1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT akhirnya tugas karya tulis
ilmiah berjudul “Solusi Alternatifguna Mengurangi Anak Putus Sekolah Wajibbelajar 9 Tahun”
ini dapat kami seleseikan tepat pada waktunya.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada berbagai pihak, terutama dosen mata kuliah
Problematika Pendidikan Luar Sekolah dan kepada teman-teman konsentrasi pemberdayaan
masyarakat yang telah banyak membantu dalam penyeleseian tugas makalah ini. Mengingat
kekurangan yang ada dalam makalah ini kami mengharap kritik dan saran yang membangun
untuk menyempurnakannya.
Dengan adanya karya tulis ilmiah ini, kami mengharapkan dapat menjadi bahan diskusi
yang dapat menambah wawasan mahasiswa maupun dosen.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan merupakan tiang pucang kebudayaan dan fondasi utama untuk membangun
peradaban sebuah bangsa. Arti penting kesadaran pendidikan menentukan kualitas kesejahteraan
sosial lahir batin masa depan. Pendidikan memiliki peranan strategis menyiapkan generasi
berkualitas untuk kepentingan masa depan.
“Pendidikan sebagai salah satu kunci penting dalam proses perkembangan untuk
memajukan suatu bangsa dapat dikatakan demikian manakala tingkat pendidikan suatu
negara dikatakan tinggi, setidaknya peradaban dan pola pikir masyarakat di negara
tersebut haruslah tinggi pula”1.
Dirasakan atau tidak, pendidikan merupakan faktor penting dalam memartabatkan negara
maupun meningkatkan kemajuan secara majemuk sebuah negara. Tanpa pendidikan, kemajuan
sebuah bangsa akan semakin pudar tergerus oleh maraknya perkembangan zaman yang menuntut
pemahaman keilmuan yang satu-satunya jalan adalah dengan meningkatkan taraf pendidikan
tersebut.
Rendahnya tingkat dan kesadaran akan pentingnya pendidikan di Indonesia merupakan
pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi pemerintah guna memajukan peradaban dan tingkat
kehidupan yang lebih baik dan mandiri. Rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia mendorong
timbulnya berbagai permasalahan sosial yang kian hari semakin meresahkan bangsa Indonesia.
Salah satu faktor yang dapat menjadi tolak ukur rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia
adalah tingginya angka putus sekolah anak usia produktif (usia sekolah). Selain tingginya angka
putus sekolah, rendahnya minat anak bahkan orang tua untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi dirasakan masih sangat kurang. Adapun satu hal pokok di atas
dapat menjadi satu alasan betapa rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia yang memang bila
ditelaah lebih mendalam bukan hanya pemerintah saja yang perlu berpikir jauh, namun
masyarakat dan tentunya para orang tua harus memahami benar betapa pentingnya pendidikan
1
3
untuk bekal hidup maupun sebagai anggota dalam sistem tatanan masyarakat yang berbangsa dan
bernegara.
Kelangsungan hidup bangsa kedepan berada ditangan anak-anak dimasa sekarang. Jika
menginginkan kesenangan dimasa yang akan datang maka anak juga memperoleh haknya dimasa
sekarang. Misalnya tempat bermain, pendidikan, jaminan kesehatan, dan lain sebagainya.
Sebagai perwujudan rasa tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup bangsa. Anak merupakan
bagian dari generasi muda, penerus cita-cita, dan perjuangan bangsa. Disamping itu, anak
merupakan sumber daya manusia yang perlu mendapatkan perhatian dan perlindungan dari
berbagai ancaman dan gangguan agar supaya hak-haknya tidak terabaikan.2..
Pada kenyataan dimasyarakat tidak semua kebutuhan untuk anak terpenuhi. Salah satunya
dibidang pendidikan. di dalam pendidikan Terdapat banyak anak putus sekolah (formal).
Keadaan lingkungan yang kurang mendukung, ekonomi, geografi, sosial ekonomi menjadi
faktor penyebab anak putus sekolah. Putus sekolah bukan merupakan salah satu permasalahan
pendidikan yang tak pernah berakhir. Masalah ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan.
Data Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Pendidikan Nasional
menunjukkan jumlah anak putus sekolah di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Pada
tahun 2006 jumlahnya 899.786 anak. Setahun kemudian bertambah sekitar 20 % menjadi
899.986 anak. dari jumlah penduduk kelompok sekolah yang bersekolah 55,318,077 anak.
Upaya pencegahan dilakukan pemerintah. Diantaranya dengan Mengamati,
memperhatikan permasalahan-permasalahan anak. permasalahan anak secara internal
mencangkup Tidak ada motivasi diri, Malas untuk pergi sekolah karena merasa minder, Tidak
dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya. Menyadarkan orang tua tentang pentingnya
pendidikan demi menjamin masa depan anak serta memberikan motivasi belajar kepada anak.
Motivasi merupakan keadaan internal seseorang yang mendorong orang tersebut untuk
melakukan sesuatu. Tidak hanya itu, motivasi juga berkaitan dengan dengan keseimbangan
atau equilibrium yaitu upaya untuk dapat membuat diri memadai dalam menjalani hidup3.
