• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Hamil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Hamil"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

JKAKJ, Volume 2 No. 1, Maret 2018 15

Hubungan Antara Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Hamil

Muliatul Jannah

1Prodi D3 Kebidanan FK Unissula

Abstrak

Infeksi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas merupakan penyebab kedua dari kematian ibu dan perinatal. Hampir 90% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetrik yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Penyebab langsung kematian ibu diantaranya komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, yaitu perdarahan 60%, infeksi 25%, gestosis 10%, penyebab lain 5%. Infeksi tersebut sebagian besar disebabkan oleh ketuban pecah dini (65%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu hamil di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan waktu cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 60 ibu hamil yang pernah dirawat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa paritas ibu hamil di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang menunjukkan mayoritas responden pernah melahirkan 2-4 kali yaitu sebanyak 30 responden (50%), dan kejadian ketuban pecah dini mayoritas responden mengalami ketuban pecah dini yaitu sebanyak 37 responden (61,67%), nilai X2 hitung sebesar 12,919 dan p-value: 0,002.

Dari hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu hamil di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan ibu hamil dengan paritas tinggi harus waspada resiko ketuban pecah dini. Sebaiknya mempertimbangkan jumlah anak dengan memperhatikan “4 T” yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat dan terlalu sering. Hal ini dapat dicegah dengan cara membatasi jumlah anak menggunakan metode kontrasepsi, sehingga bisa mengurangi resiko terjadinya komplikasi terutama ketuban pecah dini.

(2)

JKAKJ, Volume 2 No. 1, Maret 2018 16 Abstract

Infections in pregnancy, labor and the puerperium are the second cause of maternal and perinatal deaths. Almost 90% of maternal deaths are unforeseen obstetric complications. The direct causes of maternal death include pregnancy, delivery and childbirth complications, namely 60% bleeding, 25% infections, 10% gestosis, 5% other causes. The infection is mostly caused by premature rupture of membranes (65%). The purpose of this study was to determine the relationship between parity with premature rupture of membrane occurrence in pregnant women at Islamic Hospital Sultan Agung Semarang.

This type of research is an analytical survey with cross sectional time approach, with the number of samples of 60 pregnant women who had been treated at Sultan Agung Islamic Hospital Semarang. The results of this study indicate that the parity of pregnant women at Islamic Hospital Sultan Agung Semarang shows the majority of respondents had given birth 2-4 times as many as 30 respondents (50%), and incidence of premature rupture membrane majority of respondents experienced premature rupture membrane that is as many as 37 respondents (61 , 67%), the value of X2 counted 12,919 and p-value: 0,002.

From the results of statistical tests Chi-Square showed that there is a relationship between parity with the incidence of premature rupture of membranes in pregnant women at the Islamic Hospital Sultan Agung Semarang. Based on the results of the study suggested pregnant women with high parity should be aware of the premature rupture of membranes. We recommend considering the number of children with attention to "4 T" ie too young, too old, too close and too frequent. This can be prevented by limiting the number of children using contraceptive methods, thereby reducing the risk of complications, especially early rupture of membranes.

(3)

JKAKJ, Volume 2 No. 1, Maret 2018 17 Pendahuluan

Infeksi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas merupakan penyebab kedua dari kematian ibu dan perinatal. Penyebab langsung kematian ibu antara lain komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, yaitu perdarahan 60%, infeksi 25%, gestosis 10%, penyebab lain 5%.Infeksi yang banyak dialami oleh ibu sebagian besar merupakan akibat dari adanya komplikasi/penyulit kehamilan, seperti febris, koriamnionitis, infeksi saluran kemih, dan sebanyak 65% adalah karena ketuban pecah dini (KPD) yang banyak menimbulkan infeksi pada ibu dan bayi.1

Ketuban pecah dini adalah keadaan

pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstraselular amnion, korion, dan apoptosis membran janin. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1% kehamilan. Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina 1 Bahaya paling besar dari ketuban pecah dini adalah bahaya infeksi intrauterin yang mengancam keselamatan ibu dan janinnya, terjadi persalinan prematur bila usia kehamilannya kurang dari 36 minggu. Kematian janin akibat prematuritas dan infeksi akan meningkat tajam.2 Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal.1

Pada multipara yang sebelumnya sudah terjadi persalinan lebih dari satu kali yang dapat mempengaruhi berkurangnya kekuatan otot-otot uterus dan abdomen mempengaruhi kekuatan membran untuk menahan cairan ketuban, sehingga tekanan intrauterin meningkat dan menyebabkan selaput cairan ketuban lebih rentan untuk pecah.3Sebuah penelitian di sebuah Rumah Bersalin Maospati Jawa Barat, menyebutkan faktor paritas yaitu multipara sebesar 37,59% mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini.

