DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KAJIAN FISKAL REGIONAL
Triwulan I 2019
Penyusun:
Penanggung Jawab : Lydia Kurniawati Christyana
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya maka Kajian Fiskal Regional Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I Tahun 2019 dapat disusun dan diselesaikan dengan baik.
Kajian Fiskal Regional Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan analisis fiskal dan makro ekonomi di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Analisis fiskal dilakukan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan-tujuan makro ekonomi dalam mendukung pencapaian fungsi APBN terkait alokasi, distribusi, dan stabilisasi seperti menyediakan informasi untuk penyusunan kerangka ekonomi makro yang menjadi dasar penyusunan kebijakan fiskal/penyusunan APBN/APBD.
Kajian Fiskal Regional disajikan sebagai alat analisis dan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kebijakan fiskal pemerintah telah sesuai dengan tujuan makro ekonomi yang telah ditetapkan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk perbaikan penyusunan Kajian Fiskal Regional periode mendatang. Dengan kerendahan hati, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian Kajian Fiskal Regional Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I Tahun 2019.
Harapan kami, semoga Kajian Fiskal Regional Provinsi Nusa Tenggara Timur ini dapat memberikan manfaat bagi para pemangku kepentingan maupun Pemerintah Daerah dalam menjalankan kebijakan perekonomian di Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk menunjang perekonomian nasional.
Kakanwil DJPb Prov. NTT Lydia Kurniawati Christyana NIP 19680114 198802 2 001
DAFTAR ISI
I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL ... 1
A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 1
B. Inflasi ... 2
C. Indikator Kesejahteraan ... 2
II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN ... 4
A. Pendapatan Negara ... 5
B. Belanja Negara ... 9
C. Prognosis Realisasi APBN ... 11
III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD ... 12
A. Pendapatan Daerah ... 13
B. Belanja Daerah ... 16
C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Triwulan II Tahun 2019 ... 17
IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) ... 18
A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian ... 18
B. Pendapatan Konsolidasian ... 18
C. Belanja Konsolidasian ... 19
D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam PDRB ... 20
V. BERITA / ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH ... 22
DAFTAR PUSTAKA ... 26
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB merupakan jumlah nilai tambah/output (barang dan jasa)/pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah domestik pada periode waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Grafik I.2. Grafik Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi NTT Tahun 2016 - 2019 (q- to-q dan y-on-y)
Sumber : BPS Provinsi NTT
Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada triwulan I tahun 2019 tumbuh mencapai 5,09 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 (y-on-y), sedikit diatas pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,07 persen. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTT atas dasar harga berlaku triwulan I tahun 2019 tercatat sebesar 24,83 triliun, dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai 16,23 triliun.
Kontribusi pertumbuhan tertinggi dari sisi produksi dicapai oleh lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 9,58 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen eskpor yang mampu tumbuh sebesar 19,89 persen.
Namun demikian, secara quarter to quarter (q-to-q), PDRB NTT triwulan I 2019 terkontraksi sebesar -5,62 persen dibandingkan dengan PDRB triwulan IV 2018.
Peristiwa adanya kontraksi ekonomi pada triwulan I ini nampaknya sudah menjadi tren ekonomi NTT dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Hal ini diduga salah satunya diakibatkan dari adanya penurunan konsumsi masyarakat pasca hari raya Natal dan pergantian tahun.
5,07 (nasional)
B. Inflasi
Inflasi diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum yang berlangsung secara berkelanjutan dalam jangka waktu tertentu. Demikian sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan harga secara umum maka disebut deflasi.
Grafik I.3. Tingkat Inflasi Bulanan Provinsi NTT dan Nasional Tahun 2019
Sumber : BPS Prov NTT (2018) diolah
Dalam tiga bulan pertama di tahun 2019, inflasi hanya terjadi di bulan Januari.
Selanjutnya pada bulan februari dan Maret, NTT mengalami deflasi sebesar 0,51 dan 0,3. Kondisi ini sama dengan apa yang terjadi pada triwulan I tahun 2018. Jika dibandingkan dengan nasional, pergerakan inflasi di NTT masih sejalan dengan inflasi nasional. Namun demikian, terdapat perbedaan pada bulan Maret 2019 dimana nasional mengalami inflasi sebesar 0,11 sementara di NTT mengalami deflasi sebesar 0,3.
Menurut BPS, deflasi ini terjadi lebih disebabkan oleh adanya penurunan indeks harga pada kelompok Bahan Makanan sebesar 1,36 persen dan perumahan sebesar 0.15 persen.
C. Indikator Kesejahteraan 1. Ketenagakerjaan
Informasi ketenagakerjaan menginformasikan tentang komposisi berapa jumlah penduduk yang telah bekerja dan berapa jumlah pencari kerja (pengangguran terbuka (TPT)). Keterlibatan atau interaksi penduduk (angkatan kerja) dalam mencari pekerjaan biasanya diistilahkan dalam Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).
Pada bulan Februari 2019, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Nusa Tenggara Timur mencapai 3.10 persen, naik 0,12 poin dari posisi bulan Februari 2018 (2,98 persen).
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT tercatat sebesar 3,10 persen dari total angkatan kerja atau sebanyak 78,5 ribu orang. Angka pengangguran tersebut bertambah sebesar 2,2 ribu orang dibanding Februari 2018. Jika dibandingkan secara nasional, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT jauh lebih rendah dari TPT Indonesia yang mencapai 5,01 persen pada Februari 2019.
Sementara itu, keterlibatan penduduk NTT dalam angkatan kerja atau Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tercatat sebesar 70,91 persen pada Februari 2019 atau sebesar 2,46 juta pekerja. Angka tersebut menurun sebesar 2,09 poin dibandingkan TPAK pada Februari 2018.
2. Kemiskinan
Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan mengedepankan konsep basic needs approach yakni sejauh mana seseorang memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Perkembangan tingkat kemiskinan di Nusa Tenggara Timur selama 8 tahun terakhir sebagaimana Grafik 1.4, cenderung mengalami penurunan. Meskipun sempat naik cukup tinggi pada periode 2015, namun secara gradual berhasil diturunkan setiap tahunnya rata-rata sebesar 0,51 persen per tahun.
Grafik 1.4 Perkembangan Kemiskinan Prov. Nusa Tenggara Timur, 2010 – 2018 (%)
Sumber: BPS Provinsi NTT, data diolah
Jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara Timur pada bulan September 2018 sebesar 1.134,11 ribu orang (21,03 persen) menurun sekitar 8.060 orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2018 yang berjumlah 1.142,17 ribu orang (21,35 persen).
Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada September 2018 jumlah penduduk miskin 23.03
19.60 22.61
21.03
10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00 22.00 24.00
500.00 600.00 700.00 800.00 900.00 1,000.00 1,100.00
1,200.00 Jumlah Penduduk Persentase (PO)
tertinggi berada di pedesaaan sebesar 1,020 juta orang, sedangkan di kota mencapai 114 ribu orang.
