• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PERSAMAAN KALOR DENGAN PENDEKATAN PROSES MELALUI METODE INQUIRY DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN MINAT SISWA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PERSAMAAN KALOR DENGAN PENDEKATAN PROSES MELALUI METODE INQUIRY DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN MINAT SISWA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PERSAMAAN KALOR

DENGAN PENDEKATAN PROSES MELALUI METODEINQUIRY

DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN MINAT SISWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh : Frederika Indah Puspita

NIM. 091424013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PERSAMAAN KALOR

DENGAN PENDEKATAN PROSES MELALUI METODEINQUIRY

DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN MINAT SISWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh : Frederika Indah Puspita

NIM. 091424013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Kesempatan anda untuk sukses di setiap

kondisi selalu dapat diukur oleh seberapa

besar kepercayaan anda pada diri sendiri“

(Robert Collier)

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria

ENGKAULAH ANDALANKU

Karya Kecil ini kupersembahkan untuk :

Kedua orang tuaku : alm. Yohannes Moerjono Basuki

Maria Goretti Sulatri

Sebagai rasa syukur dan terima kasih atas doa, bimbingan, kasih sayang, cinta dan

(6)
(7)
(8)

vii

ABSTRAK

Frederika Indah Puspita, 2013. Pembelajaran Fisika Tentang Persamaan Kalor Dengan Pendekatan Proses Melalui Metode Inquiry Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar, Keaktifan dan Minat Siswa. Progran Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) kemampuan proses keilmuan melalui metode inkuiri; (2) perbedaan prestasi belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah dan kelas eksperimen dengan metode inkuiri; (3) perbedaan keaktifan belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah dan kelas eksperimen dengan metode inkuiri; dan (4) perbedaan minat belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah dan kelas eksperimen dengan metode inkuiri.

Langkah penelitian dilakukan dengan penyusunan instrumen dan alat ukur, pemberian soal pretest, pelaksanaan pembelajaran sekaligus observasi keaktifan, pemberian soal posttest, pemberian kuisioner minat.

Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah siswa SMA Negeri 2 Magelang kelas XCsebanyak 32 siswa dan kelas XGsebanyak 31 siswa.Instrumen

yang digunakan adalah pre-test, post-test, lembar observasi dan kuisioner. Soal pretest dan posttest digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Pengukuran keaktifan belajar siswa menggunakan observasi kegiatan siswa. Pengukuran minat belajar siswa menggunakan kuisioner minat. Pengujian data ketiga aspek menggunakan uji-t statistika.

(9)

viii

ABSTRACT

Frederika Indah Puspita, 2013. Physics Learning about the Heat Aquationwith Process Approach Through Inquiry Method in Enhancing Students Learning Achievements, Activity and Interests. Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta. This research aimed to know: (1) the ability of scholarly process through inquiry method; (2) the differences of the learning achievements between control class using lecturing method and experimental class using inquiry method; (3) the

differences of the students’ liveliness between control class using lecturing

method and experimental class using inquiry method; and (4) the differences of

the students’ interests between control class using lecturing method and

experimental class using inquiry method.

The steps of the research were done by making instrument and measuring instrument, giving pre-test tasks, doing learning while observing the liveliness, giving post-test tasks, giving questionnaires of interests.

The sample used in this research was the students of SMA Negeri 2 Magelang grade XC, 32 students and grade XG, 31 students.The instruments

employed were test, post-test, observation sheets and questionnaires. The pre-test tasks and post-test tasks were used to measure the students’ learning achievements. The measurement of the students’ learning liveliness was implementing observation on the students’ activities. The measurement of the

students’ interests was implementing questionnaires of interests. The data

examination of these three aspects were implementing statistical t-test.

The results showed that the inquiry method could enhance the ability of

the process, the learning achievements, the students’ liveliness and the students’

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan, karena penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PERSAMAAN

KALORDENGAN PENDEKATAN PROSES MELALUI METODE

INQUIRYDALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR,

KEAKTIFANDAN MINAT SISWA”.

Perjuangan untuk mencapai suatu keberhasilan memang sulit. Namun,

dengan kemauan dan keinginan untuk meraih masa depan telah mendorong

penulis untuk tetap berusaha.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya skripsi ini,

khususnya kepada :

1. Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku dosen pembimbing yang memberikan

dorongan, semangat, saran dan kritik serta membimbing penulis dalam

penulisan skripsi ini.

2. Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Magelang yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

3. Ibu Mei selaku guru bidang studi fisika kelas XCSMA Negeri 2 Magelang

yang telah memberikan kesempatan dan dukungan dalam penelitian.

4. Bapak Arief selaku guru bidang studi fisika kelas XG SMA Negeri 2

Magelang yang telah memberikan kesempatan dan dukungan dalam

(11)

x

5. Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si selaku dosen pembimbing akademik

yang telah memberikan semangat dalam penulisan skripsi.

6. Semua Dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

yang sudah membimbing penulis selama kurang lebih 4 tahun.

7. Ibu tercinta untuk doa, dukungan, nasehat dan kasih sayang.

8. Mas Johan, Mbak Prisca, Mas Wawan, Mbak Anik, Mas Frans, Setyo, Bu

Eka, Bu Rona, Dek Yanu dan Nurmalita yang telah memberikan motivasi

dan doa.

9. Sahabat-sahabatku Wulan Suka, Yustina, Lita, Kintan, Galuh, Ari dan

Wiwik yang telah memberi semangat.

10. Teman-temanku seangkatan P.Fis 2009 yang telah mengisi hari-hariku

selama kuliah.

11. Semua Pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

memberikan dukungan dan doa selama perjalanan studi.

Akhirnya penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan

untuk itu saran serta kritik yang membangun senantiasa diharapkan. Semoga

tuisan yang sederhana ini bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Yogyakarta, 4 September 2013

Penulis

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pertanyaan Riset ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 2

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II STUDI LITERATUR... 4

A. Hakikat IPA... 4

(13)

xii

C. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ... 10

D. Tinjauan Tentang Keaktifan Belajar ... 11

E. Tinjauan Tentang Minat Belajar ... 13

F. Tinjauan Tentang Kalor dan Perubahan Wujud... 14

G. Hasil Penelitian Sebelumnya... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19

A. Jenis Penelitian... 19

B. Waktu dan Tempat ... 20

C. Subyek Penelitian... 20

D. Variabel Penelitian ... 21

E. Instrumen Penelitian... 21

F. Prosedur Pengambilan Data ... 24

G. Analisis Data ... 29

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Prestasi Belajar Siswa ... 36

B. Keaktifan Belajar Siswa... 41

C. Minat Belajar Siswa... 45

BAB V PENUTUP... 49

A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Jawaban Pretest dan Postest ... 30

Tabel 3.2 Selisih Nilai Pretest dan Postest Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen... 31

Tabel 3.3 Hasil Penilaian Keaktifan Siswa ... 32

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Keaktifan Siswa ... 33

Tabel 3.5 Hasil Klasifikasi Kuisioner Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen ... 34

Tabel 3.6 Hasil Klasifikasi Minat Belajar Siswa ... 34

Tabel 3.7 Hasil Klasifikasi Presentase Skor Kuisioner Minat Belajar

Siswa ... 35

Tabel 4.1 Nilai Pretest dan Postest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

... 37

Tabel 4.2 Skor Rerata Prestasi Kognitif Proses ... 38

Tabel 4.3 Hasil Analisis Tes Prestasi Belajar ... 39

Tabel 4.4Indikator Keaktifan Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen ... 42

Tabel 4.5Hasil Perhitungan Uji untuk Menguji Perbedaan Keaktifan

Belajar Siswa... 43

Tabel 4.6 Skor Minat Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 46

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji untuk Menguji Perbedaan Minat Belajar

