PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PERSAMAAN KALOR
DENGAN PENDEKATAN PROSES MELALUI METODEINQUIRY
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN MINAT SISWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh : Frederika Indah Puspita
NIM. 091424013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PERSAMAAN KALOR
DENGAN PENDEKATAN PROSES MELALUI METODEINQUIRY
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN MINAT SISWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh : Frederika Indah Puspita
NIM. 091424013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Kesempatan anda untuk sukses di setiap
kondisi selalu dapat diukur oleh seberapa
besar kepercayaan anda pada diri sendiri“
(Robert Collier)
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria
ENGKAULAH ANDALANKU
Karya Kecil ini kupersembahkan untuk :
Kedua orang tuaku : alm. Yohannes Moerjono Basuki
Maria Goretti Sulatri
Sebagai rasa syukur dan terima kasih atas doa, bimbingan, kasih sayang, cinta dan
vii
ABSTRAK
Frederika Indah Puspita, 2013. Pembelajaran Fisika Tentang Persamaan Kalor Dengan Pendekatan Proses Melalui Metode Inquiry Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar, Keaktifan dan Minat Siswa. Progran Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) kemampuan proses keilmuan melalui metode inkuiri; (2) perbedaan prestasi belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah dan kelas eksperimen dengan metode inkuiri; (3) perbedaan keaktifan belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah dan kelas eksperimen dengan metode inkuiri; dan (4) perbedaan minat belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah dan kelas eksperimen dengan metode inkuiri.
Langkah penelitian dilakukan dengan penyusunan instrumen dan alat ukur, pemberian soal pretest, pelaksanaan pembelajaran sekaligus observasi keaktifan, pemberian soal posttest, pemberian kuisioner minat.
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah siswa SMA Negeri 2 Magelang kelas XCsebanyak 32 siswa dan kelas XGsebanyak 31 siswa.Instrumen
yang digunakan adalah pre-test, post-test, lembar observasi dan kuisioner. Soal pretest dan posttest digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Pengukuran keaktifan belajar siswa menggunakan observasi kegiatan siswa. Pengukuran minat belajar siswa menggunakan kuisioner minat. Pengujian data ketiga aspek menggunakan uji-t statistika.
viii
ABSTRACT
Frederika Indah Puspita, 2013. Physics Learning about the Heat Aquationwith Process Approach Through Inquiry Method in Enhancing Students Learning Achievements, Activity and Interests. Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta. This research aimed to know: (1) the ability of scholarly process through inquiry method; (2) the differences of the learning achievements between control class using lecturing method and experimental class using inquiry method; (3) the
differences of the students’ liveliness between control class using lecturing
method and experimental class using inquiry method; and (4) the differences of
the students’ interests between control class using lecturing method and
experimental class using inquiry method.
The steps of the research were done by making instrument and measuring instrument, giving pre-test tasks, doing learning while observing the liveliness, giving post-test tasks, giving questionnaires of interests.
The sample used in this research was the students of SMA Negeri 2 Magelang grade XC, 32 students and grade XG, 31 students.The instruments
employed were test, post-test, observation sheets and questionnaires. The pre-test tasks and post-test tasks were used to measure the students’ learning achievements. The measurement of the students’ learning liveliness was implementing observation on the students’ activities. The measurement of the
students’ interests was implementing questionnaires of interests. The data
examination of these three aspects were implementing statistical t-test.
The results showed that the inquiry method could enhance the ability of
the process, the learning achievements, the students’ liveliness and the students’
ix
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan, karena penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PERSAMAAN
KALORDENGAN PENDEKATAN PROSES MELALUI METODE
INQUIRYDALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR,
KEAKTIFANDAN MINAT SISWA”.
Perjuangan untuk mencapai suatu keberhasilan memang sulit. Namun,
dengan kemauan dan keinginan untuk meraih masa depan telah mendorong
penulis untuk tetap berusaha.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya skripsi ini,
khususnya kepada :
1. Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku dosen pembimbing yang memberikan
dorongan, semangat, saran dan kritik serta membimbing penulis dalam
penulisan skripsi ini.
2. Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Magelang yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
3. Ibu Mei selaku guru bidang studi fisika kelas XCSMA Negeri 2 Magelang
yang telah memberikan kesempatan dan dukungan dalam penelitian.
4. Bapak Arief selaku guru bidang studi fisika kelas XG SMA Negeri 2
Magelang yang telah memberikan kesempatan dan dukungan dalam
x
5. Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan semangat dalam penulisan skripsi.
6. Semua Dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang sudah membimbing penulis selama kurang lebih 4 tahun.
7. Ibu tercinta untuk doa, dukungan, nasehat dan kasih sayang.
8. Mas Johan, Mbak Prisca, Mas Wawan, Mbak Anik, Mas Frans, Setyo, Bu
Eka, Bu Rona, Dek Yanu dan Nurmalita yang telah memberikan motivasi
dan doa.
9. Sahabat-sahabatku Wulan Suka, Yustina, Lita, Kintan, Galuh, Ari dan
Wiwik yang telah memberi semangat.
10. Teman-temanku seangkatan P.Fis 2009 yang telah mengisi hari-hariku
selama kuliah.
11. Semua Pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
memberikan dukungan dan doa selama perjalanan studi.