II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN
Kinerja Pelaksanaan APBN perlu secara rutin diukur agar dapat diketahui kendala dan permasalahan dalam implementasinya, sehingga output yang dihasilkan akan semakin optimal. Oleh karenanya, pembahasan ini dimaksudkan untuk dapat menggambarkan bagaimana kinerja pelaksanaan APBN di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur secara ringkas yang mencakup Pendapatan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi, Belanja Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi, Transfer Ke Daerah dan Dana Desa, serta Kinerja Manajemen Investasi Pusat.
Kinerja Pelaksanaan APBN di Provinsi Nusa Tenggara Timur secara keseluruhan tercermin pada dapat dilihat pada Format I-Account sebagaimana disajikan dalam tabel II.1 berikut ini.
Tabel II.1. Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III Tahun 2018 (miliar)
Sumber: SPAN (pertanggal 2 Mei 2019)
Pada kuartal I tahun 2019 terdapat realisasi belanja sebesar Rp 2,64 Triliun atau 13 %, sedikit lebih tinggi daripada periode tahun sebelumnya yang hanya terealisasi sebesar 12% persen.
Penyerapan anggaran pada triwulan I tahun 2019 masih didominasi belanja pegawai yang telah terealisasi sebesar 21 persen, sedangkan penyerapan belanja modal hanya mampu terserap 10 % lebih rendah 1 % dari pada penyerapan periode yang sama tahun 2018.
Pagu Realisasi % Real Pagu Realisasi % Real
A Pendapatan Negara dan Hibah 3.261,1 588,2 18% 3.381,1 553,3 16%
I. Penerimaan Perpajakan 2.971,0 388,9 13% 3.035,4 397,6 13%
II. Penerimaan Negara Bukan Pajak 290,1 199,3 69% 345,6 155,7 45%
III. Penerimaan Hibah - - - - - - B Belanja Negara 20.729,9 2.486,4 12% 19.887,8 2.641,5 13%
I. Belanja Pemerintah Pusat 10.365,0 1.243,2 12% 9.943,9 1.320,8 13%
1. Belanja Pegaw ai 2.849,0 502,9 18% 2.677,7 566,4 21%
2. Belanja Barang 3.863,9 357,8 9% 3.907,7 406,4 10%
3. Belanja Modal 3.630,6 382,5 11% 3.344,5 348,0 10%
4. Bantuan Sosial 21,5 - - 14,0 - - 5. Belanja Lain-lain - - - - - - II. Transfer ke Daerah dan Dana Desa 5.639,2 495,0 9% 6.503,0 392,5 6%
1. Dana Perimbangan 3.089,6 - - 3.482,5 - - 2. Dana Otonomi Khusus - - - - - - 3. Dana Transfer Lainnya dan Dana Desa 2.549,6 495,0 19% 3.020,5 392,5 13%
C Surplus (Defisit) (17.468,8) (1.898,1) (16.506,8) (2.088,2)
Uraian Tahun 2018 Tahun 2019
A. Pendapatan Negara
Pendapatan Negara segara garis besar dikelompokkan ke dalam Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Untuk penerimaan hibah terencana merupakan kewenangan pemerintah pusat, sehingga tidak ditatausahakan di tingkat provinsi. Kinerja penerimaan negara pada kuartal I Tahun 2019 mencapai Rp 553,3 miliar yang terdiri dari Penerimaan Perpajakan sebesar Rp 397, 6 miliar dan Penerimaan Negara Bukan Pajak mencapai Rp 155,7 miliar. Realisasi penerimaan ini tercatat lebih rendah sebesar Rp 34,9 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
1. Penerimaan Perpajakan
Penerimaan perpajakan mencapai sekitar Rp 397,6 miliar sampai dengan akhir triwulan I tahun ini, lebih tinggi sekitar Rp 8,7 miliar daripada realisasi penerimaan tahun sebelumnya. Komposisi tertinggi sebagaimana dalam tabel II.2 masih berada pada Pendapatan Pajak Penghasilan (PPh) yang mencapai 66 % dari total penerimaan perpajakan.
Tabel II .2 Realisasi Penerimaan Pajak Triwulan III Tahun 2018 (juta)
Sumber : Om SPAN (pertanggal 1 Mei 2019)
a. Pajak Penghasilan (PPh)
Penerimaan PPh di Provinsi Nusa Tenggara Timur secara total mencapai Rp 260,65 miliar naik sebesar Rp16,61 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Penerimaan PPh mendominasi diantara jenis pajak yang lain.
Berdasarkan sebaran wilayahnya, penerimaan PPh paling besar berada dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Kupang yang meliputi Pemprov, Pemkab Kupang, Pemkab Timor Tengah Selatan, Pemkab Alor, Pemkab Rote Ndao, Pemkab Sabu Raijua, dan Pemkot Kupang dengan nilai mencapai Rp 168,6 miliar.
Sementara itu realisasi terendah berada dalam wilayah kerja KPPN Atambua dan KPPN
2018 2019
Pendapatan Pajak Penghasilan 244,04 260,65 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai 129,01 125,09 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 0,31 0,03 Pendapatan Cukai 0,14 0,00 Pendapatan Pajak Lainnya 10,90 11,64 Pendapatan Bea Masuk 4,55 0,14
Total 388,9 397,6
Uraian Realisasi (Triwulan I)
Larantuka. Adapun rincian realisasi pendapatan perpajakan per Kabupaten/Kota dalam wilayah pembayaran KPPN digambarkan dalam grafik II.1 berikut ini.
Grafik II.1 Realisasi Penerimaan Perpajakan per KPPN Lingkup Provinsi NTT Triwulan I Tahun 2019 (juta)
Sumber : SPAN (pertanggal 26 April 2019)
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Penerimaan PPN di Provinsi Nusa Tenggara Timur secara total pada kuartal I 2019 mencapai Rp125,09 miliar lebih rendah daripada periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 129,01miliar.
Sebagaimana digambarkan dalam grafik II.3 di atas, penerimaan PPN tertinggi menurut wilayahnya juga terjadi pada wilayah kerja KPPN Kupang yang meliputi Pemprov, Pemkab Kupang, Pemkab Timor Tengah Selatan, Pemkab Alor, Pemkab Rote Ndao, Pemkab Sabu Raijua, dan Pemkot Kupang dengan nilai mencapai Rp 70,2 miliar, sedangkan yang terendah juga tercatat pada wilayah kerja KPPN Atambua dan KPPN Larantuka.