(15)

xiv

LAMPIRAN

Lampiran A1Silabus KelasEksperimen ... 53

Lampiran A2Silabus Kelas Kontrol ... 62

Lampiran A3Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen... 69

Lampiran A4Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 79

Lampiran A5Lembar Kerja Siswa ... 84

Lampiran A6Soal Pretest ... 89

Lampiran A7Soal Postest ... 94

Lampiran A8Lembar Observasi Keaktifan Siswa... 99

Lampiran A9Lembar Kuisioner Minat Siswa ... 101

Lampiran A10 DaftarLP 1 : Kognitif Produk ... 103

Lampiran B1 Hasil Lembar Kerja Siswa ... 104

Lampiran B2Hasil Pretest Kelas Kontrol... 107

Lampiran B3Hasil Pretest Kelas Eksperimen ... 109

Lampiran B4Hasil Postest Kelas Kontrol ... 111

Lampiran B5Hasil Postest Kelas Eksperimen... 113

Lampiran B6Daftar Nilai Kelas Kontrol... 115

Lampiran B7Daftar Nilai Kelas Eksperimen ... 117

Lampiran B8Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelas Kontrol ... 121

Lampiran B9Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen... 123

Lampiran B10Daftar Skor Keaktifan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 125

(16)

xv

Lampiran B12Hasil Kuisioner Minat Siswa Kelas Eksperimen ... 128

Lampiran B13Daftar Skor Minat Kelas Kontrol... 130

Lampiran B14Daftar Skor Minat Kelas Eksperimen ... 131

Lampiran B15Uji T Pretest-Posttest Kelas Eksperimen ... 132

Lampiran B16Uji T Pretest-Posttest Kelas Kontrol... 133

Lampiran B17Uji T Pretest-Pretest Kelas Kontrol-Kelas Eksperimen... 134

Lampiran B18Uji T Posttest-Posttest Kelas Kontrol-Kelas Eksperimen... 135

Lampiran B19Uji T Delta ... 136

Lampiran B20Uji T Keaktifan ... 137

Lampiran B21Uji T Minat ... 138

Lampiran B22 Uji Validitas ... 139

Lampiran C1Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 142

Lampiran C2 Surat Telah Melaksanakan Penelitian... 143

Lampiran D1Foto-foto Pelaksanaan Penelitian Kelas Ekspeimen... 144

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam perkembangan pendidikan saat ini, sebagian orang memandang belajar

sebagai latihan membaca, memahami konsep dan mengerjakan soal. Berdasarkan

persepsi semacam ini, orang tua merasa kurang puas bila anak-anak mereka hanya

bisa mengembangkan kemampuan kognitifnya saja tanpa memperhitungkan

kemampuan yang lainnya. Dengan keadaan tersebut peneliti mencoba

mengembangkan metode yang mengukur kemampuan proses siswa.

Berdasarkan persepsi tentang latihan membaca, memahami konsep dan

mengerjakan soal juga berpengaruh terhadap proses pembelajaran fisika. Ada

banyak teori pembelajaran fisika yang dapat mempengaruhi cara guru mengajar

fisika dengan baik sesuai dengan keadaan siswa, materi, kemampuan guru, situasi

zaman, dan perkembangan ilmu pengetahuan. Penelitian ini dikemas agar siswa

tidak merasa bosan ketika belajar tentang fisika. Penelitian ini dilakukan dengan

proses inkuiri agar siswa dapat lebih memahami materi fisika khususnya materi

persamaan kalor, sehingga dapat menumbuhkan konsep-konsep baru di dalam

pikiran siswa. Inkuiri meliputi pengalaman-pengalaman belajar yang dapat

menjamin siswa untuk merumuskan masalah sendiri, merumuskan hipotesa dalam

suatu eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data dan menarik kesimpulan

(18)

Dari uraian di atas, peneliti mencoba mengembangkan pembelajaran fisika

dengan pendekatan proses metode inkuiri yang akan menilai prestasi belajar,

keaktifan dan minat belajar siswa.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Apakah metode inkuiri dapat lebih meningkatkan prestasi belajar siswa

daripada metode ceramah?

b. Apakah metode inkuiri dapat lebih meningkatkan keaktifan belajar siswa

daripada metode ceramah?

c. Apakah metode inkuiri dapat lebih meningkatkan minat belajar siswa

daripada metode ceramah?

C. TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui :

1. Perbedaan prestasi belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah

dan kelas eksperimen dengan metode inkuiri.

2. Perbedaan keaktifan belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah

dan kelas eksperimen dengan metode inkuiri.

3. Perbedaan minat belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah dan

(19)

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian skripsi ini diharapkan dapat manfaat diantaranya:

1. Bagi Kepala Sekolah

Penelitian ini bermanfaat bagi kepala sekolah sebagai informasi tentang

pendidikan yang bertujuan untuk perkembangan proses belajar mengajar

di sekolah.

2. Bagi Guru dan Calon Guru

Penelitian ini bermanfaat bagi guru dan calon guru sebagai inspirasi

untuk mengembangkan proses pembelajaran agar tidak monoton.

3. Bagi Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi mengenai metode

(20)

4

BAB II

STUDI LITERATUR

A. HAKIKAT IPA

Fower mengatakan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan,

yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas

pengamatan dan induksi (Abu dan Supatmo, 2008: 1). IPA adalah pengetahuan

teoritis yang diperoleh dengan metode khusus (Nokes, dalam Abu dan Supatmo,

2008). IPA merupakan suatu ilmu teoritis, tetapi teori tersebut didasarkan atas

pengamatan percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam (Abu dan Supatmo,

2008: 1). Jadi, menurut peneliti, IPA adalah suatu teori yang membicarakan

proses gejala alam yang dapat diamati berdasarkan percobaan dan sesuai dengan

hukum alam.

Awal dari Ilmu Pengetahuan Alam dimulai pada saat manusia memperhatikan

gejala-gejala alam, mencatatnya kemudian mempelajarinya. Pengetahuan yang

diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang

ada. Pengetahuan itu kemudian makin bertambah dengan pengetahuan yang

diperoleh dari hasil pemikirannya. Selanjutnya, dari peningkatan kemampuan

daya pikirnya, manusia mampu melakukan eksperimen untuk membuktikan dan

mencari kebenaran dari suatu pengetahuan. Dari hasil eksperimen ini kemudian

diperoleh pengetahuan baru. Setelah manusia mampu memadukan kemampuan

penalaran dengan eksperimen ini lahirlah IPA sebagai suatu ilmu yang mantab

(21)

Menurut (Abu dan Supatmo, 2008: 3), hakikat IPA meliputi empat unsur

utama yaitu:

1. Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup,

serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat

dipecahkan melalui prosedur yang benar;

2. Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode

ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau

percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;

3. Produk: berupa fakta, prinsip, teori dan hukum;

4. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan

sehari-hari.

Menurut Abu dan Supatmo (2008: 26-27), dalam metode ilmiah terdapat

langkah-langkah penerapannya yaitu:

1. Menentukan dan memberikan batasan kepada masalah

Masalah yang dihadapi atau ditemukan ketika mengadakan kontak

dengan fakta dan gejala alam harus diketahui dengan pasti. Kemudian

disusun suatu rumusan yang tepat akan masalahnya.

2. Menentukan hipotesis atau rumusan pemecahan masalah yang bersifat

(22)

Ada dua pendekatan untuk memperoleh hipotesis atau dugaan yang

mungkin benar, yaitu rumusan atau pernyataan untuk memecahkan

masalah. Pendekatan pertama adalah pendekatan induksi, diawali

dengan pengumpulan data yang didapat dari observasi kemudian

menggunakan data itu sebagai dasar perumusan hipotesis. Pendekatan

kedua yaitu pendekatan deduktif yang merupakan lawan dari pendekatan

induktif dan keduanya saling melengkapi.

