• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran tentang suhu dan pengukurannya berdasarkan pengalaman langsung di kelas VII SMP Kanisius Bambanglipuro Bantul - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pembelajaran tentang suhu dan pengukurannya berdasarkan pengalaman langsung di kelas VII SMP Kanisius Bambanglipuro Bantul - USD Repository"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMBELAJARAN TENTANG SUHU DAN PENGUKURANNYA BERDASARKAN PENGALAMAN LANGSUNG

DI KELAS VII SMP KANISIUS BAMBANGLIPURO BANTUL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Maria Yeni Wijayanti

NIM. 031424012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Oh... my love for the first time in my life, My eyes are wide open

Oh my lover for the first time in my life, My eyes can see

I see the wind oh... I see the tree Everything is clear in my heart I see the clouds oh... I see the sky

Everything is clear in my world Oh... my love for the first time in my life,

My mind is wide open

Oh... my lover for the first time in my life, My mind can feel

I feel the sorrow oh... I feel dreams Everything is clear in my heart

I feel life oh... I feel love Everything is clear in my world

(John Lennon)

Seperti bapa sayang kepada anak – anaknya,

demikian TUHAN sayang kepada orang – orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita,

Dia ingat, bahwa kita ini debu

Ada pun manusia hari – harinya seperti rumput, Seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga.

Apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia,

dan tempatnya tidak mengenalnya lagi.(Mazmur 103 : 13 – 16) Tetapi kepada manusia Ia berfirman:

“Sesungguhnya, takut akan TUHAN, itulah hikmat,

Dan menjauhi kejahatan itulah akal budi”(Ayub 28 : 28)

Sekalipun orang memberikan segala sesuatu yang ia miliki untuk cinta, Dengan hinaan dan cemoohan orang akan menyusahkannya.(Kidung Agung 8 :7c)

“Cinta yang hakiki itu

tidak semakin bertambah karena kasih sayang dan tidak berkurang karena sikap dingin.”(Imam Al-Bana)

Jika saudaramu melakukan suatu kesalahan Ingatlah seribu kebaikannya.(Muna Shalah)

(5)
(6)

vi

ABSTRAK

Maria Yeni Wijayanti, “Pembelajaran tentang Suhu dan Pengukurannya

Berdasarkan Pengalaman Langsung di Kelas VII SMP Kanisius

Bambanglipuro Bantul”. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2010.

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 14 Agustus – 08 September 2009 di SMP Kanisius Bambanglipuro Bantul dengan sampel siswa VII A dan VII B. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan – kemampuan yang dapat dikembangkan siswa, mengetahui pengalaman – pengalaman yang diperoleh siswa, mengetahui apakah mampu meningkatkan motivasi siswa, dan mengetahui apakah mampu meningkatkan pemahaman siswa pada pokok bahasan “Suhu dan Pengukurannya” melalui pembelajaran berdasarkan pengalaman langsung. Metode yang digunakan adalah eksperimen dan studi lapangan serta di dalamnya terdapat diskusi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kedua metode tersebut. Data penelitian diperoleh dari dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kinerja Ilmiah Siswa (LKIS), kuesioner terbuka (refleksi pengalaman siswa), pengamatan (keterlibatan siswa), kuesioner tertutup (kuesioner motivasi awal – akhir siswa), dan pre-post test. Data diolah secara kualitatif (kemampuan yang dapat dikembangkan siswa dan pengalaman yang diperoleh siswa) maupun kuantitatif (peningkatan motivasi dan pemahaman siswa dengan bantuan statistik model Test-T).

(7)

vii

ABSTRACT

Maria Yeni Wijayanti, “Teaching and Learning on The Temperature and Measurements Based-on Direct Experience at the VII class of Canisius Junior High School Bambanglipuro Bantul”, Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta, 2010.

The research conducted from August 14th to September 08th 2009 at Canisius Junior High School Bambanglipuro Bantul with student samples VII A and VII B. This research purposes to determine the abilities of students that can be developed, knowing whether to increase student motivation, and knowing whether to increase students' understanding on the subject of "The temperature and the Measurements" through teaching and learning based-on direct experience. The method using experiments and field studies as well as where there is discussion as an integral part of both methods

Data obtained from the research document Teaching and Learning Implementation Plan, Saintificly’s Worksheet Student, an open questionnaire (students’ experiences of reflection), the observations (students’ involvement), the questionnaire covered (initial-final motivation of the students), and pre-post test. Processed data qualitately (traffic that can be developed the students and gained experience students) and quantitatively (increased motivation and understanding used statistic Test-T models).

(8)
(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Rahim, Maha Kasih, dan Maha Kuasa karena kebahagian semesta ini adalah anugerah Tuhan dan tidak ada yang dapat menggagalkan kepastian atau kehendak-Nya. Karena DIA-lah, akhirnya penyusunan skripsi ini dapat selesai.

Skripsi yang penulis susun ini merupakan suatu bentuk penelitian dan tugas akhir sehingga menjadi syarat utama untuk mendapatkan gelar srata satu Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitan ini dapat selesai karena mendapat banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku pengajar dan dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Yayasan Misereor Jerman yang selama ± 3 tahun terakhir membantu secara financial dan memberikan pendampingan bagi keberlangsungan studi penulis. 3. Bapak Drs. Domi Saverinus, M.Si. selaku pengajar dan Kaprodi Pendidikan

Fisika.

(10)

x

5. Bapak Mardonius Marjana, S.Pd. selaku kepala sekolah SMP Kanisius Bambanglipuro Bantul yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian.

6. Bapak Agustinus Dibyo Sriyanto selaku guru mata pelajaran fisika SMP Kanisius Bambanglipuro Bantul yang telah banyak membantu selama proses penelitian.

7. Bapak Teguh selaku karyawan SMP Kanisius Babanglipuro Bantul yang telah membantu selama proses penelitian.

8. Siswa VII A dan VII B SMP Kanisius Bambanglipuro Bantul yang membantu penulis dengan menjadi sampel penelitian.

9. Yohana P. Mat’03, Wiwik Budiyani, Antok Banjarwaru, Dewi Cilacap P.Fis’03, Maya P. Fis’05, Agata P. Fis’03, Rita, dan Mas Antok Kedon yang telah membantu dalam pengambilan data dan dokumentasi serta pengadaan sarana dan prasarana.

10. Para dosen, staf, dan karyawan Universitas Sanata Dharma.

11. Semua pihak yang berada di belakang dan telah banyak membantu tanpa pamrih.

Akhir kata, penulis berharap penelitian ini dapat memberi manfaat bagi setiap pembaca meskipun terdapat banyak kekurangan, kelemahan, dan keterbatasan. Semoga kritikan dari pembaca membangun serta menyempurnakan tulisan ini. Terima kasih.

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tinjauan Pustaka ... 3

1. Konstruktivisme sebagai Landasan Filsafat Pengetahuan ... 3

2. Teori Belajar Kognitif Gestalt sebagai Landasan Teori dalam Pembelajaran ... 4

3. Pendekatan Proses dalam Pembelajaran IPA ... 10

(12)

xii

5. Pembelajaran IPA Berdasarkan Pengalaman Langsung ... 16

a. Pembelajaran IPA Berdasarkan Pengalaman Langsung sebagai Bentuk Strategi Pembelajaran ... 16

b. Karakteristik Pembelajaran IPA Berdasarkan Pengalaman Langsung ... 17

c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran IPA Berdasarkan Pengalaman Langsung ... 18

d. Metode Pembelajaran IPA Berdasarkan Pengalaman Langsung...19

e. Prosedur Pembelajaran IPA Berdasarkan Pengalaman Langsung ... 21

f. Penilaian Pembelajaran IPA Berdasarkan Pengalaman Langsung ... 23

6. Motivasi ... 23

a. Definisi Motivasi ... 23

b. Aspek Motivasi ... 24

c. Teori Motivasi ... 24

d. Motivasi Belajar IPA (Fisika) ... 25

7. Materi Suhu dan Pengukurannya ... 27

a. Suhu ... 28

b. Alat Ukur Suhu (Termometer) ... 31

C. Rumusan Masalah ... 38

D. Batasan Masalah ... 38

(13)

xiii

F. Manfaat Penelitian ... 39

BAB II. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 41

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 41

C. Partisipan Penelitian ... 41

D. Treatment Penelitian ... 42

E. Desain Penelitian ... 43

F. Metode Pengumpulan Data ... 47

G. Instrumen Penelitian ... 48

H. Validitas ... 49

I. Metode Analisis Data ... 50

BAB III. DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 62

B. Data dan Analisis Data ... 66

1. Kemampuan – kemampuan apa yang dapat dikembangkan siswa melalui pemberian pengalaman belajar pada pokok bahasan “Suhu dan Pengukurannya”?... 66

2. Pengalaman – pengalaman apa yang diperoleh siswa melalui pembelajaran berdasarkan pengalaman langsung pada pokok bahasan “Suhu dan Pengukurannya”?... 83 3. Apakah pembelajaran berdasarkan pengalaman langsung

(14)

xiv

“Suhu dan Pengukurannya”?... 102

4. Apakah pembelajaran berdasarkan pengalaman langsung meningkatkan pemahaman siswa pada pokok bahasan “Suhu dan Pengukurannya”?... 105

C. Pembahasan 1. Kemampuan – kemampuan yang dapat dikembangkan siswa melalui pemberian pengalaman belajar pada pokok bahasan “Suhu dan Pengukurannya”... 108

