Tesis
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Bidang Tafsir Pada
Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
Oleh:
RAHMAT FIRDAUS NIM: 80600215009
Promotor
Prof. Dr. Mardan, M.Ag. Kopromotor Dr. Firdaus, M.Ag.
Penguji
Prof. Dr. Achmad Abubakar, M.Ag. Dr. Muh. Daming K, M. Ag.
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
ii
NIM : 80600215009
Tempat/Tanggal Lahir : Makassar/ 27 Mei 1993
Prodi/Konsentrasi : Tafsir Hadis/Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas/Program : Magister (S2)
Alamat : Perum. Griya Antang Harapan Blok I No. 27
Judul : Doa Nabi Ibra>hi@m as. dalam al-Qur’an (Kajian Tafsir
Tematik)
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa tesis ini benar adalah hasil kerja sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka tesis dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Gowa, 26 Maret 2018 Peneliti,
iv
.دعب اما .ينعجمأأ هبصحو لها لىعو ينلسرلماو
Puji syukur ke hadirat Allah swt. karena atas petunjuk, taufiq, cahaya ilmu dan rahmat-Nya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terwujud dengan judul ‚Doa Nabi Ibra>hi@m dalam al-Qur’an (Kajian Tafsir Tematik)‛ Tesis ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian pendidikan pada Program Magister (S2) Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
S{alawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah
Muhammad saw. beserta keluarga, para sahabat, tabi‘ tabi‘i@n, dan kepada orang-orang yang tetap setia dan istiqamah menghidupkan dan mengamalkan sunnah-sunnahnya hingga akhir zaman.
Tesis ini tidak dapat terwujud tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak yang turut memberikan andil dalam penyelesaiannya, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik dalam bentuk moral maupun materil, oleh sebab itu rasa syukur, terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya diberikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si. selaku Rektor UIN Alauddin Makassar. Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M.A., Prof. Hj. Aisyah Kara, M.A. Ph.D., dan Prof. Hamdan Juhannis, M.A. Ph.D. selaku Wakil Rektor I, II, III, dan IV.
v
3. Prof. Dr. Mardan, M.Ag., dan Dr. Firdaus, M.Ag., selaku Promotor dan Kopromotor, yang secara langsung memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran berharga sehingga penelitian ini dapat terwujud.
4. Prof. Dr. Achmad Abubakar, M.Ag., dan Dr. Muh. Daming K, M.Ag., selaku penguji utama satu dan dua, yang telah meluangkan waktunya untuk menguji, mengkritik, dan memberikan masukan terhadap penelitian ini. 5. Para Guru Besar, dan Dosen Pascasarjana UIN Alauddin Makassar yang tidak
dapat disebutkan namanya satu persatu, yang telah banyak memberikan konstribusi ilmiyah sehingga dapat membuka cakrawala berpikir selama masa studi.
6. Kepala Perpustakaan Pusat UIN Alauddin Makassar beserta segenap staf yang telah menyiapkan literatur dan memberikan kemudahan untuk dapat memanfaatkan secara maksimal demi penyelesaian tesis ini.
7. Seluruh pegawai dan staf Pascasarjana UIN Alauddin Makassar yang telah membantu memberikan pelayanan administrasi maupun informasi dan kemudahan-kemudahan lainnya selama menjalani studi.
vi
disebutkan namanya satu persatu, semoga bantuan yang telah diberikan bernilai ibadah di sisi Allah dan semoga Allah swt. senantiasa meridai semua amal usaha yang telah dilakukan dengan penuh kesungguhan serta keikhlasan. Begitupula semoga Allah swt. merahmati semua upaya berkenan dengan penulisan tesis ini sehingga bernilai ibadah dan bermanfaat bagi diri pribadi, akademisi dan masyarakat secara umum sebagai bentuk pengabdian terhadap bangsa, Negara, dan Agama. A<mi@n ya Rabb al-‘A<lami@n.
Wassalamu‘alaikum warahmatullah wabaraka>tuh.
Gowa, 26 Maret 2018 Peneliti,
RAHMAT FIRDAUS
vii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
TRANSLITERASI ... ix
ABSTRAK ... xv
BAB I: PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Pengertian Judul dan Ruang Lingkup Penelitian ... 9
D. Kajian Pustaka ... 13
E. Kerangka Pikir ... 19
F. Metodologi Penelitian ... 21
G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 25
BAB II: HAKIKAT DOA NABI IBRA<HI@M AS. ... 27
A. Biografi Nabi Ibra>hi@m as. ... 27
B. Doa dalam al-Qur’an ... 36
C. Jenis-Jenis Doa ... 47
D. Tata Cara dan Adab Berdoa ... 50
BAB III: WUJUD DOA NABI IBRA<HI@M AS. DALAM AL-QUR’AN ... 68
A. Klasifikasi Ayat Doa Nabi Ibra>hi@m as. ... 68
B. Macam-Macam Doa Nabi Ibra>hi@m as. ... 72
C. Tata Cara Berdoa Nabi Ibra>hi@m as. ... 108
BAB IV: URGENSI DOA NABI IBRA<HI@M AS. DALAM AL-QUR’AN 120 A. Tujuan Doa Nabi Ibra>hi@m as. ... 120
B. Fungsi Doa Nabi Ibra>hi@m as. ... 142
ix
1. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ا
Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkanب
Ba B Beت
Ta T Teث
s\a s\ es (dengan titik di atas)ج
Jim J jeح
h}a h} ha (dengan titik di bawah)خ
kha Kh ka dan haد
Dal D deذ
z\al z\ zet (dengan titik di atas)ر
Ra R erز
Zai Z zetس
Sin S esش
syin Sy es dan yeص
s}ad s} es (dengan titik di bawah)ض
d}ad d} de (dengan titik di bawah)ط
t}a t} te (dengan titik di bawah)ظ
z}a z} zet (dengan titik di bawah)ع
‘ain ‘ apostrof terbalikغ
gain G geف
Fa F efق
Qaf Q qiك
Kaf K kaل
Lam L elم
mim M emن
nun N enو
wau W weػه
Ha H haء
hamzah ’ apostrofى
Ya Y yex
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
Contoh:
َفـْيـَك
: kaifaَل ْوػَه
: haula 3. MaddahMaddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Contoh:
fath}ah dan alif atau ya>’
xi
ُتْوُػمـًَ
4. Ta>’ marbu>t}ah
Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t}ah yang hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta>’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta>’ marbu>t}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta>’
marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:
ِلاَف ْطَلا ُ ةـ َض ْوَر
: raud}ah al-at}fa>lَلــ ِضاَـفـْمَا ُ ةـَنـًِْدـَمـْمَا
: al-madi>nah al-fa>d}ilahةــَمـْكـِحْػمَا
: al-h}ikmah 5. Syaddah (Tasydi>d)Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydi>d (
ّػػ
), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.Contoh:
َانَــّبَر
: rabbana>َانــْيَـّجػَه
: najjaina>ّقػَحػْػمَا
: al-h}aqqَمِــّعُه
: nu‚imaوُدـَع
: ‘aduwwunxii
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf
لا
(alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis men-datar (-).Contoh:
ُسـْمـ َّشمَا
: al-syamsu (bukan asy-syamsu)ُةَــمَزػْػمَّزمَا
: al-zalzalah (az-zalzalah)ُةَفـ َسْلـَفْــمَا
: al-falsafahُدَلاِــِبْــمَا
: al-bila>du 7. HamzahAturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contoh:
َن ْو ُرػُمِأَـت
:ta’muru>naُعْوػَّنــمَا
: al-nau‘ء ْيػ َش
: syai’unُت ْرػِمُأ
: umirtu8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia
xiii
terasi secara utuh. Contoh: Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n
Al-Sunnah qabl al-tadwi>n
9. Lafz} al-Jala>lah (
الله
)Kata ‚Allah‛ yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau
berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.
