i
MODEL PENYELESAIAN KONFLIK PERTANAHAN
BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG
BERKEADILAN
RINGKASAN DISERTASI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Hukum
ERY SETYANEGARA NIM. 11010110500028
PROGRAM DOKTOR ILMU HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
85
4 Penyelesaian Konflik
Pertanahan Berbasis Pemberdayaan 2014
5
Ormas dan LSM dalam Pemberantasan
Indept Publisisting
2014 6
Perkara Dalam Konteks
Indept Publisisting
2014 7
2012
8
Dalam Memutus Perkara Pidana di 2012
9
memutus perkara dalam konteks 2012
10
alat bukti petunjuk KPK dalam perkara 2011
11
Departemen Perikanan dan Kelautan RI,
studi kasus Prof. Dr. Ir. Rohmin Dahuri, 2010
ii
TIM PROMOTOR
Promotor
Prof. Dr. Esmi Warassih Pujirahayu,S.H., M.S
Co-Promotor
iii
MAJELIS PENGUJI
Pada Sidang Ujian Promosi Doktor
Tanggal, Agustus 2015
Ketua
: Prof. Dr. R. Benny Riyanto, S.H., M.H., CN
Sekretaris: Prof. Dr. FX Adji Samekto, S.H., M.Hum
Anggota :
1. Prof. Dr. Nurhasan Ismail, S.H., M.Si
2. Prof. Dr. Rahayu, S.H., M.H.
3. Prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum.
4. Prof. Dr. Esmi Warassih Pujirahayu, S.H., M.S.
5. Prof. Dr. Nyoman Serikat Putra Jaya, S.H., M.H.
84
8 2004 Election Training Project Kerjasama KPU RI,
Australian Electoral Commision, U.N.D.P, IFES. 9 1995 Seminar Nasional Hubungan Ekonomi Politik Indonesia - China, Fakultas Ekonomi Universitas Atmajaya.
10 1993 dan Kepentingan
Businnes Information Forum. 11 1999 Pendidikan dan Latihan Pemantau Pemilihan
Umum oleh KIPP, Jakarta.
12 1996 Pendidikan dan Latihan Calon Penatar Inti Kamtibnas Tingkat Nasional, Direktorat BIMMAS MABES POLRI, Lemdiklat Brimob Kepala Dua Jakarta.
13 1996 Pendidikan dan Latihan Bela Negara Tingkat Nasional Angkatan ke-XVII, Kerjasama KNPI BAKORSTANAS.
14 1996 Kursus PADNAS Tingkat Nasional,
LEMHANAS RI Angkatan ke-XVI
15 1995 Pendidikan dan Latihan Manajemen Organisasi Kemasyarakatan (OKP) bagi pengurus OKP Tingkat Nasional.
16 1995 Pendidikan dan Latihan Orientasi Kewaspadaan Nasional Bagi Pengurus OKP DKI Jakarta. 17 1995 Penataran Calon Penatar P4 Tingkat Nasional,
Pola 144 Jam BP7 Pusat Jakarta.
E.Karya Ilmiah / Jurnal / Buku
No. Judul Penerbit dan
Tahun 1
Crime School 2014
2
Restorative Justice 2014
3
83
23 1996 - 1999 Kepala Departemen Kaderisasi Bela Negara KNPI Kabinet Maulana Isman, Jakarta. 23 1996 - 1999 Wakil Sekjend. Forum Pemuda Pelopor RI
Kantor MENPORA.
24 1998 - 2000 Sekretaris Jenderal Forum Komunikasi Kader Politik Pemuda Tingkat Nasional. 25 1995 Ketua Kelompok Kerja GDN - 95 KODAM
JAYA, Jakarta
26 1993 - 1994 Biro Kaderisasi AMPI DKI Jakarta. 27 1993 - 1994 HUMAS Media Karya, Jakarta.
D.Kursus / Seminar / Pelatihan
No. Tahun Tempat
1 2014 Seminar Nasional Hukum Progresif Universitas Diponegoro, Semarang
2 2014 Seminar Anti Korupsi (Pencegahan Korupsi dan Pakem - Aliran Kepercayaan), UBL, Lampung
3 2011 Asian Community In
Global Community Of Nation
UNDIP, Semarang
4 2011 Seminar Nasional Penyelenggaraan Peradilan : QUO VADIS Antara Penegak Hukum dan Peradilan, Lab. FH dan Magister Universitas Lampung
5 2010
Ilmu Hukum (Perspektif, Philosofis, Normatif, Sosio Legal). FH Universitas Diponegoro, Semarang
6 2010 Kursus Pendidikan Profesi Advokat (PKPA) PERADI dan DPC AAI Bandar Lampung Serta Universitas Lampung
7 2009 Ketua Panitia Penyelenggara Seminar Nasional Anti Korupsi antara Dewan Pimpinan Nasional Jaringan Pemberantasan Korupsi (JPK) dan JAMPIDSUS KEJAKGUNG RI.
iv
MOTTO
Susungguhnya Allah Menyuruh (Kamu) berlaku Adil dan berbuat
Kebajikan, dan Allah Melarang dari perbuatan Keji,
Kemungkaran dan Permusuhan.Dia Memberikan Pengajaran
Kepadamu Agar Kamu Dapat Mengambil Pelajaran.
(An-Nahl : 90)
Hukum Bukanlah Suatu Skema Yang Final (Final Scheme) Namun
terus Bergerak, Berubah, Mengikuti Dinamika Kehidupan
Manusia, dan Hukum Juga Harus Dibedah dan Digali Melalui
Upaya-Upaya Progresif Untuk Mencari Cahaya Kebenaran
Dalam Menggapai Keadilan.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya selama penulis
menempuh pendidikan pada Program Doktor Ilmu Hukum
Universitas Diponegoro (PDIH UNDIP) sejak September 2010,
sehingga mampu menyelesaikan penulisan disertasi dengan judul:
Model
Penyelesaian
Konflik
Pertanahan
Berbasis
Pemberdayaan Masyarakat Yang Berkeadilan
Disertasi ini mengkaji dinamika dari aspek sosial, dan aspek
hukum dan aspek
kebijakan bagaimana model penyelesaian
konflik pertanahan di Mesuji yang berbasis pemberdayaan
masyarakat
yang
berkeadilan,
kemudian
apakah
model
penyelesaian konflik pertanahan yang berbasis pemberdayaan
sudah
dilakukan
dalam
penyelesaian
konflik
Mesuji
Lampung.selanjutnya bagaimana model penyelesaian konflik
pertanahan berbasis pemberdayaan masyarakat yang berkeadilan
di Mesuji dapat terwujud.
Penulis
menyadari
bahwa
terselesaikannya
proses
pendidikan dan penulisan disertasi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini izinkan penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada
semua pihak. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya pertama penulis sampaikan kepada yang terhormat dan
amat terpelajar Prof. Dr. Esmi Warassih Pujirahayu, S.H., M.S.
selaku promotor dan co-promotor Prof. Dr. Nyoman Serikat Putra
Jaya, S.H., M.H. yang telah membimbing dan mengarahkan
penulis, dalam penyelesaian disertasi pada program Doktor Ilmu
Hukum Universitas Diponegoro. Dan yang keduanya dengan tulus
82
7 2010 - 2015 Direktur Lembaga Independen dan Investigasi Kontrol Hukum (LIIKUM) Provinsi Lampung.
8 2010 - 2013 Sekretaris Biro Hubungan Eksternal Universitas Tulang Bawang, Lampung. 9 2013 Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem
Lampung
9 2010 Calon Bupati Lampung Tengah
10 2008 - 2012 Direktur Forum Kajian Kebijakan Publik Lampung (FOKAL).
11 2008 - 2012 Dewan Pembina Komite Wartawan Republik Indonesia (KWRI) Provinsi Lampung
12 2006 - 2015 Presiden Dewan Pimpinan Nasional Jaringan Pemberantas Korupsi (JPK).
13 2006 - 2010 Direktur LSM Nasional Yayasan Lembaga Ekonomi Masyarakat (YLEM)
14 2003 - 2008 Direktur Lembaga Advokasi dan Reformasi Kebijakan Lingkungan (LINGKAR) Provinsi Lampung
15 2003 - 2008 Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah Lampung Tengah, Lampung.
16 2003 - 2007 Sekretaris Dewan Pendidikan Lampung Tengah, Lampung.
17 2003 - 2007 Konsultan Manajemen Program (KMP) Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PEM Lampung Tengah) Lampung.
18 2002 - 2015 Wakil Sekjend Komite Wartawan Republik Indonesia (KWRI) Pusat.
19 2001 - 2003 Direktur Operasional Nusantara Jaya Raya (NJR), Lampung
20 1995 - 2000 Manajer Eksekutif PT. Masterindo Perdana Jaya, Jakarta.
21 1996 - 2000 Widyaiswara Kamtibnas, MABES POLRI, Jakarta
81 B.Riwayat Pendidikan
No. Tingkat Nama Pendidikan Jurusan/ Fakultas
2 S1 Universitas Bandar Lampung,Lampung HukumIlmu 2009
3 S1 STIE Satu Nusa Lampung Ilmu
Ekonomi 2008
4 D III NBA Collage Internasional Jakarta
Perbankan
1994
5 STM STM Negeri 1 Tanjung Karang
Bangunan
1990
6 SMP Persit KCK Tanjung Karang - 1987
7 SD Xaverius Tanjung Karang - 1984
C.Pengalaman Kerja / Organisasi
No. Tahun Jabatan
1 2010 - 2015 Tenaga Ahli Walikota Bandar Lampung, Lampung.