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
Secara keseluruhan, penerimaan PNBP di Provinsi Nusa Tenggara Timur sampai dengan kuartal I 2019 mencapai Rp 155,7 miliar. Realisasi penerimaan PNBP ini turun
sebesar Rp 43,6 miliar jika dibandingkan realisasi kuartal I Tahun 2018, sebagaimana detil rincian kenaikan yang digambarkan dalam grafik II.1
Grafik II. 2 Realisasi PNBP Provinsi NTT Triwulan I Tahun 2019 (miliar)
Sumber: OM SPAN (pertanggal 1 Mei 2019)
Penurunan terbesar realisasi penerimaan PNBP diakibatkan oleh penurunan kelompok PNBP Lainnya sebesar Rp.46,86 miliar dibandingkan periode tahun sebelunya yang mampu mencatat realisasi sebesar Rp. 134,06 miliar. Sementara itu, kenaikan realisasi PNBP terdapat pada komponen Pendapatan BLU yang sudah terealisai sebesar Rp.68,5 miliar atau mencapai 35 persen dari target PNBP yang telah ditetapkan.
a. Penerimaan PNBP Lainnya
Kinerja penerimaan dari komponen PNBP lainnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada kuartal I 2019 turun sebesar 35% dari capian periode sebelumnya tahun 2018.
Jika kita lihat secara rinci sebagaimana dalam tabel dibawah ini, pada Tahun 2019 penurunan realisasi tersebut merupakan kontribusi dari belum adanya realisasi dari target penerimaan, diantaranya Pendapatan dari Pengelolaan BMN (0%), Pendapatan Jasa (0%), dan Pendapatan Iuran dan Denda (0%). Selain itu, juga terdapat adanya penurunan kinerja penerimaaan dibandingkan dengan periode tahun yang lalu yaitu pada komponen Pendapatan Kesehatan, Perlindungan Sosial dan Keagamaan , komponen Pendapatan Bunga, Pengelolaan Rekening Perbankan dan Pengelolaan Keuangan, komponen Pendapatan Denda serta komponen Pendapatan Administrasi dan Penegakan Hukum.
Tabel II.3 Realisasi PNBP Lainnya (juta Rp)
Sumber: SPAN (pertanggal 30 April 2019)
b. Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)
Pada Provinsi Nusa Tenggara Timur, terdapat dua satuan kerja yang telah menjalankan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum secara penuh, yaitu Universitas Nusa Cendana dan Rumah Sakit Bhayangkara Kupang. Sebagaimana digambarkan dalam grafik II.3, dari dua satker BLU tersebut, pendapatan BLU pada kuartal I tahun 2019 ini terealisasi sebesar Rp 68,5 miliar meningkat Rp 3,3 miliar. Peningkatan terbesar ini berasal dari realisasi pendapatan Jasa Layanan Umum sebesar Rp 3,4 miliar, dan Pendapatan Hasil Kerja Sama BLU sebesar Rp 0,2 miliar.
Grafik II.3 Realisasi Pendapatan BLU Triwulan I Tahun 2019 (juta)
Sumber: OM SPAN (pertanggal 1 Mei 2019)
Meningkatnya Pendapatan Jasa Layanan umum dan komponen Pendapatan BLU lainnya ini merupakan kontribusi nyata dari telah beroperasinya RS Bhayangkara Kupang sebagai BLU secara penuh di sejak akhir tahun 2018 ini.
Pagu
2019 2019 2018
Pendapatan dari Pengelolaan BMN 60,0 - 117,7 0%
Pendapatan Jasa 337,0 - - 0%
Pendapatan Pendidikan - - - 0%
Pendapatan Iuran dan Denda 22.648,3 - - 0%
Pendapatan dari Penjualan, Pengelolaan
BMN dan Iuran Badan Usaha 1.315,5 2.430,6 535,6 185%
Pendapatan Administrasi dan Penegakan
Hukum 10.728,0 17.504,7 19.483,2 163%
Pendapatan Kesehatan, Perlindungan Sosial
dan Keagamaan 4.935,8 2.856,2 4.304,9 58%
Pendapatan Pendidikan, Budaya, Riset dan
Teknologi 61.091,2 23.763,2 20.003,2 39%
Pendapatan Jasa Transportasi, Komunikasi
dan Informatika 43.730,1 12.111,1 12.275,4 28%
Pendapatan Jasa Lainnya 267,5 5.082,5 5.482,7 1900%
Pendapatan Bunga, Pengelolaan Rekening
Perbankan dan Pengelolaan Keuangan 1.688,9 1.609,4 2.525,5 95%
Pendapatan Denda - 1.143,1 2.287,8 0%
Pendapatan Lain-Lain 151,3 20.739,4 67.021,4 13712%
Komponen PNBP Lainnya Realisasi Triwulan I %
Realisasi Tw I 2019
B. Belanja Negara
Sama seperti sebuah rumah tangga, Negara juga akan membelanjakan kekayaan bersihnya untuk menunaikan kewajibannya dalam menjalankan pemerintahan demi tercapainya tujuan bernegara. Oleh karenanya pemerintah akan melakukan belanja negara yang dalam APBN diklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar yaitu Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD).
1. Belanja Pemerintah Pusat
Alokasi belanja pemerintah pusat di Provinsi NTT telah dibelanjakan sebesar Rp 1320,4 miliar atau 13 persen dari total pagu belanja pemerintah pusat pada APBN di Nusa Tenggara Timur. Realisasi ini 1 persen lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2018.
Realisasi tersebut sedikit lebih rendah dari pada target realisasi APBN triwulan I sebesar 15 persen. Jika diamati dari jenis belanjanya, hanya Belanja Modal yang realisasinya lebih rendah dari periode tahun sebelumnya, sementara Belanja Barang dan Belanja Pegawai terealiasi sedikit lebih tinggi dibandingkan Triwulan I tahun 2018. Realisasi terbesar masih untuk Belanja Pegawai dengan nilai realisasi mencapai Rp 566,3 miliar (21%).
Tabel II.4 Perkembangan Realisasi APBN per Jenis Belanja Triwulan I tahun 2018 dan 2019 (miliar)
Sumber: SPAN (pertanggal 3 Mei 2019)
2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)
Desentralisasi fiskal mengharuskan pemerintah pusat untuk mengalokasikan sumber- sumber ekonominya untuk membiayai pendelegasian beberapa fungsi/kewenangan kepada pemerintahan daerah (money follows function). Dalam perjalanannya, mekanisme dana perimbangan/transfer yang saat ini menjadi Transfer ke Daerah dan Dana Desa akan terus akan dilakukan penyesuaian untuk lebih prudent dan berkeadilan.