Contoh:
ِالله ُنْػًِد
di>nulla>hِلله ِبِ
billa>hAdapun ta>’ marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al-jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:
ُهـ
ِالله ِةَمْــِحَر ْ ِفِ ْم
hum fi> rah}matilla>h 10.Huruf Kapital
xiv
Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu> (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:
B. Daftar Singkatan
Beberapa singkatan yang dibakukan adalah: swt. = subh}a>nahu> wa ta‘a>la>
saw. = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam
saw. = s}allalla>hu ‘alaihi al-sala>m swt. = subh}a>nahu> wa ta‘a>la>
H = Hijrah
M = Masehi
l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja) w. = Wafat tahun
QS …/…: 4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS A<li ‘Imra>n/3: 4
HR =Hadis Riwayat
h. = Halaman
Cet. = Cetakan
t.d. = Tanpa data
t.t. = Tanpa tempat penerbit t.p. = Tanpa penerbit
t.th. = Tanpa tahun
Abu> al-Wali>d Muh}ammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibnu)
xv
Tematik)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan hakikat doa Nabi Ibra>hi@m as. dalam al-Qur’an, wujud doa Nabi Ibra>hi@m as. dalam al-Qur’an dan
urgensi doa Nabi Ibra>hi@m as. dalam al-Qur’an dengan melihat berbagai penafsiran ulama terhadap ayat-ayat doa Nabi Ibra>hi@m as.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dalam bentuk kajian kepustakaan atau yang dikenal dengan istilah library rearch. Metode penelitian yang digunakan adalah metode tafsir tematik (Maud}u>’i@) dengan pendekatan ilmu tafsir (exegetical approach). Pengumpulan data didapatkan dari proses membaca dan menelaah langsung ke data primer, yaitu ayat suci al-Qur’an dan data sekunder berupa literatur yang representatif dan relevan dengan penelitian ini. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan teknik interpretasi tekstual, teknik interpretasi sistemik, dan teknik interpretasi sosio-historis.
Hasil dari penelitian ditemukan bahwa hakikat dari doa Nabi Ibra>hi@m di dalam al-Qur’an adalah sebagai bentuk ibadah kepada Allah dan wujud ketaatannya terhadap segala perintah Allah swt. Wujud doa Nabi Ibra>hi@m tersebut terbagi ke dalam tiga poin utama yaitu doa yang berkaitan dengan aqidah, ibadah, dan akhlak atau muamalah. Urgensi dari doa Nabi Ibra>hi@m as. adalah untuk memohon pertolongan dan meminta perlindungan kepada Allah, serta untuk mendekatkan diri pada-Nya agar menjadi hamba yang mulia. Di samping itu doa dapat membuka pintu kebaikan dan keberkahan serta mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan jiwa bagi orang yang berdoa.
1
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan
dari orang lain dalam menyelesaikan berbagai masalah karena manusia
membutuhkan sandaran, dengan kata lain saling membutuhkan antara satu dengan
yang lain. Akan tetapi, realita yang ada ketika seseorang hanya menyandarkan
segala masalahnya kepada orang lain dan tidak kembali kepada Sang Maha Pencipta,
maka betapapun kuat dan berkuasanya orang tersebut seringkali tidak membuahkan
hasil, karena yang mampu memberi hasil dan menyelesaikan masalah hanyalah Allah
swt. Seorang manusia dituntut tidak hanya memperbaiki hubungan secara horizontal
(antara sesama manusia), tetapi juga harus memperbaiki hubungan secara vertikal,
yaitu hubungan manusia dengan Tuhan-Nya, dalam bahasa al-Qur’an dikenal dengan
‚hablun minallah wa hablun min al-na>s‛.1
Permasalahan hidup manusia secara garis besar ada yang bisa diselesaikan
oleh diri sendiri baik dengan bantuan orang lain maupun tanpa bantuan orang lain,
ada pula masalah yang hanya bisa diselesaikan oleh Allah swt. Di saat seperti itulah
sifat bawaan seseorang timbul, yakni membutuhkan pertolongan Allah untuk
menyelesaikan permasalahannya, karena Allah-lah yang mampu menyelesaikan
segala permasalahan dengan berbagai sifat mulia-Nya.
Islam melalui syariatnya memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang
dihadapi dan mengajarkan setiap hambanya untuk berdoa. Akan tetapi, berdoa
bukanlah suatu kuantitas ritual ibadah semata, apabila ketika berdoa tidak
mengetahui apa yang dibaca dan apa yang dibutuhkan. Kualitas doa akan terlihat
apabila ungkapan doa dan esensi dari kebutuhan itu diketahui dan dipahami secara
jelas. Melalui hierarki kebutuhan manusia, doa diartikan sebagai sebuah manivestasi
seorang hamba dalam merelasikan dirinya dengan Tuhannya, dan merupakan sebuah
komunikasi seorang hamba terhadap penguasaan dirinya oleh Sang Pencipta yang
menyediakan setiap yang dibutuhkannya secara bertahap atau bebas. Melalui
ayat-ayat-Nya, berdoa merupakan salah satu bentuk aktualisasi dari eksistensi diri
sebagai pelayan Tuhan yang tunduk kepada-Nya dengan kesediaan dan kemauan
untuk merendah, menurut dan melaksanakan perintah-Nya.
Sebagai insan yang beriman, tentu saja dalam mengatasi problematika
kehidupan selalu disandarkan pada kekuatan Tuhan Semesta Alam yaitu Allah swt.
tentunya dengan cara-cara yang sesuai dengan ajaran Agama Islam, terlebih lagi
Allah menuntut hamba-Nya untuk meminta pertolongan hanya kepada-Nya. Betapa
tinggi kedudukan doa, bahkan dalam waktu lima kali sehari, ketika seorang Muslim
mendirikan salat pasti membaca surah al-Fa>tihah yang salah satu kandungan isinya
adalah doa atau permohonan untuk ditunjukkan jalan yang lurus, sebagaimana
firman-Nya dalam QS al-Fa>tihah/01:5-7.
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.2
Salah satu ekspresi seorang hamba ketika meminta pertolongan kepada Allah
adalah dengan bermunajat dengan tulus ikhlas dan disertai dengan keyakinan penuh
akan terkabulnya doa tersebut. Secara normatif berdoa merupakan perintah Allah
baik melalui al-Qur’an maupun hadis Rasulullah saw. Hal ini jelas ditegaskan Allah
dalam QS Ga>fir/40:60
َْ ُكُ لَ ْبِج ت ْ سَأَ ِنِوُعْدإَُ ُكُُّب رَ لا ق و
. . .
Terjemahnya:
Dan Tuhanmu berfirman: ‚berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu‛3
Doa memiliki kedudukan penting dalam Islam. Doa merupakan suatu ibadah,
bahkan doa adalah intisari ibadah. Ibadah tanpa diiringi dengan doa seperti buah
tanpa isi, karena keseluruhan ibadah yang dilakukan oleh seorang Muslim pada
hakikatnya adalah doa, harapan, permohonan, panggilan, ampunan, dan zikir. Doa
bernilai ibadah bila dilakukan semata-mata untuk memenuhi perintah Allah,
sebagaimana ayat di atas, ud‘u>ni@ (berdoa kepada-Ku). Jadi, apabila seseorang berdoa
bukan karena memenuhi panggilan dan perintah Allah, maka dapat dikatakan doa
yang diucapkannya itu tidaklah bernilai ibadah.
Doa juga merupakan bentuk penyerahan diri kepada Allah untuk
penyelesaian suatu masalah. Seseorang hanya memohon kepada Allah, karena
Dia-lah hakikat yang memiliki kebesaran, ketinggian, kemuliaan, keagungan, dan
mengabulkan segala permintaan hamba-hamba-Nya. Doa menjadi bukti bahwa
2Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bogor: PT. Pantja Cemerlang, 2014),
h. 1.
manusia makhluk lemah yang membutuhkan Allah, zat yang memiliki sifat
serba-Maha. Dengan demikian, doa merupakan langkah yang sama sekali tidak bisa
diabaikan dalam menyerap, menghadirkan, dan mengalirkan energi spritual ke dalam
tubuh dan jiwa orang yang berdoa.4
Namun demikian, masih banyak orang yang enggan atau malas untuk berdoa
dengan berbagai macam alasan. Adakalanya seseorang tidak mau berdoa kepada-Nya
dengan pemahaman bahwa segala sesuatu telah ditetapkan oleh Allah, diminta atau
tidak diminta, sesuatu itu pasti datang padanya jika hal itu sudah ditetapkan
untuknya, begitupun sebaliknya, jika sesuatu itu tidak ditetapkan untuknya, maka
seberapa banyak pun berdoa, sesuatu itu tidak akan datang padanya. Pada kasus
yang lain, ada orang yang malas berdoa karena menganggap bahwa doanya tidak
pernah dikabulkan oleh Allah sehingga percuma saja berdoa. Dipihak yang lain, ada
orang yang tidak berdoa atau biasa-biasa saja malah terlihat mendapat nikmat atau
rejeki yang berlimpah.
