Dra. Maryatin
DOSEN STAIN SALATIGA
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah skripsi
Saudari NITA RUMANTI
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga
A ssa la m u 'a la ik u m . Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi Saudari:
Nama : NITA RUMANTI
NIM : 111 05 048
Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Judul : POLA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK
DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH
TUNTANG KECAMATAN TUNTANG,
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009.
Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera dimunaqo syahkan.
Demikian agar menjadi perhatian. W a ssalam u 'alaiku m , Wr, W b
Salatiga, 28 Agustus 2009
Website : www.stainsalatiga.ac.id E -m ail: administrasi@stainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi Saudari: NITA RUM ANTI dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 05 048 yang berjudul : “POLA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK DI PANTIASUHAN PUTRIAISYIYAH TUNTANG KECAMATAN TUNTANG, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009”. Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : Sabtu, 12 September yang bertepatan dengan tanggal 25 Ramadhan 1430 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
Salatiga,
Panitia Ujian
12 September 2009 M
25 Ramadhan 1430 H
Sekretaris Sidang
---'L \ * ^
r: |lDr. H. Muh Saerol i. M.Ae P. 19660215 199103 1001
Pemmiill
Ari Setiawan! S.Pd.. MM NIP. 19751004 200312 1 002
Dra. Marvatin NIP. 19690402 109803 2 001
Website : www.stainsalatiea.ac.id E -m ail: administrasi@stainsaiatiga.ac.id
DEKLARASI
am!
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, pcneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 29 Agustus 2009 Penulis,
NITA RUMANTI NIM : 111 05048
S ia p a yan g 6isa menoCong d ir i fa ta d a ri % etidafyujuran kjzcnaR d ir i fa ta sendiru
‘K fju ju ra n tid a f^ a fy n m en etap p ad a fia ti d a n jiw a yan g tid a ^ fip a t
‘T id a ^ a d a pem im pin yan g Sisa SerSohong f{arena sejujum ya a d a y a n g Ce6ih
p a n d a i daripadanya. SesungguHnya pem im pin y a n g 6er6odong adaCah orang
1. j i t f a h S W T y a n g seCaCu m e m 6 e ri£ a n
p e tu n ju ^ d a n k e m u d a h a n daCam p e m 6 u a ta n
s k rip s i in i
2 . X fC u a rg a S esar <P an ti fls u h a n <Putri
J L is y iy a h V u n ta n g te m p a t d im a n a a £ u
m e n g e rti a r t i ^e^eC uargaan d a n a r t i
fie6 e rs a m a a n
3 . <Bapa£ / iS u te rc in ta y a n g seCaCu
m e n y a y a n g i d a n m en d o ab g n a £ u d i r u m a f
4 . SouC m ateq y a n g seCaCu m em 6 e ri^ g n s u p p o rt,
sem oga k it a seCaCu 6ersam a
5 . i^ g ^ c ^ g ^ a ^ u te rs a y a n g y a n g seCaCu
m em S eri^ an m o tiv a s i d a n m e n d o a k a n a%u
6. J ld i^ a d i^ u ( (Pujo, <Rafimat, S iti)y a n g a%u
sayangi
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta
inayahnya. Sholawat serta sal am semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Alhamdulillahirobbiralamin, berkat rahmat Allah SWT, skripsi ini dapat
terseleseikan dengan baik. Apabila masih terdapat banyak kekurangan, saya pikir itu hal yang wajar, karena manusia tidak pemah luput dari kesalahan dan
kekurangan. Dengan demikian, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari seluruh pembaca.
Tidak lupa saya sebagai penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besamya kepada:
1. Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya 2. Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi panutan umat Islam
3. Bp. Dr. Imam Sutomo M.Ag. selaku ketua STAIN Salatiga
4. Ibu Dra. Maryatin selaku dosen pembimbing yang telah meluamgkan banyak waktu dan pikirannya hingga terselesainya skripsi nini
5. Bapak dan ibuku yang selalu mendoakan aku di rumah
6. Ibu-ibu Pengurus Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang yang selalu sabar
dalam mendidik aku hingga menjadi seperti sekarang ini 7. Soulmateq, kamulah lentera hidupku!
HALAMAN JUDUL... i
NOTA PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN... iii
DEKLARASI... iv
MOTTO... v
PERSEMBAHAN... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 3
C. Tujuan Penelitian... 4
D. Manfaat Penelitian... 4
E. Metode Penelitian... 5
F. Penegasan Istilah... 7
G. Hipotesis Penelitian... 10
H. Penelitian Terdahulu... 11
I. Sistematika Penulisan Skripsi... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Batasan Pengertian Tentang Usia Anak... 14
1. Pengertian Panti Asuhan... 20
2. Maksud dan Tujuan... 21
3. Peran Panti Asuhan... 21
4. Landasan H ukum ... 22
C. Pembentukan Kemandirian Anak Panti Asuhan... 23
V 1. Pengertian Pembentukan Kemandirian Anak... 23
2. Ciri-ciri Kemandirian... 25
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak.... 42
4. Hambatan-hambatan dalam Pembentukan Kemandirian Anak... 47
' 5. Pendidikan tentang Pola Pembentukan Kemandirian Anak... 51
6. Upaya-upaya yang Dilakukan dalam Pembentukan Kemandirian Anak Panti Asuhan ... 60
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Panti Suhan Putri Aisyiyah... 69
1. Sejarah Berdirinya... 69
2. Letak Geografis... 70
3. Identitas Panti Asuhan... ... 70
4. Visi dan M isi... 70
5. Tujuan... 71
6. Struktur Organusasi... 72
9. Tata Tertib dan Peraturanyang Berlaku... 80
10. Sarana dan Prasarana... 81
11. Pembiayaan... 82
12. Usaha Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang... 83
B. Pola Pembentukan Kemandirian... 83
1. Pola Asuh Anak... 83
2. Proses Pembentukan Kemandirian Anak... 86
3. Pola Pendidikan Anak... 88
4. Tingkat Pendidikan Anak... 89
5. Usaha-usaha yang Dilakukan untuk Mencapai Kemandirian Anak... 90
BAB IV ANALISIS DATA A. Problematika yang Muncul di Panti Asuhan... 92
B. Solusi yang Ditempuh... 95
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 99
B. Saran... 99
C. Penutup... 100 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
TABEL 1 STRUKTUR ORGANISASIANAK ASUH... 72
TABEL 2 SUSUNAN PENGURUS PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAY TUNTANG... 73
TABEL 3 JADWAL KEGIATAN ANAK PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG... 74
TABEL 4 JADWAL KEGIATAN SEHARI-HARI ANAK PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG... 75
TABEL 5 JADWAL KEGIATAN TAHUNAN... 75
TABEL 6 DATA ANAK ASUH PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TNTANG TINGKAT SD... 76
TABEL 7 DATA ANAK ASUH TINGKAT SM P... 77
TABEL 8 DATA ANAK ASUH TINGKAT SMA... 78
TABEL 9 DATA ANAK ASUH TINGKAT PT... 79
TABEL 10 JENJANG PENDIDIKAN ANAK... 79
TABEL 11 SARANA DAN PRASARANA PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG... 81
A. L atar Belakang Masalah
Dewasa ini dalam era globalisasi kompleksitas masalah kehidupan
mengalami perubahan yang sangat cepat, baik dalam kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Juga sampai pada gaya hidup masyarakat yang sudah meninggalkan nilai-nilai moral seperti seks bebas, ekstasi, minum-
minuman keras, dan yang sejenisnya sangat diminati dan digandrungi bukan hanya oleh anak remaja, tetapi hampir seluruh lapisan masyarakat.
Dalam masalah ini perlu adanya campur tangan pemerintah selaku
pemegang cambuk kekuasaan untuk mencegah masalah tersebut di atas, bukan
hanya mengutamakan ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi
pengetahuan agama dan moral juga harus dipentingkan untuk mengantisipasi
dan mengurangi dampak era globalisasi yang sudah merusak moral
masyarakat.
