• Tidak ada hasil yang ditemukan

Surface Temperature Distribution in West-East Transition Season Related to Small Pelagic Fish Fishing Ground in Spermonde Waters ABSTRACT PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Surface Temperature Distribution in West-East Transition Season Related to Small Pelagic Fish Fishing Ground in Spermonde Waters ABSTRACT PENDAHULUAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN PADA MUSIM PERALIHAN BARAT-TIMUR TERKAIT DENGAN FISHING GROUND IKAN PELAGIS KECIL

DI PERAIRAN SPERMONDE

Surface Temperature Distribution in West-East Transition Season Related to Small Pelagic Fish Fishing Ground in Spermonde Waters

Abd. Rasyid J. 1 1)

Staf pengajar Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makssar Diterima: 9 Desember 2009; Disetujui: 10 Maret 2010

ABSTRACT

Temperature is a very important parameter in the marine environment and affect directly or indirectly to the marine environment. Oceanographic parameters of temperature is the easiest to learn. Some research shows that fish are very sensitive to temperature changes, although its value is very small ( 0.1oC). Retrieval of field data for 3 (three) months, in April-June 2009, other than that in this study also uses the image data acquisition for 2 year data (October 2007 - June 2009). Location of research in these areas as the center or base (fishing base) of small pelagic fish in the waters of the archipelago Spermonde, District Pangkep especially in areas purse seine fishing gears by fishing. Based on the results of these studies provided information that sea surface temperatures in the transitional seasons of West-East is at a fairly high range of 26o - 33.9oC in April and 27.6o - 33.2oC in May. Arrest conditions that fluctuate in some conditions of temperature and its relationship with sea surface temperature distribution in the archipelagic waters Spermonde showed a tendency of small pelagic fish have the ability to adapt to the temperature range of the measurement results of 28oC – 30oC. But the trend is catching optimal temperature range 29oC - 30oC.

Keywords : temperature, transitional seasons, fishing ground

PENDAHULUAN

Gugusan pulau-pulau yang terletak di Selat Makassar salah satunya adalah kepulauan

Spermonde. Kabupaten Pangkep merupakan salah satu kawasan dari gugusan kepulauan Spermonde,

merupakan daerah penangkapan ikan pelagis kecil yang sangat potensial. Keberadaan daerah penangkapan ikan bersifat dinamis, karena secara alamiah ikan pelagis kecil selalu mencari habitat yang lebih sesuai. Habitat tempat ikan pelagis kecil sangat dipengaruhi oleh kondisi oseanografi, diantaranya suhu permukaan yang berpengaruh pada dinamika atau pergerakan air laut baik secara horizontal maupun secara vertical.

Suhu merupakan parameter yang sangat penting dalam lingkungan laut dan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan laut. Soesono (1974), mengatakan bahwa suhu adalah salah satu sifat fisika air laut yang dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan organisme perairan, disamping itu suhu sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut dalam air.

Suhu merupakan parameter oseanografi yang paling mudah untuk dipelajari. Beberapa hasil penelitian menujukkan bahwa ikan sangat peka terhadap perubahan suhu, walaupun nilainya sangat kecil ( 0,1oC), sebagai contoh ikan telestoi melakukan respon dengan perubahan suhu sebesar 0,03oC (Brotowidjoyo, dkk, 1995).

Suhu permukaan di perairan Indonesia berkisar antara 26oC – 30oC. Di perairan Indonesia, suhu maksimum terjadi pada musim pancaroba I (sekitar April – Mei) dan musim pancaroba II (sekitar November). Pada saat tersebut angin relatif lemah sehingga proses pemanasan di permukaan

1)

Korespondensi:

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Jl. P. Kemerdekaan Km 10 Kampus Unhas Tamalanrea Makassar Telp. (0411) 587000; Email: fayufi@yahoo.com

(2)

terjadi lebih kuat. Tingginya intensitas penyinaran dan dengan kondisi permukaan laut lebih tenang menyebabkan penyerapan panas ke dalam air laut lebih tinggi sehinga suhu air menjadi maksimum. Sebaliknya pada musim barat (Desember – Pebruari) suhu mencapai minimum. Hal ini disebabkan karena pada musim tersebut kecepatan angin sangat kuat dan curah hujan yang tinggi. Tingginya curah hujan yang berarti intensitas penyinaran relatif rendah dan permukaan laut yang lebih bergelombang mengurangi penetrasi panas ke dalam air laut, hal inilah yang mengakibatkan suhu permukaan mencapai minimum. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai sebaran suhu permukaan laut dan fishing ground ikan pelagis kecil di Perairan Spermonde.

