• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISI - Solusi Alternatif guna Mengurangi Anak Putus Sekolah Wajib belajar 9 Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ISI - Solusi Alternatif guna Mengurangi Anak Putus Sekolah Wajib belajar 9 Tahun"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT akhirnya tugas karya tulis

ilmiah berjudul “Solusi Alternatifguna Mengurangi Anak Putus Sekolah Wajibbelajar 9 Tahun”

ini dapat kami seleseikan tepat pada waktunya.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada berbagai pihak, terutama dosen mata kuliah

Problematika Pendidikan Luar Sekolah dan kepada teman-teman konsentrasi pemberdayaan

masyarakat yang telah banyak membantu dalam penyeleseian tugas makalah ini. Mengingat

kekurangan yang ada dalam makalah ini kami mengharap kritik dan saran yang membangun

untuk menyempurnakannya.

Dengan adanya karya tulis ilmiah ini, kami mengharapkan dapat menjadi bahan diskusi

yang dapat menambah wawasan mahasiswa maupun dosen.

(2)

2

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan tiang pucang kebudayaan dan fondasi utama untuk membangun

peradaban sebuah bangsa. Arti penting kesadaran pendidikan menentukan kualitas kesejahteraan

sosial lahir batin masa depan. Pendidikan memiliki peranan strategis menyiapkan generasi

berkualitas untuk kepentingan masa depan.

“Pendidikan sebagai salah satu kunci penting dalam proses perkembangan untuk

memajukan suatu bangsa dapat dikatakan demikian manakala tingkat pendidikan suatu

negara dikatakan tinggi, setidaknya peradaban dan pola pikir masyarakat di negara

tersebut haruslah tinggi pula”1.

Dirasakan atau tidak, pendidikan merupakan faktor penting dalam memartabatkan negara

maupun meningkatkan kemajuan secara majemuk sebuah negara. Tanpa pendidikan, kemajuan

sebuah bangsa akan semakin pudar tergerus oleh maraknya perkembangan zaman yang menuntut

pemahaman keilmuan yang satu-satunya jalan adalah dengan meningkatkan taraf pendidikan

tersebut.

Rendahnya tingkat dan kesadaran akan pentingnya pendidikan di Indonesia merupakan

pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi pemerintah guna memajukan peradaban dan tingkat

kehidupan yang lebih baik dan mandiri. Rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia mendorong

timbulnya berbagai permasalahan sosial yang kian hari semakin meresahkan bangsa Indonesia.

Salah satu faktor yang dapat menjadi tolak ukur rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia

adalah tingginya angka putus sekolah anak usia produktif (usia sekolah). Selain tingginya angka

putus sekolah, rendahnya minat anak bahkan orang tua untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi dirasakan masih sangat kurang. Adapun satu hal pokok di atas

dapat menjadi satu alasan betapa rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia yang memang bila

ditelaah lebih mendalam bukan hanya pemerintah saja yang perlu berpikir jauh, namun

masyarakat dan tentunya para orang tua harus memahami benar betapa pentingnya pendidikan

1

(3)

3

untuk bekal hidup maupun sebagai anggota dalam sistem tatanan masyarakat yang berbangsa dan

bernegara.

Kelangsungan hidup bangsa kedepan berada ditangan anak-anak dimasa sekarang. Jika

menginginkan kesenangan dimasa yang akan datang maka anak juga memperoleh haknya dimasa

sekarang. Misalnya tempat bermain, pendidikan, jaminan kesehatan, dan lain sebagainya.

Sebagai perwujudan rasa tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup bangsa. Anak merupakan

bagian dari generasi muda, penerus cita-cita, dan perjuangan bangsa. Disamping itu, anak

merupakan sumber daya manusia yang perlu mendapatkan perhatian dan perlindungan dari

berbagai ancaman dan gangguan agar supaya hak-haknya tidak terabaikan.2..

Pada kenyataan dimasyarakat tidak semua kebutuhan untuk anak terpenuhi. Salah satunya

dibidang pendidikan. di dalam pendidikan Terdapat banyak anak putus sekolah (formal).

Keadaan lingkungan yang kurang mendukung, ekonomi, geografi, sosial ekonomi menjadi

faktor penyebab anak putus sekolah. Putus sekolah bukan merupakan salah satu permasalahan

pendidikan yang tak pernah berakhir. Masalah ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan.

Data Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Pendidikan Nasional

menunjukkan jumlah anak putus sekolah di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Pada

tahun 2006 jumlahnya 899.786 anak. Setahun kemudian bertambah sekitar 20 % menjadi

899.986 anak. dari jumlah penduduk kelompok sekolah yang bersekolah 55,318,077 anak.

Upaya pencegahan dilakukan pemerintah. Diantaranya dengan Mengamati,

memperhatikan permasalahan-permasalahan anak. permasalahan anak secara internal

mencangkup Tidak ada motivasi diri, Malas untuk pergi sekolah karena merasa minder, Tidak

dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya. Menyadarkan orang tua tentang pentingnya

pendidikan demi menjamin masa depan anak serta memberikan motivasi belajar kepada anak.

Motivasi merupakan keadaan internal seseorang yang mendorong orang tersebut untuk

melakukan sesuatu. Tidak hanya itu, motivasi juga berkaitan dengan dengan keseimbangan

atau equilibrium yaitu upaya untuk dapat membuat diri memadai dalam menjalani hidup3.