2. Pengalaman – pengalaman yang diperoleh siswa melalui pembelajaran berdasarkan pengalaman langsung pada pokok bahasan “Suhu dan Pengukurannya”... 118

3. Pembelajaran berdasarkan pengalaman langsung meningkatkan motivasi belajar fisika pada pokok bahasan “Suhu dan Pengukurannya”... 154

4. Pembelajaran berdasarkan pengalaman langsung meningkatkan pemahaman siswa pada pokok bahasan “Suhu dan Pengukurannya”?... 157

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 162

B. Saran ... 164

DAFTAR PUSTAKA ... 166

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Titik Tetap Bawah & Atas serta Rentang Skala dari Termometer

R, C, F, & K ... 37

Tabel 2. Analisis Jawaban Siswa dari LKIS ... 51

Tabel 3. Analisis Siswa Mengkomunikasikan Hasil Pengamatan secara Lisan ... 51

Tabel 4. Analisis Kesimpulan Siswa dari LKIS ... 51

Tabel 5. Kemampuan yang dapat dikembangkan Siswa dan Realisasi Pencapaian Indikator ... 51

Tabel 6. Persentase Realisasi/Pencapaian Indikator ... 52

Tabel 7. Kegiatan Belajar Siswa Kelas ...selama Pembelajaran ...52

Tabel 8. Faktor – faktor yang Membuat Eksperimen/Studi Lapangan Berjalan Lancar/Tidak Lancar ... 53

Tabel 9. Pengakuan Pengalaman Siswa setelah Mengikuti Pembelajaran ... 53

Tabel 10. Perubahan Sikap Siswa setelah Mengikuti Pembelajaran ... 53

Tabel 11. Format Keterlibatan Siswa ... 54

Tabel 12. Lembar Kriteria Penilaian untuk Keterlibatan Siswa selama Pembelajaran (Eksperimen & Studi Lapangan) ... 54

Tabel 13. Persentase Keterlibatan Siswa Selama Pembelajaran (Eksperimen/Studi Lapangan) ... 55

Tabel 14. Interval untuk Tingkat Keterlibatan Siswa/Kelas ...…………..…...… 55

Tabel 15. Tingkat Keterlibatan Siswa …... 56

(16)

xvi

Tabel 17. Lembar Kriteria Penilaian untuk Motivasi Belajar Fisika ... 56

Tabel 18. Skor Motivasi Awal – Akhir Belajar Fisika ... 57

Tabel 19. Perbedaan Skor Tiap Subjek ... 58

Tabel 20. Skor Pre – Post Test ... 60

Tabel 21. Perbedaan Skor Tiap Subjek ... 60

Tabel 22. Kemampuan yang dapat dikembangkan Siswa dan Realisasi/Pencapaian dari Indikator ... 82

Tabel 23. Persentase Realisasi/Pencapaian Indikator ... 83

Tabel 24. Kegiatan Belajar Siswa VII A selama Pembelajaran ... 84

Tabel 25. Faktor – faktor yang Membuat Eksperimen “Suhu dan Termometer” Berjalan Lancar/Tidak Lancar ... 85

Tabel 26. Pengakuan Pengalaman Siswa VII A setelah Mengikuti Pembelajaran ... 85

Tabel 27. Perubahan Sikap Siswa VII A setelah Mengikuti Pembelajaran ... 86

Tabel 28. Kegiatan Belajar Siswa VII B selama Pembelajaran ... 86

Tabel 29. Faktor – faktor yang Membuat Eksperimen “Suhu dan Termometer” Berjalan Lancar/Tidak Lancar ... 87

Tabel 30. Pengakuan Pengalaman Siswa VII B setelah Mengikuti Pembelajaran ... ... 87

Tabel 31. Perubahan Sikap Siswa VII B setelah Mengikuti Pembelajaran ... 88

Tabel 32. Kegiatan Belajar Siswa VII A selama Pembelajaran ... 88

(17)

xvii

Mengikuti Pembelajaran ... 89 Tabel 35. Perubahan Sikap Siswa VII A setelah Mengikuti Pembelajaran ... 90 Tabel 36 . Kegiatan Belajar Siswa VII B selama Pembelajaran ... 90 Tabel 37. Faktor – faktor yang Membuat Studi Lapangan “Mengukur

Suhu di Lingkungan Luar” Berjalan Lancar/Tidak Lancar ... 91 Tabel 38. Pengakuan Pengalaman Siswa VII B setelah

Mengikuti Pembelajaran ... 91 Tabel 39. Perubahan Sikap Siswa VII B setelah Mengikuti Pembelajaran ... 91 Tabel 40. Kegiatan Belajar Siswa VII A selama Pembelajaran ... 92 Tabel 41. Faktor – faktor yang Membuat Eksperimen “Membuat Skala

Termometer Celcius” Berjalan Lancar/Tidak Lancar... 93 Tabel 42. Pengakuan Pengalaman Siswa VII A setelah

Mengikuti Pembelajaran ... 93 Tabel 43. Perubahan Sikap Siswa VII A setelah Mengikuti Pembelajaran ... 94 Tabel 44. Kegiatan Belajar Siswa VII B selama Pembelajaran ... 94 Tabel 45. Faktor – faktor yang Membuat Eksperimen “Membuat Skala

Termometer Celcius” Berjalan Lancar/Tidak Lancar ... 95 Tabel 46. Pengakuan Pengalaman Siswa VII B setelah

Mengikuti Pembelajaran ... 95 Tabel 47. Perubahan Sikap Siswa VII B setelah Mengikuti Pembelajaran ... 95 Tabel 48. Tingkat Keterlibatan Siswa VII A untuk Eksperimen

“Suhu dan Termometer” ... 96 Tabel 49. Tingkat Keterlibatan Kelas VII A untuk Eksperimen

(18)

xviii

Tabel 50. Tingkat Keterlibatan Siswa VII B untuk Eksperimen

“Suhu dan Termometer” ... 97

Tabel 51. Tingkat Keterlibatan Kelas VII B untuk Eksperimen “Suhu dan Termometer” ... 98

Tabel 52. Tingkat Keterlibatan Siswa VII A untuk Studi Lapangan “Mengukur Suhu di Lingkungan Luar” ... 98

Tabel 53. Tingkat Keterlibatan Kelas VII A untuk Studi Lapangan “Mengukur Suhu di Lingkungan Luar” ... 99

Tabel 54. Tingkat Keterlibatan Siswa VII B untuk Studi Lapangan “Mengukur Suhu di Lingkungan Luar” ... 99

Tabel 55. Tingkat Keterlibatan Kelas VII B untuk Studi Lapangan “Mengukur Suhu di Lingkungan Luar” ... 100

Tabel 56. Tingkat Keterlibatan Siswa VII A untuk Eksperimen “Membuat Skala Termometer Celcius” ... 100

Tabel 57. Tingkat Keterlibatan Kelas VII A untuk Eksperimen “Membuat Skala Termometer Celcius” ... 101

Tabel 58. Tingkat Keterlibatan Siswa VII B untuk Eksperimen “Membuat Skala Termometer Celcius” ... 101

Tabel 59. Tingkat Keterlibatan Kelas VII B untuk Eksperimen “Membuat Skala Termometer Celcius” ... 102

Tabel 60. Skor Kuesioner Motivasi Awal – Akhir Siswa VII A ... 102

Tabel 61. Skor Kuesioner Motivasi Awal – Akhir Siswa VII B ... 104

Tabel 62. Skor untuk Pre – Post Test Siswa VII A ... 105

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Konsep Suhu dan Pengukurannya ... 27

Gambar 2. Termometer Zat Cair ... 31

Gambar 3. Termometer R, C, F, dan K ... 37

Gambar 4. Desain Penelitian ... 43

Gambar 5. Daerah Rejeksi untuk Motivasi Siswa ... 59

Gambar 6. Daerah Rejeksi untuk Pemahaman Siswa ... 61

Gambar 7. Daerah Rejeksi untuk Motivasi Siswa Kelas VII A ... 154

Gambar 8. Daerah Rejeksi untuk Motivasi Siswa Kelas VII B ... 154

Gambar 9. Daerah Rejeksi untuk Pemahaman Siswa Kelas VII A ... 157

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 167

Lampiran 2. Lembar Kinerja Ilmiah Siswa (LKIS) ... 175

Lampiran 3. Pengalaman Siswa... 193

Lampiran 4.Keterlibatan Siswa ... 199

Lampiran 5. Kuesioner Motivasi Awal ... 202

Lampiran 6. Kuesioner Motivasi Akhir ... 204

Lampiran 7. Soal Pre test ... 207

Lampiran 8. Soal Post Test... 210

Lampiran 9.Transkrip Pengalaman Siswa VII A ... 214

Lampiran 10. Transkrip Pengalaman Siswa VII B ... 227

Lampiran 11. Transkrip Keterlibatan Siswa VII A ... 237

Lampiran 12. Transkrip Keterlibatan Siswa VII B ... 240

Lampiran 13. LKIS yang telah diisi Siswa ... 243

Lampiran 14. Dokumentasi Kegiatan Siswa ... 261

Lampiran 15. Daftar Siswa ... 264

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan prinsip belajar “Learning by Doing” (belajar sambil melakukan) pembelajaran wajib memperhatikan kebutuhan murid dengan melibatkan murid dalam setiap aktivitas. Kebutuhan murid yang tidak dapat diabaikan adalah pada perolehan pengalaman langsung. Melalui pengalaman langsung, murid dihadapkan pada situasi – situasi nyata dan bukan situasi pengganti sehingga memungkinkan murid untuk melakukan observasi dan beraktivitas langsung menggunakan kerja tangan sebagai bentuk dari ketrampilan psikomotorik.

