• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG KECAMATAN TUNTANG, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009. - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "POLA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG KECAMATAN TUNTANG, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009. - Test Repository"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

Dra. Maryatin

DOSEN STAIN SALATIGA

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah skripsi

Saudari NITA RUMANTI

Kepada

Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga

A ssa la m u 'a la ik u m . Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi Saudari:

Nama : NITA RUMANTI

NIM : 111 05 048

Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

Judul : POLA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK

DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH

TUNTANG KECAMATAN TUNTANG,

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009.

Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera dimunaqo syahkan.

Demikian agar menjadi perhatian. W a ssalam u 'alaiku m , Wr, W b

Salatiga, 28 Agustus 2009

(2)

Website : www.stainsalatiga.ac.id E -m ail: administrasi@stainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi Saudari: NITA RUM ANTI dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 05 048 yang berjudul : “POLA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK DI PANTIASUHAN PUTRIAISYIYAH TUNTANG KECAMATAN TUNTANG, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009”. Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : Sabtu, 12 September yang bertepatan dengan tanggal 25 Ramadhan 1430 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

Salatiga,

Panitia Ujian

12 September 2009 M

25 Ramadhan 1430 H

Sekretaris Sidang

---'L \ * ^

r: |lDr. H. Muh Saerol i. M.Ae P. 19660215 199103 1001

Pemmiill

Ari Setiawan! S.Pd.. MM NIP. 19751004 200312 1 002

Dra. Marvatin NIP. 19690402 109803 2 001

(3)

Website : www.stainsalatiea.ac.id E -m ail: administrasi@stainsaiatiga.ac.id

DEKLARASI

am!

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, pcneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 29 Agustus 2009 Penulis,

NITA RUMANTI NIM : 111 05048

(4)

S ia p a yan g 6isa menoCong d ir i fa ta d a ri % etidafyujuran kjzcnaR d ir i fa ta sendiru

‘K fju ju ra n tid a f^ a fy n m en etap p ad a fia ti d a n jiw a yan g tid a ^ fip a t

‘T id a ^ a d a pem im pin yan g Sisa SerSohong f{arena sejujum ya a d a y a n g Ce6ih

p a n d a i daripadanya. SesungguHnya pem im pin y a n g 6er6odong adaCah orang

(5)

1. j i t f a h S W T y a n g seCaCu m e m 6 e ri£ a n

p e tu n ju ^ d a n k e m u d a h a n daCam p e m 6 u a ta n

s k rip s i in i

2 . X fC u a rg a S esar <P an ti fls u h a n <Putri

J L is y iy a h V u n ta n g te m p a t d im a n a a £ u

m e n g e rti a r t i ^e^eC uargaan d a n a r t i

fie6 e rs a m a a n

3 . <Bapa£ / iS u te rc in ta y a n g seCaCu

m e n y a y a n g i d a n m en d o ab g n a £ u d i r u m a f

4 . SouC m ateq y a n g seCaCu m em 6 e ri^ g n s u p p o rt,

sem oga k it a seCaCu 6ersam a

5 . i^ g ^ c ^ g ^ a ^ u te rs a y a n g y a n g seCaCu

m em S eri^ an m o tiv a s i d a n m e n d o a k a n a%u

6. J ld i^ a d i^ u ( (Pujo, <Rafimat, S iti)y a n g a%u

sayangi

(6)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta

inayahnya. Sholawat serta sal am semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

Alhamdulillahirobbiralamin, berkat rahmat Allah SWT, skripsi ini dapat

terseleseikan dengan baik. Apabila masih terdapat banyak kekurangan, saya pikir itu hal yang wajar, karena manusia tidak pemah luput dari kesalahan dan

kekurangan. Dengan demikian, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari seluruh pembaca.

Tidak lupa saya sebagai penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besamya kepada:

1. Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya 2. Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi panutan umat Islam

3. Bp. Dr. Imam Sutomo M.Ag. selaku ketua STAIN Salatiga

4. Ibu Dra. Maryatin selaku dosen pembimbing yang telah meluamgkan banyak waktu dan pikirannya hingga terselesainya skripsi nini

5. Bapak dan ibuku yang selalu mendoakan aku di rumah

6. Ibu-ibu Pengurus Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang yang selalu sabar

dalam mendidik aku hingga menjadi seperti sekarang ini 7. Soulmateq, kamulah lentera hidupku!

(7)

HALAMAN JUDUL... i

NOTA PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN... iii

DEKLARASI... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 4

E. Metode Penelitian... 5

F. Penegasan Istilah... 7

G. Hipotesis Penelitian... 10

H. Penelitian Terdahulu... 11

I. Sistematika Penulisan Skripsi... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Batasan Pengertian Tentang Usia Anak... 14

(8)

1. Pengertian Panti Asuhan... 20

2. Maksud dan Tujuan... 21

3. Peran Panti Asuhan... 21

4. Landasan H ukum ... 22

C. Pembentukan Kemandirian Anak Panti Asuhan... 23

V 1. Pengertian Pembentukan Kemandirian Anak... 23

2. Ciri-ciri Kemandirian... 25

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak.... 42

4. Hambatan-hambatan dalam Pembentukan Kemandirian Anak... 47

' 5. Pendidikan tentang Pola Pembentukan Kemandirian Anak... 51

6. Upaya-upaya yang Dilakukan dalam Pembentukan Kemandirian Anak Panti Asuhan ... 60

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Panti Suhan Putri Aisyiyah... 69

1. Sejarah Berdirinya... 69

2. Letak Geografis... 70

3. Identitas Panti Asuhan... ... 70

4. Visi dan M isi... 70

5. Tujuan... 71

6. Struktur Organusasi... 72

(9)

9. Tata Tertib dan Peraturanyang Berlaku... 80

10. Sarana dan Prasarana... 81

11. Pembiayaan... 82

12. Usaha Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang... 83

B. Pola Pembentukan Kemandirian... 83

1. Pola Asuh Anak... 83

2. Proses Pembentukan Kemandirian Anak... 86

3. Pola Pendidikan Anak... 88

4. Tingkat Pendidikan Anak... 89

5. Usaha-usaha yang Dilakukan untuk Mencapai Kemandirian Anak... 90

BAB IV ANALISIS DATA A. Problematika yang Muncul di Panti Asuhan... 92

B. Solusi yang Ditempuh... 95

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 99

B. Saran... 99

C. Penutup... 100 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

TABEL 1 STRUKTUR ORGANISASIANAK ASUH... 72

TABEL 2 SUSUNAN PENGURUS PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAY TUNTANG... 73

TABEL 3 JADWAL KEGIATAN ANAK PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG... 74

TABEL 4 JADWAL KEGIATAN SEHARI-HARI ANAK PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG... 75

TABEL 5 JADWAL KEGIATAN TAHUNAN... 75

TABEL 6 DATA ANAK ASUH PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TNTANG TINGKAT SD... 76

TABEL 7 DATA ANAK ASUH TINGKAT SM P... 77

TABEL 8 DATA ANAK ASUH TINGKAT SMA... 78

TABEL 9 DATA ANAK ASUH TINGKAT PT... 79

TABEL 10 JENJANG PENDIDIKAN ANAK... 79

TABEL 11 SARANA DAN PRASARANA PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG... 81

(11)

A. L atar Belakang Masalah

Dewasa ini dalam era globalisasi kompleksitas masalah kehidupan

mengalami perubahan yang sangat cepat, baik dalam kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Juga sampai pada gaya hidup masyarakat yang sudah meninggalkan nilai-nilai moral seperti seks bebas, ekstasi, minum-

minuman keras, dan yang sejenisnya sangat diminati dan digandrungi bukan hanya oleh anak remaja, tetapi hampir seluruh lapisan masyarakat.

Dalam masalah ini perlu adanya campur tangan pemerintah selaku

pemegang cambuk kekuasaan untuk mencegah masalah tersebut di atas, bukan

hanya mengutamakan ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi

pengetahuan agama dan moral juga harus dipentingkan untuk mengantisipasi

dan mengurangi dampak era globalisasi yang sudah merusak moral

masyarakat.

Tidak dapat dipungkiri, moral Indonesia tingkat kemiskinan masih I

-sangat tinggi. Ini berdampak kepada anak yang seharusnya mengembangkan pendidikan baik pendidikan umum maupun pendidikan agama, malah bekerja membantu orang tua mencari uang untuk biaya hidup sehari-hari. Itu semua dapat dilihat di lingkungan sekitar kita masih banyak anak-anak yang menjadi pengamen, pedagang asongan dan sebagainya yang menyebabkan menurunnya sumber daya manusia.

