LAPORAN AKHIR
PERANAN PENGUASAAN MAHASISWA S1 PGPAUD UT TERHADAP MATA KULIAH PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PKP)
DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
Oleh: Mukti Amini Agus Tatang Sopandi
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL UNIVERSITAS TERBUKA
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN
a.a.Judul Penelitian : Peranan Penguasaan Mahasiswa S1 PGPAUD UT
Terhadap Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
b.Bidang Penelitian : Keilmuan
c.Klasifikasi : Madya
d.e.Peneliti Utama
a.Nama dan Gelar : Mukti Amini S.Pd.,M.Pd
b.NIP : 197202172003012001
c.Golongan/Pangkat : Penata/ IIIc
d.Jabatan Akademik : Lektor
1.e.Fakultas/Jurusan : FKIP-UT/Pendas
f.Anggota Peneliti
Nama dan Unit : Agus Tatang Sopandi S.Sn.,M.Pd
g.Lokasi Penelitian : UPBJJ-UT Serang
h.Lama Penelitian : 10 bulan
i.Biaya Penellitian : Rp. 20.000.000,- (Tiga puluh Juta Rupiah)
Pondok Cabe, 15 Maret 2012 Mengetahui: Dekan FKIP-UT Drs. Rustam, M.Pd. NIP 19650912 19910 1 001 Ketua Peneliti Mukti Amini, S.Pd., M.Pd NIP 197202172003012001 Menyetujui, Ketua LPPM UT
Drs. Agus Joko Purwanto, M.Si
NIP 19660508 199203 1 003 Menyetujui,
Kepala Pusat Keilmuan
Dra. Endang Nugraheni, M.Ed., M.Si NIP 19570422 198503 2 001
Abstrak
Peningkatan Kemampuan Profesional (PKP) merpakan salah satu mata kuliah di program studi S1 PGPAUD-UT pada semester 9, yang disediakan layanan bimbingan bantuan belajar. Mata kuliah ini termasuk mata kuliah yang khas karena tidak ada Ujian Akhir Semester (UAS), tetapi ada tuntutan melakukan praktik perbaikan pembelajaran di kelasnya sendiri dan menyerahkan laporan PKP. Layanan bimbingan untuk PKP dilaksanakan selama 8 kali dalam satu semester. Ternyata terdapat banyak kendala berkaitan dengan pelaksanaan mata kuliah ini baik dalam pembimbingan di kelas tutorial maupuan pelaksanaan teknis di lapangan. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian tentang peranan penguasaan mahasiswa S1 PGPAUD-UT terhadap mata kuliah
Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Penelitian ini berfokus pada empat hal yaitu: pemahaman mahasiswa terhadap langkah PKP, kendala yang dialami mahasiswa, faktor yang mempengaruhi penguasaan mahasiswa terhadap PKP, dan pengaruh PKP terhadap kualitas pembelajaran selama melakukan penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2012.1 di pokjar Serpong UPBBJ-UT Serang, dengan responden 9 mahasiswa semester 9 yang mengikuti bimbingan PKP dalam satu kelompok bimbingan. Metode penelitian yang dilakukan adalah kualitatif, dengan intsrumen: wawancara, observasi dan analisis dokumen. Selain kepada mahasiswa, juga dilakukan wawancara dengan supervisor 2/penilai dan observasi praktik perbaikan mahasiswa di lapangan sebagai upaya triangulasi data.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemahaman mahasiswa terhadap langkah PKP sudah cukup baik, masalah yang diangkat memang nyata terjadi d kelasnya, dan fokus pada masalah. Kendala yang dialami mahasiswa terutama adalah pada saat pembuatan laporan PKP, khususnya dalam menyusun Bab I sub bab latar belakang dan Bab III serta Bab IV. Sedang faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi penguasaan PKP adalah ketekunan dalam mempelajari buku panduan PKP, rajin bertanya, kehadiran pada saat pembimbingan, serta penjelasan tutor yang menyeluruh. PKP berpengaruh baik terhadap kualitas pembelajaran selama melakukan penelitian karena mahasiswa merasa jadi lebih tahu untuk menyelesaikan masalah pembelajaran melalui PTK dan berniat akan menggunakan PTK jia nanti menghadapi kasus-ksaus pembelajaran serupa. Kata Kunci: Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP), Kualitas Pembelajaran
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Swt kami sembahkan karena hanya atas izin-Nya semua yang kami lakukan dalam penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Masukan-masukan yang didapatkan dari penelitian ini, sepenuhnya ditujukan agar mahasiswa program S1 PG-PAUD Universitas Terbuka dapat belajar dengan baik melalui proses pembelajaran yang ideal.
Penelitian tentang Peranan Penguasaan Mahasiswa S1 PGPAUD UT Terhadap Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembimbingan PKP di lapangan berkut segala kendalanya. Untuk itu, masukan dari berbagai pihak amatlah diperlukan. Kami telah mendapatkan bantuan yang sangat baik dari UPBJJ Serang dalam hal kemudahan ijin untuk melaksanakan penelitian di pokjar Serpong. Untuk itu terima kasih yang sebesar-besarnya kami haturkan kepada Kepala UPBJJ terkait izin tersebut.
Kepada sejawat di Jurusan Pendidikan Dasar Program Studi PGPAUD-UT kami pun mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas semua dukungan dan bantuan yang telah diberikan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada pimpinan dan staf Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat yang telah memfasilitasi pelaksanaan penelitian ini. Akhir kata, semua upaya yang telah dilakukan dalam penelitian ini, tentu tidak luput dari kekhilafan atau kekeliruan. Masukan dan kritik membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya penelitian ini.
4 Juni 2013
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
BAB I PENDAHULUAN 5
A. Latar Belakang Masalah 5
B. Perumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 8
D. Manfaat Penelitian 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
A.Kajian Teori 9
B.Hasil Penelitian yang Relevan 24
C.Kerangka Berpikir 26
BAB III Metodologi Penelitian 27
A.Pendekatan dan Jenis Penelitian 27
B.Kehadiran Peneliti 28
C.Lokasi Penelitian 28
D.Sumber Data 28
E. Prosedur Pengumpulan Data 29
F. Analisis Data 32
G.Triangulasi Data 33
H.Tahap-tahap Penelitian 33
BAB IV Hasil dan Pembahasan 35
A.Pemahaman Mahasiswa Tentang PKP 35
B.Kendala Mahasiswa Saat Menempuh Mata
Kuliah PKP
48
C.Faktor yang Mempengaruhi Penguasaan
Mahasiswa Terhadap
55
BAB V Kesimpulan dan Saran 71
A. Kesimpulan 71
B. Saran 73
Daftar Pustaka 74
Lampiran-lampiran
Lampiran 1 Personalia Penelitian 75
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini, para guru dituntut untuk terus meningkatkan profesionalismenya dalam mengajar. Termasuk dalam hal ini adalah profesionalismenya dari sisi keilmuan, dengan adanya tuntutan dari sisi latar belakang pendidikan.
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, mengharuskan semua guru pada semua jenjang pendidikan memiliki kualifikasi sarjana (S1) atau Diploma IV (DIV). Demikan pula untuk guru Pendidikan anak Usia Dini (PAUD). Meskipun sebagian besar saat ini masih berpendidikan Diploma 2 atau 1, telah mulai diupayakan untuk memberikan kesempatan pada para guru PAUD agar menyelesaikan pendidikan hingga sarjana. Program studi untuk mereka yang paling sesuai tentu saja adalah program S1 PGPAUD, sesuai dengan tempat mereka mengajar saat ini.
Universitas Terbuka (UT) sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang menerapkan sistem belajar jarak jauh juga memahami akan urgensi pentingya profesionalisme para guru ini. Oleh karena itu, UT membuka program studi S1 PGPAUD yang diperuntukkan bagi guru yang telah mengabdikan dirinya minimal satu tahun mengajar di lembaga PAUD tetapi belum memperolah gelar sarjana. Jadi dapat dikatakan bahwa seluruh mahasiswa S1 PGPAUD UT sudah berprofesi sebagai guru PAUD di berbagai wilayah Indonesia.
Salah satu mata kuliah yang harus ditempuh oleh mahasiswa S1 PGPAUD UT pada semester akhir adalah mata kuliah Peningkatan Kemampuan Profesional (PKP) yang diharapkan mampu menjadi pijakan bagi mahasiswa untuk melakukan perbaikan pembelajaran di kelasnya masing-masing melalui penelitian tindakan kelas (PTK).
Adapun mata kuliah PTK sendiri sudah didapatkan mahasiswa saat berada di semester 6, sedang PKP didapatkan mahasiswa pada semester 9.