Sampai dengan triwulan I, dari total pagu Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp 6,5 triliun hanya Dana Desa yang sudah terealisasi sedangkan untuk DAK Fisik Pagu Realisasi Tw I % Real Pagu Realisasi Tw I % Real
Belanja Pegawai 2.849,0 502,9 18% 2.674,4 566,3 21%
Belanja Barang 3.863,9 357,8 9% 3.848,5 406,2 11%
Belanja Modal 3.630,6 382,5 11% 3.340,4 347,8 10%
Bantuan Sosial 21,5 0,0 0% 14,0 0,0 0%
Belanja Lain-lain 0,0 0,0 0% 0,0 0,0 0%
Total 10.365,0 1.243,2 12% 9.877,3 1.320,4 13%
Jenis Belanja Tahun 2018 Tahun 2019
belum terdapat penyaluran. Penyaluran Dana Desa yang telah dilaksanakan mencapai sebesar Rp 392,5 miliar lebih rendah dari realisasi dana desa pada periode tahun sebelumnya yang mencapai Rp 495 miliar. Hal ini dikarenakan masih terdapat 4 Pemerintah Kabupaten (Kab. Ende, Rote Ndao, Sabu Raijua, Sumba Barat Daya) yang belum layak salur dikarenakan belum memenuhi persyaratan penyaluran sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku.
Tabel II. 5 Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa Lingkup Provinsi NTT Triwulan I Tahun 2019 (miliar)
Sumber: SPAN (pertanggal 2 Mei 2019)
3. Manajemen Investasi Pusat
Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program investasi pemerintah yang telah digulirkan sejak tahun 2007 dan terus dievaluasi mekanisme penyalurannya secara berkelanjutan.
Grafik II.5. Realisasi KUR Provinsi Nusa Tenggara Timur Berdasarkan Jumlah Debitur dan Penyaluran Triwulan I 2019 (miliar)
Sumber: SIKP, data diolah
Pada triwulan I tahun 2019, penyaluran KUR di Provinsi Sulawesi Utara mencapai Rp 409,9 miliar yang terdistribusi kepada 12.689 debitur. Dari jumlah tersebut, Jumlah penyaluran terbesar berada di Kota Kupang dengan jumlah penyaluran mencapai Rp 50 miliar. Sedangkan jumlah debitur terbesar berada di Kabupaten Flores Timur mencapai
DIPA Realisasi DIPA Realisasi Dana Perimbangan (DAK Fisik) 3.089,6 0 3.482,5 0
Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan 0 0 0 0
Dana Insentif Daerah 0 0 0 0
Dana Desa 2.549,5 495,0 3.020,5 392,5
2018 2019
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
1.287 debitur. Dengan melihat komposisi ini, tentunya peningkatan peran serta dan sinergitas seluruh stakeholder KUR baik itu pemerintah pusat, daerah dan lembaga penyalur diharapkan dapat menjadi promotor keberhasilan program KUR.
Selain program KUR, pemerintah juga menggulirkan program pembiayaan Ultra Mikro (UMi) melalui Lembaga Keuangan Bukan Bank (Pegadaian, PNM, dan Bahana) yang bertujuan untuk memberikan akses pembiayaan murah dan cepat kepada para pengusaha mikro yang selama ini belum dapat terakses oleh KUR dari perbankan.
Sampai dengan tahun 2018, debitur UMi di Nusa Tenggara Timur mencapai 8.615 orang dengan jumlah penyaluran Rp 21,96 miliar. Sementara sampai bulan April 2019 jumlah debitur UMi sudah mencapai 61 orang dengan jumlah penyaluran mencapai Rp 130 juta.
C. Prognosis Realisasi APBN
Tabel II.5 Perkiraan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Nusa Tenggara Timur s.d.
Triwulan II Tahun 2019 (miliar)
Uraian Pagu
Realisasi s.d.
Triwulan I
Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan II
Rp % Rp %
Pendapatan Negara 3.381,1 553,3 16% 615,3 18,2%
Belanja Negara 19.887,8 2.641,5 13% 6.463,5 32.5%
Surplus (Defisit) (2.088,2) (5.848,2)
Sumber: SPAN, data diolah
Realisasi penerimaan Negara triwulan I tahun 2019 di NTT terealisasi sebesar Rp 553,3 miliar turun sekitar 2 persen dibandingkan periode sama tahun 2018. Dengan memperhatikan tren realisasi penerimaan pajak pada 2 tahun sebelumnya dan tren realisasi belanja triwulanan pada 10 tahun sebelumnya, bahwa pada triwulan ke II secara rata-rata hanya mampu tumbuh sebesar 2,2 persen dari triwulan sebelumnya untuk penerimaan dan 19,5 persen untuk belanja negara. Berdasarkan tren tersebut, serta memperhatikan iklim ekonomi yang masih stabil, maka diproyeksikan penerimaan negara pada akhir triwulan II akan mencapai kisaran angka 18,2 persen. Sedangkan belanja negara diproksikan akan terealisasi sebesar 32,5 %.
III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD
Analisis kinerja pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah triwulan I tahun 2019 dilakukan dengan mengukur perkembangan pelaksanaan APBD yang meliputi Pendapatan, Belanja dan Prognosis APBD. Analisis ini dilakukan salah satunya untuk mengetahui bagaimana kondisi fiskal yang dimiliki pemerintah daerah dalam periode tertentu.
Tabel III.1. Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Pemda di Provinsi NTT s.d. Akhir Triwulan I Tahun 2018 dan Tahun 2019 (miliar)
Sumber: SIKD, 3 Mei 2019 dan GFS Triwulan I Tahun 2019,diolah
Kinerja pemerintah daerah dalam menghimpun pendapatannya mencapai 1,5 triliun naik sebesar 9% dibandingkan periode yang sama Tahun 2017. Kenaikan itu disumbangkah oleh realisasi pada Pendapatan Pajak Daerah, Restribusi Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipindahkan. Namun demikian, jajaran Pemerintah Daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih harus terus mengoptimalisasikan potensi pendapatannya guna dapat mencapai kemandirian fiskal, mengingat proporsi pendapatan transfer dari pemerintah pusat masih sangat besar dibandingkan pendapatan asli daerah (PAD) nya yang hanya mencapai 9 persen.
2018
REALISASI PAGU REALISASI
Pendapatan Asli Daerah 286.38 2,806.48 130.66 Pajak Daerah 192.28 1,374.73 62.88 Retribusi Daerah 19.87 286.14 20.10
Lain-lain PAD yang sah 74.23 901.43 47.59 Pendapatan Transfer 3,808.30 24,322.37 3,913.55 Dana Bagi Hasil Pajak 151.96 285.53 179.11 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 1.15 2.31 2.66 Dana Alokasi Umum 2,995.34 14,043.32 3,359.25 Dana Alokasi Khusus 367.76 7,118.70 89.55 DID dan Dana Penyesuaian 292.09 2,506.05 282.98 Transfer Pemerintah Provinsi - 365.87 - Bantuan Keuangan - 0.59 - Lain-lain Pendapatan Yang Sah 2.91 867.74 0 Hibah 0.45 716.34 - Dana Darurat - -
Lain-lain 2.46 151.40 - Total Pendapatan 4,097.59 27,996.59 4,044.21
URAIAN 2019
Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah Yang Dipindahkan 0.00 244.18 0.09
Sementara itu, dari sisi belanja sebagaimana dalam table III.2, realisasi sampai dengan triwulan I sudah mencapai Rp 1,78 triliun atau 1.5 persen dari pagu yang ditetapkan.
