• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan agroindustri dalam era globalisasi ditekankan pada berbagai komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif. Sektor kelautan dan perikanan sebagai sumber bahan alami mempunyai prospek yang cerah. Produksi perikanan pada tahun 2006 tercatat 7,39 juta ton, kontribusi terbesar berasal dari perikanan tangkap yaitu 4,77 juta ton, sedangkan perikanan budidaya berkontribusi 22,37 persen dari total produksi (Sukandar, 2007). Dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2005) yaitu produksi perikanan sebesar 6,86 juta ton (BPS, 2006), produksi perikanan tahun 2006 meningkat sebesar 7,70 persen. Peningkatan produksi pada tahun 2006 terjadi hampir di seluruh kegiatan usaha perikanan baik perikanan laut maupun perikanan budidaya.

Diantara hasil perikanan laut, teripang merupakan salah satu komoditas unggulan dan mempunyai potensi untuk dikembangkan, baik sebagai produk ekspor dalam bentuk mentah, produk olahan maupun sebagai bahan baku industri farmasi. Pada tahun 2004 hasil tangkapan teripang mencapai 184.631 ton (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2006). Dari tahun 2003 ke tahun 2004, hasil tangkapan teripang cenderung meningkat dengan peningkatan sebesar 51,37 persen.

Teripang, sebagai hasil laut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, karena banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun sebagai bahan yang mempunyai khasiat pengobatan untuk berbagai penyakit. Secara medis tubuh dan kulit teripang berkhasiat menyembuhkan penyakit ginjal, paru-paru, anemia, anti inflamasi dan mencegah arteriosklerosis serta penuaan jaringan tubuh. Teripang sejak lama dimanfaatkan sebagai makanan yang dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit, meningkatkan kesehatan dan sebagai aprodisiaka (Dance et aI., 2003), sedangkan di Indonesia teripang telah dimanfaatkan cukup lama terutama oleh masyarakat sekitar pantai sebagai bahan makanan (teripang kering, teripang kaleng, kerupuk teripang dan lain-lain) (Nuraini dan Wahyuni, 1989). Untuk konsumsi pasaran internasional, biasanya teripang diperdagangkan dalam bentuk segar, didinginkan, teripang beku, atau olahan berupa teripang kering (beche de-mer),

(2)

teripang yang diasinkan atau dalam produk awetan. Sebagian besar teripang yang diperdagangkan berupa produk olahan yaitu teripang kering.

Teripang termasuk anggota hewan berkulit duri (Echinodermata), yang bertubuh Iunak, dan bentuknya memanjang silindris. Diantara beberapa jenis teripang, ada tiga genus yang ditemukan di perairan Indonesia yaitu Holothuria, Muelleria dan Stichopus. Teripang putih atau teripang pasir (Holothuria scabra) merupakan jenis teripang yang paling banyak dibudidayakan dan diperdagangkan di Indonesia.

Daerah penyebaran teripang cukup Iuas, meliputi beberapa benua yaitu Asia, Oseania, Amerika, Afrika dan Eropa. Asia merupakan penghasil teripang terbesar di dunia yaitu sebesar 66,4% pada tahun 2001, dengan negara-negara penghasil utama adalah Jepang, Indonesia, Filipina, dan Korea (Vannuccini, 2004). Penyebaran teripang di Indonesia meliputi perairan Pantai Madura, Bali, Lombok, Aceh, Bengkulu, Bangka, Riau dan sekitarnya, Belitung, Kalimantan (bagian barat, timur dan selatan), Sulawesi, Maluku, Timor dan Kepulauan Seribu. Daerah penghasil teripang terbesar adalah Sulawesi Tengah, disusul Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2006).

Sampai saat ini penelitian teripang yang sudah dilakukan antara lain mengenai teknik budidaya, daerah potensi penyebaran dan ekologi (Aziz, 1987; Nuraini dan Wahyuni, 1989; Aziz 1997; Mercier et al., 1999; Džeroski dan Drumm, 2003), teknologi pengolahan (Wibowo et al., 1997), aktivitas antibakteri teripang

Cucumaria frondosa (Haug et al., 2002), aktivitas antijamur teripang Psolus

patagonicus (Murray, 2001), isolasi enzim arginin kinase pada teripang Stichopus japonicus (Guo et al., 2003), aktivitas serum amyloid A pada teripang Holothuria glaberrina (Cardona et al., 2003), struktur glikosida pada teripang Stichopus mollis (Moraes et al., 2004), dan isolasi fucan sulfat pada teripang Stichopus japonicus sebagai penghambat osteoclastogenesis (Kariya et al., 2004)

.

