• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SAINTIFIKASI JAMU. Upaya Untuk Mengontrol Kualitas Saat Pasca Panen (Sortasi Kering, Pengemasan, Pelabelan, Penyimpanan, Distribusi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH SAINTIFIKASI JAMU. Upaya Untuk Mengontrol Kualitas Saat Pasca Panen (Sortasi Kering, Pengemasan, Pelabelan, Penyimpanan, Distribusi)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH SAINTIFIKASI JAMU

Upaya Untuk Mengontrol Kualitas Saat Pasca Panen (Sortasi Kering, Pengemasan, Pelabelan, Penyimpanan, Distribusi)

Kelompok 4 Disusun oleh:

Christyn Novyta S 162211101071 Arimbi Sulistyo Kartika 162211101075 Derryl Agustin Y 162211101079 Ani Mubayyinah 162211101083 Caledasia Wienny S 162211101087 Dara Desinta Nurmasari 162211101091 Baiq Wahyudyati Karnia Q 162211101099 Maulina Hari Pradipta 162211101107

Wendi Octa F 162211101112

Sri Haryanti Harjami 162211101114 Ari Tri Wahyuni 162211101118 Anandini Aulia Safiera 162211101122

Garian Erga F 162211101124

M. Nuril Huda 162211101125

Adhe Ayu K. S 162211101128

R Ayu Rifqa 162211101129

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2017

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Indonesia mempunyai potensi kekayaan tanaman obat yang melimpah. Sejak zaman dahulu hingga saat ini masyarakat Indonesia telah memanfaatkan tanaman obat sebagai jamu. Jamu merupakan salah satu bentuk pemanfaatan keanekaragaman hayati yang memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan melalui peningkatan daya tahan tubuh/stamina, menjaga dan memelihara kesehatan serta membantu mengurangi gangguan penyakit tertentu. Keamanan, mutu dan manfaat jamu tidak terlepas dari bahan baku yang digunakan dalam pembuatan jamu (INFARKES, 2015).

Pemanfaatan tanaman obat tradisional saat ini menunjukkan peningkatan cukup baik, mengingat kuatnya budaya dan tradisi penggunaan jamu di masyarakat, baik untuk pengobatan (kuratif), menjaga kebugaran jasmani, memelihara kesehatan, mencegah penyakit (preventif) maupun untuk pemulihan kesehatan (rehabilatif). Meningkatnya penggunaan tanaman obat juga disebabkan adanya kecenderungan pola hidup masyarakat yang mencari alternatif pengobatan kembali ke alam (back to nature), karena pengobatan kembali cara ini dianggap memiliki efek samping yang relatif kecil dibanding pengobatan medis atau modern.

Saat ini, produk tanaman obat (herbal) banyak dipasarkan dalam bentuk yang praktis dan mudah diperoleh di pasaran, seperti rajangan atau rebusan, serbuk, pil dan kapsul yang diharapkan dapat menerobos peluang pasar sesuai perkembangan permintaan konsumen dan bahkan beberapa bahan baku serta produk jamu juga telah menjadi komoditas ekspor yang handal umtuk meningkatkan devisa negara.

Simplisia merupakan produk hasil proses setelah melalui panen dan pasca panen menjadi bentuk produk untuk sediaan kefarmasian yang siap dipakai atau siap diproses selanjutnya. Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang dapat menentukan mutu simplisia dalam berbagai artian, yaitu komposisi zat kandungan, kontaminasi dan stabilitas bahan. Simplisia dibuat biasanya untuk tujuan pengawetan bahan, pemenuhan stok untuk proses produksi juga paling tidak untuk mempertahankan kualitas bahan aktif.

Pascapanen merupakan bagian integral dari sistem agribisnis, yang dimulai dari aspek produksi bahan mentah sampai pemasaran produk akhir. Peran kegiatan pascapanen menjadi sangat penting, karena merupakan salah satu subsistem agribisnis yang mempunyai peluang besar dalam upaya meningkatkan nilai tambah petani. Penanganan pascapanen tanaman obat

(3)

bertujuan untuk mempertahankan mutu produk agar tetap prima sampai ke tangan konsumen sehingga kehilangan dan kerusakan kandungan bahan aktif dapat ditekan seminimal mungkin, memperpanjang daya simpan, menekan kerusakan selama penyimpanan dan dapat menghasilkan produk yang memenuhi standar mutu yang berlaku.