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Pengambilan data lapangan selama 3 (tiga) bulan, yaitu pada bulan April – Juni 2009, selain itu dalam penelitian ini juga menggunakan data citra data akuisisi selama 2 tahun (Oktober 2007 – Juni 2009). Lokasi penelitian pada daerah-daerah yang merupakan sentra atau basis (fishing base)

ikan pelagis kecil di perairan kepulauan Spermonde, Kabupaten Pangkep khususnya pada wilayah penggunaan alat tangkap purse seine oleh nelayan.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan

Pelaksanaan penelitian menggunakan beberapa peralatan pendukung dalam pengambilan data lapangan sampai pengolahan data seperti dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Peralatan yang digunakan

No Peralatan Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 GPS Garmin 12 XL Current meter Layang-layang arus Stopwatch Kompas Fishfinder Garmin 120

Van Dorn Water Sampler purse seine

Water Quality Checker Hand anemometer

Bendera

Penentuan posisi

Pengukuran kecepatan arus Indikator arah arus

Penghitungan waktu Pengukuran arah Pengukuran kedalaman Pengambilan sampel air Alat tangkap ikan pelagis Pengukuran kualitas air Pengukuran kecepatan angin Penentuan arah angin

(3)

Pelaksanaan Penelitian

Data suhu permukaan laut dari satelit AQUA MODIS (Moderate Resolution Imaging

Spectroradiometer) yang digunakan merupakan data mingguan dari Oktober 2007 Juni 2009. Data

citra suhu permukaan laut dimaksudkan untuk mengamati dinamika oseanografi dalam jangkauan yang luas pada perairan pantai Sulawesi khususnya kepulauan Pangkep yang merupakan alur Arlindo. Suhu juga diukur secara in situ sebagai langkah validasi data citra pada penelitian ini dengan menggunakan alat Water Quality Checker.

Analisis Data

Sebaran parameter suhu dan kedalaman yang merupakan data dari citra satelit dan lapangan digambarkan secara mendatar, dengan menggunakan alat bantu perangkat lunak Surferv 7.0 pada musim peralihan. Sedangkan data citra tersebut diolah menggunakan software Er-Mapper 7.0

dengan sebuah formula baku dari LAPAN.

Selanjutnya untuk melihat keterkaitan antara parameter oseanografi khususnya suhu dengan lokasi penangkapan ikan pelagis kecil maka dianalisis data citra dan lapangan menggunakan bantuan dua metode analisis, yakni analisis statistik (program analisis data SPSS 11.8 dan microsoft exel), dan analisis Polynomial.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi

Perairan Kepulauan Spermonde merupakan paparan yang terletak di sebelah luar Sulawesi Selatan, terpisah sepenuhnya dari Paparan Sunda yang terletak diseberang Selat Makassar, terdiri dari banyak pulau-pulau dan shelf banks. Kawasan perairan kepulauan ini pada bagian selatan mulai dari Kabupaten Takalar, Kota Makassar, Kabupaten Pangkep, hingga Kabupaten Barru pada bagian utara pantai Barat Sulawesi Selatan (Gambar 2).