3. Menguji dan mengadakan verifikasi kesimpulan

Salah satu unsur keberhasilan Ilmu Alamiah dalam memecahkan masalah

ialah bahwa ilmu alamiah tidah menerima kesimpulannya sendiri, tidak

memandang dari luasnya data di mana kesimpulan itu didasarkan dan

bagaimana baiknya kesimpulan itu cocok dengan gagasan sebelumnya.

Dalam ilmu alamiah suatu kesimpulan bersifat sementara, kesimpulan

adalah sesuatu yang harus diuji. Pengujian-pengujian itu memerlukan

data tambahan. Hal tersebut membuat proses yang terus-menerus dan

kemajuan dapat diperoleh.

B. TINJAUAN TENTANG METODE INKUIRI

1. Hakekat Metode Inkuiri

Metode pembelajaran inkuiri merupakan salah satu metode mengajar yang

sangat kontruktivistis. Secara umum inkuiri adalah proses di mana para

(23)

secara sistematis mencari jawabnya (Trowbridge dan Bybee dalam Suparno

2006). Menurut Welch, inkuiri sebagai proses di mana manusia mencari

informasi atau pengertian, maka sering disebut a way of thought (dalam

Suparno 2006: 65). Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari

mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan

demikian dalam proses perencanaan, pendidik bukanlah mempersiapkan

sejumlah materi yang harus dipahaminya, tetapi memberi kesempatan siswa

untuk menemukan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilannya.

Melalui proses inkuiri, siswa harus berkembang secara utuh baik intelektual

dan prestasi, mental-spiritual, sosial-emosional, maupun pribadinya (Sutarjo,

2012: 93).

Dalam proses penelitian ini, peneliti menggunakan metode inkuiri karena

inkuiri dapat memancing pemikiran dan ide-ide baru yang dapat

dikembangkan untuk menunjang proses belajar-mengajar.

2. Langkah dan Proses Aktifitas Pembelajaran

Langkah-langkah metode inkuiri (Kindsvatter, Wilen & Ishler dalam

Suparno 2006) adalah

a. Identifikasi dan klarifikasi persoalan

Langkah awal adalah menentukan persoalan yang akan dipecahkan

atau diselesaikan dengan metode inkuiri. Persoalan disiapkan oleh guru

sebelum memulai proses pembelajaran di kelas. Persoalan yang diberikan

(24)

dipecahkan oleh siswa. Persoalan perlu diidentifikasi dan diklarifikasi

dengan jelas. Dari persoalan yang diberikan guru dapat terlihat bahwa

tujuan utama sudah dicapai. Persoalan yang diberikan lebih membuat

siswa tertarik apabila persoalan berkaitan dengan kehidupan sekitar yang

mudah dipahami.

b. Membuat hipotesis

Siswa diminta untuk mengajukan jawaban yang sudah dipikirkannya

tentang persoalan yang sudah diberikan oleh guru. Jawaban dari siswa

perlu dikaji ulang dan guru menjelaskan atau memperjelas jawaban dari

siswa dan tidak langsung membenarkan atau menyalahkan jawaban

siswa. Hipotesis yang salah akan terlihat setelah pengambilan data dan

analisis data yang diperoleh.

c. Mengumpulkan Data

Siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk

pembuktian hipotesis apakah mereka sudah benar atau belum. Guru

perlu membantu siswa untuk mengumpulkan data misalnya dengan

merangkai peralatan, mengoperasikan peralatan atau mencari peralatan

yang berhubungan dengan hipotesis siswa.

d. Menganalisis Data

Data yang sudah terkumpul harus dianalisis untuk mendapatkan

membuktikan hasil hipotesis dari siswa. Guru perlu campur tangan

dalam menganalisis data yang telah diperoleh agar siswa tidak bingung

(25)

diperlukan alat hitung seperti rumus yang memudahkan siswa mengambil

keputusan.

e. Mengambil Kesimpulan

Dari data yang telah dikelompokkan dan telah dianalisis, lalu diambil

kesimpulan dengan keputusan lalu dicocokkan dengan dengan hipotesis

yang tadi dikemukakan oleh siswa. Dan guru memberikan catatan untuk

menyatukan percobaan yang telah dilakukan. Bila hipotesis mereka tidak

dapat diterima maka siswa disuruh mencari penjelasannya dan guru dapat

membantu menyelesaikannya.

3. Fungsi Metode Inkuiri

Beberapa fungsi metode inkuiri menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 78)

adalah

a. Membangun komitmen di kalangan siswa untuk belajar, yang

diwujudkan dengan keterlibatan dan kesungguhan terhadap penemuan

dalam proses pembelajaran.

b. Membangun sikap aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran

dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.

(26)

C. TINJAUAN TENTANG PRESTASI BELAJAR

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan,

dikerjakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm.1101). Berdasarkan

pengertian prestasi diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil

yang diperoleh seseorang setelah melakukan suatu kegiatan. Selanjutnya

merupakan pengertian dari belajar, menurut Eveline dan Hartini (2010: 3),

belajar adalah sebuah proses kompleks yang terjadi pada semua orang dan

berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga liang lahat. Salah satu

pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku

dalam dirinya. Menurut Burton (dalam Eveline dan Hartini, 2010: 4), belajar

adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya

interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya

sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar diatas maka dapat disimpulkan

bahwa pengertian prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah

melakukan suatu kegiatan yang di mana akan menimbulkan suatu

(27)

2. Prinsip-Prinsip Prestasi Belajar

Prinsip dasar dalam pengukuran prestasi (Gronlund dalam Azwan, 1996:

18-20) adalah

a. Tes Prestasi harus mengukur hasil belajar

Prinsip ini menjadi langkah pertama dalam penyusunan tes prestasi

belajar.

b. Tes Prestasi harus mengukur suatu sampel

Sampel hasil belajar adalah perwujudan soal tes dalam bentuk

item-item yang mewakili semua pertanyaan mengenai materi pelajaran

yang secara teoritik mungkin ditulis.

c. Tes Prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang sesuai

Tujuan pengukuran adalah pengungkapan proses kompetensi untuk

pemecahan masalah maka dapat dipilih item esai atau pilihan ganda.

d. Tes Prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan

penggunaan hasilnya

Biasanya diperlukan item yang tidak terlalu tinggi taraf

kesukarannya dan cakupannya tidak terlalu luas.

D. TINJAUAN TENTANG KEAKTIFAN BELAJAR

1. Kegiatan Keaktifan Siswa

Dalam interaksi edukatif guru harus berusaha agar anak didik aktif dan

kreatif secara optimal (Syaiful Bahri Djamarah, 2005: 62). Guru bertindak

(28)

dalam belajar. Kegiatan belajar anak didik di kelas harus sesuai dengan

prinsip mengaktifkan anak didik dalam belajar. Beberapa prinsip yang

diperlukan oleh guru dalam upaya mengaktifkan anak didik dalam belajar,

antara lain prinsip stimulus belajar, perhatian dan motivasi, penguatan, dan

umpan balik serta pemakaian dan pemindahan.

2. Indikator Keaktifan Siswa

Penilaian proses belajar-mengajar adalah melihat sejauhmana keaktifan

siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar. Menurut Nana Sudjana

(2009: 61), keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:

a. turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya,

b. terlibat dalam pemecahan masalah,

c. bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami

persoalan yang dihadapinya,

d. berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan

masalah,

e. melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru,

f. menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya,

g. melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis,

h. kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya

(29)

E. TINJAUAN TENTANG MINAT BELAJAR

1. Pengertian Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal

atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah

penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar

dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat

(Slameto, 2010). Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin, 2008).

