www.pajak.go.id
Kewajiban Perpajakan Bendahara Desa
Dan Bimbingan Teknis E-Bupot Instansi Pemerintah
Quote hari ini..
“Jangan pernah berhenti belajar, karena hidup tak pernah berhenti mengajarkan”.
www.pajak.go.id
“Instansi Pemerintah adalah instansi pemerintah pusat, instansi pemerintah daerah, dan instansi pemerintah desa, yang melaksanakan kegiatan pemerintahan
serta memiliki kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran.”
INSTANSI PEMERINTAH
INSTANSI
PEMERINTAH PUSAT INSTANSI PEMERINTAH
DAERAH INSTANSI
PEMERINTAH DESA
Siapa pemotong/pemungut pajak?
www.pajak.go.id
Kewajiban Pemotong/Pemungut Pajak
Membuat bukti pemotongan/pemungutan pajak dan menyerahkan bukti pemotongan/
pemungutan pajak kepada pihak yang dipotong dan/atau dipungut;
Menyetorkan PPh yang telah dipotong dan/atau dipungut dan PPN/PPnBM yang dipungut;
Melaporkan bukti pemotongan/pemungutan pajak kepada Direktorat Jenderal Pajak menggunakan Surat Pemberitahuan Masa bagi Instansi Pemerintah
www.pajak.go.id
www.pajak.go.id
Instansi Pemerintah wajib memotong atau memungut, menyetor, dan melaporkan PPh yang terutang atas setiap pembayaran yang merupakan objek pemotongan atau pemungutan PPh.
(Pasal 8 angka (3) Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK-231/PMK.03/2019)
PPh yang wajib dipotong dan/atau dipungut oleh Instansi Pemerintah terdiri dari:
PPh Pasal 4 ayat (2);
PPh Pasal 15;
PPh Pasal 21;
PPh Pasal 22;
PPh Pasal 23; dan
PPh Pasal 26.
www.pajak.go.id
PPh Pasal 4 ayat (2)
Pemotongan PPh atas penghasilan yang dibayarkan kepada pihak lain atas:
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan;
usaha jasa konstruksi;
persewaan tanah dan/atau bangunan;
hadiah undian; serta
pembelian barang atau penggunaan jasa dari Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto
tertentu.
www.pajak.go.id
Pemotongan PPh atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri.
Referensi:
Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-16/PJ/2016 dan LAMPIRANNYA
Pasal 11 Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK-231/PMK.03/2019
PPh Pasal 21
www.pajak.go.id
Pemotongan PPh atas penghasilan pemungutan PPh sehubungan dengan pembayaran atas pembelian barang.
Pengecualian pemungutan PPh Pasal 22 bagi Instansi Pemerintah, antara lain:
pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp2.000.000,00 tidak termasuk PPN dan bukan merupakan pembayaran yang dipecah dari suatu transaksi yang nilai sebenarnya lebih dari Rp2.000.000.
pembayaran dengan kartu kredit pemerintah atas belanja Instansi Pemerintah Pusat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai tata cara pembayaran dan penggunaan kartu kredit pemerintah;
pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas, benda-benda pos atau pemakaian air dan listrik;
pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah;
pembayaran untuk pembelian gabah dan/atau beras;
pembayaran kepada Wajib Pajak yang memiliki dan menyerahkan fotokopi surat keterangan berdasarkan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang PPh atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu;
pembayaran untuk pembelian barang kepada Wajib Pajak yang dapat menyerahkan fotokopi Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh yang telah dilegalisasi oleh KPP yang menerbitkan Surat Keterangan Bebas dimaksud.
PPh Pasal 22
www.pajak.go.id
Pemotongan PPh atas penghasilan yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau Bentuk Usaha Tetap berupa:
Bunga (termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang)
Royalti
Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya (selain yang telah dipotong PPh Pasal 21)
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta (kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai PPh Pasal 4 ayat (2))
Imbalan sehubungan dengan jasa yang pembayarannya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21).