Gambar 2. Peta Administrasi Kabupaten Pangkep

Kabupaten Pangkep yang merupakan salah satu kawasan dari gugusan kepulauan Spermonde

terdiri dari 12 kecamatan yaitu sembilan kecamatan daratan dan tiga kecamatan Kepulauan. Sembilan kecamatan yang terletak di daratan adalah Kecamatan Balloci, Tondong Tallasa, Minasa Tene, Pangkajene, Bungoro, Labakkang, Ma’rang, Segeri, Mandalle. Adapun kecamatan yang berada di kepulauan adalah Kecataman Liukang Tupabbiring, Liukang Tangngaya, dan Liukang Kalmas,

(4)

dengan 112 pulau, 74 berpenghuni dengan jumlah penduduk 51.469 jiwa (34%). Luas Laut Kabupaten Pangkep adalah 11.464,44 km2 dan luas pulau kecil 35.150Ha. Panjang garis pantai 250 Km dan luas terumbu karang 36.000 Km2 dengan mayoritas pekerjaan adalah sebagai nelayan (DKP Kabupaten Pangkep, Tahun 2007).

Musim Peralihan Barat – Timur

Kejadian musim peralihan dari barat ke timur berlangsung pada bulan Maret, April dan Mei. Ketersediaan data yang diperoleh yakni April 2009 dan Mei 2009. Secara umum, keadaan suhu selama musim peralihan menunjukkan kisaran yang bervariasi yakni 26 – 33,9oC. Namun sebaran suhu dalam setiap bulannya menunjukkan variasi yang berbeda pula. Adapun sebaran suhu permukaan laut dalam setiap bulan selama musim peralihan ditampilkan pada Gambar 3 dan 4. Citra yang dapat menggambarkan kondisi SPL di Bulan April diperoleh empat data akuisisi citra yakni: 8 April 2009, 11 April 2009, 16 April 2009, dan 27 April 2009.

Keadaan suhu permukaan laut selama bulan April 2009 menunjukkan pola penyebaran suhu yang merata dengan perubahan variasi suhu yang signifikan. Sebaran suhu di bulan April 2009 dari minggu I menunjukkan kisaran suhu pada 30,8 – 33,2oC, yang kemudian menurun di minggu II menjadi 26,8 – 33,2oC. Memasuki minggu III, kembali menurun pada kisaran 26,0 – 29,2oC. dan saat minggu IV, kondisi suhu mulai meningkat yakni pada kisaran 27,6 – 31,6oC. Adanya fluktuasi suhu dimungkinkan oleh pengaruh input sungai, dan kondisi curah hujan.

Gambar 3. Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) di Bulan April 2009

Citra yang dapat menggambarkan kondisi SPL di Bulan Mei diperoleh empat data akuisisi citra yakni: 1 Mei 2009, 2 Mei 2009, 3 Mei 2009, dan 11 Mei 2009.

Keadaan suhu permukaan laut memasuki bulan Mei 2009 menunjukkan sebaran suhu pada kisaran 27,6 – 33,2oC dengan perubahan yang tidak begitu signifikan. Suhu terendah dan tertinggi dijumpai dalam cakupan area yang tidak begitu luas. Secara keseluruhan wilayah perairan didominasi oleh kisaran suhu antara 29,2 – 32,4oC. Pada minggu II, keadaan suhu di perairan dekat pantai mengalami peningkatan hingga 32,4oC yang kemudian berlanjut pada minggu berikutnya hingga 33,2oC. Namun dengan adanya gerakan massa air dengan suhu yang lebih rendah dari barat daya ke utara dan timur laut menyebabkan perairan di sekitar pantai mengalami penurunan suhu menjadi 31,6oC, dan mengalami penyebaran suhu yang hampir merata di seluruh permukaan perairan.

Bulan April 2009

2009

(5)

Gambar 4. Sebaran Suhu Permukaan Laut di Bulan Mei 2009

Kondisi oseanografi khususnya suhu dapat mengalami fluktuasi baik harian maupun musim, dan dapat ditemui adanya kondisi yang ekstrim. Sumberdaya ikan pelagis kecil bergantung pada kondisi lingkungan, sehingga ketika terjadi perubahan kondisi lingkungan menyebabkan ikan akan merespon dengan menghindar dari lingkungan yang tidak sesuai. Respon ini menunjukan bahwa pada sumberdaya ikan terdapat batas-batas toleransi terhadap perubahan berbagai kondisi lingkungan, sebagaimana diungkapkan oleh Nybakken (1992) bahwa setiap spesies dalam komunitas mempunyai daya toleransi tertentu terhadap tiap - tiap faktor dan semua faktor lingkungan.