Tidak dapat dipungkiri, moral Indonesia tingkat kemiskinan masih I
-sangat tinggi. Ini berdampak kepada anak yang seharusnya mengembangkan pendidikan baik pendidikan umum maupun pendidikan agama, malah bekerja membantu orang tua mencari uang untuk biaya hidup sehari-hari. Itu semua dapat dilihat di lingkungan sekitar kita masih banyak anak-anak yang menjadi pengamen, pedagang asongan dan sebagainya yang menyebabkan menurunnya sumber daya manusia.
Berkaitan dengan hal di atas, pemerintah dan tokoh masyarakat bekerja
sama guna mengentaskan kemiskinan yang salah satunya adalah dengan
mendirikan panti asuhan. Yang mana panti asuhan berfungsi untuk
memberikan bimbingan pendidikan, kesejahteraan sosial, serta bertanggung
jawab memenuhi kebutuhan dasar anak, mental dan spiritual. Sehingga diharapkan anak dapat menempuh pendidikan yang tinggi serta menjadi manusia yang berkualitas, tentunya tanpa lepas dari nilai-nilai moral dan
agama.
Panti Asuhan Putri Aisyisyah Tuntang sebagai salah satu panti asuhan yang ada di Indonesia telah banyak membantu anak asuhnya dalam
melaksanakan kewajiban untuk menuntut ilmu. Bukan hanya itu saja, Panti asuhan Putri Aisyiyah Tuntang juga memberikan pendidikan agama,
ketrampilan, pengarahan dan pembinaan anak sebagai pembentukan
kemandirian anak agar menjadi anak yang dapat berdiri sendiri (mandiri)
tanpa bergantung pada orang Iain dan dapat membantu orang tuanya untuk meningkatkan taraf hidup keluarganya.
Sebagai lembaga kesejahteraan sosial yang mengasuh anak yatim,
piatu, yatim piatu, anak terlantar dan kaum dhuafa diharapkan para pengurus
dan pengasuh mempunyai metode-metode khusus untuk membantu anak menyelesaikan hidupnya. Dengan adanya latar bclakang yang berbeda dari keluarga asalnya menimbulkan variasi anak dalam bersikap dan bertindak dalam kesehariannya. Dan itulah anak, harus mendapatkan pengarahan dan bimbingan untuk pembentukan kedewasaan diri yang mana diperoleh dengan
pendidikan yang dilakukan sejak dini. Memang tidak mudah dan tentu banyak
kendala-kendala yang dihadapi disebabkan kenadirian anak yang belum
tumbuh, kurangnya pengetahuan agama dan minimnya anak dalam
mengamalkan ajaran agama.
Dari uraian di atas, maka penulis mencoba membahas permasalahan itu dengan mengambil judul penelitian “Pola Pembentukan Kemandirian Anak
di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2009”.
B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis mengangkat empat
pokok permasalahan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana kemandirian anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk membentuk kemandirian anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009 ?
3. Problematika apa yang muncul dalam pembentukan kemandirian anak di
Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang tahun 2009 ?
Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009?
C. Tujuan Penelitian
Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kemandirian anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009.
2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk membentuk
kemandirian anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009.
3. Untuk mengetahui problematika yang muncul dalam pembentukan
kemandirian anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009.
4. Untuk mengetahui solusi yang ditempuh untuk mengatasi probematika
yang muncul dalam pembentukan kemandirian anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009.
f
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan menjadi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang kemandirian anak guna menambah
hasanah keilmuan pada Jurusan Tarbiyah S-l STAIN Salatiga.
2. Secara Praktis
a. Dapat dijadikan acuan bagi para orang tua dalam membentuk
kemandirian anak.
b. Dapat menjadi sumbangan pemikiran altematif bagi proses pembentukan kemandirian anak yang ada di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang.
c. Dapat menjadi masukan bagi pengelola panti asuhan pada umumnya
dalam pembentukan kemandirian anak di panti asuhan.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif deskriptif. Yaitu
suatu penelitian yang dalam pelaksanaanya tidak menggunakan angka-angka atau perhitungan yangmana dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan
metode bercerita secara nyata tentang keadaan yang diteliti. Selain itu, penulis juga mengemukakan landasan-landasan atau teori-teori secara literatur yang
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain dengan
menggunakan:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terencana fenomena yang diselidiki.1
Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data yang
konkret tentang kemandirian anak panti, metode yang digunakan pengurus
dalam membentuk kemandirian anak, juga digunakan untuk mengumpulkan data tentang lokasi penelitian.
2. Interview
Metode interview sering juga disebut wawancara, yaitu sebuah dialog yang dilakukan pewawancara (interviewer) untuk memperoleh
informasi dari terwawancara.1 2
Metode ini penulis gunakan untuk mencari data secara umum tentang panti asuhan dengan mewawancarai antara lain pengurus dan anak
Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang.
Pelaksanaan wawancara dengan cara bebas terpimpin, karena akan
memberi kebebasan pada pihak yang akan diteliti dalam memberikan jawaban, sehingga akan memperoleh data yang lebih mendalam dan lebih jelas, pihak peneliti dapat mengarahkan secara langsung pada pokok
persoalan yang sebenamya.
1 Sutrisno Hadi, Metodologi Research 2, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1995, him. 227.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya.3
Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang panti asuhan secara historis, letak geografis, struktur organisasi dan daftar nama anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang.
F. Penegasan Istilah
Sebagai langkah untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam
memahami judul yang penulis bahas, maka terlebih dahulu akan dijelaskan
istilah-istilah yang ada dalam pembatasan yang nyata. Adapun pembatasan
dan penjelasantersebut adalah sebagai berikut: 1. Pola Pembentukan Kemandirian Anak
Pola berarti cara atau model.4 Pembentukan sendiri mempunyai arti suatu proses perbuatan, cara membentuk dan kegiatan yang dilakukan
secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang baik.5
3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi 3, Rineka Cipta, Jakarta, him. 234.
4 WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982, him. 763.
Sedangkan kemandirian dalam skripsi ini secara pragmatis adalah
mampu berdiri sendiri.7 Dalam arti bahwa manusia sebagai makhluk yang
memiliki potensi, kemauan, kreatif dan ego serta kehendak yang dapat hidup di tengah-tengah secara sosial dengan tidak hilang
ke ind i v idualanny a.
Anak adalah manusia yang masih kecil.8 Dan pada umumnya dikatakan anak ketika berusia 0 - 1 2 tahun.9 Akan tetapi yang dimaksud
anak dalam skripsi ini adalah anak asuh, yaitu semua anak yang diasuh dan bertempat tinggal di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, dan anak tersebul berusia 6 - 2 3 tahun (SD sampai perguruan tinggi).
Jadi yang dimaksud dengan pola permbentukan kemandirian anak
di sini adalah model, cara atau proses yang dilakukan untuk membentuk
anak menjadi berpotensi dan dapat menjadi manusia yang mandiri dalam
arti tidak selalu bergantung kepada orang lain.
Adapun yang menjadi indikator dari kemandirian anak panti
adalah:
a. Berfikir aktif dan kreatif.
b. Bertanggung jawab terhadap segala sesuatu c. Hidup dalam kesederhanaan
d. Mempelajari ketrampilan tertentu e. Percaya dengan kemampuan sendiri
7 J.S. Badudu, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, him. 57. 8 WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982, him. 38.
f. Mampu mempersiapkan kebutuhan secara mandiri
g. Dapat mengambil keputusan sendiri dan berani akan resikonya. 2. Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Panti asuhan adalah rumah tcinpat memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu.10 Jadi dapat dikatakan bahwa panti asuhan adalah salah satu lembaga sosial yang berfungsi untuk memelihara anak yatim atau yatim piatu. Tidak hanya anak yatim dan yatim piatu saja, akan tetapi
Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang juga merawat anak-anak terlantar dan kaum dhuafa dan di dalam panti asuhan anak dibekali berbagai macam
pendidikan baik formal, non formal, maupun informal.