Perlu dipahami bahwa berdoa semata-mata bukan hanya untuk meminta
sesuatu kepada Allah atau memohon pertolongan dalam menyelesaikan masalah,
tetapi lebih dari itu, doa adalah bentuk ibadah kepada Allah. Ketika sesorang berdoa
dan bermunajat kepada Allah, maka pada hakikatnya dia sedang melakukan ibadah
kepada Allah. Selain itu, Allah menyempurnakan ibadah yang dilakukan hambanya
melalui doa yang diucapkannya. Di sisi lain, doa merupakan bentuk permohonan
4Wawan Susetya dan Ari Wardhani, Rahasia Terkabulnya Doa (Yogyakarta: Pustaka Mawra,
ampun seorang hamba kepada Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukan serta Allah
merahmati hambanya yang meminta kepadan-Nya.5
Agama Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berdoa dalam keadaan
apapun, lapang maupun sempit, susah maupun senang, siang dan malam, dari terbit
fajar sampai matahari terbenam kembali. Oleh karena itu, setiap orang dituntut
untuk berdoa dengan bahasa apapun, karena Allah tidak melihat bahasa yang
digunakan, tetapi muatan doalah yang diperhitungkan-Nya untuk dikabulkan, karena
tidak ada seorang yang beriman kepada Allah ketika dia berdoa kecuali Allah akan
mengabulkan doanya. Jika tidak dikabulkan di dunia maka doa tersebut
ditangguhkan Allah dan akan dibayarkan di akhirat.6 Allah menegaskan akan
mengabulkan doa hambanya yang meminta kepada-Nya, sebagaimana dalam
fimran-Nya pada QS al-Baqarah/02:186.
َُنِمْؤُيْل وَ ِلَِْإوُبيِج ت ْ س يْل فَ ِنا ع دَإ ذِإَِعإالدإَ ة وْع دَ ُبيِجُأَ ٌبيِر قَ ِّنِِا فَ ِّنّ عَيِدا بِعَ لََأ سَإ ذِإ و
َْمُهال ع لَ ِبَِْإو
َ نوُد ُشْر ي
Terjemahnya:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.7
5Ahmad bin Mus}t}afa> al-Mara>gi@, Tafsi@r al-Mara>gi@, Juz 24 (Mesir: Maktabah al-Halabi@, 1946
H), h. 87. Lihat juga: Muhammad bin Jari@r bin Yazi@d bin Kas\i@r Abu> Ja‘far al-T{abari@, Ja>mi‘ al-Baya>n fi@ Ta‘wi@l al-Qur’an, Juz 21 (t.t.: Mu’assasah al-Risalah, 1420 H), h. 406.
6Abu> Muhammad ‘Abd al-Rahma>n bin Muhammad bin Idri@s bin Munzi@r al-Tami@mi@ al-Ra>zi@
ibn Abi@ Ha>tim, Tafsi@r al-Qur’an al-‘Az}i@m li Ibn Abi@ Ha>tim, Juz 1 (Arab Saudi: Maktabah Naza>r, 1419 H), h. 314. Lihat juga: Na>s{ir al-Di@n Abu> Sa‘i@d ‘Abdullah bin ‘Umar bin Muhammad Syi@ra>zi@ al-Baid}a>wi@, Anwa>r al-Tanzi@l wa Asra>r al-Ta‘wi@l, Juz 1 (Bairut: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabi@, 1418 H), h. 125.
Salah satu bentuk ibadah yang agung bagi manusia adalah berdoa, sebab
dengan berdoa, manusia pada hakikatnya sedang berkomunikasi langsung dengan
Allah. Akan tetapi, hal yang pertama dan utama yang dituntut dari setiap yang
berdoa adalah memenuhi segala perintah-Nya, bukan hanya sekedar mengakui
keesaan-Nya saja, dengan kata lain seorang hamba harus senantiasa beriman dan
bertakwa agar doanya dapat terkabulkan.8
Doa merupakan pendorong untuk mencapai sebuah harapan dan keinginan
untuk hidup lebih baik, teratur, dan terhindar dari segala hambatan serta tantangan,
ancaman ataupun gangguan.9 Doa merupakan harapan munculnya kekuatan dari
Allah agar bisa memecahkan permasalahan, doa juga sebagai sugesti seseorang agar
mampu mengatasi berbagai permasalahan hidup yang dihadapi.10 Manusia pertama,
Nabi Adam as. semenjak dia diciptakan dan ditiupkan ruh ke dalam raganya,
kemudian dia diajarkan berdoa oleh Allah swt. Sebagai doa yang pertama ialah ‚Yaa
Tuhanku, Tunjukilah aku jalan yang lurus, yaitu jalan mereka yang telah engkau beri
nikmat kepadanya, bukan jalan mereka yang engkau murkai dan bukan jalan mereka
yang sesat‛, sejak saat itu manusia mulai berdoa, bukan hanya Qabil dan Habil,
tetapi juga para Nabi pun berdoa.11
Begitu tinggi kedudukan doa dalam Islam, sebab doa merupakan bentuk
pengakuan atas ketidakberdayaan seorang hamba atas kekuatan dan kekuasaan Allah
swt. dan orang yang malas berdoa bahkan tidak mau berdoa dikatakan sebagai orang
8M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misba>h, Vol. 1 (Cet. X; Tangerang: Lentera Hati, 2007), h.
408-409.
9Zakiah Daradjat, Doa Menunjang Semangat Hidup (Jakarta: Ruhama, 1996), h. 17. 10M. Arief Hakim, Doa-Doa Terpilih (t.tp.: Marja, 2004), h. 8.
yang sombong karena sama saja dia tidak mengakui akan kekuasaan Allah swt. Doa
merupakan sarana bagi seorang hamba untuk memohon sesuatu dari Allah swt.
dengan harapan agar Allah mengabulkan permohonan itu.12 Para Nabi menjadikan
doa sebagai salah satu ibadah mereka, itulah sebabnya dalam al-Qur’an banyak
terdapat doa para Nabi. Nabi merupakan qudwah (contoh) bagai umat manusia
dalam memohon kepadan Allah swt. yang mana merke memohon kepada Allah
dengan sikap merendahkan diri kepada-Nya dan memenuhi perintah-Nya, sehingga
doa-doa mereka dikabulkan oleh Allah swt.
Di dalam al-Qur’an terdapat begitu banyak doa yang telah dicontohkan oleh
para nabi dan Rasul serta orang-orang salih yang dapat diamalkan dalam kehidupan.
Salah satu Nabi yang doa-doanya diabadikan di dalam al-Qur’an adalah Nabi
Ibra>hi@m as. Salah seorang Nabi mulia yang termasuk dalam nabi-bai ulul azmi, yakni
Nabi yang diuji oleh Allah dengan ujian yang berat melebihi batas kemampuan
manusia biasa dan mempunyai tingkat ketabahan dan kesabaran yang luar biasa
dalam menyebarkan ajaran tauhid.
Nabi Ibra>hi@m as. dalam berdakwah meskipun menghadapi ujian dan
tantangan yang berat, beliau tetap menunjukkan sikap penghambaannya yang selalu
menepati janjinya. Bahkan Nabi Ibra>hi@m mendapat gelar sebagai khali@lullah (kekasih
Allah) karena ketaatannya pada segala perintah yang diberikan Allah kepadanya.
Dawam Rahardjo menjelaskan bahwa, beberapa ciri keistimewaan Nabi
Ibra>hi@m yang membedakannya dengan nabi-nabi yang lain adalah, pertama; Nabi
Ibra>hi@m memperoleh pengetahuan tentang Tuhan dengan jalan pencarian yang cukup
12Rachmat Taufiq Hidayat, Khazanah Istilah al-Qur’an (Cet. III; Bandung: Mizan, 1993), h.
panjang, pengamatan dan berfikir. Kedua, beliau menyebarkan dan memperjuangkan
keyakinannya itu kepada berbagai bangsa. Ketiga, beliau adalah orang yang teruji
dengan berbagai perintah dan larangan. Oleh karena itu, beliau dipilih sebagai
pemimpin umat manusia.13
Sosok Nabi Ibra>hi@m as. sebagai salah satu Nabi yang sangat mulia bahkan
disebutkan di dalam al-Qur’an sebagai al-khali@l, juga dikatakan sebagai bapak para
nabi tentu menjadi hal yang sangat menarik untuk dibahas, terutama tentang
doa-doa yang pernah diucapkannya, sebab doa-doa menjadi salah satu elemen penentu bagi
kelangsungan dakwahnya untuk menyerukan ajaran tauhid. Selain itu, doa-doa Nabi
Ibra>hi@m di dalam al-Qur’an banyak diamalkan oleh masyarakat umum baik itu yang
berkaitan dengan urusan dunia maupun yang berkaitan dengan urusan akhirat, hal ini
disebabkan doa-doa Nabi Ibra>hi@m banyak bersentuhan langsung dengan aktifitas
kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, tidak banyak di antara mereka yang tahu jika
doa yang mereka baca adalah doa yang pernah diucapkan oleh Nabi Ibra>hi@m pada
zaman dahulu. Seperti misalnya doa meminta anak yang banyak dibaca oleh para
orang tua yang mengidamkan keturunan yang salih. Tidak banyak yang tahu jika doa
tersebut terdapat di dalam al-Qur’an dan merupakan doa yang pernah diucapkan
Nabi Ibra>hi@m agar dikaruniai seorang anak setelah sekian lama tidak tidak
mendapatkan keturunan.14
Doa lain yang selalu diamalkan oleh kaum muslim pada umumnya adalah doa
memohon ampunan untuk diri sendiri, kedua orang tua, dan seluruh orang-orang
13Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci
(Jakarta: Paramadina, 2002), h. 78.