Hasil tangkapan pada bulan April – Juni 2009 di beberapa lokasi penangkapan menunjukkan fluktuasi di beberapa kondisi suhu permukaan laut, seperti dapat dilihat pada Gambar 5.

Berdasarkan Gambar 5, kondisi hasil tangkapan optimal cenderung semakin tinggi hingga pada suhu permukaan laut 29,80C yakni 187,9 kg, dan cenderung menurun dengan meningkatnya suhu. Pada suhu tertinggi yakni 30,30C , hasil tangkapan 85 kg.

Gambar 5. Fluktuasi Hasil Tangkapan dalam beberapa Kondisi Suhu Permukaan Laut

0 50 100 150 200 28 .3 28 .4 28 .4 28 .4 28 .5 28 .5 28 .5 28 .6 28 .8 28 .9 28 .9 29 .0 29 .0 29 .6 29 .7 29 .8 29 .8 29 .8 29 .9 29 .9 29 .9 30 .0 30 .0 30 .2 H a si l T a n gk a p a n (k g) Suhu (o)

Kondisi Hasil Tangkapan terhadap Suhu

Apr-09 Mei-09 Juni-09

Bulan Mei

2009 2009

(6)

Kondisi penangkapan yang berfluktuasi dalam beberapa kondisi suhu pada Gambar 5 serta hubungannya dengan sebaran suhu permukaan laut di perairan kepulauan Spermonde menunjukkan kecenderungan ikan pelagis kecil memiliki kemampuan beradaptasi pada kisaran suhu hasil pengukuran yakni 280C – 300C. Namun kecenderungan penangkapan optimal berada pada kisaran suhu 29oC – 30oC. Reddy (1993) menyatakan bahwa, ikan adalah hewan berdarah dingin, yang suhu tubuhnya selalu menyesuaikan dengan suhu sekitarnya. Selanjutnya dikatakan pula bahwa ikan mempunyai kemampuan untuk mengenali dan memilih range suhu tertentu yang memberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas secara maksimum dan pada akhirnya mempengaruhi kelimpahan dan distribusinya.

Semua organisme laut (kecuali mammalia) bersifat poikilotermik yaitu tidak dapat mengatur suhu tubuhnya. Selama hidupnya suhu tubuh organisme perairan sangat tergantung pada suhu air laut tempat hidupnya. Oleh karena itu adanya perubahan suhu air akan membawa akibat yang kurang menguntungkan bagi organisme perairan, diantaranya kematian, menghambat proses pertumbuhan, mengganggu proses respirasi, dan lain-lain.

Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas terlihat selama pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat mulainya pemijahan pada beberapa jenis ikan. Suhu air dan arus selama dan setelah pemijahan adalah faktor - faktor yang paling penting yang menentukan “kekuatan keturunan” dan daya tahan larva pada spesies - spesies ikan yang paling penting secara komersil. Suhu ekstrim pada daerah pemijahan (spawning ground) selama monsun pemijahan dapat memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada di daerah tersebut. Perubahan suhu jangka panjang dapat mempengaruhi perpindahan tempat pemijahan dan fishing ground secara periodik (Reddy, 1993).

Meskipun kondisi hasil tangkapan berfluktuasi terhadap berbagai kondisi suhu, tetapi ditemukan adanya pola yang menunjukkan kecenderungan hubungan antara suhu terhadap hasil tangkapan. Hal ini ditunjukkan dari grafik dan trendline polynomial hasil tangkapan maksimum pada setiap kondisi suhu yang memunculkan persamaan dari hubungan keduanya, seperti dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik Hubungan Hasil Tangkapan Maksimum Dengan Suhu

Berdasarkan Gambar 6 di atas, kenampakan trendline polinomial menunjukkan hasil tangkapan

y = -0.940x2+ 23.01x + 38.94 R² = 0.862 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 28. 3 28. 4 28. 5 28. 6 28. 7 28. 8 28. 9 29. 0 29. 1 29. 2 29. 3 29. 4 29. 5 29. 6 29. 7 29. 8 29. 9 30. 0 30. 1 30. 2 30. 3 H a si l t a n gk a p a n (k g) suhu (oC)

