• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jl. Arjuna Utara No.9, Duri Kepa, Kb. Jeruk, Jakarta Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jl. Arjuna Utara No.9, Duri Kepa, Kb. Jeruk, Jakarta Barat"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Perbedaan Status Gizi Balita Usia 12-36 Bulan Berdasarkan Pola Asuh dan Status Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Jatimulya

Kabupaten Bekasi Tahun 2016

Ermita Kurniasari1, Rachmanida Nuzrina2, Erry Yudhya Mulyani2

1Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul, Jakarta

2Dosen Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul, Jakarta Jl. Arjuna Utara No.9, Duri Kepa, Kb. Jeruk, Jakarta Barat 11510

[email protected]

ABSTRAK

Pola asuh balita meliputi perawatan dan perlindungan ibu, praktek menyusui dan pemberian makanan pendamping ASI, kebersihan diri dan sanitasi lingkungan, praktek kesehatan di rumah tangga dan pola pencarian pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan status gizi balita usia 12-36 bulan berdasarkan pola asuh dan status pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas Jatimulya Kabupaten Bekasi. Metode yang digunakan yaitu analitik observasional dengan pendekatan Cross-Sectional. Teknik sampling menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 97 orang balita. Teknik analisis data dengan menggunakan uji statistik independent t-test dan chi-square. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan status gizi balita usia 12-36 bulan berdasarkan pola asuh dan status pekerjaan ibu dengan p-value > 0,05. Tetapi, ada hubungan antara pola asuh dengan status pekerjaan ibu dengan hasil p-value < 0,05. Kesimpulan penelitian ini sebagian besar status gizi anak berdasarkan indeks BB/U, pola asuh makan, dan pola asuh tentang perawatan balita dalam keadaan sakit mempunyai hasil baik. Analisis perbedaan status gizi balita dengan pola asuh ibu dan perbedaan status gizi balita dengan status pekerjaan ibu menunjukkan tidak adanya perbedaan, sedangkan analisis hubungan pola asuh dengan status pekerjaan ibu menunjukkan adanya hubungan.

Kata kunci : Pola Asuh, Status Gizi Balita, Status Pekerjaan Ibu

ABSTRACT

Parenting system that is included in the careness and mother protection, breast feeding and complementary feeding practice as a companion for ASI, the cleanliness of them selves and the sanitation of the environment, the practice of the health of our household and the search of the health service. The purpose of this study is to determine the differences between the status of nutrition toddler in age 12-36 month based on the parenting and the job of their mother in the work of the Jatimulya Public Health Center (Puskesmas) Jatimulya Kabupaten Bekasi. The methods used in this research is observational analytic with cross-sectional design. The sampling technique used is purposive sampling with the number of sampel 97 children. The data analysis technique is using statistical test of independent t-test and chi-square. The statistical analysis showed that there is no difference between. Statistical analysis showed no difference in the nutritional status of children aged 12-36 months based parenting and maternal employment status with a p-value > 0,05. However, there is a relationship between parenting with maternal employment status who had a p-value < 0,05. In conclusion, most of the nutritional status of children based on the index Weight/Age, eating parenting, and parenting of infants ill treatment has shown good results. Analysis of differences in nutritional status of children with parenting and maternal employment status showed no difference, whereas analysis parenting relationship with maternal employment status shows an association.

Keywords : Parenting, Nutritional status of children, Employment status of the mother

(2)

PENDAHULUAN

Masalah gizi buruk dan gizi kurang belum bisa teratasi dengan baik dalam skala internasional maupun nasional, tercatat 101 juta anak di dunia berusia di bawah lima tahun menderita kekurangan gizi. Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi berat badan kurang pada tahun 2013 di Indonesia adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9%

gizi kurang (Lastanto, 2015).

Penyebab masalah gizi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Penyebab langsung yaitu faktor makanan dan penyakit infeksi. Faktor penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan dalam keluarga, pola asuh, perawatan kesehatan dan sanitasi lingkungan yang kurang memadai. Keempat faktor tidak langsung tersebut saling berkaitan dengan pendidikan, pengetahuan, penghasilan dan keterampilan ibu (Giri, 2013).