2
Sri Sugiharti. 2005. Penjajagan Kebutuhan Tentang Pemenuhan Hak Anak di Dusun V Peranti Desa Gadingharjo Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul DIY. Yogyakarta : Balitbang BKKBN DIY
3
4
Pembelajaran akan bisa berjalan lancar jika diiringi motivasi yang berkelanjutan. Memberikan
motivasi secara bertahap dan terus-menerus sangat diperlukan. Penekanan ini ditujukan untuk
orang tua. Orang tua bertanggung jawab penuh atas kebutuhan yang diperlukan oleh anak. untuk
mengembangkan anak, membutuhkan partisipasi secara menyeluruh dari orang tua. Karena
dengan adanya partisipasi orang tua untuk memberikan dorongan belajar anak, akan
menumbuhkan semangat belajar.
Karya ilmiah ini berjudul “Solusi alternatif guna mengurangi anak putus sekolah wajib
belajar 9 tahun” judul ini signifikan untuk dibahas karena melihat permasalahan belum
tuntasnya putus sekolah di Negara ini. Peran pendidikan luar sekolah sangat diperlukan. Untuk
membantu menyeleseikan masalah putus sekolah.
B.Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah yaitu :
1. Memaparkan konsep dan penyebab anak putus sekolah
2. Menyajikan alternatif solusi dan konsep solusi penanggulangan anak putus sekolah
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang dan tujuan penulisan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Pengertian Pendidikan dan anak putus sekolah
2. Hak-hak anak
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah dan Dampaknya pada anak putus
sekolah
5
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Pendidikan dan Anak Putus Sekolah
Manusia pada hakekatnya adalah makluk yang dapat dididik. Disamping itu menurut
lengeveld manusia itu adalah animal educandum artinya manusia itu pada hakekatnya adalah
makluk yang harus dididik, dan educandus artinya manusia adalah makluk yang bukan hanya
harus dididik dan dapat dididik tetapi juga dapat mendidik4. Dari kedua istilah tersebut dijelaskan
bahwa pendidikan itu merupakan keharusan mutlak pada manusia atau pendidikan itu merupakan
gejala yang layak dan sepatutnya ada pada manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang
SISDIKNAS :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara”5.
Pengertian tersebut, pendidikan merupakan upaya yang terorganisir. memiliki makna
bahwa pendidikan dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang jelas. ada
tahapannya dan ada komitmen bersama didalam proses pendidikan itu. Berencana mengandung
arti bahwa pendidikan itu direncanakan sebelumnya, dengan suatu proses perhitungan yang
matang dan berbagai sistem pendukung yang disiapkan. Berlangsung kontinyu artinya
pendidikan itu terus menerus sepanjang hayat. Selama manusia hidup proses pendidikan itu akan
tetap dibutuhkan. Pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Suwarno yaitu :
“Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk mewujudkan perkembangan budi
pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak, menuju kearah
menuju kedewasaan dalam arti kesempurnaan hidup yakni kehidupan dan penghidupan
anak-anak yang selaras dengan alamnya dan masyarakat”6.
4
Langeveld, Dr. M.J.,beknopte Theoretische paedagogiek, Terjemahan oleh FIP IKIP Bandung
5
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS
6
6
Konsep fikiran pedidikan Ki Hajar Dewantara diharapkan mampu memberikan wacana
bahwa pendidikan selaras. Selaras disini, ilmu yang diperoleh nantinya dapat diaplikasikan
dalam kehidupan nyata di masyarakat dan lingkungan.
“Garis-garis Besar Haluan Negara 1978 menyatakan bahwa, pendidikan nasional
berdasarkan atas pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Mahaesa, kecerdasan, ketrampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat
menumbuhkan manusia-manusia yang dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan Negara7”.
Jadi menurut GBHN, tujuan pendidikan ada 4 yaitu pengembangan pribadi, pengembangan
warga Negara, pengembangan kebudayaan, dan pengembangan bangsa8. Pengembangan pribadi
meliputi pengembangan mental, spiritual. Pengembangan warga Negara lebih cenderung pada
kesempatan memperoleh fasilitas pendidikan yang layak, pengembangan kebudayaan
mencangkup pelestarian kebudayaan yang ada di Indonesia karena di Indonesia terdapat berbagai
macam budaya dan suku, pengembangan bangsa kearah pembangunan secara fisik layanan
kesehatan, fasilitas publik.
Wajib belajar merupakan salah satu program yang gencar digalakkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas). Program ini mewajibkan setiap warga negara Indonesia untuk
bersekolah selama 9 (sembilan) tahun pada jenjang pendidikan dasar, yaitu dari tingkat kelas 1
Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga kelas 9 Sekolah Menengah Pertama
(SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs)9.
Program pendidikan wajib belajar 9 tahun10, pada hakekatnya berfungsi memberikan
pendidikan dasar setiap warganegara agar masing-masing memperoleh sekurang-kurangnya
pengetahuan dan kemampuan dasar yang diperlukan untuk dapat berperan serta dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam konteks pembangunan nasional wajib belajar 9
7
Tap.II/MPR/1983 tentang GBHN
8
Mardiatmadja B.S. 1986. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius
9
Wajib Belajar 9 Tahun, <URL:http://id.wikipedia.org/wiki/Wajib_Belajar> (akses 01-04-11) 10
7
tahun adalah suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan untuk memahami dunia, mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan, mapun meningkatkan kualitas hidup dan martabatnya, dan wajib belajar diartikan
sebagai pemberian kesempatan belajar seluas-luasnya kepada kelompok usia sekolah untuk
mengikuti pendidikan dasar tersebut.