Berdasarkan pengamatan awal terhadap para mahasiswa yang mengikuti pembimbingan mata kuliah PKP, selama ini mata kuliah PKP cukup menjadi ’momok’ bagi mahasiswa, karena mata kuliah ini menuntut mahasiswa untuk melakukan perbaikan pembelajaran di kelasnya sendiri, lalu menuliskan upaya perbaikan pembelajaran itu dalam bentuk laporan penelitian. Sebagian besar mahasiswa dalam pembimbingan menyatakan ‘stres’ saat tahu diwajibkan untuk melakukan penelitian sekaligus membuat laporan, tanpa dilakukan ujian akhir semester. Beberapa mahasiswa yang usianya 50 tahun ke atas juga sering menyatakan penyakit-penyakit tertentu seperti hipertensi atau maag akut kambuh sejak dibebani dengan pembuatan laporan penelitian. Meskipun secara teori mahasiswa sudah mendapatkan mata kuliah PTK, tetapi saat diminta mempraktekkan dan menuliskan perbaikan pembelajaran tersebut dalam bentuk laporan, banyak mahasiswa yang masih merasa sangat kesulitan.
Padahal, kemampuan meneliti dan menuliskannya dalam bentuk hasil penelitian perbaikan pembelajaran merupakan hal yang sangat penting bagi para guru tersebut, agar saat sudah menjadi sarjana nantinya terbiasa melakukan penelitian perbaikan pembelajaran sendiri dan membuat laporan penelitian sesuai kaidah ilmiah.
Jika kemampuan dalam hal meneliti ini minimal, maka dikhawatirkan kualitas pembelajaran di kelasnya tidak akan meningkat karena guru mengajar dengan cara yang sudah biasa dilakukan saja.
Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengangkat masalah peranan penguasaan mahasiswa terhadap mata kuliah PKP dikaitkan dengan upaya meningkatkan kualitas pembelajaran oleh mahasiswa di kelasnya sendiri.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah ‘bagaimana peranan penguasaan mahasiswa S1 PGPPAUD UT terhadap mata kuliah PKP untuk meningkatkan kualitas Pembelajaran’?
Perumusan masalah ini dapat dijabarkan lagi dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Apakah mahasiswa PAUD yang sedang menempuh mata kuliah PKP telah
memahami langkah-langkah PKP?
2. Apa sajakah kendala-kendala yang dialami mahasiswa saat menempuh mata
kuliah PKP?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan mahasiswa terhadap
mata kuliah PKP ini?
4. Apakah PKP yang dilakukan mahasiswa berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas pembelajaran mahasiswa selama melakukan penelitian?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini secara umum adalah untuk mencari jawaban tentang peranan penguasaan mahasiswa PGPAUD-UT terhadap mata kuliah PKP dikaitkan upaya meningkatkan kualitas pembelajaran oleh mahasiswa selama melakukan PKP. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui berbagai kendala dan faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan mata kuliah PKP.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan bemanfaat bagi beberapa pihak. Pertama, bagi penyelenggara program S1 PGPAUD UT sebagai masukan untuk menyempurnakan kurikulum S1
PGPAUD UT. Kedua, bagi mahasiswa program S1 PGPAUD khususnya yang belum
menempuh mata kuliah PKP, agar dapat ditemukan cara-cara pembelajaran yang lebih efektif utuk menguasai mata kuliah PKP. Ketiga, bagi LPTK penyelenggara guru PAUD, agar dapat dijadian bahan perbandingan dalam memajukan program studi PAUD di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP)
PKP adalah mata kuliah yang diambil mahasiswa PGPAUD pada semester 9. Mata kuliah ini menuntut mahasiswa melakukan penelitian di kelasnya sendiri, lalu menuangkannya dalam bentuk laporan. PKP ini merupakan matakuliah yang menjadi muara dari suatu program studi yang ada di FKIP UT. Matakuliah PKP ini sepenuhnya berisi praktik yaitu praktik pembelajaran. Tujuan mata kuliah PKP adalah memfasilitasi mahasiswa untuk berlatih menerapkan pengetahuan dari matakuliah-matakuliah sebelumnya dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi hasil dan proses pembelajaran.
Layanan yang diberikan kepada mahasiswa dalam mengikuti matakuliah PKP adalah disediakannya pembimbingan berupa pertemuan tatap muka dan seorang pembimbing atau supervisor. Kegiatan pembimbingan ini dilaksanakan secara berkelompok dan di bawah koordinasi UPBJJ atau Pokjar. Kegiatan pembimbingan ini dilaksanakan sebanyak delapan kali pertemuan. Dalam kegiatan pembimbingan mahasiswa diberi tugas berupa penyusunan RK/RKH yang selanjutnya akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk penelitian tindakan kelas di kelasnya sendiri. Mahasiswa juga diberikan tugas dan bimbingan untuk menyusun laporan dari penelitian yang sudah dilakukannya. Pada mata kuliah ini, mahasiswa juga diberikan tugas untuk melakukan simulasi perbaikan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas pembimbingan. Setelah itu, mahasiswa diwajibkan membuat laporan PKP dari pelaksanaan penelitiannya, yang akan diperiksa oleh para pemeriksa PKP di UPBJJ sentra.
Secara teoretis, pelaksanaan PKP terdiri dari beberapa langkah yaitu sebagai berikut (Universitas Terbuka, 2007).
Refleksi adalah kegiatan merenung atau mengingat dan menghubung-hubungkan kinerja mengajar yang telah, sedang atau akan terjadi dalam pembelajaran. Refleksi dapat dilakukan sendiri dan bersama-sama dalam bentuk diskusi (Schmuck, A. Richard. 2008, dalam Universitas Terbuka, 2007). Tujuan diadakannya refleksi adalah untuk menyadari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki guru dalam kegiatan pengembangan yang dikelolanya. Hasil refleksi digunakan sebagai dasar untuk merencanakan perubahan atau perbaikan yang sebaiknya dilakukan dalam pembelajaran dengan mempertimbangkan hal-hal yang telah dan akan terjadi.
b. Merencanakan perbaikan kegiatan.
Setelah refleksi dilaksanakan dan didapatkan masalah yang akan dipecahkan, guru perlu menyusun rancangan perbaikan kegiatan. Untuk merancang tindakan perbaikan, guru bisa mendapatkannya dari berbagai cara, misalnya: (1) mengacu kepada teori yang relevan, (2) bertanya kepada nara sumber (misalnya ahli pembelajaran, ahli pendidikan, psikolog, atau ahli untuk disiplin ilmu tertentu) (3) membaca referensi yang relevan, dan (4) berkonsultasi dengan supervisor.
c. Membuat rancangan satu siklus.
Pada hakikatnya Rancangan Satu Siklus merupakan grand design atau keseluruhan pembelajaran yang ingin dilakukan untuk memecahkan masalah atau meningkatkan kualitas kegiatan pengembangan selama selama satu minggu.
d. Membuat Rancangan Kegiatan Harian (RKH) 1
Sebagai langkah awal perbaikan kegiatan pengembangan, mahasiswa harus membuat RKH 1, yaitu RKH yang akan dilaksanakan pada hari pertama. Untuk mahasiswa yang mengajar di TPA, maka perlu membuat Rancangan Kegiatan (RK) dengan mengacu pada menu generik yang biasa digunakan di TPA.
e. Membuat skenario perbaikan
Setelah membuat RKH 1 maka langkah selanjutnya adalah membuat Skenario Perbaikan. Guna skenario ini adalah untuk merencanakan dengan
sistematis dan jelas langkah-langkah perbaikan kegiatan pengembangan yang akan mahasiswa lakukan nanti dengan RKH 1 yang sudah mahasiswa miliki.
f. Melaksanakan RKH 1
Setelah membuat RKH ke-1 maka selanjutnya mahasiswa harus melaksanakan RKH tersebut di kelasnya sendiri.
g. Merefleksi kegiatan pengembangan yang sudah dilakukan.
Kegiatan refleksi ini tidak sama dengan refleksi yang dilakukan sebelum Siklus 1 dimulai. Apabila pada refleksi yang dilakukan sebelum Siklus 1 dimulai tujuannya adalah mengidentifikasi, menganalisis dan merumuskan masalah yang akan diatasi melalui perbaikan kegiatan maka refleksi yang dilakukan setelah selesai melaksanakan 1 RKH, bertujuan menemukan kelebihan dan kelemahan kegiatan pengembangan yang telah dilakukan.
h. Membuat RKH ke-2
Setelah melakukan refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan RKH ke-1 maka mahasiswa harus membuat RKH ke-2 berdasarkan hasil refleksi tersebut. Demikian seterusnya hingga hari ke lima.
i. Menganalisis dan menginterpretasikan data yang diperoleh siklus 1
Setelah perbaikan siklus satu selesai, mahasiswa menganalisis hasil perbaikan dengan menelaah data yang terkumpul. Hasil analisis perbaikan siklus satu harus sampai pada kesimpulan tentang tingkat ketercapaian hasil perbaikan, disertai dengan kekuatan dan kelemahan yang terjadi dalam kegiatan tersebut. Jika masih ada kelemahan, berarti perbaikan belum mencapai tujuan.
j. Menyusun rancangan siklus untuk siklus ke-2.