Anak usia 12-36 bulan adalah usia balita yang menunjukkan pertumbuhan cukup pesat sehingga memerlukan zat gizi seimbang. Pada usia ini, balita bersifat konsumen pasif dan rentan terhadap penyakit gizi (Sutomo, 2010).

Peran orang tua terutama peran ibu terhadap pola pengasuhan anak

mempunyai peranan yang besar seperti penelitian yang dilakukan Iswarati (2010) tentang pengetahuan keluarga dalam pengasuhan anak dan tumbuh kembang anak mengungkapkan bahwa wanita merupakan pihak yang paling penting bertanggung jawab terhadap kesehatan, pengasuhan, dan tumbuh kembang anak khususnya anak balita, kesehatan anak balita sangat tergantung pada orang yang mengasuhnya, yaitu ibu.

Pola asuh balita meliputi : perawatan dan perlindungan ibu, praktek menyusui dan pemberian makanan pendamping ASI, kebersihan diri dan sanitasi lingkungan, praktek kesehatan di rumah tangga dan pola pencarian pelayanan kesehatan (Zeitlin, 2000).

Penelitian Yulia, et al (2008) menunjukkan pola asuh makan oleh ibu berhubungan positif dan signifikan dengan status gizi anak balita. Diana (2006), pola asuh makan yang baik lebih tinggi persentasenya pada responden yang ibunya tidak bekerja (65,0%) daripada ibu yang bekerja (38,1%) dikutip dalam (Meliahsari, 2013).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan menggunakan

(3)

pendekatan Cross-Sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2016, teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 97 orang balita usia 12- 36 bulan dan ibu sebagai responden penelitian.

Analisis data dilakukan dengan uji statistik independent t-test untuk

menganalisis perbedaan dan chi-square untuk menganalisis hubungan. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder, data primer diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner pada responden. Sementara data sekunder diperoleh dari Profil Kesehatan Tahun 2014 Puskesmas Jatimulya Kabupaten Bekasi.

Dalam penyajian, jenis kelamin balita dikategorikan menjadi laki- laki dan perempuan, umur balita dalam satuan bulan, umur ibu dalam satuan tahun, tingkat pendidikan ibu dikategorikan tamat (SD, SMP, SMA, atau Perguruan Tinggi), status pekerjaan ibu dikategorikan bekerja dan tidak bekerja, pola asuh dikategorikan menjadi pola asuh baik dan tidak baik, status gizi balita tidak dikategorikan (menggunakan hasil z-score dengan indeks BB/U).

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, kecuali data umur dan status gizi balita.

HASIL PENELITIAN

Univariat

Berikut ini merupakan hasil analisis univariat yang diperoleh, yaitu meliputi data jenis kelamin balita, tingkat

pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, pola asuh makan balita, pola asuh perawatan balita dalam keadaan sakit, dan pola asuh balita (jumlah skor pola asuh makan dan pola asuh perawatan balita dalam keadaan sakit) pada balita di wilayah kerja Puskesmas Jatimulya Kabupaten Bekasi Tahun 2016.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur responden, yaitu 29 tahun dengan standar deviasi 4,976.Umur balita. Rata-rata umur balita, yaitu 25 bulan dengan standar deviasi 7,347. Rata- rata z-score balita, yaitu 0,03 SD dengan standar deviasi 0,632.

Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi balita usia 12-36 bulan berdasarkan pola asuh ibu dan perbedaan status gizi balita usia 12-36 bulan berdasarkan status pekerjaan ibu menggunakan uji statistik independent t-

(4)

test. Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh dengan status pekerjaan ibu menggunakan uji statistik chi-square. Tingkat kemaknaan (α) yang digunakan adalah 0,05, jika hasil

penelitian menunjukkan p-value < 0,05 maka ada perbedaan dan hubungan dari kedua variabel. Sedangkan jika p-value ≥ 0,05 maka tidak ada perbedaan dan hubungan dari kedua variabel.

Tabel 1.

Distribusi responden

Tabel 2.

Hasil analisis bivariat dengan uji statistik independent t-test.

