahasa, karena bahasa merupakan satu
tersisa yang dapat membuktikan benar atau tidaknya sua kelompok-kelompok rumpun Melayu tersebut.
Salah satu ciri kebudayaan Melayu adalah sifatnya yang inklusif. Inklusivisme merupakan karakter dasar orang
berada di pinggir laut
dari seluruh penjuru dunia. Masyarkat Melayu menyerap secara aktif kebudayaan
pendatang. Akhirnya, Melayu dapat membangun kebudayaan yang unggul dalam berbagai segi kebudayaan. Demi
Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) Yogyakarta” dalam salah satu makalahnya.
Fakta historis menunjukkan bahwa kebudayaan Melayu merupakan “buah” dari hasil pertemuan antara Melayu dengan kebuday
Melayu. Sebelum kedatangan kebudayaan luar, masyarakat Melayu telah menganut sistem kepercayaan animisme dan dinamisme, sistem bercocok tanam, dan mampu membuat peralatan dari logam. Kebudayaan Melayu yang sudah
TERM of REFERENCE
THE 2nd ANNUAL INTERNATIONAL SYMPOSIUM ON
ISLAM AND HUMANITIES
(Islam and Malay Local Wisdom)
FORUM AND ASSOCIATION OF DEAN AND LECTURER OF LITERATURE AND HUMANITIES FACULTY OF ISLAMIC STATE
UNIVERSITY IN INDONESIA
Dasar Pemikiran
Kebudayaan Melayu atau Kemelayuan merupakan entitas yang dinamis, sehingga diperlukan paradigma berpikir yang dinamis pula. Tanpa sudut pandang seperti ini, mak konsep Melayu itu tidak dapat dipahami secara holistik dan komprehensif. Saat ini, ada banyak definisi tentang Melayu itu sendiri. Di antara pengertian Melayu itu diungkapkan oleh Prof.
Zainal King dari Universitas Malaya, Malaysia. Menurutnya, dunia Mel
geografis yang meliputi seluruh wilayah masyarakat yang berbahasa rumpun Melayu di Asia Tenggara, terutama di kawasan kepulauan yang kini menjadi unit-unit geopoloitik atau negara negara, seperti: Indonesia, Malaysia, Brunei, Filipina, Thailand, kelompok
masyarakat di Singapura, Vietnam, Kamboja, dan Taiwan. Pengertian ini didasarkan pada corak kemiripan bahasa, karena bahasa merupakan satu-satunya bukti sejarah yang masih tersisa yang dapat membuktikan benar atau tidaknya suatu kawasan yang ditempati oleh
kelompok rumpun Melayu tersebut.
Salah satu ciri kebudayaan Melayu adalah sifatnya yang inklusif. Inklusivisme merupakan karakter dasar orang-orang Melayu. Tempat hidup orang
berada di pinggir laut dan sungai, memungkinkan mereka bersentuhan dengan orang dari seluruh penjuru dunia. Masyarkat Melayu menyerap secara aktif kebudayaan
pendatang. Akhirnya, Melayu dapat membangun kebudayaan yang unggul dalam berbagai segi kebudayaan. Demikian menurut Mahyudin al-Mudra dari “Pemangku Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) Yogyakarta” dalam salah satu makalahnya.
Fakta historis menunjukkan bahwa kebudayaan Melayu merupakan “buah” dari hasil pertemuan antara Melayu dengan kebudayaan-kebudayaan lain yang mendatangi kawasan Melayu. Sebelum kedatangan kebudayaan luar, masyarakat Melayu telah menganut sistem kepercayaan animisme dan dinamisme, sistem bercocok tanam, dan mampu membuat peralatan dari logam. Kebudayaan Melayu yang sudah terbentuk tersebut kemudian diperkarya
ANNUAL INTERNATIONAL SYMPOSIUM ON
ISLAM AND HUMANITIES
(Islam and Malay Local Wisdom)
FORUM AND ASSOCIATION OF DEAN AND LECTURER OF LITERATURE AND HUMANITIES FACULTY OF ISLAMIC STATE
Kebudayaan Melayu atau Kemelayuan merupakan entitas yang dinamis, sehingga diperlukan paradigma berpikir yang dinamis pula. Tanpa sudut pandang seperti ini, maka konsep Melayu itu tidak dapat dipahami secara holistik dan komprehensif. Saat ini, ada banyak definisi tentang Melayu itu sendiri. Di antara pengertian Melayu itu diungkapkan oleh Prof.