Meskipun berbagai manfaat zat aktif teripang telah banyak dilaporkan, tetapi penelitian mengenai pemanfaatan komponen atau bahan aktif di dalam teripang pasir (Holothuria scabra) yang diyakini oleh masyarakat di sekitar pantai merupakan aprodisiaka belum dilakukan.

Efek aprodisiaka pada teripang diduga disebabkan adanya kandungan steroid dalam teripang tersebut. Steroid merupakan hormon kelamin yang dihasilkan oleh

(3)

kelenjar testis dan adrenal. Kelenjar testis yang terdapat pada bagian gonad menghasilkan hormon steroid dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan kelenjar adrenal.

Aprodisiaka umumnya merupakan bahan yang mengandung hormon steroid terutama testosteron yang dapat meningkatkan vitalitas Iaki-Iaki. Selain itu hormon steroid juga mengatur pertumbuhan organ kelamin Iaki-laki, fungsi reproduksi, dan perilaku seksual, serta mempunyai efek anabolik protein yaitu meningkatkan densitas tulang, massa sel darah merah dan massa otot. Hormon tersebut juga dapat digunakan sebagai terapi hormon pengganti bagi manusia pada kondisi kekurangan hormon (hormone deficiency) (Craig dan Stitzel, 1997).

Aprodisiaka yang diperdagangkan selama ini sebagian besar berasal dari senyawa sintetik, dimana senyawa sintetik mempunyai beberapa kelemahan yaitu tidak mudah diuraikan dalam tubuh dan kadang menimbulkan efek samping yang tidak dikehendaki, sedangkan senyawa alami mempunyai kelebihan mudah diserap oleh tubuh dan efek samping yang ditimbulkan sedikit (Wiryowidagdo, 2005). Selain hal tersebut akhir-akhir ini kalangan masyarakat cenderung Iebih menyukai obat dari bahan alami daripada obat-obatan sintetik. Salah satu penyebabnya yang diyakini hingga saat ini adalah pemanfaatan obat-obat alami relatif Iebih aman daripada penggunaan obat sintetik. Kecenderungan di atas telah meluas ke berbagai negara di seluruh dunia dan dikenal sebagai “gelombang hijau baru” (new green wave) atau trend gaya hidup kembali ke alam (back to nature). Potensi pemanfaatan teripang sebagai sumber alami steroid cukup tinggi, oleh karena itu ekstraksi bioaktif hormon steroid yang ada dalam teripang merupakan kajian yang perlu diteliti agar potensi ekonomis dari teripang dapat tergali. Selain itu juga diharapkan akan dapat memberikan nilai tambah teripang, dan devisa bagi Indonesia.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data identifikasi dan karakterisasi steroid teripang serta pemanfaatan teripang sebagai bahan baku aprodisiaka alami guna peningkatan nilai tambah teripang, sedangkan tujuan spesifiknya adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui jenis dan bagian teripang yang paling banyak mengandung steroid.

(4)

2. Mendapatkan data identifikasi dan karakterisasi steroid yang terdapat pada teripang.

3. Mendapatkan formulasi aprodisiaka.

4. Mendapatkan gambaran analisa finansial dan analisa nilai tambah produk yang dihasilkan.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Seleksi jenis teripang meliputi teripang gamat (Stichopus variegatus), teripang hitam (Holothuria nobilis) dan teripang pasir (Holothuria scabra).

2. Bagian tubuh teripang yang diteliti meliputi bagian gonad, jeroan dan daging. 3. Identifikasi dan karakterisasi senyawa steroid meliputi uji keberadaan steroid

(Liebermann-Burchard) dan penentuan bobot molekul serta rumus molekulnya.

4. Pengujian aktivitas steroid dilakukan dengan bioassay menggunakan mencit (Mus musculus) jantan untuk melihat perilaku seksual, kualitas spermatozoa dan bobot alat kelamin.

5. Formulasi aprodisiaka untuk manusia laki-laki, dengan metode ekstrapolasi. 6. Analisa kelayakan proyek meliputi analisa finansial dan analisa nilai tambah

agroindustri aprodisiaka dari teripang.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis utama dari penelitian ini adalah produk teripang dapat dijadikan aprodisiaka pada manusia (laki-laki) sehingga dapat memberikan nilai tambah pada teripang, sedangkan hipotesis spesifiknya adalah sebagai berikut :

1. Teripang mengandung steroid.

2. Bagian gonad, jeroan dan daging teripang mengandung steroid. .

3. Hasil pengujian bioassay terbaik memungkinkan produk teripang untuk diaplikasikan dalam bentuk sediaan sebagai aprodisiaka.

4. Produk aprodisiaka dari teripang memberikan nilai tambah pada teripang dan secara finansial industri berbasis teripang layak untuk dikembangkan.