Variabel Status gizi balita

t-test p-value

Pola asuh

Status pekerjaan ibu

2,020 0,382

0,057 0.704

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa p- value > 0,05 berarti tidak ada perbedaan status gizi balita usia 12-36 bulan

berdasarkan pola asuh dan tidak ada perbedaan status gizi balita usia 12-36 bulan berdasarkan status pekerjaan ibu

Variabel n %

Jenis kelamin balita Laki-laki Perempuan

Tingkat pendidikan ibu Tamat SD

Tamat SMP Tamat SMA

Tamat Perguruan Tinggi Status Pekerjaan ibu

Tidak bekerja Bekerja

Pola asuh makan balita Tidak baik1

Baik2

Pola asuh perawatan balita dalam keadaan sakit Tidak baik1

Baik2

Pola asuh balita Tidak baik1 Baik2

50 47

5 14 69 9

41 56

16 81

10 87

11 86

51,5 48,5

5,2 14,4 71,1 9,3

42,3 57,7

16,5 83,5

10,3 89,7

11,3 88,7

1Hasil skor yang diperoleh ≥ 80%, 2Hasil poin yang diperoleh < 80%

(5)

Tabel 3.

Hasil analis bivariat dengan uji statistik chi-square

Status pekerjaan ibu Pola asuh balita Total P-value Tidak baik Baik

n % n % n %

Tidak bekerja Bekerja

0 11

0,0 19,6

41 45

100,0 80,4

41 56

100,0 100,0

0,003

Berdasarkan analisa dengan uji statistik chi-square didapat nilai signifikansi p-value < 0,05 atau 0,003 <

0,05 berarti ada hubungan pola asuh dengan status pekerjaan ibu.

PEMBAHASAN

Bentuk perhatian/dukungan ibu terhadap anak meliputi perhatian dan sikap orang tua dalam memberi makan.

Penelitian Yulia, et al (2008), menunjukkan bahwa pola asuh makan oleh ibu berhubungan positif dan signifikan dengan status gizi anak balita.

Diana (2006), pola asuh makan yang baik lebih tinggi persentasenya pada responden yang ibunya tidak bekerja (65,0%) daripada ibu yang bekerja (38,1%) dikutip dalam (Meliahsari, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh tentang pola asuh makan balita sebagian besar berada pada kategori baik sebesar 83,5%, sedangkan pada kategori tidak baik sebesar 16,5%. Hal ini dikarenakan ibu yang bekerja maupun

yang tidak bekerja sebagian besar sudah dapat memilih menu makan yang seimbang untuk anak. Jika anak tidak mau makan, ibu dapat membujuk agar anak dapat menghabiskan makanannya.

Soetjiningsih (1995) berpendapat bahwa kesehatan anak harus mendapat perhatian dari orang tua, yaitu dengan segera membawa anaknya yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan yang terdekat. Penelitian Sihombing (2005) di Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal pada anak balita menunjukkan bahwa 72,04% yang praktek kesehatannya berada pada kategori baik sedangkan praktek kesehatan pada kategori tidak baik 27,96% (dikutip dalam Lubis, 2008).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh ibu berdasarkan perawatan balita dalam keadaan sakit lebih banyak pada kategori baik yaitu sebesar 89,7%, sedangkan pada kategori tidak baik sebesar 10,3%. Hal ini disebabkan karena sebagian besar ibu selalu memperhatikan kesehatan anaknya

(6)

ditunjukkan dengan cara langsung membawa anaknya ke sarana pelayanan kesehatan jika anak sakit.

Menurut Santoso (1999), status gizi anak adalah keadaan kesehatan anak akibat interaksi antara makanan dalam tubuh dengan lingkungan sekitarnya.

Selain itu, merupakan salah satu parameter yang penting untuk nilai tumbuh kembang fisik dan nilai kesehatan anak (dikutip dalam Lubis, 2008).

Dari hasil pengukuran z-score balita dengan indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) yang disesuaikan dengan standar WHO 2005 ditemukan sebagian besar anak mempunyai status gizi baik yaitu sebesar 99,0% dan anak yang mempunyai status gizi lebih sebanyak 1,0%. Hal ini disebabkan karena ibu selalu memperhatikan keadaan gizi dan kesehatan anaknya.