Setelah mendapatkan pendidikan formal sampai tingkat SLTA, anak-anak diberikan alternatif yaitu :
a. Dikursuskan atau melanjutkan perguruan tinggi.
b. Bekerja di wilayah panti asuhan dan menetap di panti asuhan untuk sementara waktu.
c. Kembali kepada sanak saudara atau famili.
d. Berdomisili di panti asuhan sampai mendapatkan pekerjaan sehingga mampu membiayai diri sendiri setelah keluarnya dari panti asuhan.
e. Bekerja di salah satu tempat yang telah diusahakan oleh pihak panti asuhan.
Dari uraian di atas penulis mempunyai beberapa argumen, memilih Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang sebagai obyek penelitian. Argumen
tersebut antara lain :
a. Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang merupakan bagian dari lembaga
pendidikan yang bertanggung jawab terhadap anak asuhnya.
b. Pembentukan kcmandirian merupakan bagian pouting dalain
pendidikan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang.
c. Pendidikan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang dititik beratkan untuk mendidik anak menjadi mandiri serta dapat bertanggung jawab
terhadap segala sesuatu yang dilakukannya.
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti meialui data yang terkumpul."
Hipotesis juga dapat diartikan dugaan sementara yang mungkin benar atau
salah dan akan ditolak jika salah atau palsu, dan dia akan diterima jika fakta membenarkan.11 12
Dari kedua pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan atau kesimpulan terhadap permasalahan penelitian yang akan diuji meialui penelitian.
11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi 5, op.cit., him. 64.
Adapun hipolesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah dalam
pembentukan kemandirian anak tentu saja terdapat banyak masalah, akan
lelapi masalah itu dapat diatasi sehingga mcnjadi bcrhasil.
H. Penelitian Terdahulu
Penelitian pola pembentukan kemandirian anak di panti asuhan
sebelumnya pernah dilakukan oleh Likowati dari Universitas Airlangga pada
tanggal 21 Pebruari 2007 di Panti Rehabilitas Sosial Marsudi Putra “Adika” Surabaya, dengan judul Model Peningkatan Kemandirian Anak di Panti
Rehabilitas Sosial Marsudi Putra Adika Surabaya.
Dalam penelitian tersebut ia mengatakan bahwa masih rendahnya hasil yang tampak pada anak asuh Panti Rehabilitas Sosial Marsudi Putra Adika
Surabaya, sehingga perlu ditingkatkan dengan cara memberikan motivasi,
komunikasi, pelatihan dan disiplin pada anak asuh. Dalam aspek motivasi
menunjukkan bahwa yang perlu diprbaiki yaitu hasil perkembangan kemandirian anak asuh, pada aspek komunikasi yaitu hubungan antar anak asuh yang telah dilakukan dengan baik sedangkan dalam aspek pelatihan yaitu
dengan cara meningkatkan pelatihan terhadap anak asuh sehingga semua itu diperlukannya suasana yang kondusif, inovatif serta sarana dan prasarana untuk menunjang pola pembentukan kemandirian anak panti.
peranan pemimpin guna menunjang proses pembentukan kemandirian anak
asuh.12
I. Sistematika Penulisan Skripsi
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini penulis mengemukakan tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, hipotesis,
penelitian terdahulu, sistematika penulisan skripsi. Bab II Kajian Pustaka
Dalam bab ini diuraikan berbagai pembahasan yang mcnjadi landasan teoritik penelitian, yaitu ipengertian batasan usia anak,tolok ukur batasan usia anak,melatih kemandirian anak,
pengertian panti asuhan,maksud dan tujuan,peran panti
asuhan, landasan hukum, Pengertian pola pembentukan
kemandirian anak, citi-ciri kemandirian, faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian, pendidikan tentang pembentukan kemandirian anak hambatan-hambatan dalam pembentukan
kemandiian anak dan upaya-upaya yang dilakukan dalam
pembentukan kemandirian anak.
Bab III Laporan Hasil Penelitian
Dalam bab ini menguraikan tentang gambaran umum Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang yang meliputi: sejarah berdirinya, letak geografis,identitas Panti Asuhan, visi dan misi,tujuan,
struktur organisasi, daftar aktivitas anak, keadaan anak dan pengurus Panti Asuhan,
Sedangkan dalam pola pembentukan kemandirian anak meliputi : pola asuh anak, proses pembentukan kemandirian anak,
pola pendidikan anak, tingkat pendidikan anak, dan usaha yang dilakukan untuk mencapai kemandirian anak.
Bab IV Analisis Data
Dalam bab ini menganalisa tentang problematika yang muncul di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang dan solusi yang
ditempuh untuk mengatasi problematika tersebut guna membentuk kemandirian anak.
Bab V Penutup
Dalam bab penutup ini berisi tentang kesimpulan, saran- saran, dan kata penutup
Daftar Pustaka
A. Batasan Pengertian Tentang Usia Anak
Pengertian tentang batasan yaitu Batas-batas tentang boleh atau tidak
boleh haruslah jelas, misalnya kapan anak boleh bermain, dimana dan dengan
siapa sehingga anak tidak menganggu orang lain dan menghindarkan anak
dari kecelakaan.1 Sejak masa kanak-kanak orang tua harus sudah memberikan batasan-batasan tersebut. Misalnya: anak boleh mengambarkan dengan pensil wama dikertas-kertas, dipapan yang telah ditentukan, tetapi tidak boleh di buku pelajaran kakaknya, buku ayah atau ibu, dan tidak boleh menggambar di tembok.
Penting bagi orang tua untuk mengingat bahwa batasan dan fasilitas
yang diberikan oleh orang tua, hendaknya memenuhi kriteria tertentu: diperlukan, masuk akal, diberikan dengan penuh ketulusan dan kebaikan hati, dan secara konsisten sesuai kematangan anak. Fasilitas dianggap diperlukan bila anak dapat mencapai kemajuan yang lebih baik jika adanya fasilitas
tersebut. Batas dan fasilitas dianggap masuk akal bila memenuhi pertimbangan kesehatan dan keadilan. Kebaikan hati adalah keinginan dalam memenuhi kebutuhan anak untuk berkembang seoptimal mungkin tanpa melampaui kemampuan anak mengontrol diri. Fasilitas yang konsisten dengan kematangan umum anak berarti tergantung pada perkembangan kecerdasan 1
1 Artikel Majala Inpire Kids 1996: 19.
14
dan kematangan anak. Makin berkembang kematangan anak akan makin dapat
diperluas batas-batas dan fasilitas. Dengan kata lain pada remaja luasnya batas tersebut sangatlah ditentukan kematangan yang telah dicapai oleh remaja
tersebut.
Setelah batas-batas ditentukan, maka orang tua harus mengupaya kesepakatan dengan anaknya untuk saling mematuhi apa yang telah
ditentukan. Walau demikian, batas-batas yang ditentukan ini harus terus direvisi sesuai dengan perkembangan anak dan anak telah mencapai remaja
maka penentuannya harus mengikut sertakan masukan dari remaja. Dengan
cara tersebut diharapkan dapat membantu remaja untuk lebih cepat
mengembangkan tanggung jawab atas disiplin diri.
Mcski batas-batas telah ditctukan ada kalanya keadaan memaksa dan
batas tersebut terpaksa dilanggar. Dalam kondisi ini orang tua perlu segera
memberitahu dan menjelaskan pada remaja bahwa keadaan tersebut dapat dipahami dan diterima oleh orang tua namun bukan bcrarti bahwa batasan
yang telah ditentukan tidak berlaku lagi. Sikap dan komunikasi orang tua semacam ini akan dapat mengurangi rasa berdosa, penyesalan bahkan rasa sakit hati yang tidak diperlukan.
1. Tolok Ukur Batasan Usia Kemandirian Anak
b. Usia 1-3 tahun: anak mulai bisa diajak untuk mengontrol dirinya.