2

Sri Sugiharti. 2005. Penjajagan Kebutuhan Tentang Pemenuhan Hak Anak di Dusun V Peranti Desa Gadingharjo Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul DIY. Yogyakarta : Balitbang BKKBN DIY

3

(4)

4

Pembelajaran akan bisa berjalan lancar jika diiringi motivasi yang berkelanjutan. Memberikan

motivasi secara bertahap dan terus-menerus sangat diperlukan. Penekanan ini ditujukan untuk

orang tua. Orang tua bertanggung jawab penuh atas kebutuhan yang diperlukan oleh anak. untuk

mengembangkan anak, membutuhkan partisipasi secara menyeluruh dari orang tua. Karena

dengan adanya partisipasi orang tua untuk memberikan dorongan belajar anak, akan

menumbuhkan semangat belajar.

Karya ilmiah ini berjudul “Solusi alternatif guna mengurangi anak putus sekolah wajib

belajar 9 tahun” judul ini signifikan untuk dibahas karena melihat permasalahan belum

tuntasnya putus sekolah di Negara ini. Peran pendidikan luar sekolah sangat diperlukan. Untuk

membantu menyeleseikan masalah putus sekolah.

B.Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah yaitu :

1. Memaparkan konsep dan penyebab anak putus sekolah

2. Menyajikan alternatif solusi dan konsep solusi penanggulangan anak putus sekolah

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang dan tujuan penulisan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Pengertian Pendidikan dan anak putus sekolah

2. Hak-hak anak

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah dan Dampaknya pada anak putus

sekolah

(5)

5

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Pendidikan dan Anak Putus Sekolah

Manusia pada hakekatnya adalah makluk yang dapat dididik. Disamping itu menurut

lengeveld manusia itu adalah animal educandum artinya manusia itu pada hakekatnya adalah

makluk yang harus dididik, dan educandus artinya manusia adalah makluk yang bukan hanya

harus dididik dan dapat dididik tetapi juga dapat mendidik4. Dari kedua istilah tersebut dijelaskan

bahwa pendidikan itu merupakan keharusan mutlak pada manusia atau pendidikan itu merupakan

gejala yang layak dan sepatutnya ada pada manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang

SISDIKNAS :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara”5.

Pengertian tersebut, pendidikan merupakan upaya yang terorganisir. memiliki makna

bahwa pendidikan dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang jelas. ada

tahapannya dan ada komitmen bersama didalam proses pendidikan itu. Berencana mengandung

arti bahwa pendidikan itu direncanakan sebelumnya, dengan suatu proses perhitungan yang

matang dan berbagai sistem pendukung yang disiapkan. Berlangsung kontinyu artinya

pendidikan itu terus menerus sepanjang hayat. Selama manusia hidup proses pendidikan itu akan

tetap dibutuhkan. Pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Suwarno yaitu :

“Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk mewujudkan perkembangan budi

pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak, menuju kearah

menuju kedewasaan dalam arti kesempurnaan hidup yakni kehidupan dan penghidupan

anak-anak yang selaras dengan alamnya dan masyarakat”6.

4

Langeveld, Dr. M.J.,beknopte Theoretische paedagogiek, Terjemahan oleh FIP IKIP Bandung

5

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS

6

(6)

6

Konsep fikiran pedidikan Ki Hajar Dewantara diharapkan mampu memberikan wacana

bahwa pendidikan selaras. Selaras disini, ilmu yang diperoleh nantinya dapat diaplikasikan

dalam kehidupan nyata di masyarakat dan lingkungan.

“Garis-garis Besar Haluan Negara 1978 menyatakan bahwa, pendidikan nasional

berdasarkan atas pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap

Tuhan Yang Mahaesa, kecerdasan, ketrampilan, mempertinggi budi pekerti,

memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat

menumbuhkan manusia-manusia yang dapat membangun dirinya sendiri serta

bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan Negara7”.

Jadi menurut GBHN, tujuan pendidikan ada 4 yaitu pengembangan pribadi, pengembangan

warga Negara, pengembangan kebudayaan, dan pengembangan bangsa8. Pengembangan pribadi

meliputi pengembangan mental, spiritual. Pengembangan warga Negara lebih cenderung pada

kesempatan memperoleh fasilitas pendidikan yang layak, pengembangan kebudayaan

mencangkup pelestarian kebudayaan yang ada di Indonesia karena di Indonesia terdapat berbagai

macam budaya dan suku, pengembangan bangsa kearah pembangunan secara fisik layanan

kesehatan, fasilitas publik.

Wajib belajar merupakan salah satu program yang gencar digalakkan oleh Departemen

Pendidikan Nasional (Depdiknas). Program ini mewajibkan setiap warga negara Indonesia untuk

bersekolah selama 9 (sembilan) tahun pada jenjang pendidikan dasar, yaitu dari tingkat kelas 1

Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga kelas 9 Sekolah Menengah Pertama

(SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs)9.

Program pendidikan wajib belajar 9 tahun10, pada hakekatnya berfungsi memberikan

pendidikan dasar setiap warganegara agar masing-masing memperoleh sekurang-kurangnya

pengetahuan dan kemampuan dasar yang diperlukan untuk dapat berperan serta dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam konteks pembangunan nasional wajib belajar 9

7

Tap.II/MPR/1983 tentang GBHN

8

Mardiatmadja B.S. 1986. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

9

Wajib Belajar 9 Tahun, <URL:http://id.wikipedia.org/wiki/Wajib_Belajar> (akses 01-04-11) 10

(7)

7

tahun adalah suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Indonesia agar memiliki kemampuan untuk memahami dunia, mampu menyesuaikan diri dengan

perubahan, mapun meningkatkan kualitas hidup dan martabatnya, dan wajib belajar diartikan

sebagai pemberian kesempatan belajar seluas-luasnya kepada kelompok usia sekolah untuk

mengikuti pendidikan dasar tersebut.