Paritas merupakan salah satu faktor resiko tinggi pada kehamilan.4

Komplikasi pada kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga sebelumnya, sehingga ibu hamil diharapkan selalu berada dekat dengan sarana pelayanan yang mampu memberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK). Saat ini hanya sebagian rumah sakit yang siap melayani kasus komplikasi maternal dan neonatal yaitu berkisar 42%.5

Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian rekam medik Rumah Sakit Islam Sultan Agung pada tahun 2014 terdapat 131 ibu hamil dengan kasus ketuban pecah dini, pada tahun 2015 kasus ketuban pecah dini 180 ibu hamil, kemudian pada tahun 2016 mengalami peningkatan lagi menjadi 183 ibu hamil. Dari tahun 2014-2016 insiden ketuban pecah dini yang menyebabkan kematian ibu sebanyak 5 kasus, hal tersebut disebabkan karena komplikasi yang menyertai ketuban pecah dini.

Metode

Penelitian ini menggunakan desain penelitian survey analitik, dengan pendekatan waktu cross sectional. Dalam hal ini populasinya adalah seluruh ibu hamil, seluruh ibu hamil di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, pada periode 1 Januari - 31 Desember 2016, sebanyak 1.443 ibu hamil. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 responden di Rumah Sakit di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang tahun 2016.

Cara pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling (acak) yaitu metode pemilihan sampel yang setiap sampel dalam populasi memiliki kemungkinan (probabilitas) yang sama untuk dipilih. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah Ibu hamil yang pernah dirawat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang tahun 2016 dan ibu hamil yang sudah pernah melahirkan. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah : Ibu hamil yang mengalami

kelainan obstetri, misalnya: gemelli,

malpresentasi, servik incompeten, sevalopelvik disproporsi, perut gantung dan polihidramnion. Dan ibu hamil yang menderita penyakit infeksi STD (Sexual Tranmitter Disease), infeksi vagina atau serviks (vaginosis bakterial, trikomonas, klamidia, gonore, streptokokus grup B), infeksi intrauterin (korioamnionitis).

Dalam penelitian ini cara pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling (acak).

(4)

JKAKJ, Volume 2 No. 1, Maret 2018 18

Analisa yang digunakan adalah analisa univariat

dan analisa bivariat. Sedangkan analisis statistik menggunakan Uji Chi Square

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 9 dari 11 responden yang memiliki paritas 1 kali melahirkan tidak mengalami ketuban pecah dini (81,8%), 19 dari 30 responden yang memiliki paritas 2-4 kali melahirkan mengalami ketuban pecah dini (63,3%), 16 dari 19 responden yang memiliki paritas ≥5 kali melahirkan mengalami ketuban pecah dini (84,2%).

Paritas

KEJADIAN

ρ-value

KPD Tidak KPD Total Frek % Frek % Frek % 1 kali melahirkan 2-4 kali melahirkan ≥5 kali melahirkan 2 19 16 18,2 63,3 84,2 9 11 3 81,8 36,7 15,8 11 30 19 100 100 100 0,002 TOTAL 37 61,6 23 38,4 60 100 Ha diterima, X2 hitung : 12,919

Hasil analisis Chi Square diperoleh nilai X2 hitung sebesar 12,919 dan nilai p-value sebesar 0,002. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikasi (p) lebih rendah dari 0,05 (nilai uji statistik terlampir). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu hamil.

Hal ini merupakan modal yang cukup untuk menyerap suatu pengetahuan. Teori

Notoadmodjo (2003) bahwa pendidikan

mempengaruhi pola fikir untuk menentukkan tindakan baik yang menguntungkan atau tidak,

orang yang berpendidikan tinggi akan

memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sampai sejauh mana keuntungan yang mungkin mereka peroleh.

Karakteristik berdasarkan pekerjaan responden didapatkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung semarang sebanyak 60 responden sebagian besar responden bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebanyak 28 (46,7%) responden, ini artinya sebagian besar responden tidak sibuk bekerja diluar rumah.