(12)

Berkaitan dengan hal di atas, pemerintah dan tokoh masyarakat bekerja

sama guna mengentaskan kemiskinan yang salah satunya adalah dengan

mendirikan panti asuhan. Yang mana panti asuhan berfungsi untuk

memberikan bimbingan pendidikan, kesejahteraan sosial, serta bertanggung

jawab memenuhi kebutuhan dasar anak, mental dan spiritual. Sehingga diharapkan anak dapat menempuh pendidikan yang tinggi serta menjadi manusia yang berkualitas, tentunya tanpa lepas dari nilai-nilai moral dan

agama.

Panti Asuhan Putri Aisyisyah Tuntang sebagai salah satu panti asuhan yang ada di Indonesia telah banyak membantu anak asuhnya dalam

melaksanakan kewajiban untuk menuntut ilmu. Bukan hanya itu saja, Panti asuhan Putri Aisyiyah Tuntang juga memberikan pendidikan agama,

ketrampilan, pengarahan dan pembinaan anak sebagai pembentukan

kemandirian anak agar menjadi anak yang dapat berdiri sendiri (mandiri)

tanpa bergantung pada orang Iain dan dapat membantu orang tuanya untuk meningkatkan taraf hidup keluarganya.

Sebagai lembaga kesejahteraan sosial yang mengasuh anak yatim,

piatu, yatim piatu, anak terlantar dan kaum dhuafa diharapkan para pengurus

dan pengasuh mempunyai metode-metode khusus untuk membantu anak menyelesaikan hidupnya. Dengan adanya latar bclakang yang berbeda dari keluarga asalnya menimbulkan variasi anak dalam bersikap dan bertindak dalam kesehariannya. Dan itulah anak, harus mendapatkan pengarahan dan bimbingan untuk pembentukan kedewasaan diri yang mana diperoleh dengan

(13)

pendidikan yang dilakukan sejak dini. Memang tidak mudah dan tentu banyak

kendala-kendala yang dihadapi disebabkan kenadirian anak yang belum

tumbuh, kurangnya pengetahuan agama dan minimnya anak dalam

mengamalkan ajaran agama.

Dari uraian di atas, maka penulis mencoba membahas permasalahan itu dengan mengambil judul penelitian “Pola Pembentukan Kemandirian Anak

di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2009”.

B. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis mengangkat empat

pokok permasalahan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana kemandirian anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009?

2. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk membentuk kemandirian anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009 ?

3. Problematika apa yang muncul dalam pembentukan kemandirian anak di

Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten

Semarang tahun 2009 ?

(14)

Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009?

C. Tujuan Penelitian

Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kemandirian anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009.

2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk membentuk

kemandirian anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009.

3. Untuk mengetahui problematika yang muncul dalam pembentukan

kemandirian anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009.

4. Untuk mengetahui solusi yang ditempuh untuk mengatasi probematika

yang muncul dalam pembentukan kemandirian anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009.

f

D. Manfaat Penelitian

(15)

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan menjadi pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang kemandirian anak guna menambah

hasanah keilmuan pada Jurusan Tarbiyah S-l STAIN Salatiga.

2. Secara Praktis

a. Dapat dijadikan acuan bagi para orang tua dalam membentuk

kemandirian anak.

b. Dapat menjadi sumbangan pemikiran altematif bagi proses pembentukan kemandirian anak yang ada di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang.

c. Dapat menjadi masukan bagi pengelola panti asuhan pada umumnya

dalam pembentukan kemandirian anak di panti asuhan.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif deskriptif. Yaitu

suatu penelitian yang dalam pelaksanaanya tidak menggunakan angka-angka atau perhitungan yangmana dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan

metode bercerita secara nyata tentang keadaan yang diteliti. Selain itu, penulis juga mengemukakan landasan-landasan atau teori-teori secara literatur yang

(16)

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain dengan

menggunakan:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terencana fenomena yang diselidiki.1

Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data yang

konkret tentang kemandirian anak panti, metode yang digunakan pengurus

dalam membentuk kemandirian anak, juga digunakan untuk mengumpulkan data tentang lokasi penelitian.

2. Interview

Metode interview sering juga disebut wawancara, yaitu sebuah dialog yang dilakukan pewawancara (interviewer) untuk memperoleh

informasi dari terwawancara.1 2

Metode ini penulis gunakan untuk mencari data secara umum tentang panti asuhan dengan mewawancarai antara lain pengurus dan anak

Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang.

Pelaksanaan wawancara dengan cara bebas terpimpin, karena akan

memberi kebebasan pada pihak yang akan diteliti dalam memberikan jawaban, sehingga akan memperoleh data yang lebih mendalam dan lebih jelas, pihak peneliti dapat mengarahkan secara langsung pada pokok

persoalan yang sebenamya.

1 Sutrisno Hadi, Metodologi Research 2, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1995, him. 227.

(17)

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya.3

Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang panti asuhan secara historis, letak geografis, struktur organisasi dan daftar nama anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah

Tuntang.

F. Penegasan Istilah

Sebagai langkah untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam

memahami judul yang penulis bahas, maka terlebih dahulu akan dijelaskan

istilah-istilah yang ada dalam pembatasan yang nyata. Adapun pembatasan

dan penjelasantersebut adalah sebagai berikut: 1. Pola Pembentukan Kemandirian Anak

Pola berarti cara atau model.4 Pembentukan sendiri mempunyai arti suatu proses perbuatan, cara membentuk dan kegiatan yang dilakukan

secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang baik.5

3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi 3, Rineka Cipta, Jakarta, him. 234.

4 WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982, him. 763.

(18)

Sedangkan kemandirian dalam skripsi ini secara pragmatis adalah

mampu berdiri sendiri.7 Dalam arti bahwa manusia sebagai makhluk yang

memiliki potensi, kemauan, kreatif dan ego serta kehendak yang dapat hidup di tengah-tengah secara sosial dengan tidak hilang

ke ind i v idualanny a.

Anak adalah manusia yang masih kecil.8 Dan pada umumnya dikatakan anak ketika berusia 0 - 1 2 tahun.9 Akan tetapi yang dimaksud

anak dalam skripsi ini adalah anak asuh, yaitu semua anak yang diasuh dan bertempat tinggal di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, dan anak tersebul berusia 6 - 2 3 tahun (SD sampai perguruan tinggi).

Jadi yang dimaksud dengan pola permbentukan kemandirian anak

di sini adalah model, cara atau proses yang dilakukan untuk membentuk

anak menjadi berpotensi dan dapat menjadi manusia yang mandiri dalam

arti tidak selalu bergantung kepada orang lain.

Adapun yang menjadi indikator dari kemandirian anak panti

adalah:

a. Berfikir aktif dan kreatif.

b. Bertanggung jawab terhadap segala sesuatu c. Hidup dalam kesederhanaan

d. Mempelajari ketrampilan tertentu e. Percaya dengan kemampuan sendiri

7 J.S. Badudu, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, him. 57. 8 WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982, him. 38.

(19)

f. Mampu mempersiapkan kebutuhan secara mandiri

g. Dapat mengambil keputusan sendiri dan berani akan resikonya. 2. Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang

Panti asuhan adalah rumah tcinpat memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu.10 Jadi dapat dikatakan bahwa panti asuhan adalah salah satu lembaga sosial yang berfungsi untuk memelihara anak yatim atau yatim piatu. Tidak hanya anak yatim dan yatim piatu saja, akan tetapi

Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang juga merawat anak-anak terlantar dan kaum dhuafa dan di dalam panti asuhan anak dibekali berbagai macam

pendidikan baik formal, non formal, maupun informal.

Setelah mendapatkan pendidikan formal sampai tingkat SLTA, anak-anak diberikan alternatif yaitu :

a. Dikursuskan atau melanjutkan perguruan tinggi.

b. Bekerja di wilayah panti asuhan dan menetap di panti asuhan untuk sementara waktu.

c. Kembali kepada sanak saudara atau famili.

d. Berdomisili di panti asuhan sampai mendapatkan pekerjaan sehingga mampu membiayai diri sendiri setelah keluarnya dari panti asuhan.

e. Bekerja di salah satu tempat yang telah diusahakan oleh pihak panti asuhan.