Zainal King dari Universitas Malaya, Malaysia. Menurutnya, dunia Melayu merupakan kawasan geografis yang meliputi seluruh wilayah masyarakat yang berbahasa rumpun Melayu di Asia unit geopoloitik atau negara- , Thailand, kelompok-kelompok masyarakat di Singapura, Vietnam, Kamboja, dan Taiwan. Pengertian ini didasarkan pada satunya bukti sejarah yang masih tu kawasan yang ditempati oleh
Salah satu ciri kebudayaan Melayu adalah sifatnya yang inklusif. Inklusivisme orang Melayu. Tempat hidup orang-orang Melayu yang dan sungai, memungkinkan mereka bersentuhan dengan orang-orang dari seluruh penjuru dunia. Masyarkat Melayu menyerap secara aktif kebudayaan-kebudayaan pendatang. Akhirnya, Melayu dapat membangun kebudayaan yang unggul dalam berbagai Mudra dari “Pemangku Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) Yogyakarta” dalam salah satu makalahnya.
Fakta historis menunjukkan bahwa kebudayaan Melayu merupakan “buah” dari hasil kebudayaan lain yang mendatangi kawasan Melayu. Sebelum kedatangan kebudayaan luar, masyarakat Melayu telah menganut sistem kepercayaan animisme dan dinamisme, sistem bercocok tanam, dan mampu membuat terbentuk tersebut kemudian diperkarya
oleh kedatangan kebudayaan besar dunia, yang terdiri dari empat fase, yaitu: kebudayaan India; kebudayaan China; kebudayaan Arab (Timur Tengah); dan kebudayaan Barat.
Pertemuan kebudayaan ini dapat berlangsung dengan Di antara persentuhan budaya
yang berupa agama Islam, merupakan kebudayaan yang paling banyak berpengaruh dan paling dominan. Begitu kuat dan dominannya pengaruh Islam terh
beberapa sarjana mengambil kesimpulan bahwa “Dunia Melayu Dunia Islam”. Secara kultural, sintesa kebudayaan Melayu dan Islam dapat lihat dalam ungkapan “Adat bersendi syarak, syarak bersendikan Kitabullah” di daerah
Palembang, Banjar, Bugis, Gorontalo, Ternate, dan sebagainya. Bagi mereka, menjadi Melayu adalah menjadi Islam. Sebaliknya, mereka yang keluar dari Islam, sekaligus adalah keluar dari Islam (Mochtar Naim, 2011: 1).
Meskipun
kebudayaan Melayu sehingga menjadi sebuah entitas budaya yang khas. Islam di sini sebagai penanda dari sebuah simbol budaya yang dikembangkan oleh masyarakat Melayu. Bisa juga hal ini terjadi sebaliknya, yaitu Islam yang bercorak budaya Melayu di mana Melayu sebagai penanda Islam kelokalan. Bentuk
nasihat-nasihat yang telah menjadi
identitas kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:
18-9).
Unsur-unsur budaya lokal mempunyai potensi
kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Dalam perkembangan selanjutnya genius ini menjadi sebuah kearifan lokal (
gagasan setempat (
dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Namun, pada kenyataannya, kearifan lokal Melayu ini mulai ditinggalkan seiring kemajuan teknologi informasi yang semakin canggih.
Yang lebih parah kearifan lokal semakin hilang terge Islam yang di antaranya mencerabut budaya
islami. Hal ini dapat berakibat pada Islam yang tidak lagi membumi dan terasa asing bagi masyarakat lokal itu sendiri. Bila ini terjadi,
dan memberi rahmat bagi seluruh alam menjadi terganggu. Tentu saja hal ini dapat mengancam kehidupan dan kesinambungan Islam di masa
oleh kedatangan kebudayaan besar dunia, yang terdiri dari empat fase, yaitu: kebudayaan India; kebudayaan China; kebudayaan Arab (Timur Tengah); dan kebudayaan Barat.