PPh Pasal 23
Perlu diperhatikan!
Perbedaan kode jenis setoran 100 dan 104 saat membuat kode billing PPh Pasal 23
• 100 untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus disetor (selain PPh Pasal 23 atas dividen, bunga, royalti, dan jasa) yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 23.
• 104 untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus disetor atas jasa yang dibayarkan kepada Wajib Pajak dalam negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 23.
www.pajak.go.id
www.pajak.go.id
Instansi Pemerintah ditunjuk sebagai pemungut PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh PKP Rekanan Pemerintah kepada Instansi Pemerintah.
(Pasal 16 angka (1) Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK-231/PMK.03/2019)
PKP Rekanan Pemerintah wajib membuat Faktur Pajak pada saat menyampaikan tagihan kepada Instansi Pemerintah berdasarkan dokumen penagihan, untuk sebagian maupun seluruh pembayaran.
(Pasal 19 angka (1) Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK-231/PMK.03/2019)
Pajak Pertambahan Nilai
(PPN)
www.pajak.go.id
Mini Quiz
• Kode faktur bagi bendaharawan?
• Kode akun pajak & kode jenis pajak?
• Saat membuat kode billing, apakah
perlu menyantumkan NPWP rekanan
(sebagai NPWP lain?)
Perlu diperhatikan!
Contoh dokumen yang dipersamakan dengan faktur pajak
(PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 16/PJ/2021)
1. bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan telekomunikasi;
2. bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan listrik;
3. bukti tagihan atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh perusahaan air minum
4. tiket, tagihan surat muatan udara (airway bill), atau delivery bill, yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;
5. Dokumen-dokumen lain sebagaimana disebutkan pada pasal 2 Peraturan Dirjen Pajak nomor PER-16/PJ/2021.
www.pajak.go.id
BATAS WAKTU PENYETORAN BAGI INSTANSI PEMERINTAH DESA
paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah pelaksanaan pembayaran.
Bulan Berikut
10
www.pajak.go.id
PELAPORAN SPT MASA
BAGI INSTANSI PEMERINTAH
20 SPT Masa PPh paling lama 20 hari setelah berakhirnya Masa Pajak
Bulan Berikutnya
SPT Masa PPN/PPnBM paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak
Bulan Berikutnya
Akhir Bulan
www.pajak.go.id
Pihak yang dipotong/dipungut 6
WPDN
WAJIB memberikan informasi identitas kepada Pemotong/Pemungut Pajak.
o Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), atau
o Nomor Induk Kependudukan bagi Orang Pribadi yang
tidak memiliki NPWP
o Tax Identification
Number (TIN), dan/atau o SKD/Tanda terima SKD
WPLN bagi WP yang akan menerapkan P3B
WPLN
www.pajak.go.id
Pelaporan SPT Masa Unifikasi Instansi Pemerintah via Elektronik
E-Bupot Instansi Pemerintah
SPT Masa Unifikasi Instansi Pemerintah
(Pasal 4 ayat (2), 15, 22, 23, dan 26) SPT Masa PPh Pasal 21
Instansi Pemerintah
http://ebupotip.pajak.go.id
www.pajak.go.id
DATA APA SAJA HAL YANG PERLU DISIAPKAN OLEH
INSTANSI PEMERINTAH?
Pemotong/Pemungut harus menyiapkan MINIMAL:
o Akun terdaftar pada DJP Online (djponline.pajak.go.id) dan Sertifikat Elektronik
o NPWP dan/atau NIK dan Nama pihak yang dipotong/dipungut (PPh) o Faktur Pajak dari Pengusaha Kena Pajak (PKP) Rekanan atau minimal
NPWP Rekanan (PPN)
41
www.pajak.go.id
Outline Pelaporan SPT Unifikasi IP
Login DJP Online Pengaturan User, Sub Unit, Penandatangan
Rekam BuPotPut
Unifikasi IP Rekam BuPut PPN/PPnBM
Create Billing Posting Data
Perekaman Pembayaran Lengkapi dan
Kirim SPT
www.pajak.go.id
Instansi Pemerintah bisa akses ebupot IP melalui djponline atau bisa langsung mengakses link:
ebupotip.pajak.go.id untuk IP.