Misalnya toilet training, berbicara jika butuh sesuatu, dan bicara
dengan bahasa yang baik. Anak menunjukkan keinginan untuk mandiri
dengan berusaha melakukan berbagai hal sendiri, tapi sebenarnya
bantuan orang tua masih dibutuhkan. Di sini orang tua dapat melatih anak untuk mengerjakan berbagai hal sendiri. Misalnya, membereskan
mainan, mengambil baju, dan lain-lain, meskipun hasilnya tidak memuaskan. Orang tua dapat membantu anak, misalnya, dengan menaruh baju di tempat yang mudah diambil, menyediakan bangku kecil agar anak bisa mencuci tangan sendiri, dan sebaginya.
c. Usia 3-5 tahun: Anak menunjukkan inisiatif yang besar untuk
melakukan kegiatan berdasarkan keinginannya sendiri, dan meniru perilaku orang dewasa. Perilaku mandiri sebaiknya terus dikembangkan dengan memberikan anak tanggung jawab misalnya
membereskan mainan, membantu ibu menaruh piring kotor ke tempat
cuci tangan, dan lain-lain.2
d. Usia sekolah: Kemampuan anak untuk menunjukkan prestasi sangat penting. Jika anak seringkali mengalami kegagalan, dia akan
mengembangkan rasa tidak percaya diri. Jika kemandirian sudah ditanamkan sejak dini, akan mudah bagi anak untuk mengikuti berbagai aktivitas, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Anak mulai mengetahui, misalnya, bagaimana ia harus mengatur waktunya,
bagaimana ia harus belajar, bagaimana bergaul dcngan teman-teman di
sekolah, dan lain-lain.
e. Usia remaja: Anak sudah memahami siapa dirinya, meskipun ia akan
mengalami kebingungan peran. Anak sudah mulai memahami dan
memiliki komitmen terhadap nilai-nilai sosial dan moral (misalnya,
bidang studi yang akan dipilih di sekolah).
2. Melatih Kemandirian Anak
Dasar ingin mandiri sebenamya telah dimiliki anak sejak kecil. Hal
ini sejalan dengan rasa ingin tahu mereka, sehingga segala yang menjadi minatnya ingin ia lakukan sendiri. Hal ini sering kurang dipahami orang
tua sehingga terjadi salah pengertian dari orang tua terhadap perkembangan anak. Oleh karenanya akan lebih baik bila sekarang pun
orang tua memberi kesempatan pada si kecil untuk melakukan segala
sesuatunya sendiri bagaimana pun hasilnya nanti. Tentu saja dimulai
dengan tugas-tugas sederhana seperti menggosok gigi, merapikan mainan
dan makan sendiri. Kesempatan ini tidak hanya merangsang sikap mandiri anak, tapi juga memenuhi kebutuhan mereka akan pengakuan lingkungan.
Anak tidak mungkin melakukan segala sesuatu seratus persen
tanpa bantuan orang tua. Bantuan itu tetap mereka butuhkan meski terselubung sifatnya. Anda dapat melakukan batasan-batasan sederhana dan jelas baginya. Misalnya saja ia boleh membantu Anda memotong
Lagipula, kesempatan itu membuat si kecil lebih aman menyalurkan
keinginannya.
Beberapa prinsip dasar lain yang dapat membantu
mengembangkan kemandirian anak hendaknya juga Anda perhatikan.
prinsip-prinsip tersebut antara lain:
a. Berikan Motifasi
Pekerjaan yang kelihatannya sepele seperti mengikat tali
sepatu, sebenamya bagi si kecil merupakan kegiatan barn yang
memerlukan kerja keras. Dalan hal ini orang yang lebih tua harus benar-benar mengerti dan memahami tingkat kemampuan anak dan akan apa yang diinginkannya. Perhatikan saja anak usia 8 bulan yang
baru pandai merangkak, bila melihat mainan yang menarik, meskipun
letaknya jauh, dengan segala upaya ia akan berupaya meraih mainan
tsb. Begitu pula si batita (bawah tiga tahun) yang ingin makan sendiri,
misalnya. Memang, bukan hasil pekerjaan rapi yang di saksikan. Bahkan mungkin ruang makan malah berantakan, mulut dan tangan yang belepotan. Belum lagi kalau si kecil terus menerus ingin mengurus diri.
Terlepas dari susahnya menghadapi kerepotan ini, tapi kalau
anda yang menetukan. "Ade mau makan dengan sendok atau tangan?"
misalnya. Dengan demikian si anak tidak saja merasa dianggap besar karena boleh memutuskan keinginannya, tapi juga mempunyai
kesempatan untuk bcrkata "tidak". Yang pcrln diperhalikan orang tua adalah menghargai usaha si kecil dalam memutuskan pilihan. Artinya memberi saran bila mereka kelihatan bimbang, menggambarkan akibat-akibatnya sebagai dasar perlimbangan, dan menyerahkan
pilihan kepada mereka. Biarkan anak merasakan akibat dari
pilihannya, sehingga untuk kali berikutnya ia akan lebih cermat lagi.3 b. Bantulah Lingkungan Fisiknya
Keterbatasan fisik mereka, tentu saja membuat mereka
memerlukan bantuan orang lain, maupun ban!nan bcrupa barang
seperti bangku kecil atau piring dan gelas plastik untuk mebantu
pekerjaannya. Dengan bantuan demikian anak akan lebih mudah makan atau mengosok gigi, misalnya.
c. Jangan Menuntut Berlabihan
Keinginan agar anak mandiri seringkali membuat orang tua
menuntut anak secara berlebihan. Lupa akan keterbatasan usia dan
perkembangan anak. Tuntutan seperti itu pada dasamya hanya akan membuat orang tua dan si kecil frustasi, sehingga tujuan merangsang kemandirian anak malah semakin tidak tercapai. Lebih baik melakukan
semua itu dengan santai saja, sehingga suasananya pun semakin
3 Ibid Artikel //hhttp:// Bengkelrohani.Com reply share audio reply video reply org/wiki/
B E N P K E l
mendukung keinginan anak untuk melakukan sesuatunya sendiri.
Akhirnya, pendekatan apapun yang orang tua lakukan agar anak
mandiri, yang terpenting adanya hubungan saling percaya atas dasar
kasih sayang. Dengan dasar ini orang tua akan tersenyum menyaksikan perkembangan mereka yang tampaknya tak masuk akal, disamping
menjadi lebih sadar menghadapi tutntutan-tuntutannya. Anak yang mandiri sedari kecil dan berkembang dengan baik akan mempunyai
>. ■
rasa tanggung jawab pula atas apa yang dilakukannya/akibat dari kcmandiriannya. "Pendidikan yang diberikan sesoorang kepada anaknya lebih baik baginya daripada bersedckah satu sha"
B. Panti Asuhan
1. Pengertian Panti Asuhan
Panti Asuhan (PA) atau Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) adalah suatu lembaga atau institusi UKS yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan pengaturan dan pengentasan anak terlantar, pelayanan
pengganti orang tua atau wali dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial, sehingga anak asuh memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya secara wajar.4
Panti asuhan memberikan pelayanan kepada anak terlantar akibat disfungsi sosial keluarga (orang tua atau keluarga tidak mampu
melaksanakan fungsi sosialnya). Penyebabnya antara lain adalah satu atau
kedua orang tuanya meninggal dunia, keluarga miskin, keluarga retak dan
%
sebagainya. Panti asuhan berperan sebagai lembaga pelayanan pengganti
orang tua atau wali yang bersifat sementara.
Di dalam panti asuhan memiliki dua jenis manajemen yaitu
manajemen kelembagaan yang menyangkut pengelolaan institusinya (termasuk jatidiri, program, prasarana dan sarana serta sumber daya) dan manajemen pelayanan yang menyangkut kepengasuhannya.
2. Maksud dan Tujuan
Maksud penyelenggaraan atau didirikannya panti asuhan adalah terbentuknya manusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi,
mempunyai ketrampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya.