Secara teknis kegiatan pasca panen diawali dengan proses pengangkutan hasil panen, sortasi, pengupasan, pencucian, perajangan, pengeringan, pengepakan, penyimpanan. Pasca panen sebagai mata rantai proses untuk memperoleh jaminan mutu bagi simplisia, secara umum sangat dipengaruhi oleh kandungan air bahan, pengaruh sinar ultra violet dan pengaruh suhu (pemanasan) selama proses pengeringan berjalan, serta pengaruh pH pada saat enzim di dalam jaringan (hasil panenan) masih dalam kondisi aktif (Komarawinata, H.D, Tanpa tahun).

Industri obat tradisional harus membuat obat tradisional sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen puncak bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu.

Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOTB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Setiap industri obat tradisional hendaklah mempunyai fungsi pengawasan mutu. Fungsi ini hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang memadai hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi Pengawasan Mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan. (CPOTB, 2011).

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengontrol bahan selama sortasi kering? b. Bagaimana pengemasan yang baik pada simplisia?

(4)

d. Bagaimana penyimpanan yang baik untuk mempertahankan kualitas simplisia? e. Bagaimana cara pendistribusian simplisia yang baik ?

1.3 Tujuan

a. Mengetahui cara untuk mengontrol bahan selama sortasi kering b. Mengetahui cara pengemasan yang baik pada simplisia

c. Mengetahui cara pelabelan yang baik pada simplisia

d. Mengetahui cara penyimpanan yang baik sehingga dapat mempertahankan kualitas simplisia

e. Mengetahui cara pendistribusian simplisia yang baik f.

(5)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sortasi Kering

Sortasi kering merupakan salah satu upaya penanganan pasca panen tumbuhan yang dilakukan dengan memisahkan kotoran-kotoran yang terikut pada saat pengumpulan. Salah satu jenis kotoran-kotoran tersebut yaitu tanah. Tanah sangat potensial sebagai tempat hidup mikroba yang dapat menurunkan mutu simplisia. Selain itu dilakukan pula pemilihan bahan berdasarkan ukuran panjang, lebar, besar ataupun kecil. Prinsip kegiatan sortasi kering sama dengan sortasi basah, tetapi dilakukan saat bahan simplisia telah kering sebelum dikemas. Tujuan sortasi kering untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor lain yang masih ada, seperti bagian yang tidak diinginkan, tanah, atau pasir dengan mengidentifikasi kebenaran bahan dan mengeliminasi bahan organik asing. Parameter kontrol kualitas pada proses sortasi kering ini yaitu mikroskopis, makroskopis dan persentase bahan organik asing (Katno, 2008).

Sortasi harus dilakukan dengan hati-hati agar hasil panen tidak rusak. Sortasi dapat menggunakan alat dan atau mesin sesuai sifat dan karakteristik simplisia. Prosedur operasional baku penyortiran yang baik:

a. mempekerjakan petugas yang terampil dan terlatih;

b. memisahkan produk yang baik dari yang rusak dan kotoran/benda asing. Sedangkan indikator pelaksanaan penyortiran yang baik yaitu:

a. tersedia tempat sortasi yang bersih; b. tersedia petugas yang baik dan terampil.

Kegiatan ini dapat dilakukan secara manual atau mekanis, simplisia yang telah bersih dari bahan asing kadang untuk tujuan tertentu (misalnya agar memenuhi standar mutu) masih diperlukan grading atau pemisahan menurut ukuran sehingga diperoleh simplisia dengan ukuran seragam. Proses ini merupakan tahap akhir pembuatan simplisia sebelum dilakukan pengepakan dan penyimpanan (Katno, 2008). Pengkelasan atau pemilahan (grading) merupakan kegiatan pengelompokan produk hasil sortasi/pemilahan berdasarkan kriteria yang telah disepakati atau standar mutu yang digunakan untuk produk hortikultura yang bersangkutan. Pemilahan simplisia dapat dilakukan secara manual dengan melibatkan banyak tenaga kerja atau secara mekanis menggunakan mesin pemilah (grader) (PERMENTAN RI, 2013).