(5)

Kerangka Pemikiran

Steroid merupakan hormon seksual yang dikeluarkan oleh testis dan kelenjar adrenal (Craig dan Stitzel, 1997) pada hewan dan manusia. Guna mendapatkan rendemen dan konsentrasi steroid yang tinggi maka pada penelitian ini dilakukan pemilihan jenis teripang dan bagian tubuh teripang yang paling banyak mengandung steroid.

Identifikasi dan karakterisasi steroid teripang yang dihasilkan diperlukan untuk menentukan senyawa yang terkandung di dalamnya, bobot molekul dan struktur kimia dari senyawa tersebut. Identifikasi senyawa steroid dilakukan dengan uji warna (Lieberman-Burchard). Bobot molekul dan struktur kimia suatu bahan dapat diketahui dengan menggunakan LC-MS (Liquid Chromatography Mass Spectroscopy), FT-IR (Fourier Transform Infra Red) dan NMR (Nuclear Magnetic Resonance).

Produk tepung teripang, ekstrak lemak teripang dan ekstrak steroid teripang diduga mengandung senyawa aktif steroid yang dapat digunakan sebagai aprodisiaka, yaitu suplemen yang dapat meningkatkan libido manusia (laki-laki). Sebelum dikonsumsi oleh manusia diperlukan pengujian terdahulu pada hewan percobaan. Mencit (Mus musculus) merupakan salah satu hewan percobaan yang sudah teridentifikasi dengan jelas (Jacoby dan Fox, 1984) dan mempunyai aktivitas seksual yang menyerupai manusia, sehingga hewan tersebut digunakan sebagai hewan percobaan dalam penelitian ini. Perlakuan yang diberikan pada mencit tersebut adalah jenis produk dan dosis kandungan steroid. Selanjutnya diteliti respon perlakuan tersebut terhadap perilaku seksual, kadar hormon testosteron, kualitas spermatozoa (morfologi sperma, konsentrasi, motilitas, dan normalitas spermatozoa) dan bobot alat kelamin. Hasil penelitian bioassay pada mencit jantan yang berkaitan dengan jenis produk yang tepat dan dosis penggunaan efektif dapat dijadikan data dasar untuk aplikasi pada manusia (Harmita dan Radji, 2004) sebagai aprodisiaka. Formulasi produk pada manusia laki-laki dilakukan dengan ekstrapolasi data hasil pengujian bioassay tersebut.

Analisa finansial dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan ekonomis suatu proyek perancangan dan pengembangan industri aprodisiaka berbahan dasar teripang. Beberapa kriteria investasi yang digunakan dalam menentukan kelayakan suatu usaha adalah NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C

(6)

(Net Benefit Cost ratio), PBP (Payback Period) dan BEP (Break Even Point) (Gittinger, 1986; Sutojo, 2000).

Sebagai kriteria perancangan dan pengembangan produk aprodisiaka juga digunakan konsep nilai tambah, yaitu nilai yang tercipta dari kegiatan mengubah input pertanian menjadi produk pertanian atau yang tercipta dari kegiatan mengolah hasil pertanian menjadi produk akhir (Gumbira-Sa’id dan lntan, 2000). Penghitungan nilai tambah salah satu diantaranya dapat dilakukan dengan menggunakan metode Hayami dan Kawagoe (1993).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal di atas peneliti ingin melakukan penelitian terhadap umbi porang jenis Amorphophalus paeniifolius (Dennst) Nicolson untuk mengetahui kondisi

Dalam penelitian yang di laksanakan di MTs Futuhiyyah 2 Mranggen Demak, penulis memilih penilaian atau evaluasi yang berpusat pada penerapan metode. Dalam penerapan

Seperti saat teman-teman dari jurusan tari akan mengadakan pertunjukan dalam rangka membantu perpisahan KKN Universitas Muhammadiyah Malang yang pada saat itu juga sedang

Hanya pengetahuan yang diperoleh dengan disiplin berpikir dan bekerja yang sesuai dengan standar akademik dapat digolongkan sebagai teori yang menjadi bagian suatu bidang

Oleh karena itu penulisan konten dalam buku publikasi batik Banyumas menggunakan jenis huruf serif roman yang menimbulkan kesan klasik dan elegan.. Hal yang harus diperhatikan

Berbagai hotel atau penginapan syariah dan non syariah di obyek wisata Telaga Sarangan terdapat 18 hotel yang tidak efisien, hal ini ditunjukkan dengan TE

Nasution (2004) menyatakan Pelanggan adalah semua orang yang menuntut perusahaan untuk memenuhi suatu standar kualitas tertentu yang akan memberikan pengaruh

64 Penulis memaparkan data penelitian tentang persepsi pimpinan bank syariah terhadap kualitas karyawan bank yang berasal dari fakultas syariah dan ekonomi islam IAIN