14Ratna Dewi Idrus, Agar Anak Kita Seperti Nabi Ismail (Jakarta: PT. Elex Media
yang beriman. Masyarakat pada umumnya juga tidak banyak yang mengetahui jika
doa tersebut adalah doa Nabi Ibra>hi@m yang terekam di dalam al-Qur’an.15 Masih
banyak lagi doa-doa Nabi Ibra>hi@m yang menjadi amalan bahkan bagi sebagian orang
menjadikannya wirid, sebab terdapat nilai penting yang terkandung di dalamnya
yang mengisyaratkan pesan moral yang mendalam, sehingga sampai saat ini doa
Nabi Ibra>hi@m banyak dibaca diamalkan oleh masyarakat pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka pokok
masalah yang menjadi pemabahasan untuk diteliti dalam kajian ini adalah
‚bagaimana doa-doa Nabi Ibra>hi@m as. dalam al-Qur’an.‛
Untuk lebih terarahnya pembahasan ini, maka pokok masalah tersebut akan
diuraikan dalam sub-sub masalah sebagai berikut
1. Bagaimana hakikat doa Nabi Ibra>hi@m dalam al-Qur’an?
2. Bagaimana wujud doa Nabi Ibra>hi@m dalam al-Qur’an?
3. Apa urgensi doa Nabi Ibra>hi@m dalam al-Qur’an?
C. Pengertian Judul dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Pengertian Judul
Untuk memfokuskan penelitian dan membatasi ruang lingkup
pembahasannya serta menghindari pemaknaan dan persepsi yang beragam terhadap
judul tesis ‚Doa Nabi Ibra>hi@m as. Dalam al-Qur’an (Kajian Tafsir Tematik)‛, maka
penting untuk menjelaskan maksud dari beberapa istilah yang terdapat dalam judul
tersebut, yaitu:
15Tim Lentera Hati, Doa Harian yang Dianjurkan Para Nabi dan Orang Saleh (Tangerang:
a. Doa Nabi Ibra>hi@m as.
Secara umum, doa berarti permohonan seseorang untuk meminta sesuatu
dengan penuh kerendahan, dan harapan serta bersungguh-sungguh kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Dengan kata lain seorang hamba mengungkapkan
ketidakberdayaannya dan menyerahkan segalanya kepada TuhanYang Maha Esa.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia kata Doa mempunyai arti
permohonan, harapan, permintaan, serta pujian kepada Tuhan.16 Sedangkan menurut
bahasa, kata doa berasal dari akar kata da‘awa yang terdiri dari tiga huruf yaitu dal,
ain, dan wau, yang mempunyai arti kecenderungan atau condong terhadap sesuatu
dan mengungkapkannya dengan bersuara atau dengan kalimat.17 Dari akar kata
tersebut kata da‘awa memiliki banyak arti yaitu menyeru, memanggil, memohon
atau meminta. Adapun pengertian kata doa menurut istilah ialah permintaan sesuatu
dari yang rendah derajatnya kepada yang tinggi derajatnya, dengan kata lain
penyerahan diri kepada Allah dalam memohon segala yang diinginkan dan meminta
dihindarkan dari segala kemudaratan.18
Penelitian ini mengkaji doa-doa Nabi Ibra>hi@m as. dalam al-Qur’an, dengan
demikian maka yang dimaksud dengan doa Nabi Ibra>hi@m pada poin ini adalah
ucapan atau permintaan dan permohonan Nabi Ibra>hi@m as. kepada Allah yang
berkenaan dengan permintaan pertolongan, perlindungan, harapan, atau pun pujian
kepada Allah atas nikmat yang diberikan, yang diabadikan oleh Allah di dalam
16Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008),
h. 360.
17Abu> Husain Ahmad bin Fa>ris bin Zakariya, Mu‘jam Maqa>yis al-Lugah Juz II (Kairo: Da>r
al-Fikr, 1399 H/1979 M), h. 281.
Qur’an. Sementara doa Nabi Ibra>hi@m yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an tidak
termasuk dalam pengertian ini.
b. Nabi Ibra>hi@m as.
Nabi Ibra>hi@m memiliki nama asli Ibra>hi@m bin A<zar bin Ta>rih} bin Na>khu>r bin
Argu> bin Sya>likh bin Arfakhsyaz{ bin Sa>lih bin Nu>h. 19 Dikenal dengan nama Ibra>hi@m
al-Khali@l.20 Beliau wafat pada tahun 175 SM dan dimakamkan di samping makam
Siti Sarah yang wafat pada tahun 128 M.21
Ibra>hi@m menjadi seorang Nabi sekitar tahun 1990 SM, diutus untuk kaum
Kaldam yang terletak di kota ‘Ur, daerah bagian selatan Iraq. Dikatakan bahwa di
tempat ini pula Nabi Ibra>hi@m dilahirkan.22
Nabi Ibra>hi@m memiliki dua orang istri, yaitu Siti Sarah dan Siti Hajar. Pada
mulanya Nabi Ibra>hi@m hanya beristrikan Siti Sarah, ia adalah wanita yang cantik
jelita keturunan bangsawan. Sedang Siti Hajar adalah seorang budak yang diberikan
oleh Raja Mesir kepada Siti Sarah sebagi hadiah sewaktu Siti Sarah dan Nabi
Ibra>hi@m berhijrah ke Mesir.23
19Abu> H{anifa Ahmad bin Da>ud al-Dainu>ri@, Akhba>r al-T}iwa>l (Cet. I; al-Qa>hirah: Da>r al-Ih}ya>’
Kutub ‘Arabi, 1960), h. 6. Lihat juga: Abu> Muh}ammad ‘Abdullah bin Muslim bin Kutaibah al-Dainu>ri@, al-Ma‘a>rif (Cet. II; al-Qa>hira: al-Haiatu al-Mis}riyyah, 1992), h. 30.
20Jama>l al-di@n Abu> al-Farj ‘Abdu al-Rahma>n bin ‘Ali@ bin Muhammad al-Jauzi@, Muntaz}am fi@ Ta>rikh Umami wa al-Mulu>k (Cet. I; Bairut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1412 H/1992 M), h. 3.
21Hadyah Salim, Qis{s{atul Anbiya (Bandung: al-Ma‘a>rif, 1970), h. 110.
22Qasim Shaleh dan Dewi Kournia Sari, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul (Cet. I; Jakarta:
Almahira, 2008), h. 94.
23Iqbal Harahap, Ibrahim Bapak Semua Agama (Cet. I; Tangerang: Lentera Hati, 2014), h.
c. Tafsir Tematik
Tafsir Tematik atau dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Tafsir
Maud}u>‘i@, secara bahasa berasal dari kata
اعضو
-
عضي
-
عضو
terdiri dari huruf wau, d}a dan‘ain yang bermakna menunjukkan rendahnya sesuatu,24 atau berarti menaruh atau
Meletakkan,25 lawan dari kata
عفرلإ
yakni mengangkat.26 Dalam Kamus Ilmiah Popular, kata tematik diartikan dengan ‚mengenai tema; yang pokok; mengenai lagupokok‛.27 Mus}t}afa> Muslim mengatakan bahwa maud{u>‘i@ adalah meletakkan sesuatu
di manapun, baik meletakkan atau menurunkan maupun menetapkan atau
memantapkan pada suatu tempat.28
Metode tafsir tematik adalah salah satu metode tafsir yang berusaha mencari
jawaban al-Qur’an tentang tema tertentu. Metode ini menghimpun seluruh ayat yang
berhubungan dengan tema dimaksud, lalu menganalisanya lewat ilmu-ilmu bantu
yang relevan dengan masalah yang dibahas, kemudian lahirlah konsep yang utuh dari
al-Qur’an tentang tema tersebut.29
2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari pembahasan ini yaitu berbicara tentang doa-doa dalam
al-Qur’an khususnya doa Nabi Ibra>hi@m as. yang terdapat di dalam al-Qur’an.
24Abi> H{usain Ah}mad bin Fa>ris bin Zakariya>, Mu’jam Maqa>yis al-Lugah, Juz VI (Bairut: Da>r
al-Fikr, 1979 M/1399 H), h. 89.
25Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1972), h. 501. 26Muh}ammad bin Mukarram bin Manz}ur al-Afriqi> al-Misri>, Lisa>n al-Arab, Juz VIII (Bairut:
Da>r al-Sadr, t.th), h. 396
27Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, t.th.),
h. 743.