Menu Lapor > Prapelaporan > Ebupot IP Atau lebih mudahnya, dapat langsung akses di link ebupotip.pajak.go.id
Login Instansi Pemerintah terdiri dari 4 (empat) menu utama.
Menu pertama di login IP adalah menu DASHBOARD…
Menu ini menampilkan daftar SPT Masa Unifikasi dan Masa PPh 21 yang telah dikirim…
Tampilan
‘Lihat BPE’.
BENDAHARA KEJAKSAAN NEGERI PUSAT
Sebelum mulai membuat bupot, rekam dulu penandatangan pada menu
PENGATURAN…
NPWP divalidasi
sistem.
Kalau pilih NIK, ketik NIK dan Nama secara manual.
HARUS PERSIS dengan yang ada
dalam sistem Dukcapil.
Saat disimpan pertama kali, status default-nya adalah: Tidak aktif.
Silakan klik ‘aktifkan’ pada menu aksi.
Menu ini mencakup kewajiban IP sebagai pemotong PPh 4(2), 15, 23 dan pemungut PPh 22 serta sebagai WAPU PPN.
Next! Menu SPT Unifikasi. Di dalamnya terdapat 4 sub-menu…
Masa pajak = saat terutang PPh potput.
Untuk Wanita kawin / anak belum dewasa yang menggunakan NPWP Kepala Keluarga.
Objek pajak yang dipotput oleh IP sesuai PER 17/PJ/2021.
Sekarang kita coba buat bukti pungut PPh 22
Tarif dikunci sistem sesuai
kode objek pajak yang dipilih.
Wajib ada minimal 1, kalau tidak ada tidak bisa lanjut
ke Langkah berikutnya..
Yang muncul di-dropdown list
adalah Penandatangan yang aktif.
Pilihan untuk IP hanya Pbk saja jika terdapat kelebihan pembayaran pajak
Tampilan berhasil tersimpan
Tampilan Bukti Pungut PPh 22-nya….
Sekarang kita coba buat bukti potong PPh final PP 23…
Sistem akan melakukan pengecekan apakah WP lawan transaksi punya Surat keterangan yang masih berlaku atau tidak…
Jika ada, akan muncul pop-up Surat keterangan PP 23
seperti ini… selanjutnya tinggal klik ‘Pilih’ dari kolom AKSI.
Kalau langsung input manual di kolomnya
juga bisa, tapi tetap akan ada validasi sistem.
Tarif muncul otomatis.
Selain key-in, bupotput juga bisa menggunakan mekanisme impor data.
Format
silakan unduh di petunjuk pengisian.
Sekarang kita coba rekam bukti pungut PPN
Sistem akan membaca database faktur pajak transaksi kode 02.
FPIP001 – Nomor yang diinput tidak ditemukan dalam database faktur pajak kode transaksi 02.
Nomor dokumen lain tidak divalidasi sistem.
Ini tampilan dokumen lain.
Tampilan ebilling dengan kedudukan IP sebagai WAPU PPN.
Jenis Setoran 930
untuk DD dan ADD
Menu Impor Data PPN secara garis besar sama dengan menu Impor Data PPh.
Selanjutnya, lakukan Posting untuk memindahkan semua bupotput yang sudah kita buat ke dalam SPT.
Langkah-langkah terakhir dalam SPT Unifikasi dilakukan dalam sub-menu SPT Masa
ini.
Jumlah tagihan dikelompokkan berdasarkan MAP dan KJS.