(6)

Prosedur operasional baku pengkelasan yang baik: a. mempekerjakan petugas yang terampil dan terlatih;

b. mengelompokkan simplisia menurut kelas mutu yang telah ditetapkan; c. menempatkan produk dalam wadah yang sesuai kelasnya;

d. menggunakan wadah, dan/atau alat dan mesin yang bersih;

e. memastikan alat dan mesin yang digunakan terkalibrasi dan berfungsi baik. Indikator pelaksanaan pengkelasan yang baik:

a. tersedia pedoman pengkelasan; b. tersedia pekerja yang kompeten;

c. tersedia alat dan mesin pengkelasan yang berfungsi baik; d. tersedia catatan hasil pengkelasan;

e. tersedia perlengkapan kerja memenuhi standar keselamatan kerja. Titik kritis kegiatan pengkelasan:

a. mengelompokkan produk sesuai dengan kelas yang telah ditetapkan sesuai dengan kelas mutu/label;

b. menggunakan wadah, dan/atau alat dan mesin yang bersih. 2.2 Pengemasan

Pengertian/Definisi

Pengemasan merupakan kegiatan mewadahi dan/atau membungkus produk dengan memakai media/bahan tertentu untuk melindungi produk dari gangguan faktor luar yang dapat mepengaruhi daya simpan. Pengemasan harus dilakukan secara hati-hati agar tidak rusak. Bahan kemasan dapat berasal dari daun, kertas, plastik, kayu, karton, kaleng, aluminium foil dan bambu. Pengemasan dapat menggunakan alat dan/atau mesin dengan jenis dan spesifikasi sesuai sifat dan karakteristik produk. Bahan kemasan tidak boleh menimbulkan kerusakan, pencemaran hasil panen yang dikemas dan tidak membawa OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan).

Prosedur Pengemasan

Setiap jenis simplisia memiliki prosedur pengemasan yang berbeda. A. Simplisia Rimpang (Rhizoma)

Bahan pengemas yang perlu disiapkan yaitu kemasan berupa karung, kantong plastik atau tong, sealaer untuk menutup kemasan plastik, dan label yang ditempelkan pada kemasan.

Simplisia yang sudah di grading berdasarkan kualitasnya, segera dikemas untuk menghindari penyerapan kembali uap air. Tujuan utama dari pengemasan adalah: 1.Mengumpulkan hasil produk dalam suatu unit sesuai pemanfaatannya; 2.Menyimpan produk secara aman agar terhindar dari pencemaran atau kotoran; 3.Melindungi produk selama dalam perjalanan, saat pemasaran maupun penyimpanan;

(7)

Pengemasan harus dilakukan secara hati-hati agar tidak hancur. Bahan kemasan pengemas yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Mampu melindungi produk dari kerusakan mekanis;

2. Tidak mengandung zat kimia yang menyebabkan perubahan kandungan kimia, warna, rasa, bau, tidak bersifat racun (toksin) dan kadar air produk;

3. Sesuai dengan keinginan konsumen, tidak terlalu berat, praktis, ukuran dan bentuknya menarik;

4. Mampu mencegah penyerapan air atau menghindari kelembaban karena dapat menyebabkan peningkatan kadar air produk;

5. Mampu menahan pengaruh cahaya;

6. Memiliki daya lindung yang dapat diandalkan;

7. Harga yang terjangkau/ekonomis. Selanjutnya kemasan diberi label yang ditempelkan pada bagian tengah kemasan yang mencantumkan: nama produk, bagian tanaman produk yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode penyimpanan. Selanjutnya simplisia diangkut ke konsumen atau segera disimpan untuk proses pengolahan selanjutnya. B. Simplisia Daun

Bahan pengemas yang perlu disiapkan yaitu kemasan berupa karung yang dilapisi plastik, kantong plastik atau tong; Sealer atau sealer vacuum untuk menutup kemasan plastik; dan Label untuk etiket dagang yang ditempelkan pada kemasan.