Dalam bidang IPA (fisika), pengalaman langsung tidak hanya penting tapi juga mendasar bagi pembelajaran IPA (fisika) itu sendiri. Fisika sebagai cabang dari IPA dan bagian dari sains dalam setiap aktivitasnya tidak cukup hanya melalui minds-on (berpikir rasional saja) tetapi juga harus melalui hands-on (aktivitas langsung), seperti layaknya ilmuwan ketika melakukan penyelidikan untuk menjelajah alam ini.

Kerja ilmiah seperti kerja laboratorium dapat menjembatani dan memberi kesempatan kepada murid untuk memperoleh pengalaman langsung sebanyak mungkin. Laboratorium tidak harus laboratorium konvensional yang dimiliki ilmuwan di ruangan tertutup dengan alat dan bahan modern. Alam justru merupakan laboratorium terluas dan penuh misteri karena banyak fenomena

(22)

alam yang belum terpecahkan. Hal ini berlaku pula bagi pembelajaran fisika karena kegiatan laboratorium tidak harus menggunakan peralatan dan bahan modern. Dengan alat dan bahan sederhanapun kerja laboratorium tetap dapat berlangsung dengan tetap diperoleh kesamaan konseptual apabila bekerja dengan.peralatan dan bahan modern.

Pembelajaran berdasarkan pengalaman langsung memiliki dampak yang positif bagi murid. Dengan pengalaman langsung murid melakukan pengamatan/observasi yang mampu memberikan informasi yang dapat langsung dihayati. Informasi ini memberikan pengalaman fisik bagi murid kemudian pengalaman fisik ini menjadi dasar bagi pembentukan pengetahuan. Dalam pengalaman langsung juga mendorong murid untuk belajar dengan lebih termotivasi.

(23)

B. Tinjauan Pustaka

1. Konstruktivisme sebagai Landasan Filsafat Pengetahuan

Konstruktivisme merupakan salah satu landasan filsafat pengetahuan. Sebagai filsafat pengetahuan, konstruktivisme membatasi diri pada bagaimana pengetahuan itu dibentuk dan bagaimana pengetahuan itu dianggap benar. Pengetahuan dibentuk melalui pengalaman menyerupai empirisme dan pengetahuan itu dapat dibenarkan bila dapat digunakan merupakan pragmantisme. Dalam pendidikan sains/IPA (fisika) sebagai ilmu empirik banyak terdapat kegiatan yang dipengaruhi oleh empirisme. Menurut Staver (1986) dalam Suparno (1997 : 27), konstruktivisme merupakan sintesis pandangan rasionalis dan empiris, yakni terjadi interaksi antara subjek dan objek, antara realitas eksternal dan internal.

Menurut von Glaserfeld (1989) dan Matthews (1994) dalam Suparno (1997 : 18), konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Dikutip pula dalam Suparno (1997 : 20) menurut von Glasersfeld bahwa dalam proses konstruksi, diperlukan beberapa kemampuan sebagai berikut: (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan, (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan, dan (3) kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari pada yang lain.

(24)

konstruktivisme, aspek penting dalam pendidikan adalah bahwa dalam proses belajar siswa harus terlibat aktif. Siswalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuannya dan bertanggung jawab terhadap hasil belajar mereka.

Pengetahuan yang banyak terdapat dalam fisika adalah pengetahuan fisik dan pengetahuan logika matematik. Sesuai dengan konstruktivisme, kedua pengetahuan ini tidak dapat secara utuh dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran murid atau tidak dapat diteruskan dalam bentuk sudah jadi. Setiap anak harus membangun sendiri pengetahuan – pengetahuan itu.

2. Teori Belajar Kognitif Gestalt sebagai Landasan Teori dalam Pembelajaran

Teori belajar kognitif menekankan pada cara – cara seseorang menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disimpan dalam pikirannya secara efektif. Oleh karena itu dalam teori belajar kognitif siswa belajar bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan ditransformasikan sebagai pengetahuan yang melibatkan proses – proses mental/pikiran di dalamnya.

Teori belajar kognitif berkembang dengan ditandai lahirnya teori Gestalt oleh Kurt Koffka, Wolfgang Kohler, dan Wertheimer. Teori belajar kognitif dikembangkan dari studi pengamatan sampai pada pemahaman (insight) yang melibatkan suatu aktivitas di dalamnya. Ini menunjuk pada kegiatan “si belajar” dalam pengorganisasian dunianya sendiri.

(25)

configurationism (konfigurasi), whole psychology (psikologi keseluruhan), hal, peristiwa, hakekat, esensi, totalitas, dsb. Oleh karena itu, para ahli sepakat untuk tetap menggunakan istilah “Gestalt” tanpa menerjemahkannya ke dalam bahasa lain.

Gestalt mempunyai pandangan bahwa pengamatan adalah pintu pengembangan kognisi. Pendapat ini didasarkan atas kenyataan bahwa apa yang dipikirkan dan dipelajari merupakan hasil pengamatan; bahwa berpikir dan belajar pada hakekatnya pengubahan struktur kognisi. Di dalam gestalt terdapat hukum – hukum dalam pengamatan yang dalam penerapannya mampu membuat terjadinya perubahan pada struktur kognisi seseorang. Menurut Mappa dkk. (1984 : 9), hukum – hukum yang berlaku dalam bidang pengamatan juga berlaku dalam bidang berpikir dan belajar. Kelima hukum gestalt dalam pengamatan sbb: 1) HukumPragnanz(penuh arti)

Hukum ini menyatakan bahwa pengamatan terhadap suatu objek cenderung untuk dikaitkan dengan suatu yang mempunyai arti dilihat dari susunan, bentuk, ukuran, warna, dsb.

2) Hukum Kesamaan (Law of Similarity)

Hukum ini menyatakan bahwa hal yang sama cenderung untuk membentuk gestalt, misalnya deretan tegak lurus ataukah barisan sejajar sebagai kesatuan/keseluruhan.

(26)

Hukum ini menyatakan bahwa hal – hal yang saling berdekatan cenderung membentuk gestalt. Misalnya, kita cenderung mengamati a-b, c-d, e-f sebagai gestalt daripada a-f, ataupun d-f.

4) Hukum Ketertutupan (Law of Closure)

Hukum ini menyatakan bahwa hal – hal yang tertutup cenderung membentuk gestalt. Misalnya, kita cenderung mengamati b-c dan d-e dari pada a-b atau c-d dan e-f.

5) Hukum Kontinuitas (Law of Good Continuation)

Hukum ini menyatakan bahwa hal – hal yang merupakan kontinuitas cenderung membentuk gestalt. Misalnya, kita cenderung mengamati a-b dan c-d daripada a-c ataupun b-d.

Teori gestalt juga menekankan seseorang belajar sampai pada taraf pemahaman. Teori ini menganggap bahwa wawasan (insight) adalah inti dari belajar oleh karena apa yang telah dipelajari hendaknya dimengerti dan dipahami. Kondisi pemahaman tergantung pada:

a) Kemampuan dasar seseorang yang selanjutnya tergantung pada usia, perbedaan individual.

b) Pengalaman masa lampau yang relevan. c) Pengaturan situasi yang dihadapi

d) Pemahaman didahului oleh periode mencari dan mencoba.

e) Adanya pemahaman menyebabkan pemecahan masalah dapat diulangi dengan mudah.

(27)

Menurut pandangan gestaltis, semua kegiatan belajar menggunakan pemahaman yang melibatkan hubungan antara bagian dan keseluruhan dimana tingkat kejelasan dan keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih untuk meningkatkan kemampuan belajar anak. Perbuatan belajar tidak berlangsung seketika tetapi berproses kepada hal – hal yang esensial, sehingga aktivitas belajar itu akan menimbulkan makna yang berarti sehingga sampai pada pemahaman.

Pokok pandangan Gestalt adalah objek/peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka & Kohler

terdapat 7 prinsip organisasi yang sangat penting

(http://bambangriyantomath.wordpress.com/2009/05/29/teori-belajar-gestatl/). Prinsip – prinsip itu adalah sbb:

1) Hubungan bentuk & (2) latar (figure & ground relationship)

Hubungan ini menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi 2 yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu objek seperti ukuran, potongan, warna, dsb. membedakan figure dari latar belakang. Bila

figuredan latar belakang bersifat samar – samar maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.

2) Kedekatan (proximity)

Unsur – unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai bentuk tertentu.

(28)

Sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai objek yang saling memiliki.

4) Arah bersama (common direction)

Unsur – unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagai suatu figure/bentuk tertentu.

5) Kesederhanaan (simplicity)

Orang cenderung menata bidang pengamatannya kepada bentuk yang sederhana.

7) Ketertutupan (closure)

Orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola objek/pengamatan yang tidak lengkap.

Dalam pembelajaran sesuai teori Gestalt, siswa terlibat secara langsung guna memperoleh pemahaman (insight) untuk memecahkan persoalan. Perilaku siswa tergantung pada pemahaman dimana keseluruhan lebih bermakna daripada unsur - unsur, maka aplikasinya dalam pembelajaran a.l:

1. Pengalaman tilikan (insight)

Pengalaman tilikan memegang peranan penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur – unsur dalam suatu objek/peristiwa.