Menurut Satoto dalam Diana (2006) faktor yang cukup dominan terhadap meluasnya masalah gizi kurang adalah perilaku masyarakat yang kurang baik dalam memilih dan memberikan makanan kepada anggota keluarganya terutama anak balita. Pola asuh berperan penting dalam menentukan status gizi balita.

Apabila pola asuh anak kurang, maka dapat mempengaruhi tumbuh kembang dikarenakan selama masa balita belum dapat melayani kebutuhannya sendiri dan masih bergantung kepada pengasuhnya.

Penelitian Asrar, et al (2009) menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara pola asuh yang baik dan yang kurang baik dengan status gizi (p = 0,533) > 0,05.

Penelitian Suiraoka, et al (2011) menunjukkan bahwa perbedaan pola asuh balita pada keluarga Gakin dan non Gakin berdasarkan hasil uji statistik independent t-test menunjukkan ada perbedaan signifikan (t = 2,643; p = 0,009).

Perbedaan pada dua kelompok ini menunjukkan bahwa semakin tingginya tuntutan kebutuhan dalam kehidupan menyebabkan banyak ibu yang mulai mengambil peran ganda. Di satu sisi sebagai ibu rumah tangga yang harus mengasuh balita, namun di sisi lain juga berupaya sebagai penghasil pendapatan bagi keluarga. Sebagai konsekuensi dari hal ini adalah terjadinya perubahan dan pengalihan terhadap kegiatan praktik pemberian makan bagi balita serta pola asuhnya.

Hasil analisis didapatkan p-value 0,057 (p > 0,05) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan status gizi balita usia 12-36 bulan berdasarkan pola asuh ibu di wilayah kerja Puskesmas Jatimulya Kabupaten Bekasi. Ini menunjukkan bahwa status gizi bukan semata-mata disebabkan karena pola asuh saja melainkan banyak faktor yang mempengaruhinya.

(7)

Menurut Fadlyana, et al (2011) keluarga dengan pendapatan yang tinggi belum tentu memperbaiki komposisi makanan sehingga belum tentu mutu makanannya lebih baik.

Penelitian Sumarni, et al (2013) menunjukkan bahwa pada ibu yang bekerja status gizi balita sebagian besar gizi kurang (45,6%), pada ibu yang tidak bekerja status gizi balita menunjukkan dominan gizi baik sebesar 65,0%.

Penelitian ini tidak mendapatkan gambaran yang serupa di mana tidak menunjukkan hubungan yang bermakna (p = 0,77) antara status gizi anak balita dengan status kerja kedua orang tua.

Penelitian Persulessy, et al (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan status gizi balita. Hal ini berarti balita yang mempunyai orang tua dengan tingkat pendapatan kurang memiliki risiko 4 kali lebih besar terkena status gizi kurang dibanding dengan balita yang memiliki orang tua dengan tingkat pendapatan cukup. Penelitian ini sejalan dengan penelitian lain di Kecamatan Mandai Kabupaten Maros yang menunjukkan hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi balita (Khaeriyah, 2001). Penelitian Salah, et al (2006) di Afrika menunjukkan ada hubungan yang

bermakna antara tingkat pendapatan dengan status gizi, prevalensi gizi kurang menurun secara nyata ketika pendapatan meningkat. Pada penelitian Anwar (2006) menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan kejadian gizi buruk.

Hasil penelitian Utina, et al (2012) menunjukkan bahwa ada hubungan antara status bekerja ibu dengan tumbuh kembang batita. Hal ini dikarenakan status gizi batita pada ibu yang bekerja lebih beresiko (kurang) dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Baik berdasarkan BB/U, TB/U, BB/TB maupun pada penilaian perkembangan anak.

Penelitian Setyawan (2005) dalam Kayangananto (2012) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan persentase status gizi balita yang signifikan antara balita dari ibu yang bekerja dan balita dari ibu yang tidak bekerja. Hal ini disebabkan karena kelompok dari ibu yang bekerja dan ibu yang tidak bekerja memiliki tingkat pendidikan yang baik.

Dari hasil analisis didapatkan p- value 0,704 (p > 0,05) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan status gizi balita usia 12-36 bulan berdasarkan status pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas Jatimulya Kabupaten Bekasi.