Belanja operasional yang diantaranya terdiri dari belanja pegawai dan belanja barang dan jasa mencapai realisasi tertinggi sebesar 94 persen, sedangkan belanja modal hanya terealisasi sebesar 0.1 persen. Hal ini diduga dikarenakan adanya pergantian Gubernur baru, sehingga dimungkinkan terdapat penyesuaian perencanaan dan revisi penganggaran khususnya terkait belanja modal.
Tabel III.2. Realisasi Belanja APBD Lingkup Pemda di Provinsi NTT s.d. Akhir Triwulan I Tahun 2018 dan Tahun 2019 (miliar)
Sumber: SIKD, 3 Mei 2019 dan GFS Triwulan I Tahun 2019, diolah
A. Pendapatan Daerah
Komposisi pembentuk Pendapatan Daerah diklasifikasikan ke dalam tiga komponen utama yaitu Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah. Pada kuartal I tahun ini, pendapatan daerah sudah terealisasi sebesar 4 persen dari target yang ditetapkan.
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan asli daerah mencerminkan pendapatan yang murni berasal dari upaya pemerintah daerah secara mandiri. PAD digunakan sebagai acuan kondisi kemandirian fiskal pemerintahan suatu daerah. Berdasarkan klasisikasinya, PAD terdiri dari empat komponen yaitu Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, dan Lain-Lain PAD Yang Sah. Sampai dengan kuartal I tahun ini, porsi Pajak Daerah sudah terealisasi sebesar Rp 62.88 miliar atau sekitar 48 persen dari total Pendapatan Asli Daerah di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2018
REALISASI PAGU REALISASI
Belanja Operasi 2,587.82 19,525.78 1,728.42
Belanja Pegawai 1,425.60 9,145.80 1,414.32 Belanja Barang dan Jasa 299.57 4,663.46 266.43 Belanja Subsidi - 6.99 - Belanja Hibah 825.55 1,547.71 5.71 Belanja Bantuan Sosial 7.39 134.88 1.52 Belanja Bantuan Keuangan 29.71 4,026.94 40.44
Belanja Modal 79.81 5,631.24 22.80 Belanja Tidak Terduga 1.77 263.88 8.21 Total Belanja 2,669.40 25,908.87 1,780.41URAIAN 2019
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi
/ Kabupaten / Kota dan Desa - 487.97 20.98
a. Penerimaan Pajak Daerah
Realisasi Penerimaan pajak daerah tertinggi dicapai oleh Kabupaten Manggarai Barat yang mencapai Rp17,60 miliar, diikuti oleh Kota Kupang sebesar Rp14,70 miliar.
Sementara untuk Provinsi NTT hanya dapat merealisasikan sebesar Rp44.5 juta.
Grafik III.1 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I Tahun 2019 (miliar)
Sumber : BPPKAD, data diolah
Kondisi ini nampaknya merupakan buah manis dari mulai tumbuhnya pariwisata dan infrastruktur pendukung pariwisata di Manggarai Barat. Realisasi pajak daerah terendah dimiliki oleh Kabupaten Kupang dan Kab. Sumba Barat yang hanya terealisasi sebesar Rp0.
b. Penerimaan Retribusi Daerah
Grafik III.2 Realisasi Penerimaan Restribusi Daerah Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I Tahun 2019 (miliar)
Sumber : BPPKAD lingkup NTT, data diolah
0.04 - 3.90 1.70 1.90 2.40 3.60 0.60 0.50 1.20 1.60 3.20 - 2.10 1.30 17.60 0.01 0.30 3.90 1.30 0.50 0.70 14.70
PROV. NTT KAB. KUPANG BELU TTU TTS ALOR SIKKA FLOTIM ENDE NGADA MANGGARAI SUMTIM SUMBAR LEMBATA ROTE MABAR NAGEKEO SUMTENG SBD MATIM SABU MALAKA KOTA KUPANG
3.30 0.01 1.30 0.60 0.90 1.00 1.10 0.30 0.30 0.60 0.10 0.80 0.01 1.50 0.30 3.30 0.04 0.40 0.08 0.10 0.10 1.40 2.20
Dalam grafik III.2 menunjukkan bahwa penerimaan retribusi daerah yang tertinggi berturut-turut dicapai oleh Kabupaten Manggarai Barat sebesar 3.31 miliar dan Pemprov NTT sebesar Rp 3.28 miliar. Sedangkan pemerintah daerah dengan nilai realisasi terendah berada di kabupaten Kupang sebesar Rp12.8 juta dan Sumba Barat sebesar Rp19.9 juta.
c. Penerimaan Hasil Kekayaan Negara Yang Dipisahkan
Realisasi Penerimaan dari Hasil Kekayaan Negara yang dipisahkan pada triwulan I tahun 2019 hanya ada pada Pemkot Kota Kupang dengan nilai sebesar Rp94.06 juta.
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Penerimaan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah yang tertinggi dicapai oleh Kabupaten TTS sebesar Rp6.6 miliar, diikuti oleh Kabupaten Belu sebesar Rp6,5 miliar.
Sedangkan realisasi yang terendah berada di Kabupaten Sumba Barat dengan nilai realisasi hanya sebesar Rp.0.
Grafik III.3. Realisasi Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Kab/Kota Lingkup Provinsi NTT s.d. Triwulan I Tahun 2019 (miliar)
2. Pendapatan Transfer
Grafik III.4 Realisasi Pendapatan Transfer Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi NTT s.d.
Triwulan I Tahun 2019 (miliar)
Sumber : BPPKAD lingkup NTT, data diolah
PROV. NTT KAB.… BELU TTU TTS ALOR SIKKA FLOTIM ENDE NGADA MANGGAR… SUMTIM SUMBAR LEMBATA ROTE MABAR NAGEKEO SUMTENG SBD MATIM SABU MALAKA KOTA…
0.30 0.50 6.50 3.10 6.60 1.20 0.90 1.20 3.50 0.70 0.80 3.00 3.00 0.40 1.10 0.00 1.60 2.80 0.70 5.20 0.40 3.70
500.00 - 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 3,000.00
PROV. NTT KAB. KUPANG BELU TTU TTS ALOR SIKKA FLOTIM ENDE NGADA MANGGARAI SUMTIM SUMBAR LEMBATA ROTE MABAR NAGEKEO SUMTENG SBD MATIM SABU MALAKA KOTA…
DAU DAK Realisasi
Sumber : BPPKAD lingkup NTT, diolah
Realisasi pendapatan transfer yang tertinggi oleh dicatat oleh Pemprov NTT dengan realisasi sebesar Rp2,8 triliun diikuti Kab. Ende sebesar Rp 228,4 miliar. Porsi terbesar dari pendapatan transfer berasal dari DAU dan DAK Fisik yang jika dijumlahkan keduanya mencapai 88 persen dari total penerimaan dana transfer.
3. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Tidak semua kabupaten/kota memiliki sumber daya yang masuk dalam kategori ini.
Untuk Triwulan I tahun 2019, penerimaan dari Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah hanya dimiliki oleh 2 Kabupaten yakni Kabupaten Sikka sebesar Rp30,3 miliar, dan Kabupaten Nagekeo dengan nilai realisasi sebesar Rp.3,34 juta. Sebagai informasi, komponen yang kami hitung sebagai kelompok Lain-Lain Pendapatan yang Sah adalah hanya Pendapatan Hibah dan Dana Darurat
B. Belanja Daerah
Sampai dengan kuartal I tahun 2019, realisasi Belanja Daerah tercatat sebesar Rp 1.7 triliun, atau mencapai 8,7 persen dari pagu belanja dalam APBD.
1. Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal
Grafik III.5 Realisasi Belanja Pegawai, Barang dan Modal Kab/Kota Lingkup Provinsi NTT s.d. Triwulan I Tahun 2019 (miliar)
Sumber : BPPKAD lingkup NTT, data diolah
Sebagaimana ditunjukkan dalam grafik III.5, realisasi belanja terbesar sampai dengan kuartal I tahun ini adalah belanja pegawai dengan 15 persen (Rp 1,4 triliun), sementara itu belanja modal yang diharapkan dapat memberikan dampak yang lebih besar terhadap ekonomi regional hanya terealisai sebesar 0.4 persen dan menjadi yang terendah pada periode ini.
2. Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan
Realisasi belanja daerah kuartal III tahun 2018 ditunjukkan dalam grafik III.8 dibawah ini.
Grafik III.6 Pagu dan Realisasi Belanja Berdasarkan Urusan Pemerintah Prov. Nusa Tenggara Timur s.d. Triwulan I Tahun 2019 (miliar)
Realisasi belanja daerah terbesar pada kuartal III tahun 2018 dicapai pada urusan kesehatan sebesar 76,9 persen sedangkan yang terendah berada pada urusan ketertiban dan ketentraman yaitu sebesar 25,4 persen. Alokasi terbesar berada pada urusan pelayanan umum dengan alokasi pagu senilai Rp2,92 triliun yang, diikuti urusan pendidikan dengan pagu sebesar Rp1,19 triliun.
C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Triwulan II Tahun 2019 Tabel III.2 Perkiraan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Nusa Tenggara Timur s.d.
Triwulan I tahun 2018 (miliar)
Uraian Pagu
Realisasi s.d.
Triwulan I
Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan II
Rp % Rp %
Pendapatan Daerah 27.996,5 4.044,2 14,4% 13.998,3 50%
Belanja Daerah 25.908,9 1.780,4 6,8% 12.954,4 50%
Surplus/Defisit 2.087,6 2.263,8 1.043,9
Sumber: BPPKAD lingkup NTT, data diolah
Capaian pendapatan dan belanja daerah sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu pendapatan turun dari Rp4.6 triliun pada tahun 2018 menjadi 4.0 triliun pada tahun 2019 dan realisasi belanja juga turun dari Rp2.9 triliun pada tahun 2018 menjadi 1.7 triliun pada tahun 2019. Namun, dengan memperhatikan realisasi pendapatan maupun belanja APBD dalam tiga tahun terakhir, dapat diproyeksikan bahwa realisasi pendapatan daerah akan berada di kisaran 50 persen dan realisasi belanja di kisaran 50 persen pada triwulan II tahun 2019.
Pelayan an Umum
Ketertib an dan Ketentr aman
Ekonom i
Lingkun gan Hidup
Peruma han dan Fasum
Kesehat an
Pariwis ata dan Budaya
Pendidi kan
Perlind ungan Sosial
Pagu 13,774 377.80 2,004. 198.70 3,781. 4,353. 309.50 7,378. 379.50
Realisasi 694.30 19.60 146.10 19.10 201.70 257.00 12.30 401.80 28.30
5.0% 5.2% 7.3%
9.6%
5.3% 5.9%
4.0% 5.4% 7.5%
0.0%2.0%
4.0%6.0%
8.0%
10.0%
12.0%
2,000.00 - 4,000.00 6,000.00 8,000.00 10,000.00 12,000.00 14,000.00 16,000.00
Pagu Realisasi % Realisasi
Sumber : BPPKAD lingkup NTT, diolah
IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian
Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah merupakan laporan hasil konsolidasian antara Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian pada periode waktu tertentu. Laporan realisasi anggaran konsolidasian tingkat wilayah Provinsi NTT disajikan sebagaimana tabel berikut:
Tabel IV 1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi NTT Triwulan I tahun 2019 (miliar)
Sumber: LKPK Kanwil NTT, SIKD ( pertanggal 3 Mei 2019)
B. Pendapatan Konsolidasian Analisis Proporsi dan Perbandingan
Grafik IV.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian Provinsi NTT Triwulan II tahun 2018 dan 2017 (miliar)
Sumber: LKPK Kanwil DJPb NTT (diolah)
PUSAT DAERAH KONSOLIDASI KENAIKAN 553.28
130.66 683.94 24% 287.83 Pendapatan Perpajakan 397.55 62.88 460.43 24% 192.28 Pendapatan Bukan Pajak 155.73 67.78 223.51 24% 94.10 Hibah - - - 0% 0.45 Transfer - 3,913.55 - 0% 1.00
6,808.41
1,780.40 3,101.16 12% 2,669 Belanja Pemerintah 1,320.76 1,718.99 3,039.75 12% 2,639.69 Transfer 5,487.65 61.41 61.41 21% 29.71
(6,255)
(1,650) (2,417) 10% (2,382) -
218.63 218.63 4% 591.65 Penerimaan Pembiayaan Daerah - 204.13 204.13 4% 562.40 Pengeluaran Pembiayaan Daerah - 14.50 14.50 5% 29.25
2019 2018
KONSOLIDASI URAIAN
Pendapatan Negara
(1,868)
(2,636) 9% (2,973) Belanja Negara
Surplus / (Defisit) Pembiayaan
Sisa Lebih (Kurang)
Pembiayaan Anggaran (6,255)
2 0 1 8 2 0 1 9
2018, 94.1 2019, 223.51
2018, 192.28
2019, 460.43 2018, 0.45
2019, 0 Hibah
Pajak PNBP
Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian pada triwulan I tahun 2019 mengalami peningkatan dari sisi pendapatan negara dan sisi belanja negara. Sisi pendapatan mengalami kenaikan sebesar 24 persen sedangkan dari sisi belanja mengalami kenaikan sebesar 12 persen. Dari komposisinya, penerimaan perpajakan masih menjadi sumber pendapatan utama mencapai 67,3 persen yang lebih tinggi dari persentase sebelumnya yang mencapai 64,6 persen.