2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning)

(29)

dan semakin logis dengan proses kehidupannya maka akan semakin efektif sesuatu yang dipelajari.

3. Perilaku bertujuan (purposive behavior)

Perilaku terarah pada tujuan karena perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapai sehingga guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajarannya dan membantu siswa memahami tujuannya.

4. Prinsip ruang hidup (life space)

Perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Dalam pembelajaran hendaknya materi yang diajarkan memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan siswa.

5. Transfer dalam belajar

(30)

3. Pendekatan Proses dalam Pembelajaran IPA

Pendekatan dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak/sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran

dengan cakupan teoritis tertentu

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-danmodel-pembelajaran/).

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA adalah pendekatan proses atau sering disebut juga dengan ketrampilan proses yang berorientasi/berpusat pada siswa. Pendekatan proses merupakan pendekatan yang menekankan/melatih bagaimana cara memperoleh produk IPA, sehingga operasional pembelajarannya selalu terdapat aktivitas/bernuansa proses IPA. Menurut Subiyanto (1988), ketrampilan proses merupakan suatu pendekatan yang memberi banyak kesempatan bagi siswa untuk melakukan dan berlaku layaknya ilmuwan. Sedikit membaca tetapi banyak terlibat dalam benda – benda konkret dan lebih banyak melakukan segala sesuatu terhadap benda – benda tersebut.

(31)

proses terpadu merupakan alat yang siap pakai jika orang harus memecahkan masalah.

a. Ketrampilan Proses Dasar Sains Ketrampilan ini meliputi: 1. Observasi

Observasi merupakan ketrampilan paling dasar dalam IPA karena muncul rasa ingin tahu, pertanyaan, pemikiran, interpretasi tentang lingkungan, dan investigasi lebih lanjut dengan penggunaan indera untuk memperoleh informasi. Terdapat 2 macam observasi:

- Observasi kualitatif, hanya menggunakan indera untuk memperoleh informasi, contoh: rasa asin, bunga itu merah, dll.

- Observasi kuantitatif, mengacu pada satuan standar tertentu, contoh: tinggi anak itu 175cm, suhu air 260C, dsb.

2. Klasifikasi

Klasifikasi mempunyai ciri adanya keteraturan sehingga terjadi penggolong – golongan objek dengan melihat saling keterkaitan satu dengan yang lain. Klasifikasi adalah ketrampilan proses yang merupakan inti untuk pembentukan konsep. Contoh: penggolongan berdasarkan ukuran, bentuk, warna, sifat, dll.

3. Komunikasi

(32)

Pengukuran dengan alat ukur, seperti: timbangan, mistar, termometer, dll.

5. Prediksi

Prediksi adalah ramalan tentang observasi masa depan. Prediksi didasarkan pada observasi yang seksama dan penarikan kesimpulan yang sahih mengenai hubungan – hubungan antara peristiwa yang diobservasi. 6. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah penjelasan/interpretasi suatu observasi.

b. Ketrampilan Proses Terpadu (Terintegrasi) Ketrampilan ini meliputi:

1. Mengidentifikasi variabel

Mengidentifikasi variabel merupakan ketrampilan proses yang diperlukan apabila seseorang akan melakukan suatu investigasi. Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah dalam suatu situasi.

2. Menyusun tabel data

Pengukuran – pengukuran yang diperoleh dalam suatu investigasi disebut data. Agar dapat diolah lebih lanjut data itu disusun dalam tabel. 3. Menyusun grafik

Gambar seringkali memberi lebih banyak informasi daripada kalimat – kalimat sehingga mudah dikomunikasikan seperti grafik. Sumbu x dan y mewakili variabel tertentu.

(33)

Data yang diperoleh diolah lewat suatu investigasi/eksperimen dengan suatu observasi.

5. Menggambarkan hubungan diantara variabel – variabel

Grafik yang telah didapat ditafsirkan supaya diketahui hubungan antar variabel.

6. Mengalisis investigasi

Analisis investigasi meliputi:

- Mengidentifikasi variabel – variabel bebas, terikat, dan terkendalikan dalam suatu eksperimen

- Mengidentifikasi hipotesis yang akan diuji jika dilengkapi dengan deskripsi suatu investigasi.

7. Menyusun hipotesis

Hipotesis adalah suatu dugaan mengenai apa pengaruh variabel bebas pada variabel terikat. Hipotesis juga merupakan pedoman bagi investigasi mengenai data apa saja yang harus dikumpulkan. Contoh: “Jika..., maka...”. Anak kalimat I berkaitan dengan variabel bebas dan anak kalimat II merupakan variabel terikat.

8. Merumuskan variabel – variabel secara operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang menggambarkan bagaimana cara mengukur variabel dan harus menyatakan apa yang akan dilakukan dan diobservasi.

(34)

Rancangan investigasi digunakan untuk menguji hipotesis. Investigasi adalah pengaturan situasi yang terencana untuk menghasilkan data yang bersangkutan dengan hipotesis.

10. Melakukan eksperimen

Eksperimen adalah aktivitas yang memadukan semua ketrampilan proses IPA yang telah dipelajari sebelumnya.

4. Proses Pembentukan Pengetahuan dari Pengalaman Langsung

Experience as a general concept comprises knowledge of or skill in

observation of same thing or some event gained through involvement in or

exposure to that thing or event(wikipedia.org/wiki/Experience). Pernyataan ini memiliki pengertian bahwa pengalaman merupakan sebuah konsep umum yang terdiri dari pengetahuan atau ketrampilan atau pengamatan terhadap beberapa hal atau beberapa peristiwa melalui suatu keterlibatan atau suatu aktivitas.

Pengalaman diperoleh karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan. Menurut William Burton dalam Hamalik (2007 : 29), pengalaman sebagai sumber pengetahuan dan ketrampilan, bersifat pendidikan, yang merupakan satu kesatuan di sekitar tujuan murid, pengalaman bersifat kontinu dan interaktif, dan membantu integrasi murid.

(35)

ini melibatkan suatu aktivitas ilmiah dengan melakukan kegiatan observasi/pengamatan terhadap objek/kejadian tertentu.

Aktivitas ilmiah selama melakukan observasi/pengamatan memungkinkan terbentuknya pengalaman fisik. Pengalaman fisik memberi peluang terjadinya interaksi dengan lingkungan fisik sehingga dapat digunakan anak untuk mengabstrak berbagai sifat dari benda – benda. Dalam pengalaman fisik terjadi proses abstraksi yang mampu meningkatkan kecepatan perkembangan anak sebab observasi benda – benda serta sifat benda – benda itu menolong timbulnya pikiran yang lebih komplek (Dahar, 1989 : 157).

Menurut Dahar (h.158), dengan pengalaman fisik akan diperoleh pengetahuan fisik dan juga pengetahuan logika matematik. Pengetahuan fisik merupakan pengetahuan tentang benda – benda, yang ada “di luar” dan dapat diamati dalam kenyataan eksternal. Sumber pengetahuan fisik terutama terdapat dalam benda itu sendiri, yaitu dalam cara benda itu memberikan pada subyek kesempatan – kesempatan untuk pengamatan (Dahar, 1989 : 158). Pengetahuan fisik diperoleh dengan berbuat pada benda – benda dan melihat bagaimana benda – benda itu bereaksi. Pengetahuan fisik ini yang menjadi dasar bagi pembentukan pengetahuan

(36)

5. Pembelajaran IPA Berdasarkan Pengalaman Langsung

a. Pembelajaran IPA Berdasarkan Pengalaman Langsung sebagai Bentuk Strategi Pembelajaran

Pembelajaran berdasarkan pengalaman langsung merupakan suatu bentuk strategi dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa yang sifatnya masih konseptual dan lebih sempit cakupannya karena sudah mengarah pada penerapan yang lebih dibuat khusus serta dibatasi prosedur – prosedur agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Menurut Subiyanto (1988 : 150), pembelajaran IPA banyak memanfaatkan pengalaman langsung. Pembelajaran IPA sendiri adalah suatu proses yang dilakukan siswa sebagai subjek belajar dan guru sebagai pendidik untuk memahami fenomena alam dengan menerapkan metode ilmiah. Dalam pembelajaran IPA, pengalaman langsung adalah pengalaman dasar yang menerapkan ketrampilan proses dasar sains yang di dalamnya terdapat suatu keterlibatan/aktivitas untuk melakukan suatu observasi/pengamatan terhadap objek maupun peristiwa/kejadian ilmiah.

(37)

Pembelajaran IPA berdasarkan pengalaman langsung memberi para siswa serangkaian situasi – situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya berkaitan dengan fenomena – fenomena alam yang dirancang oleh guru. Cara ini mampu mengarahkan para siswa ke dalam eksplorasi yang dialami dan investigasi langsung ke dalam situasi pemecahan masalah dimana alam menjadi sumber penelitian.

b. Karakteristik Pembelajaran IPA Berdasarkan Pengalaman Langsung

Karakteristik dari pembelajarn IPA berdasarkan pengalaman langsung adalah sbb:

1. Siswa dihadapkan langsung pada situasi – situasi nyata pemecahan masalah dan bukan dalam situasi pengganti yakni siswa dengan melakukan eksperimen, demonstrasi, dan karyawista. Siswa dihadapkan pada serangkaian situasi – situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya berkaitan dengan fenomena – fenomena alam yang dirancang oleh guru.