Akhirnya penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan
untuk itu saran serta kritik yang membangun senantiasa diharapkan. Semoga
tuisan yang sederhana ini bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Yogyakarta, 4 September 2013
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pertanyaan Riset ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 2
D. Manfaat Penelitian ... 3
BAB II STUDI LITERATUR... 4
A. Hakikat IPA... 4
xii
C. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ... 10
D. Tinjauan Tentang Keaktifan Belajar ... 11
E. Tinjauan Tentang Minat Belajar ... 13
F. Tinjauan Tentang Kalor dan Perubahan Wujud... 14
G. Hasil Penelitian Sebelumnya... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19
A. Jenis Penelitian... 19
B. Waktu dan Tempat ... 20
C. Subyek Penelitian... 20
D. Variabel Penelitian ... 21
E. Instrumen Penelitian... 21
F. Prosedur Pengambilan Data ... 24
G. Analisis Data ... 29
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN ... 36
A. Prestasi Belajar Siswa ... 36
B. Keaktifan Belajar Siswa... 41
C. Minat Belajar Siswa... 45
BAB V PENUTUP... 49
A. Kesimpulan ... 49
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil Jawaban Pretest dan Postest ... 30
Tabel 3.2 Selisih Nilai Pretest dan Postest Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen... 31
Tabel 3.3 Hasil Penilaian Keaktifan Siswa ... 32
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Keaktifan Siswa ... 33
Tabel 3.5 Hasil Klasifikasi Kuisioner Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen ... 34
Tabel 3.6 Hasil Klasifikasi Minat Belajar Siswa ... 34
Tabel 3.7 Hasil Klasifikasi Presentase Skor Kuisioner Minat Belajar
Siswa ... 35
Tabel 4.1 Nilai Pretest dan Postest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
... 37
Tabel 4.2 Skor Rerata Prestasi Kognitif Proses ... 38
Tabel 4.3 Hasil Analisis Tes Prestasi Belajar ... 39
Tabel 4.4Indikator Keaktifan Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen ... 42
Tabel 4.5Hasil Perhitungan Uji untuk Menguji Perbedaan Keaktifan
Belajar Siswa... 43
Tabel 4.6 Skor Minat Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 46
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji untuk Menguji Perbedaan Minat Belajar
xiv
LAMPIRAN
Lampiran A1Silabus KelasEksperimen ... 53
Lampiran A2Silabus Kelas Kontrol ... 62
Lampiran A3Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen... 69
Lampiran A4Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 79
Lampiran A5Lembar Kerja Siswa ... 84
Lampiran A6Soal Pretest ... 89
Lampiran A7Soal Postest ... 94
Lampiran A8Lembar Observasi Keaktifan Siswa... 99
Lampiran A9Lembar Kuisioner Minat Siswa ... 101
Lampiran A10 DaftarLP 1 : Kognitif Produk ... 103
Lampiran B1 Hasil Lembar Kerja Siswa ... 104
Lampiran B2Hasil Pretest Kelas Kontrol... 107
Lampiran B3Hasil Pretest Kelas Eksperimen ... 109
Lampiran B4Hasil Postest Kelas Kontrol ... 111
Lampiran B5Hasil Postest Kelas Eksperimen... 113
Lampiran B6Daftar Nilai Kelas Kontrol... 115
Lampiran B7Daftar Nilai Kelas Eksperimen ... 117
Lampiran B8Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelas Kontrol ... 121
Lampiran B9Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen... 123
Lampiran B10Daftar Skor Keaktifan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 125
xv
Lampiran B12Hasil Kuisioner Minat Siswa Kelas Eksperimen ... 128
Lampiran B13Daftar Skor Minat Kelas Kontrol... 130
Lampiran B14Daftar Skor Minat Kelas Eksperimen ... 131
Lampiran B15Uji T Pretest-Posttest Kelas Eksperimen ... 132
Lampiran B16Uji T Pretest-Posttest Kelas Kontrol... 133
Lampiran B17Uji T Pretest-Pretest Kelas Kontrol-Kelas Eksperimen... 134
Lampiran B18Uji T Posttest-Posttest Kelas Kontrol-Kelas Eksperimen... 135
Lampiran B19Uji T Delta ... 136
Lampiran B20Uji T Keaktifan ... 137
Lampiran B21Uji T Minat ... 138
Lampiran B22 Uji Validitas ... 139
Lampiran C1Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 142
Lampiran C2 Surat Telah Melaksanakan Penelitian... 143
Lampiran D1Foto-foto Pelaksanaan Penelitian Kelas Ekspeimen... 144
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam perkembangan pendidikan saat ini, sebagian orang memandang belajar
sebagai latihan membaca, memahami konsep dan mengerjakan soal. Berdasarkan
persepsi semacam ini, orang tua merasa kurang puas bila anak-anak mereka hanya
bisa mengembangkan kemampuan kognitifnya saja tanpa memperhitungkan
kemampuan yang lainnya. Dengan keadaan tersebut peneliti mencoba
mengembangkan metode yang mengukur kemampuan proses siswa.
Berdasarkan persepsi tentang latihan membaca, memahami konsep dan
mengerjakan soal juga berpengaruh terhadap proses pembelajaran fisika. Ada
banyak teori pembelajaran fisika yang dapat mempengaruhi cara guru mengajar
fisika dengan baik sesuai dengan keadaan siswa, materi, kemampuan guru, situasi
zaman, dan perkembangan ilmu pengetahuan. Penelitian ini dikemas agar siswa
tidak merasa bosan ketika belajar tentang fisika. Penelitian ini dilakukan dengan
proses inkuiri agar siswa dapat lebih memahami materi fisika khususnya materi
persamaan kalor, sehingga dapat menumbuhkan konsep-konsep baru di dalam
pikiran siswa. Inkuiri meliputi pengalaman-pengalaman belajar yang dapat
menjamin siswa untuk merumuskan masalah sendiri, merumuskan hipotesa dalam
suatu eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data dan menarik kesimpulan
Dari uraian di atas, peneliti mencoba mengembangkan pembelajaran fisika
dengan pendekatan proses metode inkuiri yang akan menilai prestasi belajar,
keaktifan dan minat belajar siswa.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah metode inkuiri dapat lebih meningkatkan prestasi belajar siswa
daripada metode ceramah?
b. Apakah metode inkuiri dapat lebih meningkatkan keaktifan belajar siswa
daripada metode ceramah?
c. Apakah metode inkuiri dapat lebih meningkatkan minat belajar siswa
daripada metode ceramah?
C. TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui :
1. Perbedaan prestasi belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah
dan kelas eksperimen dengan metode inkuiri.
2. Perbedaan keaktifan belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah
dan kelas eksperimen dengan metode inkuiri.
3. Perbedaan minat belajar antara kelas kontrol dengan metode ceramah dan
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian skripsi ini diharapkan dapat manfaat diantaranya:
1. Bagi Kepala Sekolah
Penelitian ini bermanfaat bagi kepala sekolah sebagai informasi tentang
pendidikan yang bertujuan untuk perkembangan proses belajar mengajar
di sekolah.
2. Bagi Guru dan Calon Guru
Penelitian ini bermanfaat bagi guru dan calon guru sebagai inspirasi
untuk mengembangkan proses pembelajaran agar tidak monoton.
3. Bagi Penelitian
Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi mengenai metode
4
BAB II
STUDI LITERATUR
A. HAKIKAT IPA
Fower mengatakan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan,
yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas
pengamatan dan induksi (Abu dan Supatmo, 2008: 1). IPA adalah pengetahuan
teoritis yang diperoleh dengan metode khusus (Nokes, dalam Abu dan Supatmo,
2008). IPA merupakan suatu ilmu teoritis, tetapi teori tersebut didasarkan atas
pengamatan percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam (Abu dan Supatmo,
2008: 1). Jadi, menurut peneliti, IPA adalah suatu teori yang membicarakan
proses gejala alam yang dapat diamati berdasarkan percobaan dan sesuai dengan
hukum alam.
Awal dari Ilmu Pengetahuan Alam dimulai pada saat manusia memperhatikan
gejala-gejala alam, mencatatnya kemudian mempelajarinya. Pengetahuan yang
diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang
ada. Pengetahuan itu kemudian makin bertambah dengan pengetahuan yang
diperoleh dari hasil pemikirannya. Selanjutnya, dari peningkatan kemampuan
daya pikirnya, manusia mampu melakukan eksperimen untuk membuktikan dan
mencari kebenaran dari suatu pengetahuan. Dari hasil eksperimen ini kemudian
diperoleh pengetahuan baru. Setelah manusia mampu memadukan kemampuan
penalaran dengan eksperimen ini lahirlah IPA sebagai suatu ilmu yang mantab
Menurut (Abu dan Supatmo, 2008: 3), hakikat IPA meliputi empat unsur
utama yaitu:
1. Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup,
serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar;
2. Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode
ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau
percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
3. Produk: berupa fakta, prinsip, teori dan hukum;
4. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan
sehari-hari.
Menurut Abu dan Supatmo (2008: 26-27), dalam metode ilmiah terdapat
langkah-langkah penerapannya yaitu:
1. Menentukan dan memberikan batasan kepada masalah
Masalah yang dihadapi atau ditemukan ketika mengadakan kontak
dengan fakta dan gejala alam harus diketahui dengan pasti. Kemudian
disusun suatu rumusan yang tepat akan masalahnya.