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pertanyaan yang

menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya,

dapat pula dimanifestasikan melalui partisispasi dalam suatu aktivitas. Siswa

yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan

perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut (Slameto, 2010).

2. Indikator Minat

Menurut Reber, minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi

karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor intern dalam

psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal

lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan

(dalam Muhibbin, 2008).

Namun terlepas dari masalah popular atau tidak, minat seperti yang

dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas

(30)

dalam kaitan ini seyogyanya berusaha membangkitkan minat siswa untuk

menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara

yang kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap positif. Minat besar

pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bidang yang digelutinya tidak

sesuai dengan minat peserta didik, maka peserta didik tidak akan belajar

dengan sebaik-baiknya.

F. TINJAUAN TENTANG KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

1. Pengertian Kalor dan Perbedaannya dengan Suhu

Telah diketahui bahwa jika gelas berisi air panas dicampur dengan air

ledeng, air ledeng mengalami kenaikan suhu dan air panas mengalami

penurunan suhu. Ini menunjukkan terjadinya perpindahan energi dari benda

bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah. Energi yang berpindah disebut

Kalor. Maka dapat didefinisikan bahwa kalor adalah sebagian energi yang

berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih

rendah ketika kedua benda bersentuhan (Kanginan, 2006: 231). Kadangkala,

istilah kandungan kalor sebuah benda digunakan untuk tujuan ini, tapi istilah

itu tidak baik karena bisa dikacaukan dengan kalor itu sendiri (Giancoli,

2001: 491)

2. Menyatakan Kuantitas Kalor

Jika kita mengenal satuan Joule untuk energi mekanik, maka dalam energi

(31)

jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air

sebesar 1℃(atau 1K).

1 kalori = 4,186 J >> 4,2 J (1)

Sebaliknya jika kita ingin mengkonversi dari satuan energi Joule ke satuan

kalori : 1 Joule >> 0,24 Kalori (2)

Kesetaraan ini diperoleh menggunakan alat Joule di mana beban menarik

tali sehingga kincir berputar dan menaikkan temperatur air. Kerja mekanis

sebesar 4,186 Joule ternyata akan menaikkan temperatur air sebesar 1℃

(Mohamad, 2007: 237).

2. Kalor Jenis (c)

Dari data percobaan didapatkan bahwa tiap zat membutuhkan jumlah kalor

yang berbeda untuk menaikkan temperaturnya sebersar 1℃. Untuk itu

didefinisikan kalor jenis (c), yaitu:

= (3)

Kalor jenis secara fisis berarti jumlah energi yang dibutuhkan tiap suatu

satuan massa zat agar temperaturnya berubah. Kalor jenis dianggap sebagai

konstanta, meskipun pada kenyataannya tidak, sebab dari hasil pengukuran, c

merupakan fungsi dari temperatur juga dengan kata lain berubah jika

temperatur berubah (Mohamad, 2007: 238-239). Sehingga jumlah kalor yang

tepat karena perbedaan temperatur lebih tepat dituliskan sebagai:

(32)

Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang

dibutuhkan suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor :

1. massa zat

2. jenis zat (kalor jenis)

3. perubahan suhu

Karena c merupakan fungsi dari T, tekanan juga mempengaruhi nilai dari

c. Namun karena perubahan c sangat kecil, maka seringkali dianggap konstan

dan kalor dirumuskan sebagai:

= ∆ (5)

= ( − ) (6)

Di mana :

Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)

m adalah massa benda (kg)

c adalah kalor jenis (J/kg℃)

( − )adalah perubahan suhu (℃).

G. HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA

Penelitian ini dilakukan oleh Maria Goretti Molla pada 29 April sampai 11

(33)

Timur. Judul skripsi yang diambil adalah Pelaksanaan Pembelajaran Fisika

dengan Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing pada Pokok Bahasan Hukum

Ohm dan Rangkaian Seri-Paralel, Efektivitas dalam Hal Hasil Belajarnya,

Keterlibatan dan Kendala-kendala.

Dari hasil penelitian dijelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran fisika pada

pokok bahasan hukum ohm, rangkaian seri dan paralel dengan menggunakan

metode inkuiri terbimbing dapat efektif karena terlihat dari hasil belajar yang

diperoleh siswa kelas XD SMA tersebut. Berdasarkan proses analisis data dapat

diperoleh bahwa keterlibatan seluruh kegiatan masih cukup melibatkan siswa

dalam kelompok di mana presentase yang diperoleh secara keseluruhan adalah

65%. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dengan penerapan metode inkuiri

terbimbing ini sehingga sebagian siswa masih sulit terlibat dalam kegiatan

pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam jenis kegiatan hanya bisa melibatkan

siswa dalam membaca LKS, merancang percobaan, memasang dan merangkai alat

serta mengamati percobaan dengaan presentase masing-masing 94%, memasang

dan merangkai alat 94% dan mengamati percobaan 100% di kualifikasikan sangan

tinggi pada kegiatan sedangkan mengukur peralatan, melakukan percobaan,

merancang percobaan masing-masing dengan presentase 73%,79% dan 73%

dikualifikasikan tinggi. Sedangkan jenis kegiatan siswa yang lain masih

dikualifikasikan cukup terlibat yaitu menjawab pertanyaan dan menarik

kesimpulan 64% dan 63%, kurang terlibat yaitu merumuskan hipotesis dengan

presentase 45%. Untuk keseluruhan presentase yang diperoleh siswa untuk jenis

(34)

sehingga dapat menjadi kendala. Pelaksanaan pembelajaran ini sangat membantu

siswa dalam mengatasi kesulitan belajar.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan penulis

adalah menambah variasi aspek penelitian inkuiri, yaitu dengan meninjau aspek

prestasi belajar, keaktifan dan minat siswa. Selain itu subyek dan materi yang

(35)

19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimen kuantitatif. Penelitian

eksperimen menurut Arikunto (dalam Tukiran dan Hidayati, 2011: 53), peneliti

sengaja membangkitkan timbulnya sesuatu kejadian atau keadaan, kemudian

diteliti bagaimana akibatnya. Menurut Tukiran dan Hidayati (2011: 53), prosedur

eksperimen bertujuan untuk melihat pengaruh salah satu variasi variabel bebas

terhadap variabel terikat dengan membuat sama variabel bebas lainnya.

Sedangkan maksud dari penelitian kuantitatif adalah data dinyatakan dalam

bentuk angka (Tukiran dan Hidayati, 2011: 53). Jadi, penelitian eksperimen

kuantitatif dapat diartikan sebagai sebuah penelitian yang mengandung hubungan

sebab akibat dengan penggunaan data berupa angka.

Data diperoleh dengan pembagian 2 kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Perlakuan pada kelas eksperimen dengan cara peserta didik diberi

metode inkuiri untuk dapat menemukan konsep persamaan kalor secara mandiri.

Sedangkan perlakuan pada kelas kontrol dengan cara peneliti memberikan metode

mengajar dengan model ceramah. Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

sama-sama dilihat pretest dan postest untuk mengetahui prestasi belajar, minat dan

keaktifan peserta didik.

Penelitian dilakukan dengan mengujikan beberapa soal yang berhubungan dengan

(36)

untuk pretest dan postest sesuai dengan materi yang sudah diberikan peneliti.

Pretest diberikan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa yang akan diajarkan

oleh peneliti sebelum siswa mengerti materinya. Posttest dilakukan sebagai alat

evaluasi untuk meneliti sejauhmana siswa memahami konsep yang sudah

diajarkan oleh peneliti. Peneliti juga melakukan observasi untuk mengetahui

keaktifan peserta didik. Selain itu peneliti juga meyebarkan angket untuk

mengetahui seberapa besar minat peserta didik dalam belajar fisika. Pada

penelitian ini, hasil pretest, posttest, minat dan keaktifan lebih menonjol pada

kelas eksperimen dibanding hasil pretest, posttest, minat dan keaktifan pada kelas

kontrol.