Grafik IV.2 Perbandingan Penerimaan Pusat dan Daerah Terhadap Penerimaan Konsolidasian Provinsi NTT Triwulan III tahun 2018 (miliar)
Sumber: LKPK Kanwil DJPb NTT (diolah)
Pada triwulan I tahun 2019, komposisi pendapatan konsolidasian didominasi oleh penerimaan pusat sebesar 81 persen sedangkan penerimaan daerah hanya mencapai 19 persen. Pada pendapatan perpajakan maupun PNBP komposisi yang diperoleh oleh pusat lebih besar dibanding daerah yakni 86,3 persen berbanding 13,7 persen untuk perpajakan dan 69.7 persen berbanding 30.3 persen untuk PNBP.
C. Belanja Konsolidasian
Analisis Proporsi dan Perbandingan
Grafik IV.3 Perbandingan Belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Terhadap Belanja Konsolidasian Provinsi NTT Tahun 2018 (miliar)
Sumber: LKPK Kanwil DJPb NTT (diolah)
Pada triwulan I tahun 2019 komponen belanja pegawai Pemda tercatat Rp 1,07 triliun, tiga kali lebih tinggi dibandingkan pemerintah pusat. Namun demikian realisasi
0%
20%40%
60%80%
100%
Pusat Daerah
Hibah 0 0
Perpajakan 397.5 62.9
PNBP 155.7 67.8
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Belanja Bantuan
Sosial
Belanja Hibah
Belanja Lain-Lain
Belanaja Subsidi
Pemba Bunga Utang
566.40 406.37 347.99 - - - - -
1,070.75 182.04 21.05 1.50 4.29 - - -
Pusat Daerah
belanja barang dan belanja modal pemerintah daerah masih jauh lebih rendah daripada pemerintah pusat yaitu hanya mencapai Rp 203.09 miliar sementara pemerintah pusat sebesar Rp.754.36 milyar. Hal ini menunjukkan belanja operasional Pemda masih relatif rendah. Diharapkan baik belanja barang maupun belanja modal dapat segera diimplementasikan guna memberikan stimulus kepada pertumbuhan ekonomi setempat.
D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam PDRB
Tabel IV.2 Laporan Operasional Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi NTT Triwulan I Tahun 2019(miliar)
Transaksi yang mempengaruhi kekayaan neto (Rp miliar)
Pendapatan 7.808,79
a. Pajak 459,39
b. Kontribusi Sosial 0,00
c. Hibah 294,33
d. Pendapatan Lainnya 7.055,07
Beban 4.506,86
a. Kompensasi Pegawai 1.654,76
b. Penggunaan Barang dan Jasa 568,76
c. Konsumsi Aset Tetap 0,00
d. Bunga 0,00
e. Subsidi 0,00
f. Hibah 2.272,41
g. Manfaat Sosial 1,50
h. Beban Lainnya 9,43
Keseimbangan Operasi Bruto/Neto 3.301,93
Transaksi Aset Non Keuangan Neto 369,04
a. Aset Tetap 368,81
b. Perubahan Persediaan 0,00
c. Barang Berharga 0,00
d. Aset Non Produksi 0,23
Net Lending/Borrowing 2.932,89
Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban 2.932,89
a. Akuisisi Neto Aset Keuangan 2.932,89
- Dalam Negeri 2.932,89
- Luar Negeri 0,00
b. Keterjadian Kewajiban 0,00
- Dalam Negeri 0,00
- Luar Negeri 0,00
Sumber: LSKP Kanwil DJPb NTT
Selanjutnya, melalui konsumsi dan investasi yang dilakukan pemerintah ini, akan dapat diketahui seberapa besar kontribusi belanja yang telah direalisaikan Pemerintah terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Tabel IV.3 Perhitungan Kontribusi pemerintah Terhadap PDRB Provinsi NTT tahun 2019 (Rp miliar)
No. Uraian Nilai
A. Konsumsi Pemerintah 2.225,02
1. Kompensasi Pegawai 1.654,76
2. Penggunaan Barang dan Jasa 568,76
3. Konsumsi Aset Tetap 0,00
4. Manfaat Sosial 1,50
B. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 7.913,00
C. PDRB 16.231,00
A/C 13,71%
B/C 48,75%
Sumber: LKPK Kanwil DJPb NTT, BPS, BPPKAD data diolah
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB adalah 13,71 persen. Sedangkan kontribusi investasi pemerintah tercatat sebesar 48,75 persen.
Dengan kata lain, dapat diketahui bahwa belanja pemerintah mempunyai kontribusi 3,7 kali lebih kecil dibandingkan investasi pemerintah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa jika capaian realisasi belanja dan investasi pemerintah terealisasi dengan baik maka akan memiliki implikasi yang positif bagi pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
V. BERITA / ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH
DAMPAK PEMILU 2019 BAGI EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR
Perhelatan pesta demokrasi Pemilihan Umum (PEMILU) tidak hanya terimplementasi berupa kegiatan politik namun juga berpengaruh pada kegiatan perekonomian. Dari sudut pandang ekonomi, pemilihan umum baik Pemilihan Legislatif (Pileg) maupun Pemilihan Presiden (Pilpres) dimungkinkan dapat memberikan dampak bagi perekonomian melalui aktifitas belanja politik (belanja kampanye dan rapat-rapat politik) maupun dari aktifitas persepsi/ ekspektasi dunia usaha atas kondisi setelah Pemilu (kondisi kestabilan keamanan, dan hasil Pemilu itu sendiri).
Tanggal 17 April 2019, ini merupakan tahun bersejarah bagi demokrasi di Indonesia mengingat pada tanggal ini telah dilaksanakan Pemilu Serentak untuk Pileg DPRD Kabupaten/Kota, Pileg DPRD Provinsi, Pileg DPR RI, Pileg DPD, dan Pilpres. Segala aktifitas ekonomi yang dilakukan para pelaku ekonomi pada pesta demokrasi ini baik dari penyelenggara Pemilu (KPU dan Bawaslu) serta dari para peserta Pemilu (partai politik dan para calon legislatif dan pasangan capres/cawapres selama beberapa bulan terakhir tentunya menjadi salah satau fenomena ekonomi yang cukup menarik untuk dielaborasi. Sejalan dengan itu, berikut ini akan dijelaskan apakah kegiatan Pemilu Serentak tahun 2019 ini memberikan dampak ekonomi secara regional Nusa Tenggara Timur. Beberapa indikator ekonomi akan digunakan untuk melihat sejauh mana dampak Pemilu ini bagi perekonomian regional di Nusa Tenggara Timur.