Langkah berikutnya adalah membuat kembali Rancangan Satu Siklus untuk Siklus II dan mengulang kembali proses yang telah dilakukan seperti pada Siklus I.
Pada pertemuan tutorial ke 7 dan ke 8, mahasiswa secara bergiliran melaksanakan simulasi perbaikan kegiatan yang dilaksanakan di kelas tutorial. Simulasi ini dinilai oleh supervisor 1.
l. Membuat laporan PKP
Langkah terakhir dari penelitian ini adalah membuat laporan secara tertulis tentang penelitian pembelajaran yang telah dilaksanakan mahasiswa.
Pembimbingan PKP di kelas dilaksanakan oleh supervisor 1 selama 8 kali pertemuan, dengan pola bimbingan yang dapat digambarkan dalam tabel berikut (Universitas Terbuka, 2007).
Tabel 1. Pola Pembimbingan PKP S1 PGPAUD-UT
No. Waktu Kegiatan Keterangan
1 Tutorial 1 Supervisor 1:
Orientasi yang mendiskusikan kompetensi yang harus dicapai mahasiswa dalam Mata Kuliah PKP dan mengulas kembali konsep PTK, kaitan PKM dan PKP, serta
menjelaskan cara melakukan refleksi tentang kejadian kegiatan yang telah dilakukan hingga dapat mengidentifikasi, menganalisis serta merumuskan masalah Mahasiswa:
Mengikuti orientasi dan penjelasan tutor
Tempat tutorial: UPBJJ dan Supervisor 2 Di antara Tutorial 1 & 2 Mahasiswa:
Berlatih melakukan refleksi diri, mengidentifikasi, menganalisis, dan merumuskan masalah.
Mandiri dengan dibimbing oleh supervisor
3 Tutorial 2 Mahasiswa:
Menyerahkan hasil refleksi Supervisor 1:
Membahas hasil refleksi.
Menjelaskan cara melakukan perbaikan RKH/RK berdasarkan hasil refleksi
dengan berlandaskan teori dan
menyusun Rancangan satu siklus untuk Siklus 1. Tempat tutorial: Supervisor 4 Di antara Tutorial 2 & 3 Mahasiswa:
Membuat Rancangan Satu Siklus untuk siklus 1
Mandiri dengan dibimbing oleh supervisor
No. Waktu Kegiatan Keterangan
Mereview dan menilai Rancangan Satu
Siklus untuk siklus 1.
Membahas persiapan pelaksanaan RKH
dan Skenario Perbaikan.
Supervisor 6. Di antara Tutorial 3 & 4 Mahasiswa: Melaksanakan Siklus 1 (5 RKH/RK
untuk TK atau TPA, atau 3 RKH untuk KB dan skenario perbaikan dinilai oleh Superviosr 2 dan penilai)
Mengumpulkan RKH/RK, Skenario
Perbaikan, APKG PKP 1 dan 2 yang telah di nilai, dan lembar refleksi. Membuat Rancangan Satu Siklus untuk
siklus 2.
Praktik di kelas sendiri.
Praktik ini dinilai oleh supervisor 2 selama menerapkan RKH. Pada hari terakhirb tiap siklus penilaian dilakukan oleh Supervisor 2 dan penilai dengan
menggunakan APKG PKP-1 dan APKG PKP-2
7 Tutorial 4 Mahasiswa:
Menyerahkan Rancangan Satu Siklus RKH/RK untuk siklus 2
Menyerahkan hasil siklus 1(RKH, Skenario Perbaikan, APKG PKP 1 dan 2 yang telah di nilai dan refleksi)
Supervisor 1:
mereview hasil siklus 1(RKH, Skenario Perbaikan dan lain-lain)
mereview dan menilai Rancangan Satu Siklus untuk siklus 2
Pertemuan tutorial: Supervisor 8 Di antara Tutorial 4 & 5 Mahasiswa: Melaksanakan Siklus 2 (5 RKH/RK
untuk TK atau TPA, atau 3 RKH untuk KB dan skenario perbaikan dinilai oleh Superviosr 2 dan penilai)
Mengumpulkan RKH, Skenario
Perbaikan APKG PKP 1 dan 2 yang telah di nilai, dan lembar refleksi.
Praktik di kelas sendiri.
Praktik ini dinilai oleh supervisor 2 selama menerapkan RKH. Pada hari terakhirb tiap siklus penilaian dilakukan oleh Supervisor 2 dan penilai dengan
menggunakan APKG PKP-1 dan APKG PKP-2
9 Tutorial 5 Mahasiswa:
Menyerahkan hasil siklus 2 (RKH, Skenario Perbaikan dan lain-lain) Supervisor 1:
Tempat tutorial: Supervisor
No. Waktu Kegiatan Keterangan
Mereview hasil siklus 2 (RKH, Skenario Perbaikan dan lain-lain). Menjelaskan cara membuat laporan PKP 10 Di antara
Tutorial 5 & 6
Mahasiswa:
Membuat draft laporan PKP Di luar kelas tutorial
11 Tutorial 6 Mahasiswa:
Memperlihatkan draft laporan PKP kepada supervisor
Supervisor 1:
Memeriksa laporan PKP mahasiswa
Menjelaskan hal-hal yang masih salah dalam pembuatan laporan PKP dan bagaimana cara membetulkannya. Menugaskan kepada mahasiswa untuk
membuat perencanaan simulasi
perbaikan yang akan dilaksanakan pada pertemuan tutorial ke-7 dan ke-8
Pertemuan tutorial bersama Supervisor 1 12 Di antara 6 dan 7 Mahasiswa: Memperbaiki laporan PKP
Mahasiswa membuat rencana simulasi perbaikan.
Mandiri dengan dibimbing oleh Supervisor 2
13 Tutorial 7 Mahasiswa:
Mahasiswa melaksanakan simulasi perbaikan pembelajaran secara bergiliran, dinilai oleh Supervisor 1.
Supervisor 1:
Memberi komentar/masukan terhadap
simulasi yang dilakukan mahasiswa.
Menilai simulasi mahasiswa
Menugaskan yang belum simulasi mempersiapkan simulasi perbaikan yang akan dilaksanakan pada pertemuan tutorial ke-8. Pertemuan tutorial: Supervisor 14 Di antara 7 dan 8 Mahasiswa:
Mahasiswa yang ditugaskan, membuat rencana simulasi perbaikan.
Mandiri dengan dibimbing oleh supervisor 2
15 Tutorial 8 Mahasiswa:
Menyerahkan laporan PKP.
Mahasiswa yang ditugaskan,
melaksanakan simulasi perbaikan pembelajaran secara bergiliran dinilai Supervisor 1
Supervisor 1:
No. Waktu Kegiatan Keterangan
Memberi komentar/ masukan terhadap
simulasi yang dilakukan mahasiswa.
Menilai simulasi mahasiswa
Pola tersebut secara singkat dapat digambarkan dalam bagan berikut (Universitas Terbuka, 2007).
Gambar 1. Pola pembimbingan PKP S1 PGPAUD-Ut
Kaitannya dengan laporan penelitian pembelajaran, sistematika laporan yang diharapkan adalah sebagai berikut (Universitas Terbuka, 2007).
Melihat sistematika di atas, selain diminta menuliskan hasil penelitiannya, laporan ini memang menuntut mahasiswa untuk menyusun kajian pustaka sesuai dengan bidang kajian yang diteliti. Kedua hal ini yang sering
Halaman
Judul Lembar Pengesahan Daftar Isi
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah (data awal dalam mengidentifikasi masalah, dan analisis masalah).
B. Rumusan Masalah. C. Tujuan Perbaikan. D. Manfaat Perbaikan. II. Kajian Pustaka III. Rencana Perbaikan
A. Informasi subjek penelitian (Lokasi, waktu, tema, kelompok dan karakteristik anak)
B. Deskripsi Rencana Tiap Siklus (rencana pelaksanaan, rencana pengamatan/ pengumpulan data/instrumen, rencana refleksi), IV. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Perbaikan Tiap siklus (hasil pengamatan, refleksi tentang keberhasilan dan kegagalan, lengkap dengan data (RKH perbaikan, skenario perbaikan, refleksi, dan hasil penilaian terhadap anak).
B. Pembahasan dari setiap siklus (data hasil perbaikan pembelajaran baik secara kuantitatif maupun kualitatif) V. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan 2. Saran
Daftar Pustaka Lampiran
2. Kaitan PKP dengan PTK
PTK adalah proses penelitian yang sistematis dan terencana melalui tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri. PTK bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru sehingga kualitas kegiatan pengembangan menjadi lebih meningkat (Mills, Geoffrey E, 2000; Schmuck, Richard A, 1997 dalam Universitas Terbuka, 2007).