28Mus}t}afa> Muslim, Maba>his\ fi> al-Tafsi>r al-Maud}u>’i (Cet. I; Dimasyq: Da>r al-Qalam, 1410
H./1989 M.), h. 16.
29Muhammad ‘Abd al-Az\i>m al-Zarqani, Mana>hil al-Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Juz 1 (Cet. I;
Pembahasan ini tidak berpatokan pada satu ayat saja atau pada satu surah saja,
tetapi pembahasan ini berusaha mencari ayat-ayat al-Qur’an dan menggambarkan
hakikat dan bentuk doa-doa Nabi Ibra>hi@m as. dengan menggunakan ayat atau
potongan ayat serta surah yang terkait dengan pembahasan ini. Sekalipun demikian,
penelitian ini tidak hanya menggunakan ayat sebagai dasar bahasan saja, tetapi juga
menggunakan hadis-hadis Nabi saw. sebagai bayan, ataupun sebagai tambahan
referensi maupun informasi dalam memahami pembahasan tentang doa Nabi Ibra>hi@m
as.
D. Kajian Pustaka
Setelah melakukan penelusuran dan pembacaan terhadap berbagai karya
ilmiah yang berkaitan dengan rencana penelitian ini, penulis belum menemukan
pembahasan tentng doa-doa Nabi Ibra>hi@m dalam al-Qur’an (sebuah kajian tematik)
yang persis sama dengan penelitian ini. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
menjelaskan bahwa penelitian ini belum pernah ditulis atau diteliti sebelumnya. Ada
banyak literatur yang berkaitan dengan tema penelitian ini baik dalam bentuk Jurnal,
Tesis, Desertasi, maupun dalam bentuk buku-buku dengan motif yang beragam.
Namun demikian, semua tulisan dan karya ilmiah tersebut berbeda dengan
pembahasan yang terdapat di dalam penelitian ini, baik dari segi fokus pembahasan,
teknik interpretasi, pendekatan, serta paradigma yang digunakan. Adapun beberapa
literatur yang terkait dengan penelitian ini, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Kisah-Kisah dalam al-Qur’an (Telaah Kisah Nabi Ibra>hi@m as.), yang ditulis
oleh Muhammad Amin pada Program Pascasarjana IAIN Sultan Amai
Dalam penelitiannya tersebut, Muhammad Amin mengkaji tentang kisah
dalam al-Qur’an, terkhusus pada kisah Nabi Ibra>hi@m as. Muhammad Amin tidak
mengangkat suatu surah atau ayat-ayat tertentu secara spesifik sebagai objek
penelitiannya, tetapi secara umum membahas semua ayat-ayat yang ada kaitannya
dengan Nabi Ibra>hi@m as. Bab dua penelitian ini membahas tentang pengertian dan
urgensi kisah, unsur-unsur kisah, serta jenis-jenis kisah dalam al-Qur’an. Selain itu
Muhammad Amin juga mengungkapkan biografi Nabi Ibra>hi@m secara umum,
mukjizat yang dimiliki, serta gelar-gelar yang disandangnya. Pada bab tiga
penelitiannya, Muhammad Amin mengungkapkan semua ayat-ayat yang memuat
kisah Nabi Ibra>hi@m dan mengklasifikasikannya berdasarkan tempat turunnya, selain
itu diungkapkan pula ayat-ayat tentang doa-doa Nabi Ibra>hi@m dan kronologis ayat
kisah Nabi Ibra>hi@m. Bab empat penelitian ini membahas tentang interpretasi kisah
Nabi Ibra>hi@m dimulai dari kisah perjalanannya dalam mencari Tuhan hingga
kisahnya ketika mendakwahi ayahnya dan kaumnya. Pada bab ini juga diungkapkan
hikmah dibalik kisah Nabi Ibra>hi@m serta implementasinya dalam segala aspek
kehidupan.
Adapun penelitian ini berbeda dengan tulisan Muhammad Amin di atas.
Penelitian ini lebih spesifik membahas semua ayat-ayat doa yang diucapkan Nabi
Ibra>hi@m, mulai dari hakikat atau substansi doanya, bentuk-bentuk doa serta urgensi
daripada doa yang diucapkannya kepada Allah. Walaupun akan sedikit menyinggung
kisah kehidupan Nabi Ibra>hi@m, penelitian ini hanya akan berfokus pada doanya saja
serta makna yang terkandung di dalamnya. Namun demikian, desertasi karya
Muhammad Amin tersebut dapat menjadi referensi tambahan dan pelengkap dalam
2. Nilai-Nilai Pendidikan Akidah Dalam Doa Nabi Ibra>hi@m (Telaah Tafsir
al-Ra>zi dan al-Tabari@ pada Surah Ibra>hi@m ayat 35-41), sebuah Tesis yang ditulis
oleh Muhammad pada Program Studi Magister Pendidikan Islam
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta 2016 M.
Muhammad dalam penelitiannya tersebut juga membahas tentang doa Nabi
Ibra>hi@m di dalam al-Qur’an, tetapi pembahasannya hanya difokuskan pada surah
Ibra>hi@m ayat 35-41. Tesis ini membahas lebih dalam tentang nilai-nilai pendidikan
akidah yang terkandung dalam doa Nabi Ibra>hi@m dengan membandingkan penafsiran
atau pemikiran dari dua ulama tafsir yaitu al-Ra>zi@ dan al-T{abari@ menggunakan
metode perbandingan (muqa>rin). Bab dua penelitian ini, secara umum membahas
tentang pendidikan Islam mulai dari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya hingga
pendidikan akidah dalam Islam, selain itu Muhammad juga mengungkapkan
pengertian-pengertian doa dan kisah Nabi Ibra>hi@m dalam al-Qur’an. Bab tiga
membahas tentang biograafi dan metodologi penafsiran al-Ra>zi@ dan al-T{abari@,
tinjauan dan telaah tafsir kedua mufasir terhadap doa Nabi Ibra>hi@m. Pada bab empat
penelitian ini, barulah membahas penafsiran dari al-Ra>zi@ dan al-T{abari@, menggali
nilai-nilai pendidikan akidah yang terkandung di dalamnya dan implikasinya serta
relevansinya terhadap pendidikan agama Islam khususnya di Indonesia.
Tesis yang ditulis oleh Muhammad tersebut jelas berbeda dengan penelitian
ini, meskipun judulnya hampir sama, tetapi inti dari pembahasannya sangat jauh
berbeda. Demikian pula dengan ruang lingkup pembahasannya, Muhammad dalam
penelitiannya terbatas pada satu surah saja, sedangkan penelitian ini ruang lingkup
pembahasannya mencakup keseluruhan doa-doa Nabi Ibra>hi@m di dalam al-Qur’an.
penelitian ini menggunakan metode Maud}u>‘i@ atau tematik dalam menginterpretasi
ayat, sedangkan pada tesis karya Muhammaad menggunakan metode Muqa>rin dalam
penelitiannya.
3. Konsep Doa Para Nabi Dalam Al-Qur’an, sebuah tesis yang ditulis oleh
Ahmad Fauzi pada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2015.
Tesis yang ditulis oleh Ahmad Fauzi ini membahas tentang konsep doa para
nabi dalam al-Qur’an. Dalam penelitiannya, Ahmad Fauzi tidak mengangkat satu
ayat atau pun menunjuk satu nabi tertentu sebagai objek penelitiannya, tetapi secara
umum mengumpulkan dan mengkaji semua ayat-ayat al-Qur’an yang terkait dengan
doa para nabi dan rasul yang terdapat dalam al-Qur’an. Pada bab dua penelitian ini,
mengkaji secara umum tentang doa, mulai dari defenisi dan pengertian doa, urgensi
dan fungsi doa, motivasi dan tujuan berdoa, adab serta tata cara berdoa, hingga
perspektif doa dari berbagai bidang ilmu. Kemudian pada bab tiga, Ahmad Fauzi
membahas istilah-istilah doa dalam al-Qur’an, bentuk doa dalam al-Qur’an,
klasifikasi doa berdasarkan objek dan subjeknya dalam al-Qur’an, serta doa para nabi
dalam al-Qur’an. Bab empat membahas tentang hakikat doa para nabi dalam
al-Qur’an, klasifikasi doanya, serta konteks doa para nabi.
Berbeda dengan penelitian yang ditulis oleh Ahmad Fauzi tersebut,
penelitian ini tidak membahas tentang semua doa para nabi secara mendalam, tetapi
yang menjadi fokus pembahasan adalah hanya doa-doa Nabi Ibra>hi@m saja, sekalipun
metode penelitian yang digunakan sama, tetapi topik atau tema pembahasannya
kajiannya, sedangkan penelitian ini yang menjadi objek kajian utama adalah khusus
ayat tentang doa Nabi Ibra>hi@m saja dan yang berkaitan dengannya.