(8)

Peran ibu dalam mengasuh anak erat kaitannya dengan ketersediaan waktu yang dimiliki ibu. Ibu yang bekerja akan memiliki ketersediaan waktu yang berbeda dengan ibu yang tidak bekerja.

Ibu yang tidak bekerja relatif akan memiliki waktu yang lebih banyak untuk berinteraksi dengan anak-anaknya (Aswin, 2008). Menurut McIntosh dan Bauer (2006), ibu yang tidak bekerja dapat mengatur pola makan anak-anak mereka, sehingga anak-anak mendapat makanan yang sehat dan bergizi.

Penelitian yang dilakukan Diana (2006) menunjukkan bahwa pola asuh makan yang baik lebih tinggi persentasenya pada responden yang ibunya tidak bekerja (65,0%) daripada ibu yang bekerja (38,1%) dikutip dalam (Meliahsari, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 56 orang ibu yang bekerja terdapat 45 orang (80,4%) yang mempunyai pola asuh balita yang baik dan 11 orang (19,6%) yang mempunyai pola asuh balita yang tidak baik. Dari 41 orang ibu yang tidak bekerja terdapat 41 orang (100%) yang mempunyai pola asuh balita yang baik dan tidak terdapat pola asuh balita yang tidak baik. Berdasarkan analisa dengan uji statistik chi-square didapat nilai signifikansi p-value < 0,05 atau 0,003 < 0,05, maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan pola asuh dengan

status pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas Jatimulya Kabupaten Bekasi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Jatimulya Kabupaten Bekasi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar status gizi balita usia 12-36 bulan berdasarkan indeks BB/U adalah baik, yaitu sebesar 99,0%.

Pola asuh yang meliputi pola asuh makan lebih banyak pada kategori baik yaitu sebesar 83,5% dan perawatan balita dalam keadaan sakit pada kategori baik sebesar 89,7%. Tidak ada perbedaan status gizi balita usia 12-36 bulan berdasarkan pola asuh ibu di wilayah kerja Puskesmas Jatimulya Kabupaten Bekasi. Tidak ada perbedaan status gizi balita usia 12-36 bulan berdasarkan status pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas Jatimulya Kabupaten Bekasi. Ada hubungan pola asuh dengan status pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas Jatimulya Kabupaten Bekasi.

Untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian serupa maupun ingin melanjutkan penelitian, sebaiknya menggunakan indeks BB/TB. Karena indeks tersebut dapat melihat status gizi saat ini dan masa lalu. Sedangkan indeks BB/U hanya dapat melihat status gizi saat ini.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, K., M. Juffrie, M. Julia. Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk di Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat. J Gizi Klin Indones, 2(3) :108–16.

Asrar, M., H. Hadi dan D. Buediman.

(2009). Pola Asuh, Pola Makan, Asupan Zat Gizi dan Hubungannya dengan Status Gizi Anak Balita Masyarakat Nuaulu di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 6(2):84–94.

Aswin, Saryono, D. Ramawati. (2008).

Hubungan Antara Pola Asuh dengan Status Gizi Pada Bayi di Desa Wangon, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), 3(2) : 86-94.

Diana, F. M. (2006). Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi Anak Batita di Kecamatan Kuranji Kelurahan Pasar Ambacang Kota Padang Tahun 2004. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1 (1) : 19- 23.

Fadlyana, E., G. Gunawan dan K. Rusmil.

(2011). Hubungan Status Gizi dan

Perkembangan Anak Usia 1-2 Tahun.

Sari Pediatri,13(2): 142-6.

Giri, M.K.W. (2013). Hubungan Pengetahuan Ibu dan Sikap Ibu Tentang Pemberian ASI Ekslusif dengan Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan di Kelurahan Kampung Kajanan Kecamatan Buleleng. Jurnal Magister Kedokteran Keluarga, 1(1) : 24-37.

Iswarati. (2010). Pengetahuan Keluarga dalam Pengasuhan dan Tumbuh Kembang Anak. Jurnal Gizi Indonesia, 33(1): 67-73.