Langkah-langkah dalam melakukan PTK pada Program PKP dapat dijelaskan sebagai berikut (Universitas Terbuka, 2007).
a. Refleksi
Refleksi pertama yang dilakukan guru/pendidik, bertujuan untuk menidentifikasi masalah, menganalisis masalah, dan perumusan Masalah b. Rencana tindakan perbaikan kegiatan
Setelah masalah dapat dirumuskan, langkah berikutnya yang dapat dilakukan guru/pendidik adalah membuat rencana perbaikan kegiatan.
c. Tindakan perbaikan kegiatan
Rencana perbaikan kegiatan ini kemudian dilaksanakan oleh guru/ pendidik di kelas
d. Refleksi
Setelah guru/pendidik selesai melaksanakan tindakan perbaikan, siklus kembali kepada kegiatan refleksi dengan tujuan melihat kelemahan dan kelebihan tindakan perbaikan yang telah dilakukannya untuk merencanakan perbaikan kegiatan selanjutnya.
e. Dan seterusnya
Guru perlu melakukan PTK karena beberapa hal berikut (Universitas Terbuka, 2007): (1) guru mempunyai otonomi untuk menilai sendiri kinerjanya, (2) temuan berbagai penelitian pembelajaran yang dilakukan oleh para peneliti sering sukar diterapkan untuk memperbaiki kegiatan pengembangan, (3) guru adalah orang yang paling akrab dengan anak didiknya dan paling mengetahui
kelasnya, (4) interaksi guru-anak berlangsung secara unik, serta (5) keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat pengembangan, mempersyaratkan guru untuk mampu melakukan PTK di kelasnya.
PTK sangat bermanfaat bagi guru, yaitu antara lain sebagai berikut: (1) membantu guru memperbaiki kegiatan pengembangan, (2) membantu guru berkembang secara profesional, (3) meningkatkan rasa percaya diri guru, serta (4) memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya (Universitas Terbuka, 2007).
Sebagai sebuah metode penelitian, PTK juga memiliki keterbatasan sebagaimana metode penelitian yang lain. Keterbatasan PTK terletak pada: (1) kesahihan atau validitasnya yang masih sering disangsikan, (2) tidak dapat melakukan generalisasi karena sampel sangat terbatas, serta (3) peran guru yang sekaligus bertindak sebagai pengajar dan peneliti sering membuat guru menjadi sangat repot. (Univeritas Terbuka, 2007). Tentu keterbatasan tersebut menjadi tantangan bagi guru untuk menemukan berbagai kiat dalam melaksanakan PTK.
3. Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Achmad (dalam Danim 2003) mengemukakan bahwa mutu pendidikan di sekolah dapat diartikan sebagai kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efesien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma atau standar yang berlaku. Apapun yang dilakukan harus berpatokan pada aturan dan standar .
Sementara itu Engkoswara (dalam Danim, 2002) melihat mutu atau keberhasilan pendidikan itu dari tiga sisi, yaitu prestasi, suasana, dan ekonomi. Sollis mengemukakan dua standar utama untuk mengukur mutu, yaitu (1) standar hasil dan standar pelayanan, dan (2) standar pelanggan.
Mutu pendidikan itu ternyata tidak semata-mata diukur dari mutu keluaran pendidikan secara utuh (educational outcomes) akan tetapi juga dikaitkan dengan konteks di mana mutu itu ditempelkan dan berapa besar persyaratan tambahan yang diperlukan untuk itu. Pada era masyarakat industrial sekarang ini, tenaga kependidikan harus tampil dengan sosok pelayanan yang berkualitas (Engkoswara dalam Danim, 2002).
Berbeda dengan produk fisik, karakteristik pelayanan pendidikan yang berkualitas itu sulit dirumuskan, namun dapat diabstraksikan dan dirasakan oleh pelanggan. Bentuk pelayanan pendidikan yang bermutu antara lain adalah terjadinya secara tepat waktu dan tepat sasaran, perbuatan melayani dilakukan secara hati-hati dan komprehensif dan kesabaran menghadapi masalah-masalah yang tidak dapat diraba.
Menurut Tampubolon (1992:108) dalam Sanusi (1998), mutu adalah “paduan sifat-sifat produk yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, baik kebutuhan yang dinyatakan atau kebutuhan yang tersirat, masa kini dan masa depan”. Selanjutnya Tampubolon mengemukakan dalam “pemahaman umum, mutu dapat berarti mempunyai sifat yang terbaik dan tidak ada lagi yang melebihinya. Mutu tersebut disebut absolute, dan di lain pihak mutu dapat berarti kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan yang disebut mutu relative.” Mutu absolute juga mengandung arti: (1) sifat terbaik itu tetap atau tahan lama, (2) tidak semua orang dapat memiliki, dan (3) eksklusif. Mutu relative selalu berubah sesuai dengan perubahan pelanggan, dan sifat produk selalu berubah sesuai dengan keinginan masyarakat.
Sedang Depdiknas (2001:4) dalam Syafaruddin & Nasution (2005)
mengemukakan paradigma mutu dalam konteks pendidikan mencakup input,
proses, dan output pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Yang dimaksud sesuatu adalah berupa sumber daya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi keberlangsungan proses. Input sumberdaya meliputi sumberdaya
manusia (seperti ketua, dosen, konselor, peserta didik) dan sumberdaya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang bahan-bahan, dan sebagainya). Sedangkan input perangkat meliputi: struktur organisasi, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program, dan lain sebagainya. Input harapan berupa visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input, makin tinggi kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut. Proses pendidikan merupakan proses berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input dilakukan secara
harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang
menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.
Syaodih, dkk (2006:7) mengungkapkan bahwa mutu pendidikan atau mutu sekolah tertuju pada mutu lulusan. Merupakan sesuatu yang mustahil, pendidikan atau sekolah menghasilkan lulusan yang bermutu, jika tidak melalui proses pendidikan yang bermutu pula. Merupakan sesuatu yang mustahil pula, terjadi proses pendidikan yang bermutu jika tidak didukung oleh faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang bermutu pula.
Mutu pembelajaran dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Sekolah dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik dikaitkan dengan tujuan pendidikannya. Mutu pendidikan sebagai sistem selanjutnya tergantung pada mutu komponen yang membentuk sistem, serta proses pembelajaran yang berlangsung hingga membuahkan hasil.
Berkaitan dengan pembelajaran yang bermutu, Pudji Muljono (2006:29) dalam Wahjosumidjo (2008) menyebutkan bahwa konsep mutu pembelajaran mengandung lima rujukan, yaitu: “(1) kesesuaian, (2) daya tarik, (3) efektivitas, (4) efisiensi dan (5) produktivitas pembelajaran”. Penjelasan kelima rujukan yang membentuk konsep mutu pembelajaran dari Pudji Muljono adalah sebagai berikut.
Kesesuaian meliputi indikator sebagai berikut: sepadan dengan karakteristik peserta didik, serasi dengan aspirasi masyarakat maupun perorangan, cocok dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kondisi lingkungan, selaras dengan tuntutan zaman, dan sesuai dengan teori, prinsip, dan / atau nilai baru dalam pendidikan.
Pembelajaran yang bermutu juga harus mempunyai daya tarik yang kuat. Indikatornya meliputi: kesempatan belajar yang tersebar dan karena itu mudah dicapai dan diikuti, isi pendidikan yang mudah dicerna karena telah diolah sedemikian rupa, kesempatan yang tersedia yang dapat diperoleh siapa saja pada setiap saat diperlukan, pesan yang diberikan pada saat dan peristiwa yang tepat, keterandalan yang tinggi, terutama karena kinerja lembaga dan lulusannya yang menonjol, keanekaragaman sumber baik yang dengan sengaja dikembangkan maupun yang sudah tersedia dan dapat dipilih serta dimanfaatkan untuk kepentingan belajar, dan suasana yang akrab hangat dan merangsang pembentukan kepribadian peserta didik.
Efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan tercapainya tujuan, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi, atau “doing the right things”. Pengertian ini mengandung ciri: bersistem (sistematik), yaitu dilakukan secara teratur, konsisten atau berurutan melalui tahap perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan, sensitif terhadap kebutuhan akan tugas belajar dan kebutuhan pembelajar, kejelasan akan tujuan dan karena itu dapat dihimpun usaha untuk mencapainya, bertolak dari kemampuan atau kekuatan mereka yang bersangkutan (peserta didik, pendidik, masyarakat dan pemerintah).