4. Mendialogkan Hermeneutika Doa dalam Kisah Ibra>hi@m dan Mu>sa>, sebuah
Jurnal yang ditulis oleh Mohammad Anwar Syarifuddin dan Jauhar Azizy
pada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jurnal Refleksi,
Volume 13, no. 6. April 2014.
Tulisan dalam jurnal ini berupaya menyajikan sebuah produk baru tafsir atas
ayat-ayat doa dalam kisah Nabi Ibra>hi@m dan Nabi Mu>sa>. Langkah yang dilakukan
dalam penelitian ini, yaitu menerapkan teori hermeneutika untuk menelusuri
rekonstruksi makna ayat sebagaimana tersaji dalam literatur tafsir klasik Islam. Ada
dua kitab tafsir yang digunakan untuk melihat makna-makan dari doa-doa yang
diungkapkan oleh Nabi Ibra>hi@m dan Nabi Mu>sa>, yaitu tafsir Ja>mi‘ al-Baya>n fi@ A<y
al-Qur’an karya Ibn Jari@r al-T{abari@ dan Luba>b al-Ta‘wi@l fi@ Ma‘a>ni@ al-Tanzil karya ‘Ali@
bin Muhammad ibn Ibra>hi@m al-Syayh}i@ atau yang lebih dikenal dengan al-Kha>zin.
Penelitian ini sangat berbeda dengan Jurnal di atas yang menggunakan teori
hermeneutika dalam menelusuri makna-makna ayat. Sementara dalam penelitian ini
tidak digunakan teori tertentu untuk mengkaji dan menafsirka ayat-ayat yang
tentang doa Nabi Ibra>hi@m. Selain itu, interpretasi yang dilakukan dalam penelitian
ini tidak terbatas pada kitab-kitab tafsir tertentu saja, melainkan menggunakan
semua tafsir yang relevan untuk mendapatkan makna dan kandungan yang
sesungguhnya dari ayat yang diteliti.
5. Kisah Nabi Ibra>hi@m dalam al-Qur’an dan Relevansinya dengan Pendidikan
Islam, sebuah Jurnal yang ditulis oleh M. Amir HM. Jurnal Ekspose Volume
Dalam tulisannya, M. Amir HM membahas kisah Nabi Ibra>hi@m dalam
al-Qur’an yang sarat dengan nilai pendidikan Islam. M. Amir menjelaskan bahwa ada
tiga aspek pendidikan Islam yang terkandung secara eksplisit dalam kisah Nabi
Ibra>hi@m dalam al-Qur’an. Pertama, adalah tujuan pendidikan Islam, yang tergambar
pada bagaimana Nabi Ibra>hi@m menemukan bahwa tujuan akhir dari segala upaya
manusia adalah mengesakan Allah swt. dalam bingkai iman dan taqwa. Kedua,
subjek dan objek pendidikan Islam, yang tergambar pada bagaimana Nabi Ibra>hi@m
menyerukan nilai-nilai tauhid kepada kaumnya. Ketiga, adalah metode pendidikan
Islam, yang tergambar pada berbagai metode yang ditempuh oleh Nabi Ibra>hi@m
dalam menyampaikan nilai-nilai tauhid kepada kaumnya yang meliputi diskusi,
keteladanan, serta nasehat atau tanya jawab.
Sebagaimana literatur-literatur sebelumnya, jurnal karya M. Amir pun juga
berbeda dengan penelitian ini, walaupun objek kajiannya adalah Nabi Ibra>hi@m, tetapi
sangat berbeda dari segi fokus pembahasan. M. Amir membahas dari aspek
pendidikannya, sedangkan penelitian ini fokus pada makna dari doa-doanya dalam
al-Qur’an.
Demikianlah beberapa literatur baik itu berbentuk tesis, desertasi maupun
jurnal yang terkait dengan pembahasan, kajian, dan penelitian terhadap Nabi Ibra>hi@m
as. dari berbagai aspeknya. Semua literatur-literatur tersebut tidak ada satu pun yang
sama persis dengan penelitian ini, walaupun beberapa literatur objek kajiannya sama
dengan penelitian ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kajian ini belum
pernah ada yang meneliti sebelumnya, sehingga layak untuk dikaji dan dibahas
E. Kerangka Teoretis
Penelitian ini berlandaskan pada ayat-ayat yang memuat doa Nabi Ibra>hi@m
as. yang tersebar di berbagai surah di dalam al-Qur’an. Sebelum lanjut pada
pembahasan yang lebih jauh, maka terlebih dahulu peneliti akan membahas
persoalan doa secara umum, mulai dari pengertiannya secara leksikal dan istilah,
demikian pula realitas berdoa yang sering Nampak dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya masuk pada pembahasan tentang lantunan doa para nabi khususnya
Nabi Ibra>hi@m as. dan memberikan penjelasan dengan melihat beragam literatur mulai
dari yang klasik hingga yang kontemporer, baik yang berbahasa Indonesia maupun
yang berbahasa asing. Dari pembacaan tersebut akan muncul beragam pendapat dan
pandangan dikalangan mufasir tentang doa Nabi Ibra>hi@m as.
Oleh karenanya, peneliti akan berusaha mencari semaksimal mungkin
literatur yang berkaitan dengan penelitian ini, mulai dari tafsir klasik hingga tafsir
kontemporer. Demikian pula pendapat ulama lainnya sebagai bahan pendukung,
penjelas, ataupun sebagai bahan perbandingan,dan sesekali peneliti mengutip
pendapat-pendapat dari beberapa pakar ataupun pandangan lain yang relevan untuk
dijadikan sebagai bahan pelengkap sekaligus pertimbangan dalam menggali makna
ayat yang sedang diteliti. Dalam mengeksplor ayat yang diteliti, peneliti berusaha
menghimpun penafsiran para ulama sebagai patokan dasar dan kemudian melakukan
penafsiran dengan menggunakan berbagai pendekatan dan teknik interpretasi.
Bagan Kerangka Pikir
Al-Qur’an dan
Hadis
Doa Nabi Ibra>hi@m as.
Tujuan Latar Belakang
Masalah
1. Hakikat Doa Nabi Ibra>hi@m as.
2. Wujud Doa Nabi Ibra>hi@m
3. Urgensi Doa Nabi Ibra>hi@m as.
Faktor
F. Metodologi Penelitian
Untuk menganalisis objek penelitian dalam tesis ini, metodologi yang
digunakan dalam tahapan-tahapan penelitian ini meliputi: jenis penelitian,
pendekatan dan metode penelitian yang digunakan, pengumpulan dan sumber data,
serta pengolahan dan analisis data.
1. Jenis Penelitian
Sebagai kajian yang bersifat literal, maka jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dalam bentuk kajian kepustakaan atau biasa juga dikenal dengan
istilah library research30 yang bersifat deskriptif analisis.31 Dengan kata lain semua
sumber data tentang judul tesis ini berasal dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan
dengan topik pembahasan.
2. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang dimaksud adalah sebuah cara atau metode yang
menjelaskan perspektif yang digunakan dalam membahas objek penelitian. Oleh
karena kajian ini adalah suatu kajian tafsir yang sumber utama atau data primernya
adalah ayat-ayat al-Qur’an yang berfokus pada satu tema, maka secara eksplisit
pendekatan (approach) yang digunakan adalah pendekatan ilmu tafsir (exegetical
approach) sebagai salah satu bagian dari beberapa pendekatan yang dikenal dalam
penelitian agama.32
30Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Pustaka
Setia, 2009), h. 140.
31Deskriptif analisis adalah suatu penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu fakta
secara sistematis, factual, ilmiah, analitis, dan akurat. Lihat: Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Cet. II; Jakarta: Rajawali Pers, 1985), h. 19. Lihat juga: Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Peneitian (Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 44.