2 2014 - 2015 Tenaga Ahli Bupati Lampung Utara, Lampung.
3. 2015 Calon Pimpinan Komosioner KPK.RI 2015-2019
2014 Calon Anggota DPR RI Dapil Lampung II (Partai Nasdem)
4 2014 - 2015 Legal Consultant BTN (Persero) Regional Sumatera
5 2010 - 2015 Direktur LBH - SETYANEGARA.
6 2010 - 2015 Direktur Eksekutif SETYANEGARA LAW FIRM.
vi
dan sabar telah memberikan bimbingan, arahan, pencerahan, dan
dorongan semangat dalam penyelesaian disertasi ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi juga
penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1.
Kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya
kepada
penulis,
sehingga
saya
dapat
menyelesaikan jenjang pendidkan tertinggi di Program
Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro.
2.
Kepada kedua Orang Tua penulis Almarhum Hi. Abd. Basyid
Sepulau Raya dan Almarhumah Hj. Syamsidar yang telah
melahirkan dan membesarkan dengan penuh kasih sayang,
mendidik dan mengajarkan arti perjuangan dalam hidup
kepada penulis.
3.
Kepada istriku, Nova Riza Sulianti,SE dan anak-anakku
tersayang M. Faris Putra Setyanegara ; M. Sultan Raffi
Setyanegara ; M. Tengku Raihan Setyanegara dan Chesia
Aurel Putri Setyanegara yang telah sabar dan selalu menjadi
penyemangat penulis dalam menempuh Pendidikan Doktor
Ilmu Hukum sampai terselesaionya Disertasi ini
4.
Kepada Ayahanda dan Ibunda Mertua, Almarhum. Inani Bin
Mai serta Almarhumah. Sukmawati.
5.
Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH., M.Hum. selaku Rektor
Universitas Diponegoro yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menempuh pendidikan pada jenjang
tertinggi PDIH UNDIP.
6.
Prof. Dr. R. Benny Riyanto, S.H., M.H., CN selaku Dekan
vii
7.
Prof. Dr. FX Adji Samekto, S.H., M.Hum. selaku Ketua
Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro dan
Prof. Dr. Rahayu, S.H., M.H. selaku Sekretaris Program
Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro yang telah
memberikan
kesempatan,
sarana
dan
bantuan
selama
menempuh pendidikan serta sumbangsih pemikiran dalam
penulisan disertasi ini.
8.
Para Penguji Usulan Penelitian, Seminar Hasil Penelitian,
Kelayakan, Pra Promosi Tertutup dan Promosi Terbuka, Prof.
Dr. Nurhasan Ismail, S.H., M.Si, Prof. Dr. Suteki, S.H.,
M.Hum.
9.
Para Guru Besar serta Tenaga Pengajar pada PDIH UNDIP,
Prof. Dr. Barda Nawawi S.H., Prof. Dr. I Gede A.B Wiranata,
S.H., M.H., Prof. Dr Yusriyadi, S.H., M.S., Prof. Dr Arief
Hidayat, S.H., M.S., Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, S.H., (Alm)
Prof. Dr. Paulus Hadisuprapto, S.H., M.H., Prof. Dr. FX.
Sugiyanto, M.S.
10. Selanjutnya juga penulis menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang tinggi kepada kekerabatan Kejaksaan
Agung Republik Indonesia:
11. (Alm) Prof. Dr. Marwan Efendi, S.H.,M.M.; H.M. Prasetyo,
SH Jaksa Agung Republik Indonesia; Arminsyah, S.H., M.H
(Jam Intel Kejagung RI).; Ajimbar, S.H., M.H.; Dr. M.
Nurochmad, S.H., M.H.(Jam Datun Kejagung RI); Azhari,
S.H., M.H., Teguh, S.H., M.H.; Sarjono Turin, S.H., M.H.;
Widyantoro, S.H., M.H.; Yudi Handono, S.H., M.H.; Hi.
Darmo Widjoyo, S.H., M.H.; dan Raja Nafrial, S.H., M.H.;
yang selalu menjadikan sahabat diskusi, konsultasi sekaligus
pemberi semangat penulis.
: ERY SETYANEGARA,S.E., S.H., M.H. : Laki-laki
: Pengacara /Advokat
: Tanjung Karang,13 Juni 1971 : ery_setyanegara@yahoo.co.id : 0721 241306 HP. 0821.3327.5555 : Nova Riza Sulianti,SE.
: (1). M.Faris Putra Setyanegara (15 Tahun)
(2). M. Sulthan Rafi Setyanegara (13 Tahun) (3). M Tengku Reyhan Setyanegara (11 Tahun) (4). Chesia Aurel Putri Setyanegara ( 7 Tahun ) : (1). Jl.Way Abung No.34 Pahoman
Bandar Lampung.
(2). Gd.Manggala Wana Bhakti Blok VII Lt.4 Jakarta Selatan
: (1) Jl. Kalibata Raya No. 1 Apartemen Kalibata City
Tower C Lt. 15 CU, Kalibata Jakarta Selatan
(2) Jl. Singosari I No. 26 Semarang, Jawa Tengah
(3) Perum Tanjung Raya Permai Blok CC No. 3-4 Tanjung Seneng
79
http://huma.or.id/kehutanan-dan-perubahan-iklim/konflik- kehutanan-di-indonesia-apakah-redd-peluang-atau-ancaman.html.
__________-http://www.haluankepri.com/nasional/53970-sektor-kehutanan-negara-rugi-rp691-triliun.html
Bunyamin Maftuh, Implementasi Model Pembelajaran Resolusi Konflik Melalui Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Atas, Disertasi (tidak diterbitkan) Universitas Pendidikan Indonesia, 2005.
_________-Profil Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM), 2013.
Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Penanganan Gangguan Keamana Dalam Negeri, tahun 2014.
Peraturan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Nomor 002/KOMNAS HAM/IX/2011 Tentang Prosedur Pelaksanaan Penyelidikan Proyustisia Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat.
Laporan Tim Terpadu Tindak Lanjut dan Monitoring Penanganan Kasus Mesuji Bulan September s.d Desember 2013, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Republik Indonesia.
Informasi Peraturan Perundang-Undangan Kementerian Kehutanan, Edisi Tahun 2010 Nomor 1 s.d 4, Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kehutanan.
__________-Data Penduduk, Sido rukun
Peraturan Sepanjang Adat Lampung, dikarang oleh Marga Tegamongan, Boelan dan Soewai Oempoe.
viii
12. Rekan-Rekan Deputi V Kementerian Politik Hukum dan
Keamanan Republik Indonesia,; Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM), Siti Noor Layla.; Kepala Litbang
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia Prof. Dr. Ir. San
Afri Awang, M.Sc,; Prof. Dr. Nurhasan Ismail, S.H., M.Si.;
Rekan-Rekan
HuMa
Andiko,
S.H.,
M.H.,
Chalid
Muhammad, S.H.; Nurul Firmansyah, S.H. yang selalu
menjadikan sahabat diskusi, konsultasi dan pemberi referensi
kepada penulis.
13. Kepada Bapak Komjend. (Purn). Drs. H. Sjachroedin ZP
(Mantan gubernur Lampung Periode 2008- 2013).; Irjend.
Pol.(P) Drs. Darwan Siregar, M.Sc; Irjend Pol. Drs. Syaiful
Maltha.; Brigjen Pol. Sulistyo Ishak.; Brigjen Pol. Jodie
Roseto.; Kombes Pol. Yusril Hakim YHS., SH.; menjadikan
sahabat diskusi, konsultasi sekaligus pemberi semangat
penulis.
14. Kepada Bupati Mesuji H. Khamami, SH, yang menjadikan
nara sumber, dan pemberi referensi kepada penulis.
15. Kepada Walikota Bandar Lampung Drs. H. Herman HN,
M.M. yang telah memberikan dorongan semangat kepada
penulis untuk melanjutkan studi S3.
16. Bupati Lampung Utara H. Agung Ilmu Mangku Negara,
S.SSTP., M.H., yang selalu memberi perhatian khusus,
menanyakan kapan selesainya pendidikan Doktor.
ix
18. Kepada Para Tokoh-tokoh Adat Megou Pak, Wan Mauly
Sanggam Ketua Adat Megou Pak, Asaih Akib Kepala Marga
Tegamoan, Suttan Kaiser Kepala Marga Aji, Helmi Gelar
Suttan Tulang Bawang Kepala Marga Buay Bulan, Hosi
Pagar Alam Kepala Marga Umpu, yang menjadikan nara
sumber, konsultasi dan pemberi referensi kepada penulis.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang tinggi kepada :
1. Rektor Universitas Bandar Lampung (UBL), Dr. Ir. Yusuf
Sulfarano
Barusman,
M.BA.
yang
telah
memeberikan
semangat dan dorongan kepada penulis untuk melanjutkan
studi S3 di PDIH UNDIP.
2. Teman-teman angkatan III/17/KPK UNDIP-UNILA, Hi.
Zulfikar Ali Butho, S.H., M.H.; Dr. Heni Siswanto, S.H.,
M.H.; Dr.Tri Herlianto, S.H., M.H., M.M.; Didiek R.