2. Siswa melakukan ketrampilan proses dasar sains yakni melakukan observasi/pengamatan sehingga mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar maupun fenomena di dalamnya secara ilmiah.

3. Memberikan pengalaman dasar kepada siswa karena mampu memberi informasi yang secara langsung dapat dihayati sehingga dapat menghubungkan yang konkret dengan yang abstrak.

(38)

tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

c. Kelebihan & Kelemahan Pembelajaran IPA Berdasarkan Pengalaman Langsung

Kelebihan :

1. Tempat pembelajaran tidak dibatasi. Artinya, dapat dimana saja, di laboratorium konvensional (di dalam ruangan) maupun di laboratorium alam (di luar ruangan).

2. Tidak menghiraukan latar belakang pengalaman sebelumnya/kematangan mental pada tingkat tertentu. Pada umumnya, murid mempunyai kemampuan berbeda – beda dalam menafsirkan pengalaman langsung, namun kebanyakan dapat menghayatinya dengan baik.

3. Tidak menghiraukan latar belakang/budayanya, semua siswa dapat bersama – sama menghayati pengalaman – pengalaman yang telah diperoleh.

4. Kemampuan membaca/menafsirkan tidak begitu dibutuhkan karena tiap – tiap siswa akan melakukan pengamatan yang kira – kira sama.

Kelemahan:

1. Memakan waktu yang lama sehingga membatasi jumlah bahan/materi yang dicakup.

(39)

2. Memilki keterbatasan, hanya bersangkutan dengan bahan – bahan yang tersedia di lingkungan terbatas.

Siswa hanya dihadapkan pada situasi – situasi nyata yakni dengan eksperimen, demonstrasi, dan karyawista, sehingga apabila ada topik tertentu yang memang harus dihadapkan/menggunakan situasi pengganti, misalnya dengan simulasi komputer dan film, contohnya untuk materi jagat raya, ataupun keadaan ideal yang hanya terdapat dalam imajinasi dan tidak terdapat dalam situasi nyata akan lebih efektif dengan menggunakan simulasi atau film, maka dalam pembelajaran berdasarkan pengalaman langsung tidak bisa mengatasi permasalahan tersebut.

d. Metode Pembelajaran IPA Berdasarkan Pengalaman Langsung

Menurut Subiyanto (1988 : 151), metode paling utama dalam pembelajaran IPA berdasarkan pengalaman langsung adalah: eksperimen, demonstrasi, dan widyawisata/karyawisata.

1. Eksperimen

(40)

Eksperimen ada 2 macam, yakni eksperimen terbimbing/terkontrol dan eksperimen bebas. Untuk pembelajaran fisika di SMP – SMA yang banyak dilakukan adalah eksperimen terbimbing.

Dalam eksperimen terpadu proses sains dan hasil pembelajaran fisika dapat dikatakan utuh sebab eksperimen di laboratorium merupakan bagian integral dari konsep, prinsip, dan hukum fisika. Disamping itu pula, eksperimen merupakan pusat pelajaran fisika dan mempunyai bagian yang tak terpisahkan dari pelajaran fisika karena siswa memperoleh pengalaman langsung dengan gejala fisika yang dipelajari.

Eksperimen sebenarnya telah memadukan beberapa kegiatan lain. Kegiatan ini dapat sebagai suatu pertanyaan. Menurut Subiyanto (1988), usaha untuk menjawab pertanyaan itu dapat mencakup berbagai hal seperti menganalisis variabel – variabel, menyusun hipotesis, mengenali variabel – variabel yang dapat dikendalikan (dikontrol), membuat definisi operasional, merancang penelitian, mengumpulkan data, dan menginterpretasikan data.

Sebenarnya pula, eksperimen bersangkutan dengan pemikiran yang cukup lanjut. Para siswa berlatih untuk mengenali dan merumuskan masalah. Mereka akan terbiasa dengan keterbatasan data dan merasa perlu untuk berhati – hati dalam menarik kesimpulan, dan mereka akan mengembangkan kebiasaan untuk berpikir kritis (Subiyanto, 1988 : 51).

2. Demonstrasi

(41)

siswa dapat mengamati proses, informasi, peristiwa, alat dalam pelajaran fisika sehingga lewat suatu kenyataan yang dapat diamati siswa lebih memahami bahan yang diajarkan. Selama demonstrasi diawali dengan pertanyaan – pertanyaan, bahkan pada akhir kegiatan pun tetap diajukan pertanyaan – pertanyaan yang dapat mengembangkan gagasan mereka sehingga siswa pun aktif berpikir. Aktif berpikir dalam arti tidak hanya melihat tetapi juga melakukan kegiatan berpikir, mengolah pemikirannya, dan dapat menarik kesimpulan.

3. Widyawisata/Karyawista

Widyawisata/karyawisata adalah kegiatan belajar di luar kelas, seperti pergi ke tempat wisata yang banyak mengandung nilai fisika/saintifik dan perlu dipertimbangkan pula nilai wisatanya. Di tempat tersebut, misalnya pantai, gunung, museum sains, dsb. dapat dilakukan penelitian dan pengamatan sehingga dapat ditemukan prinsip – prinsip fisika di dalamnya. Menurut Suparno (2007 : 117), hasil dari karyawisata adalah siswa mendapatkan pendalaman dari konsep ilmunya yang tekait dan kesegaran karena berwisata. Dengan karyawisata itu siswa telah mendapatkan pengalaman langsung yang langsung dapat dihayati.

e. Prosedur Pembelajaran IPA Berdasarkan Pengalaman Langsung

Sesuai prinsip “learning by doing”, prosedur umum belajar IPA untuk mempersiapkan pengalaman langsung “belajar sambil melakukan” bagi siswa adalah sebagai berikut :

(42)

1. Guru merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar belajar yang bersifat terbuka (open minded) mengenai hasil yang potensial/memiliki seperangkat hasil – hasil alternatif tertentu.

 Tahap Pelaksanaan:

1. Guru memberikan rangsangan dan motivasi pengenalan terhadap pengalaman.

2. Siswa bekerja secara individual atau dalam kelompok – kelompok kecil/keseluruhan kelompok di dalam belajar berdasarkan pengalaman langsung.

3. Para siswa ditempatkan di dalam situasi – situasi nyata pemecahan masalah dan bukan dalam situasi pengganti. Dalam penelitian ini digunakan eksperimen dan studi lapangan sebagai pengganti karyawisata.

4. Siswa aktif berpartisipasi di dalam pengalaman yang tersedia, membuat keputusan sendiri, dan menerima konsekuensi berdasarkan pengalaman tersebut.

 Tahap Umpan Balik:

(43)

f. Penilaian Pembelajaran IPA Berdasarkan Pengalaman Langsung

Dalam penelitian ini menggunakan penilaian formatif yang untuk mengetahui kemampuan – kemampuan yang dapat dikembangkan siswa dan pengalaman - pengalaman yang telah diperoleh siswa selama pembelajaran. Penilaian formatif untuk kemampuan – kemampuan yang dapat dikembangkan siswa berasal dari indikator RPP yang terbukti telah terealisasikan sedangkan pengalaman yang diperoleh siswa berasal dari refleksi pengalaman siswa dan keterlibatan siswa selama pembelajaran. Guru menganalisa LKIS serta refleksi pengalaman siswa sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menilai guru itu sendiri dan melihat sejauh mana siswa dapat memaknai semua yang telah dialami dan dipelajari selama pembelajaran untuk dicek kesesuaiannya dengan keterlibatan siswa dalam melihat kesungguhan siswa selama pembelajaran.

Penilaian melihat pula peningkatan motivasi belajar siswa terhadap IPA (fisika) dengan melihat motivasi awal dan akhir. Di awal pembelajaran dilakukan pre test dan di akhir pembelajaran dilakukan post test untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan terhadap pemahaman siswa sehingga dapat dilihat keberhasilan dari pembelajaran apakah efektif/tidak.

6. Motivasi

a. Definisi Motivasi

(44)

mesin sebagai energi dan kemudi pada mobil sebagai arah. Energi dan arah

inilah yang menjadi inti dari konsep motivasi

(http://tunggarawae.multiply.com/journal/item/16/Teori_-_teori_Motivasi).

Menururt McDonald, “Motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2002 : 173).

b. Aspek Motivasi

Dalam kegiatan belajar terdapat dua aspek motivasi, yakni motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dapat dapat diartikan sebagai dorongan untuk mencapai tujuan yang terletak di dalam perbuatan belajar. Misalnya, siswa dengan senang hati dan bekerja keras dalam melakukan tugas – tugas pembelajaran walaupun tidak mendapat gelar. Sebaliknya, motivasi ekstrinsik diartikan sebagai dorongan untuk mendapatkan ganjaran di luar perbuatan dari materi pelajaran yang dipelajari. Misalnya, selain ingin mendapatkan nilai yang bagus juga ingin mendapatkan pengakuan, hadiah, atau penghargaan lain.

c. Teori Motivasi

Terdapat banyak teori motivasi, diantaranya adalah teori humanistic dan teori curiosity. Teori yang sangat berpengaruh ini adalah Theory of Human

Motivation yang dikembangkan oleh Abraham Maslow (1954) dan Theory

(45)

1. Theory of Human Motivation

Theory of Human Motivation dikenal pula sebagai Teori Kebutuhan

sebagai Hierarki. Maslow mengemukakan gagasan tentang kebutuhan manusia yang terbagi dalam 2 kelompok, yaitudeficiency needs dan growth

needs. Deficiency needs meliputi (dari urutan paling bawah): kebutuhan

fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, dan kebutuhan akan penghargaan. Growth needs meliputi: kebutuhan kognitif, kebutuhan estetik, kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan

self-transcendence. Menurut Maslow, manusia hanya dapat bergerak kegrowth

needs jika dan hanya jika deficiency needs sudah terpenuhi

(http://tunggarawae.multiply.com/journal/item/16/Teori_-_teori_Motivasi).