2. Menentukan hipotesis atau rumusan pemecahan masalah yang bersifat
Ada dua pendekatan untuk memperoleh hipotesis atau dugaan yang
mungkin benar, yaitu rumusan atau pernyataan untuk memecahkan
masalah. Pendekatan pertama adalah pendekatan induksi, diawali
dengan pengumpulan data yang didapat dari observasi kemudian
menggunakan data itu sebagai dasar perumusan hipotesis. Pendekatan
kedua yaitu pendekatan deduktif yang merupakan lawan dari pendekatan
induktif dan keduanya saling melengkapi.
3. Menguji dan mengadakan verifikasi kesimpulan
Salah satu unsur keberhasilan Ilmu Alamiah dalam memecahkan masalah
ialah bahwa ilmu alamiah tidah menerima kesimpulannya sendiri, tidak
memandang dari luasnya data di mana kesimpulan itu didasarkan dan
bagaimana baiknya kesimpulan itu cocok dengan gagasan sebelumnya.
Dalam ilmu alamiah suatu kesimpulan bersifat sementara, kesimpulan
adalah sesuatu yang harus diuji. Pengujian-pengujian itu memerlukan
data tambahan. Hal tersebut membuat proses yang terus-menerus dan
kemajuan dapat diperoleh.
B. TINJAUAN TENTANG METODE INKUIRI
1. Hakekat Metode Inkuiri
Metode pembelajaran inkuiri merupakan salah satu metode mengajar yang
sangat kontruktivistis. Secara umum inkuiri adalah proses di mana para
secara sistematis mencari jawabnya (Trowbridge dan Bybee dalam Suparno
2006). Menurut Welch, inkuiri sebagai proses di mana manusia mencari
informasi atau pengertian, maka sering disebut a way of thought (dalam
Suparno 2006: 65). Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari
mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan
demikian dalam proses perencanaan, pendidik bukanlah mempersiapkan
sejumlah materi yang harus dipahaminya, tetapi memberi kesempatan siswa
untuk menemukan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilannya.
Melalui proses inkuiri, siswa harus berkembang secara utuh baik intelektual
dan prestasi, mental-spiritual, sosial-emosional, maupun pribadinya (Sutarjo,
2012: 93).
Dalam proses penelitian ini, peneliti menggunakan metode inkuiri karena
inkuiri dapat memancing pemikiran dan ide-ide baru yang dapat
dikembangkan untuk menunjang proses belajar-mengajar.
2. Langkah dan Proses Aktifitas Pembelajaran
Langkah-langkah metode inkuiri (Kindsvatter, Wilen & Ishler dalam
Suparno 2006) adalah
a. Identifikasi dan klarifikasi persoalan
Langkah awal adalah menentukan persoalan yang akan dipecahkan
atau diselesaikan dengan metode inkuiri. Persoalan disiapkan oleh guru
sebelum memulai proses pembelajaran di kelas. Persoalan yang diberikan
dipecahkan oleh siswa. Persoalan perlu diidentifikasi dan diklarifikasi
dengan jelas. Dari persoalan yang diberikan guru dapat terlihat bahwa
tujuan utama sudah dicapai. Persoalan yang diberikan lebih membuat
siswa tertarik apabila persoalan berkaitan dengan kehidupan sekitar yang
mudah dipahami.
b. Membuat hipotesis
Siswa diminta untuk mengajukan jawaban yang sudah dipikirkannya
tentang persoalan yang sudah diberikan oleh guru. Jawaban dari siswa
perlu dikaji ulang dan guru menjelaskan atau memperjelas jawaban dari
siswa dan tidak langsung membenarkan atau menyalahkan jawaban
siswa. Hipotesis yang salah akan terlihat setelah pengambilan data dan
analisis data yang diperoleh.
c. Mengumpulkan Data
Siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk
pembuktian hipotesis apakah mereka sudah benar atau belum. Guru
perlu membantu siswa untuk mengumpulkan data misalnya dengan
merangkai peralatan, mengoperasikan peralatan atau mencari peralatan
yang berhubungan dengan hipotesis siswa.
d. Menganalisis Data
Data yang sudah terkumpul harus dianalisis untuk mendapatkan
membuktikan hasil hipotesis dari siswa. Guru perlu campur tangan
dalam menganalisis data yang telah diperoleh agar siswa tidak bingung
diperlukan alat hitung seperti rumus yang memudahkan siswa mengambil
keputusan.
e. Mengambil Kesimpulan
Dari data yang telah dikelompokkan dan telah dianalisis, lalu diambil
kesimpulan dengan keputusan lalu dicocokkan dengan dengan hipotesis
yang tadi dikemukakan oleh siswa. Dan guru memberikan catatan untuk
menyatukan percobaan yang telah dilakukan. Bila hipotesis mereka tidak
dapat diterima maka siswa disuruh mencari penjelasannya dan guru dapat
membantu menyelesaikannya.
3. Fungsi Metode Inkuiri
Beberapa fungsi metode inkuiri menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 78)
adalah
a. Membangun komitmen di kalangan siswa untuk belajar, yang
diwujudkan dengan keterlibatan dan kesungguhan terhadap penemuan
dalam proses pembelajaran.
b. Membangun sikap aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran
dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
C. TINJAUAN TENTANG PRESTASI BELAJAR
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan,
dikerjakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm.1101). Berdasarkan
pengertian prestasi diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil
yang diperoleh seseorang setelah melakukan suatu kegiatan. Selanjutnya
merupakan pengertian dari belajar, menurut Eveline dan Hartini (2010: 3),
belajar adalah sebuah proses kompleks yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga liang lahat. Salah satu
pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku
dalam dirinya. Menurut Burton (dalam Eveline dan Hartini, 2010: 4), belajar
adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya
interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya
sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar diatas maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah
melakukan suatu kegiatan yang di mana akan menimbulkan suatu
2. Prinsip-Prinsip Prestasi Belajar
Prinsip dasar dalam pengukuran prestasi (Gronlund dalam Azwan, 1996:
18-20) adalah
a. Tes Prestasi harus mengukur hasil belajar
Prinsip ini menjadi langkah pertama dalam penyusunan tes prestasi
belajar.
b. Tes Prestasi harus mengukur suatu sampel
Sampel hasil belajar adalah perwujudan soal tes dalam bentuk
item-item yang mewakili semua pertanyaan mengenai materi pelajaran
yang secara teoritik mungkin ditulis.
c. Tes Prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang sesuai
Tujuan pengukuran adalah pengungkapan proses kompetensi untuk
pemecahan masalah maka dapat dipilih item esai atau pilihan ganda.
d. Tes Prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaan hasilnya
Biasanya diperlukan item yang tidak terlalu tinggi taraf
kesukarannya dan cakupannya tidak terlalu luas.
D. TINJAUAN TENTANG KEAKTIFAN BELAJAR
1. Kegiatan Keaktifan Siswa
Dalam interaksi edukatif guru harus berusaha agar anak didik aktif dan
kreatif secara optimal (Syaiful Bahri Djamarah, 2005: 62). Guru bertindak
dalam belajar. Kegiatan belajar anak didik di kelas harus sesuai dengan
prinsip mengaktifkan anak didik dalam belajar. Beberapa prinsip yang
diperlukan oleh guru dalam upaya mengaktifkan anak didik dalam belajar,
antara lain prinsip stimulus belajar, perhatian dan motivasi, penguatan, dan
umpan balik serta pemakaian dan pemindahan.