Mawardi, S.H., M.H.; Dr.Tami Rusli, S.H., M.H.; Dr.Erlina,
S.H., M.Hum.; Kingkin Wahyuningdiyah, S.H., M.Hum.;
Dr.FX. Sumardja, S.H., M.H.; Dr.H. Sunaryo, S.H., M.H.;
Dr.Marsudi Utoyo, S.H., M.H.; Dr. Bambang Hartono, S.H.,
M.Hum dan (Alm). J, Pajar Widodo, S.H., M.H. Yang selalu
memberikan semangat kepada penulis.
3. Rekan-rekan sejawat SETYANEGARA LAW FIRM dan LBH
SETYANEGARA, Yustama, S.H.,M.H.; Resmen Kadapi,
S.H., M.H.; Hermawan, S.HI., M.H.; Satria Muda SR., S.H.;
Yopi Hendro, S.H.; Riski Menggala Putra, S.H.; Sugito, S.E.,
M.M.; Marsoni, S.Kom.; Putri Flesia, Salamah, S.Pd; yang
selalu memberikan semangat dalam menyelesaiakan di PDIH
Undip.
4. Teman-teman sesama mahasiswa PDIH UNDIP yang tidak
dapat saya sebutkan satu-persatunya, atas segala bantuan,
kritik dan saran dalam menyelesaikan disertasi ini.
78
Undang-Undang Nomor 32 dan 33 tahun 2004 Tentang OTODA 2004-2007, Citra Umbara.
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (UU RI Nomor 12 Tahun 2011), CV. Karya Gemilang, 2014.
Undang-Undang Aparatul Sipil Negara (A.S.N) dan Peraturan Pelaksanaannya, Focus Media, 2014.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Koleksi Buku Terbitan KOMNAS HAM, 2013.
Koleksi Terbitan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, 2013.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.
C. Sumber Lainnya:
Anonim. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Cetakan Ketiga
Makalah tentang Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia oleh Soedirman Kartohadiprodjo. 2009.
Makalah tentang Memasuki Bidang Penelitian Kualitatif oleh Norman K. Denzin dan Yvona S. Lincoln.
Makalah tentang Teori, Konsep dan Paradigma dalam Kajian tentang Manusia, Masyarakat dan Hukumnya.
_________-Makalah tentang Teori Hukum oleh Abdullah
_________-Makalah tentang Teori Hukum oleh Hasbi Hasan.
77
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1999 tentang Pengusahaan Hutan dan Hasil Hutan Pada Hutan Produksi.
________-Undang-Undang Kehutanan, Pustaka Belajar, 2006
Naskah Komprehensif Perubahan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Hasil Perubahan 1999-2002, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2008
________-Himpunan Lengkap Undang-undang Tentang Desa, Saufa, 2014.
________-Himpunan Peraturan Tentang Keormasan, PT. Tamita Utama, 2013.
Peraturan Perundang-undangan Penyusunan A.P.B.D Tahun Anggaran 2015, Fokus Media, 2014.
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 22 Tahun 2009, tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Peraturan Republik Indonesia Nomor 55 tahun 2012, Tentang Kendaraan, Kesindo, 2012.
_________-Peraturan Pembentukan Produk Hukum Daerah, Fokus Media, 2014.
_________-Undang-Undang Peradilan Indonesia, Fokus Media, 2010.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Citra Umbara, 2009.
x
Terakhir penulis menyadari, disertasi ini masih jauh dari
sempurna. Mudah-mudahan, makna yang terkandung dalam
disertasi ini dapat menjadi bermanfaat untuk kita semua,baik
dikalangan; Pemerintah, Penegak hukum, Praktisi, maupun
masyarakat umum lainnya.
Mudah-mudahan amal baik semua pihak mendapatkan
balasan yang setimpal dari Allah Sub
karya yang sederhana ini dapat bermanfaat untuk pengembangan
keilmuan hukum secara teoritis maupun praktis.
Semarang, Agustus 2015.
Penulis,
xi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
...
i
Tim Promosi
...
ii
Tim Penguji Ujian Promosi...
iii
Motto
...
iv
Kata Pengantar
...
x
Daftar Isi...
xi
I. Pendahuluan
1.1.Latar Belakang...
1
1.2.Permasalahan Penelitian ...
5
1.3.Tujuan dan Kontribusi Penelitian ...
5
1. Tujuan Penelitian ...
5
2. Kontribusi Penelitian ...
6
1.4.Metode Penelitian ...
6
II. Pembahasan dan Temuan
2.1.Pembahasan ...
7
1.Model-model Konflik Pertanahan ...
7
2.Penyelesaian Konflik Pertanahan ...
8
3.Cara-cara Penyelesaian Konflik Pertanahan ...
10
a. Litigasi ...
10
76
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. P.52/MenHut-II/2008. Tata Cara dan Persyaratan Perpanjangan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Alam Pada Hutan Produksi.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. P.57/MenHut-II/2008. Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008 2018.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. P.58/MenHut-II/2008. Kompetensi dan Sertifikasi Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan.
75
E. Sumaryono, Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat, Kanisius, 1999.
Erman, Suparman, Asal Usul Serta Landasan Pengembangan Ilmu lam Buku: Menggagas Hukum Progresif Indonesia, Pustaka Pelajar, 2006.
David, M Chalmers. Encyclopedia Americana, Americana Corporation.
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Gramedia Pustaka, 2004.
Meuwissen Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, dan Filsafat Hukum, Adita, 2007.
B. Undang-Undang dan Peraturan Lainnya :
__________-Pancasila
__________-UUD 1945
Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990. Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat Jendral Departemen Kehutanan
Undang-Undang RI No. 41 Tahun 1999. Kehutanan. Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat Jenderal Departmen Kehutanan.
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Penjelasannya. Jakarta. Titik Terang.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. P.62/MenHut-II/2008. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri dan Hutan Taman Rakyat.
xii
b.Non Litigasi...
11
4.Konsepsi
Konflik
dalam
Penyelesaian
Konflik
Pertanahan ...
12
5.Konsepsi Pemberdayaan dalam Penyelesaian Konflik
Pertanahan Mesuji Lampung ...
16
6.Konsepsi Keadilan dalam Penyelesaian Konflik
Pertanahan Mesuji Lampung ...
19
a. Teori Keadilan Jeremy Bentham ...
19
b.Keadilan Menurut Pancasila...
20
7.Model
Penyelesaian
Konflik
Pertanahan
Menggunakan Chambliss-Seidman ...
25
a. Nilai-nilai Keadilan dalam Penyelesaian Konflik
Mesuji dengan Pendekatan Teori (The Triangular
of Natural Law and Its Pluralistic)...
27
b.Penyelesaian Konflik yang Dilakukan Melalui
Litigasi ...
28
c. Penyelesaian Konflik yang Dilakukan Melalui Non
Litigasi
...
29
d.Nilai-nilai Keadilan dalam Penyelesaian
Konflik
xiii
1)
Nilai Keadilan dan Konsep Keadilan dalam
Penyelesaian Konflik Mesuji Lampung ...
30
2)
Konsep Keadilan ...
31
3)
Keadilan Distributif menurut John Rawls...
32
4)
Keadilan Menurut Pancasila ...
32
8.Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat Megou Pak
Masuji Lampung...
37
2.2.Temuan...
38
1.Sejarah Konflik Tanah Megou Pak Tulang Bawang....
38
2.Riwayat Konflik Tanah Register 45 Mesuji Lampung
40
a. Lokasi Moro-Moro ...
41
b.Lokasi Tugu Roda, Karya Jaya, Karya Tani, Sawit
99, Air Mati, Suka Agung ...
41
3.Ketidakpuasan
Masyarakat
Adat
Terhadap
Perusahaan Sebagai Pemicu Konflik ...
41
4.Penyelesaian Konflik Pertanahan di Mesuji Lampung
yang Dilakukan oleh Pemerintah Daerah ...
42
5.Upaya
Pemerintah
Daerah
Propinsi
Lampung
Terhadap Penyelesaian Konflik Mesuji Lampung ...
44
6.Dampak-dampak dari Konflik Pertanahan di Mesuji
Lampung...
47
74
Safitri, Myrna, Untuk Apa Pluralisme Hukum, Epistama Institute, HuMa & Forest People Programane, 2011.
_________Tak Ada Alasan Ditunda, HuMa, 2011.
T. Sirait, Martua & Rekan, Perencanaan Tata Ruang Secara Partisipatif, Word Agroforerestry Center (ICRAF), 2013.
Kahman, Hisma & Rekan, Aturan Daerah dan Tenure Masyarakat Adat, Perkumpulan HuMa, 2011.
_________Mereka Yang Belum Setara, Kerjasama Pontianak Institute dan HuMa, 2011.
_________-Menuju Kepastian dan Keadilan Tenurial, HuMa, 2011.
Menski, Werner, Perbandingan Hukum Dalam Kontes Global, Nusa Media, 2011.
Akib, Muhammad, Politik Hukum Lingkungan, PT. Raja Grafindo Persada, 2012.
Yusriyadi, Industrialisasi dan Perubahan Fungsi Sosial Hak Milik Atas Tanah, Genta Publishing, 2010.
Gunawan Wijaya & Kartini Mulyadi,Seri Hukum Harta Kekayaan, Hak-Hak Atas Tanah, Kencana Prenada Media Group, 2004.
Pada Seminar Nasional Prospek Hukum Progresif di Indonesia di UNDIP, 2009.
Benjamin Cardozo, The Nature Of Judical Proces. New Heaven: Yale University Press. CA. Van Paursen. Susunan Ilmu Pengetahuan: Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu. Terjemahan J. Drost. Ctk.3, Gramedia Pustaka Utama.