Daun yang sudah kering dan sudah diseleksi kualitasnya harus segera dikemas agar tidak terjadi penyerapan kembali uap air. Pengemasan harus dilakukan secara hati-hati agar tidak hancur dan menggunakan bahan kemasan yang baik, bersih, kering, mampu melindungi produk dari kerusakan mekanis, tidak mengandung zat kimia yang menyebabkan perubahan kandungan kimia, warna, rasa, bau, tidak bersifat racun (toksin) dan kadar air produk, ukuran dan bentuknya menarik.

Kemasan harus tertutup rapat supaya aman selama penyimpanan maupun pengangkutan. Selanjutnya kemasan diberi label yang ditempelkan atau diikatkan pada kemasan, dengan mencantumkan : nama produk, bagian tanaman produk yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode penyimpanan. Selanjutnya simplisia diangkut ke konsumen atau segera disimpan untuk proses pengolahan selanjutnya.

C. Simplisia Bunga

Pengemasan simplisia bunga sebaiknya menggunakan karung plastik, karena mampu melindungi dan mempertahankan kadar air simplisia hingga 6 bulan. Pengemasan dilakukan dengan hati-hati agar simplisia tidak hancur dan menggunakan bahan kemasan yang baik, bersih, kering, mampu melindungi produk dari kerusakan mekanis, tidak mengandung zat kimia yang dapat menyebabkan perubahan kandungan kimia, warna, rasa, bau, tidak bersifat

(8)

racun (toksin) dan kadar air produk. Disamping itu ukuran dan bentuk kemasan harus menarik serta tertutup rapat supaya aman selama penyimpanan maupun pengangkutan.

Simplisia yang sudah dikemas diberi label yang ditempelkan atau diikatkan pada kemasan, dengan mencantumkan : nama produk, bagian tanaman produk yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode penyimpanan. Selanjutnya simplisia diangkut ke konsumen atau segera disimpan untuk proses pengolahan selanjutnya.

D. Simplisia Buah

Bahan pengemas yang perlu disiapkan yaitu kemasan berupa karung yang dilapisi plastik, kantong plastik atau tong; sealer atau sealer vacuum untuk menutup kemasan plastik; dan label untuk etiket dagang yang ditempelkan pada kemasan.

Buah yang sudah kering dan sudah diseleksi kualitasnya harus segera dikemas agar tidak terjadi penyerapan kembali uap air. Pengemasan harus dilakukan secara hati-hati agar tidak hancur dan menggunakan bahan kemasan yang baik harus, bersih, kering, mampu melindungi produk dari kerusakan mekanis, tidak mengandung zat kimia yang menyebabkan perubahan bahan isi, warna, rasa, bau, tidak bersifat racun (toksin) dan kadar air produk, ukuran dan bentuknya menarik. Kemasan harus tertutup rapat supaya aman selama penyimpanan maupun pengangkutan. Selanjutnya kemasan diberi label yang ditempelkan atau diikatkan pada kemasan, dengan mencantumkan : nama produk, bagian tanaman produk yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode penyimpanan. Selanjutnya simplisia diangkut ke konsumen atau segera disimpan untuk proses pengolahan selanjutnya.

E. Simplisia Biji

Simplisia biji ditempatkan di dalam karung goni dan disimpan dalam ruang penyimpanan dan siap untuk digunakan.

F. Simplisia Akar

Akar yang memiliki kadar air kurang dari 5% dikemas dalam karung plastik dan disimpan dalam ruang penyimpanan.

G. Simplisia Kulit Batang dan Kayu

Simplisia kayu dan kulit batang yang sudah kering dan sudah diseleksi kualitasnya segera dikemas agar uap air tidak terserap kembali. Pengemasan menggunakan bahan kemasan yang baik, bersih, kering, mampu melindungi produk dari kerusakan mekanis, tidak mengandung zat kimia yang menyebabakan perubahan isi, warna, rasa, bau, tidak bersifat racun (toksik), dan kadar air produk. Ukuran dan bentuk kemasan harus menarik dan tertutup rapat supaya aman selama penyimpanan maupun pengankutan, kemudian kemasan diberi label.