2. Indikator Keaktifan Siswa
Penilaian proses belajar-mengajar adalah melihat sejauhmana keaktifan
siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar. Menurut Nana Sudjana
(2009: 61), keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:
a. turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya,
b. terlibat dalam pemecahan masalah,
c. bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya,
d. berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah,
e. melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru,
f. menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya,
g. melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis,
h. kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya
E. TINJAUAN TENTANG MINAT BELAJAR
1. Pengertian Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar
dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat
(Slameto, 2010). Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin, 2008).
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pertanyaan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya,
dapat pula dimanifestasikan melalui partisispasi dalam suatu aktivitas. Siswa
yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan
perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut (Slameto, 2010).
2. Indikator Minat
Menurut Reber, minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi
karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor intern dalam
psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal
lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan
(dalam Muhibbin, 2008).
Namun terlepas dari masalah popular atau tidak, minat seperti yang
dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas
dalam kaitan ini seyogyanya berusaha membangkitkan minat siswa untuk
menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara
yang kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap positif. Minat besar
pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bidang yang digelutinya tidak
sesuai dengan minat peserta didik, maka peserta didik tidak akan belajar
dengan sebaik-baiknya.
F. TINJAUAN TENTANG KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD
1. Pengertian Kalor dan Perbedaannya dengan Suhu
Telah diketahui bahwa jika gelas berisi air panas dicampur dengan air
ledeng, air ledeng mengalami kenaikan suhu dan air panas mengalami
penurunan suhu. Ini menunjukkan terjadinya perpindahan energi dari benda
bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah. Energi yang berpindah disebut
Kalor. Maka dapat didefinisikan bahwa kalor adalah sebagian energi yang
berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih
rendah ketika kedua benda bersentuhan (Kanginan, 2006: 231). Kadangkala,
istilah kandungan kalor sebuah benda digunakan untuk tujuan ini, tapi istilah
itu tidak baik karena bisa dikacaukan dengan kalor itu sendiri (Giancoli,
2001: 491)
2. Menyatakan Kuantitas Kalor
Jika kita mengenal satuan Joule untuk energi mekanik, maka dalam energi
jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air
sebesar 1℃(atau 1K).
1 kalori = 4,186 J >> 4,2 J (1)
Sebaliknya jika kita ingin mengkonversi dari satuan energi Joule ke satuan
kalori : 1 Joule >> 0,24 Kalori (2)
Kesetaraan ini diperoleh menggunakan alat Joule di mana beban menarik
tali sehingga kincir berputar dan menaikkan temperatur air. Kerja mekanis
sebesar 4,186 Joule ternyata akan menaikkan temperatur air sebesar 1℃
(Mohamad, 2007: 237).
2. Kalor Jenis (c)
Dari data percobaan didapatkan bahwa tiap zat membutuhkan jumlah kalor
yang berbeda untuk menaikkan temperaturnya sebersar 1℃. Untuk itu
didefinisikan kalor jenis (c), yaitu:
= (3)
Kalor jenis secara fisis berarti jumlah energi yang dibutuhkan tiap suatu
satuan massa zat agar temperaturnya berubah. Kalor jenis dianggap sebagai
konstanta, meskipun pada kenyataannya tidak, sebab dari hasil pengukuran, c
merupakan fungsi dari temperatur juga dengan kata lain berubah jika
temperatur berubah (Mohamad, 2007: 238-239). Sehingga jumlah kalor yang
tepat karena perbedaan temperatur lebih tepat dituliskan sebagai:
Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang
dibutuhkan suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor :
1. massa zat
2. jenis zat (kalor jenis)
3. perubahan suhu
Karena c merupakan fungsi dari T, tekanan juga mempengaruhi nilai dari
c. Namun karena perubahan c sangat kecil, maka seringkali dianggap konstan
dan kalor dirumuskan sebagai:
= ∆ (5)
= ( − ) (6)
Di mana :
Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)
m adalah massa benda (kg)
c adalah kalor jenis (J/kg℃)
( − )adalah perubahan suhu (℃).
G. HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA
Penelitian ini dilakukan oleh Maria Goretti Molla pada 29 April sampai 11
Timur. Judul skripsi yang diambil adalah Pelaksanaan Pembelajaran Fisika
dengan Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing pada Pokok Bahasan Hukum
Ohm dan Rangkaian Seri-Paralel, Efektivitas dalam Hal Hasil Belajarnya,
Keterlibatan dan Kendala-kendala.
Dari hasil penelitian dijelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran fisika pada
pokok bahasan hukum ohm, rangkaian seri dan paralel dengan menggunakan
metode inkuiri terbimbing dapat efektif karena terlihat dari hasil belajar yang
diperoleh siswa kelas XD SMA tersebut. Berdasarkan proses analisis data dapat
diperoleh bahwa keterlibatan seluruh kegiatan masih cukup melibatkan siswa
dalam kelompok di mana presentase yang diperoleh secara keseluruhan adalah
65%. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dengan penerapan metode inkuiri
terbimbing ini sehingga sebagian siswa masih sulit terlibat dalam kegiatan
pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam jenis kegiatan hanya bisa melibatkan
siswa dalam membaca LKS, merancang percobaan, memasang dan merangkai alat
serta mengamati percobaan dengaan presentase masing-masing 94%, memasang
dan merangkai alat 94% dan mengamati percobaan 100% di kualifikasikan sangan
tinggi pada kegiatan sedangkan mengukur peralatan, melakukan percobaan,
merancang percobaan masing-masing dengan presentase 73%,79% dan 73%
dikualifikasikan tinggi. Sedangkan jenis kegiatan siswa yang lain masih
dikualifikasikan cukup terlibat yaitu menjawab pertanyaan dan menarik
kesimpulan 64% dan 63%, kurang terlibat yaitu merumuskan hipotesis dengan
presentase 45%. Untuk keseluruhan presentase yang diperoleh siswa untuk jenis
sehingga dapat menjadi kendala. Pelaksanaan pembelajaran ini sangat membantu
siswa dalam mengatasi kesulitan belajar.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan penulis
adalah menambah variasi aspek penelitian inkuiri, yaitu dengan meninjau aspek
prestasi belajar, keaktifan dan minat siswa. Selain itu subyek dan materi yang
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimen kuantitatif. Penelitian
eksperimen menurut Arikunto (dalam Tukiran dan Hidayati, 2011: 53), peneliti
sengaja membangkitkan timbulnya sesuatu kejadian atau keadaan, kemudian
diteliti bagaimana akibatnya. Menurut Tukiran dan Hidayati (2011: 53), prosedur
eksperimen bertujuan untuk melihat pengaruh salah satu variasi variabel bebas
terhadap variabel terikat dengan membuat sama variabel bebas lainnya.
Sedangkan maksud dari penelitian kuantitatif adalah data dinyatakan dalam
bentuk angka (Tukiran dan Hidayati, 2011: 53). Jadi, penelitian eksperimen
kuantitatif dapat diartikan sebagai sebuah penelitian yang mengandung hubungan
sebab akibat dengan penggunaan data berupa angka.
Data diperoleh dengan pembagian 2 kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Perlakuan pada kelas eksperimen dengan cara peserta didik diberi
metode inkuiri untuk dapat menemukan konsep persamaan kalor secara mandiri.