73 Moniaga,Adat Dalam
Prof. Dr. B. Arief Sidharta, SH., Refika Aditama, 2008.
__________-Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Pustaka Pelajar. 1980.
__________-Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka Pelajar. 2013.
__________-Penggunaan Masyarakat Merangkai Sebuah Kerangka. Pustaka Pelajar. 2012.
Sutedi, Adrian, Peralihan Hak atas Tanah dan Pendaftarannya,
Sinar Grafika, Jakarta, 2008
Thohir, Mudjahirin, Memahami Kebudayaan. Teori, Metodologi, dan Implementasi. Semarang; Fasindo. 2007.
Wignjodipuro, Surojo ¸ Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat,
Gunung Agung, Jakarta, 1982
Wignjosoebroto, Soetandyo. Hukum Dalam Masyarakat Perkembangan dan Masalah Sebuah Pengantar ke Arah kajian Sosiologi Hukum. Bayumedia Publishing. 2008
Williams, J.E.H, Criminology and Criminal Justice, Buttenn worth, London 1982.
Yusuf, Abdul Muis. Mohammad Taufik Makarao. Hukum Kehutanan di Indonesia. PT. Rineka Cipta. 2011.
Zubaedi. Pengembangan Masyarakat. PT. Fajar Interpratama Mandiri. 2013.
xiv
III. Simpulan...
48
IV. Implikasi
...
51
4.1.Secara Filosofis ...
51
4.2.Secara Teoritis ...
51
4.3.Secara Praktis ...
51
V. Rekomendasi
...
52
Daftar Pustaka
...
53
1 I. Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
Perkembangan dalam pengolahan tanah serta sejumlah
permasalahannya telah menjadi sejarah tersendiri di negara
Indonesia, sejak zaman penjajah kolonial sampai sekarang masih
meninggalkan permasalahan yang belum dapat terselesaikan.
Permasalahan mengenai tanah pada dewasa ini semakin kompleks,
disebabkan keadaan tanah yang terbatas sedangkan jumlah penduduk
yang semakin bertambah, harga tanah yang meningkat dengan cepat
dan kondisi masyarakat yang semakin sadar serta peduli akan
penting akan haknya. Berkaitan dengan hak tersebut, tentunya tidak
terlepas dengan semakin banyaknya kasus-kasus pertanahan yang
berujung konfik. Pada hakikatnya, kasus pertanahan merupakan
benturan kepentingan (conflict of interest) di bidang pertanahan antara siapa dengan siapa, sebagai contoh konkrit antara perorangan
dengan perorangan; perorangan dengan badan hukum atau negara;
badan hukum dengan badan hukum lainnya.
Penguasaan dan kepemilikan tanah yang berkonflik juga
banyak terlihat dalam struktur masyarakat hukum adat, pada
umumnya selain dikenal dengan adanya tanah hak milik yang
bersifat individual, juga dikenal adanya tanah milik bersama
(komunal) yang lazim disebut sebagai Hak Ulayat atas tanah.1 Hak
Ulayat atas tanah ini dapat berupa lahan pertanian, perkebunan,
1Abdon Nababan dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) memperkirakan setiap komunitas adat memiliki areal
sekitar 8.000 hektar. Lihat Kompas, 23 April 2012, hlm.22.
Menurut Kepala badan Registrasi Wilayah Adat AMAN, Kasmita Widodo memperkirakan total luas tanah adat di Indonesia sekitar 10 juta hektar. Lihat Kompas, 21 April 2012.
72
Rahmat, Takdir. Hukum Lingkungan di Indonesia. PT. Rajagrafindo Persada. 2011.
Roberts, Simon. Order and Dispute:An Introduction to Legal Anthopology, Harmonsworth: Penguin Books. 1979
Roberto Unger Mangabeira, Law in Modern Sociey-Toward Criticism of Social Theory, NY:The Free Press, 1976.
Safitri, Myrna
Penyelenggaran Pemerintah Menyimpang: Maladministrasi
Laporan Penelitian, Kerjasama Komisi Ombudsman Nasional dan Konsorsium Pembaruan Agraria, 2002
akat Lokal Pada Kawasan Hutan, Sebuah Arean Bagi Pluralisme Hukum:
Konferensi Internasional Penguasaan Tanah dan Kekayaan Alam di Indonesia yang Sedang Berubah: Mempertanyakan Kembali Berbagai Jawaban, Hotel Santika Jakarta, 11-13 Oktober 2004.
Satjipto, Rahardjo, Hukum Dalam Jagad Ketertiban, Jakarta:UKI Press, 2006
Sarjita. Teknik Dan Strategi Penyelesaian Sengketa Atas tanah, Edisi Revisi, Tugu Jogja Pustaka, Yogyakarta, 2005.
Dari Adat ke Multikultur: Menggagas Format Kebijakan yang Tepat Bagi Masyarakat/
Hak Minoritas, Multikulturalisme dan Dilema Negara Bangsa,
Yayasan Interseksi, Jakarta,2007
71
Nurtjahjo Hendra, dan Fokky Fuad, Legal Standing Kesatuan Masyarakat Hukum Adat, Salemba Humanika, Jakarta, 2010
Anthropology Point of Vi US-China Law Review, Volume 9, Number 1, February 2012
-prinsip Dasar Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkeadilan, Demokratis, dan
Focus Group Discussion dengan tema Pertumbuhan Ekonomi Hijau Secara Inklusif (Inclusive Green Growth) Bagi Pembangunan Nasional Berwawasan Hijau: Peluang, Tantangan, dan Strategi, diselenggarakan Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri RI tanggal 20 September 2013 di Hotel Aston Tropicana, Cihampelas, Bandung.
Seminar Peran Masyarakat (Hukum) Adat Dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bagian Perdata Fakultas Hukum Undip, 24 November 2010.
Nurjaya, I N
Within the State Agrarian Law of Indonesia is It A Genuine
or Pseudo- US-China Law
Review, Volume 8, Number 4, April 2011.
Rahardjo, Satjipto. Hukum dan Masyarakat, Bandung, Angkasa,1990.
__________.Hukum dan Perubahan Sosial. Genta Publishing. 2009.
__________. Penegakan Hukum Progresif. PT. Kompas Media Nusantara. 2010.
2
padang penggembalaan, pemakaman, kolam, sungai, dan hutan
seisinya.2
Namun keberadaan Hak Ulayat atas tanah, terutama yang masih
berbentuk hutan adat, saat ini semakin tergerus oleh berbagai
kebijakan pemerintah yang mengabaikan eksistensi hak ulayat.
Misalnya dengan kebijakan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK)
Kementerian Kehutanan yang telah menetapkan sekitar 133,7 juta
hektar daratan Indonesia sebagai kawasan hutan.3 Klaim sebagai
hutan negara, ini antara lain agar memudahkan pemerintah
memperoleh dana segar dari pemberian izin terkait dengan
pemanfaatan hutan.4 Belakangan ini izin pemanfaatan hutan lebih
banyak digunakan untuk perkebunan kelapa sawit5 dan
pertambangan.6
Sebagai dampak dan akibat selanjutnya dari kebijakan tersebut
adalah merebaknya konflik antara Masyarakat Hukum Adat (MHA)
dengan pemilik modal atau dengan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) maupun dengan pemerintah sendiri. Selain itu beberapa
2Untuk kepentingan analisis,hak ulayat atas tanah ini hanya dibatasi dalam ruang lingkup lahan dan hutan, dengan tiga
alasan: pertama, bagi masyarakat hukum adat,lahan dan hutan merupakan unsur utama dari hak ulayat atas tanah; kedua, kelong di Batam, awig-awig hak ulayat laut di Lombok, sasi laut di Kep. Kei dan Raja Ampat; ketiga, tanah dan hutan sering menjadi obyek konflik dan ditangani oleh lembaga pemerintah yang berbeda, tanah menjadi kewenangan Badan Pertanahan Nasional dan hutan menjadi kewenangan Kementerian Kehutanan.
3
http;//www.dephut.go.id/files/Statistik_Kehutanan_2008_Planologi.pdf (diakses 19-2-2012).. Data terbaru menyebutkan bahwa pada tahun 2012, hutan Indonesia tinggal 45 juta hektar. Lihat www.badanplanologidephut.com, diakses 27 Juli 2012.
4Sampai tahun 1991 telah diberikan izin 580 konsesi HPH dengan luas masing-masing rata-rata sekitar 105.000 hektar,
sehingga totalnya mencapai 60 juta hektar atau sekitar 31 persen dari luas daratan RI, 1.992.570 km persegi atau setara dengan 192.257.000 hektar. Lihat Owen J. Lynch dan Kirik Taibott, Keseimbangan Tindakan: Sistem Pengelolaan Hutan Kerakyatan dan Hukum Negara di Asia Pasifik, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), Jakarta, 2001, hlm.83.
5Data Sawit Watch menunjukan bahwa sampai bulan Juni 2010, pemerintah telah memberikan 9,4 juta hektar kepada
perkebunan sawit dan diperkirakan akan mencapai 26,7 juta hektar pada tahun 2020. Lihat Kompas 14 Januari 2012.