2.Theory Curiosity

TeoriCuriosityatau rasa ingin tahu dikemukakan oleh Berlyne pada tahun 1960. Ketidakpastian muncul ketika seseorang mengalami sesuatu yang baru, mengejutkan, tidak layak, atau kompleks. Kondisi ini akan menimbulkan rangsangan yang tinggi dalam sistem syaraf pusat manusia. Respon manusia ketika menghadapi suatu ketidakpastian inilah yang disebut dengan curiosity/rasa ingin tahu. Menurut Gagne (1985), curiosity

akan mengarahkan manusia kepada perilaku yang berusaha mengurangi ketidakpastian (http://tunggarawae.multiply.com/journal/item/16/Teori_-_teori_Motivasi).

d. Motivasi Belajar IPA (Fisika)

(46)

Motivasi bukanlah merupakan hal yang selalu terwujud dalam bentuk yang konkret yang segera dapat dilihat. Yang dapat diidentifikasi dari motivasi belajar adalah manifestasinya dalam bentuk perilaku siswa per siswa seperti misalnya tingkat produktivitasnya, tingkat efektivitasnya, dan kepuasan dalam belajar. Manifestasi itulah yang dapat diukur dan dinilai secara objektif.

Motivasi belajar datang dari dalam diri, jadi siswa akan bersemangat jika motivasi itu muncul dari dalam dirinya. Tugas guru adalah mengungkapkan kebutuhan siswa itu, membantu siswa merumuskan kebutuhannya dengan jelas dalam pikirannya sendiri, kemudian menemukan cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan itu.

Dengan mengacu pada Teori Kebutuhan sebagai Hierarki, Maslow merupakan cara yang menarik untuk melihat hubungan antara motif manusia dan kesempatan yang disediakan oleh lingkungan. Dari hal ini lingkungan sangat mempengaruhi motivasi seseorang. Lingkungan belajar yang mendukung akan memberi banyak kesempatan bagi siswa sehingga motivasi untuk belajar menjadi tinggi.

(47)

termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian dalam dirinya itu. Akhirnya, siswa akan megulangi percobaan dengan lebih berhati – hati dan lebih mengontrol variabel – variabel tertentu agar lebih stabil.

7. Materi Suhu dan Pengukurannya

Berikut ini peta konsep untuk materi suhu dan pengukurannya:

(48)

Pokok Bahasan: Suhu dan Pengukurannya

a. Suhu

1. Pengertian Suhu (Temperatur)

Suhu atau sering disebut temperatur merupakan sebuah konsep sekaligus suatu bentuk besaran. Suhu adalah sebuah konsep yang menghubungkan perasaan panas dan dingin. Suhu didefinisikan pula sebagai besaran skalar yang menyatakan derajat panas suatu benda yang dapat berubah - ubah.

2. Termometri

Pengertian Termometri

Penentuan/cara menentukan temperatur secara kualitatif disebut termometri.

Metode – metode Termometri

Ada 2 metode untuk menentukan/mengukur temperatur, yaitu secara langsung dan tidak langsung.

a. Langsung

Seseorang dapat merasakan secara langsung ukuran temperatur melalui panca indera. Kulit sebagai indera peraba dapat merasakan suatu benda dingin, hangat, maupun panas. Dengan cara ini orang akan mengalami banyak kesulitan dalam hal ketelitian dan batas pengukuran.

(49)

demikian pun sebaliknya. Di samping itu pula, panca indera tidak dapat menetapkan ukuran temperatur yang berbeda sedikit. Batas pengukurannya sangat sempit karena manusia tidak dapat menyesuaikan diri kepada segala keadaan/temperatur. Dengan metode langsung ini tidak dapat ditentukan satuan dari besaran temperatur tersebut.

b. Tidak Langsung

Dilakukan penentuan dengan bantuan suatu alat ukur yaitu termometer. Penentuan ini dilakukan karena perlu diingat bahwa temperatur merupakan besaran skalar dan dapat berubah – ubah. Diketahui pula bahwa zat/ zat –zat yang berlainan temperaturnya bila dicampur akhirnya jika tidak terganggu akan mencapai suatu keadaan kesetimbangan. Keadaan kesetimbangan dalam hal ini adalah suatu keadaan yang berada dalam suatu ukuran temperatur yang sama yang terletak diantara kedua ukuran temperatur semula. Diketahui pula bahwa perubahan tempertur dari suatu benda/zat mengubah fisis/sifat fisis serta dimensi dari benda/zat tersebut.  Syarat – syarat Termometri

Pengukuran temperatur secara tidak langsung dengan mempergunakan sifat fisis dari benda/zat meliputi 3 hal yakni : zat yang dipergunakan, sifat fisis yang dipergunakan, dan menyatakan ukuran temperatur secara kuantitatif.

a. Zat

(50)

Untuk zat cair dapat digunakan air raksa, alkohol, dll. Zat gas dipakai hidrogen, nitrogen, ataupun udara, dst. Tiap – tiap zat mempunyai kelebihan dan kekurangan masing – masing. Pemilihan zat dilakukan menurut keperluan dan pengetahuan akan sifat – sifatnya.

b. Sifat Fisis

Banyak sifat fisis yang dapat digunakan sebagai ukuran. Beberapa macam sifat fisis a.l : perubahan volume, perubahan tekanan, perubahan hambatan listrik, beda potensial termo elektris, penyinaran, dst. Contoh pada perubahan volume berhubungan dengan tekanan, sehingga ketika dilakukan perubahan volume, tekanan dibuat tetap dan sebaliknya. Perlu diperhatikan pula batas ukuran selama sifat fisis yang bersangkuan masih baik untuk dipakai sebagai dasar pengukuran temperatur.

c. Menyatakan Ukuran Secara Kuantitatif

(51)

Harga/skala temperatur diperlukan kesinambungan, artinya harga temperatur dapat berkurang/bertambah secara sinambung. Dalam kesinambungan ini, dibutuhkan 2/lebih keadaan temperatur yang diketahui sebagai patokan, dengan 2/lebih harga tetap sebagai titik tetap. Titik tetap itu perlu mudah direproduksi dengan baik. Renaldini tahun 1694 mengunakan titik beku (es yang melebur) dan titik didih (air yang mendidih) pada air murni sebagai titik tetap.

b. Alat Ukur Suhu (Termometer) 1. Macam – macam Termometer

Berdasarkan Zat Pengisi

Termometer ada 3 macam, yakni termometer zat padat, termometer zat cair, dan termometer gas.

a. Termometer Zat Padat

Termometer dengan zat pengisi zat padat ada 4 yakni : termometer hambatan listrik, termokopel, pirometer optik, dan pirometer bimetal. b. Termometer Zat Cair

Gambar 2. Termometer Zat Cair

(52)

adalah pemuaian, jika suhu naik zat cair dalam termometer memuai sehingga volumenya bertambah dan permukaan zat cair dalam pipa kapiler naik. Naiknya zat cair dalam pipa kapiler menunjukkan skala suhu benda yang diukur. Untuk air raksa dicapai batas ukur antara titik bekunya dan temperatur ketika uap air raksa mulai mengganggu pengukuran, yakni antara -38,87 0C sampai 300 0C. Jika digunakan etil alkohol, batas ukurnya menjadi -1100C sampai 200C.

Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dari termometer dengan zat pengisi raksa maupun alkohol. Kelebihan dan kekurangannya adalah sbb:

 Kelebihan dari raksa sebagai pengisi termometer: - Pemuaiannya teratur

- Mudah dilihat karena mengkilat. - Tidak membasahi dinding.

- Jangkauan pengukurannya besar, karena titik bekunya rendah (-38, 870C) dan titik didihnya tinggi (3000C).

- Segera dapat menyesuaikan dengan suhu lingkungan.

 Kekurangan dari raksa sebagai pengisi termometer: - Harganya lebih mahal.

- Tidak dapat dipakai untuk mengukur suhu yang terlalu rendah (di bawah -38,870C).

(53)

 Kelebihan alkohol sebagai pengisi termometer: - Harganya lebih murah.

- Lebih teliti

- Dapat digunakan sampai suhu yang cukup rendah (sampai -1100C).

 Kekurangan alkohol sebagai pengisi termometer:

- Titik didihnya rendah (200C) sehingga tidak dapat dipakai untuk mengukur suhu yang tinggi.

- Memerlukan zat pewarna. - Membasahi dinding. c. Termometer Zat Gas

Prinsip kerja termometer gas adalah menggunakan sifat perubahan tekanan/volume. Bila volume gas yang tetap, maka ukuran temperatur dapat ditentukan oleh tekanannya.

Berdasarkan Skala

Termometer ada 4 macam, yakni termometer Reamur (R), Celcius (C), Fahrenheit (F), dan Kelvin (K).

a. Termometer Reamur (R)

(54)

termometer (alkohol) pada keadaan titik beku air. Dengan cara ini telah menyesuaikan dengan titik tetap Renaldini sehingga diperoleh skala linier dengan dua titik tetap yaitu t1=00dan t2=800.

b. Termometer Celcius (C)/Centigrad

Tahun 1721, Anders Celcius menyusun derajat temperatur. Sebagai titik tetap digunakan titik tetap Renaldini pada tekanan barometer 76 cmHg yang masing – masing dinyatakan dengan t1=00 dan t2=1000.