Sedangkan perlakuan pada kelas kontrol dengan cara peneliti memberikan metode
mengajar dengan model ceramah. Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
sama-sama dilihat pretest dan postest untuk mengetahui prestasi belajar, minat dan
keaktifan peserta didik.
Penelitian dilakukan dengan mengujikan beberapa soal yang berhubungan dengan
untuk pretest dan postest sesuai dengan materi yang sudah diberikan peneliti.
Pretest diberikan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa yang akan diajarkan
oleh peneliti sebelum siswa mengerti materinya. Posttest dilakukan sebagai alat
evaluasi untuk meneliti sejauhmana siswa memahami konsep yang sudah
diajarkan oleh peneliti. Peneliti juga melakukan observasi untuk mengetahui
keaktifan peserta didik. Selain itu peneliti juga meyebarkan angket untuk
mengetahui seberapa besar minat peserta didik dalam belajar fisika. Pada
penelitian ini, hasil pretest, posttest, minat dan keaktifan lebih menonjol pada
kelas eksperimen dibanding hasil pretest, posttest, minat dan keaktifan pada kelas
kontrol.
B. WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 8 Februari sampai tanggal 28
Maret 2013. Penelitian dilakukan di SMAN 2 Magelang.
C. SUBYEK PENELITIAN
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XCdan kelas XGSMA Negeri
2 Magelang tahun pelajaran 2012/2013 yang terbagi dalam 2 kelas. Dalam
pemilihan subyek ini, peneliti menggunakan teknik tidak random. Siswa yang
tergabung dalam penelitian sejumlah 63 orang yang dibagi menjadi dua kelas
yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas yang digunakan sebagai kelas
kontrol adalah kelas XG dengan jumlah siswa 32, dan sebagai kelas ekperimen
kontrol diambil secara sembarang tanpa meneliti kelas mana yang lebih menonjol
nilai kognitifnya.
D. VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel Terikat
Dalam penelitian ini variabel terikat adalah hasil belajar kelas kontrol dan
kelas eksperimen yang mencakup aspek kognitif produk. Aspek kognitif
proses, aspek psikomotorik dan aspek afektif tidak termasuk yang diteliti.
Dalam variabel terikat ini peneliti menggunakan kedua kelas yaitu kelas
kontrol dan kelas eksperimen untuk diambil hasil belajar, keaktifan dan
minat.
2. Variabel Bebas
Dalam penelitian ini, variabel bebas adalah metode pembelajaran dengan
pendekatan proses metode inkuiri dan metode pembelajaran ceramah.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
1. Instrumen Perlakuan
a. Silabus
1) Silabus Kelas Kontrol
2) Silabus Kelas Eksperimen
b. Rancangan Proses Pembelajaran (RPP)
1) Rancangan Proses Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol
2. Alat Ukur
1) Kognitif Produk
Untuk mengukur prestasi belajar kognitif produk, peneliti menggunakan
pretest dan postest.
2) Keaktifan
Keaktifan siswa selama diajar menggunakan metode inkuiri dan ceramah
diamati dengan menggunakan observasi. Keaktifan dapat diukur berdasarkan
beberapa unsur keaktifan yaitu turut serta dalam melaksanakan tugas
belajarnya, terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain
atau kepada guru apabila ada sesuatu yang kurang dipahami, berusaha
mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah,
menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya dan melatih
diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis (Nana, 2009: 61).
3) Minat
Melalui pengukuran minat, peneliti dapat melihat perbandingan minat
siswa selama diajar menggunakan metode inkuiri dan ceramah. Alat ukur
yang digunakan untuk mengukur minat adalah kuisioner. Minat ini dapat
diukur berdasarkan unsur-unsur minat terhadap metode penyampaian materi
yang disampaikan oleh peneliti. Unsur-unsur minat yang digunakan dalam
penelitian yaitu pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi, rasa ingin
tahu dalam menguasai materi, adanya motivasi untuk membangkitkan minat
3. Validasi Alat Ukur
Validasi masing-masing alat ukur, yaitu soal pretest dan postest, lembar
F. PROSEDUR PENGAMBILAN DATA
Pengambilan data dilaksanakan di kelas XC dan kelas XGdengan jumlah
63 siswa. Pada kelas penelitian atau kelas eksperimen diajarkan dengan
metode inkuiri. Pada kelas kontrol diajarkan dengan ceramah aktif.
Prosedur pengambilan data dilakukan untuk mengetahui kognitif siswa dan
keaktifan siswa dalam prestasi belajar untuk siswa kelas X SMAN 2
Magelang. Prosedur penelitian mencakup tiga tahap, yaitu:
1. Pretest pada Setiap kelas
Pretest dilakukan pada awal pertemuan sebelum proses belajar mengajar
berlangsung. Sebelum memberikan pretest, peneliti memberi keterangan
singkat mengenai pokok bahasan yang akan diajarkan. Pengarahan berupa
deskripsi mengenai bidang ajar persamaan kalor. Setelah itu dilaksanakan tes
kemampuan awal. Pretest diberikan dengan soal sama pada setiap kelas.
2. Pembelajaran pada setiap Kelas
a. Kelas Eksperimen
Langkah-langkah yang dilakukan pada pembelajaran di kelas adalah
1) Kegiatan pendahuluan
a) Menentukan pokok bahasan. Untuk mendukung tercapainya tujuan dari
penelitian yang diberikan berkaitan dengan konsep dan kemampuan proses
siswa, penulis menentukan sebuah materi pokok yaitu persamaan kalor.
b) Menyusun silabus. Adapun standar kompetensi dalam penelitian adalah
dengan pendekatan penemuan pada pokok bahasan persamaan kalor adalah
menerapkan konsep persamaan kalor.
2) Inti
Kegiatan inti pada pendekatan penemuan ini adalah dengan menggunakan
acuan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan
penemuan atau inkuiri menurut Gilstrap dalam Suryobroto (2002: 197), yaitu:
Pemusatan perhatian siswa dapat dilakukan dengan memberikan contoh
kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang pernah ditemui atau dialami
siswa yang berkaitan dengan materi. Ini penting untuk memotivasi siswa,
melatih berpikir kritis, mengembangkan ketrampilan proses dan
ketrampilan sosial (Sidharta, 2008).
2. Memunculkan pertanyaan untuk memacing rasa ingin tahu siswa agar
siswa dapat mengadakan penelitian lebih lanjut. Rangsangan dapat
berupa konflik kognitif. Rangsangan ini akan membantu proses asimilasi
menjadi efektif dan bermakna dalam penguatan intelektualitas siswa.
3. Memberikan motivasi
Dengan motivasi, sebisa mungkin siswa dapat terlibat aktif dan kreatif
untuk mengembangkan kognitifnya.
4. Pengelolaan kelas
Meliputi :
Pembagian kelompok dan pengaturan kelas. Kelas dibagi dalam
kelompok untuk melakukan eksperimen.
5. Pendahuluan pembelajaran
Pendahuluan pembelajaran diselenggarakan dengan memberikan
penjelasan skenario pembelajaran, penjelasan tujuan pembelajaran,
pelaksanaan pretest untuk mencari gambaran tentang pemahaman siswa
tentang materi yang akan diajarkan dan pembuatan alat peraga.
1) Kegiatan penelitian oleh siswa dengan masing-masing kelompoknya
sesuai dengan pokok bahasan yang telah ditentukan. Aktivitas ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan dan
bekerja dengan data serta merumuskan hasil penelitian kelompok
mereka.