Sedangkan tujuan didirikannya panti asuhan antara lain:
a. Terpenuhinya kebutuhan anak asuh baik kebutuhan jasmani, rohani
maupun sosial
b. Tersedianya prasarana dan sarana yang dapat membantu anak asuh untuk mengembangkan kepribadiannya secara wajar
c. Terentasnya masalah anak terlantar5 3. Peran Panti Asuhan
Peran panti asuhan secara umum adalah sebagai berikut:
a. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak meliputi:
1) Pemulihan atau penyantunan artinya untuk mengembalikan dan
menanamkan fungsi sosial anak asuh
2) Perlindungan ditujukan utk menghindarkan anak dari keterlantaran,
perlakuan kejam atau salah dan eksploitasi oleh orang tua
3) Pegembangan ditujukan utk menanamkan pemahaman tentang
peran dan tanggung jawab anak asuh terhadap lingkungan
sosialnya
4) Pencegahan ditekankan pada intervansi terhadap lingkungan sosial anak asuh yg bertujuan disatu pihak menghindarkan anak asuh
dari pola-pola tingkah laku yang menyimpang, di lain pihak
mendorong lingkungan sosial untuk mengembangkan pola-pola
tingkah laku yang wajar.
b. Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial
anak
c. Sebagai pusat pengembangan ketrampilan anak.6 4. Landasan Hukum
Landasan hukiun didirikannya panti asuhan antara lain: a. Undang-undang Dasar 1945
1) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28B ayat 2)
2) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara
(Pasal 34 ayat (1))
b. Undang-undang No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
1) Orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani maupun sosial (Pasal 9).
2) Orang tua yang terbukti melalaikan tanggungjawabnya sebagaimana termaksud dalam Pasal 9, sehingga mengakibatkan timbulnya hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dicabut kuasanya sebagai orang tua terhadap anaknya. Dalam hal itu ditunjuk orang atau badan sebagai wali (Pasal 10 ayat 1)
c. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Setiap anak berhak untuk dapat hidup tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 4).7
C. Pcmbentukan Kcmandirian Anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang 1. Pengertian Pembentukan Kemandirian Anak
Istilah kemandirian dapat dibedakan dalam dua segi yaitu secara etimologi (bahasa) dan secara terminologi (istilah). Yang dimaksud kemandirian secara etimologi adalah dalam keadaan dapat berdiri sendiri
(memenuhi segala kebutuhan).8 Sedangkan secara terminologi istilah kemandirian Zakiah Daradjat memberikan pengertian sebagai berikut "mandiri adalah kecenderungan anak untuk melakukan sesuatu yang diinginkan tanpa minta tolong kepada orang lain".9 Juga mengukur kemampuanya mengarahkan kelakuannya tanpa tunduk kepada orang lain.
Sehingga anak mampu berdiri sendiri dalam arti lebih dapat bertanggung jawab dan pada umumnya emosi yang stabil. Selain yang di atas seorang psikolog dari sekolah IT Nurul Fikri Perwitasari P.Si
mengartikan "kemandirian adalah ketrampilan atau kemampuan yang
dapat dilakukan anak sesusia dengan usianya".10 11
Dari pengertian yang di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap mandiri adalah suatu kecederungan untuk melakukan segala sesuatu
berdasarkan pendirian dan usia tanpa minta bantuan kepada orang lain.
Artinya : "Bakwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bakwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bakwasanya usaha itu
kelakakan diperlihat" .n (Q.S. An Najm: 38-40)
8 M. Yusub Al-Barry, Kamus Istilah Sosiologi Antropologi, Indah, Surabaya, 2001, him. 179.
9 Zakiah Daradjat, Peranatan Jiwa untuk Anak-anak, Bulan Bintang, Jakarta, 1987, him. 130.
10 Imam Musbikin, Mendidik Anak Kreatif Ala Emstein, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2006, him. 48.
Dari ayat di atas mengisyaratkan kepada umat Islam agar
senantiasa bersikap mandiri dalam perbuatannya sehingga dalam
menjalankan sesuatu tidak selalu bergantung kepada orang lain.
2. Ciri-ciri Kemandirian
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya mandiri. Entah itu dalam berfikir maupun dalam perbuatan sehari hari. Anak mandiri tidak dapat hadir begitu saja, perlu adanya pendidikan dari orang tua atau pengaruh lingkungan yang mendukung. Mendidik anak agar menjadi
mandiri adalah salah satu tugas orang tua. Sikap mandiri dapat dibiasakan sejak anak masih kecil: memakai pakaian sendiri, memasang tali sepatu,
memakai kaos kaki dan berbagai pekerjaan kecil lainnya.
Proses kemandirian anak dapat terjadi melalui latihan, akan tetapi
dapat juga terjadi secara alami. Sedangkan tanda kemandirian (kematangan) dapat dilihat melalui gejala pertumbuhan fisik maupun psikis.12 Dengan demikian ciri-ciri kemandirian anak yaitu:
a. Kematangan Fungsi Psikis
Pertumbuhan dan kematangan jiwa anak berlangsung di luar kontrol anak, namun dengan tegas dinyatakan bahwa tiap pengalaman
yang positif dapat mengmbangkan pribadi anak. Dengan pengalaman
tersebut, anak menjadi matang dan penghayatan hidupnya akan bertambah luas. Sebaliknya pengalaman yang negatif bisa menghambat atau melumpuhkan perkembangan anak.
Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul Psikologi Anak
(Psikologi Perkembangan) mengatakan:
"Proses kematangan (maturior) itu ditandai oleh kematangan potensi-potensi dari organisme, baik yang fisik maupun psikis, untuk terus maju menuju pemekaran/perkembangan secara maksimal. Maka prestasi dari penggunaan dan penggeladian keterampilan, fungsi itu bergantung pada derajat kematangan tadi, sebab kematangan ini memperaruhi kualitas hasil belajar anak"13
Dari ciri-ciri kematangan di atas kaitannya dengan mandiri, terdapat empat unsur penting yaitu: menguasai lingkungan secara aktif, memperlibatkan satu totalitas dalam kepribadiannya, mampu menerima dunia lingkungannya dan diri sendiri serta mampu berdiri sendiri. Dari empat unsur tadi sudah tampak adanya kematangan diri seseorang yang merupakan salah satu ciri utama sikap mandiri.
b. Disiplin
Salah satu ciri yang menandai sikap kemandirian pada diri
anak adalah sikap disiplin dalam segala perbuatan atau tingkah laku, sehingga setiap anak yang mandiri tentunya disiplin dalam segala perbuatannya. Akan tetapi belum tentu setiap anak dapat disiplin, karena manusia adalah tempat salah dan lupa.
Sebagai orang tua berkewajiban untuk mengarakan tingkah laku anak supaya bersiakap disisplin. Disiplin kctika anak harus sholat, mengaji, belajar, mandi, istarahat dan sebagainya. Hal itu perlu
diajarkn kepada anak sejak dini, sehingga kelak ketika mereka dewasa
sudah menjadi suatu kebiasaan yang baik.
Orang tua sangat tidak dianjurkan untuk membiarkan anak berbuat semaunya hingga mengbaikan nilai-nilai kedisiplinan. Hal ini
akan berdampak negative bagi pribadi mereka. Akhirnya, mereka tidak terpacu untuk mengembangkan nketekunan dan kesabaran untuk mencapai cita-cita pada masa depan.
Abdul Mustaqim mmberikan kiat-kiat yang dapat dilakukan orngtua agar anak memiliki nilai kedisiplinan :
1) Mengarahkan tujuan hidup
Ketika anak masih sanagat belia, orang tua dapat mengrahkan mereka agar mempunyai tujuan hidup. Cara ini dapat
melatih mereka menjalani hidup dengan kedisiplinan, sehingga
kelak menjadi manusia dewasa yang matang. Orang tua perlu
mendorong semangat mereka dalam mengembangkan visi tentang
apa yang akan dicapai. Setelah itu, orang tua wajib mengjarkan
kepada anak bagaimana mencapainya.
2) Melatih kebiasaan yang positif
Kebiasaan positif adalah sarana paling baikuntuk mencapai
menyenangkan dan bermanfaat. Kebisaan ini akan membentuk
sikap disiplin., sehingga anak akan menemukan pola belajar yang
efektif dan kemampuan konsentrasi yang baik.
3) Memberikan contoh atau keteladanan
Contoh yang baik todak hanya dating dari rumah yang
rapid an bersih serta penampilanbaik dan rapi. Tetapi juga dari
kebiasaan-kabiasaan yang berguna, seperti: mcmbersihkan, mecuci
piring setelah makan dn sebagainya. Dengan keteladanan ini anak akan memahami manfaat kedisiplinan.