(9)

Bubuk/serbuk yang telah dihasilkan sesuai dengan derajat kehalusan yang diinginkan segera dikemas untuk menghindari penyerapan kembali uap air. Bahan kemasan yang digunakan harus bersih, kering, dan terbuat dari bahan yang tidak beracun atau tidak bereaksi dengan serbuk/bubuk. Kemasan plastik dapat menggunakan seal kemudian ditutup rapat dan aman selama penyimpanan maupun pengangkutan.

Indikator Pelaksanaan Pengemasan yang Baik:  Tersedia pedoman pengemasan yang baik

 Tersedia pedoman penyiapan produk yang akan dikemas sesuai dengan karakteristiknya

 Tersedia penanda atau lambang yang menunjukkan laranga, peringatan, dan petunjuk  Tersedia tempat penyimpanan bahan pengawet tambahan yang aman (apabila

digunakan)

 Tersedia catatan proses pengemasan  Terdapat tanda pada kemasan

 Tersedia perlengkapan kerja yang memenuhi standar keselamatan kerja  Tersedia catatan kesehatan pekerja

 Tersedia sampel produk yang dikemas Titik Kritis Kegiatan Pengemasan

 Menyiapkan tempat penyimpanan bahan pelindung tambahan yang aman

 Melakukan penandaan pada kemasan seperti waktu dan tempat pengemasan serta tanggal kadaluarsa produk

2.3 Pelabelan

Label adalah tulisan, gambar, atau kombinasi kedua-duanya yang disertakan pada wadah atau kemasan suatu produk dengan cara dimasukkan ke dalam, ditempelkan atau dicetak dan merupakan bagian dari kemasan tersebut untuk memberikan informasi menyeluruh dari isi wadah/kemasan produk tersebut. Pelabelan pada kemasan produk harus dipersyaratkan sedemikian rupa, sehingga tidak mudah tertinggal, tidak mudah luntur atau rusak serta terletak pada bagian kemasan yang mudah untuk dilihat dan dibaca dengan jelas.

Pelabelan dilakukan setelah proses pengemasan simplisia dilakukan. Simplisia yang telah dikemas, diberi label yang ditempelkan atau diikatkan ada kemasan. Label simplisia harus mencantumkan:

1. Nama produk (nama ilmiah tanaman obat) 2. Bagian tanaman produk yang digunakan 3. Alamat penghasil (lokasi budidaya) 4. Tanggal panen

5. Tanggal pengemasan 6. Berat simplisia

(10)

7. Status kualitas bahan

8. Metode penyimpanan simplisia

Setelah melalui tahap pelabelan, simplisia selanjutnya dapat diangkut ke konsumen atau segera disimpan di bagian gudang penyimpanan sebagai bahan baku untuk proses pengolahan selanjutnya.

2.4 Penyimpanan

Kegiatan penyimpanan dilakukan bila simplisia secara kuantitatif melebihi kebutuhan serta untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang. Penyimpanan merupakan upaya untuk mempertahankan kualitas simplisia, baik fisik maupun jenis dan kadar senyawa kimianya, sehingga tetap memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan. Selain itu kegiatan penyimpanan juga bertujuan untuk mengamankan produk hortikultura sebelum diproses atau dikirim. Kondisi wadah, ruang, suhu, kelembaban dan atmosfer penyimpanan disesuaikan dengan karakteristik produk dan tujuan penyimpanan.Penyimpanan simplisia akar dan kulit kayu dilakukan sebelum dijual atau sebelum diolah lebih lanjut. Tempat penyimpanan harus bersih, suhu kamar tidak lebih dari 30°C, terpisah dari bahan lain agar tidak terkontaminasi dan bebas dari hama gudang, kutu, rayap dan tikus. Simplisia yang dikemas disimpan dengan cara ditumpuk di atas rak dengan ketinggian minimal 10 cm dan diberi alas agar tidak langsung mengenai lantai. Jika penanganan dilakukan secara baik dan benar, produk dapat disimpan selama 1 tahun. Prosedur operasional baku penyimpanan yang baik:

a. menyiapkan panduan penyimpanan; b. menyiapkan ruang penyimpanan; c. melakukan tata penyimpanan;

d. melakukan pencatatan keluar/masuk produk hortikultura dan lokasi penyimpanannya;

e. melakukan pencatatan data suhu, kelembaban dan komposisi atmosfer serta data logging (apabila diperlukan).