Penetapan umur untuk anak disetiap Negara dan bidang kegiatan berbeda menurut
kepentingan masing-masing. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan11.
Dilain sisi pelaksanaan pendidikan wajib belajar 9 tahun diwarnai permasalahan. Yaitu
banyaknya anak putus sekolah. Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa
dari suatu lembaga pendidikan tempat dia belajar. Pembelajaran yang dilakukan disekolah
formal. Istilah putus sekolah dimaksudkan untuk semua anak yang tidak menyeleseikan
pendidikan 6 tahun sekolah dasar dan mereka yang tidak memiliki ijazah SD12. Menurut Undang
– Undang nomor 23 tahun 2002 bahwa anak terlantar yakni anak yang kebutuhannya tidak
terpenuhi secara wajar, baik kebutuhan fisik, mental, spiritual maupun sosial. Kebutuhan fisik
meliputi pakaian, tempat tinggal, makan. Kebutuhan mental meliputi dorongan motivasi dari
orang tua, teman, saudara. Sedangkan spiritual dapat melakukan ibadah sesuai dengan agama
yang dipeluk.
Berikut ini adalah data anak putus sekolah di Indonesia tahun 2006/2007 :
Jumlah Anak Putus Sekolah Dan
Lulusan Tidak Melanjutkan Sekolah di Indonesia
No Uraian SD+MI SMP+MTs
2 Putus Sekolah :
Jumlah 640,445 259,341
11
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak BAB I Pasal 1 ayat 1
12
8 3 Lulusan Tidak Melanjutkan Sekolah:
Jumlah 183,782 591,413
Sumber : Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Statistik Pendidikan
Jumlah Keseluruhan Penduduk Usia Sekolah, Bersekolah, Dan
Tidak/Belum Bersekolah
Penduduk Kelompok Sekolah Penduduk Bersekolah Tidak/Belum
Bersekolah
Jumlah 0-18 tahun 80,220,584 55,318,077 24,902,507
Sumber : Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Statistik Pendidikan
Dari data diatas dapat di deskripsikan bahwa darei jumlah total penduduk sekolah yang
bersekolah (55,318,077) terdapat anak putus sekolah SD/MI (640,445) dan SMP/MTs (259,341).
sedangkan untuk lulusan yang tidak melanjutkan sekolah SD/MI (183,782) SMP/MTs (591,413).
Dapat disimpulkan angka putus sekolah sangat rawan ditingkat sekolah SD/MI dan angka rawan
tidak melanjutkan sekolah kejenjang sekolah tingkat atas adalah SMP/MTs.
Peningkatan ini memerlukan penanganan serius agar dapat menekan angka putus sekolah.
Pada akhirnya dapat tercipta pendidikan yang sesuai harapan anak. Pendidikan itu tanggung
jawab semua masyarakat, bukan hanya tanggung jawab sekolah. Konsekuensinya semua warga
negara memiliki kewajiban moral untuk menyelamatkan pendidikan. Sehingga ketika ada
anggota masyarakat yang tidak bisa sekolah hanya karena tidak punya uang, maka masyarakat
yang kaya atau tergolong sejahtera memiliki kewajiban moral untuk menjadi orang tua asuh bagi
kelangsungan sekolah anak yang putus sekolah.
Pendidikan itu dimulai dari keluarga. Paradigma ini penting untuk dimiliki oleh seluruh
orang tua untuk membentuk karakter manusia masa depan bangsa ini. Keluarga adalah
9
dalam kandungan. Karena itu pendidikan di keluarga yang mencerahkan dan mampu membentuk
karakter anak yang soleh dan kreatif adalah modal penting bagi kesuksesan anak di masa – masa
selanjutnya.
B.Hak-Hak Anak
Anak dilahirkan merdeka, tidak boleh dilenyapkan atau dihilangkan, tetapi kemerdekaan
anak harus dilindungi dan diperluas dalam hal mendapatkan hak atas hidup dan hak perlindungan
baik dari orang tua, keluarga, masyarakat. Bangsa dan Negara. Perlindungan anak tersebut
berkaitan erat untuk mendapatkan hak asasi mutlak, mendasar dan tidak boleh dikurangi satupun
atau mengorbankan hak yang lainnya untuk mendapatkan hak lain, sehingga anak tersebut akan
mendapatkan hak-haknya sebagai manusia seutuhnya bila menginjak dewasa. Dengan demikian
jika anak telah menjadi dewasa, maka anak tersebut akan mengetahui dan memahami mengenai
hak dan kewajiban terhadap keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara.
“Pertumbuhan dan perkembangan secara wajar bagi anak memiliki makna yang besar
karena dalam pengertian itu terpaut masalah pokok anak. Kesejahteraan anak
lazimnya berhubungan dengan:
a. Pemenuhan Kebutuhan yang bersifat rohaniah bagi anak sehubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar melalui asuhan keluarga atau
asuhan orang tuanya sendiri. Misalnya: kesempatan mempereoleh pendidikan,
rekreasi dan bermain, serta sosialisasi pada umumnya.
b. Pemenuhan kebutuhan yang bersifat jasmaniah (fisik) seperti: cukup gizi,
pemeliharaan kesehatan, dan kebutuhan fisik lainnya.
c. Santunan atau peningkatan kemampuan berfungsi sosial bagi anak-anak miskin,
terlantar, cacat dan yang mengalami masalah perebedaan perilaku”13.