4) Mencrapkan aturan yang tcgas
Hendaknya orang tua mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mendisiplinkan anak setiap kali berbuat salah. Namun,
alangkah baiknya orang tua mengendalikan emosinya setiap kali
berbicara kepada anak yang melanggar suatu aturan. Pilihlah
sanksi yang sesuai dengan kesalahan anak ketika menjalankan pendisiplinan. Tunjukkan cinta dan perhatian yang besar kepada anak setelah mendisiplinkan mereka, sehingga mereka yakin
bahwa pendisiplinan yang dilakukan oleh orang tua adalah bukti cinta orang tua kepada mereka.
5) Melibatkan anak untuk menilai suatu aturan
Orang tua sebaiknya memberikan kesempatan kepada anak untuk menilai aturan atau pedoman yang ditetapkan di dalam
karena sanksinya terlalu bera, alangkah baiknya orang tua
mengambil sikap kompromi. Kadang-kadang orang tua perlu
memberi keleluasaan kepada anaj untuk memilih sendiri bagi
kctidakdisiplinan mereka. Dengan begitu. sebcnarnya orang tua sedang mengajarkan kepada anak tcnlang konsislensi dalam bertindak.
6) Memerintah anak sesuai dengan kemampuan
Orang tua wajib mengukur sejauh mana bat as kemampuan
anaknya. Sebab, jika orang tua memerintah anaknya melebihi
kemampuannya itu termasuk perbutatan yang dilarang agama. Allah saja tidk pernah membebani hamba-Nya diluar batas
kemampuannya.
Ketika orang tua menemukan anaknya tidak menemukan
aturan yang berlaku didalam rumah, sebaiknya orang tua segera
mcninjau ulang. Apakah aturan yang telah ditetapkan sesuai
dengan batas kemampuannya atau belum. Bahkan jika perlu, orang tua menanyakan kembali kepada anaknya apakah aturan itu terasa memberatkan atau tidak.14
Setelah mengetahui kiat-kiat di atas maka diharapkan orang
tua dapat menerapkannya. Dimana bertujuan agar anak :
14
134.
( 1) Disiplin dalam menggunakan waktu
Makudnya adalah anak data menggunakan dan memhagi waktu dengan baik. Karena waktu sangat berharga.
Dan salah satu kunci kesuksesan adalah biosa menggunakan waktu dengan baik.
(2) Disiplin dalam beribadah
Maksudnya adalah senantiasa beribadah denga
peraturan-peraturan yang terdapat didalamnya. Kedisiplinan dalam beribadah sangat dibutuhkan. Allah SWT senantiasa mengsnjurksn manusia untuk disiplin. Scbagai contoh firman Allah Q.S. An-Nissa’ 103 :
Artinya : Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah
merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu
(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman.15
Selain hal di atas Singgih D. Gunarsa juga menyatakan pentingnya mendididk anak untuk disiplin yaitu agar anak dapat:
1) Menerapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenai hak milik orang lain
2) Mengerti dan segera menurut untuk menyatakan kewajiban dan secara langsung mengerti larangan- larangan
3) Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk
4) Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa terancan oleh hukum
5) Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain16
Disiplin diri pada anak di era global sangat penting karena dengan perubahan-perubagan yang sangat cepat. Jika anak tidak hati- hati maka akan mudah perperosok kedalamnya, seperi seks bebas,
ekstasi, minum-minuman keras. Dan salah satu upaya yang esensial maknanya adalah mengundang anak-anak untuk mengaktifkan diri dengan nilai-nilai moral untuk memiliki dan mengembangkan dasar- dasar disiplin diri.17
Disiplin sangat penting, maka akan lebih baik jika orang tua menanamkan sikap disiplin pada anak sejak dini. Karena kedisiplinan dapat melatih kematangan jiwa. Kewajiban orang tua dalam mengupayakan diri kepada anaknya juga terdapat dalam ayat A1
Quran dimana orang tua wajib mengupayakan pendididikan kedisiplinan. Yang mana dapat diketahui bahwa betapa pentingnya
orang tua memberikan pendididkan kepada anaknya agar senantiasa
16 Singgih D. Gunarsa, Psykologi untuk Membimbing, Gunung Mulia, Jakarta, 1981, him. 17 Moh. Shochib, PolaAsuh Orang Tua, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, him. 11.
disiplin dalam berbuat dan bertingkah laku. Karena setiap perbuatan
kelak harus dipertanggungjawabkan. Dan salah satu upaya yang besensial adalah mengundang anak-anak untuk memiliki dan
mengembangkan dasar-dasar disiplin diri..
c. Mengetahui secara tepat cita-cita yang hendak dicapainya
Pribadi mandiri berdasarkan cita-citanya itu adalah mengetahui
secara tepat apa yang diinginkan dan yang harus dikerjakannya sehari-
hari, sejak ia bangun dari tidumya dimalam hari. Pribadi mandiri sudah mengetahui sacara tepat apa yang akan dikerjakannya setiap
hari guna menunjang tercapainya cita-cita dalam kehidupan. T hu mnyibukkan dirinya dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat untuk kebaikan di dunia dan akhirat.
Sehubungan dengan hal di atas M. Shohib mengungkapkan Ketahuilah secara jelas apa yang menjadi kemauan anda dan
ketahuilah lebih jelas kesediaan dan kemampuan yang dapat anda curahkan untuk mendapatkannya.18
Ungkapan di atas dapat diartilkan bahwa kemauan,keinginan dan cita-cita harus sesuai dengan kemampuan untuk mencapainya, baik yang dimiliki sekarang ataupun nanti. Ketidaksesuaian antara
cita-cita, kemauan dan kemampuan akan membawa seseorang jatuh dalam dunia khayal. Selanjutnya, apabila gagal mencapainya akan menimbulkan rasa tidak puas, kecewa, bahkan konflik dan frustasi.
Oleh karena itu, jika cita-cita atau kemampuan dirasakan sesuatu yang
wajar dan real, tidak ada pilihan lain selain berusaha menguasai
kemampuan yang sesuai untuk mewujudkannya.
Cita-cita atau kemauan haruslah baik, agar membawa kebaikan pula bagi diri sendiri baik untuk sekarang, nanti maupun di masa yang akan datang. Dalam mendididk harus dupayakan agar anak-anak selalumenyadari kemauannya dan menyadari apa yang akan dikerjakannya setiap hari. Pada usia tertentun sakan tiba sasatnya anak
diarahkan dalam merancangkan cita-citanya, dengan
mempertimbangkan kcmampuannya dan faktor-laktor penunjang lainnya untuk mencapai cita-cita itu. Kemudian dibantu pula untuk mengkaji kegiatan-kegiatan yang harus dilakukannya danb
memperkiralan kemungkinan hambatan yag akan dihadapinya.
Bersamaandengan itu, harus ditumbuhkan kesadaran dan
pcmahamannya bahwa yang harus melakukan kcgialan atau berbual
s e s u a tu yang diinginkan dan yang dicita-citakan itu haruslah dirinya
sendiri, bukan orang lain, bahkan bukan ayah dn ibutiya. d. Pcreaya diri
Orang-orang yang mandiri merupakan orang yang menggunakan pikiran agar bckerja untuk dirinya bukan scbaliknya melawan dirinya. Percaya pada diri sendiri sama baiknya dengan
suatu kebaikan maka diri sendiripun mampu melakukannya baik untuk
kcpcntingan hidup di dunia maupun di akhiral.
Orang yang beriman dan mempunyai rasa percaya diri yang
tinggi mereka akan selalu berpikir positif dan bcrpikir untuk maju
serta selalu berani berbuat sesuatu yang diyakininya baik dan diridhoi Allah. Sctiap orang yang percaya diri kapanpun saatnya masih
mempunyai kesempatan untuk menjadi orang beriman atau semakin
tinggi dan sempurna keimanannya.