Pertemuan kebudayaan ini dapat berlangsung dengan damai ataupun dengan ketegangan.
Di antara persentuhan budaya-budaya tersebut, kebudayaan dari Asia Barat (Arab) yang berupa agama Islam, merupakan kebudayaan yang paling banyak berpengaruh dan paling dominan. Begitu kuat dan dominannya pengaruh Islam terh
beberapa sarjana mengambil kesimpulan bahwa “Dunia Melayu Dunia Islam”. Secara kultural, sintesa kebudayaan Melayu dan Islam dapat lihat dalam ungkapan “Adat bersendi syarak, syarak bersendikan Kitabullah” di daerah-daerah, seperti: Aceh, Minangkabau, Riau, Jambi, Palembang, Banjar, Bugis, Gorontalo, Ternate, dan sebagainya. Bagi mereka, menjadi Melayu adalah menjadi Islam. Sebaliknya, mereka yang keluar dari Islam, sekaligus adalah keluar dari Islam (Mochtar Naim, 2011: 1).
Meskipun pandangan tersebut masih problematis, tetapi Islam telah memarnai kebudayaan Melayu sehingga menjadi sebuah entitas budaya yang khas. Islam di sini sebagai penanda dari sebuah simbol budaya yang dikembangkan oleh masyarakat Melayu. Bisa juga di sebaliknya, yaitu Islam yang bercorak budaya Melayu di mana Melayu sebagai penanda Islam kelokalan. Bentuk-bentuk budaya ini dapat berupa ajaran, pesan
nasihat yang telah menjadi local genius. Local genius merupakan
identitas kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:
unsur budaya lokal mempunyai potensi local genius
mampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Dalam perkembangan selanjutnya ini menjadi sebuah kearifan lokal (local wisdom) yang dapat dipahami sebagai gagasan gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Namun, pada kenyataannya, kearifan lokal Melayu ini mulai ditinggalkan seiring kemajuan teknologi informasi yang semakin canggih.
Yang lebih parah kearifan lokal semakin hilang tergerus oleh gerakan puritanisme Islam yang di antaranya mencerabut budaya-budaya lokal yang secara generik dianggap tidak islami. Hal ini dapat berakibat pada Islam yang tidak lagi membumi dan terasa asing bagi masyarakat lokal itu sendiri. Bila ini terjadi, maka misi Islam sebagai agama yang membawa dan memberi rahmat bagi seluruh alam menjadi terganggu. Tentu saja hal ini dapat mengancam kehidupan dan kesinambungan Islam di masa-masa yang akan datang.
oleh kedatangan kebudayaan besar dunia, yang terdiri dari empat fase, yaitu: kebudayaan India; kebudayaan China; kebudayaan Arab (Timur Tengah); dan kebudayaan Barat.
damai ataupun dengan ketegangan.
budaya tersebut, kebudayaan dari Asia Barat (Arab) yang berupa agama Islam, merupakan kebudayaan yang paling banyak berpengaruh dan paling dominan. Begitu kuat dan dominannya pengaruh Islam terhadap kebudayaan Melayu beberapa sarjana mengambil kesimpulan bahwa “Dunia Melayu Dunia Islam”. Secara kultural, sintesa kebudayaan Melayu dan Islam dapat lihat dalam ungkapan “Adat bersendi syarak, Aceh, Minangkabau, Riau, Jambi, Palembang, Banjar, Bugis, Gorontalo, Ternate, dan sebagainya. Bagi mereka, menjadi Melayu adalah menjadi Islam. Sebaliknya, mereka yang keluar dari Islam, sekaligus adalah keluar dari
pandangan tersebut masih problematis, tetapi Islam telah memarnai kebudayaan Melayu sehingga menjadi sebuah entitas budaya yang khas. Islam di sini sebagai penanda dari sebuah simbol budaya yang dikembangkan oleh masyarakat Melayu. Bisa juga di sebaliknya, yaitu Islam yang bercorak budaya Melayu di mana Melayu sebagai bentuk budaya ini dapat berupa ajaran, pesan-pesan, merupakan cultural identity atau identitas kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:
local genius karena telah teruji mampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Dalam perkembangan selanjutnya local yang dapat dipahami sebagai gagasan-
an, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Namun, pada kenyataannya, kearifan lokal Melayu ini mulai ditinggalkan seiring kemajuan teknologi informasi yang semakin canggih.