Disebut sebagai derajat centigrad (0C) karena berkenaan dengan pembagian dalam 100 bagian.

c. Termometer Fahrenheit (F)

Tahun 1721, Daniel Gabriel Fahrenheit menggunakan air raksa yang sebelumnya menggunakan termometer alkohol. Tujuan Fahrenheit adalah menyelidiki hasil yang diperoleh Amontons yang menyatakan bahwa air mendidih pada temperatur tetap. Tahun 1724, Fahrenheit menyusun skala dengan derajat temperatur sebagai titik tetap. Yang dilakukan Fahrenheit adalah dengan menetapkan titik beku yang diperoleh dari larutan garam yang merupakan dingin yang terhebat yakni 00dan temperatur dari darah manusia pada yakni 960. Selanjutnya dilakukan penyesuaian dengan titik tetap Renaldini pada tekanan barometer 76 cmHg sehingga diperoleh t1=320dan t2=2120.

d. Termometer Kelvin (K)

(55)

sama dengan nol. Pada keadaan ini suhu berada pada paling rendah, ± -273,160C dan kelajuan gerak partikel secara bertahap berkurang dengan turunnya suhu. Pada suhu -273,16 0C gerak partikel berhenti sehingga tidak ada lagi panas yang dapat diukur.

Suhu terendah pada skala Kelvin diberi tanda 0 K yang sama dengan suhu -273,160C. Satu Kelvin (1K) pada skala Kelvin setara dengan 10C pada skala Celcius. Pada skala Kelvin tidak dikenal angka – angka negatif.

Ilmuwan menetapkan skala Kelvin sebagai satuan SI untuk suhu karena skala ini tidak dikalibrasi berdasarkan titik lebur dan titik didih air akan tetapi dikalibrasi berdasarkan batasan energi yang dimiliki benda itu sendiri. Jika benda A memiliki energi kinetik tiap partikel sebesar 2 kali energi kinetik tiap partikel benda B, maka suhu mutlak benda A akan 2 kali suhu mutlak benda B. Skala Kelvin ini disebut juga skala termodinamik/skala mutlak.

Berdasarkan Penggunaan

(56)

2. Kalibrasi Termometer

Pengertian Kalibrasi Termometer

Kalibrasi sebuah termometer adalah penetapan tanda – tanda untuk pembagian skala sebuah termometer.

Langkah – langkah Kalibrasi Termometer

Empat langkah yang diperlukan dalam kalibrasi sebuah termometer adalah sbb:

1. Menentukan titik tetap bawah 2. Menetukan titik tetap atas

3. Membagi jarak antara kedua titik tetap tersebut menjadi beberapa bagian yang sama.

4. Memperluas skala di bawah titik tetap bawah (ditandai dengan angka negatif) dan di atas titik tetap atas (ditandai dengan angka yang lebih besar dari titk tetap atas).

3. Pembuatan Skala Termometer R, C, F,dan K

Untuk membuat skala termometer ditetapkan dua titik, yaitu:

1. Titik tetap bawah yaitu suhu es yang melebur atau suhu air yang membeku.

(57)

Suhu air 80 100 212 373 mendidih

80 100 180 100

Suhu es

melebur 0 0 32 273

R C F K

Gambar 3. Termometer R, C, F,dan K

Tabel 1. Titik tetap bawah dan atas serta rentang skala dari termometer R, C, F, dan K

Termometer Keterangan

R C F K

1. Titik tetap bawah 00R 00C 320F 273 K 2. Titik tetap atas 800R 1000C 2120F 373 K

3. Rentang skala 80 100 180 100

4. Perbandingan Skala R, C, F, dan K

(58)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan uraiana di atas, peneliti ingin merumuskan masalah sbb:

1. Kemampuan – kemampuan apa yang dapat dikembangkan siswa melalui pemberian pengalaman belajar pada pokok bahasan “Suhu dan Pengukurannya”?

2. Pengalaman – pengalaman apa yang diperoleh siswa melalui pembelajaran berdasarkan pengalaman langsung pada pokok bahasan “Suhu dan Pengukurannya”?

3. Apakah pembelajaran berdasarkan pengalaman langsung meningkatkan motivasi belajar fisika pada pokok bahasan“Suhu dan Pengukurannya”?

4. Apakah pembelajaran berdasarkan pengalaman langsung meningkatkan pemahaman siswa pada pokok bahasan“Suhu dan Pengukurannya”?

D. Batasan Masalah

Penelitian dengan judul “Pembelajaran Tentang Suhu dan Pengukurannya Berdasarkan Pengalaman Langsung di kelas VII SMP Kanisius Bambanglipuro Bantul” membatasi penertian pengalaman langsung sebagai suatu aktivitas ilmiah dengan ditandai siswa melakukan keterlibatan dengan pengamatan

(59)

sebagai pintu pengembangan kognisi sampai pada taraf pemahaman (insight). Metode yang dianjurkan oleh Subiyanto untuk menjembatani siswa memperoleh pengalaman langsung, yakni eksperimen, demonstrasi, dan karyawista. Metode – metode tersebut mengarahkan siswa untuk melakukan ketrampilan proses sains sampai pada pemahaman.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penerapan pembelajaran fisika berdasarkan pengalaman langsung bertujuan untuk:

1. Mengetahui kemampuan – kemampuan yang dapat dikembangkan siswa melalui pemberian pengalaman belajar pada pokok bahasan “Suhu dan Pengukurannya”.

2. Mengetahui pengalaman – pengalaman yang diperoleh siswa melalui pembelajaran berdasarkan pengalaman langsung pada pokok bahasan

“Suhu dan Pengukurannya”.

3. Meningkatkan motivasi belajar fisika pada pokok bahasan “Suhu dan

Pengukurannya”.

4. Meningkatkan pemahaman siswa dengan melihat prestasi belajar siswa pada pokok bahasan“Suhu dan Pengukurannya”.

F. Manfaat PenelitianBagi siswa

(60)

langsung sebanyak mungkin dan berlatih mengembangkan kemampuan bekerja secara ilmiah.

2. Mampu memahami fenomena – fenomena alam secara lebih ilmiah sehingga dapat menjembatani pengetahuan yang abstrak seperti konsep – konsep/hukum – hukum fisika dengan pengetahuan yang konkret/nyata. 3. Mengaktifkan dan memotivasi siswa dalam belajar fisika.

Bagi peneliti

Mengembangkan kemampuan diri dalam menerapkan suatu strategi pembelajaran yang di dalamnya memerlukan proses merancang, mengevaluasi, membatasi dengan prosedur – prosedur tertentu dengan didasari suatu teori belajar yang menekankan pentingnya pengalaman langsung melalui pengamatan sehingga sampai pada taraf pemahaman.

Menjadi bahan permenungan bagi peneliti bahwa selanjutnya untuk menjadi seorang guru harus lebih mampu memahami apa yang dibutuhkan siswa sehingga siswa sampai pada terpenuhinya kebutuhan tersebut..

Bagi guru/calon guru/pemerhati dunia pendidikan terutama pendidikan

fisika

(61)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan pengembangan desain pembelajaran yaitu merancang pembelajaran, menerapkannya, dan mengevaluasi efektivitasnya. Pada analisis data, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif – kuantitatif yang merupakan perpaduan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang situasi – situasi yang tampak pada saat pembelajaran berlangsung.

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, penelitian akan menguraikan proses pembelajaran yang diperoleh dari jawaban siswa sendiri maupun yang terekam dari hasil pengamatan. Secara kuantitatif, data dari hasil penelitian diolah dengan bantuan statistik.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

 Waktu : 14 Agustus – 08 September 2009

 Tempat : SMP Kanisius Bambanglipuro Bantul

C. Partisipan Penelitian

Partisipan penelitian adalah siswa kelas VII A dan VII B SMP Kanisisus Bambanglipuro Bantul.

(62)

D. Treatment Penelitian

Treatment penelitian disebut pula perlakuan pada penelitian terhadap subjek. Perlakuan yang dimaksud adalah dengan pemberian pembelajaran dan subyek yang dimaksud adalah siswa. Adapun perlakuan yang diberikan peneliti berbeda dalam pemberian pembelajaran karena menggunakan beberapa metode belajar secara bergantian. Dalam penelitian ini metode belajar dilakukan dengan beberapa perlakuan, yakni: eksperimen dan studi lapangan. Dalam eksperimen maupun studi lapangan di dalamnya terdapat diskusi yang dilakukan setelah eksperimen ataupun studi lapangan selesai dilakukan (dalam pertemuan berikutnya).

1. Eksperimen

Eksperimen sebagai metode pembelajaran dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan ilmiah siswa dalam hal ini ketrampilan proses siswa dengan membuktikan bahwa tangan hanya dapat membedakan panas/sebagai sensor suhu dan termometer dapat mengukur suhu dengan tepat, serta membuat suatu peralatan ilmiah yakni skala termometer celcius. Oleh karena itu eksperimen dilakukan 2 kali yang difokuskan pada dasar dari pengukuran suhu dan pembuatan alat ukur suhu dengan membuat skala pada termometer tanpa skala, dalam penelitian ini membuat skala celcius.