2) Mengadakan sesi presentasi
3) Membuka sesi diskusi
4) Pemberian konflik oleh guru kepada siswa. Dari presentasi dan
diskusi dapat diketahui perbedaan konsep tiap kelompok. Lalu guru
menjadikan sebagai modal untuk memberikan rangsangan konflik
kognitif untuk mengkondisikan kegiatan pembelajaran yang terbuka
dan mengakomodasi perbedaan individu.
5) Guru mengelola konflik kognitif tersebut dengan menyajikan data
pembanding lain berupa informasi, pendapat maupun teori-teori
pendukung. Bersama guru, siswa dapat menarik hipotesis dari hasil
diskusi.
7. Observasi keaktifan siswa
Observer mencatat keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapat,
bertanya pada guru, bertanya pada kelompok lain dengan memberikan
skor.
3) Penutup
Kegiatan penutup dilakukan untuk merangkum seluruh rangkaian kegiatan
b. Kelas Kontrol
Langkah-langkah yang dilakukan pada kelas kontrol adalah
1) Kegiatan pendahuluan
a) Guru menyusun dan mempersiapkan materi yang akan diajarkan.
b) Guru memberikan pengantar serta menyampaikan kembali materi yang
telah disampaikannya pada pertemuan sebelumnya.
c) Memberi kesempatan kepada siswa jika ingin bertanya.
2) Kegiatan Inti
Guru menyampaikan pelajaran dengan memberikan penjelasan mengenai
materi tentang persamaan kalor dengan memberikan contoh soal.
3) Kegiatan penutup
Kegiatan penutup dilakukan untuk merangkum seluruh kegiatan serta untuk
memberikan evaluasi berupa tanya jawab dan pekerjaan rumah (PR).
3. Postest pada setiap Kelas
Pada akhir kegiatan pembelajaran, peneliti merangkum dan menguji
seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan selama 1
bulan. Selain melakukan pembelajaran di kelas, peneliti juga telah
memberikan evaluasi pada siswa. Sebagai akhir dari pembelajaran, peneliti
memberikan angket kepada siswa untuk menanggapi metode pembelajaran
4. Observasi pada Setiap Kelas
Observasi dilakukan oleh peneliti selama mengajar kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Observasi digunakan untuk mengukur keaktifan siswa. Peneliti
melakukan pengukuran setiap satu satuan indikator keaktifan. Setiap satu
satuan keaktifan diukur dengan 1 tally.
5. Kuisioner pada setiap Kelas
Kuisioner diberikan peneliti kepada siswa kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Kuisioner digunakan untuk mengukur minat siswa. Siswa kelas
kontrol dan kelas eksperimen mengisi kuisioner sesuai dengan pengalaman
pribadi masing-masing.
G. ANALISIS DATA
1. Metode Analisis Data
a. Pretest dan Postest
Pretest diberikan sebelum siswa mempelajari secara lengkap tentang
subbab Persamaan Kalor. Sedangkan postest digunakan setelah siswa
mempelajari persamaan kalor. Soal pretest dan postest berupa soal-soal yang
berhubungan dengan materi yang dipelajari yaitu tentang persamaan kalor.
Dalam pengolahan data yang telah didapat dari hasil penelitian, pretest dan
1) Hipotesis
Dengan parameter selisih nilai postest dan pretest (Δ X) pada kelas kontrol
dan kelas kelas eksperimen, untuk mengetahui apakah ada perbedaan prestasi
belajar di antara kedua kelas tersebut, maka menggunakan hipotesis
pengujian:
Ho : Tidak terdapat perbedaan selisih nilai pretest dan postest antara kelas
kontrol dan kelas eksperimen.
Hi : Terdapat perbedaan selisih nilai pretest dan postest antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen.
2) Data
Hasil jawaban Pretest dan Postest terdapat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1: Hasil Jawaban Pretest dan Postest
Siswa Nilai Selisih Nilai
Postest dan
Pretest (Δ X)
Pretest (X1) Postest (X2)
1
2
3
Dari tabel 3.1 maka, hasil belajar digunakan untuk membandingkan prestasi
Tabel 3.2: Selisih nilai Pretes dan Postest kelas kontrol dan kelas eksperimen
Siswa Selisih Nilai Pretest dan Posttest (Δ X) pada
kelas:
Kontrol (Δ Xk) Eksperimen(Δ Xe)
1
2
3
3) Pengujian Data
Untuk mengetahui perbedaan hasil pretest dan postest siswa pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen dilakukan pengujian dengan menggunakan
program SPSS versi 16.0 for windows.
b. Keaktifan Siswa
1) Hipotesis
Dengan parameter selisih nilai keaktifan siswa pada kelas kontrol dan
kelas kelas eksperimen, untuk mengetahui apakah ada perbedaan prestasi
belajar di antara kedua kelas tersebut, maka menggunakan hipotesis
pengujian:
Ho : Tidak terdapat perbedaan selisih nilai keaktifan siswa antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Hi : Terdapat perbedaan selisih nilai keaktifan siswa antara
2) Data Keaktifan Siswa
Keaktifan belajar siswa dilakukan oleh peneliti terhadap 2 kelas yaitu
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Penilaian keaktifan siswa dengan
menggunakan tally setiap satu satuan aktivitas yang dilakukan siswa.
Tabel 3.3 Hasil penilaian keaktifan siswa
No Indikator Keaktifan Siswa yang Diobservasi
Tally
1 Siswa berkomentar apabila guru salah menjelaskan materi pelajaran
2 Siswa mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan guru kepada seluruh siswa
3 Siswa mampu menyelesaikan soal yang diberikan
4 Siswa bertanya kepada siswa lain
5 Siswa bertanya kepada guru ketika mengalami kesulitan
6 Membaca sumber tertentu
7 Siswa mampu memeriksa hasil pekerjaannya
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Keaktifan Siswa
Skor Kriteria Interval
1 Sangat Kurang Aktif 1–8
2 Kurang Aktif 9–16
3 Aktif 17–24
4 Sangat Aktif 25–32
3) Pengujian Data
Untuk mengetahui perbedaan hasil keaktifan siswa pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for
windows.
c. Minat Siswa
1) Hipotesis
Untuk menguji apakah terdapat perbedaan minat belajar diantara kelas
penelitian dan kelas kontrol, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
Ho : tidak terdapat perbedaan minat belajar siswa antara kelas kontrol dan
kelas eksperimen.
Hi : terdapat perbedaan minat belajar siswa antara kelas kontrol dan kelas
2) Data
Data yang digunakan untuk mengetahui tingkat minat belajar siswa antara
kelas penelitian dan kelas kontrol adalah menggunakan angket minat siswa.
Untuk jawaban kedua kelas,setiap alternatif jawaban diberi skor, yaitu sangat
tidak sangat setuju (skor 1), tidak setuju (skor 2), setuju (skor 3), sangat
setuju (skor 4).
Tabel kriteria tingkat minat belajar siswa
Tabel 3.5 : Hasil klasifikasi kuisioner minat belajar siswa
Siswa Item Pernyataan Jumlah
skor jawaban
1 2 3 …….
Tabel 3.6 Hasil Klasifikasi Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Siswa Jumlah Skor Minat Belajar
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
A
B
Klasifikasi prentase skor kuisioner minat belajar siswa dapar dilihat pada
tabel 3.7.