B. WAKTU DAN TEMPAT

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 8 Februari sampai tanggal 28

Maret 2013. Penelitian dilakukan di SMAN 2 Magelang.

C. SUBYEK PENELITIAN

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XCdan kelas XGSMA Negeri

2 Magelang tahun pelajaran 2012/2013 yang terbagi dalam 2 kelas. Dalam

pemilihan subyek ini, peneliti menggunakan teknik tidak random. Siswa yang

tergabung dalam penelitian sejumlah 63 orang yang dibagi menjadi dua kelas

yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas yang digunakan sebagai kelas

kontrol adalah kelas XG dengan jumlah siswa 32, dan sebagai kelas ekperimen

(37)

kontrol diambil secara sembarang tanpa meneliti kelas mana yang lebih menonjol

nilai kognitifnya.

D. VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel Terikat

Dalam penelitian ini variabel terikat adalah hasil belajar kelas kontrol dan

kelas eksperimen yang mencakup aspek kognitif produk. Aspek kognitif

proses, aspek psikomotorik dan aspek afektif tidak termasuk yang diteliti.

Dalam variabel terikat ini peneliti menggunakan kedua kelas yaitu kelas

kontrol dan kelas eksperimen untuk diambil hasil belajar, keaktifan dan

minat.

2. Variabel Bebas

Dalam penelitian ini, variabel bebas adalah metode pembelajaran dengan

pendekatan proses metode inkuiri dan metode pembelajaran ceramah.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

1. Instrumen Perlakuan

a. Silabus

1) Silabus Kelas Kontrol

2) Silabus Kelas Eksperimen

b. Rancangan Proses Pembelajaran (RPP)

1) Rancangan Proses Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol

(38)

2. Alat Ukur

1) Kognitif Produk

Untuk mengukur prestasi belajar kognitif produk, peneliti menggunakan

pretest dan postest.

2) Keaktifan

Keaktifan siswa selama diajar menggunakan metode inkuiri dan ceramah

diamati dengan menggunakan observasi. Keaktifan dapat diukur berdasarkan

beberapa unsur keaktifan yaitu turut serta dalam melaksanakan tugas

belajarnya, terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain

atau kepada guru apabila ada sesuatu yang kurang dipahami, berusaha

mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah,

menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya dan melatih

diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis (Nana, 2009: 61).

3) Minat

Melalui pengukuran minat, peneliti dapat melihat perbandingan minat

siswa selama diajar menggunakan metode inkuiri dan ceramah. Alat ukur

yang digunakan untuk mengukur minat adalah kuisioner. Minat ini dapat

diukur berdasarkan unsur-unsur minat terhadap metode penyampaian materi

yang disampaikan oleh peneliti. Unsur-unsur minat yang digunakan dalam

penelitian yaitu pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi, rasa ingin

tahu dalam menguasai materi, adanya motivasi untuk membangkitkan minat

(39)

3. Validasi Alat Ukur

Validasi masing-masing alat ukur, yaitu soal pretest dan postest, lembar

(40)

F. PROSEDUR PENGAMBILAN DATA

Pengambilan data dilaksanakan di kelas XC dan kelas XGdengan jumlah

63 siswa. Pada kelas penelitian atau kelas eksperimen diajarkan dengan

metode inkuiri. Pada kelas kontrol diajarkan dengan ceramah aktif.

Prosedur pengambilan data dilakukan untuk mengetahui kognitif siswa dan

keaktifan siswa dalam prestasi belajar untuk siswa kelas X SMAN 2

Magelang. Prosedur penelitian mencakup tiga tahap, yaitu:

(41)

1. Pretest pada Setiap kelas

Pretest dilakukan pada awal pertemuan sebelum proses belajar mengajar

berlangsung. Sebelum memberikan pretest, peneliti memberi keterangan

singkat mengenai pokok bahasan yang akan diajarkan. Pengarahan berupa

deskripsi mengenai bidang ajar persamaan kalor. Setelah itu dilaksanakan tes

kemampuan awal. Pretest diberikan dengan soal sama pada setiap kelas.

2. Pembelajaran pada setiap Kelas

a. Kelas Eksperimen

Langkah-langkah yang dilakukan pada pembelajaran di kelas adalah

1) Kegiatan pendahuluan

a) Menentukan pokok bahasan. Untuk mendukung tercapainya tujuan dari

penelitian yang diberikan berkaitan dengan konsep dan kemampuan proses

siswa, penulis menentukan sebuah materi pokok yaitu persamaan kalor.

b) Menyusun silabus. Adapun standar kompetensi dalam penelitian adalah

dengan pendekatan penemuan pada pokok bahasan persamaan kalor adalah

menerapkan konsep persamaan kalor.

2) Inti

Kegiatan inti pada pendekatan penemuan ini adalah dengan menggunakan

acuan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan

penemuan atau inkuiri menurut Gilstrap dalam Suryobroto (2002: 197), yaitu:

(42)

Pemusatan perhatian siswa dapat dilakukan dengan memberikan contoh

kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang pernah ditemui atau dialami

siswa yang berkaitan dengan materi. Ini penting untuk memotivasi siswa,

melatih berpikir kritis, mengembangkan ketrampilan proses dan

ketrampilan sosial (Sidharta, 2008).

2. Memunculkan pertanyaan untuk memacing rasa ingin tahu siswa agar

siswa dapat mengadakan penelitian lebih lanjut. Rangsangan dapat

berupa konflik kognitif. Rangsangan ini akan membantu proses asimilasi

menjadi efektif dan bermakna dalam penguatan intelektualitas siswa.

3. Memberikan motivasi

Dengan motivasi, sebisa mungkin siswa dapat terlibat aktif dan kreatif

untuk mengembangkan kognitifnya.

4. Pengelolaan kelas

Meliputi :

Pembagian kelompok dan pengaturan kelas. Kelas dibagi dalam

kelompok untuk melakukan eksperimen.

5. Pendahuluan pembelajaran

Pendahuluan pembelajaran diselenggarakan dengan memberikan

penjelasan skenario pembelajaran, penjelasan tujuan pembelajaran,

pelaksanaan pretest untuk mencari gambaran tentang pemahaman siswa

tentang materi yang akan diajarkan dan pembuatan alat peraga.

(43)

1) Kegiatan penelitian oleh siswa dengan masing-masing kelompoknya

sesuai dengan pokok bahasan yang telah ditentukan. Aktivitas ini

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan dan

bekerja dengan data serta merumuskan hasil penelitian kelompok

mereka.

2) Mengadakan sesi presentasi

3) Membuka sesi diskusi

4) Pemberian konflik oleh guru kepada siswa. Dari presentasi dan

diskusi dapat diketahui perbedaan konsep tiap kelompok. Lalu guru

menjadikan sebagai modal untuk memberikan rangsangan konflik

kognitif untuk mengkondisikan kegiatan pembelajaran yang terbuka

dan mengakomodasi perbedaan individu.

5) Guru mengelola konflik kognitif tersebut dengan menyajikan data

pembanding lain berupa informasi, pendapat maupun teori-teori

pendukung. Bersama guru, siswa dapat menarik hipotesis dari hasil

diskusi.

7. Observasi keaktifan siswa

Observer mencatat keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapat,

bertanya pada guru, bertanya pada kelompok lain dengan memberikan

skor.