rus oleh gerakan puritanisme budaya lokal yang secara generik dianggap tidak islami. Hal ini dapat berakibat pada Islam yang tidak lagi membumi dan terasa asing bagi maka misi Islam sebagai agama yang membawa dan memberi rahmat bagi seluruh alam menjadi terganggu. Tentu saja hal ini dapat
masa yang akan datang.
Sedikit paparan di atas memberi dasar pijakan akan perlun
untuk menjelaskan secara interkoneksitas tentang hubungan Islam dan kearifan lokal di dunia Melayu. UIN Raden Fatah, khususnya Fakultas Adab dan Humaniora, mempunyai tanggung jawab moral untuk menggali secara mendalam aspek
mengingat bahwa kajian tentang Melayu Islam merupakan bidang kajian utama di UIN Raden Fatah Palembang setelah bertransformasi menjadi universitas.
B. Nama, Waktu, dan Tempat Nama kegiatan ini adalah: “ AND HUMANITIES (Islam and
Lecturer of Literature and Humanities
Indonesia” (Forum Dekan dan Asosiasi Dosen Ilmu Adab yang akan dilaksanakan pada
Sumatera Selatan, Indonesia.
C. Tujuan
Kegiatan simposium ini dilaksanakan dengan tujuan:
1. Mengumpulkan para pakar, peneliti, dan para dosen Ilmu Adab, Ilmu Sosial, Humaniora, dan Ilmu Perpustakaan untuk berbagai ilmu dan informasi dalam rumpun keilmuan tersebut.
2. Mendiskusikan ragam informasi dan ilmu pengetahuan dalam lingkup sosial dan humaniora, khususnya kebudayaan Melayu Islam.
3. Untuk memperoleh informasi pengetahuan terbaru tentang ilmu antar sesama dosen Fakultas Adab dan Humaniora se
ilmu serumpun, sehingga dapat meningkatkan kualita datang.
4. Memantapkan komitmen dan kontribusi Fakultas Adab dan Humaniora se
dalam menggali dan melestarikan kebudayaan Islam lokal untuk memperkuat identitas bangsa.
5. Memperkuat ukhuwah dan saling berbagi pengalam se-Indonesia.
6. Memperkenalkan alam budaya Melayu Palembang kepada masyarakat internasional.
Sedikit paparan di atas memberi dasar pijakan akan perlun
untuk menjelaskan secara interkoneksitas tentang hubungan Islam dan kearifan lokal di dunia Melayu. UIN Raden Fatah, khususnya Fakultas Adab dan Humaniora, mempunyai tanggung jawab moral untuk menggali secara mendalam aspek-aspek budaya Melayu dan Islam. Hal ini mengingat bahwa kajian tentang Melayu Islam merupakan bidang kajian utama di UIN Raden Fatah Palembang setelah bertransformasi menjadi universitas.
Nama, Waktu, dan Tempat
Nama kegiatan ini adalah: “The 2nd Annual International Symposium on ISLAM HUMANITIES (Islam and Malay Local Wisdom) Forum and Association of Dean and Lecturer of Literature and Humanities (ADIA) Faculty of Islamic State University
(Forum Dekan dan Asosiasi Dosen Ilmu Adab dan Humaniora se
yang akan dilaksanakan pada 08 – 10 September 2017 di Hotel “Swarna Dwipa”, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. (Jadwal kegiatan terlampir).