Tabel 3.7 : Hasil Klasifikasi Prentase Skor Kuisioner Minat Belajar Siswa
Range % skor Klasifikasi
1% - 32% Sangat Tidak Berminat
33% - 64% Kurang Berminat
65% - 96% Berminat
97% - 128% Sangat Berminat
3) Pengujian Data
Untuk mengetahui perbedaan hasil minat siswa pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen dilakukan pengujian dengan menggunakan program SPSS
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PRESTASI BELAJAR
Hasil
Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah melakukan suatu
kegiatan di mana akan menimbulkan suatu perubahan-perubahan pada diri
individu. Prestasi belajar merupakan salah satu indikator untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran. Penelitian eksperimen
dilakukan dengan pembagian 2 kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Peneliti mengambil 2 kelas sebagai sample penelitian. Kelas XC
dengan jumlah peserta didik 32 sebagai kelas eksperimen dan kelas XG
dengan jumlah peserta didik 31 sebagai kelas kontrol. Pemilihan kelas
eksperimen dan kelas kontrol dipilih secara sembarang tanpa meneliti kelas
mana yang menonjol nilai kognitifnya. Dari hasil penelitian pada siswa kelas
XC dan XG SMA Negeri 2 Magelang, dapat diperoleh nilai tes yang
menunjukkan prestasi belajar siswa dan hasil pembelajaran. Nilai pretest dan
postest yang telah diolah dari hasil tes prestasi pada kelas kontrol dan kelas
Tabel 4.1. Nilai Pretest dan Postest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Siswa Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pretest Postest Pretest Postest
Skor rerata kognitif produk dan hasil uji dapat dilihat pada tabel
4.2.
Tabel 4.2. Skor Rerata Prestasi Kognitif Produk
Keterangan Kelas Skor Rerata Sig.
(2-tailed)
Hasil Analisis Pretest Postest
Prestasi
kognitif
Proses
Kontrol 3,28 5,44 0,000 Berbeda
Eksperimen 4,53 8,17 0,000 Berbeda
Hipotesis uji adalah
Ho: Tidak terdapat perbedaan kognitif produk secara signifikan antara sebelum
dan sesudah pembelajaran.
Hi: Terdapat perbedaan kognitif produk secara signifikan antara sebelum dan
sesudah pembelajaran.
Analisis:
Karena harga Sig. (2-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima dengan
maksud dalam hasil uji terdapat perbedaan kognitif produk secara
signifikan antara sebelum dan sesudah pembelajaran.
Hasil uji kognitif produk antara kelas kontrol dan kelas
Tabel 4.3. Hasil Analisis Tes Prestasi Belajar.
Postest Skor Rerata Sig.
(2-tailed)
5,44 8,17 0,000 Berbeda
Hipotesis uji adalah
Ho: Tidak terdapat perbedaan kognitif produk secara signifikan antara kelas
kontrol dan kelas eksperimen.
Hi: Terdapat perbedaan kognitif produk secara signifikan antara kelas kontrol
dan kelas eksperimen.
Analisis:
Karena harga Sig. (2-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima dengan
maksud dalam hasil uji terdapat perbedaan kognitif produk secara
signifikan antara sebelum dan sesudah pembelajaran.
Pembahasan
Skor rerata kognitif produk postest untuk kedua kelas lebih tinggi daripada
pretest, hasil uji menunjukkan bahwa perbedaan keduanya signifikan
untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen. Namun, nilai postest dari kelas
ekperimen lebih signifikan dibanding dengan kelas kontrol. Dengan demikian,
pembelajaran penemuan meningkatkan prestasi belajar aspek kognitif produk
kiranya sangat jelas karena pembelajaran inkuiri (penemuan) telah
mengintegritasikan di dalamnya sekaligus pengembangan aspek produk,
sementara pembelajaran ceramah sangat sedikit mencakup pengembangan aspek
produk, untuk tidak mengatakan tidak mencakup pengembangan aspek produk.
Pada Penelitian ini, pendekatan proses dapat dilihat dari hasil eksperimen
siswa dan pada saat siswa mengerjakan lembar kerja siswa. Berdasarkan analisis
prestasi belajar yang telah dilakukan peneliti sesuai dengan fungsi metode
inkuiri.
Menurut Sutarjo (2012: 93), melalui proses inkuiri, siswa harus berkembang
secara utuh baik intelektual dan prestasi, mental-spiritual, sosial-emosional,
maupun pribadinya. Dengan kata lain, berdasarkan teori tersebut metode inkuiri
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa karena dengan melakukan proses
secara sistematis berarti siswa lebih bisa mendapat prestasi yang baik.
Dengan demikian, hasil penelitian di atas sesuai dengan teori bahwa metode
inkuiri dapat lebih meningkatkan prestasi belajar siswa.
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa metode
inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Tetapi pada penelitian ini
prosesnya berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya
menggunakan metode inkuiri terbimbing, sedangkan pada penelitian ini siswa
untuk menentukan suatu persamaan. Berbeda dengan penelitian sebelumnya,
siswa diberikan suatu persamaan untuk mencari suatu hubungan.
B. KEAKTIFAN BELAJAR SISWA Hasil
Pada penelitian ini, juga diukur tingkat keaktifan siswa terhadap mata
pelajaran Fisika khususnya dalam subbab persamaan kalor. Dalam hal ini
pengukuran dilakukan berdasarkan hasil observasi mengenai keaktifan peserta
didik dalam proses belajar mengajar baik pada kelas kontrol maupun kelas
eksperimen. Hasil pengukuran keaktifan peserta didik dalam kelas kontrol dapat
Tabel 4.4. Indikator Keaktifan Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Pencapaian Kategori Pencapaian Kategori
7 Siswa mampu
Skor rata-rata keaktifan di kelas kontrol dan kelas eksperimen serta hasil
di antaranya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Uji untuk Menguji Perbedaan Keaktifan Belajar Siswa
Keaktifan 6,87 16,25 0,045 Berbeda
Hipotesis uji adalah
Ho: Tidak terdapat perbedaan keaktifan secara signifikan antara kelas kontrol
dan kelas eksperimen.
Hi: Terdapat perbedaan keaktifan secara signifikan antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
Karena harga Sig. (2-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima dengan
maksud dalam hasil uji terdapat perbedaan keaktifan secara signifikan
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Pembahasan
Dari hasil analisis di atas terlihat bahwa skor rerata keaktifan kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dan perbedaan antara keduanya
signifikan. Dengan demikian, keaktifan siswa pada pembelajaran inkuiri
(penemuan) lebih tinggi daripada pembelajaran ceramah. Hal ini kiranya dapat
dijelaskan dari sifat pembelajaran inkuiri yang berpusat pada siswa sehingga
siswa aktif sedangkan pada pembelajaran ceramah berpusat pada guru sehingga
siswa lebih pasif.
Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 78), fungsi dari metode inkuiri adalah
membangun sikap aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Dengan
kata lain, berdasarkan teori tersebut metode inkuiri dapat meningkatkan keaktifan
belajar siswa (Sudjana, 2009).