3) Penutup

Kegiatan penutup dilakukan untuk merangkum seluruh rangkaian kegiatan

(44)

b. Kelas Kontrol

Langkah-langkah yang dilakukan pada kelas kontrol adalah

1) Kegiatan pendahuluan

a) Guru menyusun dan mempersiapkan materi yang akan diajarkan.

b) Guru memberikan pengantar serta menyampaikan kembali materi yang

telah disampaikannya pada pertemuan sebelumnya.

c) Memberi kesempatan kepada siswa jika ingin bertanya.

2) Kegiatan Inti

Guru menyampaikan pelajaran dengan memberikan penjelasan mengenai

materi tentang persamaan kalor dengan memberikan contoh soal.

3) Kegiatan penutup

Kegiatan penutup dilakukan untuk merangkum seluruh kegiatan serta untuk

memberikan evaluasi berupa tanya jawab dan pekerjaan rumah (PR).

3. Postest pada setiap Kelas

Pada akhir kegiatan pembelajaran, peneliti merangkum dan menguji

seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan selama 1

bulan. Selain melakukan pembelajaran di kelas, peneliti juga telah

memberikan evaluasi pada siswa. Sebagai akhir dari pembelajaran, peneliti

memberikan angket kepada siswa untuk menanggapi metode pembelajaran

(45)

4. Observasi pada Setiap Kelas

Observasi dilakukan oleh peneliti selama mengajar kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Observasi digunakan untuk mengukur keaktifan siswa. Peneliti

melakukan pengukuran setiap satu satuan indikator keaktifan. Setiap satu

satuan keaktifan diukur dengan 1 tally.

5. Kuisioner pada setiap Kelas

Kuisioner diberikan peneliti kepada siswa kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Kuisioner digunakan untuk mengukur minat siswa. Siswa kelas

kontrol dan kelas eksperimen mengisi kuisioner sesuai dengan pengalaman

pribadi masing-masing.

G. ANALISIS DATA

1. Metode Analisis Data

a. Pretest dan Postest

Pretest diberikan sebelum siswa mempelajari secara lengkap tentang

subbab Persamaan Kalor. Sedangkan postest digunakan setelah siswa

mempelajari persamaan kalor. Soal pretest dan postest berupa soal-soal yang

berhubungan dengan materi yang dipelajari yaitu tentang persamaan kalor.

Dalam pengolahan data yang telah didapat dari hasil penelitian, pretest dan

(46)

1) Hipotesis

Dengan parameter selisih nilai postest dan pretest (Δ X) pada kelas kontrol

dan kelas kelas eksperimen, untuk mengetahui apakah ada perbedaan prestasi

belajar di antara kedua kelas tersebut, maka menggunakan hipotesis

pengujian:

Ho : Tidak terdapat perbedaan selisih nilai pretest dan postest antara kelas

kontrol dan kelas eksperimen.

Hi : Terdapat perbedaan selisih nilai pretest dan postest antara

kelas kontrol dan kelas eksperimen.

2) Data

Hasil jawaban Pretest dan Postest terdapat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1: Hasil Jawaban Pretest dan Postest

Siswa Nilai Selisih Nilai

Postest dan

Pretest (Δ X)

Pretest (X1) Postest (X2)

1

2

3

Dari tabel 3.1 maka, hasil belajar digunakan untuk membandingkan prestasi

(47)

Tabel 3.2: Selisih nilai Pretes dan Postest kelas kontrol dan kelas eksperimen

Siswa Selisih Nilai Pretest dan Posttest (Δ X) pada

kelas:

Kontrol (Δ Xk) Eksperimen(Δ Xe)

1

2

3

3) Pengujian Data

Untuk mengetahui perbedaan hasil pretest dan postest siswa pada kelas

kontrol dan kelas eksperimen dilakukan pengujian dengan menggunakan

program SPSS versi 16.0 for windows.

b. Keaktifan Siswa

1) Hipotesis

Dengan parameter selisih nilai keaktifan siswa pada kelas kontrol dan

kelas kelas eksperimen, untuk mengetahui apakah ada perbedaan prestasi

belajar di antara kedua kelas tersebut, maka menggunakan hipotesis

pengujian:

Ho : Tidak terdapat perbedaan selisih nilai keaktifan siswa antara

kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Hi : Terdapat perbedaan selisih nilai keaktifan siswa antara

(48)

2) Data Keaktifan Siswa

Keaktifan belajar siswa dilakukan oleh peneliti terhadap 2 kelas yaitu

kelas kontrol dan kelas eksperimen. Penilaian keaktifan siswa dengan

menggunakan tally setiap satu satuan aktivitas yang dilakukan siswa.

Tabel 3.3 Hasil penilaian keaktifan siswa

No Indikator Keaktifan Siswa yang Diobservasi

Tally

1 Siswa berkomentar apabila guru salah menjelaskan materi pelajaran

2 Siswa mampu menjawab

pertanyaan yang diajukan guru kepada seluruh siswa

3 Siswa mampu menyelesaikan soal yang diberikan

4 Siswa bertanya kepada siswa lain

5 Siswa bertanya kepada guru ketika mengalami kesulitan

6 Membaca sumber tertentu

7 Siswa mampu memeriksa hasil pekerjaannya

(49)

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Keaktifan Siswa

Skor Kriteria Interval

1 Sangat Kurang Aktif 1–8

2 Kurang Aktif 9–16

3 Aktif 17–24

4 Sangat Aktif 25–32

3) Pengujian Data

Untuk mengetahui perbedaan hasil keaktifan siswa pada kelas kontrol dan

kelas eksperimen dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for

windows.

c. Minat Siswa

1) Hipotesis

Untuk menguji apakah terdapat perbedaan minat belajar diantara kelas

penelitian dan kelas kontrol, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

Ho : tidak terdapat perbedaan minat belajar siswa antara kelas kontrol dan

kelas eksperimen.

Hi : terdapat perbedaan minat belajar siswa antara kelas kontrol dan kelas

(50)

2) Data

Data yang digunakan untuk mengetahui tingkat minat belajar siswa antara

kelas penelitian dan kelas kontrol adalah menggunakan angket minat siswa.

Untuk jawaban kedua kelas,setiap alternatif jawaban diberi skor, yaitu sangat

tidak sangat setuju (skor 1), tidak setuju (skor 2), setuju (skor 3), sangat

setuju (skor 4).

Tabel kriteria tingkat minat belajar siswa

Tabel 3.5 : Hasil klasifikasi kuisioner minat belajar siswa

Siswa Item Pernyataan Jumlah

skor jawaban

1 2 3 …….

Tabel 3.6 Hasil Klasifikasi Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Siswa Jumlah Skor Minat Belajar

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

A

B

(51)

Klasifikasi prentase skor kuisioner minat belajar siswa dapar dilihat pada

tabel 3.7.

Tabel 3.7 : Hasil Klasifikasi Prentase Skor Kuisioner Minat Belajar Siswa

Range % skor Klasifikasi

1% - 32% Sangat Tidak Berminat

33% - 64% Kurang Berminat

65% - 96% Berminat

97% - 128% Sangat Berminat

3) Pengujian Data

Untuk mengetahui perbedaan hasil minat siswa pada kelas kontrol dan

kelas eksperimen dilakukan pengujian dengan menggunakan program SPSS

(52)

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PRESTASI BELAJAR

Hasil

Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah melakukan suatu

kegiatan di mana akan menimbulkan suatu perubahan-perubahan pada diri

individu. Prestasi belajar merupakan salah satu indikator untuk mengukur

kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran. Penelitian eksperimen

dilakukan dengan pembagian 2 kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Peneliti mengambil 2 kelas sebagai sample penelitian. Kelas XC

dengan jumlah peserta didik 32 sebagai kelas eksperimen dan kelas XG

dengan jumlah peserta didik 31 sebagai kelas kontrol. Pemilihan kelas

eksperimen dan kelas kontrol dipilih secara sembarang tanpa meneliti kelas

mana yang menonjol nilai kognitifnya. Dari hasil penelitian pada siswa kelas

XC dan XG SMA Negeri 2 Magelang, dapat diperoleh nilai tes yang

menunjukkan prestasi belajar siswa dan hasil pembelajaran. Nilai pretest dan

postest yang telah diolah dari hasil tes prestasi pada kelas kontrol dan kelas

(53)

Tabel 4.1. Nilai Pretest dan Postest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Siswa Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pretest Postest Pretest Postest

(54)

Skor rerata kognitif produk dan hasil uji dapat dilihat pada tabel

4.2.