Pemenuhan kebutuhan anak membuat komitmen atas hak asasi seorang anak. Hak asasi
anak adalah hak asasi manusia plus dalam arti kata harus mendapatkan perhatian perhatian
khusus dalam memberikan perlindungan agar anak yang baru lahir, tumbuh, dan berkembang
mendapat hak asasi manusia secara utuh. Hak asasi manusia meliputi semua yang dibutuhkan
untuk pembangunan manusia seutuhnya dan hukum positif mendukung pranata sosial yang
13
10
dibutuhkan untuk pembangunan seutuhnya tersebut. Pembangunan manusia seutuhnya suatu
melalui proses evolusi berkesinambungan yang disebabkan oleh kesadaran diri manusia, yang
lebih penting dari proses itu sendiri adalah suatu aktualisasi dari potensi manusia seperti yang
terdapat pada individu dan komunitasnya.
“Pengertian hak asasi manusia adalah hak dari setiap manusia yang dibutuhkan untuk
pembangunan manusia seutuhnya. Hukum positif adalah pranata sosial yang
dibutuhkan oleh semua manusia untuk melaksanakan hak-hak asasi manusia14.”
Kebiasaan mendahulukan kepentingan anak timbul dari seleksi kepentingan dan
keserasian kelompok didalam suatu evolusi biologis berlanjut pada bentuk yang lebih luhur
dalam pembangunan manusia seutuhnya. Sifat mendahulukan kepentingan anak adalah tingkah
laku alamiah. Hal ini menunjukkan suatu korelasi antara tingkah laku yang bekerja sama dengan
kerhidupan bergotong-royong. Dimasyarakat yang homogen pada satu sisi dengan kebiasaan
atau tingkah laku mementingkan diri sendiri atau persaingan dalam masyarakat hitereogen
(perkotaan) dan masyarakat industri disisi lain.
Kebangkitan kesadaran diri dari sesuatu yang didalamnya terdapat proses yang
evolusioner. Proses evolusioner dapat mernimbulkan beraneka ragam kebutuhan-kebutuhan baru
dan dimensi baru tentang kebutuhan-kebutuhan lama. Sehingga pada gilirannya menciptakan
kondisi bagi suatu bentuk baru pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan yang diterapkan
pada masyarakat miskin . kegiatan pembangunan ini dilakukan dalam rangka untuk memberikan
jaminan dan perlindungan anak. pertumbuhan dan perkermbangan anak sampai menjadi orang
dewasa. Mengutamakan pembangunan terhadap hak-hak asasi manusia akan membantu
memperjuangkan hak anak. tidak hanya jaminan anak, perlindungan anak, dan ketaatan
menjalankan hak asasi tersebut tetapi juga pada proses pembangunan yang diutamakan bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Hak dan kewajiban anak tertuang dalam UU Perlindungan anak :
“Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi(4). Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai
identitas diri dan status kewarganegaraan(5). Setiap anak berhak untuk beribadah
14
11
menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan
dan usianya, dalam bimbingan orang tua(6). Setiap anak berhak untuk mengetahui
orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri(7 ayat 1).Setiap anak
berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan
kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial(8). Setiap anak berhak
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya(9
ayat 1). khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh
pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga
berhak mendapatkan pendidikan khusus (9 ayat 2)”15.
Dalam ringkasan undang-undang diatas, orang tua juga memiliki andil dalam pendidikan
anak. hak-hak anak akan dapat diperjuangkan secara maksimal jika orang tua berpartisipasi
memperjuangkannya. Akhirnya dasaran akan hak anak bisa diperoleh untuk kehidupan yang
lebih baik.
“Dalam konsep O’manique, menyusun sebuah daftar tentang krebutuhan-kebutuhan
fundamental bagi permbangunan manusia seutuhnya, yaitu : pangan, perlindungan,
lingkungan fisik yang tidak terancam, keamanan, kesehatan, ilmu pengetahuan,
pekerjaan, kebebasan berpikir, kebebasan berekspresi, kebebasan berkumpul atau
berserikat, dan menentukan nasib sendiri16”.
kerbutuhan-kerbutuhan fundamental tersebut merupakan kerbutuhan mutlak bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk menjadi manusia seutuhnya sebagai orang dewasa
yang mempunyai tanggung jawab masa depan keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara secara
mandiri dengan melaksanakan pembangunan hak asasi manusia yang saling mendukung.
Diantara konsep O’manique terdapat bagian tentang pembangunan manusia dalam bidang
ilmu pengetahuan, garapan ini bersinggungan langsung dengan pendidikan. Pendidikan
merupakan hak yang sangat fundamental bagi anak. Hak wajib dipenuhi dengan kerjasama
paling tidak dari orang tua siswa, lembaga pendidikan, dan pemerintah. Pendidikan akan mampu
15
Undang-Undang Perlindungan Anak op.cit. BAB III Hak dan Kewajiban anak Pasal 4, 5 ,6, 7 (ayat 1), 8, 9 (ayat 1, 2)
16
12
terealisasi jika semua komponen yaitu orang tua, lembaga masyarakat, pendidikan dan
pemerintah bersedia menunjang jalannya pendidikan.