(20)

Dari uraian di atas penulis mempunyai beberapa argumen, memilih Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang sebagai obyek penelitian. Argumen

tersebut antara lain :

a. Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang merupakan bagian dari lembaga

pendidikan yang bertanggung jawab terhadap anak asuhnya.

b. Pembentukan kcmandirian merupakan bagian pouting dalain

pendidikan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang.

c. Pendidikan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang dititik beratkan untuk mendidik anak menjadi mandiri serta dapat bertanggung jawab

terhadap segala sesuatu yang dilakukannya.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti meialui data yang terkumpul."

Hipotesis juga dapat diartikan dugaan sementara yang mungkin benar atau

salah dan akan ditolak jika salah atau palsu, dan dia akan diterima jika fakta membenarkan.11 12

Dari kedua pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan atau kesimpulan terhadap permasalahan penelitian yang akan diuji meialui penelitian.

11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi 5, op.cit., him. 64.

(21)

Adapun hipolesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah dalam

pembentukan kemandirian anak tentu saja terdapat banyak masalah, akan

lelapi masalah itu dapat diatasi sehingga mcnjadi bcrhasil.

H. Penelitian Terdahulu

Penelitian pola pembentukan kemandirian anak di panti asuhan

sebelumnya pernah dilakukan oleh Likowati dari Universitas Airlangga pada

tanggal 21 Pebruari 2007 di Panti Rehabilitas Sosial Marsudi Putra “Adika” Surabaya, dengan judul Model Peningkatan Kemandirian Anak di Panti

Rehabilitas Sosial Marsudi Putra Adika Surabaya.

Dalam penelitian tersebut ia mengatakan bahwa masih rendahnya hasil yang tampak pada anak asuh Panti Rehabilitas Sosial Marsudi Putra Adika

Surabaya, sehingga perlu ditingkatkan dengan cara memberikan motivasi,

komunikasi, pelatihan dan disiplin pada anak asuh. Dalam aspek motivasi

menunjukkan bahwa yang perlu diprbaiki yaitu hasil perkembangan kemandirian anak asuh, pada aspek komunikasi yaitu hubungan antar anak asuh yang telah dilakukan dengan baik sedangkan dalam aspek pelatihan yaitu

dengan cara meningkatkan pelatihan terhadap anak asuh sehingga semua itu diperlukannya suasana yang kondusif, inovatif serta sarana dan prasarana untuk menunjang pola pembentukan kemandirian anak panti.

(22)

peranan pemimpin guna menunjang proses pembentukan kemandirian anak

asuh.12

I. Sistematika Penulisan Skripsi

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini penulis mengemukakan tentang latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, hipotesis,

penelitian terdahulu, sistematika penulisan skripsi. Bab II Kajian Pustaka

Dalam bab ini diuraikan berbagai pembahasan yang mcnjadi landasan teoritik penelitian, yaitu ipengertian batasan usia anak,tolok ukur batasan usia anak,melatih kemandirian anak,

pengertian panti asuhan,maksud dan tujuan,peran panti

asuhan, landasan hukum, Pengertian pola pembentukan

kemandirian anak, citi-ciri kemandirian, faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian, pendidikan tentang pembentukan kemandirian anak hambatan-hambatan dalam pembentukan

kemandiian anak dan upaya-upaya yang dilakukan dalam

pembentukan kemandirian anak.

(23)

Bab III Laporan Hasil Penelitian

Dalam bab ini menguraikan tentang gambaran umum Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang yang meliputi: sejarah berdirinya, letak geografis,identitas Panti Asuhan, visi dan misi,tujuan,

struktur organisasi, daftar aktivitas anak, keadaan anak dan pengurus Panti Asuhan,

Sedangkan dalam pola pembentukan kemandirian anak meliputi : pola asuh anak, proses pembentukan kemandirian anak,

pola pendidikan anak, tingkat pendidikan anak, dan usaha yang dilakukan untuk mencapai kemandirian anak.

Bab IV Analisis Data

Dalam bab ini menganalisa tentang problematika yang muncul di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang dan solusi yang

ditempuh untuk mengatasi problematika tersebut guna membentuk kemandirian anak.

Bab V Penutup

Dalam bab penutup ini berisi tentang kesimpulan, saran- saran, dan kata penutup

Daftar Pustaka

(24)

A. Batasan Pengertian Tentang Usia Anak

Pengertian tentang batasan yaitu Batas-batas tentang boleh atau tidak

boleh haruslah jelas, misalnya kapan anak boleh bermain, dimana dan dengan

siapa sehingga anak tidak menganggu orang lain dan menghindarkan anak

dari kecelakaan.1 Sejak masa kanak-kanak orang tua harus sudah memberikan batasan-batasan tersebut. Misalnya: anak boleh mengambarkan dengan pensil wama dikertas-kertas, dipapan yang telah ditentukan, tetapi tidak boleh di buku pelajaran kakaknya, buku ayah atau ibu, dan tidak boleh menggambar di tembok.

Penting bagi orang tua untuk mengingat bahwa batasan dan fasilitas

yang diberikan oleh orang tua, hendaknya memenuhi kriteria tertentu: diperlukan, masuk akal, diberikan dengan penuh ketulusan dan kebaikan hati, dan secara konsisten sesuai kematangan anak. Fasilitas dianggap diperlukan bila anak dapat mencapai kemajuan yang lebih baik jika adanya fasilitas

tersebut. Batas dan fasilitas dianggap masuk akal bila memenuhi pertimbangan kesehatan dan keadilan. Kebaikan hati adalah keinginan dalam memenuhi kebutuhan anak untuk berkembang seoptimal mungkin tanpa melampaui kemampuan anak mengontrol diri. Fasilitas yang konsisten dengan kematangan umum anak berarti tergantung pada perkembangan kecerdasan 1

1 Artikel Majala Inpire Kids 1996: 19.

14

(25)

dan kematangan anak. Makin berkembang kematangan anak akan makin dapat

diperluas batas-batas dan fasilitas. Dengan kata lain pada remaja luasnya batas tersebut sangatlah ditentukan kematangan yang telah dicapai oleh remaja

tersebut.

Setelah batas-batas ditentukan, maka orang tua harus mengupaya kesepakatan dengan anaknya untuk saling mematuhi apa yang telah

ditentukan. Walau demikian, batas-batas yang ditentukan ini harus terus direvisi sesuai dengan perkembangan anak dan anak telah mencapai remaja

maka penentuannya harus mengikut sertakan masukan dari remaja. Dengan

cara tersebut diharapkan dapat membantu remaja untuk lebih cepat

mengembangkan tanggung jawab atas disiplin diri.

Mcski batas-batas telah ditctukan ada kalanya keadaan memaksa dan

batas tersebut terpaksa dilanggar. Dalam kondisi ini orang tua perlu segera

memberitahu dan menjelaskan pada remaja bahwa keadaan tersebut dapat dipahami dan diterima oleh orang tua namun bukan bcrarti bahwa batasan

yang telah ditentukan tidak berlaku lagi. Sikap dan komunikasi orang tua semacam ini akan dapat mengurangi rasa berdosa, penyesalan bahkan rasa sakit hati yang tidak diperlukan.

1. Tolok Ukur Batasan Usia Kemandirian Anak

(26)

b. Usia 1-3 tahun: anak mulai bisa diajak untuk mengontrol dirinya.