Tabel 4.2. Skor Rerata Prestasi Kognitif Produk

Keterangan Kelas Skor Rerata Sig.

(2-tailed)

Hasil Analisis Pretest Postest

Prestasi

kognitif

Proses

Kontrol 3,28 5,44 0,000 Berbeda

Eksperimen 4,53 8,17 0,000 Berbeda

Hipotesis uji adalah

Ho: Tidak terdapat perbedaan kognitif produk secara signifikan antara sebelum

dan sesudah pembelajaran.

Hi: Terdapat perbedaan kognitif produk secara signifikan antara sebelum dan

sesudah pembelajaran.

Analisis:

Karena harga Sig. (2-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima dengan

maksud dalam hasil uji terdapat perbedaan kognitif produk secara

signifikan antara sebelum dan sesudah pembelajaran.

Hasil uji kognitif produk antara kelas kontrol dan kelas

(55)

Tabel 4.3. Hasil Analisis Tes Prestasi Belajar.

Postest Skor Rerata Sig.

(2-tailed)

5,44 8,17 0,000 Berbeda

Hipotesis uji adalah

Ho: Tidak terdapat perbedaan kognitif produk secara signifikan antara kelas

kontrol dan kelas eksperimen.

Hi: Terdapat perbedaan kognitif produk secara signifikan antara kelas kontrol

dan kelas eksperimen.

Analisis:

Karena harga Sig. (2-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima dengan

maksud dalam hasil uji terdapat perbedaan kognitif produk secara

signifikan antara sebelum dan sesudah pembelajaran.

Pembahasan

Skor rerata kognitif produk postest untuk kedua kelas lebih tinggi daripada

pretest, hasil uji menunjukkan bahwa perbedaan keduanya signifikan

untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen. Namun, nilai postest dari kelas

ekperimen lebih signifikan dibanding dengan kelas kontrol. Dengan demikian,

pembelajaran penemuan meningkatkan prestasi belajar aspek kognitif produk

(56)

kiranya sangat jelas karena pembelajaran inkuiri (penemuan) telah

mengintegritasikan di dalamnya sekaligus pengembangan aspek produk,

sementara pembelajaran ceramah sangat sedikit mencakup pengembangan aspek

produk, untuk tidak mengatakan tidak mencakup pengembangan aspek produk.

Pada Penelitian ini, pendekatan proses dapat dilihat dari hasil eksperimen

siswa dan pada saat siswa mengerjakan lembar kerja siswa. Berdasarkan analisis

prestasi belajar yang telah dilakukan peneliti sesuai dengan fungsi metode

inkuiri.

Menurut Sutarjo (2012: 93), melalui proses inkuiri, siswa harus berkembang

secara utuh baik intelektual dan prestasi, mental-spiritual, sosial-emosional,

maupun pribadinya. Dengan kata lain, berdasarkan teori tersebut metode inkuiri

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa karena dengan melakukan proses

secara sistematis berarti siswa lebih bisa mendapat prestasi yang baik.

Dengan demikian, hasil penelitian di atas sesuai dengan teori bahwa metode

inkuiri dapat lebih meningkatkan prestasi belajar siswa.

Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa metode

inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Tetapi pada penelitian ini

prosesnya berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya

menggunakan metode inkuiri terbimbing, sedangkan pada penelitian ini siswa

(57)

untuk menentukan suatu persamaan. Berbeda dengan penelitian sebelumnya,

siswa diberikan suatu persamaan untuk mencari suatu hubungan.

B. KEAKTIFAN BELAJAR SISWA Hasil

Pada penelitian ini, juga diukur tingkat keaktifan siswa terhadap mata

pelajaran Fisika khususnya dalam subbab persamaan kalor. Dalam hal ini

pengukuran dilakukan berdasarkan hasil observasi mengenai keaktifan peserta

didik dalam proses belajar mengajar baik pada kelas kontrol maupun kelas

eksperimen. Hasil pengukuran keaktifan peserta didik dalam kelas kontrol dapat

(58)

Tabel 4.4. Indikator Keaktifan Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Pencapaian Kategori Pencapaian Kategori

(59)

7 Siswa mampu

Skor rata-rata keaktifan di kelas kontrol dan kelas eksperimen serta hasil

di antaranya adalah sebagai berikut.

Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Uji untuk Menguji Perbedaan Keaktifan Belajar Siswa

Keaktifan 6,87 16,25 0,045 Berbeda

Hipotesis uji adalah

Ho: Tidak terdapat perbedaan keaktifan secara signifikan antara kelas kontrol

dan kelas eksperimen.

Hi: Terdapat perbedaan keaktifan secara signifikan antara kelas kontrol dan kelas

eksperimen.

(60)

Karena harga Sig. (2-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima dengan

maksud dalam hasil uji terdapat perbedaan keaktifan secara signifikan

antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Pembahasan

Dari hasil analisis di atas terlihat bahwa skor rerata keaktifan kelas

eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dan perbedaan antara keduanya

signifikan. Dengan demikian, keaktifan siswa pada pembelajaran inkuiri

(penemuan) lebih tinggi daripada pembelajaran ceramah. Hal ini kiranya dapat

dijelaskan dari sifat pembelajaran inkuiri yang berpusat pada siswa sehingga

siswa aktif sedangkan pada pembelajaran ceramah berpusat pada guru sehingga

siswa lebih pasif.

Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 78), fungsi dari metode inkuiri adalah

membangun sikap aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Dengan

kata lain, berdasarkan teori tersebut metode inkuiri dapat meningkatkan keaktifan

belajar siswa (Sudjana, 2009).

Dengan demikian, hasil penelitian di atas sesuai dengan teori bahwa metode

inkuiri dapat lebih meningkatkan keaktifan belajar siswa.

Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa metode

inkuiri dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Tetapi pada penelitian ini

subyeknya berbeda dengan penelitian sebelumnya. Selain itu, materi yang

(61)

C. MINAT BELAJAR SISWA Hasil

Pada penelitian ini, juga diukur tingkat minat siswa terhadap mata pelajaran

Fisika khususnya dalam subbab persamaan kalor. Dalam hal ini pengukuran

dilakukan berdasarkan hasil kuisioner mengenai minat peserta didik dalam proses

belajar mengajar baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan jumlah skor hasil jawaban tiap

masing-masing peserta didik pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Skor

jawaban peserta didik pada tiap nomor dijumlahkan karena point-point

pertanyaan pada kuisioner memiliki latar belakang unsur-unsur yang berbeda.

(62)

Tabel 4.6 : Skor Minat Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Siswa

(63)

Skor rata-rata minat di kelas kontrol dan kelas eksperimen serta hasil

di antaranya adalah sebagai berikut.

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji untuk Menguji Perbedaan Minat Belajar Siswa

Keterangan Skor Rerata Minat Sig. (2-tailed)

Hasil Analisis Kelas

Kontrol

Kelas Eksperimen

Minat 28,03 30,42 0,012 Berbeda

Hipotesis uji adalah

Ho: Tidak terdapat perbedaan minat secara signifikan antara kelas kontrol dan

kelas eksperimen.

Hi: Terdapat perbedaan minat secara signifikan antara kelas kontrol dan kelas

eksperimen.