Hal tersebut juga berpengaruh terhadap kelangsungan kehamilan, karena ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu luang yang lebih banyak untuk memeriksakan kehamilannya. Hal ini dipertegas oleh pernyataan Joswan (2003)7 bahwa kesibukan akan berpengaruh terhadap

seseorang sehingga terkadang lupa terhadap hal yang penting bagi dirinya.

Karakteristik berdasarkan umur responden didapatkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung semarang sebanyak 60 responden sebagian besar responden termasuk dalam kelompok umur 20–35 tahun yaitu sebanyak 40 (66,70%) responden, ini artinya sebagian besar responden termasuk dalam usia reproduksi yang sehat.

Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan perkembangan alat reproduksi. Hal ini berkaitan dengan keadaan fisiknya dari organ tubuh ibu didalam menerima kehadiran dan mendukung perkembangan janin.8

Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. Kehamilan dikatakan beresiko tinggi adalah kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun. Usia dibawah 20 tahun bukan masa yang baik untuk hamil karena organ-organ reproduksi belum sempurna, hal ini tentu menyulitkan proses kehamilan dan persalinan. Sedangkan kehamilan diatas usai 35 tahun mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi dalam kehamilan dan persalinan antara lain perdarahan, gestosis, atau hipertensi dalam kehamilan, distosia dan partus lama.

Karakteristik berdasarkan paritas responden didapatkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung semarang sebanyak 60 responden sebagian besar memiliki paritas 2-4 kali melahirkan yaitu sebanyak 30 (50%) responden, ini artinya sebagian besar responden termasuk dalam kelompok resiko tinggi dalam kehamilan.

Paritas merupakan salah satu faktor resiko tinggi pada kehamilan, kehamilan resiko tinggi lebih banyak terjadi pada multipara dan grandemultipara yang keadaan endometrium pada daerah korpus uteri sudah mengalami kemunduran dan berkurangnya vaskularisasi, hal ini terjadi karena degenerasi dan nekrosis pada bekas luka implantasi plasenta pada kehamilan sebelumnya di dinding endometrium.9

Menurut Nurhaeni dalam artikel masalah seputar kehamilan.10 pada ibu yang berparitas tinggi fungsi organ reproduksinya sudah menurun, begitu pula kondisi rahimnya sehingga

dapat mengakibatkan komplikasi selama

kehamilan.

Kejadian ketuban pecah dini responden didapatkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

(5)

JKAKJ, Volume 2 No. 1, Maret 2018 19

sebanyak 60 responden menunjukkan responden yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 37 (61,67%) responden.

Menurut Manuaba (2007)2 mengungkapkan bahwa pengertian dari ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah satu jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu sebagaimana mestinya. Faktor yang menyebabkan ketuban pecah dini seperti faktor golongan darah, faktor disproporsi antara kepala janin dan panggul ibu, faktor multigraviditas/paritas, merokok dan perdarahan antepartum, defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin C), insiden ketuban pecah dini lebih tinggi pada wanita dengan serviks inkompeten, polihidramnion, malpresentasi janin, gemelli atau infeksi vagina. Hasil penelitian ini menunjukkan (p-value: 0,002, maka p-value < 0,05) bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu hamil di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Tahun 2016, artinya semakin tinggi jumlah paritas maka kejadian ketuban pecah dini juga akan bertambah, atau sebaliknya semakin rendah jumlah paritas maka kejadian ketuban pecah dini akan berkurang. Multipara merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya ketuban pecah dini. Paritas 2–3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Kehamilan resiko tinggi lebih banyak terjadi pada multipara dan grandemultipara, yang keadaan endometrium pada daerah korpus uteri sudah mengalami kemunduran dan berkurangnya vaskularisasi, hal ini terjadi karena degenerasi dan nekrosis pada bekas luka implantasi plasenta pada kehamilan sebelumnya di dinding endometrium.9 Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini secara singkat adalah akibat adanya penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini. Serviks uteri merupakan organ yang kompleks dan heterogen yang dapat mengalami perubahan yang

sangat bermakna selama kehamilan dan

persalinan. Serviks layaknya sebagai suatu katub yang unik yang bertanggung jawab untuk menjaga janin tetap dalam uterus sampai akhir kehamilan dan berfungsi pula sebagai jalan lahir yang aman menuju dunia luar selama persalinan. Serviks didominasi oleh jaringan ikat fibrosa,

tersusun atas matriks ekstraseluler yang didominasi oleh kolagen dengan elastin dan proteoglikan. Pada bagian seluler terdiri atas otot

polos dan fibroblas, terutama kolagen

glikosaminoglikan, glikoprotein, epitel, dan pembuluh darah. Ketuban pecah dini juga disebabkan oleh selaput ketuban yang tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.2