Misalnya toilet training, berbicara jika butuh sesuatu, dan bicara

dengan bahasa yang baik. Anak menunjukkan keinginan untuk mandiri

dengan berusaha melakukan berbagai hal sendiri, tapi sebenarnya

bantuan orang tua masih dibutuhkan. Di sini orang tua dapat melatih anak untuk mengerjakan berbagai hal sendiri. Misalnya, membereskan

mainan, mengambil baju, dan lain-lain, meskipun hasilnya tidak memuaskan. Orang tua dapat membantu anak, misalnya, dengan menaruh baju di tempat yang mudah diambil, menyediakan bangku kecil agar anak bisa mencuci tangan sendiri, dan sebaginya.

c. Usia 3-5 tahun: Anak menunjukkan inisiatif yang besar untuk

melakukan kegiatan berdasarkan keinginannya sendiri, dan meniru perilaku orang dewasa. Perilaku mandiri sebaiknya terus dikembangkan dengan memberikan anak tanggung jawab misalnya

membereskan mainan, membantu ibu menaruh piring kotor ke tempat

cuci tangan, dan lain-lain.2

d. Usia sekolah: Kemampuan anak untuk menunjukkan prestasi sangat penting. Jika anak seringkali mengalami kegagalan, dia akan

mengembangkan rasa tidak percaya diri. Jika kemandirian sudah ditanamkan sejak dini, akan mudah bagi anak untuk mengikuti berbagai aktivitas, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Anak mulai mengetahui, misalnya, bagaimana ia harus mengatur waktunya,

(27)

bagaimana ia harus belajar, bagaimana bergaul dcngan teman-teman di

sekolah, dan lain-lain.

e. Usia remaja: Anak sudah memahami siapa dirinya, meskipun ia akan

mengalami kebingungan peran. Anak sudah mulai memahami dan

memiliki komitmen terhadap nilai-nilai sosial dan moral (misalnya,

bidang studi yang akan dipilih di sekolah).

2. Melatih Kemandirian Anak

Dasar ingin mandiri sebenamya telah dimiliki anak sejak kecil. Hal

ini sejalan dengan rasa ingin tahu mereka, sehingga segala yang menjadi minatnya ingin ia lakukan sendiri. Hal ini sering kurang dipahami orang

tua sehingga terjadi salah pengertian dari orang tua terhadap perkembangan anak. Oleh karenanya akan lebih baik bila sekarang pun

orang tua memberi kesempatan pada si kecil untuk melakukan segala

sesuatunya sendiri bagaimana pun hasilnya nanti. Tentu saja dimulai

dengan tugas-tugas sederhana seperti menggosok gigi, merapikan mainan

dan makan sendiri. Kesempatan ini tidak hanya merangsang sikap mandiri anak, tapi juga memenuhi kebutuhan mereka akan pengakuan lingkungan.

Anak tidak mungkin melakukan segala sesuatu seratus persen

tanpa bantuan orang tua. Bantuan itu tetap mereka butuhkan meski terselubung sifatnya. Anda dapat melakukan batasan-batasan sederhana dan jelas baginya. Misalnya saja ia boleh membantu Anda memotong

(28)

Lagipula, kesempatan itu membuat si kecil lebih aman menyalurkan

keinginannya.

Beberapa prinsip dasar lain yang dapat membantu

mengembangkan kemandirian anak hendaknya juga Anda perhatikan.

prinsip-prinsip tersebut antara lain:

a. Berikan Motifasi

Pekerjaan yang kelihatannya sepele seperti mengikat tali

sepatu, sebenamya bagi si kecil merupakan kegiatan barn yang

memerlukan kerja keras. Dalan hal ini orang yang lebih tua harus benar-benar mengerti dan memahami tingkat kemampuan anak dan akan apa yang diinginkannya. Perhatikan saja anak usia 8 bulan yang

baru pandai merangkak, bila melihat mainan yang menarik, meskipun

letaknya jauh, dengan segala upaya ia akan berupaya meraih mainan

tsb. Begitu pula si batita (bawah tiga tahun) yang ingin makan sendiri,

misalnya. Memang, bukan hasil pekerjaan rapi yang di saksikan. Bahkan mungkin ruang makan malah berantakan, mulut dan tangan yang belepotan. Belum lagi kalau si kecil terus menerus ingin mengurus diri.

Terlepas dari susahnya menghadapi kerepotan ini, tapi kalau

(29)

anda yang menetukan. "Ade mau makan dengan sendok atau tangan?"

misalnya. Dengan demikian si anak tidak saja merasa dianggap besar karena boleh memutuskan keinginannya, tapi juga mempunyai

kesempatan untuk bcrkata "tidak". Yang pcrln diperhalikan orang tua adalah menghargai usaha si kecil dalam memutuskan pilihan. Artinya memberi saran bila mereka kelihatan bimbang, menggambarkan akibat-akibatnya sebagai dasar perlimbangan, dan menyerahkan

pilihan kepada mereka. Biarkan anak merasakan akibat dari

pilihannya, sehingga untuk kali berikutnya ia akan lebih cermat lagi.3 b. Bantulah Lingkungan Fisiknya

Keterbatasan fisik mereka, tentu saja membuat mereka

memerlukan bantuan orang lain, maupun ban!nan bcrupa barang

seperti bangku kecil atau piring dan gelas plastik untuk mebantu

pekerjaannya. Dengan bantuan demikian anak akan lebih mudah makan atau mengosok gigi, misalnya.

c. Jangan Menuntut Berlabihan

Keinginan agar anak mandiri seringkali membuat orang tua

menuntut anak secara berlebihan. Lupa akan keterbatasan usia dan

perkembangan anak. Tuntutan seperti itu pada dasamya hanya akan membuat orang tua dan si kecil frustasi, sehingga tujuan merangsang kemandirian anak malah semakin tidak tercapai. Lebih baik melakukan

semua itu dengan santai saja, sehingga suasananya pun semakin

3 Ibid Artikel //hhttp:// Bengkelrohani.Com reply share audio reply video reply org/wiki/

B E N P K E l

(30)

mendukung keinginan anak untuk melakukan sesuatunya sendiri.

Akhirnya, pendekatan apapun yang orang tua lakukan agar anak

mandiri, yang terpenting adanya hubungan saling percaya atas dasar

kasih sayang. Dengan dasar ini orang tua akan tersenyum menyaksikan perkembangan mereka yang tampaknya tak masuk akal, disamping

menjadi lebih sadar menghadapi tutntutan-tuntutannya. Anak yang mandiri sedari kecil dan berkembang dengan baik akan mempunyai

>. ■

rasa tanggung jawab pula atas apa yang dilakukannya/akibat dari kcmandiriannya. "Pendidikan yang diberikan sesoorang kepada anaknya lebih baik baginya daripada bersedckah satu sha"

B. Panti Asuhan

1. Pengertian Panti Asuhan

Panti Asuhan (PA) atau Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) adalah suatu lembaga atau institusi UKS yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan pengaturan dan pengentasan anak terlantar, pelayanan

pengganti orang tua atau wali dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial, sehingga anak asuh memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya secara wajar.4

Panti asuhan memberikan pelayanan kepada anak terlantar akibat disfungsi sosial keluarga (orang tua atau keluarga tidak mampu

(31)

melaksanakan fungsi sosialnya). Penyebabnya antara lain adalah satu atau

kedua orang tuanya meninggal dunia, keluarga miskin, keluarga retak dan

%

sebagainya. Panti asuhan berperan sebagai lembaga pelayanan pengganti

orang tua atau wali yang bersifat sementara.

Di dalam panti asuhan memiliki dua jenis manajemen yaitu

manajemen kelembagaan yang menyangkut pengelolaan institusinya (termasuk jatidiri, program, prasarana dan sarana serta sumber daya) dan manajemen pelayanan yang menyangkut kepengasuhannya.

2. Maksud dan Tujuan

Maksud penyelenggaraan atau didirikannya panti asuhan adalah terbentuknya manusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi,

mempunyai ketrampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya.

Sedangkan tujuan didirikannya panti asuhan antara lain:

a. Terpenuhinya kebutuhan anak asuh baik kebutuhan jasmani, rohani

maupun sosial

b. Tersedianya prasarana dan sarana yang dapat membantu anak asuh untuk mengembangkan kepribadiannya secara wajar

c. Terentasnya masalah anak terlantar5 3. Peran Panti Asuhan

Peran panti asuhan secara umum adalah sebagai berikut:

(32)

a. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak meliputi:

1) Pemulihan atau penyantunan artinya untuk mengembalikan dan

menanamkan fungsi sosial anak asuh

2) Perlindungan ditujukan utk menghindarkan anak dari keterlantaran,

perlakuan kejam atau salah dan eksploitasi oleh orang tua

3) Pegembangan ditujukan utk menanamkan pemahaman tentang

peran dan tanggung jawab anak asuh terhadap lingkungan

sosialnya

4) Pencegahan ditekankan pada intervansi terhadap lingkungan sosial anak asuh yg bertujuan disatu pihak menghindarkan anak asuh

dari pola-pola tingkah laku yang menyimpang, di lain pihak

mendorong lingkungan sosial untuk mengembangkan pola-pola

tingkah laku yang wajar.

b. Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial

anak

c. Sebagai pusat pengembangan ketrampilan anak.6 4. Landasan Hukum

Landasan hukiun didirikannya panti asuhan antara lain: a. Undang-undang Dasar 1945

1) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28B ayat 2)

(33)

2) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara

(Pasal 34 ayat (1))

b. Undang-undang No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

1) Orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani maupun sosial (Pasal 9).