6Di Kalimantan Timur misalnya, luas izin pertambangan pada tahun 2011 meningkat 18 persen d ibandingkan dengan tahun
3
konflik semakin parah dengan terbelitnya masalah penyewaan Hak
Ulayat pada jaman penjajahan Belanda yang tidak kunjung usai
setelah kemerdekaan Republik Indonesia. Hingga saat ini sulit
dipastikan berapa jumlah konflik yang menyangkut hak ulayat. Dari
data Komnas HAM menyebutkan bahwa lembaga tersebut sampai
akhir 2011 telah menerima 700-800 kasus konflik tanah perusahaan
dengan masyarakat lokal. Data dari Aliansi Masyarakat Adat
Nusantara (AMAN) juga menyebutkan bahwa hingga akhir 2011
setidaknya pernah terjadi 530 konflik lahan di wilayah masyarakat
adat. Sedangkan catatanSawit Watch menyebutkan bahwa pihaknya telah menangani 663 kasus sengketa antara perusahaan perkebunan
sawit dengan masyarakat.7
Pemerintahan Orde Baru dalam melaksanaan misi
pembangunannya cenderung menggunakan cara-cara otoriter dengan
tekanan militeristik yang sangat kental. Siapa saja masyarakat yang
berani menghalangi tujuan pembangunan dapat berurusan dengan
hukum dan militer.
Pemerintahan Orde Baru menginterprestasikan, bahwa Pasal
33 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi : tanah, bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasi oleh Negara
dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat.
Pengertian dikuasai oleh negara adalah alasan kuat untuk tujuan
pemerintah tidak ada yang bisa menghalanginya.
7Kompas, 8 September 2011
70
Menski, Werner, Perbandingan Hukum Dalam Konteks Global: Sistem Eropa, Asia dan Afrika, Penerjemah M. Khozin, Nusa Media, Bandung, 2012
Maulana, M. Rizki, Model Penyelesaian Sengketa PT Asiatic Persada Pemegang HGU di atas Tanah Ulayat Suku Anak Dalam Bathin Sembilan Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi, Tesis, Magister Kenotariatan, Undip, 2013
Nader, Laura. Law in Culture and Society, Aldine Publishing Company, Chicago, 1969.
Simposium UUPA dan Kedudukan Tanah-Tanah Adat Dewasa Ini,Binacipta, Jakarta, 1978
Edi Petebang (eds), Pelajaran Dari Masyarakat Dayak: Gerakan Sosial dan Resiliensi Ekologis di Kalimantan Barat,WWF da Institut Dayakologi, Pontianak, 2001
________________, Pengelolaan Sumber Daya Alam Dalam Perspektif Antropologi Hukum, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2008
Seminar Hukum Adat dalam Politik Hukum Nasional,
diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Airlangga tanggal 20 Agustus 2008 di Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
69
Lev, Daniel S.Hukum dan Politik di Indonesia, Kesinambungan dan Perubahan. Terjemahan Nirwono dan AE Priyono. Jakarta: LP3ES, 1990.
Like Wilarjo, Realita dan Desiderata , Duta Wacana University Press, 1990.
Luthan, Salman dan Agus Triyanya. Aparat
. Jurnal Hukum, No, 9, Vol. 4 , 1997.
Lukito, Ratno, Hukum Sakral dan Hukum Sekuler, Studi tentag Konflik dan Resolusi Dalam Sistem Hukum Indonesia, Terjemahan dari Sacred and Secular Laws: A Study of Conflict and Resolution in Indonesia, Penerjemah Inyiak Ridwan Muzir, Pustaka Alvabet, Jakarta, Cetakan I 2008
Mahadi,Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-hak Suku Melayu Atas Tanah di Sumatera Timur (Tahun 1800-1975), Alumni, Bandung, 1978.
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, Cetakan ke-6, 1995
Menski, Werner, Comparative Law in a Global Context: The Legal Systems of Asia and Africa, Cambridge University Press, 2006
Muladi, Barda Nawawi Arief. Teori dan Kebijakan Pidana. PT. Alumni 2010.
Moniaga, Sandra
Davidson, et. Al, Adat Dalam Politik Indonesia, KITLV-Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2010
4
Sejarah konflik tanah Ulayat dan tanah Marga adat Megou Pak
Mesuji Tulang Bawang Lampung, mengalami fase yang cukup
panjang, berawal dari bermukimnya masyarakat adat etnis Lampung
Way Umpu yang membentuk serta menetap pada 2 desa; yaitu (1).
desa Talang Batu, (2). desa Talang Gunung yang mendiami areal
Mesuji sejak tahun 1908 dan diakui oleh pemerintah Hindia Belanda
melalui Besluit Pan Den Resident der Lampoengshe tanggal 12 September 1918, kedua desa itu mempunyai 22 umbul (dusun/
pedukuhan).
Masyarakat Adat Megou Pak Mesuji Lampung, dari kedua
desa itu hidup dengan cara bercocok tanan, seperti karet, rotan,
kemenyan, dammar dan bambu dalam luas areal hutan adat seluas
lebih kurang 33.500 ha.
Pada tahun 1993, melalui SK Menteri Kehutanan Republik
Indonesia nomor 785/kpts-II/1993 tanggal 22 Oktober 1993 menjadi
Hutan Negara yang disebut Register 45 yang didalamnya terdapat 3
desa yaitu Talang Gunung, Talang Batu dan Labuhan Batin, dan
kemudian dengan alasan untuk kepentingan negara dalam
peningkatan sektor ekonomi serta menambah pendapatan keuangan
negara dari sektor industri maka ada penambahan luas areal, untuk
dikelola sebagai Hutan Tanaman Industri atau (HTI) yang diberikan
perizinannya kepada PT. Silva Inhutani Lampung melalui SK
Menteri Kehutanan Nomor 93/kpts-II/1997 pada tanggal 17 Febuari
1997 menjadi seluas 43.100 ha, adanya selisih penambahan
5
Masyarakat Adat baik ketiga desa yang masuk dalam areal
perluasan maupun Masyarakat Hukum adat Megou Pak Tulang
Bawang Mesuji Lampung, mulai merasa kecewa dan cemas akan
perluasan areal itu,mereka menilai Pemerintah dalam hal ini pihak
Kementerian Kehutanan tidak berlaku adil dan memikirkan nasib
mereka serta masa depan anak dan cucunya,
Beriringan dengan waktu dan kesempatan yang ada setelah
Reformasi diawal tahun 2000, juga mulai masuknya para masyarakat
umum yang masuk dan mengelola lahan areal Register 45 untuk
bertani, menanam sawit dan singkong, mereka mendirikan
perkampungan yang disebut, Moro Dewe, Moro Seneng dan Moro
Dadi, masyarakat itu berasal dari wilayah Lampung dan luar
Lampung, menduduki areal seluas 4800 ha. Kegiatan serta usaha
mereka itu didukung pula oleh masyarakat hukum adat Megou Pak
Tulang Bawang Mesuji Lampung, hubungan yang baik dalam
kekerabatan adat mereka saling berinteraksi dan menjadi saudara
dalam adat, yang diakui oleh Tokoh-tokoh adat dari 4 Marga, yaitu :
marga Tegamoan, marga Suay Umpu, Marga Buai Bulan dan Marga
Aji.
Pada tahun 2004-2005 kembali bertambah masuknya
masyarakat pendatang, membuka lahan areal perkebunan di Register
45,1 ha per KK dengan jumlah sekitar 1.700 jiwa sampai di tahun
2012 jumlah mereka mencapai 15.000 jiwa. Hal ini menambah
catatan panjang serta kompleksitasnya konflik pertanahan di Mesuji
Lampung.Pemerintah dan Aparat Penegak hukum mencurigai
68
Simposium Masyarakat Adat Mempersoalkan Keberadaan Masyarakat Adat Sebagai Subjek Hukum, diselenggarakan oleh HuMa dan Epistema Institute, Jakarta, 27 Juni 2012
Ismail, Nurhasan, Hukum Dalam Lingkar Kehidupan Kelompok Marjinal, Pidato dalam Rapat Senat Terbuka Dalam Rangka Dies Natalis ke-67 Fakultas Hukum UGM, 19 Februari 2013
Juliantara, Dadang Noer Fauzi, Menyatakan Keadilan Agraria, Manual Kursus Intensif Untuk Aktivis Gerakan Pembaruan Agraria, Badan Pelaksana KPA, Bandung, 2000
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Bam. 1986.
Kasim, Ifdhal, dan Johanes da Masenus Arus, Hak Ekonomi, Sosial, Budaya,ELSAM, Jakarta, 2001
-kebijakan Transnational Institutions yang Mempengaruhi Peta Tenurial Security dalam Lingkup
Konferensi Internasional tentang Penguasaan Tanah dan Kekayaan Alam di Indonesia yang Sedang Berubah: Mempertanyakan Kembali Berbagai Jawaban, Hotel Santika, Jakarta, 11-13 Oktober 2004
Koesnoe, H. Moh. Dalam Irene A. Muslim, S. Jacobus E. Frans L
67
_____, T.O. (peny), Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1993
Perlindungan Masyarakat Adat Dalam Konteks Pengelolaan
dalam Firsty Husbani (Peny), Demokratisasi Pengelolaan Sumber Daya Alam, ICEL, Jakarta, 1999
-Pokok Penting Tentang
Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,2001.
Ife, Jim, Frank Tesoreiro.Community Development. Pustaka Pelajar. 2004.
disampaikan dalam Seminar Pluralisme Hukum dan Tantangannya Bagi Pembentukan Hukum Nasional,
Kerjasama BPHN- FH Unhas-Kanwil Depkumham Sulawesi Selatan, tanggal 1-2 Mei 2007.
Ismail, Nurhasan, Perkembangan Hukum Pertanahan, Pendekatan Ekonomi-Politik, HuMa dan Magister Hukum UGM, Yogyakarta, 2007.