Indikator pelaksanaan penyimpanan yang baik, yaitu: a. tersedia pedoman penyimpanan

b. tersedia ruang penyimpanan sesuai karakter produk; c. tersedia alat ukur suhu dan kelembaban;

d. tersedia alat ukur komposisi atmosfer dan data logging (apabila dikerjakan); e. tersedia catatan keluar/masuk produk hortikultura dan lokasi penyimpanannya; f. tersedia catatan suhu, kelembaban dan komposisi atmosfer serta data logging

(apabila dikerjakan).

Titik kritis kegiatan penyimpanan, yaitu: a. menyiapkan ruang penyimpanan;

b. melakukan pencatatan keluar/masuk produk hortikultura dan lokasi penyimpanannya;

(11)

c. melakukan pencatatan data suhu, kelembaban dan komposisi atmosfer serta data logging (apabila diperlukan).

Pada waktu tertentu, dilakukan pemeriksaan gudang secara rutin dan pengecekan terhadap mutu seluruh simplisia yang ada di dalam gudang agar dapat diketahui lebih dini simplisia yang masih bermutu dan yang tidak bermutu lagi. Selama penyimpanan, simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena beberapa faktor baik internal maupun eksternal berikut ini:

a. Cahaya, sinar dengan panjang gelombang tertentu dapat berpengaruh pada mutu simplisia secara fisik dan kimiawi (misalnya terjadi proses isomerasi dan pollinerasi) b. Oksidasi, dengan adanya oksigen dari udara dapat menyebabkan teroksidasinya

senyawa aktif simplisia sehingga kualitasnya menurun

c. Reaksi kimiawi internal, yaitu terjadinya perubahan kimia simplisia karena proses fermentasi, polimerisasi atau autooksidasi

d. Dehidrasi, apabila kelembaban di luar lebih rendah dari pada kelembaban di dalam simplisia maka akan terjadi proses kehilangan air yang dikenal dengan istilah "shrinkase"

e. Absorbsi air, pada simplisia yang higroskopis dapat menyerap air dari lingkungan sekitarnya

f. Kontaminasi, sumbet kontaminan utamanya debu, pasir, kotoran, bahan asing (minyak tumpah, organ binatang/ manusia seperti kuku, rambut dan lain lain) dan fragmen wadah (plastik, goni dan sebagainya).

g. Serangga, dapat menimbulkan kerusakan dan pengotoran simplisia dalam bentuk larva, imago dan sisa-sisa metamorfosisnya (seperti kulit telur, kerangka yang telah usang dan lain-lain)

h. Kapang, jika kadar air simplisia masih tinggi akan mudah ditumbuhi kapang sehingga senyawa aktif dapat terurai atau menghasilkan aflatoksin yang membahayakan bila dikonsumsi.

Tempat penyimpanan (gudang) simplisia harus memenuhi persyaratan tertentu dan terpisah dari tempat penyimpanan bahan atau alat yang lain. Beberapa persyaratan fisik yang harus dipenuhi adalah:

1. Ventilasi udara yang cukup baik, agar sirkulasi udara tetap lancar 2. Kelembaban rendah

3. Tidak ada kebocoran

4. Sinar matahari tidak dapat masuk secara langsung, sehingga tidak memicu terjadinya penguapan dan kerusakan senyawa aktif yang terdapat dalam simplisia

5. Dapat mencegah masuknya serangga dan tikus

Cara penyimpanan simplisia sejenis harus memenuhi kaidah first in first out artinya simplisia yang disimpan lebih awal harus digunakan terlebih dahulu.