C.Faktor penyebab anak putus sekolah dan Dampaknya pada anak putus sekolah
Berdasarkan penelitian tentang anak putus sekolah di Kecamatan Jangka Kabupaten
Bireuen, Madura dan Sumatera Selatan17. ditemukan penyebab anak putus sekolah adalah dari
faktor geografis, sosial budaya, dan ekonomi. faktor sosial budaya antara lain motivasi rendah,
menjaga adik, malu, tidak naik kelas, nikah muda. Dari faktor geografis antara lain daerah
perbukitan dan jarak sekolah yang jauh dari rumah. Dari faktor ekonomi antara lain tidak ada
biaya, bekerja, membantu orang tua. Namun untuk masing-masing wilayah tersebut terdapat
perbedaan mengenai faktor mana yang paling dominan. Hal ini tergantung dari kondisi wilayah
dan penduduk di wilayah tersebut.
Penyebab anak putus sekolah digolongkan dalam dua kategori yaitu18 :
1. Faktor internal
a. Tidak ada motivasi diri
“Motivasi adalah daya dorong yang mengakibatkan seorang mau dan rela
untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga,
dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya”19.
Dari kutipan tersebut manusia memerlukan daya dorong agar tetap semangat dalam
belajar. Berbeda dengan anak putus sekolah, motivasi justru rendah dan tidak ada
dorongan dari luar maupun dari dalam diri sendiri untuk membangkitkan motivasinya.
b. Malas untuk pergi sekolah karena merasa minder
Sifat malas ini muncul karena perasaan minder yang diderita oleh si anak. minder
tidak bisa menyesuaikan dengan kemampuan siswa yang lain dan minder karena
ejekan.
c. Tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya
17
A. Alifianto, 2008, Kuliah Kerja Nyata Wajib Belajar 9 Tahun, <URL:http://www.pewartakabarindonesia. blogspot.com/> ( Akses 24-02-2011)
18
http://makalahcentre.blogspot.com/2011/01/anak-putus-sekolah.html (Akses 24-02-2011)
19
13
Pada saat anak bersekolah akan selalu berinteraksi dengan siswa lain, menjalin
komunikasi, berteman, bercanda bersama. Dalam cara komunikasi siswa memiliki
ketrampilan yang bermacam-macam tergantung pada kecakapan berbicara pada lawan
bicara. Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi sosialisasi anak di dunia sekolah.
2. Faktor eksternal :
a. Keadaan ekonomi keluarga
Ekonomi keluarga yang kurang mendukung cenderung timbul berbagai masalah yang
berkaitan dengan pembiayaan hidup anak, sehingga anak sering dilibatkan bekerja
untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Kegiatan bekerja yang
berlebihan oleh anak menyita konsentrasi anak sehingga mengganggu kegiatan belajar
dan kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah.
b. Hubungan orang tua kurang harmonis
Hubungan keluarga tidak harmonis dapat berupa perceraian orang tua, hubungan antar
keluarga tidak saling peduli, keadaan ini merupakan dasar anak mengalami
permasalahan uyang serius dan hambatan dalam pendidikannya sehingga
mengakibatkan anak mengalami putus sekolah.
c. Perhatian orang tua yang kurang peduli pada anak
Kurangnya perhatian orang tua cenderung akan menimbulkan berbagai masalah.
Makin besar anak perhatian orang tua makin diperlukan , dengan cara dan variasi dan
sesuai kemampuan. Kenakalan anak adalah salah satu penyebabnya adalah kurangnya
perhatian orang tua.
Akibat yang disebabkan anak putus sekolah adalah kenakalan remaja, tawuran,
kebut-kebutan di jalan raya, minum–minuman keras dan perkelahian. Hal ini apabila tidak segera
mendapat perhatian dan penanganan secara serius bisa merebak ketindakan kriminal lainnya
yang akan merusak generasi bangsa.
D.Peran Pendidik Luar Sekolah Dalam Mengatasi Anak Putus Sekolah
1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah dan bidang garapan pendidikan luar sekolah
Abad terkhir ini, kemajuan bidang pendidikan mencapai puncaknya dengan
14
ada dan telah lama berlangsung. Dalam konsepsi tersebut diketengahkan tentang
pendidikan luar sekolah yang merupakan sistem baru dalam dunia pendidikan.
Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal20.
pendidikan formal kebalikan dari pendidikan nonformal yaitu pendidikan yang
dilaksanakan terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah pendidikan yang
diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak
seseorang lahir sampai mati, didalam keluarga, dalam pekerjaan atau pengalaman
sehari-hari21. Pendidikan formal Pendidikan luar sekolah atau Pendidikan nonformal adalah
jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur
dan berjenjang22.
”Menurut Hamojoyo dalam Mustofa Kamil, Pendidikan nonformal adalah usaha
yang terorganisir secara sistematis dan kontinyu di luar sistem persekolahan
melalui hubungan sosial untuk membimbing individu, kelompok, dan masyarakat
agar memiliki sikap dan cita-cita sosial (yang efektif) guna meningkatkan taraf
hidup di bidang materiil, sosial, dan mental dalam rangka usaha mewujudkan
kesejahteraan sosial”23.