Ismatullah, Deddy dan Asep A. Sahid Gatara, Ilmu Negara Dalam Multi Perspektif: Kekuasaan, Masyarakat, Hukum dan Agama, Pustaka Setia, Bandung, 2007
dalam Sulistyowati Irianto dan Sidharta (Editor), Metode Penelitian Hukum, Konstelasi dan Refleksi
6
adanya transaksional antara tokoh adat dengan masyarakat
pendatang adanya jual-beli tanah yang dilegalkan oleh masyarakat
hukum adat Megou Pak Tulang Bawang Mesuji Lampung. Dengan
ditangkapnya Tokoh Adat MPTBML, Wan Mauli B Sanggam pada
tanggal 3 Maret 2012, yang sempat dikecam keras oleh masyarakat
Tugu Roda dan Tokoh-tokoh adat 4 Marga MPTBML maupun
Tokoh-tokoh Marga Lampung lainya. Kepolisian dinilai telah
mengkriminalisasi salah satu tokoh adat Megou Pak dan tidak
menghargai kearifan lokal8
Tindakan yang dilakukan secara refresif oleh Penegak Hukum
Kepolisian daerah Lampung.dengan cara Litigasi dianggap tindakan
yang sangat berlebihan, masyarakat mengiginkan seharusnya
Pemerintah dan Penegak Hukum Harus adil arif dan bijaksana serta
menghargai nilai-nilai kearifan lokal yang ada di Mesuji Lampung.
1.2.Permasalahan Penelitian
Permasalahan penelitian yang dirumuskan sehubungan dengan
latar belakang adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penyelesaian konflik pertanahan di Mesuji Lampung
yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat?
2. Mengapa penyelesaian konflik pertanahan di Mesuji Lampung
yang telah dilaksanakan oleh pemerintah belum berbasis
pemberdayaan masyarakat yang berkeadilan?
8
7
3. Bagaimana model ideal dalam penyelesaian konflik pertanahan
di Mesuji Lampung yang Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
yang berkeadilan?
1.3.Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengkaji dan menganalisa Penyelesaian konflik di
Mesuji Lampung yang dilakukan pemerintah daerah dan
pemerintah pusat.
b. Untuk mendeskripsikan, dan menganalisis penyelesaian
konflik pertanahan di Mesuji Lampung yang telah
dilaksanakan oleh pemerintah apakah sudah memberdayakan
masyararakat secara berkeadilan.
c. Untuk menemukan model ideal dalam penyelesaian konflik
pertanahan Mesuji Lampung yang berbasis pemberdayaan
masyarakat yang berkeadilan.
2. Kontribusi Penelitian
a. Kontribusi Teoritis
1) Memperkaya pengembangan ilmu hukum, khususnya hukum
di bidang kehutanan, pertanahan, yang berkaitan dengan
pemberdayaan masyarakat secara berkeadilan.
2) Pengkayaan dan pengembangan hukum yang nantinya
memberikan kontribusi bagi pengembangan teoritis dan
66
Haar, Ter, Beginselen en Stelsel van Hef Adatrecht, terjemahan K. Ng. Soebakti Poesponoto, Asas-asa dan Susunan Hukum Adat,Pradnya Paramita, Jakarta, 2001
Hadikusuma, Hilman, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 2003
Hamidi, Jazim,Hermeneutika Hukum, Teori Penemuan Hukum Baru Dengan Interprestasi Teks,UII Press, Yogyakarta, 2005
Harsono, Boedi, Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional,
Universitas Trisakti, Jakarta, 2007
Hasanah, Yuliya, Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Tanah Ulayat Baduy Pada Kawasan Hutan Lindung (Studi Kasus: Masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar, Desa Kanekes, Kec. Leuwidamar, Kab. Lebak, Propinsi Banten), Skripsi Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, 2008.
Hasanusiman. Dinamika Hutan Rakyat di Indonesia. Pustaka Pelajar. 2010.
Haris Bu
M. Azzam Manan (ed), Nasionalisme dan Ketahanan Budaya di Indoensia, Sebuah Tantangan,LIPI Press, 2011.
Husni Anang.Hukum Birokrasi dan Budaya. Genta Publising. 2009.
Hutagalung, Arie S. Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum Tanah, Lembaga Pemberdayaan Hukum Indonesia, Jakarta 2005.
Iskandar, Johan, Ekologi Perladangan di Indonesia: Studi Kasus dari Daerah Baduy, Banten Selatan, Jawa Barat,
65
Creswell, John W., Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Edisi Ketiga, Terjemahan Achmad Fawaid, Pustaka pelajar, Yogyakarta, 2010
Chambliss, William J. & Robert B. Seidman, Law, Order and Power, Reading Mass, Addison-Wesley, 1971
Dahrendorf, Ralf dalam Bernard Raho. Teori Sosiologi Modern, Prestasi Pustakaraya, Jakarta, 2007.
Darmodiharjo, Darji dan Shidarta. Penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam Sistem Hukum Di Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo. 1996.
Santiaji Pancasila, Suatu Tinjauan Filosofis, Historis dan Yuridis Konstitusional, Usaha Nasional, Surabaya, 1991
Dj, Otong Setiawan. Teknik dan Panduan Menerjemahkan Bahasa Inggris Bahasa Indonesia. CV. Yrama Widya. 2004.
Friedman, Lawrence M. Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial. Nusa Indah. 2009.
Giddes, Anthony.Problematika Utama dalam Teori Sosial. Pustaka Pelajar. 2009.
George, Ritzer & Goodman, Douglas J. ological
6th edition, terj. Alimandan, Teori Sosiologi Modern, Prenada Media, Jakarta, 2004.
Guba dan Linconc. SAGE Publications.
Gregory Leyh,Legal Hermeneutics, Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh M. Khozim, Nusa Media, Bandung, 2008.
8
konseptual tentang penemuan model penyelesaian konflik
pertanahan di Mesuji Lampung.
b. Kontribusi Praktis
1) Bagi pemerintah dapat digunakan sebagai rujukan kebijakan
dalam penyelesaian konflik pertanahan di Mesuji Lampung
yang memberdayakan secara berkeadilan.
2) Bagi masyarakat hukum adat Megou Pak Mesuji Lampung
penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan evaluasi
eksistensi, motivasi dan inspirasi dalam memperjuangkan
identitas budaya serta bertuk perjuangan untuk
mempertahankan hak-hak ulayatnya kepada negara.
3) Bagi elemen masyarakat sipil lainnya, sebagai bentuk
pembelaan kepentingan masyarakat serta pelestarian dalam
memperjuangkan eksistensi masyarakat hukum adat Mesuji
Lampung atau kearifan lokalnya agar tidak punah dan
tergerus modernisasi. Penelitian ini juga dapat menjadi
rujukan evaluasi penanganan konflik pertanahan pada daerah
lain di Indonesia.
1.4.Metode Penelitian
Menurut teoriinteraksionisme simbolik ini, realitas hukum yang sesungguhnya nampak dalam simbol-simbol itu, yang hanya
dimengerti sesudah ditafsirkan. Maka realitas hukum yang demikian
9
penghayatan-penghayatan internal yang membuahkan gambaran
pemahaman yang lengkap (verstehen).
Melalui konsep hukum ini penelitian ini akan mengidentifikasi
masalah yang terkait dengan bagaimana penyelesaian konflik
pertanahan di Mesuji Lampung dengan pendekatan pemberdayaan
dan mewujudkan keadilan sosial bagi masyarakat hukum adat
Megou Pak Tulang Bawang Mesuji Lampung. Penelitian ini
dilakukan secara partisifatif dalam kehidupan masyarakat adat
Megou Pak Tulang Bawang Mesuji Lampung guna menemukan akar
masalah serta jawaban permasalahan dari konflik pertanahan Mesuji.
Disamping itu juga peneliti melakukan wawancara yang mendalam
(in-depth) secara intensif dengan masyarakat yang menjadi partisipan dari kehidupan sosial, ekonomi, budaya, serta hukum
masyarakat adat Mesuji Lampung.
II. Pembahasan dan Temuan 2.1.Pembahasan
1. Model-model Konflik Pertanahan
Tipologi konflik pertanahan merupakan jenis sengketa,
konflik dan atau perkara pertanahan yang disampaikan atau
diadukan dan ditangani. Tipologi konflik pertanahan yang
ditangani Badan Pertanahan Nasional RI dapat dikelompokkan
menjadi 8 (delapan), terdiri dari masalah yang berkaitan dengan :
a. Penguasaan dan Pemilikan Tanah, yaitu perbedaan persepsi,
nilai atau pendapat, kepentingan mengenai status penguasaan
64 Bedner,
Pengakuan Hak atas Tanah Komunal di Indonesia: Sebuah
Masa Depan Hak-Hak Komunal Atas Tanah: Beberapa Gagasan Untuk Pengakuan Hukum, Van Vollenhoven Institute, Universitas Leiden dan Bappenas, Jakarta, 2011
Beilharz, Peter. Teori-teori Sosial Observasi Kritis Terhadap Para Filosof Terkemuka. Pustaka Pelajar. 2005
Berger, Peter L., Thomas Luckmann, The Social construction of Reality A treastise In The Sociology of Knowledge Tafsir social atas Kenyataan, Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan,LP3ES, Jakarta, 1990
UUPA dan Kedudukan Tanah-Tanah Adat Dewasa Ini, Binacita, Jakarta, 1978
Burns, Collaborative Action Research for English Language Teachers, Cambrige, Cambrige University Press. 1999
S. Davidson, David Henley, Sandra Moniaga, Adat Dalam Politik Indonesia, Yayasan Pustaka Obor Indonesia-KITLV, Jakarta 2010
Cahyadi, Antonius, Donny Danardono. Sosiologi Hukum dalam Perubahan. Yayasan Obor Indonesia. 2009
dalam Antonius Cahyadi dan Donny Danardono (Editor),
63
Pluralisme Hukum : Konsep, Regulasi, Negoisasi Dalam Konflik Agraria di Indonesia, Epitesma Institute-HuMA-Forest People Programme, Jakarta, 2011
Ali, Faried, Andi Syamsu Alam. Studi Keibijakan Pemerintah. PT. Refika Aditama. 2012.