2) Orang tua yang terbukti melalaikan tanggungjawabnya sebagaimana termaksud dalam Pasal 9, sehingga mengakibatkan timbulnya hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dicabut kuasanya sebagai orang tua terhadap anaknya. Dalam hal itu ditunjuk orang atau badan sebagai wali (Pasal 10 ayat 1)

c. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Setiap anak berhak untuk dapat hidup tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 4).7

C. Pcmbentukan Kcmandirian Anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang 1. Pengertian Pembentukan Kemandirian Anak

Istilah kemandirian dapat dibedakan dalam dua segi yaitu secara etimologi (bahasa) dan secara terminologi (istilah). Yang dimaksud kemandirian secara etimologi adalah dalam keadaan dapat berdiri sendiri

(34)

(memenuhi segala kebutuhan).8 Sedangkan secara terminologi istilah kemandirian Zakiah Daradjat memberikan pengertian sebagai berikut "mandiri adalah kecenderungan anak untuk melakukan sesuatu yang diinginkan tanpa minta tolong kepada orang lain".9 Juga mengukur kemampuanya mengarahkan kelakuannya tanpa tunduk kepada orang lain.

Sehingga anak mampu berdiri sendiri dalam arti lebih dapat bertanggung jawab dan pada umumnya emosi yang stabil. Selain yang di atas seorang psikolog dari sekolah IT Nurul Fikri Perwitasari P.Si

mengartikan "kemandirian adalah ketrampilan atau kemampuan yang

dapat dilakukan anak sesusia dengan usianya".10 11

Dari pengertian yang di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap mandiri adalah suatu kecederungan untuk melakukan segala sesuatu

berdasarkan pendirian dan usia tanpa minta bantuan kepada orang lain.

Artinya : "Bakwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bakwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bakwasanya usaha itu

kelakakan diperlihat" .n (Q.S. An Najm: 38-40)

8 M. Yusub Al-Barry, Kamus Istilah Sosiologi Antropologi, Indah, Surabaya, 2001, him. 179.

9 Zakiah Daradjat, Peranatan Jiwa untuk Anak-anak, Bulan Bintang, Jakarta, 1987, him. 130.

10 Imam Musbikin, Mendidik Anak Kreatif Ala Emstein, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2006, him. 48.

(35)

Dari ayat di atas mengisyaratkan kepada umat Islam agar

senantiasa bersikap mandiri dalam perbuatannya sehingga dalam

menjalankan sesuatu tidak selalu bergantung kepada orang lain.

2. Ciri-ciri Kemandirian

Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya mandiri. Entah itu dalam berfikir maupun dalam perbuatan sehari hari. Anak mandiri tidak dapat hadir begitu saja, perlu adanya pendidikan dari orang tua atau pengaruh lingkungan yang mendukung. Mendidik anak agar menjadi

mandiri adalah salah satu tugas orang tua. Sikap mandiri dapat dibiasakan sejak anak masih kecil: memakai pakaian sendiri, memasang tali sepatu,

memakai kaos kaki dan berbagai pekerjaan kecil lainnya.

Proses kemandirian anak dapat terjadi melalui latihan, akan tetapi

dapat juga terjadi secara alami. Sedangkan tanda kemandirian (kematangan) dapat dilihat melalui gejala pertumbuhan fisik maupun psikis.12 Dengan demikian ciri-ciri kemandirian anak yaitu:

a. Kematangan Fungsi Psikis

Pertumbuhan dan kematangan jiwa anak berlangsung di luar kontrol anak, namun dengan tegas dinyatakan bahwa tiap pengalaman

yang positif dapat mengmbangkan pribadi anak. Dengan pengalaman

tersebut, anak menjadi matang dan penghayatan hidupnya akan bertambah luas. Sebaliknya pengalaman yang negatif bisa menghambat atau melumpuhkan perkembangan anak.

(36)

Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul Psikologi Anak

(Psikologi Perkembangan) mengatakan:

"Proses kematangan (maturior) itu ditandai oleh kematangan potensi-potensi dari organisme, baik yang fisik maupun psikis, untuk terus maju menuju pemekaran/perkembangan secara maksimal. Maka prestasi dari penggunaan dan penggeladian keterampilan, fungsi itu bergantung pada derajat kematangan tadi, sebab kematangan ini memperaruhi kualitas hasil belajar anak"13

Dari ciri-ciri kematangan di atas kaitannya dengan mandiri, terdapat empat unsur penting yaitu: menguasai lingkungan secara aktif, memperlibatkan satu totalitas dalam kepribadiannya, mampu menerima dunia lingkungannya dan diri sendiri serta mampu berdiri sendiri. Dari empat unsur tadi sudah tampak adanya kematangan diri seseorang yang merupakan salah satu ciri utama sikap mandiri.

b. Disiplin

Salah satu ciri yang menandai sikap kemandirian pada diri

anak adalah sikap disiplin dalam segala perbuatan atau tingkah laku, sehingga setiap anak yang mandiri tentunya disiplin dalam segala perbuatannya. Akan tetapi belum tentu setiap anak dapat disiplin, karena manusia adalah tempat salah dan lupa.

Sebagai orang tua berkewajiban untuk mengarakan tingkah laku anak supaya bersiakap disisplin. Disiplin kctika anak harus sholat, mengaji, belajar, mandi, istarahat dan sebagainya. Hal itu perlu

(37)

diajarkn kepada anak sejak dini, sehingga kelak ketika mereka dewasa

sudah menjadi suatu kebiasaan yang baik.

Orang tua sangat tidak dianjurkan untuk membiarkan anak berbuat semaunya hingga mengbaikan nilai-nilai kedisiplinan. Hal ini

akan berdampak negative bagi pribadi mereka. Akhirnya, mereka tidak terpacu untuk mengembangkan nketekunan dan kesabaran untuk mencapai cita-cita pada masa depan.

Abdul Mustaqim mmberikan kiat-kiat yang dapat dilakukan orngtua agar anak memiliki nilai kedisiplinan :

1) Mengarahkan tujuan hidup

Ketika anak masih sanagat belia, orang tua dapat mengrahkan mereka agar mempunyai tujuan hidup. Cara ini dapat

melatih mereka menjalani hidup dengan kedisiplinan, sehingga

kelak menjadi manusia dewasa yang matang. Orang tua perlu

mendorong semangat mereka dalam mengembangkan visi tentang

apa yang akan dicapai. Setelah itu, orang tua wajib mengjarkan

kepada anak bagaimana mencapainya.

2) Melatih kebiasaan yang positif

Kebiasaan positif adalah sarana paling baikuntuk mencapai

(38)

menyenangkan dan bermanfaat. Kebisaan ini akan membentuk

sikap disiplin., sehingga anak akan menemukan pola belajar yang

efektif dan kemampuan konsentrasi yang baik.

3) Memberikan contoh atau keteladanan

Contoh yang baik todak hanya dating dari rumah yang

rapid an bersih serta penampilanbaik dan rapi. Tetapi juga dari

kebiasaan-kabiasaan yang berguna, seperti: mcmbersihkan, mecuci

piring setelah makan dn sebagainya. Dengan keteladanan ini anak akan memahami manfaat kedisiplinan.

4) Mencrapkan aturan yang tcgas

Hendaknya orang tua mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mendisiplinkan anak setiap kali berbuat salah. Namun,

alangkah baiknya orang tua mengendalikan emosinya setiap kali

berbicara kepada anak yang melanggar suatu aturan. Pilihlah

sanksi yang sesuai dengan kesalahan anak ketika menjalankan pendisiplinan. Tunjukkan cinta dan perhatian yang besar kepada anak setelah mendisiplinkan mereka, sehingga mereka yakin

bahwa pendisiplinan yang dilakukan oleh orang tua adalah bukti cinta orang tua kepada mereka.