32Abd Muin Salim dkk, Metodologi Penelitian Tafsi@r Maud}u>‘i@ (Yogyakarta: Pustaka
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu dari
empat metode tafsir al-Qur’an yang berkembang saat ini yaitu metode tafsir tematik
(Maud}u>‘i@), yaitu upaya untuk menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an mengenai suatu tema
atau topik tertentu, dengan jalan mengumpulkan semua ayat atau sejumlah ayat
tertentu yang mempunyai maksud yang sama dan menjelaskannya sebagai suatu
kesatuan untuk memperoleh jawaban atau pandangan al-Qur’an secara utuh tentang
tema tertentu, dengan memperhatikan tertib turunnya masing-masing ayat dan
sesuai dengan asba>b al-nuzu>l jika ada.33
3. Metode Pengumpulan dan Sumber Data
Penelitian ini termasuk adalah penelitian kepustakaan (library research),
mengingat semua data yang menjadi acuan dalam penelitian ini berasal dari
bahan-bahan tertulis. Pengumpulan data didapatkan dari proses membaca dan menelaah
langsung ke data primer penelitian ini yaitu ayat suci al-Qur’an yang berkaitan
langsung dengan doa-doa Nabi Ibra>hi@m as. dan juga dari data sekunder atau
sumber-sumber yang lain yang representatif dan relevan dengan penelitian ini, seperti
kitab-kitab mu’jam, kitab-kitab tafsir, baik klasik maupun kontemporer, buku-buku
keislaman tentang doa-doa Nabi Ibra>hi@m, karya tulis ilmiah berupa Jurnal, Tesis,
Desertasi, artikel dan literatur-literatur yang terkait dengan pembahasan dalam
penelitian ini, serta sesekali mengambil data dari internet. Selain itu, data penelitian
juga dikumpulka dari bantuan program-program digital seperti Maktabah Sya>milah,
dan Kitab Hadis Sembilan Imam.
Selain itu, dalam penelitian ini juga digunakan pola metode tafsir tematik
(Maud}u>‘i@) sebagai langkah untuk memperoleh data. Adapun
langkah-langkah metode tafsir Maud}u>‘i@ dalam mengumpulkan data dapat dilihat sebagai
berikut:
a. Menetapkan suatu tema atau topik yang akan dibahas dari al-Qur’an. Dalm hal
ini, peneliti telah menetapkan satu tema yaitu doa-doa Nabi Ibra>hi@m as. dalam
al-Qur’an.
b. Menghimpun ayat-ayat yang menjadi objek kajian dan berkaitan langsung
dengan tema atau topic yang sedang dibahas.
c. Menyusun ayat atau surah menurut kronologis turunnya.
d. Mencari sebab atau latar belakang turunnya ayat, jika ayat tersebut memiliki
asba>b nuzu>l.
e. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam masing-masing surahnya
(Muna>sabah).
f. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok
bahasan.
g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan
menghimpun ayat-ayat yang memiliki pengertian yang sama, atau
mengkompromikan yang umum dan yang khusus, sehingga semuanya dapat
bertemu tanpa ada perbedaan.
h. Membuat kesimpulan pembahasan yang dipahami dari ayat-ayat yang menjadi
objek kajian kemudian mengaitkannya dengan kehidupan masyarakat, khususnya
umat Islam.34
4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan (library research), maka pola
kerjanya bercorak deskriptif dan bersifat kualitatif,35 dan dianalisis menggunakan
analisis isi (content analysis).36 Penggunaan metode ini didasarkan pada kenyataan
bahwa data pokok dalam penelitian ini adalah ayat-ayat suci al-Qur’an yang
merupakan data pasti, yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap,
yang bersifat deskriptif karena berupa pernyataan verbal. Hal ini dilakukan untuk
menganalisis makna-makna yang terkandung dalam al-Qur’an yang berkaitan
dengan doa-doa Nabi Ibra>hi@m as. Selain itu, juga digunakan analisis bahasa
(llinguistic analysis). Analisis bahasa digunakan untuk memperoleh gambaran yang
utuh dari segi semantic, etimologi, morfologi, dan leksikal sebagai bahan untuk
dianalisis dan diinterpretasi lebih lanjut.
Dalam menganalisis data yang berupa ayat-ayat suci al-Qur’an, digunakan
beberapa teknik interpretasi yang dikembangkan oleh Abdul Muin Salim, di
antaranya adalah:
a. Teknik Interpretasi Tekstual, yaitu melakukan penafsiran antara ayat dengan
ayat atau antara ayat dengan hadis nabi.
b. Teknik Interpretasi Sistemik, dalam ilmu tafsir istilah ini lebih dikenal dengan
istilah Muna>sabah, yaitu pengambilan kandungan ayat berdasarkan
kedudukannya dalam surah tempat ia berada atau kedudukannya di antara
ayat-ayat sebelum dan sesudahnya.
35Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Cet. IV; Bandung: Alfabeta, 2008), h. 2. 36Neon Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. VIII; Yogyakarta: Reka Sarasin,
c. Teknik Interpretasi Sosio-Historis, yaitu penafsiran terhadap ayat menggunakan
riwayat mengenai kehidupan sosial-politik, kesejarahan dan kultural bangsa Arab
pada zaman diturunkannya al-Qur’an, atau yang lebih dikenal dalam ilmu tafsir
dengan istilah Asba>b Nuzu>l.37
Sedangkan untuk teknik penulisan, secara keseluruhan mengacu pada
Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah; Makalah, Skripsi, Tesis, dan Desertasi edisi
revisi yang diterbitkan oleh Alauddin Press.
G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berangkat dari rumusan masalah dan pengertian judul tesis ini, maka tujuan
dan kegunaan yang ingin dicapai adalah:
1. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengungkapkan:
a. Hakikat dari doa-doa yang diucapkan oleh Nabi Ibra>hi@m as. di dalam al-Qur’an.
b. Wujud doa Nabi Ibra>hi@m as. dalam al-Qur’an.
c. Urgensi dan tujuan pengabadian doa-doa Nabi Ibra>hi@m as. di dalam al-Qur’an.
2. Kegunaan
Adapun kegunaan penelitian yang dimaksud dalam tesisi ini adalah:
a. Kegunaan Ilmiah
Secara ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan yang
berarti terhadap pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan
pengembangan ilmu keislaman, khususnya dalam bidang tafsir, penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang
membahas tentang doa Nabi Ibra>hi@m as. dan yang berkaitan dengannya dalam
berbagai perspektif yang berbeda maupun yang sama, serta dapat menambah
khazanah keilmuan dalam perkembangan ilmu pengetahuan ke depan.
b. Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah dapat menjadi bahan informasi
tentang pentingnya berdoa kepada Allah, oleh karena itu di dalam al-Qur’an terdapat
banyak doa yang dapat diamalkan sehari-hari sebagai media untuk mendekatkan diri
kepada Allah, di antaranya adalah doa-doa yang pernah diucapkan oleh Nabi Ibra>hi@m
27 1. Genealogi Nabi Ibra>hi@m as.
Ibra>hi@m bin A<zar bin Ta>rih bin Na>khu>r bin Argu> bin Sya>likh bin Arfakhsyaz{
bin Sa>lih bin Nu>h,1 dikenal dengan nama Ibra>hi@m al-Khali@l as.2 Selain itu, dikatakan
bahwa nama Ibra>hi@m berasal dari dua suku kata, yaitu ab yang berarti ayah dan
rah}i@m yang berarti penuh kasih, maka Ibra>hi@m berarti ayah yang penuh kasih.3 Ia
merupakan keturunan dari Nabi Nu>h as. sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an
QS al-S{affa>t/37: 83.
﴿ َيمِىإَرْب
ِ
َلَ ِوِخَؼَ ِ ش نِم َّن
ِ
إَو
٭٨
﴾
Terjemahnya:
Dan sesungguhnya Ibra>hi@m benar-benar termasuk golongannya (Nuh).4
Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa Nabi Ibra>hi@m as. adalah golongan dari
Nabi Nu>h as. karena keduanya merupakan pemberi peringatan yang diutus oleh
Allah swt. Akan tetapi, syariat keduanya berbeda karena umatnya mengikuti
perkembangan zaman, namun inti dari ajarannya tetap sama yakni mengesakan
Allah swt.5
1Abu> H{ani@fah Ah{mad bin Da>ud al-Dainu>ri@, Akhba>r al-Tiwa>l (Cet. I; al-Qa>hirah: Da>r al-Ihya>’
al-Kutub al-‘Arabai@, 1960), h. 6.
2Jama>luddi@n Abu> al-Farj ‘Abdurrahma>n bin ‘Ali@ bin Muhammad al-Jauzi@, Muntaz}am fi@
Ta>ri@kh Umam wa al-Muluk (Cet. I; Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1412), h. 3.
3M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misba>h Vol. I (Cet. X; Tangerang: Lentera Hati, 2007), h. 316.
4Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bogor: PT. Pantja Cemerlang,
2014), h. 449.