Penetapan umur untuk anak disetiap Negara dan bidang kegiatan berbeda menurut

kepentingan masing-masing. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)

tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan11.

Dilain sisi pelaksanaan pendidikan wajib belajar 9 tahun diwarnai permasalahan. Yaitu

banyaknya anak putus sekolah. Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa

dari suatu lembaga pendidikan tempat dia belajar. Pembelajaran yang dilakukan disekolah

formal. Istilah putus sekolah dimaksudkan untuk semua anak yang tidak menyeleseikan

pendidikan 6 tahun sekolah dasar dan mereka yang tidak memiliki ijazah SD12. Menurut Undang

– Undang nomor 23 tahun 2002 bahwa anak terlantar yakni anak yang kebutuhannya tidak

terpenuhi secara wajar, baik kebutuhan fisik, mental, spiritual maupun sosial. Kebutuhan fisik

meliputi pakaian, tempat tinggal, makan. Kebutuhan mental meliputi dorongan motivasi dari

orang tua, teman, saudara. Sedangkan spiritual dapat melakukan ibadah sesuai dengan agama

yang dipeluk.

Berikut ini adalah data anak putus sekolah di Indonesia tahun 2006/2007 :

Jumlah Anak Putus Sekolah Dan

Lulusan Tidak Melanjutkan Sekolah di Indonesia

No Uraian SD+MI SMP+MTs

2 Putus Sekolah :

Jumlah 640,445 259,341

11

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak BAB I Pasal 1 ayat 1

12

(8)

8 3 Lulusan Tidak Melanjutkan Sekolah:

Jumlah 183,782 591,413

Sumber : Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Statistik Pendidikan

Jumlah Keseluruhan Penduduk Usia Sekolah, Bersekolah, Dan

Tidak/Belum Bersekolah

Penduduk Kelompok Sekolah Penduduk Bersekolah Tidak/Belum

Bersekolah

Jumlah 0-18 tahun 80,220,584 55,318,077 24,902,507

Sumber : Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat

Statistik Pendidikan

Dari data diatas dapat di deskripsikan bahwa darei jumlah total penduduk sekolah yang

bersekolah (55,318,077) terdapat anak putus sekolah SD/MI (640,445) dan SMP/MTs (259,341).

sedangkan untuk lulusan yang tidak melanjutkan sekolah SD/MI (183,782) SMP/MTs (591,413).

Dapat disimpulkan angka putus sekolah sangat rawan ditingkat sekolah SD/MI dan angka rawan

tidak melanjutkan sekolah kejenjang sekolah tingkat atas adalah SMP/MTs.

Peningkatan ini memerlukan penanganan serius agar dapat menekan angka putus sekolah.

Pada akhirnya dapat tercipta pendidikan yang sesuai harapan anak. Pendidikan itu tanggung

jawab semua masyarakat, bukan hanya tanggung jawab sekolah. Konsekuensinya semua warga

negara memiliki kewajiban moral untuk menyelamatkan pendidikan. Sehingga ketika ada

anggota masyarakat yang tidak bisa sekolah hanya karena tidak punya uang, maka masyarakat

yang kaya atau tergolong sejahtera memiliki kewajiban moral untuk menjadi orang tua asuh bagi

kelangsungan sekolah anak yang putus sekolah.

Pendidikan itu dimulai dari keluarga. Paradigma ini penting untuk dimiliki oleh seluruh

orang tua untuk membentuk karakter manusia masa depan bangsa ini. Keluarga adalah

(9)

9

dalam kandungan. Karena itu pendidikan di keluarga yang mencerahkan dan mampu membentuk

karakter anak yang soleh dan kreatif adalah modal penting bagi kesuksesan anak di masa – masa

selanjutnya.

B.Hak-Hak Anak

Anak dilahirkan merdeka, tidak boleh dilenyapkan atau dihilangkan, tetapi kemerdekaan

anak harus dilindungi dan diperluas dalam hal mendapatkan hak atas hidup dan hak perlindungan

baik dari orang tua, keluarga, masyarakat. Bangsa dan Negara. Perlindungan anak tersebut

berkaitan erat untuk mendapatkan hak asasi mutlak, mendasar dan tidak boleh dikurangi satupun

atau mengorbankan hak yang lainnya untuk mendapatkan hak lain, sehingga anak tersebut akan

mendapatkan hak-haknya sebagai manusia seutuhnya bila menginjak dewasa. Dengan demikian

jika anak telah menjadi dewasa, maka anak tersebut akan mengetahui dan memahami mengenai

hak dan kewajiban terhadap keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara.

“Pertumbuhan dan perkembangan secara wajar bagi anak memiliki makna yang besar

karena dalam pengertian itu terpaut masalah pokok anak. Kesejahteraan anak

lazimnya berhubungan dengan:

a. Pemenuhan Kebutuhan yang bersifat rohaniah bagi anak sehubungan dengan

pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar melalui asuhan keluarga atau

asuhan orang tuanya sendiri. Misalnya: kesempatan mempereoleh pendidikan,

rekreasi dan bermain, serta sosialisasi pada umumnya.

b. Pemenuhan kebutuhan yang bersifat jasmaniah (fisik) seperti: cukup gizi,

pemeliharaan kesehatan, dan kebutuhan fisik lainnya.

c. Santunan atau peningkatan kemampuan berfungsi sosial bagi anak-anak miskin,

terlantar, cacat dan yang mengalami masalah perebedaan perilaku”13.