Efisiensi pembelajaran dapat diartikan sebagai kesepadanan antara waktu, biaya, dan tenaga yang digunakan dengan hasil yang diperoleh atau dapat dikatakan sebagai mengerjakan sesuatu dengan benar. Ciri yang terkandung meliputi: merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan model mengacu pada kepentingan, kebutuhan kondisi peserta didik pengorganisasian kegiatan belajar dan pembelajaran yang rapi, misalnya lingkungan atau latar belakang diperhatikan, pemanfaatan berbagai sumber daya dengan pembagian tugas seimbang, serta pengembangan dan pemanfaatan aneka sumber belajar sesuai keperluan, pemanfaatan sumber belajar bersama, usaha inovatif yang merupakan penghematan, seperti misalnya pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran terbuka yang tidak mengharuskan pembangunan gedung dan mengangkat tenaga pendidik yang digaji secara tetap. Inti dari efisiensi adalah mengembangkan berbagai faktor internal maupun eksternal (sistemik) untuk menyusun alternatif tindakan dan kemudian memilih tindakan yang paling menguntungkan.
Produktivitas pada dasarnya adalah keadaan atau proses yang memungkinkan diperolehnya hasil yang lebih baik dan lebih banyak. Produktivitas pembelajaran dapat mengandung arti: perubahan proses pembelajaran (dari menghafal dan mengingat ke menganalisis dan mencipta), penambahan masukan dalam proses pembelajaran (dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar), peningkatan intensitas interaksi peserta didik dengan sumber belajar, atau gabungan ketiganya dalam kegiatan belajar-pembelajaran sehingga menghasilkan mutu yang lebih baik, keikutsertaan dalam pendidikan yang lebih luas, lulusan lebih banyak, lulusan yang lebih dihargai oleh masyarakat, dan berkurangnya angka putus sekolah.
Kaitannya dengan peningkatan kualitas pembelajaran seorang guru, dalam cakupan yang lebih sempit dapat ia lakukan melalui upaya-upaya membenahi cara dia mengajar dengan mendasarkan pada masalah yang ia hadapi selama melakukan pembelajaran. Hal itu dapat dilakukan antara lain melalui PTK, karena
masalah yang terdapat di dalam kelasnya. Melalui pembimbingan yang intensif dalam pelaksanaan PTK untuk guru-guru PAUD, guru akan dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya sejak merencanakan (membuat rancangan kegiatan mingguan dan harian, melaksanakan (mengembangkan metode, media, atau strategi tertentu yang akan memecahkan masalah), dan mengevaluasi pembelajarannya sendiri (mengamati, merefleksikan dan menganalisis secara rinci kemajuan yang diperoleh baik dari sisi perkembangan anak atau kegiatan belajar-mengajarnya).
3. Tutorial
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus, 1997) tutorial adalah: (1) pembimbingan kelas oleh seorang pengajar (tutor) untuk seorang mahasiswa atau sekelompok kecil mahasiswa atau (2) pengajaran tambahan melalui tutor; sedangkan tutor adalah : (1) orang yang memberi pelajaran kepada seseorang atau sejumlah kecil siswa (di rumah, bukan di sekolah) atau (2) dosen yang membimbing sejumlah mahasiswa di pelajarannya. Berdasarkan batasan tersebut, tutorial berarti mengajar orang lain atau memberikan bantuan belajar kepada seseorang. Bantuan belajar tersebut dapat diberikan oleh orang yang lebih tua atau yang sebaya (Wardani, 2005).
Tutorial sebagai sebuah bantuan belajar pada pendidikan jarak jauh dapat diberikan dalam berbagai bentuk, misalnya: tatap muka, tertulis, elektronik, radio, dan lain-lain. Kegiatan tutorial melibatkan orang yang mengajar (tutor) dan orang yang belajar (tutee). Di antara tutor dan tutee terjadi interaksi atau komunikasi, dan inilah yang merupakan inti dari tutorial (Wardani, 2005). Bahan belajar akan dikaji bersama antara tutor dengan tutee melalui interaksi tersebut. Pada tutorial tatap muka, komunikasi yang terjadi antara tutor dan tutee tentu saja terjadi secara langsung.
Tutorial berbeda dengan kegiatan perkuliahan biasa. Pada kegiatan tutorial, pihak yang diharapkan lebih banyak aktif adalah tutee, sedang tutor hanya sebagai fasilitator saja. Tutee harus melakukan berbagai kegiatan pengkajian dengan
difasilitasi oleh tutor; seperti menganalisis berbagai sumber pustaka, mendiskusikan materi yang sukar, menulis makalah, membuat laporan individual atau laporan kelompok, melakukan konseling, mendengarkan informasi dari dosen tamu, serta mendiskusikan tugas-tugas (Hazard, 1967, dalam Wardani, 2005). Sedangkan dalam perkuliahan, biasanya dosen lebih banyak mendominasi kegiatan.
Secara umum fungsi tutorial adalah sebagai berikut.
a. Memenuhi kebutuhan mahasiswa untuk melakukan interaksi akademik
dengan tutor dan dengan sesama mahasiswa. Melalui interaksi ini mereka dapat memecahkan berbagai masalah akademik yang dihadapinya.
b. Membantu atau memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikir.
c. Membantu mahasiswa menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh melalui tugas-tugas yang diberikan oleh tutor dan kemudian diperiksa, dikomentari, dan didiskusikan oleh tutor.
d. Khusus untuk tutorial tatap muka, mahasiswa dapat memenuhi kebutuhan untuk bersosialisasi, sehingga terjalin interaksi sosial dan edukatif antara sesama mahasiswa.
e. Meningkatkan motivasi mahasiswa untuk belajar, lebih-lebih jika kegiatan tutorial mampu menumbuhkan persaingan akademik yang sehat diantara mahasiswa.
f. Memicu, memacu, dan membiasakan mahasiswa untuk belajar mandiri
(autonomous learning); oleh karena itu, tutorial harus mampu membuka jalan (paving the way) bagi mahasiswa untuk melakukan kegiatan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menciptakan kondisi yang kondusif, yaitu kondisi, lingkungan, dan penilaian yang menumbuhkan keinginan untuk belajar (Holmberg, 1995, dalam Wardani, 2005).
Penelitian tentang Efektifitas Pelaksanaan Bimbingan Mata Kuliah PKP Program S1 PGPAUD-UT yang dilakukan oleh Chandrawati, dkk (2009) memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Sebagian besar mahasiswa menerima panduan saat bimbingan mulai
dilaksanakan sehingga mereka tidak memiliki persiapan untuk mengikuti bimbingan PKP
2. Sebagian besar mahasiswa tidak langsung membaca panduan yang diterimanya karena merasa belum perlu membaca sebelum bimbingan.
3. Bimbingan PKP dilaksanakan lebih dari 8 pertemuan karena mahasiswa dan supervisor merasa jumlah tersebut tidak mencukupi. Rata-rata tiap kelompok memerlukan waktu tambahan di luar waktu tutorial (jam kerja atau sabtu minggu) Saat perbaikan pembelajaran tidak dilakukan oleh 2 penilai namun hanya satu yaitu kepala TK tempat mengajar.
4. Mahasiswa yang kepala sekolah, penilai adalah kepala sekolah lain dan tidak melibatkan penilik atau pengawas TK/SD.
5. Mahasiswa tidak dibantu oleh supervisor dalam menyusun SKH
6. Semua supervisor tidak mereview dan menilai rancangan untuk satu siklus pada siklus 1 dan 2 yang dibuat mahasiswa.
7. Simulasi perbaikan pembelajaran tidak dilakukan karena waktunya tidak mencukupi.
8. Supervisor kesulitan dalam membantu mahasiswa menyusun laporan PKP
karena harus dilakukan secara individual dan jumlah mahasiswa yang dibimbing terlalu banyak.
9. Secara umum buku panduan mudah dipahami hanya ukuran tulisan terlalu kecil
sehingga agak menyulitkan untuk dibaca.
Pelaksanaan bimbingan PKP tersebut memang masih menggunakan pola PKP yang lama, sehingga masih perlu diteliti lagi saat ini setelah pelaksanaan pembimbingan PKP di S1 PGPAUD-UT dengan menggunakan pola baru. Selain itu, informasi di lapangan perlu didapatkan dengan lebih jeli lagi melalui pengamatan secara kualitatif karena penelitian di atas baru berdasarkan survey secara tertulis.