Kegiatan simposium ini dilaksanakan dengan tujuan:
Mengumpulkan para pakar, peneliti, dan para dosen Ilmu Adab, Ilmu Sosial, Humaniora, dan Ilmu Perpustakaan untuk berbagai ilmu dan informasi dalam rumpun keilmuan
Mendiskusikan ragam informasi dan ilmu pengetahuan dalam lingkup sosial dan niora, khususnya kebudayaan Melayu Islam.
Untuk memperoleh informasi pengetahuan terbaru tentang ilmu
antar sesama dosen Fakultas Adab dan Humaniora se-Indonesia dalam pembelajaran ilmu serumpun, sehingga dapat meningkatkan kualitas keilmuan di masa yang akan
Memantapkan komitmen dan kontribusi Fakultas Adab dan Humaniora se
dalam menggali dan melestarikan kebudayaan Islam lokal untuk memperkuat identitas
Memperkuat ukhuwah dan saling berbagi pengalaman akademik di antara anggota ADIA Indonesia.
Memperkenalkan alam budaya Melayu Palembang kepada masyarakat internasional.
Sedikit paparan di atas memberi dasar pijakan akan perlunya sebuah forum diskusi untuk menjelaskan secara interkoneksitas tentang hubungan Islam dan kearifan lokal di dunia Melayu. UIN Raden Fatah, khususnya Fakultas Adab dan Humaniora, mempunyai tanggung daya Melayu dan Islam. Hal ini mengingat bahwa kajian tentang Melayu Islam merupakan bidang kajian utama di UIN Raden
Annual International Symposium on ISLAM Forum and Association of Dean and Faculty of Islamic State University in dan Humaniora se-Indonesia) 2017 di Hotel “Swarna Dwipa”, Palembang,
Mengumpulkan para pakar, peneliti, dan para dosen Ilmu Adab, Ilmu Sosial, Humaniora, dan Ilmu Perpustakaan untuk berbagai ilmu dan informasi dalam rumpun keilmuan
Mendiskusikan ragam informasi dan ilmu pengetahuan dalam lingkup sosial dan
Untuk memperoleh informasi pengetahuan terbaru tentang ilmu-ilmu sosial-humaniora Indonesia dalam pembelajaran s keilmuan di masa yang akan
Memantapkan komitmen dan kontribusi Fakultas Adab dan Humaniora se-Indonesia dalam menggali dan melestarikan kebudayaan Islam lokal untuk memperkuat identitas
an akademik di antara anggota ADIA
Memperkenalkan alam budaya Melayu Palembang kepada masyarakat internasional.
D. Hasil yang Diperoleh
1. Para peserta memperoleh pengetahuan baru tentang nilai lokal Melayu.
2. Para peserta dapat memahami perkembangan terbaru ilmu pengetahuan dalam rumpun ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
E. Bentuk Kegiatan
1. Pra-Simposium Internasional dengan menghadirkan Prof. Dr. Kamaruddin Amin, M.A., (Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kement
SH (Gubernur Sumatera Selatan) 2. Focus Group Discussion (FGD) yang
Adab se-Indonesia.
3. Simposium Internasional tentang Islam dan Kearifan Lokal Melayu dengan menghadirkan lima orang narasumber utama pada sesi panelis berskala internasional, yaitu ;
- Prof. Noriah Mohamed, MA. (Universiti Sains Malaysia) - Prof. Dr. Sukree Langputeh, MA. (U
- Prof. Dr. Mohammed Hussein Ahmad, MA. (Universiti Islam Sultan Sharif Ali, Negara Brunei Darussalam).
- Prof. Dr. H. Oman Faturrahman, MA (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
- Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed. (UIN Raden Fatah
4. Musyawarah Forum Dekan Fakultas Adab dan Humaniora se langsung oleh Ketua ADIA, Prof. Dr. Misri A. Muchsin, MA.
5. Call For Paper
- Islam dan Kearifan Lokal Melayu di Sumatera, Jawa, Su - Islam dan Kearifan Lokal Melayu dalam bidang Politik - Islam dan Kearifan Lokal Melayu dalam Naskah Nusantara.