Pemenuhan kebutuhan anak membuat komitmen atas hak asasi seorang anak. Hak asasi

anak adalah hak asasi manusia plus dalam arti kata harus mendapatkan perhatian perhatian

khusus dalam memberikan perlindungan agar anak yang baru lahir, tumbuh, dan berkembang

mendapat hak asasi manusia secara utuh. Hak asasi manusia meliputi semua yang dibutuhkan

untuk pembangunan manusia seutuhnya dan hukum positif mendukung pranata sosial yang

13

(10)

10

dibutuhkan untuk pembangunan seutuhnya tersebut. Pembangunan manusia seutuhnya suatu

melalui proses evolusi berkesinambungan yang disebabkan oleh kesadaran diri manusia, yang

lebih penting dari proses itu sendiri adalah suatu aktualisasi dari potensi manusia seperti yang

terdapat pada individu dan komunitasnya.

“Pengertian hak asasi manusia adalah hak dari setiap manusia yang dibutuhkan untuk

pembangunan manusia seutuhnya. Hukum positif adalah pranata sosial yang

dibutuhkan oleh semua manusia untuk melaksanakan hak-hak asasi manusia14.”

Kebiasaan mendahulukan kepentingan anak timbul dari seleksi kepentingan dan

keserasian kelompok didalam suatu evolusi biologis berlanjut pada bentuk yang lebih luhur

dalam pembangunan manusia seutuhnya. Sifat mendahulukan kepentingan anak adalah tingkah

laku alamiah. Hal ini menunjukkan suatu korelasi antara tingkah laku yang bekerja sama dengan

kerhidupan bergotong-royong. Dimasyarakat yang homogen pada satu sisi dengan kebiasaan

atau tingkah laku mementingkan diri sendiri atau persaingan dalam masyarakat hitereogen

(perkotaan) dan masyarakat industri disisi lain.

Kebangkitan kesadaran diri dari sesuatu yang didalamnya terdapat proses yang

evolusioner. Proses evolusioner dapat mernimbulkan beraneka ragam kebutuhan-kebutuhan baru

dan dimensi baru tentang kebutuhan-kebutuhan lama. Sehingga pada gilirannya menciptakan

kondisi bagi suatu bentuk baru pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan yang diterapkan

pada masyarakat miskin . kegiatan pembangunan ini dilakukan dalam rangka untuk memberikan

jaminan dan perlindungan anak. pertumbuhan dan perkermbangan anak sampai menjadi orang

dewasa. Mengutamakan pembangunan terhadap hak-hak asasi manusia akan membantu

memperjuangkan hak anak. tidak hanya jaminan anak, perlindungan anak, dan ketaatan

menjalankan hak asasi tersebut tetapi juga pada proses pembangunan yang diutamakan bagi

pertumbuhan dan perkembangan anak.

Hak dan kewajiban anak tertuang dalam UU Perlindungan anak :

“Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara

wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan

dari kekerasan dan diskriminasi(4). Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai

identitas diri dan status kewarganegaraan(5). Setiap anak berhak untuk beribadah

14

(11)

11

menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan

dan usianya, dalam bimbingan orang tua(6). Setiap anak berhak untuk mengetahui

orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri(7 ayat 1).Setiap anak

berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan

kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial(8). Setiap anak berhak

memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan

pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya(9

ayat 1). khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh

pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga

berhak mendapatkan pendidikan khusus (9 ayat 2)”15.

Dalam ringkasan undang-undang diatas, orang tua juga memiliki andil dalam pendidikan

anak. hak-hak anak akan dapat diperjuangkan secara maksimal jika orang tua berpartisipasi

memperjuangkannya. Akhirnya dasaran akan hak anak bisa diperoleh untuk kehidupan yang

lebih baik.

“Dalam konsep O’manique, menyusun sebuah daftar tentang krebutuhan-kebutuhan

fundamental bagi permbangunan manusia seutuhnya, yaitu : pangan, perlindungan,

lingkungan fisik yang tidak terancam, keamanan, kesehatan, ilmu pengetahuan,

pekerjaan, kebebasan berpikir, kebebasan berekspresi, kebebasan berkumpul atau

berserikat, dan menentukan nasib sendiri16”.

kerbutuhan-kerbutuhan fundamental tersebut merupakan kerbutuhan mutlak bagi

pertumbuhan dan perkembangan anak untuk menjadi manusia seutuhnya sebagai orang dewasa

yang mempunyai tanggung jawab masa depan keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara secara

mandiri dengan melaksanakan pembangunan hak asasi manusia yang saling mendukung.

Diantara konsep O’manique terdapat bagian tentang pembangunan manusia dalam bidang

ilmu pengetahuan, garapan ini bersinggungan langsung dengan pendidikan. Pendidikan

merupakan hak yang sangat fundamental bagi anak. Hak wajib dipenuhi dengan kerjasama

paling tidak dari orang tua siswa, lembaga pendidikan, dan pemerintah. Pendidikan akan mampu

15

Undang-Undang Perlindungan Anak op.cit. BAB III Hak dan Kewajiban anak Pasal 4, 5 ,6, 7 (ayat 1), 8, 9 (ayat 1, 2)

16

(12)

12

terealisasi jika semua komponen yaitu orang tua, lembaga masyarakat, pendidikan dan

pemerintah bersedia menunjang jalannya pendidikan.