Pendidikan luar sekolah dilakukan guna memenuhi kebutuhan masyarakat (diluar sistem
pendidikan formal). Output yang dihasilkan dari proses pendidikan luar sekolah dapat
diaplikasikan. Diaplikasikan untuk menunjang proses kehidupan sosial di masyarakat.
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program
pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang
ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat24.
20
Undang-undang SISDIKNAS, op.cid, BAB VI Pasal 13 ayat 1
21
sulaiman Joesoep.2004.Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah.Jakarta: Bumi Raya hal 73
22
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_nonformal (Akses 23-02-2011)
23
Hamojoyo dalam Mustofa Kamil. Pendidikan Nonformal—pengembangan melalui pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) di Indonesia (Bandung: Alfabeta, 2009), hh. 13 – 14.
24
15
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim serta satuan
pendidikan yang sejenis25. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bekal ketrampilan dan
kecakapan hidup, dan untuk mengembangkan diri. Pembangunan pendidikan,
membangun sumber daya manusia dari yang belum terdidik menjadi berpendidikan, yang
sudah berpendidikan ditingkatkan kualitas pendidikannya, atau dari yang mempunyai
pendidikan umum diarahkan pada pendidikan keahlian atau ketrampilan tertentu untuk
mendorong terciptanya kemandirian dalam berusaha. Pada kenyataan yang ada di
lapangan, lembaga pendidikan nonformal muncul dan berkembang oleh unsur kebutuhan
akan pentingnya pendidikan dan pengetahuan yang kian pesat dan kompleks. Pendidikan
nonformal muncul oleh karena pada jalur pendidikan formal beberapa komponen atau
jenis program yang dibutuhkan di lapangan masih belum terpenuhi sehingga sebagai
unsur komplementer, pendidikan nonformal mutlak diperlukan.
“Program Pendidikan Nonformal (PNF) diarahkan untuk memberikan pelayanan
pendidikan (dalam rangka pemeratan dan percepatan wajib belajar pendidikan dasar)
kepada masyarakat yang belum sekolah, putus sekolah dan buta aksara, agar memiliki
kemampuan untuk mengembangkan potensi diri dengan penekanan pada penguasaan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap kepribadian mandiri”26.
Program Pendidikan Nonformal (PNF) diarahkan untuk memberikan pelayanan
pendidikan (dalam rangka pemeratan dan percepatan wajib belajar pendidikan dasar)
kepada masyarakat yang belum sekolah, putus sekolah, dan buta aksara, agar memiliki
kemampuan untuk mengembangkan potensi diri dengan penekanan pada penguasaan
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kepribadian mandiri. Sebagian dari program
pendidikan luar sekolah dapat digunakan sebagi alternatif solusi untuk mengurangi angka
anak putus sekolah.
2. Untuk memberikan solusi dari permasalahan anak putus sekolah yaitu :
1. Memfasilitasi anak putus sekolah dengan Mendirikan sekolah alam
25
Ibid. Pendidikan nonformal pasal 26 ayat 4
26
16
Bermain adalah hal yang paling disukai oleh anak dan menjadi fitrahnya.
Beragam permainan menjadi pesona dan daya tarik anak, baik itu permainan yang
dilakukan di dalam ruangan maupun diluar ruangan. Namun, pernahkah terbesit dalam
benak dan pikiran selaku orangtua untuk mengajak putra-putri bermain sambil
belajar Seperti bermain outbound, bercocok tanam, beternak, belajar mencuci baju,
bermain sepakbola, menggambar bahkan berwiraswasta. Ada sekelompok anak yang
sedang asyik bermain sepakbola, belajar mencuci baju, outbond. Walaupun tampak
kotor, anak-anak terlihat senang. Mereka bukan hanya bermain saja, melainkan juga
sedang bersekolah, sekolah alam tepatnya. Cara belajarnya pun berbeda dengan
sekolah umum lainnya sesuai dengan namanya, anak-anak coba didekatkan dengan
alam. Suasana dan sarana sekolah alam memang dirancang untuk menempa
kecerdasan natural anak. Namun bukan mustahil sekolah biasa menjadikan anak didik
juga mencintai lingkungan.
Sekolah alam adalah salah satu bentuk pendidikan alternatif yang menggunakan
alam sebagai media utama sebagai pembelajaran siswa didiknya27. Tidak seperti
sekolah biasa yang lebih banyak menggunakan metode belajar mengajar di dalam
kelas, para siswa belajar lebih banyak di alam terbuka. Di sekolah alam metode belajar
mengajar lebih banyak menggunakan aktif atau action learning. anak belajar melalui
pengalaman, anak mengalami, dan melakukan langsung . Dengan mengalami langsung
anak atau siswa diharapkan belajar dengan lebih bersemangat, tidak bosan, dan lebih
aktif. Penggunaan alam sebagai media belajar diharapkan agar kelak anak atau siswa
jadi lebih tahu dengan lingkungannya dan tahu aplikasi dari pengetahuan yang
dipelajari. Tidak hanya sebatas teori saja.
“Sistem pendidikan sekolah alam berbeda dari sekolah formal umumnya.