Kayangananto, W. (2012). Perbedaan Status Gizi Balita Pada Ibu yang Bekerja Shift dan Non Shift di Kecamatan Kartasura. Naskah

Publikasi. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Khaeriyah. (2001). Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Bontoa Kecamatan Mandai Kabupaten Maros. J Med Nusant, 22 (4) : 468–89.

Khan, Khattak and S. Ali. (2010).

Malnutrition and Associated Risk Factors in Pre-School Children (2- 5 years) in District Swabi (NWFP). J.

med. Sci,10 (2): 34-39.

(10)

Lastanto. (2015). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Balita Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Cebongan. Skripsi.

STIKES Kusuma Husada.

Meliahsari, R., B. Bahar, S. Sirajuddin.

(2013). Hubungan Pola Asuh Makan oleh Ibu Pekerja dengan Status Gizi Baduta di Kecamatan Tongkuno Selatan Kabupaten Muna. Media Gizi Masyarakat Indonesia, 2 (2) : 113-118.

Muller, O., M. Krawinkel. (2005).

Malnutrition and Health in Developing Countries. Can. Med.

Assoc. J., 173(3) : 1-9.

Persulessy, V., A. Mursyid, A. Wijanarka.

(2013). Tingkat Pendapatan dan Pola Makan Berhubungan dengan Status Gizi Balita di Daerah Nelayan Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura. Jurnal Gizi dan Dietetika Indonesia, 1(3) : 23-30.

Salah E., Mahgoub, M. Nnyepi, B. Teori Theodore. (2006). Factors Affecting of Malnutrition among Children Under Three Years of Age in Botswana, African. J Food Agric Nutr Dev, 6(1) : 1–15.

Suiraoka, I.P., D.P. Sukraniti, N.M.Y.

Gumala. (2011). Perbedaan Status

Gizi, Pola Pemberian Makan, dan Pola Asuh Balita Pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar. Jurnal Ilmu Gizi, 2(2), Agustus 2011 : 83-92.

Sumarni, W. Fridayanti, T. Wahyuni.

(2013). The Differences in Nutritional Status of Children of Working Mothers with aren’t Working in the Kejobong District Purbalingga Regency. Jurnal Kebidanan, 5 (01) : 36-42.

Sutomo. (2010). Makanan Sehat Pendamping ASI. Jakarta : Demedia.

Utina, J., S. Palamani, E. Tamunu. (2012).

Hubungan Antara Status Bekerja Ibu dengan Pencapaian Tumbuh Kembang Anak Usia Batita di Kelurahan Maasing Kecamatan Tuminting Kota Manado. Juiperdo, 1(1) : 18-22.

Zeitlin, M. (2000). Balita di Negara- negara Berkembang, Peran Pola Asuh Anak, Pemanfaatan Hasil Studi Penyimpanan Positif Untuk Program Gizi. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII. Kerjasama LIPI Bappenas, UNICEF, Deptan, BPS. 125-155. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

jenis kelamin saat pertama kali bertemu dengan pasien rawat inap, petugas tidak melakukan identifikasi pasien dengan cara meminta pasien mneyebutkan minimal 2 dari 4

Untuk itu perlu adanya suatu sistem informasi yang mampu memudahkan masyarakat dalam melakukan pencarian buku.E-Catalog Berbasis Mobile Application PerpustakaanDaerah Kota

Dengan kata lain bila kapal senget tidak ada MP maupun momen penerus sehingga kapal tetap miring pada sudut senget yang sama, penyebabnya adalah titik G terlalu tinggi dan

Selain untuk menyajikan informasi kesehatan, profil kesehatan juga bisa digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan kesehatan di Kabupaten Probolinggo yang

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sumarni (2014) menyatakan bahwa wanita memiliki kecenderungan mudah mengalami kelelahan, perubahan mood dan masalah

Untuk gangguan depresi mayor yang berat dengan melankolis antidepresan trisiklik memiki efikasi yang lebih besar daripada SSRI, namun untuk gangguan depresi bipolar SSRI lebih

Jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa di Nusantara, kegiatan kepenulisan dengan huruf Arab oleh masyarakat Melayu sudah berkembang pesat. Syamsul Hadi

Oleh karena itu dapat diperoleh kesimpulan bahwa variabel independen profitabilitas (ROA) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing perusahaan