C.Faktor penyebab anak putus sekolah dan Dampaknya pada anak putus sekolah

Berdasarkan penelitian tentang anak putus sekolah di Kecamatan Jangka Kabupaten

Bireuen, Madura dan Sumatera Selatan17. ditemukan penyebab anak putus sekolah adalah dari

faktor geografis, sosial budaya, dan ekonomi. faktor sosial budaya antara lain motivasi rendah,

menjaga adik, malu, tidak naik kelas, nikah muda. Dari faktor geografis antara lain daerah

perbukitan dan jarak sekolah yang jauh dari rumah. Dari faktor ekonomi antara lain tidak ada

biaya, bekerja, membantu orang tua. Namun untuk masing-masing wilayah tersebut terdapat

perbedaan mengenai faktor mana yang paling dominan. Hal ini tergantung dari kondisi wilayah

dan penduduk di wilayah tersebut.

Penyebab anak putus sekolah digolongkan dalam dua kategori yaitu18 :

1. Faktor internal

a. Tidak ada motivasi diri

“Motivasi adalah daya dorong yang mengakibatkan seorang mau dan rela

untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga,

dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi

tanggung jawabnya”19.

Dari kutipan tersebut manusia memerlukan daya dorong agar tetap semangat dalam

belajar. Berbeda dengan anak putus sekolah, motivasi justru rendah dan tidak ada

dorongan dari luar maupun dari dalam diri sendiri untuk membangkitkan motivasinya.

b. Malas untuk pergi sekolah karena merasa minder

Sifat malas ini muncul karena perasaan minder yang diderita oleh si anak. minder

tidak bisa menyesuaikan dengan kemampuan siswa yang lain dan minder karena

ejekan.

c. Tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya

17

A. Alifianto, 2008, Kuliah Kerja Nyata Wajib Belajar 9 Tahun, <URL:http://www.pewartakabarindonesia. blogspot.com/> ( Akses 24-02-2011)

18

http://makalahcentre.blogspot.com/2011/01/anak-putus-sekolah.html (Akses 24-02-2011)

19

(13)

13

Pada saat anak bersekolah akan selalu berinteraksi dengan siswa lain, menjalin

komunikasi, berteman, bercanda bersama. Dalam cara komunikasi siswa memiliki

ketrampilan yang bermacam-macam tergantung pada kecakapan berbicara pada lawan

bicara. Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi sosialisasi anak di dunia sekolah.

2. Faktor eksternal :

a. Keadaan ekonomi keluarga

Ekonomi keluarga yang kurang mendukung cenderung timbul berbagai masalah yang

berkaitan dengan pembiayaan hidup anak, sehingga anak sering dilibatkan bekerja

untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Kegiatan bekerja yang

berlebihan oleh anak menyita konsentrasi anak sehingga mengganggu kegiatan belajar

dan kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah.

b. Hubungan orang tua kurang harmonis

Hubungan keluarga tidak harmonis dapat berupa perceraian orang tua, hubungan antar

keluarga tidak saling peduli, keadaan ini merupakan dasar anak mengalami

permasalahan uyang serius dan hambatan dalam pendidikannya sehingga

mengakibatkan anak mengalami putus sekolah.

c. Perhatian orang tua yang kurang peduli pada anak

Kurangnya perhatian orang tua cenderung akan menimbulkan berbagai masalah.

Makin besar anak perhatian orang tua makin diperlukan , dengan cara dan variasi dan

sesuai kemampuan. Kenakalan anak adalah salah satu penyebabnya adalah kurangnya

perhatian orang tua.

Akibat yang disebabkan anak putus sekolah adalah kenakalan remaja, tawuran,

kebut-kebutan di jalan raya, minum–minuman keras dan perkelahian. Hal ini apabila tidak segera

mendapat perhatian dan penanganan secara serius bisa merebak ketindakan kriminal lainnya

yang akan merusak generasi bangsa.

D.Peran Pendidik Luar Sekolah Dalam Mengatasi Anak Putus Sekolah

1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah dan bidang garapan pendidikan luar sekolah

Abad terkhir ini, kemajuan bidang pendidikan mencapai puncaknya dengan

(14)

14

ada dan telah lama berlangsung. Dalam konsepsi tersebut diketengahkan tentang

pendidikan luar sekolah yang merupakan sistem baru dalam dunia pendidikan.

Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal20.

pendidikan formal kebalikan dari pendidikan nonformal yaitu pendidikan yang

dilaksanakan terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah pendidikan yang

diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak

seseorang lahir sampai mati, didalam keluarga, dalam pekerjaan atau pengalaman

sehari-hari21. Pendidikan formal Pendidikan luar sekolah atau Pendidikan nonformal adalah

jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur

dan berjenjang22.

”Menurut Hamojoyo dalam Mustofa Kamil, Pendidikan nonformal adalah usaha

yang terorganisir secara sistematis dan kontinyu di luar sistem persekolahan

melalui hubungan sosial untuk membimbing individu, kelompok, dan masyarakat

agar memiliki sikap dan cita-cita sosial (yang efektif) guna meningkatkan taraf

hidup di bidang materiil, sosial, dan mental dalam rangka usaha mewujudkan

kesejahteraan sosial”23.

Pendidikan luar sekolah dilakukan guna memenuhi kebutuhan masyarakat (diluar sistem

pendidikan formal). Output yang dihasilkan dari proses pendidikan luar sekolah dapat

diaplikasikan. Diaplikasikan untuk menunjang proses kehidupan sosial di masyarakat.

Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program

pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang

ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional

pendidikan. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang

memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau

pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat24.