Orang yang percaya diri sebagai bagian pribadi mandiri,
mampu bersaing, namun mampu pula bekerjasama dengan orang lain. Akan tetapi orang yang pe5rcaya diri bukan berarti tidak percaya
kepada oranglain. Karena percaya kepada orang lain mcrupakan dasar
perwujudan kerjasama dan menyadari bahwa pekerjaan besar selalu memerlukan bantuan orang lain, menginagt klodratnya manusia sebagai makhluk sosial.
Rasa percaya diri anak juga tidak akan mugkin tumbuh dengan sendirinya jika tanpa adanya pendidikan dari orang tua. S31ain suka membantu dan memotivasi aak, orang tua sebaiknya menjaga perkataan dihadapan anak. Sebab, anak akan merekam perkataan apapaun yamng didengar dari orang tuanya. Jika anak dibesarkan dengan cacian, ia akan tumbuh dengan rendah diri. Sebaliknya, jika mereka dibesarkan dengan sdorongan, ia akan belajar percaya diri. Dan, jika ia dibesarkan debngan pujian, ia belajar menghargai dirinya dan orang lain.’9 9
Abdul Mustaqim mengemukakan bebcrapa cara yang dapat
dilakukan orang tua untuk mengembangkan rasa percaya diri anak.
Antara lain :
1) Mengajarkan anak mengungkapkan perasaannya
Ungkapan perasaan anak dapat membantu kelancaran
komunikasi keluarga dan dapat melatih anak untuik dapat percaya
diri. Karena dengan mengungkapkan perasaannya berarti ia telah
terlatih untuk menyampaikan apa yang ada dalam pikiranya. Selain itu juga melatih kejujuran dan keberanian anak untuk berbicara benar.
2) Jangan meremehkan prestasi anak
Orang tua hendaknya menghindari kata-kata yang membuat
anak menjadi mindrer dan brpikiran negatif. Misalnya : “kamu itu dasar tolol, bandel, ribut terus “dan sebagainya. Karena kata-kata
tersebut akan masuk alam bawah sadar dan membuat anak tidak
percaya diri. Sebaliknya, ucapkanlah kata-kata yang dapat membesarkan hati sang anak. Misalnya : wah, kamu memang anak
yang hebat; selamat ya, kamu dapat juara kelas tapi tidak boleh
sombong lho!
3) Jangan mencela perbuatan anak
tidak pernah mencela dalam bentuk apapun. Di samping itu, anak slalu akan mcngingat, mcmperhatikan, bahkan meniru perilaku orang tua yang pernah mencelanya.
Sebagai orang tua hendaknya tidak memperbanyak celaan
kepada anak. Sebab, hal itu akan membuat anak meremehkan cclaan dan akan mclakukan kejelekan. Ia juga akan selalu mengimgal celaan itu di dalam ha tinya. I lendaknya orang tua selalu menjaga ucapannya ketika bersama dengan anak, jangan sampai mencela atau memakinya. Jika anak keliru tunjukkanlah
yangbenar tanpa hgarus menykiti hatimnya.
4) Berilah kesempatan kepada anak untuk memutuiskan keinginannya Apabila orang tua memberi kesempatan kw\epada anak
untuk memilih keinginannya, maka anak akan merasa bangga
terhadapm pilihannya sendiri. Dengan cara demikian, maka orang tua telah mengajarkan tanggungjawab kepada anak terhadap sesuatu yang menjadi miliknya.
e. Tanggung jawab
Kemandirian anak yang ditandai ailanya kavndemngiin milnk
berbuat yang dilakukan sendiri secara aktif atau mengambil sikap
yang dikemudikan secara otonomi diri terhadap suatu objek. Aktifitas
sendiri itu dengan sendirinya memberikan kesempatan kepada anak
untuk belajar membedakan dirinya dengan anak lain. Disamping itu, tentunya diiringi dengan tanggung jawab sebab ia bertindak alas kesadaran dan kcmauan sendiri maka ia barns bertanggung jawab sebab jika ia bertindak atas kesadaran dan kemauan sendiri maka ia ham-, bertanggung jawab atas pcrbualaim/a I'.iasanya aunt yang Oapat berdiri sendiii, lebili baik memikul laiiggimg, jawab dan pada
umumnya mempunyai emosi yang stabil.20 21 Kcmanajan anak juga akan
mempengaruhi tanggungjawabnya. Pola asuh memnjakan,
kemnadiriandan tanggungjawab erat satu sama lain. Dari hal itu Ina
mengatakan:
Jika mampu mandiri itu berarti bmampu untuk bertanggungjawab dengan apa yang dilakukan. Jika anak dimanja, dengan memberikan segalan sesuatu yang tigdak dibiutuhakan atau mengerjakan hal-hal yang sebenarnya bisa dilakukan sendiri, maka anak tidak belajar untuk bertanggungjawab dengan sendirinya.
Dibreskan oleh orang lain, ketika ada mainannya yang hiking ia tidak merasa harus mencari. Bahkan mungkin menyalahkan oranglain yang membereskannya.Contoh lain, anak SD tertinggal
PR-20 Zakiah Darajat, op.cil., him. 30.
nya di rumah, setiap kali hal itu terjadi, PR dianlarkan ke sekolah oleh
or;mj> rumah. ”IIal itu dapal membuat anak menjadi (idak bertanggung
jawab dcngan PR-nya, ia hcrpikir toh minti ada orang yang akan
mcngantarkan
Sedangkan menurut Weny, pola asuh memanjakan dapat mcnycbabkan anak tidak bcrtanggung jawab, karcna anak tidak
terbiasa untuk memahami dan mematuhi aturan, sehingga tidak mengetahui hal-hal yang seharusnya ia lakukan.22 la juga terbiasa
untuk dibantu sehingga keterampilannya dalam mengerjakan suatu hal
untuk dirinya sendiri tidak berkembang.
Beberapa hal yang dapat membentuk sikap bertanggungjawab pada anak antara lain adalah contoh nyata dari orang tua, dorongan dan konsistensi penerapan aturan, dan kematangan anak. Sebenarnya,
mulai usia 2 tahun anak sudah bisa diajarkan untuk bertanggung
jawab, meskipun mungkin pada awalnya orang tua perlu bersusah payah terlebih dahulu. Anak bisa diajak untuk belajar membereskan mainan, menaruh pakaian kotor pada tempatnya, dan merapikan piring atau gelas yang telah mereka pakai.
Pada usia 3 tahun anak sudah bisa membantu menata meja dan
merapikan tempat tidur. Orang tua bisa membantu anak belajar bertanggung jawab dengan cara menyebutkan dan melakukan tanggung jawab orang tua sendiri. Misalnya, sebelum pergi Mama
harus merapikan dapur dulu. Sementara itu, kanui bantu Mama membereskan mainan, ya”.
1) Ciri-Ciri Anak Manja
Ada beberapa tanda yang terlihat pada anak, apabila orang tua terlalu memanjakannya.
• Anak lidak tabu batasan (misalnya mcmaksa meminta sesuatu untuk hal-hal yang tidak ia butuhkan, inelanggar berbagai aturan yang telah ditetapkan).
• Sering merengek, dan mudah menangis.
• Perilaku yang selalu tergantung pada orang lain, dan
mengharapkan bantuan orang lain untuk mengerjakan hal-hal
yang seharusnya sudah dapat ia kerjakan sendiri (misalnya
minta to long untuk memakai sepatu/mengambil tas pada anak usia 7 tahun).
• Mudah mcrajuk kalau kemauannya tidak terpenuhi, karcna tidak biasa dengan proses (biasanya ortu langsung membcrikan apa yang dia minta).
• Mau menang sendiri, sulit untuk mengalah. • Daya juang (endurance ) rendah.23
2) Beberapa prinsip pengasuhan agar anak tidak manja
Islam mengajarkan agar orang tua memberikan kasih sayang yang cukup kepad anaknya. Narnun, Islam melarang
kepada orang tua berlebihan dalam memberikan kasih sayang.