- Dinamika Kebudayaan Islam Melayu di Nusantara.
- Bahasa Arab dan Kontribusinya dalam Peradaban Islam Melayu di Nusantara.
Khusus untuk sesi seminar pararel di atas, makalah yang dipresentasikan adalah makalah yang sudah
Makalah ditulis dalam bahasa In
halaman dalam kertas A4; abstrak 250 kata dan tiga kata kunci; ditulis dengan Hasil yang Diperoleh
Para peserta memperoleh pengetahuan baru tentang nilai lokal Melayu.
Para peserta dapat memahami perkembangan terbaru ilmu pengetahuan dalam rumpun ilmu sosial dan humaniora.
Bentuk Kegiatan
Simposium Internasional dengan menghadirkan Prof. Dr. Kamaruddin Amin, M.A., (Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama R.I.),
SH (Gubernur Sumatera Selatan) sebagai keynote speaker.
Focus Group Discussion (FGD) yang akan diikuti oleh para kajur di lingkungan Fakultas Indonesia.
Simposium Internasional tentang Islam dan Kearifan Lokal Melayu dengan menghadirkan lima orang narasumber utama pada sesi panelis berskala internasional,
Noriah Mohamed, MA. (Universiti Sains Malaysia) Prof. Dr. Sukree Langputeh, MA. (Universitas Pattani Thailand)
Prof. Dr. Mohammed Hussein Ahmad, MA. (Universiti Islam Sultan Sharif Ali, Negara Brunei Darussalam).
Prof. Dr. H. Oman Faturrahman, MA (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed. (UIN Raden Fatah Palembang).
Musyawarah Forum Dekan Fakultas Adab dan Humaniora se langsung oleh Ketua ADIA, Prof. Dr. Misri A. Muchsin, MA.
Call For Paper ; Seminar Pararel Sub-Tema :
Islam dan Kearifan Lokal Melayu di Sumatera, Jawa, Sulawesi dan sekitarnya.
Islam dan Kearifan Lokal Melayu dalam bidang Politik Islam dan Kearifan Lokal Melayu dalam Naskah Nusantara.
Dinamika Kebudayaan Islam Melayu di Nusantara.
Bahasa Arab dan Kontribusinya dalam Peradaban Islam Melayu di Nusantara.
Khusus untuk sesi seminar pararel di atas, makalah yang dipresentasikan adalah makalah yang sudah diseleksi oleh steering commitee dengan ketentuan:
Makalah ditulis dalam bahasa Indonesia/ Arab/ Inggris. Panjang makalah antara 15 halaman dalam kertas A4; abstrak 250 kata dan tiga kata kunci; ditulis dengan
Para peserta memperoleh pengetahuan baru tentang nilai-nilai Islam dalam kearifan
Para peserta dapat memahami perkembangan terbaru ilmu pengetahuan dalam rumpun
Simposium Internasional dengan menghadirkan Prof. Dr. Kamaruddin Amin, M.A., erian Agama R.I.), dan Ir. H. Alex Noerdin,
.
akan diikuti oleh para kajur di lingkungan Fakultas
Simposium Internasional tentang Islam dan Kearifan Lokal Melayu dengan menghadirkan lima orang narasumber utama pada sesi panelis berskala internasional,
niversitas Pattani Thailand)
Prof. Dr. Mohammed Hussein Ahmad, MA. (Universiti Islam Sultan Sharif Ali, Negara
Prof. Dr. H. Oman Faturrahman, MA (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Palembang).
Musyawarah Forum Dekan Fakultas Adab dan Humaniora se-Indoensia yang dipimpin
lawesi dan sekitarnya.
Islam dan Kearifan Lokal Melayu dalam Naskah Nusantara.
Bahasa Arab dan Kontribusinya dalam Peradaban Islam Melayu di Nusantara.