(12)

Distribusi adalah kegiatan penentuan dalam memilih perantara yang akan digunakan serta mengembangkan sistem distribusi yang secara fisik menangani dan mengangkut produk melalui saluran distribusi (Swastha, 2000: 44). Selain itu, pengangkutan atau distribusi diartikan sebagai upaya memindahkan produk dari tempat pengumpulan sementara ke bangsal pascapanen dan selama proses di dalam bangsal pascapanen, serta dari bangsal pascapanen ke konsumen.

Berikut adalah prosedur operasional baku pengangkutan/distribusi yang baik: a. menyiapkan panduan kerja pengangkutan;

b. menyiapkan alat pengangkutan yang bersih serta dapat melindungi produk dari kontak langsung sinar matahari dan hujan;

c. menyiapkan alat pengangkut dengan pengatur suhu, kelembaban dan komposisi atmosfer serta data logger (bagi produk yang memerlukan rantai pendingin);

d. menyiapkan alat pengangkut yang berfungsi baik; e. melakukan pencatatan pengangkutan;

f. melakukan pencatatan data suhu, kelembaban dan komposisi atmosfer serta data logging (apabila diperlukan);

g. melakukan pengangkutan.

Indikator pelaksanaan pengangkutan/distribusi yang baik: a. tersedia pedoman/instruksi kerja pengangkutan;

b. tersedia alat pengangkutan yang spesifik sesuai karakteristik produk;

c. tersedia alat pengangkut dengan pengatur suhu, kelembaban dan komposisi atmosfer serta data logging (bagi produk yang memerlukan rantai pendingin);

d. tersedia alat pengangkut yang berfungsi baik; e. tersedia catatan pengangkutan;

f. tersedia catatan data suhu, kelembaban dan komposisi atmosfer serta data logging (apabila diperlukan).

Titik kritis kegiatan pengangkutan/distribusi:

a. melakukan pencatatan data suhu, kelembaban dan komposisi atmosfer serta data logging (apabila diperlukan);

b. menyiapkan alat pengangkut dengan pengatur suhu, kelembaban dan komposisi atmosfer serta data logger (bagi produk yang memerlukan rantai pendingin);

c. melakukan pencatatan pengangkutan;

d. menyiapkan alat pengangkutan yang bersih serta dapat melindungi produk dari kontak langsung sinar matahari dan hujan.

(13)

BAB 3. PENUTUP 3.1 Kesimpulan

a. Petugas yang terlatih dan terampil dalam penyortiran bahan akan mempengaruhi dari kualitas bahan.

b. Bahan kemasan yang dipilih tidak boleh menimbulkan kerusakan, pencemaran hasil panen yang dikemas dan tidak membawa OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan). c. Pelabelan dilakukan setelah proses pengemasan simplisia dilakukan. Simplisia yang

telah dikemas, diberi label yang ditempelkan atau diikatkan ada kemasan.

d. Selama proses penyimpanan diperlukan adanya pemantauan pada tempat penyimpanan, seperti cahaya, kelembapan, kondisi rak penyimpanan.

e. Penentuan cara distribusi yang tepat sesuai bahan akan mempertahankan kualitas dari simplisia.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Binfar Kemkes. 2015. Buletin INFARKES Edisi I - Februari 2015

Katno, 2008. Pengelolaan Pasca Panen Tanaman Obat. Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan DEPKES RI, Tawang Mangu, Jawa Tengah.

Komarawinata, H.D. Tanpa tahun. Budidaya Dan Pasca Panen Tanaman Obat Untuk Meningkatkan Kadar Bahan Aktif. Unit Riset dan Pengembangan, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

Menteri Pertanian. 2011. Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Obat. Jakarta: Kementrian Pertanian Direktorat Jendral Hortikultura Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat.

Peraturan KBPOM RI Nomor Hk.03.1.23.06.11.5629. 2011. Tentang Persyaratan Teknis Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik

Peraturan Menteri Pertanian RI No. 73. 2013. Tentang Pedoman Panen, Pascapanen, dan Pengelolaan Bangsal Pascapanen Holtikultura yang Baik.

Referensi

Dokumen terkait