Kurikulum yang diterapkan di sekolah alam disusun oleh staff pengajar agar
sesuai dengan kemampuan siswanya. Sistem pendidikan di sekolah alam
memadukan teori dan penerapan atau praktek. Dengan demikian pemahaman
27
17
siswa terhadap materi pembelajaran bersifat integratif, komprehensif dan
aplikatif. Sekaligus juga lebih 'membumi'”28.
Kemampuan dasar yang ingin dibangun adalah kemampuan anak untuk
membangun jiwa keingintahuan, kemampuan melakukan observasi dan membuat
hipotesa, serta kemampuan menerapkan metode berpikir ilmiah. Sehingga
pengetahuan yang didapat bukan sekedar hafalan, tetapi hasil pengalaman dan
penemuan mereka sendiri. Di sini anak juga diarahkan untuk memahami potensi dasar
dirinya. Dalam hal ini alam sebagai ruang belajar yang mampu memotifasi anak untuk
terus berinteraksi dengan ilmu yang mereka pelajari, karena selain mereka belajar dari
buku yang disediakan mereka juga akan langsung belajar dari alam disekitarnya serta
belajar di alam terbuka, secara naluriah akan menimbulkan suasana fun, tanpa tekanan
dan jauh dari kebosanan. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran pada anak bahwa
learning is fun dan belajar identik dengan kegembiraan.
Kegiatan sekolah alam ini dapat diaplikasikan didaerah dekat perkotaan yang nota
bene juga terdapat anak putus sekolah. Dengan terapan belajar yang menyesuaikan
kebutuhan dan kapasitas anak diharapkan mampu mengurangi anak putus sekolah di
daerah perkotaan.
2. Mendirikan pusat kegiatan belajar mengajar atau PKBM
a) Pengertian PKBM
Keterlibatan masyarakat sebagai bagian dari sebuah sistem pada proses
pendidikan yang berperan juga sebagai penyelenggara pendidikan di masyarakat
sendiripun saat ini masih kecil (walaupun tidak seluruh wilayah di Indonesia rendah)
dan belum merata dalam hal keterlibatan secara langsung menangani secara serius
permasalahan tingginya angka putus sekolah dan meningkatkan pola pikir dan
paradigma masyarakat untuk menyadarkan dan memahami bersama betapa pentingnya
pendidikan sebagai bekal masa depan bangsa bagi generasi penerus bangsa Indonesia.
Adapun keterlibatan secara langsung unsur masyarakat dalam menyelenggarakan
proses pendidikan yang berbasis masyarakat dapat dilakukan dengan mendirikan dan
28
18
menyelenggarakan satuan pendidikan nonformal yang dikelola dan dikembangkan
sendiri oleh masyarakat dan bekerjasama dengan pemerintah melalui satuan kerja
pendidikan nonformal dan informal.
Implementasi pendidikan nonformal di Indonesia sangat beragam. Mulai dari usia
tingkat prasekolah, pada umur produktif masa sekolah, sampai pada konsep
pendidikan sepanjang hayat lifelong education. Pendidikan merupakan kunci penting
titik tolak dan tolak ukur peradaban suatu negara. Oleh karenanya, langsung maupun
tidak langsung, pendidikan bukan satu hal yang harus dinomorduakan, akan tetapi
faktor penting yang tidak dapat dianggap remeh sebagaimana perhatian pemerintah
Indonesia terhadap pertumbuhan dan perkembangan pendidikan dewasa ini.
Keberadaan pendidikan nonformal memiliki peran penting dalam menumbuhkan dan
mengembangkan pengetahuan dan pendidikan di Indonesia, khususnya pada hal yang
bersifat praktis dan mudah untuk diaplikasikan.
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari keberadaan Pendidikan Nonformal di Indonesia. Perkembangan dan
pertumbuhan PKBM di lapisan masyarakat dewasa ini telah mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari maraknya ijin yang diajukan kepada
Dinas Pendidikan melalui Bagian Pelaksana Pendidikan Luar Sekolah untuk
mendirikan dan mengembangkan satuan pendidikan nonformal sejenis PKBM dengan
karakteristik yang berbeda-beda pada tiap PKBM yang akan didirikan tersebut.
Namun, kesamaan yang pada umumnya muncul adalah kekhawatiran pada pendiri dan
penyelenggara PKBM terhadap tingginya angka putus sekolah yang salah satu imbas
dari pelaksanaan Ujian Nasional. Hal lain yang menjadi pemicu berdiri dan
berkembangnya PKBM yaitu rendahnya minat masyarakat awam untuk melanjutkan
pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga dengan keberadaan PKBM
dapat menjembatani masyarakat awam yang hendak melanjutkan pendidikan
(kesetaraan) ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Program yang ada dalam Pusat
19
Dini), Kelompok Belajar Paket A setara SD, Kelompok Belajar Paket B setara SMP,
dan Kelompok Belajar Paket C setara SMA, Kegiatan kursus29.
“Rifyanto Bakrie memaparkan tujuan dibentuknya PKBM. Adapun hal-hal yang
termasuk tujuan dibentuknya suatu PKBM, antara lain; memperluas kesempatan
warga masyarakat, khususnya yang tidak mampu untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk
mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah”30.