Grafik Hubungan Suhu Dengan Hasil Tangkapan

(7)

cenderung meningkat dari suhu 28.3oC hingga mencapai 29.4oC. Hasil tangkapan menurun seiring dengan meningkatnya suhu permukaan laut.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diperoleh informasi bahwa suhu permukaan laut pada musim peralihan Barat-Timur berada pada kisaran yang cukup tinggi yaitu 26 – 33.9oC pada bulan April dan 27.6 – 33.2oC pada bulan Mei. Kondisi penangkapan yang berfluktuasi dalam beberapa kondisi suhu serta hubungannya dengan sebaran suhu permukaan laut di perairan kepulauan

Spermonde menunjukkan kecenderungan ikan pelagis kecil memiliki kemampuan beradaptasi pada

kisaran suhu hasil pengukuran yakni 280C – 300C. Namun kecenderungan penangkapan optimal berada pada kisaran suhu 29oC – 30oC.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak terutama Prof. DA. Suriamihardja, M.Sc. Dr. Amiruddin, M.Eng, dan Dr. Mukti Zainuddin, M.Sc yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pelaksanaan penelitian ini. Pimpinan Universitas Hasanuddin dan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan sehingga mulai dari penelitian sampai penyusunan laporan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, M.D. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Liberty. Jogjakarta. Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan, Jakarta. 367 Hal.

Nybakken, J., 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan.PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 549 hal

Reddy, M.P.M. 1993. Influence of the Various Oceanographic Parameters on the Abundance of Fish Catch. Proceeding of International workshop on Apllication of Satellite Remote Sensing for Identifying and Forecasting Potential Fishing Zones in Developing Countries, India, 7-11 December 1993.

Soegiarto, A, dan S. Birowo. 1975. Atlas Oseanografi Perairan Indonesia dan Sekitarnya. Nomor 1. LON-LIPI. Jakarta.

Soesono. 1974. Limnologi. Dirjen Perikanan Departemen Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Susanto, R.D. and A. L. Gordon. 2005. Velocity and transport of the Makassar Strait Throughflow. Journal of Geophysical Research 110, Jan C01005, doi:10.1029/2004JC002425

Gambar

Gambar 1.  Lokasi Penelitian  Alat dan Bahan
Gambar 2. Peta Administrasi Kabupaten Pangkep
Gambar 3. Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) di Bulan April 2009
Gambar 5. Fluktuasi Hasil Tangkapan dalam beberapa Kondisi Suhu Permukaan Laut
+2

Referensi

Dokumen terkait

Implikasi Program Pengelolaan Zakat di Rumah Zakat dalam pengembangan UMKM perspektif maqashid syariah Kelurahan Sukun Kecamatan Sukun Kota Malang Berdasarkan hasil penelitian

Kabupaten Blora, Kudus, Temanggung dan Purworejo Merupakan 4 Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki angka Rasio Gini tertinggi yaitu berkisar antara 0.36-

Setelah dilaksanakan penelitian yang diawali dari pengambilan data hingga pada pengolah data yang akhirnya dijadikan patokan sebagai pembahasan hasil penelitian sebagai

Hasil penelitian Ramly (2012) menyebutkan bahwa berdasarkan survey dengan responden Perguruan Tinggi dan Perbankan Syariah, kendala dalam penyiapan tenaga terampil dari lembaga

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis hasil hutan rakyat yang dimanfaatkan oleh responden, mengetahui nilai ekonomi hasil hutan rakyat yang dimanfaatkan

Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang

Bapak Ketua Majelis Hakim beserta Majelis Hakim Anggota yang memeriksa dan mengadili perkara ini sebelum menjatuhkan putusan akhir, kiranya berkenan untuk

Kita mengingatkan semua orang yang memiliki informasi orang dalam seputar SNC-Lavalin, klien, pemasok atau mitra kerja sama ventura bahwa perdagangan sekuritas atau derivatif