Analisis:

Karena harga Sig. (2-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima dengan

maksud dalam hasil uji terdapat perbedaan minat siswa secara signifikan

antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Pembahasan

Dari hasil analisis di atas terlihat bahwa skor rerata minat kelas eksperimen

(64)

Dengan demikian, minat siswa pada pembelajaran inkuiri (penemuan) lebih

tinggi daripada pembelajaran ceramah. Hal ini kiranya dapat dijelaskan dari sifat

pembelajaran inkuiri yang berpusat pada siswa sehingga siswa aktif sedangkan

pada pembelajaran ceramah berpusat pada guru sehingga siswa lebih pasif. Pada

pembelajaran inkuiri, siswa lebih bebas belajar dan mencari pemahaman konsep

sesuai kemampuan masing-masing.

Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 78), fungsi dari metode inkuiri dapat

membangun komitmen di kalangan siswa untuk belajar, yang terwujud dalam

keterlibatan dan kesungguhan terhadap penemuan dalam proses pembelajaran.

Dengan kata lain, berdasarkanteori tersebut metode inkuiri dapat meningkatkan

minat belajar siswa (muhibbin, 2008).

Dengan demikian, hasil penelitian di atas sesuai dengan teori bahwa metode

inkuiri dapat lebih meningkatkan minat belajar siswa.

Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa metode

inkuiri dapat meningkatkan minat belajar siswa. Tetapi pada penelitian ini

subyeknya berbeda dengan penelitian sebelumnya. Selain itu, materi yang

(65)

49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan Analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat

diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar,

minat dan keaktifan, lebih tepatnya:

1. Adanya perbedaan prestasi belajar siswa pada pembelajaran kelas inkuiri dan

kelas ceramah, di mana rata-rata nilai kelas inkuiri lebih tinggi daripada kelas

ceramah.

2. Adanya perbedaan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran kelas inkuiri

dan kelas ceramah, di mana rata-rata nilai kelas inkuiri lebih tinggi daripada

kelas ceramah.

3. Adanya perbedaan minat belajar siswa pada pembelajaran kelas inkuiri dan

kelas ceramah, di mana rata-rata nilai kelas inkuiri lebih tinggi daripada kelas

(66)

A. SARAN

Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan penelitian

eksperimen pada kelas XC dan kelas XG semester genap SMA Negeri 2, penulis

menyarankan :

1. Pembelajaran fisika dengan pendekatan inkuiri perlu dilaksanakan oleh

guru fisika SMA sebagai salah satu variasi pembelajaran agar prestasi

belajar menjadi optimal.

2. Jumlah sampel dapat ditambah atau mencoba melakukan penelitian

terhadap berbagai sekolah.

3. Ada baiknya melakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap

instrumen penelitian agar kualitas tes lebih baik.

4. Walaupun pretest dan postest sama soalnya dan sama indikatornya

sebaiknya soal postest nomornya dibedakan dengan pretest agar siswa

(67)

51

DAFTAR PUSTAKA

Abu dan Supatmo. 2008.Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai-Karakter. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Amien, Moh. 1979.Apakah Metoda Discovery-Inkuiri Itu?. Jakarta: Depdikbud.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Giancoli, Douglas. 2001.Fisika.Jakarta: Erlangga.

Hanafiah dan Suhana. 2012.Konsep Strategi Pembelajaran.Bandung: PT. Refika

Aditama.

Ishaq, Mohamad. 2007.Fisika Dasar.Bandung: Graha Ilmu.

Kanginan, Marthen. 2006.Fisika SMA Kelas X.Jakarta: PT. Erlangga.

Purwanto, Ngalim. 1990.Psikologi Pendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Roestiyah. 2001.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sugono, Dendy. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia.

Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas

Sanata Dharma.

Syah, Muhibbin. 2003.Psikologi Belajar.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Taniredja, Tukiran dan Hidayati. 2011. Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar

(68)

Puspitasari, Rika Nanda. Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas III

Melalui Penerapan Metode Guided Inkuiri-Discovery (skripsi) Dalam

http://eprints.uns.ac.id/138/1/168990709201009391.pdf . (Rabu, 12,12,12 19.34)

Molla, Maria Goretti. 2011. Pelaksanaan Pembelajaran Fisika dengan

Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing pada Pokok Bahasan Hukum

Ohm dan Rangkaian Seri-Paralel, Efektivitas dalam Hal Hasil Belajarnya,

(69)

53 Lampiran A1

SILABUS

Nama sekolah : SMA NEGERI 2 MAGELANG

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : X Eksperimen /2

Standar Kompetensi : 4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi.

Kompetensi

1. Uraian 1. Apa definisi dari kalor ?

(70)

54

4. Berapa kalor yang diperlukan untuk turut wadah berisi 500 ml air dan berisi 1000 ml air, yang suhu awalnya sama. Dalam selang waktu yang sama, manakah yang akan mengalami kenaikan suhu lebih besar ? mengapa ? 6. Jelaskan perbedaan

kalor dengan suhu !

persamaan kalor . LP 3: Psikomotor . LP 4: Pengamatan

Karakter

(71)

55 hasil sebagai berikut ! Mass

(72)
(73)
(74)
(75)

59

(76)
(77)

61 Kompetensi

Dasar

Materi Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran Indikator

Penilaian Alokasi

Waktu

S u mb e r / Bahan/Alat

Teknik

Bentuk Instrumen

Contoh Instrumen

percobaan

) menentukan

) persamaan kalor.

Yogyakarta, Juli 2012 Peneliti,

Frederika Indah Puspita NIM. 091424013

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Penelitian

(78)

62 Lampiran A2

SILABUS

Nama sekolah : SMA NEGERI 2 MAGELANG

Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X Kontrol /2

Standar Kompetensi : 4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi.

Kompetensi

1. Apa definisi dari kalor ? 2. Apa yang dimaksud dengan

suhu ?

3. Berilah contoh pemanfaatan kalor dalam kehidupan sehari-hari !

4 jp Sumber: Buku

(79)

63

4. Berapa kalor yang diperlukan untuk untuk menaikkan suhu 250 gr air dari 20⁰C sampai 100⁰C ?

(80)

64

6. Jelaskan perbedaan kalor dengan suhu !

(81)

65

Simpulkan hasil eksperimen diatas !

8. Seorang peneliti

(82)

66

(83)
(84)

68 Yogyakarta, Juli 2012 Peneliti,

Frederika Indah Puspita NIM. 091424013

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Penelitian

Gambar

Tabel 3.1: Hasil Jawaban Pretest dan Postest
Tabel 3.2: Selisih nilai Pretes dan Postest kelas kontrol dan kelas
Tabel 3.3 Hasil penilaian keaktifan siswa
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Keaktifan Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH PERMAINAN MARBEL HURUF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB PURNAMA ASIH KABUPATEN BANDUNG BARAT.. Universitas Pendidikan Indonesia

Penulis menggunakan metode deskriptif dalam penelitian untuk mendeskripsikan data yang telah terkumpul mengenai Pengetahuan Guru Sekolah Dasar tentang Pedoman Umum

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah ketentuan yang diperuntukan sebagai alat penertiban penataan ruang, meliputi ketentuan umum

o Kemudian pada Nagori Panombean Baru, SAKSI SAMSUL BAHRI berbicara melalui handphone (HP) kepada temannya yakni SAKSI ALI BASA NASUTION (PEGAWAI KANTOR NAGORI PANOMBEAN

Hasil analisis tersebut akan digunakan untuk menetapkan posisi kelom- pok dengan menggunakan Matriks Internal Eksternal (IE) untuk memetakan posisi kelompok. Hasil

Keputusan Gubernur Nomor 108 Tahun 2003 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagaimana telah

Perusahaan NPWP Alamat.. Harga

Firman Allah Ta’ala, “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; Maka