Arief, Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru. Kencana Media Group. 2010.
_________-Pembaharuan Hukum dalam Perspektif Kajian Perbandingan. PT. Citra Aditya Bakti. 2011.
_________-Tujuan dan Pedoman Pemindahan Perspektif Pembaharuan Hukum Pidana dan Perbandingan Beberapa Negara. Oetama. 2009.
Baghi, Felix, Pluralisme, Demokrasi dan Toleransi, Ledalero, Maumere, 2012
Bakker, Laurens, Dapatkah kami memperoleh hak ulayat?, Tanah dan masyarakat di Kabupaten Paser dan Nunukan,
Moeliono, Hukum Agraria dan Masyarakat di Indonesia, HuMa, Van Vollenhoven Institute dan KITLV-Jakarta, Jakarta, Jakarta, 2010.
Bamba -Mempertegas Identitas
Masyarakat Adat Dayak Kalimantan dan Resiliensi
Petebang (eds),Pelajaran Dari Masyarakat Dayak: Gerakan Sosial dan Resiliensi Ekologis di Kalimantan Barat, WWF dan Institut Dayakologi, Pontianak, 2001
10
di atas tanah tertentu yang tidak atau belum tentu dilekati hak
(tanah Negara), maupun yang telah dilekati hak oleh pihak
tertentu;
b. Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah, yaitu perbedaan
persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai proses
penetapan hak dan pendaftaran tanah yang merugikan pihak
lain sehingga menimbulkan anggapan tidak sahnya penetapan
atau perijinan di bidang pertanahan;
c. Batas atau letak bidang tanah, yaitu perbedaan pendapat, nilai
kepentingan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang
diakui satu pihak yang telah ditetapkan oleh Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia maupun yang masih
dalam proses penetapan batas;
d. Pengadaan tanah, yaitu perbedaan pendapat, kepentingan,
persepsi atau nilai mengenai status hak tanah yang
perolehannya berasal dari proses pengadaan tanah, atau
mengenai keabsahan proses, pelaksanaan pelepasan atau
pengadaan tanah dan ganti rugi;
e. Tanah objekLandreform, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai prosedur penegasan, status
penguasaan dan pemilikan, proses penetapan ganti rugi,
penentuan subjek objek dan pembagian tanah obyek
Landreform;
f. Tuntutan Ganti Rugi Partikelir, yaitu perbedaan persepsi,
11
kesediaan pemerintah untuk memberikan ganti kerugian atas
tanah partikelir yang dilikwidasi.
g. Tanah Ulayat, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,
kepentingan mengenai status Ulayat dan masyarakat hukum
adat di atas areal tertentu baik yang telah diterbitkan hak atas
tanah maupun yang belum, akan tetapi dikuasai oleh pihak
lain;
h. Pelaksanaan Putusan Pengadilan, yaitu perbedaan persepsi,
nilai atau pendapat, kepentingan mengenai putusan badan
peradilan yang berkaitan dengan subjek atau obyek hak atas
tanah atau mengenai prosedur penerbitan hak atas tanah
tertentu.
2. Penyelesaian Konflik Pertanahan
Di Indonesia, konflik pertanahan yang ada diselesaikan
melalui Pengadilan Umum dan Pengadilan Tata Usaha Negara.
Namun dari sekian banyaknya kasus yang masuk ke badan
peradilan tersebut, banyak yang diselesaikan dengan hasil yang
kurang memuaskan, sehingga berkembanglah pandangan di
masyarakat bahwa badan peradilan tidak optimal dalam
menyelesaikan sengketa pertahanan. Akibatnya, rasa keadilan
dan kepastian hukum yang diharapkan masyarakat tersebut tidak
terpenuhi, bahkan yang ada hanyalah persoalan baru yang
dampaknya justru memperburuk kondisi yang ada.
62
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku :
Adi, Rianto, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Granit. 2004.
Afiff, Suraya A,
dalam Yayasan Kemala,
Tanah Masih di Langit, Penyelesaian Masalah Penguasaan Tanah dan Kekayaan Alam di Indonesia yang tak Kunjung Tuntas di Era, Reformasi,Yayasan Kemala, 2005
ir dan dalam Hutan, Bogor, 19-22 Februari 2006.
_______, Pendapat Hukum Terhadap RPP Tatacara Penetapan dan Pengelolaan Hutan Adat,HuMa, Jakarta, 2009
Ali, Achmad, Menguak Teori Hukum dan Teori Keadilan, Termasuk Interprestasi Undang-Undang, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2009
AMAN,Memahami Dimensi-Dimensi Kemiskinan Masyarakat Adat,
AMAN & ICCO, Jakarta, 2010
Adib, Mohammad.Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar. 2010.
Arizona, Yance et.al, Dinamika Implementasi Pengakuan Hukum Hak Masyarakat Adat Atas Sumberdaya Alam, Learning Cetre-HuMa, Jakarta, 2010.
61
yang dituangkan dalam berita acara penyelesaian konflik
pertanahan di Mesuji Lampung.
2. Menginventarisasi ulang Jumlah Masyarakat Adat serta
masyarakat pendatang untuk dibuat kesepakatan penyelesaian
konflik pertanahan dengan Model Pemberdayaan.
3. Pengembalian tanah (inclave) ke masyarakat Adat MPTBM Lampung untuk dapat dikelola oleh masyarakat Hukum Adat
sebagai Hutan Adat.
4. Mencabut izin yang dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan SK
tahun 1997 pemegang pelaksana HGU PT. Silva Inhutani
Lampung yang diteruskan oleh PT. BSMI.
5. Selanjutnya apabila akan dikelola kembali oleh Perusahaan harus
ada komitmen dan perjanjian ulang dari model pemberdayaan
berupa kemitraan.
12
Pola-pola penyelesaian konflik pertanahan di luar pengadilan
yang dilakukan adalah : negosiasi, musyawarah mufakat dan
mediasi. Negosiasi dilakukan dengan jalan dimana para pihak
yang berkonflik duduk bersama untuk mencari jalan terbaik
dalam penyelesaian konflik dengan prinsip bahwa penyelesaian
itu tidak ada pihak yang dirugikan (win-win solution), kedua pihak tidak ada yang merasa dirugikan. Musyawarah mufakat
adalah langkah lebih lanjut dari negosiasi. Jika dalam negosiasi
tidak terdapat kesepakatan yang saling menguntungkan, maka
langkah lebih lanjut adalah melakukan musyawarah mufakat
dengan melibatkan pihak lain selaku penengah. Hasil
musyawarah tersebut selanjutnya dibuatkan surat kesepatakan
bersama yang ditandatangani oleh para pihak dan para saksi.
Mediasi memberikan kepada para pihak perasaan kesamaan
kedudukan dan upaya penentuan hasil akhir perundingan yang
dicapai menurut kesepakatan bersama tanpa tekananan atau
paksaan. Dengan demikian solusi yang dihasilkan mengarah
kepada win-win solution. Upaya untuk win-win solution itu ditentukan oleh beberapa faktor:
1. Proses pendekatan yang objektif terhadap sumber sengketa
lebih dapat diterima pihak-pihak yang memberikan hasil
yang saling menguntungkan, dengan catatan bahwa
pendekatan harus menitikberatkan pada kepentingan yang
menjadi sumber dan bukan pada posisi atau kedudukan para
13
2. Kemampuan yang seimbang dalam proses negosiasi atau
musyawarah. Perbedaan kemampuan tawar menawar akan
menyebabkan adanya penekanan oleh pihak satu terhadap
yang lain.
Dengan berjalannya waktu, penyelesaian konflik pertanahan
melalui ADR secara implisit dimuat dalam Peraturan Presiden
Nomor 10 tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional
(BPN). Dalam struktur organisasi BPN dibentuk satu
kedeputian, yaitu Kedeputian Bidang Pengkajian dan
Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan. BPN telah pula
menerbitkan Keputusan Kepala BPN No. 34 tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah
Pertanahan yang telah diganti dengan Peraturan Kepala BPN No.
3 tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan
Kasus Pertanahan. Dalam menjalankan tugasnya menyelesaikan
konflik pertanahan, BPN melakukan upaya antara lain melalui
mediasi.
3. Cara-cara Penyelesaian Konflik Pertanahan a. Litigasi
Litigasi adalah penyelesaian sengketa atau konflik yang
paling umum, yaitu melalui mekanisme membawa sengketa ke
pengadilan dimana hakin akan membuat putusan. Litigasi harus
berdasarkan aturan yang ketat dan mengikat. Saat ini Indonesia
sedang melakukan reformasi sistem hukum untuk mencapai hal
60
beserta kearifan lokalnya agar mendapat perlindungan dari
negara.
3) Bagi elemen masyarakat lainya agar tidak arogansi dalam sikap
dan perilaku dalam memperjuangkan hak-haknya tetap dalam
koridor hukum dan aturan.