20

Undang-undang SISDIKNAS, op.cid, BAB VI Pasal 13 ayat 1

21

sulaiman Joesoep.2004.Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah.Jakarta: Bumi Raya hal 73

22

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_nonformal (Akses 23-02-2011)

23

Hamojoyo dalam Mustofa Kamil. Pendidikan Nonformal—pengembangan melalui pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) di Indonesia (Bandung: Alfabeta, 2009), hh. 13 – 14.

24

(15)

15

Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan

kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim serta satuan

pendidikan yang sejenis25. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bekal ketrampilan dan

kecakapan hidup, dan untuk mengembangkan diri. Pembangunan pendidikan,

membangun sumber daya manusia dari yang belum terdidik menjadi berpendidikan, yang

sudah berpendidikan ditingkatkan kualitas pendidikannya, atau dari yang mempunyai

pendidikan umum diarahkan pada pendidikan keahlian atau ketrampilan tertentu untuk

mendorong terciptanya kemandirian dalam berusaha. Pada kenyataan yang ada di

lapangan, lembaga pendidikan nonformal muncul dan berkembang oleh unsur kebutuhan

akan pentingnya pendidikan dan pengetahuan yang kian pesat dan kompleks. Pendidikan

nonformal muncul oleh karena pada jalur pendidikan formal beberapa komponen atau

jenis program yang dibutuhkan di lapangan masih belum terpenuhi sehingga sebagai

unsur komplementer, pendidikan nonformal mutlak diperlukan.

“Program Pendidikan Nonformal (PNF) diarahkan untuk memberikan pelayanan

pendidikan (dalam rangka pemeratan dan percepatan wajib belajar pendidikan dasar)

kepada masyarakat yang belum sekolah, putus sekolah dan buta aksara, agar memiliki

kemampuan untuk mengembangkan potensi diri dengan penekanan pada penguasaan

pengetahuan, ketrampilan dan sikap kepribadian mandiri”26.

Program Pendidikan Nonformal (PNF) diarahkan untuk memberikan pelayanan

pendidikan (dalam rangka pemeratan dan percepatan wajib belajar pendidikan dasar)

kepada masyarakat yang belum sekolah, putus sekolah, dan buta aksara, agar memiliki

kemampuan untuk mengembangkan potensi diri dengan penekanan pada penguasaan

pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kepribadian mandiri. Sebagian dari program

pendidikan luar sekolah dapat digunakan sebagi alternatif solusi untuk mengurangi angka

anak putus sekolah.

2. Untuk memberikan solusi dari permasalahan anak putus sekolah yaitu :

1. Memfasilitasi anak putus sekolah dengan Mendirikan sekolah alam

25

Ibid. Pendidikan nonformal pasal 26 ayat 4

26

(16)

16

Bermain adalah hal yang paling disukai oleh anak dan menjadi fitrahnya.

Beragam permainan menjadi pesona dan daya tarik anak, baik itu permainan yang

dilakukan di dalam ruangan maupun diluar ruangan. Namun, pernahkah terbesit dalam

benak dan pikiran selaku orangtua untuk mengajak putra-putri bermain sambil

belajar Seperti bermain outbound, bercocok tanam, beternak, belajar mencuci baju,

bermain sepakbola, menggambar bahkan berwiraswasta. Ada sekelompok anak yang

sedang asyik bermain sepakbola, belajar mencuci baju, outbond. Walaupun tampak

kotor, anak-anak terlihat senang. Mereka bukan hanya bermain saja, melainkan juga

sedang bersekolah, sekolah alam tepatnya. Cara belajarnya pun berbeda dengan

sekolah umum lainnya sesuai dengan namanya, anak-anak coba didekatkan dengan

alam. Suasana dan sarana sekolah alam memang dirancang untuk menempa

kecerdasan natural anak. Namun bukan mustahil sekolah biasa menjadikan anak didik

juga mencintai lingkungan.

Sekolah alam adalah salah satu bentuk pendidikan alternatif yang menggunakan

alam sebagai media utama sebagai pembelajaran siswa didiknya27. Tidak seperti

sekolah biasa yang lebih banyak menggunakan metode belajar mengajar di dalam

kelas, para siswa belajar lebih banyak di alam terbuka. Di sekolah alam metode belajar

mengajar lebih banyak menggunakan aktif atau action learning. anak belajar melalui

pengalaman, anak mengalami, dan melakukan langsung . Dengan mengalami langsung

anak atau siswa diharapkan belajar dengan lebih bersemangat, tidak bosan, dan lebih

aktif. Penggunaan alam sebagai media belajar diharapkan agar kelak anak atau siswa

jadi lebih tahu dengan lingkungannya dan tahu aplikasi dari pengetahuan yang

dipelajari. Tidak hanya sebatas teori saja.

“Sistem pendidikan sekolah alam berbeda dari sekolah formal umumnya.

Kurikulum yang diterapkan di sekolah alam disusun oleh staff pengajar agar

sesuai dengan kemampuan siswanya. Sistem pendidikan di sekolah alam

memadukan teori dan penerapan atau praktek. Dengan demikian pemahaman

27

(17)

17

siswa terhadap materi pembelajaran bersifat integratif, komprehensif dan

aplikatif. Sekaligus juga lebih 'membumi'”28.

Kemampuan dasar yang ingin dibangun adalah kemampuan anak untuk

membangun jiwa keingintahuan, kemampuan melakukan observasi dan membuat

hipotesa, serta kemampuan menerapkan metode berpikir ilmiah. Sehingga

pengetahuan yang didapat bukan sekedar hafalan, tetapi hasil pengalaman dan

penemuan mereka sendiri. Di sini anak juga diarahkan untuk memahami potensi dasar

dirinya. Dalam hal ini alam sebagai ruang belajar yang mampu memotifasi anak untuk

terus berinteraksi dengan ilmu yang mereka pelajari, karena selain mereka belajar dari

buku yang disediakan mereka juga akan langsung belajar dari alam disekitarnya serta

belajar di alam terbuka, secara naluriah akan menimbulkan suasana fun, tanpa tekanan

dan jauh dari kebosanan. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran pada anak bahwa

learning is fun dan belajar identik dengan kegembiraan.