5) Melibatkan anak untuk menilai suatu aturan

Orang tua sebaiknya memberikan kesempatan kepada anak untuk menilai aturan atau pedoman yang ditetapkan di dalam

(39)

karena sanksinya terlalu bera, alangkah baiknya orang tua

mengambil sikap kompromi. Kadang-kadang orang tua perlu

memberi keleluasaan kepada anaj untuk memilih sendiri bagi

kctidakdisiplinan mereka. Dengan begitu. sebcnarnya orang tua sedang mengajarkan kepada anak tcnlang konsislensi dalam bertindak.

6) Memerintah anak sesuai dengan kemampuan

Orang tua wajib mengukur sejauh mana bat as kemampuan

anaknya. Sebab, jika orang tua memerintah anaknya melebihi

kemampuannya itu termasuk perbutatan yang dilarang agama. Allah saja tidk pernah membebani hamba-Nya diluar batas

kemampuannya.

Ketika orang tua menemukan anaknya tidak menemukan

aturan yang berlaku didalam rumah, sebaiknya orang tua segera

mcninjau ulang. Apakah aturan yang telah ditetapkan sesuai

dengan batas kemampuannya atau belum. Bahkan jika perlu, orang tua menanyakan kembali kepada anaknya apakah aturan itu terasa memberatkan atau tidak.14

Setelah mengetahui kiat-kiat di atas maka diharapkan orang

tua dapat menerapkannya. Dimana bertujuan agar anak :

14

134.

(40)

( 1) Disiplin dalam menggunakan waktu

Makudnya adalah anak data menggunakan dan memhagi waktu dengan baik. Karena waktu sangat berharga.

Dan salah satu kunci kesuksesan adalah biosa menggunakan waktu dengan baik.

(2) Disiplin dalam beribadah

Maksudnya adalah senantiasa beribadah denga

peraturan-peraturan yang terdapat didalamnya. Kedisiplinan dalam beribadah sangat dibutuhkan. Allah SWT senantiasa mengsnjurksn manusia untuk disiplin. Scbagai contoh firman Allah Q.S. An-Nissa’ 103 :

Artinya : Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah

merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu

(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang

yang beriman.15

Selain hal di atas Singgih D. Gunarsa juga menyatakan pentingnya mendididk anak untuk disiplin yaitu agar anak dapat:

(41)

1) Menerapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenai hak milik orang lain

2) Mengerti dan segera menurut untuk menyatakan kewajiban dan secara langsung mengerti larangan- larangan

3) Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk

4) Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa terancan oleh hukum

5) Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain16

Disiplin diri pada anak di era global sangat penting karena dengan perubahan-perubagan yang sangat cepat. Jika anak tidak hati- hati maka akan mudah perperosok kedalamnya, seperi seks bebas,

ekstasi, minum-minuman keras. Dan salah satu upaya yang esensial maknanya adalah mengundang anak-anak untuk mengaktifkan diri dengan nilai-nilai moral untuk memiliki dan mengembangkan dasar- dasar disiplin diri.17

Disiplin sangat penting, maka akan lebih baik jika orang tua menanamkan sikap disiplin pada anak sejak dini. Karena kedisiplinan dapat melatih kematangan jiwa. Kewajiban orang tua dalam mengupayakan diri kepada anaknya juga terdapat dalam ayat A1

Quran dimana orang tua wajib mengupayakan pendididikan kedisiplinan. Yang mana dapat diketahui bahwa betapa pentingnya

orang tua memberikan pendididkan kepada anaknya agar senantiasa

16 Singgih D. Gunarsa, Psykologi untuk Membimbing, Gunung Mulia, Jakarta, 1981, him. 17 Moh. Shochib, PolaAsuh Orang Tua, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, him. 11.

(42)

disiplin dalam berbuat dan bertingkah laku. Karena setiap perbuatan

kelak harus dipertanggungjawabkan. Dan salah satu upaya yang besensial adalah mengundang anak-anak untuk memiliki dan

mengembangkan dasar-dasar disiplin diri..

c. Mengetahui secara tepat cita-cita yang hendak dicapainya

Pribadi mandiri berdasarkan cita-citanya itu adalah mengetahui

secara tepat apa yang diinginkan dan yang harus dikerjakannya sehari-

hari, sejak ia bangun dari tidumya dimalam hari. Pribadi mandiri sudah mengetahui sacara tepat apa yang akan dikerjakannya setiap

hari guna menunjang tercapainya cita-cita dalam kehidupan. T hu mnyibukkan dirinya dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang

bermanfaat untuk kebaikan di dunia dan akhirat.

Sehubungan dengan hal di atas M. Shohib mengungkapkan Ketahuilah secara jelas apa yang menjadi kemauan anda dan

ketahuilah lebih jelas kesediaan dan kemampuan yang dapat anda curahkan untuk mendapatkannya.18

Ungkapan di atas dapat diartilkan bahwa kemauan,keinginan dan cita-cita harus sesuai dengan kemampuan untuk mencapainya, baik yang dimiliki sekarang ataupun nanti. Ketidaksesuaian antara

cita-cita, kemauan dan kemampuan akan membawa seseorang jatuh dalam dunia khayal. Selanjutnya, apabila gagal mencapainya akan menimbulkan rasa tidak puas, kecewa, bahkan konflik dan frustasi.

(43)

Oleh karena itu, jika cita-cita atau kemampuan dirasakan sesuatu yang

wajar dan real, tidak ada pilihan lain selain berusaha menguasai

kemampuan yang sesuai untuk mewujudkannya.

Cita-cita atau kemauan haruslah baik, agar membawa kebaikan pula bagi diri sendiri baik untuk sekarang, nanti maupun di masa yang akan datang. Dalam mendididk harus dupayakan agar anak-anak selalumenyadari kemauannya dan menyadari apa yang akan dikerjakannya setiap hari. Pada usia tertentun sakan tiba sasatnya anak

diarahkan dalam merancangkan cita-citanya, dengan

mempertimbangkan kcmampuannya dan faktor-laktor penunjang lainnya untuk mencapai cita-cita itu. Kemudian dibantu pula untuk mengkaji kegiatan-kegiatan yang harus dilakukannya danb

memperkiralan kemungkinan hambatan yag akan dihadapinya.

Bersamaandengan itu, harus ditumbuhkan kesadaran dan

pcmahamannya bahwa yang harus melakukan kcgialan atau berbual

s e s u a tu yang diinginkan dan yang dicita-citakan itu haruslah dirinya

sendiri, bukan orang lain, bahkan bukan ayah dn ibutiya. d. Pcreaya diri

Orang-orang yang mandiri merupakan orang yang menggunakan pikiran agar bckerja untuk dirinya bukan scbaliknya melawan dirinya. Percaya pada diri sendiri sama baiknya dengan

(44)

suatu kebaikan maka diri sendiripun mampu melakukannya baik untuk

kcpcntingan hidup di dunia maupun di akhiral.

Orang yang beriman dan mempunyai rasa percaya diri yang

tinggi mereka akan selalu berpikir positif dan bcrpikir untuk maju

serta selalu berani berbuat sesuatu yang diyakininya baik dan diridhoi Allah. Sctiap orang yang percaya diri kapanpun saatnya masih

mempunyai kesempatan untuk menjadi orang beriman atau semakin

tinggi dan sempurna keimanannya.

Orang yang percaya diri sebagai bagian pribadi mandiri,

mampu bersaing, namun mampu pula bekerjasama dengan orang lain. Akan tetapi orang yang pe5rcaya diri bukan berarti tidak percaya

kepada oranglain. Karena percaya kepada orang lain mcrupakan dasar

perwujudan kerjasama dan menyadari bahwa pekerjaan besar selalu memerlukan bantuan orang lain, menginagt klodratnya manusia sebagai makhluk sosial.

Rasa percaya diri anak juga tidak akan mugkin tumbuh dengan sendirinya jika tanpa adanya pendidikan dari orang tua. S31ain suka membantu dan memotivasi aak, orang tua sebaiknya menjaga perkataan dihadapan anak. Sebab, anak akan merekam perkataan apapaun yamng didengar dari orang tuanya. Jika anak dibesarkan dengan cacian, ia akan tumbuh dengan rendah diri. Sebaliknya, jika mereka dibesarkan dengan sdorongan, ia akan belajar percaya diri. Dan, jika ia dibesarkan debngan pujian, ia belajar menghargai dirinya dan orang lain.’9 9

(45)

Abdul Mustaqim mengemukakan bebcrapa cara yang dapat

dilakukan orang tua untuk mengembangkan rasa percaya diri anak.