Khusus untuk sesi seminar pararel di atas, makalah yang dipresentasikan adalah dengan ketentuan:
Inggris. Panjang makalah antara 15 – 20 halaman dalam kertas A4; abstrak 250 kata dan tiga kata kunci; ditulis dengan
menggunakan font Times New Roman spasi 1,5; pengutipan menggunakan sistem dan mencantumkan nama penulis serta asa
Akhir penerimaan abstrak pada 1 Juli 2017, dan akhir pengiriman makalah
Makalah utama terpilih dipresentasikan di Seminar Pararel dan dimuat dalam Jurn HUMANIKA, sedangkan makalah terpilih lainnya hanya akan dimuat
seminar internasional yang terindeks di Proses).
Makalah dari anggota ADIA tidak dipungut biaya, sedangkan makalah dari bukan anggota ADIA dipungut biaya Rp 500.000,
Nomor kontak yang dapat dihubungi: [1]
[2] Yanto, M.Hum.
Helen Sabera Adib, M.Pd.I adia_uin@radenfatah.ac.id
F. Peserta Kegiatan
Estimasi peserta simposium internasional adalah 200 (dua ratus) orang, yang terdiri dari:
1. Para Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN/
2. Para wakil dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN/
3. Para Ketua Jurusan/
IAIN/ STAIN se
4. Para Kepala Tata Usaha Fakultas Adab dan Humaniora UIN/
5. Para dosen anggota Asosiasi Dosen Ilmu Adab dan Humaniora (ADIA) se 6. Para akademisi di Perguruan Tinggi dan Swasta se
7. Utusan dari
Islam/ Tamaddun Islam and Humanities
8. Mahasiswa dan alumni Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah.
Setiap peserta dari anggota dua ratus lima puluh ribu
rekening: 0252496656
Hotel “Swarna Dwipa”, Palembang.
menggunakan font Times New Roman spasi 1,5; pengutipan menggunakan sistem dan mencantumkan nama penulis serta asal institusi.
Akhir penerimaan abstrak pada 10 Juli 2017, pengumuman hasil review abstrak pada Juli 2017, dan akhir pengiriman makalah penuh beserta CV pada 2
Makalah utama terpilih dipresentasikan di Seminar Pararel dan dimuat dalam Jurn , sedangkan makalah terpilih lainnya hanya akan dimuat
seminar internasional yang terindeks di SCOPUS dan atau THOMSON REUTERS
Makalah dari anggota ADIA tidak dipungut biaya, sedangkan makalah dari bukan anggota ADIA dipungut biaya Rp 500.000,- permakalah.
Nomor kontak yang dapat dihubungi: [1] Dr. Yazwardi, M.A
M.Hum., M.IP. (WA: 085268775852); [3] Misroni, M.Hum (085267909650) [4]
Helen Sabera Adib, M.Pd.I (WA: 08127144404); dan email panitia:
@radenfatah.ac.id.
Peserta Kegiatan
Estimasi peserta simposium internasional adalah 200 (dua ratus) orang, yang terdiri
Para Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN/ IAIN/ STAIN se Para wakil dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN/ IAIN/ STAIN se
Para Ketua Jurusan/ Program Studi di lingkungan Fakultas Adab dan Humaniora UIN/
STAIN se-Indonesia.
Para Kepala Tata Usaha Fakultas Adab dan Humaniora UIN/
Para dosen anggota Asosiasi Dosen Ilmu Adab dan Humaniora (ADIA) se Para akademisi di Perguruan Tinggi dan Swasta se-Indonesia
Utusan dari berbagai Perguruan Tinggi Luar Negeri yang memiliki Jurusan Peradaban Islam/ Tamaddun Islam and Humanities.
Mahasiswa dan alumni Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah.
Setiap peserta dari anggota ADIA dikenakan biaya sebesar Rp
atus lima puluh ribu rupiah); dan segera ditransfer melalui Bank BNI rekening: 0252496656 atas nama Helen Sabera Adib; atau dibayar ketika Hotel “Swarna Dwipa”, Palembang.
menggunakan font Times New Roman spasi 1,5; pengutipan menggunakan sistem footnote;
Juli 2017, pengumuman hasil review abstrak pada 14 serta CV pada 22 Juli 2017.