C. Kerangka Berpikir
Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan dalam berbagai hal. Salah satunya dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya. PKP merupakan mata kuliah yang memfasilitasi mahasiswa di program studi S1 PGPAUD-UT untuk melakukan PTK di kelasnya sendiri, baik di TK, KB maupun TPA. Untuk melaksanakan PKP ini, mahasiswa mendapat pembimbingan dari supervisor. Berdasarlan pengamatan awal dari peneliti sebagai supervisor, mahasiswa yang menempuh PKP menyatakan sering mengalami berbagai kesulitan sejak melakukan refleksi, merencanakan tindakan perbaikan, hingga melaporkannya menjadi sebuah laporan penelitian. Keluhan semacam ini tidak hanya didengar oleh peneliti pada satu atau dua orang saja, tapi hampir merata pada seluruh mahasiswa yang dibimbing, dari setiap periode pembimbingan. Oleh karena itu, keluhan semacam ini perlu ditindaklanjutti dengan penelitian untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang peranan penguasaan mahasiswa terhadap mata kulliah PKP dikaitkan dengan kemampuan meningkatkan kualitas pembelajaran mereka selama menempuh mata kuliah PKP. Diharapkan dari penelitian ini akan didapatkan masukan yang berharga bagi penyempurnaan pola pembimbingan PKP pada mahasiswa S1 PGPAUD-UT.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A.Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, atau naturalistik, yang dilakukan dengan mengamati secara langsung situasi yang wajar di lapangan tanpa ada intervensi dari peneliti atau dilakukan kontrol /perlakuan terhadap subyek penelitian.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Best, 1982:119, dalam Sukardi, 2008:157). Berdasarkan pada proses pengumpulan data yang dilakukan, penelitian deskriptif termasuk pada jenis penelitian laporan diri (Self-Report Research), dimana informasi dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian.
B. Kehadiran Peneliti
Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai instrumen pengumpul data atau human instrument, sehingga peneliti dapat berhubungan langsung dengan informan dan mampu memahami, menggapai, dan menilai makna dari berbagai interaksi di lapangan. Peneliti berperan sebagai pengamat, juga sebagai partisipan dalam kegiatan yang menjadi kajian penelitian.
C.Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di UPBJJ-UT Serang untuk mahasiswa S1 PGPAUD semester 8 di Pokjar Serpong yang mengikuti bimbingan mata kuliah PKP.
D.Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru PAUD yang berstatus sebagai mahasiswa S1 PGPAUD UT semester 8 yang sedang menempuh mata kuliah PKP. Data yang diperoleh berupa data kualitatif tentang peranan penguasaan langkah-langkah PKP dari para mahasiswa dalam melakukan penelitian dimulai sejak
membuat rancangan tindakan perbaikan, melaksanakan praktek perbaikan pembelajaran sampai dengan membuat laporan pelaksanaan penelitian.
Peneliti akan berfokus pada 1 kelas tutorial dengan jumlah mahasiswa maksimal 15 orang yang dibimbing dalam pelaksanaan PKP. Dimulai dari mellihat rancangan perbaikannya, kemudian melakukan pengamatan langsung kepada beberapa mahasiswa pada saat pelaksanaan perbaikan di kelasnya, sambil mencari data dari pihak-pihak yang terkait seperti supervisor 2, penilai pelaksanaan perbaikan, anak-anak PAUD yang mendapatkan perbaikan pembelajaran, juga para wali murid, lalu melihat proses pembuatan laporan PKP dari para mahasiswa tersebut. Semua sumber data tersebut sejak perancangan tindakan perbaikan hingga pembuatan laporan PKP merupakan sumber data lain yang mendukung proses triangulasi data.
Mengingat keterbatasan waktu dan dana, peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan mahasiswa dibatasi hanya akan dilihat selama mereka menempuh menempuh mata kuliah PKP, tidak akan ditelusuri setelah mahasiswa kembali mengajar kelasnya sebagai tugas keseharian mereka pasca pelaksanaan pembimbingan PKP.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan cara-cara berikut dalam mengumpulkan data. 1. Metode Pengamatan
Penelitian ini menggunakan metode pengamatan terlibat, yaitu teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti melibatkan diri dalam kehidupan dari masyarakat yang diteliti untuk dapat melihat dan memahami gejala-gejala yang ada, sesuai maknanya dengan yang diberikan atau dipahami oleh para warga yang ditelitinya.
Pada penelitian ini, pengamatan dimulai dari ruang kelas pembimbingan saat mahasiswa dibimbing untuk menemukan masalah penelitian berdasarkan refleksi terhadap pembelajaran di kelasnya. Dilanjutkan dengan penyusunan rancangan
tindakan perbaikan pembelajaran di kelas, lalu mengamati pelaksanaan perbaikan pembelajaran di kelasnya pada beberapa mahasiswa, sambil mendapatkan data dari berbagai pihak di lapangan yaitu dari supervisor 2 (biasanya penilik) dan penilai (biasanya kepala lembaga PAUD atau guru senior), anak-anak, juga wali
murid. Untuk memudahkan pengamatan, peneliti akan menggunakan handy cam.
Dilanjutkan lagi dengan pengamatan pada saat pembuatan laporan penelitian di kelas pembimbingan.
Pada keseluruhan proses, peneliti akan mengembangkan catatan lapangan (field notes) di pihak peneliti, dan pembuatan jurnal kegiatan di pihak mahasiswa.
2. Wawancara
Penelitian ini menggunakan metode wawancara kualitatif, dengan menyiapkan terlebih dahulu panduan wawancara yang ditanyakan pada informan. Panduan wawancara sangat berguna agar penggalian data dan informasi dapat terkendali tidak melenceng kemana-mana, meskipun dalam pelaksanaannya kemudian sangat tergantung pada improvisasi peneliti di lapangan. Pihak-pihak yang akan diwawancarai adalah: mahasiswa S1 PGPAUD UT yang menempuh PKP dan melaksanakan penelitian di kelasnya sendiri, Supervisor 2 dan penilai (penilik atau kepala lembaga PAUD dan teman sejawat senior) tempat mahasiswa melakukan penelitian, dan beberapa anak TK/KB yang sudah memungkinkan untuk dilakukan wawancara.
3. Focus Group Discussion (FGD)
Peserta dalam diskusi kelompok terfokus adalah kelompok-kelompok mahasiswa yang berstatus guru kelas dan beberapa supervisor yang membimbing mata kuliah PKP di PGPAUD-UT. Pada proses ini peneliti dapat berfungsi ganda baik sebagai moderator, pendengar, pengamat maupun penganalisis data dengan proses induktif.
Melalui FGD ini, peneliti mendiskusikan berbagai kendala dan gambaran pelaksanaan pembimbingan PKP di PGPAUD-UT, yang bisa jadi agak sedikit berbeda dari satu kelas dengan kelas lainnya, yang diharapkan akan memperkaya penelitian ini.
4. Analisis Dokumen
Beberapa dokumen yang dianalisis antara lain adalah: bahan ajar Panduan PKP, GBPKB TK atau menu generik pembelajaran KB atau TPA, dan standar kompetensi guru PAUD. Juga beberapa dokumen yang dibuat oleh mahasiswa berupa rancangan perbaikan tindakan tiap siklus, Rancangan Kegiatan Harian (RKH), lembar refleksi yang sudah terisi, dan hasil penilaian mahasiswa terhadap kemajuan anak.
Kisi-kisi instrumen yang dikembangkan adalah sebagai berikut. Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen
No. Variabel Indikator
Teknik & Instrumen pengumpulan data Sumber Data 1. Penguasaan materi PKP a. Pemahaman langkah-langkah PTK b. Kendala dalam memahami materi PKP c. Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan mahasiswa terhadap pemahaman materi PKP, dan pengelolaan pendidikan Kuesioner Wawancara FGD Analisis dokumen Guru Tutor PKP Supervisor PKP 2. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran di kelas a.Kesulitan selama melakukan perbaikan pembelajaran. b.Pemahaman PTK mahasiswa di lapangan. Kuesioner Wawancara Analisis dokumen Guru Kepsek Pengawas Orang tua murid Anak-anak
dari penelitian bagi anakdan guru. memungkink an) 3. Penyusunan laporan PKP a. faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan menuliskan hasil penelitian Laporan PKP. b. Kendala dalam menuliskan laporan PKP (bab tersulit) c. Kegunaan jurnal pembimbingan untuk membuat laporan PKP d. Suasana pembimbingan yang diinginkan (rasio mahasiswa pembimbuingm jumlah pertemuan) Kuesioner Wawancara FGD Analisis dokumen Guru Supervisor PKP Pemeriksa laporan PKP F. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara induktif, proses analisis tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dari fakta empiris. Peneliti terjun langsung ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan. Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat diinterpretasikan temuannya kepada orang lain Bogdan dan Biklen (1982) dalam Moleong (1989). Dengan demikian, temuan peneliti di lapangan yang kemudian dibentuk ke dalam bangunan teori, hukum, bukan dari teori yang telah ada, melainkan dikembangkan dari data lapangan (induktif).
Analisis ini diperlukan terutama untuk melihat kesesuaian dari berbagai sumber data yang dikumpulkan, baik dari hasil pengamatan (catatan lapangan dan jurnal kegiatan
mahasiswa), rancangan perbaikan dan RKH, hasil wawancara, hasil FGD, dan laporan PKP.
G.Triangulasi Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu, yaitu triangulasi sumber, metode dan teori (Moleong , 1989:178).
Dalam penelitian ini, hanya dilakukan triangulasi sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui melalui alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Sumber-sumber data yang dimaksud adalah dari berbagai dokumen tertulis, hasil pengamatan selama proses pembimbingan (dari handy cam, catatan lapangan dan jurnal kegiatan mahasiswa), hasil wawancara dengan berbagai pihak (mahasiswa, kepala PAUD, anak-anak, wali murid), dan hasil FGD (mahasiswa dan tutor PKP).