Dengan demikian, hasil penelitian di atas sesuai dengan teori bahwa metode
inkuiri dapat lebih meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa metode
inkuiri dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Tetapi pada penelitian ini
subyeknya berbeda dengan penelitian sebelumnya. Selain itu, materi yang
C. MINAT BELAJAR SISWA Hasil
Pada penelitian ini, juga diukur tingkat minat siswa terhadap mata pelajaran
Fisika khususnya dalam subbab persamaan kalor. Dalam hal ini pengukuran
dilakukan berdasarkan hasil kuisioner mengenai minat peserta didik dalam proses
belajar mengajar baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan jumlah skor hasil jawaban tiap
masing-masing peserta didik pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Skor
jawaban peserta didik pada tiap nomor dijumlahkan karena point-point
pertanyaan pada kuisioner memiliki latar belakang unsur-unsur yang berbeda.
Tabel 4.6 : Skor Minat Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Siswa
Skor rata-rata minat di kelas kontrol dan kelas eksperimen serta hasil
di antaranya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji untuk Menguji Perbedaan Minat Belajar Siswa
Keterangan Skor Rerata Minat Sig. (2-tailed)
Hasil Analisis Kelas
Kontrol
Kelas Eksperimen
Minat 28,03 30,42 0,012 Berbeda
Hipotesis uji adalah
Ho: Tidak terdapat perbedaan minat secara signifikan antara kelas kontrol dan
kelas eksperimen.
Hi: Terdapat perbedaan minat secara signifikan antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
Analisis:
Karena harga Sig. (2-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima dengan
maksud dalam hasil uji terdapat perbedaan minat siswa secara signifikan
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Pembahasan
Dari hasil analisis di atas terlihat bahwa skor rerata minat kelas eksperimen
Dengan demikian, minat siswa pada pembelajaran inkuiri (penemuan) lebih
tinggi daripada pembelajaran ceramah. Hal ini kiranya dapat dijelaskan dari sifat
pembelajaran inkuiri yang berpusat pada siswa sehingga siswa aktif sedangkan
pada pembelajaran ceramah berpusat pada guru sehingga siswa lebih pasif. Pada
pembelajaran inkuiri, siswa lebih bebas belajar dan mencari pemahaman konsep
sesuai kemampuan masing-masing.
Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 78), fungsi dari metode inkuiri dapat
membangun komitmen di kalangan siswa untuk belajar, yang terwujud dalam
keterlibatan dan kesungguhan terhadap penemuan dalam proses pembelajaran.
Dengan kata lain, berdasarkanteori tersebut metode inkuiri dapat meningkatkan
minat belajar siswa (muhibbin, 2008).
Dengan demikian, hasil penelitian di atas sesuai dengan teori bahwa metode
inkuiri dapat lebih meningkatkan minat belajar siswa.
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa metode
inkuiri dapat meningkatkan minat belajar siswa. Tetapi pada penelitian ini
subyeknya berbeda dengan penelitian sebelumnya. Selain itu, materi yang
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan Analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar,
minat dan keaktifan, lebih tepatnya:
1. Adanya perbedaan prestasi belajar siswa pada pembelajaran kelas inkuiri dan
kelas ceramah, di mana rata-rata nilai kelas inkuiri lebih tinggi daripada kelas
ceramah.
2. Adanya perbedaan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran kelas inkuiri
dan kelas ceramah, di mana rata-rata nilai kelas inkuiri lebih tinggi daripada
kelas ceramah.
3. Adanya perbedaan minat belajar siswa pada pembelajaran kelas inkuiri dan
kelas ceramah, di mana rata-rata nilai kelas inkuiri lebih tinggi daripada kelas
A. SARAN
Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan penelitian
eksperimen pada kelas XC dan kelas XG semester genap SMA Negeri 2, penulis
menyarankan :
1. Pembelajaran fisika dengan pendekatan inkuiri perlu dilaksanakan oleh
guru fisika SMA sebagai salah satu variasi pembelajaran agar prestasi
belajar menjadi optimal.
2. Jumlah sampel dapat ditambah atau mencoba melakukan penelitian
terhadap berbagai sekolah.
3. Ada baiknya melakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap
instrumen penelitian agar kualitas tes lebih baik.
4. Walaupun pretest dan postest sama soalnya dan sama indikatornya
sebaiknya soal postest nomornya dibedakan dengan pretest agar siswa
51
DAFTAR PUSTAKA
Abu dan Supatmo. 2008.Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai-Karakter. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Amien, Moh. 1979.Apakah Metoda Discovery-Inkuiri Itu?. Jakarta: Depdikbud.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Giancoli, Douglas. 2001.Fisika.Jakarta: Erlangga.
Hanafiah dan Suhana. 2012.Konsep Strategi Pembelajaran.Bandung: PT. Refika
Aditama.
Ishaq, Mohamad. 2007.Fisika Dasar.Bandung: Graha Ilmu.
Kanginan, Marthen. 2006.Fisika SMA Kelas X.Jakarta: PT. Erlangga.
Purwanto, Ngalim. 1990.Psikologi Pendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Roestiyah. 2001.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sugono, Dendy. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia.
Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Syah, Muhibbin. 2003.Psikologi Belajar.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Taniredja, Tukiran dan Hidayati. 2011. Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar
Puspitasari, Rika Nanda. Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas III
Melalui Penerapan Metode Guided Inkuiri-Discovery (skripsi) Dalam
http://eprints.uns.ac.id/138/1/168990709201009391.pdf . (Rabu, 12,12,12 19.34)
Molla, Maria Goretti. 2011. Pelaksanaan Pembelajaran Fisika dengan
Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing pada Pokok Bahasan Hukum
Ohm dan Rangkaian Seri-Paralel, Efektivitas dalam Hal Hasil Belajarnya,
53 Lampiran A1
SILABUS
Nama sekolah : SMA NEGERI 2 MAGELANG
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X Eksperimen /2
Standar Kompetensi : 4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi.
Kompetensi
1. Uraian 1. Apa definisi dari kalor ?
54
4. Berapa kalor yang diperlukan untuk turut wadah berisi 500 ml air dan berisi 1000 ml air, yang suhu awalnya sama. Dalam selang waktu yang sama, manakah yang akan mengalami kenaikan suhu lebih besar ? mengapa ? 6. Jelaskan perbedaan
kalor dengan suhu !
persamaan kalor . LP 3: Psikomotor . LP 4: Pengamatan
Karakter
55 hasil sebagai berikut ! Mass
59
61 Kompetensi
Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran Indikator
Penilaian Alokasi
Waktu
S u mb e r / Bahan/Alat
Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
percobaan
) menentukan
) persamaan kalor.
Yogyakarta, Juli 2012 Peneliti,
Frederika Indah Puspita NIM. 091424013
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Penelitian
62 Lampiran A2
SILABUS
Nama sekolah : SMA NEGERI 2 MAGELANG
Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X Kontrol /2
Standar Kompetensi : 4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi.
Kompetensi
1. Apa definisi dari kalor ? 2. Apa yang dimaksud dengan
suhu ?
3. Berilah contoh pemanfaatan kalor dalam kehidupan sehari-hari !
4 jp Sumber: Buku
63
4. Berapa kalor yang diperlukan untuk untuk menaikkan suhu 250 gr air dari 20⁰C sampai 100⁰C ?
64
6. Jelaskan perbedaan kalor dengan suhu !
65
Simpulkan hasil eksperimen diatas !
8. Seorang peneliti
66
68 Yogyakarta, Juli 2012 Peneliti,
Frederika Indah Puspita NIM. 091424013
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Penelitian