Makalah utama terpilih dipresentasikan di Seminar Pararel dan dimuat dalam Jurnal , sedangkan makalah terpilih lainnya hanya akan dimuat dalam prosiding THOMSON REUTERS (Dalam
Makalah dari anggota ADIA tidak dipungut biaya, sedangkan makalah dari bukan anggota
, M.Ag. (WA: 08153860171);
Misroni, M.Hum (085267909650) [4]
); dan email panitia:
Estimasi peserta simposium internasional adalah 200 (dua ratus) orang, yang terdiri
STAIN se-Indonesia.
STAIN se-Indonesia.
Program Studi di lingkungan Fakultas Adab dan Humaniora UIN/
Para Kepala Tata Usaha Fakultas Adab dan Humaniora UIN/ IAIN/ STAIN se-Indonesia.
Para dosen anggota Asosiasi Dosen Ilmu Adab dan Humaniora (ADIA) se-Indonesia.
Indonesia
Perguruan Tinggi Luar Negeri yang memiliki Jurusan Peradaban
Mahasiswa dan alumni Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah.
ADIA dikenakan biaya sebesar Rp 1.250.000,- (satu juta ); dan segera ditransfer melalui Bank BNI dengan nomor atas nama Helen Sabera Adib; atau dibayar ketika check in peserta di
G. Panitia Pelaksana
Simposium Internasion
Asosiasi Dosen Ilmu Adab dan Humaniora (ADIA) se
yang dibentuk oleh Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang dengan SK dari Rektor sebagaimana
H. Kepanitiaan
Untuk kelancaran acara
Melayu Forum Dekan dan Asosiasi Dosen Ilmu Adab dan Humaniora (ADIA) se telah dibentuk susunan
J. Sumber Dana
Sumber danaForum Dekan dan Asosiasi Dosen Ilmu Adab dan Humaniora (ADIA) se
K. Penutup Demikian
Lokal Melayu Forum Dekan dan Asosiasi Dosen Ilmu Adab dan Humaniora (ADIA) se Indonesia ini dibuat, untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaannya di kemudian hari serta dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Panitia Pelaksana
Simposium Internasional tentang Islam dan Kearifan Lokal Melayu Forum Dekan dan Asosiasi Dosen Ilmu Adab dan Humaniora (ADIA) se-Indonesia ini dilaksanakan oleh panitia yang dibentuk oleh Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang dengan SK dari Rektor sebagaimana terlampir.
Untuk kelancaran acara Simposium Internasional tentang Islam dan Kearifan Lokal Melayu Forum Dekan dan Asosiasi Dosen Ilmu Adab dan Humaniora (ADIA) se
susunan panitia (Terlampir).
J. Sumber Dana
Sumber dana Simposium Internasional tentang Islam dan Kearifan Lokal Melayu Forum Dekan dan Asosiasi Dosen Ilmu Adab dan Humaniora (ADIA) se
Demikian Term of Reference (ToR) Simposium Internasional Islam dan Kearifan Forum Dekan dan Asosiasi Dosen Ilmu Adab dan Humaniora (ADIA) se Indonesia ini dibuat, untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaannya di kemudian hari serta dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Palembang, 31 Januari 2017
Dekan FAH UIN Raden Fatah,
Dr. Nor Huda, M.Ag., M.A.
NIP. 19701114 200003 1 002
entang Islam dan Kearifan Lokal Melayu Forum Dekan dan Indonesia ini dilaksanakan oleh panitia yang dibentuk oleh Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang
Simposium Internasional tentang Islam dan Kearifan Lokal Melayu Forum Dekan dan Asosiasi Dosen Ilmu Adab dan Humaniora (ADIA) se-Indonesia ini
Simposium Internasional tentang Islam dan Kearifan Lokal Melayu Forum Dekan dan Asosiasi Dosen Ilmu Adab dan Humaniora (ADIA) se-Indonesia.
(ToR) Simposium Internasional Islam dan Kearifan Forum Dekan dan Asosiasi Dosen Ilmu Adab dan Humaniora (ADIA) se- Indonesia ini dibuat, untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaannya di kemudian hari serta