Untuk bupot yang mendapatkan
fasilitas seperti
PPh final DTP, nilai
PPh terutang tidak
akan muncul di
Daftar Tagihan ini.
Untuk bukti setoran, penginputannya dipecah per transaksi.
Ini untuk mengakomodasi beberapa PPh Potput dan PPN Put yang penyetorannya harus menginput NPWP tiap lawan transaksi.
Inputkan NTPN di sini.
Jika NPWP SSP bukan NPWP IP, bagian ini harus dicentang agar berhasil divalidasi sistem.
Setelah klik ‘Cek SSP’, sistem akan menampilkan detail penyetoran di sini.
Di sini terdapat 3 Jenis Bukti Penyetoran…
Jika bendahara membayar tagihan atas transaksi ke rekanan menggunakan UP (Uang Persediaan), bendahara akan melakukan sendiri penyetoran pajaknya menggunakan SSP atau Pbk.
Jika bendahara membayar tagihan atas transaksi ke rekanan menggunakan UP (Uang Persediaan), bendahara akan melakukan sendiri penyetoran pajaknya menggunakan SSP atau Pbk.
Jika bendahara IP menginginkan KPPN yang langsung (LS) membayar ke rekanan atas tagihan, maka bendahara tidak perlu melakukan penyetoran pajak atas transaksi tsb dgn SSP.
Bendahara cukup merekam SP2D (dok.
validasi pembayaran tagihan oleh KPPN).
SP2D tsb kedudukannya dipersamakan dgn BPN.
SP2D hanya bisa digunakan oleh IP Pusat yang menggunakan mekanisme LS.
SP2D = Surat Perintah Pencairan Dana.
SP2D hanya bisa
digunakan oleh
IP Pusat yang
menggunakan
mekanisme LS.
Dikunci sesuai MAP & KJS pada bukti potong yang dipilih.
Jika bendahara IP menginginkan KPPN yang langsung (LS) membayar ke rekanan atas tagihan, maka bendahara tidak perlu melakukan penyetoran pajak atas transaksi tsb dgn SSP.
Bendahara cukup merekam SP2D (dok.
validasi pembayaran tagihan oleh KPPN).
SP2D tsb kedudukannya dipersamakan dgn BPN.
SP2D hanya bisa
digunakan oleh
IP Pusat yang
menggunakan
mekanisme LS.
Bendahara dapat menyetor PPh Pot (PPh 23, 15, 4(2)) secara akumulatif dalam 1 SSP di 1 masa pajak yang sama dalam hal bukti setorannya berupa SSP atau Pbk dan SSP tsb bukan atas nama rekanan.
Nantinya bukti penyetoran
cukup diinput di salah 1 baris saja.
Contoh= transaksi Jasa perbaikan yang dipotong PPh 23 oleh bendahara. Terdapat 2x transaksi dalam 1 bulan yang sama.
Bagaimana jika transaksi menggunakan mekanisme LS dan bukti setorannya berupa SP2D?
Bukti setoran cukup diinput di salah 1 baris saja jika 2 transaksi di atas ditagih sekaligus oleh rekanan (yang mana akan terbit 1 SP2D senilai 202.000). Tapi kalau transaksi ditagih terpisah oleh rekanan, maka akan terbit 2 SP2D yang berarti bukti setoran akan diinput per transaksi.
202.000
Tidak boleh ada selisih kurang.
Untuk cek apakah sudah balance antara PPh terutang dengan PPh yang sudah disetor.
Silakan posting ulang di menu Posting terlebih dahulu agar bagian ini updated.
Step terakhir… sub-menu
Penyiapan SPT Masa Unifikasi
Overview isian SPT (berd PER
17/2021).
Cek lagi sebelum
dikirimkan.
Pastikan ada notifikasi Kirim SPT berhasil.
Proses SELESAI. 🎉
www.pajak.go.id
www.pajak.go.id
www.pajak.go.id