1. Tren Pertumbuhan PDRB Nusa Tenggara Timur
Pengukuran Produk Domestrik Regional Bruto (PDRB) dilakukan oleh Badan Pusat Statistik melalui pendekatan pengeluaran/konsumsi dari sisi permintaan, dan pendekatan output produksi dari lapangan usaha/sektor dari sisi penawaran. Setiap peningkatan aktivitas ekonomi yang terjadi pada periode tertentu akan tercatat dalam PDRB baik dari sisi penerimaan maupun sisi permintaan dalam ekonomi.
Oleh karena itu, adanya pengeluaran/konsumsi yang dilakukan oleh penyelenggara Pemilu maupun oleh peserta Pemilu seharusnya akan berdampak ke ekonomi dengan memberikan andil pada peningkatan PDRB khususnya pada pertumbuhan PDRB triwulan I tahun 2019.
Berdasarkan tren pertumbuhan PDRB Nusa Tenggara Timur dalam 5 tahun sebagaimana digambarkan dalam grafik V.1, menunjukkan bahwa, aktivitas ekonomi dalam kegiatan Pemilu 2019 hampir tidak memberikan dampak bagi perekonomian NTT.
Hal ini terlihat dari adanya tren yang sama dimana secara q-to-q, selalu terjadi kontraksi
ekonomi pada triwulan 1 dalam 4 tahun terakhir. Disamping itu, pada periode y-on-y, meskipun secara gradual terjadi peningkatan di 3 tahun terakhir, namun pertumbuhan yang dihasilkan masih dalam interval yang hamper sama.
Grafik V.1 Grafik Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi NTT Tahun 2016 - 2019 (q-to-q dan y-on-y)
Sumber: BPS Provinsi NTT, data diolah
Berdasarkan data BPS, perekonomian NTT triwulan I-2019 (q-to-q) mengalami kontraksi sebesar -5,62 persen. Dari sisi penawaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Jasa Keuangan sebesar 2,89 persen. Sementara itu dari sisi permintaan pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen Lembaga Non Profit Yang Melayani Rumah Tangga (PKLNPRT) sebesar 2,97 persen. Tercatatnya pertumbuhan Lembaga Non Profit Yang Melayani Rumah Tangga (PKLNPRT) sebagai yang tertinggi merupakan dampak dari aktivitas partai politik dan organisasi pendukung dalam rangka kampanye pemilihan umum serentak (Pileg dan Pilpres) tahun 2019. Namun demikian, dikarenakan dampak terbesar aktivitas ekonomi Pemilu hanya tercatat pada komponen yang berkontribusi rendah dalam sumber pertumbuhan ekonomi NTT maka tidak terlalu berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi NTT.
2. Perkembangan Inflasi
Secara teoritis pertumbuhan ekonomi dan inflasi memiliki keterkaitan yang saling mempengaruhi. Adanya pertumbuhan ekonomi yang signifikan, tentunya juga akan meningkatkan pendapatan, sehingga akan mendorong peningkatan konsumsi. Adanya peningkatan konsumsi masyarakat ini akan berdampak pada pergerakan harga barang / inflasi sebagai akibat dari penyesuaian hukum permintaan dan penawaran.
Grafik V.2. Tingkat Inflasi Bulanan Provinsi NTT dan Nasional Tahun 2017 - 2019
Sumber: BPS Provinsi NTT, data diolah
Berdasarkan tren inflasi bulanan sebagaimana Grafik V.2, menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, tingkat inflsi yang terjadi pada triwulan I cenderung stabil dan berulang. Bahkan pada triwulan I 2018 dan 2019 NTT cenderung mengalami deflasi pada bulan Februari dan Maret. Kondisi pergerakan yang stabil ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi dari Pemilu 2019 tidak mempengaruhi perekonomian regional NTT.
3. Belanja Pemerintah
BPS mencatat bahwa sumber pertumbuhan ekonomi NTT triwulan I 2019 tertinggi dicapai oleh sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib yang menyumbangkan 1,19 persen dari 5,09 persen (y-on-y).
Grafik V.3 Sumber Pertumbuhan NTT dan Peran Belanja Pemerintah Triwulan I 2019
Sumber: BPS Provinsi NTT, Monev MEBE data diolah
Jika dilihat lebih rinci dalam realisasi belanja barang terkait kegiatan penyelenggaraan Pemilu 2019, belanja Pemilu ini hanya mencapai Rp 128,48 miliar atau 19,1 persen dari total belanja pemerintah pada kelompok belanja barang. Sehingga bisa disimpulkan bahwa belanja pemerintah dalam rangka penyelenggaraan Pemilu memiliki dampak yang relatif kecil bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi regional Nusa Tenggara
PAGU REALISASI % 398,62 58,92 14,8%
295,76 6,31 2,1%
268,38 63,26 23,6%
Total 962,76 128,48 40,5%
4.663,46 266,43 5,7%
3.831,27 406,37 10,6%
19,1%
= 128,48 / (266,43+406,37) PENYELENGGARA PEMILU
KPU BAWASLU
POLRI (PENGAMANAN)
Total Realisasi Belanja Penyelenggaraan Pemilu thd Total Realisasi Bel. Barang (52) Total Belanja (52) APBD Total Belanja (52) APBN
(dalam miliar) (dalam %)
Timur. Sehingga tingginya persentase sumber pertumbuhan dari sektor pemerintah ini bukan karena adanya belanja Pemilu namun lebih dikarenakan kelompok belanja pemerintah lainnya yakni belanja pegawai dan belanja barang dan jasa diluar belanja penyelenggaraan Pemilu.
Sehingga dengan demikian, berdasarkan kondisi dan perkembangan beberapa indikator ekonomi dan fiscal yang terjadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan Pemilu tahun 2019 (Pileg dan Pilpres) ini tidak membawa dampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi regional di Nusa Tenggara Timur khususnya pada triwulan I tahun 2019 ini.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU/ ARTIKEL
Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan I – 2019. BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kupang
Berita Resmi Statistik Kondisi Ketenagakerjaan Februari 2019. BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kupang
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Triwulan I Tahun 2018 dan 2019. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kupang Government Financial Statistic Triwulan I Tahun 2019. Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kupang
Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun Anggaran 2019. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kupang Prioritas Plafon Anggaran Sementara Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun Anggaran 2019. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kupang
WEBSITE www.bps.go.id www.bi.go.id www.ntt.bps.go.id
http://spanint.kemenkeu.go.id/spanint/app/
http://ditpa.kemenkeu.go.id/2017/index.php https://sikp.kemenkeu.go.id/login
http://sikd.djpk.kemenkeu.go.id
http://www.neraca.co.id/article/62490/inflasi-dan-pertumbuhan-ekonomi, Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi, Prof. Firmanzah., PhD, Rektor Universitas Paramadina http://www.neraca.co.id/article/111420/pengaruh-ekonomi-dalam-pilpres-2019,
pengaruh Ekonomi dalam Pilpres 2019, Sarwani
https://nasional.kontan.co.id/news/pilkada-berdampak-sesaat-ke-ekonomi