Scbab, berlebihan dalam memberikan kasih sayang dapat
menumbulikan sikap manja pada diri anak. Terdapat ngkapan bahwa ” jika anak dibesarkan dalam kemanjaan, ia akan belajar
mementingkan direinya sendiri (egois).24
Dari ungkapan di atas sebagai orang tua maka harus dapat
membedakan antara menyayangi dan memnjakan anak. Sebab,
batas antara menyayangi dan memanjakan anak sangat tipis. Agar
vorang tua tidak jatuh pada memanjkan anak, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua antara lain :
• Buat aturan yang jelas untuk anak. Misalnya ada waktu untuk
tidur, makan, main, makanan yang bolch/tidak boleh dimakan
anak dan aturan-aturan lain. Namun demikian tetap ada
fleksibilitas, misalnya karena hari ini anak dan orang tua terlalu
lelah, karena baru saja pulang dari berlibur di luar kota, malam ini semua tidur lebih cepat.
• Anak boleh memilih, namun pastikan bahwa pilihan tersebut
memang sesuai untuknya. Misalnya, bukan memberi pilihan
untuk tidur siang atau tidak, karena anak pasti akan menjawab
‘tidak’. Namun pilihan untuk tidur siang atau tidur-lidurun di
kamar sambil membaca buku.
gelisah clan putus asa keluika tidak mampn menuruti kcmauan
anaknya.
. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian anak
Suatu kemandirian yang timbul dari pribadi scseorang dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak
dan faktor Inar anak yaitu :
a. Faktor dari dalam diroi anak yaitu pembawaan (hereditas) yang melekat pada organisme dan citra diri {self concept)2(3
Pembentukan kemnandirian yang berasal dari dalam diri anak dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :
1) Usia
Salah salu faktor yang menentukan sikap kemandirian dan berasal dalam diri anak yaitu factor usia, karena dangan
bertambahnya usia anak akan mendorong timbulnya kecenderungan untuk melapaskan diri dari orang tua dngan melihat fakta-fakta yang ada sesuai jcnjang umur.sepcrti yang dikatakan
Zakiah Darajat:
./iasa remaia awal adalah masa perkembangan yang akan mencapai puncaknya. Pada umur antara 16-18 tahun perkembangan kecerdasan dapat dikatakan selesai. Oleh karena itu, mereka telah mampu mengkritik orang tuanya, guru dan para pemimpin yang menurut penilaian objektif kurang baik atau tidak bijaksana.26 27
26 Andi Mappiore, op.cit, him. 67.
Dari pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa apabila usia scmakin bertambah maka bcrtambah pula kecakapan-
kacakapan dan ketrampiln yang dimiliki, sehingga otomatis sikap
kemandirian anak dapat bertambah semakin matang. 2) Motivasi
Motivasi merupakan tenaga pengerak bagi aktivitasbelajar
anak. Motivasi diartiakn sebagai suatu dorongan yang berasal dari diri seseorang yang menyebabakan seseorang tersebut melakukan
suatu perbuatan. Dengan motivasi yang kuat, anak mempunyai
banyak tenaga yang mendorong untuk belajar mandiri, sehinnga
kemandirin anak akan lebih meningkat dan tumbuh secara maksimal. Sedangkan motivasi yang berasal dari orang lain
merupakan sebagai pancingan saja. Motivasi yang lemah akan menyebabakan anak sulit untuk menjadi mandiri dan belajar akan mudah luntur.
3) Kepribadian
Kepribadian seorang anak seperti ketekunan, kemauan
untuk bersaing, tidak mudah putus asa dan tidak takut
lemah, seperti kurang percaya diri, pemalu, takut gagal dan mudah
putus asa akan mcnjadi rintangan bagi anak untuk menjadi mandiri.
b. Faktor yang berasal dari luar yaitu faktor lingkungan, terutama
lingkungan sosial.28
Selain berasal dari dalam diri anak, pembentukan kemandirian
juga berasal dari faktor luar,antara lain :
1) Faktor keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam kchidupan manusia
sebagai makhluk sosial. Dimana keluarga sangal berpengaruh besar terhadap anak. Akan tetapi pengaruh ini tidak terbatas pad waktu ia
telah menjadi anak saja., tetai telah dimulai sejak dari bayi, bahkan
sejak ia dalam kandungan. Dapat dikatakan bahwa pengaruh yang diterimanya waktu kecil itu jauh lebih menentukan dalam kehidupannya dikemudian hari. Karena pengalamannya wakttu kecil itu akan lebih membentuk kepribadian dan kemndirian anak. Apa yang dilahat, didengar dan dirasakannya dalam kehidupan
akal dan rohani. Karena itu, keteladanan orang tua menjadi salah
satu pendekatan atau teknik dalam mendidik dan membentukm
kemandirian anak. Seluruh tingkah laku orngtua baik dlam berbicara, berbuat dan bertingkahlaku merupakan contoh bagi anak untuk membentuk kemandirian. Jadi, jelaslah bahwa keteladanan
orcangtua dan kondisi keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kemandirian anak.
Begitu juga Panti Asuhan, anak-anak yng tinggal dalm
Panti Asuhan merupakan satu keluarga, yang berperan sebagai
orang tua adlah bapk / ibu pengasuh, pengurus serta pengelola
Panti Asuhan 2) Faktor sekolah
Sekolah merupakan lemaga pendidikan yang penting
setelah keluarga. Kaena semakin besar kebtuhan anak, maka orang tua atau pengasuh menyerahkan tanggungjawabnya kepada sekolah. Sekolah berfugsi sebagai pembantu keluarga dalam mendidik anak. Sekolah memberikan pendidikan dan pengajaran kepadad anak, sehingga mereka tidak hanya pintar secara intelektual, tetapi juga pintar (baik) dalamperilaku hinga menjadi pribadi yang mandiri dan taat berilmu serta taaat beramal.
29
Oleh karena itu, tidak baik jika keluarga dan sekolah terdapat kontradiksi. Akan tetapi hams saling melengkapi
kclmahan-kelemahan yang ada diantara keduanya, sehingga mcnyatn dalam salu ujuan yaitn Icrbcntuknya kemandirian anak scperti yang diharapkan.
Suasana sekolah sangat mempengaruhi kepribadian anak (suasana sekolah ini termasuk tindak-tanduk, staf pengajar,
pimpinan sekolah pegawai serta peraturan dan tata tertib yang
berlaku di sekolah). Selain mempengaruhi kepribadian anak. suasana sekolah juga mempengaruhi pembentukan kemandidian anak. Salah satu contocontoh pembentukan kemandirian anak yang berasal dari sekolah adalah setiap siswa diwajibkan membli LKS
dengan maksud agar anak dapat mengerjakan tugas yang diberikan guru secara mandiri tanpa harus pinjam dan bertanya kepada
temannya.
3) Faktor masyarakat (lingkungan sosial)
Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat dapat
mempengaruhi pembentukan kemandirian anak. Karena setiap
kemandirian anak tidak akan tumbuh dan dalam melakukan sesuatu
selalu bergantung dengan orang lain.
»
4. Hambatan-Hambatan dalam Pembntukan Kemandirian Anak
Priadi manndiri yang tiak tcrgantung keoada orang lain, mampu
bersaing serta mampu bekerjasama untuk mencapai suksrs, terbentuk
melalui proses yang panang. Kemandirian anak tidaka hanya terlihat
setelah kcdewasaan tercapai, akan tetapi sejak masa kanak-kanak terutama
etelah interaksinya dengan oranglain diluar keluarga semakin intensif.
Kepribadian mandiri setahap demi setahap akan tercapai perwujudannya.
Dcngandemikian, perwujudan kemandirian perlu dilaksanakan dan torus dibina serta dikembangkan sepanjang kehidupan masing-masing.
Pribadi mandiri juga merupakan mengendalikan atau memenej diri. Dengan kata lain, sukses tergantung pada bagaimana seseorang mengendalikan atau memenej dirinya di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Dalam mengendalikan diri itulah sering ditemui hambatan, karena pribadi mandiri tidak akan menyalahkan orang lainsebagai penyebab apabila menemui kegagalan. Dalam melakukan koreksi diri untuk
mengetahui sebab-sabab kegagalan, setiap pribadi mandiri akan