Tujuan pendirian PKBM pada dasarnya mengakomodir kekurangan fasilitas belajar31
yang ada di masyarakat khususnya bagi anak putus sekolah wajib belajar 9 tahun.
29
http://vhajrie27.wordpress.com/2010/04/21/pkbm-sebagai-lembaga-pendidikan-nonforma/ (Akses 01- 04-2011)
30
http://rbsamarinda.blogspot.com/2007/12/pusat-kegiatan-belajar-masyarakat-pkbm.html (Akses 01- 04-2011)
31
20
BAB III
KESIMPULAN
Pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Manusia pada hakekatnya adalah makluk
dapat dididik. Dengan memaksimalkan pendidikan secara otomatis juga akan meningkatkan taraf
hidup masyarakat suatu bangsa. Pendidikan itu dimulai dari keluarga. Paradigma ini penting
untuk dimiliki oleh seluruh orang tua untuk membentuk karakter manusia masa depan bangsa ini.
Jika karakter anak dapat terbentuk didalam keluarga, maka akan memudahkan anak melakukan
aktifitas diluar lingkungan keluarga dengan nyaman dan penuh tanggung jawab.
tiang pucang bangsa ini berada ditangan anak-anak sekarang. Hak-hak anak memperoleh
pendidikan yang layak patut diperjuangkan sehingga tidak terjadi anak putus sekolah.
Permasalah putus sekolah yang marak terjadi menjadi tanggung jawab bersama. Tanggung jawab
bersama-sama untuk mengatasi anak putus sekolah. Pemberian motivasi yang berkelanjutan juga
diperlukan. Motivasi sebagai alat pendorong anak-anak untuk bersekolah.
Permasalah anak putus sekolah sebagai garapan pemerintah dan masyarakat.
Tanggungjawab yang harus dipikul bersama. Melalui program pendidikan luar sekolah
diantaranya; sekolah alam untuk mengatasi anak putusekolah di daerah perkotaan dan pusat
kegiatan belajar masyarakat (PKBM) diharapkan mampu menangani anak putus sekolah yang
terjadi di negeri ini.
Namun, program pendidikan luar sekolah ini bisa berjalan lancar jika semua komponen
yang ada di Negara ini berkomitmen dan bekerja sama. Dengan tujuan untuk mencetak
manusia-manusia yang memiliki kompetensi, sigap dalam menghadapi masalah, dan menghadapi
21
DAFTAR PUSTAKA
Abdussalam.2007.Hukum Perlindungan Anak.Jakarta:Restu Agung hal.56, hal 40
Alifianto, A. 2008, Kuliah Kerja Nyata Wajib Belajar 9 Tahun,
http://www.pewartakabarindonesia. blogspot.com/> ( Akses 24-02-2011)
Hamojoyo dalam Mustofa Kamil. Pendidikan Nonformal—pengembangan melalui pusat
http://makalahcentre.blogspot.com/2011/01/anak-putus-sekolah.html (Akses 24-02-2011)
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_nonformal (Akses 23-02-2011)
http://www.jugaguru.com/article/49/tahun/2008/bulan/04/tanggal/14/id/707/fungsi PNF (Akses
20-02-2011)
http://www.ooh-gitu.com/seputar-kampus/64-umum/366-apa-sih-sekolah-alam (Akses
01-04-2011)
http://u2screative.blogspot.com/2011/01/konsep-sekolah-alam.html (Akses 01-04-2011)
http://vhajrie27.wordpress.com/2010/04/21/pkbm-sebagai-lembaga-pendidikan-nonforma/ (Akses 01- 04- 2011)
http://rbsamarinda.blogspot.com/2007/12/pusat-kegiatan-belajar-masyarakat-pkbm.html (Akses 01- 04- 2011)
Joesoep sulaiman.2004.Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah.Jakarta: Bumi Raya hal 73
Kegiatan belajar masyarakat (PKBM) di Indonesia, Bandung: Alfabeta, 2009, hal. 13 – 14
Ki Hajar Dewantara dalam Suwarno.1982. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru
Langeveld, Dr. M.J.,beknopte Theoretische paedagogiek, Terjemahan oleh FIP IKIP Bandung
Mardiatmadja B.S. 1986. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius
Muclisoh.1998. Beberapa Penyebab Murid Mengulang Kelas, putus sekolah dan melanjud
sekolah dari SD ke SLTP. Jakarta:CPCU
Pendidikan nonformal pasal 26 ayat 1
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, BAB VI Pasal 13 ayat 1, Bagian ke 5, Pendidikan
nonformal pasal 26 ayat 4
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak BAB I
Pasal 1 ayat 1, BAB III Hak dan Kewajiban anak Pasal 4, 5 ,6, 7 (ayat 1), 8, 9 (ayat 1, 2),
22
Syafaruddin dan Anzizhan. 2004. Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan.Jakarta:
Grasindo,h.1.
Sri Sugiharti. 2005. Penjajagan Kebutuhan Tentang Pemenuhan Hak Anak di Dusun V Peranti
Desa Gadingharjo Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul DIY. Yogyakarta :
Balitbang BKKBN DIY
Supano suhaenah.2001.membangun kompetensi belajar.Jakarta: Diknas Pusat
Sumarnonugroho.1984.Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta:Hanindita
Tap.II/MPR/1983 tentang GBHN