2. Studi lapangan

(63)

disamakan dengan studi lapangan, tetapi diupayakan supaya maksud dari karyawista dapat dipenuhi. Studi lapangan dilakukan di luar kelas yang difokuskan untuk melakukan pengamatan dan pengukuran terhadap lingkungan yang diteliti, mampu memahami fenomena – fenomena yang ada di sekitar/alam, serta supaya menumbuhkan sikap menghargai lingkungan/alam. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memberi siswa suasana baru yang lebih menyenangkan jika ada diantara para siswa yang kurang senang belajar selalu di dalam ruangan. Studi lapangan dilakukan sekali dengan mengambil lokasi di 3 tempat, yakni di halaman sekolah, sumur sekolah, dan sungai.

E. Desain Penelitian

Desain penelitian berisi langkah – langkah yang akan dilangsungkan dalam penelitian ini meliputi 3 tahap yakni tahap I, tahap II, dan tahap III sbb:

(64)

a. Tahap I

Tahap I merupakan tahap persiapan penelitian. Tahap ini meliputi:

Penyusunan Proposal Penelitian:

1. Menyusun latar belakang diadakannya penelitian. 2. Menyusun landasan teori diadakannya penelitian. 3. Menyusun materi yang digunakan untuk pembelajaran. 4. Menyusun rumusan masalah diadakannya penelitian. 5. Menyusun tujuan diadakannya penelitian.

6. Menyusun manfaat dari diadakannya penelitian.

Persiapan Pembelajaran:

1. Menyusun materi yang akan diajarkan, Lembar Kinerja Ilmiah Siswa (LKIS), dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Menyusun pre test dan post test.

3. Menyusun lembar observasi pengalaman untuk diisi oleh siswa.

4. Menyusun lembar observasi (pedoman pengamatan) untuk merekam keterlibatan siswa selama pembelajaran.

5. Menyusun kuesioner motivasi belajar fisika yang akan diisi oleh siswa. 6. Membuat rambu – rambu penilaian untuk menganalisis data yang

diperoleh dari siswa.

7. Menyiapkan alat dan bahan untuk pembelajaran yang di tempat penelitian belum tersedia.

(65)

9. Survei lapangan dan kelas untuk mengetahui keadaan siswa, kelas, dan laboratorium.

10. Mengelompokkan siswa sesuai dengan keheterogenan untuk dibuat kelompok – kelompok yang jumlahnya tidak terlalu besar.

b. Tahap II

Tahap II merupakan tahap pelaksanaan dari penelitian. Tahap ini meliputi :

 Pelaksanaan Pembelajaran:

1. Peneliti memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud dan tujuan melakukan penelitian di sekolah tersebut.

2. Siswa melakukan test awal (pre test) dan mengisi kuesioner motivasi awal belajar fisika.

3. Siswa bekerja sesuai kelompok masing – masing dengan memakai tanda pengenal/call card untuk mempermudah pengamatan terhadap siswa. 4. Guru memberi gambaran terhadap pembelajaran yang akan berlangsung. 5. Siswa melakukan pembelajaran (eksperimen dan studi lapangan) sesuai

LKIS dan dengan pendampingan guru. 6. Siswa merekam data pengamatan.

 Umpan balik & pengumpulan data:

1.Siswa menjawab pertanyaan yang terdapat pada LKIS, mengkomunikasikan hasil pengamatan, dan disertai diskusi kelas.

(66)

3. Siswa membuat refleksi mengenai pengalaman yang diperoleh dari pembelajaran.

4. Siswa mengerjakan soal post test.

5. Siswa mengisi kuesioner motivasi akhir belajar fisika.

6. Pemberian kesan, saran, dan kritk dari siswa terhadap guru (peneliti).

c. Tahap III

Tahap III merupakan tahap penyelesaian dari penelitian. Tahap ini meliputi :

1. Peneliti menganalisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai bentuk dari kemampuan yang dapat dikembangkan siswa yang penerapannya disesuaikan dengan LKIS yang dibuat siswa dan di dalam indikator terdapat data supaya siswa dapat mengkomunikasikan hasil pengamatan secara lisan sehingga realisasi dari indikator tersebut diambil dari data keterlibatan siswa.

2. Peneliti menganalisis pengalaman – pengalaman yang diperoleh siswa selama pembelajaran yang diungkapkan dalam refleksi pengalaman belajar siswa dan keterlibatan siswa dari hasil pengamatan.

3. Peneliti menganalisis kuesioner motivasi akhir belajar fisika 4. Peneliti menganalisis soal post test.

(67)

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan melalui beberapa cara, yaitu dengan:

1. Dokumen

Dokumen yang dimaksud adalah berasal dari indikator RPP yang terealisasi dengan menganalisis data dari Lembar Kinerja Ilmiah yang diisi siswa dan data mengkomunikasikan hasil pengamatan secara lisan dari data keterlibatan siswa.

2. Observasi

Observasi oleh observator untuk memperoleh data keterlibatan siswa dalam setiap pembelajaran untuk mengamati siswa melakukan observasi, melakukan pengukuran, merekam hasil pengamatan, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil pengatan secara lisan dengan melihat kesungguhan siswa dalam melakukan ke lima aktivitas tersebut. 3. Kuesioner

Kuesioner terdiri dari 2 macam, yakni kuesioner terbuka (refleksi pengalaman siswa) dan kuesioner tertutup (kuesioner motivasi awal dan akhir siswa).

4. Test pemahaman siswa

Test terdiri dari test awal (pre test) dan test akhir (post test).

(68)

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan data pengalaman – pengalaman yang diperoleh siswa selama pembelajaran yang dicek dengan data keterlibatan siswa. Secara kuantitafif untuk memperoleh data motivasi awal dan akhir serta pre test dan post test.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ada 2 macam meliputi :(1) instrumen proses pembelajaran dan (2) instrumen pengumpulan data.

(1) Instrumen Proses Pembelajaran

Dalam instrumen proses pembelajaran meliputi:

- Materi “Suhu dan Pengukurannya” yang digunakan untuk pembelajaran. - LKIS eksperimen tentang “Suhu dan Termometer” dan “Membuat Skala

Termometer Celcius”(lampiran 2).

- LKIS studi lapangan tentang “Mengukur Suhu di Lingkungan Luar”

(lampiran 2).

(2) Instrumen Pengumpulan Data

Dalam instrumen proses pengumpulan data meliputi:

- Lembar Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)(lampiran 1).

(69)

1. Pengalaman yang diperoleh siswa setelah mengikuti eksperimen ”Suhu dan Termometer”(lampiran 3).

2. Pengalaman yang diperoleh siswa setelah mengikuti studi lapangan “Mengukur Suhu di Lingkungan Luar”(lampiran 3).

3. Pengalaman yang diperoleh siswa setelah mengikuti eksperimen “Membuat Skala Termometer Celcius”(lampiran3).

- Lembar pengamatan “Keterlibatan Siswa selama Pembelajaran”. Lembar pengamatan untuk mengamati:

1. Keterlibatan Siswa selama Eksperimen ”Suhu dan Termometer”

(lampiran 4).

2. Keterlibatan Siswa selama Studi lapangan “Mengukur Suhu di Lingkungan Luar”(lampiran 4).

3. Keterlibatan Siswa selama Eksperimen “Membuat Skala Termometer Celcius”(lampiran 4).

- Kuesioner “Motivasi Awal Belajar Fisika”(lampiran 5).

- Kuesioner “Motivasi Akhir Belajar Fisika”(lampiran 6).

- Soal pre test(lampiran7).

- Soal post test(lampiran 8).

H. Validitas

(70)

VII serta kelengkapan alat yang dibutuhkan untuk pembelajaran. Materi, LKIS, kuesioner terbuka (lembar pengalaman) & lembar pengamatan, kuesioner motivasi awal & akhir, serta soal pre & post test dikonsultasikan terhadap dosen pembimbing.

I. Metode Analisis Data

1. Untuk mengetahui kemampuan

Gambar

figure dan latar belakang bersifat samar – samar maka akan terjadi kekaburan
Gambar seringkali memberi lebih banyak informasi daripada
Grafik yang telah didapat ditafsirkan supaya diketahui hubungan
Gambar 1. Peta Konsep Suhu dan Pengukurannya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Senyawa hidrokarbon dari beberapa sumur minyak tua peninggalan Belanda yang ada di sekitar semburan Metatu berasal dari sumber yang sama, yaitu secara genetik berasal dari

Eksplorasi hidrokarbon sebagai sumber daya energi dilakukan menggunakan metode seismik dengan proses post stack migrasi dalam domain waktu dengan teknik migrasi Kirchhoff dan

[r]

In this research, a determination of quercetin in Plecranthus leaves extract was performed and followed by a study of its interaction with histamine H4 receptor

Berbeda dengan abortus spontan yaitu kandungan seorang wanita hamil yaitu kandungan seorang wanita hamil yang gugur secara spontan. Untuk itu perlu dibedakan antara

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan, tingkat pubertas, pola pemberian pakan dan menduga pertumbuhan dengan model Gompertz sapi pedet dan dara

Salah satu bab dalam buku ini membahas mengenai jenis-jenis musik popular di Indonesia yang menjadi acuan penting dalam pemetaan musik karya Buset yang dikaji

Prinsip desain kendali berdasarkan model tersebut adalah dengan menentukan persamaan baru (persamaan kompensator) yang berfungsi untuk menghilangkan hubungan antara