Nabi Ibra>hi@m adalah orang yang dapat dijadikan imam yang senantiasa patuh
dan taat kepada segala perintah Allah swt. Ia wafat pada tahun 175 SM dan
dimakamkan di samping makam salah satu istrinya yaitu Siti Sarah.6
Ibra>hi@m diangkat menjadi seorang Nabi sekitar tahun 1990 SM, diutus untuk
menyeru dan memberi peringatan pada kaum Kaldan yang terletak di Kota ‘Ur,
daerah bagian selatan Iraq, tempat ini pula dikatakan sebagai tempat kelahirannya,7
namun ada juga yang mengatakan bahwa dia dilahirkan di kawasan Damaskus.8 Dia
dirawat dan tumbuh besar di dalam sebuah gua di wilayah Babylon,9 yang pada
zaman itu diperintah oleh seorang raja bernama Namrud bin Kan‘a>n.10 Ia adalah
seorang raja yang bengis dan mempunyai kekuasaan yang absolut dan zalim. Ibra>hi@m
menjalani masa kecilnya hampir sama dengan keadaan Nabi Musa as. yakni
dipisahkan dari ibunya karena adanya aturan raja yang memerintahkan untuk
membunuh semua bayi laki-laki yang lahir pada masa itu.11
Ketika Ibra>hi@m berusia 16 tahun, semua orang disekitarnya mengetahui
bahwa dia tidak menyembah berhala, malah justru meremehkannya. Ibra>hi@m adalah
seorang yang bijak, sopan, dan sangat mencintai ayahnya. Akan tetapi, ketika dia
beranjak tumbuh dewasa menjadi seorang pemuda, Allah memberikan kecerdasan
kepadanya sehingga dia mampu berdebat dengan ayahnya dan kaumnya tentang
6Hadyah Salim, Qis}s}atul Anbiya (Bandung: al-Ma‘arif, 1970), h. 110.
7Qasim Saleh dan Dewi Kournia Sari, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul (Cet. I; Jakarta:
Almahirah, 2008), h. 94.
8Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an-Makna di Balik Kisah Ibrahim (Cet. I;
Yogyakarta: LKiS, 2009), h. 32.
9Kamal al-Sayid, Kisah-Kisah Terbaik al-Qur’an (Cet. I; Jakarta: Pustaka Jahro, 2004), h. 60. 10Qasim Saleh dan Dewi Kournia Sari, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, h. 94.
11Dawam Raharjo, Ensiklopedi al-Qur’an-Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci
ketuhanan. Ibra>hi@m yang telah mendapat hidayah dari Allah, merasa gelisah dengan
keyakinan ayahnya itu. Melihat hal tersebut, Ibra>hi@m lantas dengan santun mengajak
ayah dan kaumnya untuk beribadah kepada Allah dan meninggalkan penghambaan
pada berhala. Akan tetapi, ajakan itu tidak mendapat respon yang baik. Ibra>hi@m pun
akhirnya menghancurkan berhala-berhala yang mereka sembah itu dan menyisakan
satu berhala yang paling besar.12
Ketika mereka jumpai berhala-berhala sembahan itu hancur, mereka langsung
menuduh Ibra>hi@m sebagai pelaku penghancuran, Ibra>hi@m pun kemudian diadili.
Dalam pengadilan itu, dia mengajukan pembelaan bahwa perusak berhala-berhala itu
adalah berhala yang paling besar. Pembelaan tersebut ternyata tidak diterima oleh
kaumnya sehingga akhirnya terjadi perdebatan yang berakhir dengan putusan bahwa
Ibra>hi@m harus dibakar. Allah segera menolongnya sehingga Ibra>hi@m selamat dan tak
sedikit pun tubuhnya hangus oleh api.13 Kisah ini tergambar di dalam QS
al-Anbiya/21:51-69.
Banyaknya cobaan tidak membuat Ibra>hi@m surut dalam berdakwah. Dia pun
lalu menyeru raja Namrud. Perdebatan sengit terjadi antara mereka berdua dan
berakhir dengan ketidakmampuan Namrud melanjutkan perdebatan. Perjalanan
dakwah Ibra>hi@m berlanjut ke Syam (Syriah), pada waktu itu, penduduk Syam
menyembah bintang, kemudian terjadilah dialog tentang fenomena alam dengan
mereka. Dari Syam, Ibra>hi@m bersama istrinya yaitu Sarah, melanjutkan perjalanan
dakwah menuju ke Mesir yang pada waktu itu dipimpin oleh Raja Fir‘aun bernama
‘Amr bin ‘Amru al-Qais bin Mailun, ia adalah raja zalim yang suka berfoya-foya dan
senang bermain perempuan terutama yang sudah menikah.14 Setelah Nabi Ibra>hi@m
dan Siti Sarah sampai di Mesir, Raja Fir‘aun terpesona dengan kecantikan paras Siti
Sarah dan bermaksud untuk menodainya. Akan tetapi Allah menjaga Sarah dengan
menjadikan tangan Fir‘aun menjadi kaku. Fir‘aun kemudian meminta kepada Sarah
untuk memohon kepada Allah agar tangannya kembali normal. Raja Fir‘aun
berterima kasih dan sebagai balasannya, ia memberikan imbalan yakni seorang
budak perempuan yang bernama Hajar yang kemudian hari dinikahi oleh Ibra>hi@m.15
Setelah lama bermukim di Mesir, Ibra>hi@m bersama Sarah dan budaknya
kembali ke Palestina. Saat itu Sarah sudah memasuki usia 70 tahun dan Ibra>hi@m
hampir menginjak usia 80 tahun, namun mereka belum juga dikaruniai seorang anak.
Karena keinginan yang kuat untuk memiliki keturunan, Sarah akhirnya meminta
kepada Ibra>hi@m agar mau memperistrikan Hajar sebagai istri kedua walaupun ia
hanyalah seorang budak dengan harapan dapat memiliki keturunan.16 Ibra>hi@m
memikirkan keinginan Sarah hingga pada akhirnya dia menikahi Hajar agar memiliki
keturunan yang akan melanjutkan dakwahnya kelak.
Hasil dari pernikahan Hajar dan Ibra>hi@m lahir seorang anak laki-laki dan
diberi nama Isma>‘i@l. Pada awalnya, Sarah ikhlas untuk dimadu. Akan tetapi, setelah
Hajar melahirkan Isma>‘i@l, kecemburuan tampak pada dirinya. Sarah mengira dengan
kehadiran Isma>‘i@l akan membuatnya merasa senang karena dapat menjadi seorang
ibu, tetapi rasa cemburu timbul ketika ia melihat Ibra>hi@m lebih memperhatikan
Hajar ketimbang dirinya. Untuk menyelamatkan bahtera rumah tangga, atas
14Sakinah Salleh, 10 Tokoh Idola Muslimah (Cet. I; Selangor: PTS Millenia, 2015 M), h. 74.
15Najwa Husein Abdul Aziz, 30 Kisah Penuh Hikmah dan Inspirasi (Cet. I; Jakarta: Gema
Insani, 2010), h. 11.
petunjuk Allah, Ibra>hi@m membawa Hajar dan Isma>‘i@l ke Makkah. Dari situ mulailah
mereka menjalani kehidupan baru di lembah Makkah,17 sebagaimana yang
digambarkan di dalam QS Ibra>hi@m/14: 37:
ُيِقَُِل اَيَّبَر ِمَّرَحُمْلإ َكِذَُْب َديِغ ٍع ْرَز يِذ ِ ْيَْؿ ٍدإَوِب ِتًَِِّّرُذ نِم ُتنَك ْسَأ ِّنِّإ اَيَّبَّر
ً َدِدْاَأ ْ َؼْعاَا َ ََ ََّلإ ْإو
﴿ َنو ُرُك ْشٌَ ْمُيَّلَؼَل ِتإَرَمَّثلإ َنِّم مُيْق ُزْرإَو ْمِ ْيَْلِإ يِوَْتَ ِساَّيلإ َنِّم
٨٬
﴾
Terjemahnya:
Yaa Tuhan kami, Sesungguhnya Aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebahagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.18
Ketika Ibra>hi@m menampakkan rasa cinta dan sayang yang luar biasa kepada
anaknya, datanglah cobaan berikutnya untuk menguji ketaatan Ibra>hi@m. Allah
memberikan wahyu kepada Ibra>hi@m untuk menyembelih Isma>‘i@l yang pada saat itu
telah tumbuh menjadi seorang remaja dan sudah mampu untuk membantu Ibra>hi@m
dalam pekerjaannya. Ibra>hi@m dengan penuh ketaatan memenuhi perintah tersebut,
namun sebelum melaksanakannya, Ibra>hi@m terlebih dahulu membicarakannya
dengan Isma>‘i@l tentang wahyu yang diterimanya itu. Tanpa terduga, Isma>‘i@l yang
masih remaja menerima perintah dari Allah tersebut dengan penuh keimanan dan
kesabaran. Akhirnya Ibra>hi@m dan Isma>‘i@l menunaikan perintah Allah tersebut
dengan penuh keimanan, lalu dengan kuasa-Nya, saat Isma>‘i@l hampir saja disembelih
Allah menggantikannya dengan domba yang besar, sebagaimana digambarkan dalam
QS al-S{affa>t/37: 102-107.
17Enok Hendra, Siti Hajar (Cet. I; Jakarta: Magfiroh, 2013), h. 37.