Antara lain :

1) Mengajarkan anak mengungkapkan perasaannya

Ungkapan perasaan anak dapat membantu kelancaran

komunikasi keluarga dan dapat melatih anak untuik dapat percaya

diri. Karena dengan mengungkapkan perasaannya berarti ia telah

terlatih untuk menyampaikan apa yang ada dalam pikiranya. Selain itu juga melatih kejujuran dan keberanian anak untuk berbicara benar.

2) Jangan meremehkan prestasi anak

Orang tua hendaknya menghindari kata-kata yang membuat

anak menjadi mindrer dan brpikiran negatif. Misalnya : “kamu itu dasar tolol, bandel, ribut terus “dan sebagainya. Karena kata-kata

tersebut akan masuk alam bawah sadar dan membuat anak tidak

percaya diri. Sebaliknya, ucapkanlah kata-kata yang dapat membesarkan hati sang anak. Misalnya : wah, kamu memang anak

yang hebat; selamat ya, kamu dapat juara kelas tapi tidak boleh

sombong lho!

3) Jangan mencela perbuatan anak

(46)

tidak pernah mencela dalam bentuk apapun. Di samping itu, anak slalu akan mcngingat, mcmperhatikan, bahkan meniru perilaku orang tua yang pernah mencelanya.

Sebagai orang tua hendaknya tidak memperbanyak celaan

kepada anak. Sebab, hal itu akan membuat anak meremehkan cclaan dan akan mclakukan kejelekan. Ia juga akan selalu mengimgal celaan itu di dalam ha tinya. I lendaknya orang tua selalu menjaga ucapannya ketika bersama dengan anak, jangan sampai mencela atau memakinya. Jika anak keliru tunjukkanlah

yangbenar tanpa hgarus menykiti hatimnya.

4) Berilah kesempatan kepada anak untuk memutuiskan keinginannya Apabila orang tua memberi kesempatan kw\epada anak

untuk memilih keinginannya, maka anak akan merasa bangga

terhadapm pilihannya sendiri. Dengan cara demikian, maka orang tua telah mengajarkan tanggungjawab kepada anak terhadap sesuatu yang menjadi miliknya.

(47)

e. Tanggung jawab

Kemandirian anak yang ditandai ailanya kavndemngiin milnk

berbuat yang dilakukan sendiri secara aktif atau mengambil sikap

yang dikemudikan secara otonomi diri terhadap suatu objek. Aktifitas

sendiri itu dengan sendirinya memberikan kesempatan kepada anak

untuk belajar membedakan dirinya dengan anak lain. Disamping itu, tentunya diiringi dengan tanggung jawab sebab ia bertindak alas kesadaran dan kcmauan sendiri maka ia barns bertanggung jawab sebab jika ia bertindak atas kesadaran dan kemauan sendiri maka ia ham-, bertanggung jawab atas pcrbualaim/a I'.iasanya aunt yang Oapat berdiri sendiii, lebili baik memikul laiiggimg, jawab dan pada

umumnya mempunyai emosi yang stabil.20 21 Kcmanajan anak juga akan

mempengaruhi tanggungjawabnya. Pola asuh memnjakan,

kemnadiriandan tanggungjawab erat satu sama lain. Dari hal itu Ina

mengatakan:

Jika mampu mandiri itu berarti bmampu untuk bertanggungjawab dengan apa yang dilakukan. Jika anak dimanja, dengan memberikan segalan sesuatu yang tigdak dibiutuhakan atau mengerjakan hal-hal yang sebenarnya bisa dilakukan sendiri, maka anak tidak belajar untuk bertanggungjawab dengan sendirinya.

Dibreskan oleh orang lain, ketika ada mainannya yang hiking ia tidak merasa harus mencari. Bahkan mungkin menyalahkan oranglain yang membereskannya.Contoh lain, anak SD tertinggal

PR-20 Zakiah Darajat, op.cil., him. 30.

(48)

nya di rumah, setiap kali hal itu terjadi, PR dianlarkan ke sekolah oleh

or;mj> rumah. ”IIal itu dapal membuat anak menjadi (idak bertanggung

jawab dcngan PR-nya, ia hcrpikir toh minti ada orang yang akan

mcngantarkan

Sedangkan menurut Weny, pola asuh memanjakan dapat mcnycbabkan anak tidak bcrtanggung jawab, karcna anak tidak

terbiasa untuk memahami dan mematuhi aturan, sehingga tidak mengetahui hal-hal yang seharusnya ia lakukan.22 la juga terbiasa

untuk dibantu sehingga keterampilannya dalam mengerjakan suatu hal

untuk dirinya sendiri tidak berkembang.

Beberapa hal yang dapat membentuk sikap bertanggungjawab pada anak antara lain adalah contoh nyata dari orang tua, dorongan dan konsistensi penerapan aturan, dan kematangan anak. Sebenarnya,

mulai usia 2 tahun anak sudah bisa diajarkan untuk bertanggung

jawab, meskipun mungkin pada awalnya orang tua perlu bersusah payah terlebih dahulu. Anak bisa diajak untuk belajar membereskan mainan, menaruh pakaian kotor pada tempatnya, dan merapikan piring atau gelas yang telah mereka pakai.

Pada usia 3 tahun anak sudah bisa membantu menata meja dan

merapikan tempat tidur. Orang tua bisa membantu anak belajar bertanggung jawab dengan cara menyebutkan dan melakukan tanggung jawab orang tua sendiri. Misalnya, sebelum pergi Mama

(49)

harus merapikan dapur dulu. Sementara itu, kanui bantu Mama membereskan mainan, ya”.

1) Ciri-Ciri Anak Manja

Ada beberapa tanda yang terlihat pada anak, apabila orang tua terlalu memanjakannya.

• Anak lidak tabu batasan (misalnya mcmaksa meminta sesuatu untuk hal-hal yang tidak ia butuhkan, inelanggar berbagai aturan yang telah ditetapkan).

• Sering merengek, dan mudah menangis.

• Perilaku yang selalu tergantung pada orang lain, dan

mengharapkan bantuan orang lain untuk mengerjakan hal-hal

yang seharusnya sudah dapat ia kerjakan sendiri (misalnya

minta to long untuk memakai sepatu/mengambil tas pada anak usia 7 tahun).

• Mudah mcrajuk kalau kemauannya tidak terpenuhi, karcna tidak biasa dengan proses (biasanya ortu langsung membcrikan apa yang dia minta).

• Mau menang sendiri, sulit untuk mengalah. • Daya juang (endurance ) rendah.23

2) Beberapa prinsip pengasuhan agar anak tidak manja

Islam mengajarkan agar orang tua memberikan kasih sayang yang cukup kepad anaknya. Narnun, Islam melarang

(50)

kepada orang tua berlebihan dalam memberikan kasih sayang.

Scbab, berlebihan dalam memberikan kasih sayang dapat

menumbulikan sikap manja pada diri anak. Terdapat ngkapan bahwa ” jika anak dibesarkan dalam kemanjaan, ia akan belajar

mementingkan direinya sendiri (egois).24

Dari ungkapan di atas sebagai orang tua maka harus dapat

membedakan antara menyayangi dan memnjakan anak. Sebab,

batas antara menyayangi dan memanjakan anak sangat tipis. Agar

vorang tua tidak jatuh pada memanjkan anak, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua antara lain :

• Buat aturan yang jelas untuk anak. Misalnya ada waktu untuk

tidur, makan, main, makanan yang bolch/tidak boleh dimakan

anak dan aturan-aturan lain. Namun demikian tetap ada

fleksibilitas, misalnya karena hari ini anak dan orang tua terlalu

lelah, karena baru saja pulang dari berlibur di luar kota, malam ini semua tidur lebih cepat.

• Anak boleh memilih, namun pastikan bahwa pilihan tersebut

memang sesuai untuknya. Misalnya, bukan memberi pilihan

untuk tidur siang atau tidak, karena anak pasti akan menjawab

‘tidak’. Namun pilihan untuk tidur siang atau tidur-lidurun di

kamar sambil membaca buku.

(51)

gelisah clan putus asa keluika tidak mampn menuruti kcmauan

anaknya.

. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian anak

Suatu kemandirian yang timbul dari pribadi scseorang dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak

dan faktor Inar anak yaitu :

a. Faktor dari dalam diroi anak yaitu pembawaan (hereditas) yang melekat pada organisme dan citra diri {self concept)2(3

Pembentukan kemnandirian yang berasal dari dalam diri anak dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :

1) Usia

Salah salu faktor yang menentukan sikap kemandirian dan berasal dalam diri anak yaitu factor usia, karena dangan

bertambahnya usia anak akan mendorong timbulnya kecenderungan untuk melapaskan diri dari orang tua dngan melihat fakta-fakta yang ada sesuai jcnjang umur.sepcrti yang dikatakan

Zakiah Darajat:

./iasa remaia awal adalah masa perkembangan yang akan mencapai puncaknya. Pada umur antara 16-18 tahun perkembangan kecerdasan dapat dikatakan selesai. Oleh karena itu, mereka telah mampu mengkritik orang tuanya, guru dan para pemimpin yang menurut penilaian objektif kurang baik atau tidak bijaksana.26 27

26 Andi Mappiore, op.cit, him. 67.

(52)

Dari pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa apabila usia scmakin bertambah maka bcrtambah pula kecakapan-

kacakapan dan ketrampiln yang dimiliki, sehingga otomatis sikap

kemandirian anak dapat bertambah semakin matang. 2) Motivasi

Motivasi merupakan tenaga pengerak bagi aktivitasbelajar

anak. Motivasi diartiakn sebagai suatu dorongan yang berasal dari diri seseorang yang menyebabakan seseorang tersebut melakukan

suatu perbuatan. Dengan motivasi yang kuat, anak mempunyai

banyak tenaga yang mendorong untuk belajar mandiri, sehinnga

kemandirin anak akan lebih meningkat dan tumbuh secara maksimal. Sedangkan motivasi yang berasal dari orang lain

merupakan sebagai pancingan saja. Motivasi yang lemah akan menyebabakan anak sulit untuk menjadi mandiri dan belajar akan mudah luntur.

3) Kepribadian

Kepribadian seorang anak seperti ketekunan, kemauan

untuk bersaing, tidak mudah putus asa dan tidak takut

(53)

lemah, seperti kurang percaya diri, pemalu, takut gagal dan mudah

putus asa akan mcnjadi rintangan bagi anak untuk menjadi mandiri.

b. Faktor yang berasal dari luar yaitu faktor lingkungan, terutama

lingkungan sosial.28

Selain berasal dari dalam diri anak, pembentukan kemandirian

juga berasal dari faktor luar,antara lain :

1) Faktor keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dalam kchidupan manusia

sebagai makhluk sosial. Dimana keluarga sangal berpengaruh besar terhadap anak. Akan tetapi pengaruh ini tidak terbatas pad waktu ia

telah menjadi anak saja., tetai telah dimulai sejak dari bayi, bahkan

sejak ia dalam kandungan. Dapat dikatakan bahwa pengaruh yang diterimanya waktu kecil itu jauh lebih menentukan dalam kehidupannya dikemudian hari. Karena pengalamannya wakttu kecil itu akan lebih membentuk kepribadian dan kemndirian anak. Apa yang dilahat, didengar dan dirasakannya dalam kehidupan

(54)

akal dan rohani. Karena itu, keteladanan orang tua menjadi salah

satu pendekatan atau teknik dalam mendidik dan membentukm

kemandirian anak. Seluruh tingkah laku orngtua baik dlam berbicara, berbuat dan bertingkahlaku merupakan contoh bagi anak untuk membentuk kemandirian. Jadi, jelaslah bahwa keteladanan

orcangtua dan kondisi keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kemandirian anak.

Begitu juga Panti Asuhan, anak-anak yng tinggal dalm

Panti Asuhan merupakan satu keluarga, yang berperan sebagai

orang tua adlah bapk / ibu pengasuh, pengurus serta pengelola

Panti Asuhan 2) Faktor sekolah

Sekolah merupakan lemaga pendidikan yang penting

setelah keluarga. Kaena semakin besar kebtuhan anak, maka orang tua atau pengasuh menyerahkan tanggungjawabnya kepada sekolah. Sekolah berfugsi sebagai pembantu keluarga dalam mendidik anak. Sekolah memberikan pendidikan dan pengajaran kepadad anak, sehingga mereka tidak hanya pintar secara intelektual, tetapi juga pintar (baik) dalamperilaku hinga menjadi pribadi yang mandiri dan taat berilmu serta taaat beramal.

29

(55)

Oleh karena itu, tidak baik jika keluarga dan sekolah terdapat kontradiksi. Akan tetapi hams saling melengkapi

kclmahan-kelemahan yang ada diantara keduanya, sehingga mcnyatn dalam salu ujuan yaitn Icrbcntuknya kemandirian anak scperti yang diharapkan.

Suasana sekolah sangat mempengaruhi kepribadian anak (suasana sekolah ini termasuk tindak-tanduk, staf pengajar,

pimpinan sekolah pegawai serta peraturan dan tata tertib yang

berlaku di sekolah). Selain mempengaruhi kepribadian anak. suasana sekolah juga mempengaruhi pembentukan kemandidian anak. Salah satu contocontoh pembentukan kemandirian anak yang berasal dari sekolah adalah setiap siswa diwajibkan membli LKS

dengan maksud agar anak dapat mengerjakan tugas yang diberikan guru secara mandiri tanpa harus pinjam dan bertanya kepada

temannya.

3) Faktor masyarakat (lingkungan sosial)

Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat dapat

mempengaruhi pembentukan kemandirian anak. Karena setiap

(56)

kemandirian anak tidak akan tumbuh dan dalam melakukan sesuatu

selalu bergantung dengan orang lain.

»

4. Hambatan-Hambatan dalam Pembntukan Kemandirian Anak

Priadi manndiri yang tiak tcrgantung keoada orang lain, mampu

bersaing serta mampu bekerjasama untuk mencapai suksrs, terbentuk

melalui proses yang panang. Kemandirian anak tidaka hanya terlihat

setelah kcdewasaan tercapai, akan tetapi sejak masa kanak-kanak terutama

etelah interaksinya dengan oranglain diluar keluarga semakin intensif.

Kepribadian mandiri setahap demi setahap akan tercapai perwujudannya.

Dcngandemikian, perwujudan kemandirian perlu dilaksanakan dan torus dibina serta dikembangkan sepanjang kehidupan masing-masing.

Pribadi mandiri juga merupakan mengendalikan atau memenej diri. Dengan kata lain, sukses tergantung pada bagaimana seseorang mengendalikan atau memenej dirinya di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Dalam mengendalikan diri itulah sering ditemui hambatan, karena pribadi mandiri tidak akan menyalahkan orang lainsebagai penyebab apabila menemui kegagalan. Dalam melakukan koreksi diri untuk

mengetahui sebab-sabab kegagalan, setiap pribadi mandiri akan

Gambar

Tabel 1Struktur Organisasi Anak Asuh
Tabel 2Susunan Penguins Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Tabel 3Jadwal Kegiatan Anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Jadwal Kegiatan Tabel 4Sehari-hari Anak panti Asuhan Aisyiyah Tuntang
+4

Referensi

Dokumen terkait

PENGEMBANGAN TES TERTULIS PADA MATERI PENGANTAR KIMIA MENGGUNAKAN MODELTRENDS IN INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY(TIMSS).. Universitas Pendidikan Indonesia |

Tujuan dari penulisan dokumen ini adalah untuk menjelaskan secara umum pilihan beasiswa jika ingin melanjut sekolah di Taiwan, dokumen apa saja yang dibutuhkan, bagaimana cara

Cadangan kerugian penurunan nilai dari aset nonkeuangan -/- - 17... POS-POS 31

Lembaga pemasyarakatan (LP) dinyatakan sebagai suatu sistem pembinaan terhadap para pelanggar hukum dan sebagai suatu pengejawantahan keadilan yang bertujuan untuk

Merupakan suatu jenis komputer yang bisa digunakan untuk mengolah data yang bersifat kuantitatif (sangat banyak jumlahnya). Komputer Hibrid

Kesimpulan yang dapat diambil adalah dengan adanya aplikasi CRM yang terintegrasi dengan point of sales, Toko Buku Notre-Dame akan dapat meningkatkan pelayanan terhadap

Menurut Ketentuan Pasal 246 KUHD, Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian dengan mana penanggung mengingatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Perkembangan Industri Sarung Tenun dan Dampak Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat di Desa Beji, Kecamatan