H.Tahap-tahap Penelitian
Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Peneliti melakukan serangkaian wawancara dan menyebar angket kepada
mahasiswa semester 8 di awal pelaksanaan bimbingan PKP untuk memperoleh informasi awal .
2. Selanjutnya, peneliti juga berperan sebagai supervisor 1 yang membimbing mata kuliah PKP selama 8 kali pertemuan.
3. Pada pelaksanaan tutorial, peneliti mengumpulkan data dari seluruh mahasiswa yang dibimbingnya (10-15 orang). Selain wawancara dan observasi yang dilakukan secara intensif selama 8 kali pertemuan, peneliti juga meminta tiap mahasiswa membuat jurnal kegiatan pembimbingan PKP dengan format essay, berisi tentang kendala-kendala, harapan atau kemajuan selama mengikuti bimbingan PKP, dari sejak merancang PKP hingga menyelesaikan laporan.
4. Peneliti melakukan pengamatan di lapangan tentang pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada beberapa mahasiswa, sekaligus melakukan wawancara terhadap supervisor 2, penilai, wali murid dan anak-anak TK sebagai upaya triangulasi data.
5. Semua data yang diperoleh dianalisis dan dielaborasi untuk mendapatkan informasi yang utuh.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil data yang diperoleh dari mahasiswa, supervisor 2 dan penilai selama bimbingan PKP dapat dipilah dalam beberapa aspek sesuai tujuan penelitian yaitu sebagai berikut.
A. Pemahaman Mahasiswa Tentang PKP
Beberapa pertanyaan diajukan pada mahasiswa pada waktu pertemuan pertama bimbingan PKP. Jawaban mahasiswa tersebut dapat dibagi lagi dalam beberapa tabel berikut.
1. Pemahaman terhadap PKP
Data tentang pemahaman mahasiswa tentang PKP di awal pertemuan bimbingan dapat dirangkum pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Pemahaman mahasiswa terhadap PKP Pemahaman Mahasiswa Terhadap PKP
NO SUBJEK PENDAPAT
1. My PKP adalah mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan
profesional yang lebih baik sebagai guru/pendidik pada lembaga PAUD.
2. Ft Kemampuan guru untuk mencari permasalahan di kelas untuk
dianalisis dan merumuskan masalah dalam kegiatan
pengembangannya.
3. DI - (tidak datang mengikuti pembimbingan)
4. KS - (tidak datang mengikuti pembimbingan)
5. SrL PKP adalah mata kuliah untuk membuat para guru lebih baik
lagi dalam mengajar, karena dengan mata kuliah PKP ini guru dituntut untuk lebih kreatif baik dalam laporan maupun dalam praktek mengajar.
seorang guru mampu mengembangkan pemantapan profesional guru.
7. St Penelitian yang dilakukan agar masalah-masalah yang dihadapi
seorang guru mampu mengembangkan pemantapan kemampuan profesional guru.
8. SpY Merupakan matakuliah yang akan membimbing mahasiswa
dalam menerapkan prinsip-prinsip PTK, dalam kegiatan pengembangan yang dikelola sendiri. Kemampuan yang diharapkan adalah dalam menemukan, menganalisis, dan merumuskan masalah, dan dapat memecahkan masalah dalam merencanakan kegiatan harian.
9. NL PKP merupakan mata kuliah untuk pengembangan tindakan
kelas.
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa mahasiswa secara umum sudah memahami bahwa PKP adalah mata kuliah yang dirancang untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip PTK dalam kelasnya sendiri. Hanya 1 orang mahasiswa yang tampaknya belum terlalu paham dengan mengatakan, ”PKP adalah mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan profesional yang lebih baik sebagai guru/pendidik pada lembaga PAUD”.
2. Hal yang diingat tentang PTK
Sebelum kuliah dimulai pada pertemuan pertama, juga ditanyakan tentang mata kuliah PTK yang dulu pernah didapatkan mahasiswa di semester 6. Terhadap pernyataan tersebut, jawaban mahasiswa adalah sebagai berikut.
Tabel 4. Hal yang Diingat tentang PTK Hal yang diingat tentang PTK
NO SUBJEK PENDAPAT
1. My PTK adalah mahasiswa menerapkan prinsip-prinsip PTK dalam
kegiatan pengembangan yang dikelolanya.
2. Ft Memperbaiki masalah dalam kegiatan belajar
diberikan.
Menemukan kekurangan dan kelebihan diri dalam merancang dan melaksanakan melalui kegiatan refleksi yang dilakukan.
3. DI - (tidak datang mengikuti pembimbingan)
4. KS - (tidak datang mengikuti pembimbingan)
5. SrL PTK adalah mata kuliah yang mengajarkan tentang bagaimana
seorang guru dalam melakukan PTK. PTK mengajarkan para guru untuk lebih baik lagi dalam proses pengajaran maupun dalam melakukan tindakan-tindakan di dalam kelas.
6. RsW PTK di kelas dilihat dari masalah-masalah dalam pembelajaran di kelas. Dilakukan penelitian agar semua masalah-masalah dapat terpecahkan.
7. St PTK dilihat dari masalah-masalah dalam pembelajaran di kelas.
Dilakukan penelitian agar semua masalah-masalah dapat
terpecahkan.
8. SpY Mencari dan memperbaiki KBM yang setiap hari dilaksanakan,
dengan belajar PTK seorang tenaga pengajar harus mencari metode-metode pengajaran yang lebih atraktif, menarik sesuai dengan usia anak. Memahami tentang perkembangan AUD.
9. NL Yang saya ingat tentang mata kuliah PTK yaitu tentang bagaimana memecahkan masalah yang muncul di kelas, dan mengajarkan tentang tindakan kelas yang akan diambil dalam memecahkan masalah. Mata kuliah PTK juga mengajarkan guru melakukan PTK dalam memecahkan masalah.
Jawaban pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa mahasiswa secara umum masih mengingat esensi mata kuliah PTK dengan benar, meskipun mata kuliah itu sudah diberikan cukup lama yaitu di semester 6. Hanya satu orang mahasiswa yang jawabannya tampak kurang yakin dengan mengatakan, ”PTK adalah mahasiswa menerapkan prinsip-prinsip PTK dalam kegiatan pengembangan yang dikelolanya”. Pendapat para mahasiswa tersebut juga diperkuat dengan keterangan mahasiswa secara
lisan, bahwa mereka pernah diminta membuat proposal penelitian tindakan kelas saat duduk di semester 6.
3. Kesulitan yang dibayangkan tentang PTK
Berkaitan dengan kesulitan yang mungkin akan terjadi selama melaksanakan perbaikan pembelajaran di kelasnya masing-masing di TK, jawaban mahasiswa dapat dirangkum pada tabel berikut.
Tabel 5. Kesulitan yang Dibayangkan tentang PTK Kesulitan yang dibayangkan tentang PKP
NO SUBJEK PENDAPAT
1. My Untuk menulis laporan
2. Ft Perumusan masalahnya
3. DI - (tidak datang mengikuti pembimbingan)
4. KS - (tidak datang mengikuti pembimbingan)
5. SrL Kesulitan yang saya bayangkan:
Banyaknya praktek
Banyaknya pembuatan RKH, refleksi.
Banyaknya data-data dalam pembuatan laporan
6. RsW Mencari masalah yang tepat untuk diteliti dan menyusun laporan-laporan
7. St Mencari masalah yang tepat untuk diteliti dan menyusun
laporan-laporan
8. SpY Banyak praktek
Mengumpulkan data
Banyak tugas-tugas
Membuat laporan
9. NL Dalam membuat laporan.
Banyak praktek dan membuat RKH
Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa saat ditanyakan tentang kesulitan yang dibayangkan tentang PKP, maka jawaban dari mahasiswa adalah terutama tentang pembuatan laporan PKP. Menyusul tentang menemukan masalah penelitian, lalu
tentang banyaknya tugas dan praktek di lapangan. Berdasarkan pengalaman tutor untuk mata kuliah PKP pada semester-semester sebelumnya, memang yang menjadi momok menakutkan bagi mahasiswa adalah dalam membuat laporan PKP. Hal ini dikarenakan mahasiswa belum terbiasa mengungkapkan gasasan dalam bahasa formal yang terstruktur secara ilmiah. Perumusan masalah juga mereka bayangkan cukup sulit, bukan karena di kelasnya tidak ada masalah, tapi belum paham masalah mana yang layak atau tak layak untuk dilakukan perbaikan dengan PTK. Masalah selanjutnya adalah tentang praktik, dimana setiap mahasiswa harus melakukan praktik perbaikan selama 10 hari (5 hari pada siklus 1, dan 5 hari pada siklus 2). Meskipun praktek tersebut dilakukan di kelasnya sendiri, tetapi karena untuk tujuan penelitian maka harus ada tindakan yang mengerucut pada pemecahan masalah, dan juga tak bisa sembarangan karena praktik perbaikan tersebut dinilai oleh supervisor 2.