Kegiatan sekolah alam ini dapat diaplikasikan didaerah dekat perkotaan yang nota

bene juga terdapat anak putus sekolah. Dengan terapan belajar yang menyesuaikan

kebutuhan dan kapasitas anak diharapkan mampu mengurangi anak putus sekolah di

daerah perkotaan.

2. Mendirikan pusat kegiatan belajar mengajar atau PKBM

a) Pengertian PKBM

Keterlibatan masyarakat sebagai bagian dari sebuah sistem pada proses

pendidikan yang berperan juga sebagai penyelenggara pendidikan di masyarakat

sendiripun saat ini masih kecil (walaupun tidak seluruh wilayah di Indonesia rendah)

dan belum merata dalam hal keterlibatan secara langsung menangani secara serius

permasalahan tingginya angka putus sekolah dan meningkatkan pola pikir dan

paradigma masyarakat untuk menyadarkan dan memahami bersama betapa pentingnya

pendidikan sebagai bekal masa depan bangsa bagi generasi penerus bangsa Indonesia.

Adapun keterlibatan secara langsung unsur masyarakat dalam menyelenggarakan

proses pendidikan yang berbasis masyarakat dapat dilakukan dengan mendirikan dan

28

(18)

18

menyelenggarakan satuan pendidikan nonformal yang dikelola dan dikembangkan

sendiri oleh masyarakat dan bekerjasama dengan pemerintah melalui satuan kerja

pendidikan nonformal dan informal.

Implementasi pendidikan nonformal di Indonesia sangat beragam. Mulai dari usia

tingkat prasekolah, pada umur produktif masa sekolah, sampai pada konsep

pendidikan sepanjang hayat lifelong education. Pendidikan merupakan kunci penting

titik tolak dan tolak ukur peradaban suatu negara. Oleh karenanya, langsung maupun

tidak langsung, pendidikan bukan satu hal yang harus dinomorduakan, akan tetapi

faktor penting yang tidak dapat dianggap remeh sebagaimana perhatian pemerintah

Indonesia terhadap pertumbuhan dan perkembangan pendidikan dewasa ini.

Keberadaan pendidikan nonformal memiliki peran penting dalam menumbuhkan dan

mengembangkan pengetahuan dan pendidikan di Indonesia, khususnya pada hal yang

bersifat praktis dan mudah untuk diaplikasikan.

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari keberadaan Pendidikan Nonformal di Indonesia. Perkembangan dan

pertumbuhan PKBM di lapisan masyarakat dewasa ini telah mengalami peningkatan

yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari maraknya ijin yang diajukan kepada

Dinas Pendidikan melalui Bagian Pelaksana Pendidikan Luar Sekolah untuk

mendirikan dan mengembangkan satuan pendidikan nonformal sejenis PKBM dengan

karakteristik yang berbeda-beda pada tiap PKBM yang akan didirikan tersebut.

Namun, kesamaan yang pada umumnya muncul adalah kekhawatiran pada pendiri dan

penyelenggara PKBM terhadap tingginya angka putus sekolah yang salah satu imbas

dari pelaksanaan Ujian Nasional. Hal lain yang menjadi pemicu berdiri dan

berkembangnya PKBM yaitu rendahnya minat masyarakat awam untuk melanjutkan

pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga dengan keberadaan PKBM

dapat menjembatani masyarakat awam yang hendak melanjutkan pendidikan

(kesetaraan) ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Program yang ada dalam Pusat

(19)

19

Dini), Kelompok Belajar Paket A setara SD, Kelompok Belajar Paket B setara SMP,

dan Kelompok Belajar Paket C setara SMA, Kegiatan kursus29.

“Rifyanto Bakrie memaparkan tujuan dibentuknya PKBM. Adapun hal-hal yang

termasuk tujuan dibentuknya suatu PKBM, antara lain; memperluas kesempatan

warga masyarakat, khususnya yang tidak mampu untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk

mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah”30.

Tujuan pendirian PKBM pada dasarnya mengakomodir kekurangan fasilitas belajar31

yang ada di masyarakat khususnya bagi anak putus sekolah wajib belajar 9 tahun.

29

http://vhajrie27.wordpress.com/2010/04/21/pkbm-sebagai-lembaga-pendidikan-nonforma/ (Akses 01- 04-2011)

30

http://rbsamarinda.blogspot.com/2007/12/pusat-kegiatan-belajar-masyarakat-pkbm.html (Akses 01- 04-2011)

31

(20)

20

BAB III

KESIMPULAN

Pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Manusia pada hakekatnya adalah makluk

dapat dididik. Dengan memaksimalkan pendidikan secara otomatis juga akan meningkatkan taraf

hidup masyarakat suatu bangsa. Pendidikan itu dimulai dari keluarga. Paradigma ini penting

untuk dimiliki oleh seluruh orang tua untuk membentuk karakter manusia masa depan bangsa ini.

Jika karakter anak dapat terbentuk didalam keluarga, maka akan memudahkan anak melakukan

aktifitas diluar lingkungan keluarga dengan nyaman dan penuh tanggung jawab.

tiang pucang bangsa ini berada ditangan anak-anak sekarang. Hak-hak anak memperoleh

pendidikan yang layak patut diperjuangkan sehingga tidak terjadi anak putus sekolah.