Sesuai dengan hasil penelitian ini diketahui bahwa ketuban pecah dini banyak terjadi pada ibu hamil yang memiliki paritas ≥5 kali melahirkan yaitu sebesar (84,2%) responden. Hal ini sesuai dengan penelitiandengan judul “Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Ketuban Pecah Dini Di RSUD Ungaran Tahun 2010” 11 yang menunjukkan bahwa pada multipara mempunyai frekuensi lebih banyak mengalami ketuban pecah dini yaitu sebesar (51%) responden.

Kesimpulan

Ada hubungan antara paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu hamil di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Tahun 2016.

Pendidikan ibu hamil di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Tahun 2016 mayoritas berpendidikan terakhir SLTP, pekerjaan ibu hamil di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Tahun 2016 mayoritas bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT), umur ibu hamil di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Tahun 2016 mayoritas berumur 20–35 tahun.

Paritas ibu hamil di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Tahun 2016 menunjukkan sebagian besar responden pernah melahirkan 2-4 kali.

Kejadian ketuban pecah dini pada ibu hamil di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Tahun 2016 menunjukkan sebagian besar responden mengalami ketuban pecah dini.

Daftar Pustaka

1. Prawiroharjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. 2008.

2. Manuaba, Ida Bagus Gde. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. 2007

3. Mina. Obstetri Ginekologi (Ketuban Pecah

dini (KPD).

http://obstetriginekologi.com/kpd-dan-6-faktor-penyebabnya. 2009.

(6)

JKAKJ, Volume 2 No. 1, Maret 2018 20

(Didownload pada hari Rabu, Tanggal 04 januari 2016).

4. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2005.

5. DepKes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007.

6. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta. 2003

7. Joswan. Kesibukan Dalam Kehidupan

Sehari-Hari. 2003 http//

www.kompas.com/kompas-cetak/0707/05/fokus/3504261.(Didownload pada hari Sabtu, Tanggal 16 Juni 2016) 8. Oktaviani, Scherly. Ketuban Pecah Sebelum

Waktunya. 2010.

http://www.scribd.com/doc/62209597/Ketuba n-Pecah-Sebelum-Waktunya. (Didownload pada hari Rabu, tanggal 11 Januari 2016). 9. Arief, Nurhaeni. Artikel Masalah Seputar

Kehamilan. 2008. (Didownload pada hari Selasa, Tanggal 12 Juni 2016).

10. Varney, Helen. Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC. 2006.

11. Ajeng, Trijata R. Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Ketuban Pecah Dini. Karya Tulis Ilmiah. 2010

Referensi

Dokumen terkait

dalam hal menerangkan bahan-bahan pelajaran pada anak didik, penggunaan metode tanya jawab lebih lamban apabila dibandingkan dengan metode ceramah. Akan tetapi

Pengaruh Suhu Dan Katalis CaO Pada Sintesa Surfaktan Metil Ester Sulfonat Berbasis Crude Palm Oil Dengan Agen Sulfonasi NaHSO3 Diah Ayu Pratiwi, 2015, 49 Halaman, 13 Tabel, 21

Pak Bone, Kiara, dan Niko yang mengalami peristiwa ajaib itu hanya bisa pasrah ditinggalkan oleh Ibu Baria dan Kweiya. Mereka hanya bisa mengenang kebaikan hati Ibu Baria

Dalam praktik tukang gigi bentuk perlindungan hukum preventif terdapat pada Permenkes No 39 Tahun 2014. Permenkes tersebut mengatur mengenai batasan kewenangan,

Pada penelitian ini akan dibahas mengenai pembinaan yang diberikan Lembaga Permasyarakatan Bulu Semarang terhadap narapidana wanita (pengguna maupun pengedar) yang

3) Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan meneliti kelengkapan persyaratan dan apabila telah lengkap selanjutnya menerbitkan Surat permohonan penghapusan BMN karena

Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOSOPAN KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN 2012.. Nama Mahasiswa :

• Tidak melibatkan Tim Kota Pusaka Daerah (TKPD), sebagai pihak yang menyusun RAKP dan mengawal P3KP secara umum.. EVALUASI PENANGANAN