4) Bagi akademisi, penelitian ini dapat digunakan untuk
memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya dengan topik
atau tema yang sama dalam perspektif yang berbeda, sehingga
penelitian ini juga dapat digunakan untuk membangun
penelitian lebih lanjut.
V. Rekomendasi
Untuk menyelesaikan konflik pertanahan di kawasan hutan
Register 45 Sungai Buaya, Pemerintah Pusat (Kementerian
Kehutanan), Pemerintah Provinsi Lampung, Pemerintah Kabupaten
Mesuji serta Instansi terkait duduk bersama, merumuskan
kesepakatan dan hal-hal yang berkaitan dalam pengelolaan
pertanahan di Mesuji yang melibatkan partisipatif masyarakat Adat
dan Pendatang.
Penyelesaian konflik pertanahan di Mesuji Lampung, harus
dilakukan langkah-langkah sbb :
1. Pemetaan kawasan areal Register 45, untuk dapat bersama sama
Tokoh Adat Megou Pak TBML dan Masyarakat bersama sama
59 IV. Implikasi
4.1.Secara Filosofis
Agar dapat berpengaruh pada Perubahan Paradigma berfikir;
baik menyangkut budaya, hukum dan sosialnaya,untuk Masyarakat
Hukum adat Megou Pak Tulang Bawang Mesuji Lampung,
Masyarakat pendatang, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat,
Penegak Hukum, Ormas dan LSM untuk dapat saling bekerjasama
dan dapat merumuskan hal-hal yang mendukung program model
pemberdayan masyarakat yang akan dibentuk.
4.2.Secara teoritis
Memperkaya pengembangan ilmu hukum, khususnya hukum di
bidang Kehutanan; kasus dan konflik Pertanahan, yang berkaitan
dengan pemberdayaan masyarakat secara berkeadilan. Pengkayaan
dan pengembangan hukum yang nantinya memberikan kontribusi
bagi penyelesaian konflik pertanahan di Mesuji Lampung.
4.3.Secara Praktis
1) Bagi Pemerintah dapat digunakan sebagai rujukan membuat
regulasi/ kebijakan model penyelesaian konflik pertanahan di
Mesuji Lampung yang dapat memberdayakan masyarakat
secara berkeadilan.
2) Bagi masyarakat hukum adat Megou Pak Mesuji Lampung
penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan evaluasi
eksistensi, motivasi dan inspirasi dalam memperjuangkan
identitas budaya serta bentuk perjuangan dalam
mempertahankan hak-hak masyarakat adat dan tradisional
14
tersebut. Proses litigasi bisa memakan waktu lama dan biaya
yang besar (termasuk biaya memperoleh perintah eksekusi dan
biaya lainnya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan eksekusi).
1) Dasar Hukum
Berikut adalah sumber hukum untuk penyelesaian sengketa
(gugatan perdata):
(1)Legalislature
a.HIR (Het Herzein Indonesisch Reglement) Stb. 1848 No. 16 Jonto Stb, 1941 No. 44 untuk wilayah Jawa dan
Madura.
b.RBg (Rechtsreglement Buitengewesten) Stb. 1927 No.
227 untuk wilayah di luar Jawa dan Madura.
c.BW: Buku IV of Burgelijke Wetboek Voor
Indonesisch.
d.RV (Reglement of de Burgelijk Rechtsvordering) Stb.
1847 No. 52 Jo. Stb. 1984 No. 63 Hukum Acara Perdata
untuk Golongan Eropa.
e.UU No. 20/1947 tentang Peradilan Ulangan di Jawa dan
Madura.
f. UU No. 04/2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
g.UU No. 14/1985 Jo, UU No. 5/2004 tentang Jaksa
Agung.
h.UU No. 2/1986 Jo, UU No. 8/2004 tentang Lingkungan
Peradilan Umum.
15 (2)Yurisprudensi.
Pada yurisprudensi, putusan hakim pada kasus yang tidak
diatur undang-undang dapat digunakan sebagai referensi
oleh hakim yang sedang menilai kasus serupa.
(3)Kebiasaan yang diadopsi oleh hakim dalam pemeriksaan
kasus perdata.
(4)Doktrin
(5)Perjanjian Internasional
RV Pasal 8 Ayat 3 mengatur rincian yang harus
dimasukkan dalam penyusunan aplikasi gugatan ke
Pengadilan Negeri. Penyertaan rincian berikut dapat
mempercepat proses pendaftaran gugatan;
a. Ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri.
b. Tanggal.
c. Ditandatangani oleh penggugat atau yang memiliki
surat kuasa
d. Identitas semua pihak (nama lengkap, alamat)
e. Fundamental Petendi, termasuk deskripsi sengketa dan dasar hukum atas gugatan.
f. Daftar tuntutan yang akan diputus di sidang setelah
aplikasi gugatan siap, penggugat atau pengacaranya
akan membawa gugatan ke Pengadilan Negeri dimana
tergugat terdaftar. Apabila ada lebih dari 1 tergugat,
maka gugatan dapat didaftarkan di salah satu
pengadilan negeri dimana salah satu tergugat terdaftar.
58
pagu anggaran tersendiri sehingga dapat mandiri dan
independen dalam penyelesaian konflik
(4)Kelembagaan khusus itu berupa Komisi Penyelesaian Konflik
Pertanahan yang di dalamnya tergabung SDM dari unsur
Kepolisian, Kejaksaan, BPN, Pemerintah Dalam Negeri
(Depdagri), Pemerintahan Desa Tertinggal (PDT), Kemetrian
Pekerjaan Umum (PU), dan Kementrian Kehutanan dan
Lingkungan Hidup, yang dapat melaksanakan model
penyelesaian konflik melalui pemberdayaan masyarakat.
(5)Model Pemberdayaan masyarakat berupa : Kemitraan
Terpadu Antara Perusahaan dan masyarakat di fasilitasi serta
diawasi, dimonitor serta di evaluasi oleh Pemerintah (Komisi
Penyelesaian Konflik Pertanahan).
(6)Model Pemberdayaan yang diprogramkan oleh Komisi
Penyelesaian Konflik Pertanahan berupa :
h. Hutan Sahabat Rakyat, kawasan konservasi dan serta madu
lebah hutan yang dibina secara berkelompok tani madu
hutan.
i. Hutan Desa, model hutan Tanaman Rakyat (HTR),
menanam sentra rotan, damar, jati, sengon dan sejenisnya
denga sistim tumpang sari, palawija, dan buah-buahan
57
pengelolaan oleh PT. BSMI, yang mengabaikan perjanjian
awal serta wan prestasi terhadap masyarakat dan plasmanya.
(4)Belum adanya kebijakan dan aturan menggunakan model
penyelesaiaan konflik pertanahan yang berbasis
pemberdayaan masyarakat berkeadilan di mesuji.
(5)Paradigma berfikir aparat penegak hukum dalam penyelesaian
konflik Mesuji terlihat sangat Positivistik, dengan cara
litigasi. Cara pandang serta berfikir dari penegak hukum yang
tekstual dan kontekstual, sehingga cenderung materialis,
pragmatis. Dalam melaksanakan tugas pengamanan serta
mengeluarkan masyarakat dari arel Register 45 dengan cara
memaksa sehingga ada perlawanan dari kelompok masyarakat
adat dan masyarakat pendatang di Mesuji.
3. Model Penyelesaian konflik pertanahan Mesuji Lampung yang
berbasis pemberdayaan masyarakat yang berkeadilan adalah sbb :
(1)Kebijakan Pemerintah untuk membuat Regulasi/ Payung
Hukum Undang-undang Khusus yang menangani Konflik
Pertanahan berikut cara-cara dan proses litigasi dan non
litigasi (mediasi).
(2)Membentuk Kelembagaan Khusus yang menangani persoalan
konflik pertanahan dan mempunyai konsep model
pemberdayaan masyarakat secara berkeadilan.
(3)Kelembagaan yang mempunyai kewenangan khusus dan
diberi anggaran khusus bersumber dari Pos APBN dan ada
16 b. Non Litigasi
Penyelesaian sengketa atau konflik melalui ADR.
Pada umumnya penyelesaian sengketa atau konflik tanah
dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui melalui pengadilan
(litigasi) dan penyelesaian sengketa di luar pengadilan
(non-litigasi). Penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan
seringkali menimbulkan permasalahan baru. Permasalahan baru
ini timbul apabila ada pihak yang tidak menerima hasil putusan
pengadilan yang memenangkan salah satu pihak. Permasalahan
lainnya timbul, yaitu apabila memperkarakan objek sengketa
yang sama ke lembaga peradilan yang berbeda. Seringkali
ditemui sengketa tanah yang diajukan ke Peradilan Umum (PU)
dan Peradilan Tata Usaha Negara PTUN. Keputusan antara PU
dan PTUN seringkali berbeda, oleh karena itu hal ini dapat
menimbulkan permasalahan baru dalam penyelesaian sengketa
tanah.
Penyelesaian sengketa melalui di luar pengadilan
(non-litigasi) merupakan penyelesaian sengketa yang sedang
dikembangkan saat ini. penyelesaian sengketa melalui jalur non-litigasi atau lebih dikenal dengan istilah Alternative Dispute Resolution (ADR), diatur dalam Undang-undang Nomor 9 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Mekanisme penyelesaian sengketa dengan cara ini digolongkan
dalam media non-litigasi yaitu merupakan penyelesaian konflik