4. Masalah yang paling sering muncul di kelas pada saat anak belajar
Mahasiswa juga ditanyakan tentang masalah yang paling sering muncul di kelasnya sendiri. Pertanyaan ini untuk melihat apakah mahasiswa dapat membedakan mana masalah yang layak diselesaikan dengan PTK dan mana yang tidak. Hasilnya disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 6. Masalah yang Paling Sering Muncul di TK Masalah yang paling sering muncul di kelas pada saat anak belajar NO SUBJEK PENDAPAT
1. My - (tidak mengisi)
2. Ft Ada 1 anak yang tidak fokus, selalu tiduran di karpet dan tidak mau mengerjakan tugas.
Kegiatan membaca permulaan.
Motorik halusnya
3. DI - (tidak datang mengikuti pembimbingan)
4. KS - (tidak datang mengikuti pembimbingan)
5. SrL Anak kurang konsentrasi dalam mendengarkan ketika guru sedang
menjelaskan.
7. St - (tidak mengisi)
8. SpY Motorik halus
9. NL Masalah yang sering muncul:
Anak laki-laki sering berebut mainan, dan susahnya anak konsentrasi dalam mendengarkan guru.
Anak terlalu aktif dalam kegiatan bercakap-cakap.
Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa masalah yang sering muncul di TK sangat beragam, terjadi dalam berbagai bidang pengembangan. Termasuk masalah perilaku (anak tiduran di karpet, tidak mau mengerjakan tugas, kurang konsentrasi saat mendengarkan, berebut mainan, belum tertib saat kegiatan ibadah), bahasa ( kesulitan dalam membaca permulaan, terlalu aktif dalam bercakap-cakap), dan motorik halus. Namun tak semua masalah ini layak untuk diselesaikan melalui PTK. Pertanyaan ini kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang kriteria masalah yang layak untuk dicarikan jalan keluar melalui PTK, lalu meminta mahasiswa untuk membuat analisa dari berbagai masalah yang sudah dia sampaikan.
5. Hal yang sulit dan yang mudah jika diminta menuliskan laporan PTK.
Berikutnya, ditanyakan pada mahasiswa tentang apa saja hal yang sulit dan hal yang mudah jika diminta menuliskan laporan PTK. Jawaban dari mahasiwa dirangkum dalam tabel berikut.
Tabel 7. Hal Tersulit dan Termudah dalam Pembuatan Laporan PKP Hal tersulit dan termudah dalam pembuatan laporan PKP
NO SUBJEK PENDAPAT
1. My Sulit: konsentrasi dalam memusatkan perhatian.
2. Ft Sulit: penjabaran dalam pembuatan laporannya (bahasanya)
Mudah: Pembuatan SKH
3. DI -
4. KS -
5. SrL Sulit: Mencari teori pembelajaran
Mudah: Di kelas sendiri dan dinilai oleh kepala sekolah.
tepat dan sesuai dalam mencari siklus-siklus bagi kelas sentra. Mudah: praktek dalam kelas sendiri, karena sudah ada dalam penyusunan RKH dalam laporan.
7. St - (tidak menjawab) 8. SpY Sulit: Mencari judul Mencari teori Mencari metode 9. NL Sulit: Menyusun kata-kata
Mencari judul dan teori pembelajaran Mudah:
Meneliti di kelas sendiri
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa hal yang dianggap sulit oleh mahasiswa terutama adalah dalam: mencari judul penelitian, mencari teori, dan mencari metode, sulit dalam konsentrasi memusatkan perhatian, dan pembuatan laporan, terutama dalam menyusun kata-kata. Tentang pembuatan laporan ini secara lisan juga memang banyak dikeluhkan oleh mahasiswa. Padahal mereka sendiri belum mengalaminya, karena pertanyaan ini diajukan pada pertemuan pertama bimbingan PKP. Kemungkinan hal tersebut dirasakan sulit karena para mahasiswa sudah mendapatkan cerita dari para senior angkatan kakak kelasnya.
Sedangkan yang dianggap mudah oleh mahasiswa adalah karena meneliti di kelas sendiri, dan dalam pembuatan SKH/RKH. Meneliti di kelas sendiri mungkin akan membuat mahasiswa merasa jauh lebih nyaman karena tidak harus meningggalkan tugasnya mengajar, dan tidak harus menghadapi lingkungan baru. Sedang pembuatan RKH juga merupakan pekerjaan mereka sehari-hari, sehingga tidak menjadi beban yang memberatkan.
Selain itu, peneliti juga menanyakan pada Supervisor 2 (dan Penilai) yang membimbing mereka di lapangan, tentang pemahaman PKP dari mahasiswa-mahasiswa yang mereka
dalam praktik PKP. Artinya, beberapa penilai tidak bersedia memberikan jawaban, hanya ada 3 penilai yang bersedia memberikan jawaban. Sedang semua Supervisor 2 mau memberikan jawaban. Pertanyaan ini diajukan di akhir penelitian kepada tiap supervisor 2/penilai yang membimbing mahasiswa. Pertanyaan yang diberikan tersebut mencakup: apakah masalah penelitian sesuai dan terjadi di lapangan; pendapat supervisor 2/penilai tentang Rancangan Satu Siklus, skenario kegiatan, dan RKH yang dibuat mahasiswa; dan apakah mahasiswa fokus pada penyelesaian masalah PTK. Berikut hasil dari pendapat para supervisor 2 dan penilai.
1. Masalah penelitian sesuai dan terjadi di lapangan
Pertanyaan pertama yang diajukan pada supervisor 2/ penilai adalah melihat apakah masalah penelitian yang diangkat mahasiswa sudah sesuai untuk diselesaikan dengan cara PTK, dan apakah masalah tersebut benar-benar terjadi di kelas mahasiswa.
Tabel 8. Pendapat Supervisor 2/Penilai Tentang Kesesuaian Masalah Penelitian Apakah masalah penelitian sesuai dan terjadi di lapangan
NO SUBJEK SUP PENDAPAT
1. My ES Ya
AA Ya
2. Ft Y Ya benar. Masalah penelitian yang diangkat memang benar
dan sesuai dengan permasalahan yang terjadi di lapangan saat ini.
SH Ya benar
3. DI BeH Ya. Masalah yang dikemukakan memang sesuai dengan
permasalahan yang terjadi di kelas sehari-hari.
YI Ya, masalah tersebut sering terjadi dan memang sesuai dengan fakta yang ada.
4. KS YI Iya, dan hal itu memang kenyataan yang terjadi
5. SrL LK Ya, karena masalah disiplin dalam mengucapkan kata-kata
yang baik masih perlu latihan dan bimbingan sehingga anak terbiasa untuk mengucapkannya.
7. St Nh Iya
8. SpY DW Sudah pasti penelitian yang diangkat oleh ibu Spy sudah
sesuai dan memang yang terjadi di lapangan, sehingga hal ini dapat memudahkan untuk dilakukannya perbaikan.
9. NL YS Ya. masalah yang diangkat sesuai terjadi di lapangan
Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa semua supervisor 2 menyatakan jika mahasiswa sudah mengambil masalah yang memang benar-benar terjadi di kelasnya. Sebagai kepala sekolah di tempat mahasiswa mengajar, supervisor 2 adalah orang yang cukup tahu tentang masalah-masalah yang terjadi di tiap kelas yang ada di TK-nya. Jika supervisor menyatakan bahwa masalah tersebut memang terjadi di lapangan, itu artinya kekhawatiran bahwa mahasiswa mereka-reka masalah di lapangan padahal sebenarnya tidak terjadi, tidak terbukti. Beberapa supervisor 2 memberikan penjelasan tambahan. Misalnya supervisor LK yang menyatakan, “Tentang masalah disiplin dalam mengucapkan kata-kata yang baik masih perlu latihan dan bimbingan sehingga anak terbiasa untuk mengucapkannya”.
2. Pendapat Tentang Rancangan Satu Siklus
Pertanyaan berikutnya adalah pendapat mereka tentang rancangan satu siklus yang telah dibuat oleh mahasiswa. Jawaban dari para supervisor 2/penilai dapat dirangkum dalam tabel berikut.
Tabel 9. Pendapat Supervisor 2/Penilai tentang rancangan satu siklus Pendapat tentang Rancangan satu siklus
NO SUBJEK SUP PENDAPAT
1. My ES Baik, kegiatan yang dibuat sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai
AA Indikator yang dipilih sesuai dengan masalah penelitian.
2. Ft Y Program dirancang secara berkesinambungansesuai dengan
tahap perkembangan peserta didik dan terimplementasi
secara terukur yang merupakan target dari bidang
pengembangan yang ingin dicapai