Permasalah putus sekolah yang marak terjadi menjadi tanggung jawab bersama. Tanggung jawab

bersama-sama untuk mengatasi anak putus sekolah. Pemberian motivasi yang berkelanjutan juga

diperlukan. Motivasi sebagai alat pendorong anak-anak untuk bersekolah.

Permasalah anak putus sekolah sebagai garapan pemerintah dan masyarakat.

Tanggungjawab yang harus dipikul bersama. Melalui program pendidikan luar sekolah

diantaranya; sekolah alam untuk mengatasi anak putusekolah di daerah perkotaan dan pusat

kegiatan belajar masyarakat (PKBM) diharapkan mampu menangani anak putus sekolah yang

terjadi di negeri ini.

Namun, program pendidikan luar sekolah ini bisa berjalan lancar jika semua komponen

yang ada di Negara ini berkomitmen dan bekerja sama. Dengan tujuan untuk mencetak

manusia-manusia yang memiliki kompetensi, sigap dalam menghadapi masalah, dan menghadapi

(21)

21

DAFTAR PUSTAKA

Abdussalam.2007.Hukum Perlindungan Anak.Jakarta:Restu Agung hal.56, hal 40

Alifianto, A. 2008, Kuliah Kerja Nyata Wajib Belajar 9 Tahun,

http://www.pewartakabarindonesia. blogspot.com/> ( Akses 24-02-2011)

Hamojoyo dalam Mustofa Kamil. Pendidikan Nonformal—pengembangan melalui pusat

http://makalahcentre.blogspot.com/2011/01/anak-putus-sekolah.html (Akses 24-02-2011)

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_nonformal (Akses 23-02-2011)

http://www.jugaguru.com/article/49/tahun/2008/bulan/04/tanggal/14/id/707/fungsi PNF (Akses

20-02-2011)

http://www.ooh-gitu.com/seputar-kampus/64-umum/366-apa-sih-sekolah-alam (Akses

01-04-2011)

http://u2screative.blogspot.com/2011/01/konsep-sekolah-alam.html (Akses 01-04-2011)

http://vhajrie27.wordpress.com/2010/04/21/pkbm-sebagai-lembaga-pendidikan-nonforma/ (Akses 01- 04- 2011)

http://rbsamarinda.blogspot.com/2007/12/pusat-kegiatan-belajar-masyarakat-pkbm.html (Akses 01- 04- 2011)

Joesoep sulaiman.2004.Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah.Jakarta: Bumi Raya hal 73

Kegiatan belajar masyarakat (PKBM) di Indonesia, Bandung: Alfabeta, 2009, hal. 13 – 14

Ki Hajar Dewantara dalam Suwarno.1982. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru

Langeveld, Dr. M.J.,beknopte Theoretische paedagogiek, Terjemahan oleh FIP IKIP Bandung

Mardiatmadja B.S. 1986. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Muclisoh.1998. Beberapa Penyebab Murid Mengulang Kelas, putus sekolah dan melanjud

sekolah dari SD ke SLTP. Jakarta:CPCU

Pendidikan nonformal pasal 26 ayat 1

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, BAB VI Pasal 13 ayat 1, Bagian ke 5, Pendidikan

nonformal pasal 26 ayat 4

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak BAB I

Pasal 1 ayat 1, BAB III Hak dan Kewajiban anak Pasal 4, 5 ,6, 7 (ayat 1), 8, 9 (ayat 1, 2),

(22)

22

Syafaruddin dan Anzizhan. 2004. Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan.Jakarta:

Grasindo,h.1.

Sri Sugiharti. 2005. Penjajagan Kebutuhan Tentang Pemenuhan Hak Anak di Dusun V Peranti

Desa Gadingharjo Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul DIY. Yogyakarta :

Balitbang BKKBN DIY

Supano suhaenah.2001.membangun kompetensi belajar.Jakarta: Diknas Pusat

Sumarnonugroho.1984.Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta:Hanindita

Tap.II/MPR/1983 tentang GBHN

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan penelitian adalah dalam melakukan penyelenggaraan kursus menjahit, khususnya bagi anak putus sekolah sudah baik dan sesuai dengan ketentuan yang ada, oleh karena itu

PENGARUH KEMAMPUAN EKONOMI KELUARGA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KECENDERUNGAN PUTUS SEKOLAH ANAK USIA.. SEKOLAH DI DESA DEDEL KELURAHAN LAU KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS

Secara khususnya memang tidak mudah bagi Pemerintah untuk merealisasikan pendidikan yang lebih, khususnya menuntaskan wajib belajar 9 (sembilan) tahun.. Banyak

Permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1). Faktor-faktor apa yang menyebabkan anak putus sekolah. Bagaimana dampak anak putus sekolah bagi kehidupan

putus sekolah ) program ini membantu masyarakat dengan mengentaskan anak putus sekolah, sejak diluncurkannya program tersebut pemerintah sudah mampu mengentaskan

Faktor ‐ faktor penyebab anak tidak sekolah pada program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun yang meliputi tingkat pendapatan orang tua, beban tanggungan orang tua, status

Hasil penelitian adalah: (1) profil wajib belajar 9 tahun dapat terlihat dari sisi kependudukan, pembangunan pendidikan, data pokok, pemerataan, mutu, efisiensi,

Hasil penelitian adalah: (1) profil wajib belajar 9 tahun dapat terlihat dari sisi kependudukan, pembangunan pendidikan, data pokok, pemerataan, mutu, efisiensi,