• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS PERAIRAN SUNGAI SAIL KOTA PEKANBARU BERDASARKAN KOEFISIEN SAPROBIK. Mahasiswa Program Studi S1 Biologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KUALITAS PERAIRAN SUNGAI SAIL KOTA PEKANBARU BERDASARKAN KOEFISIEN SAPROBIK. Mahasiswa Program Studi S1 Biologi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

KUALITAS PERAIRAN SUNGAI SAIL KOTA PEKANBARU BERDASARKAN KOEFISIEN SAPROBIK

Rendy Perdana Putra1, Roza Elvyra2, Khairijon3 1

Mahasiswa Program Studi S1 Biologi

2

Bidang Zoologi Jurusan Biologi ³Bidang Ekologi Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

e-mail : rendy_perdanaputra@yahoo.com ABSTRACT

Sail river is a tributary of the Siak river, located in Pekanbaru. Sail river is used by local people as a fishing ground as well as a place to dispose domestic waste that cause water pollution. The purpose of this research is to determine the water quality of Sail river in Pekanbaru according to the distribution and abundance of plankton organism using saprobic coefficient. Plankton was sampled by filtering 50L river water at 3 stations using a plankton net no.25 and preserved with 1% lugol. Water physical and chemical parameters at each station were also measured. During this study, the phytoplankton which was found consists of 4 classes: Bacillaryophyceae (13 spesies), Chlorophyceae (10 spesies), Euglenaphyceae (2 spesies) and Phyrophyceae (1 spesies). The zooplankton which was also found consists of only one class: Cilliata (3 spesies). Saprobic coefficient were ranged from -1 to +1. The abundance of the planktons were ranged from 6,72 ind/L to 96,6 ind/L. Saprobitas phases obtained during this study were β-mesosaprobic, α/β-mesosaprobic, β/α-mesosaprobic, and α-mesosaprobic. Based on those indexes Sail river was categorized into a river of moderate to heavy polluted. Content of pollutant based on saprobitas phases were grouped into organic + anorganic materials for moderate polluted and organic material for heavy polluted.

Keywords : Plankton, saprobic coefficient, Sail river, Pekanbaru. ABSTRAK

Sungai Sail merupakan anak sungai dari Sungai Siak, terletak di Pekanbaru. Sungai Sail dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai tempat penghasil ikan serta sebagai saluran bagi pembuangan limbah domestik, kegiatan tersebut menyebabkan terjadinya polusi air. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kualitas perairan Sungai Sail Kota Pekanbaru berdasarkan sebaran dan kelimpahan organisme plankton menggunakan koefisien saprobik. Pengambilan sampel plankton dengan cara menyaring 50L air sungai pada 3 stasiun menggunakan plankton net nomor 25, dan diawetkan dengan lugol 1%. Parameter fisika kimia perairan pada stasiun tersebut juga diukur. Berdasarkan penelitian ini komposisi fitoplankton yang dijumpai terdiri dari 4 kelas: Bacillariophyceae (13 jenis), Chlorophyceae (10 jenis), Euglenaphyceae (2 jenis) dan Phyrophyceae (1 jenis). Komposisi zooplankton yang dijumpai terdiri dari 1 kelas:

(2)

2

Ciliata (3 jenis). Nilai koefisien saprobik berkisar antara -1 hingga +1. Nilai kelimpahan plankton yang terdapat selama penelitian berkisar antara 6,72 individu/L sampai 96,6 individu/L. Fase saprobitas yang didapat selama penelitian ini adalah β – mesosaprobik, α/β – mesosaprobik, β/α – mesosaprobik, dan α – mesosaprobik. Berdasarkan indeks tersebut Sungai Sail dikategorikan kedalam tingkat pencemar ringan hingga cukup berat. Kandungan beban pencemar berdasarkan fase saprobitas yang didapat berupa bahan organik + bahan anorganik untuk tingkat pencemar ringan dan bahan organik untuk tingkat pencemar cukup berat.

Kata Kunci : Plankton, koefisien saprobik, Sungai Sail, Pekanbaru. PENDAHULUAN

Wilayah Kota Pekanbaru memiliki luas 632,26 km² yang terletak pada 0º25’-0º45’ LU, 101º98’-101º36’ BT. Kota Pekanbaru dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur. Sungai Siak memiliki beberapa anak sungai antara lain : Sungai Umban Sari, Air Hitam, Siban, Setukul, Pengambang, Ukui, Sago, Senapelan, Limau, Tampan dan Sungai Sail (Anonim 2000). Sungai Sail merupakan salah satu sungai yang terletak di Kota Pekanbaru yang membentang di empat kecamatan yaitu Kecamatan Sail, Bukit Raya, Lima Puluh, dan Tenayan Raya. Sungai Sail memiliki panjang + 29 km dengan luas daerah tangkapan air (catchment area) sebesar + 129 km2 (Mulyani 2010). Sungai Sail memiliki kedalaman + 5 m dan lebar + 10 m yang berair keruh dengan dasar pasir, lumpur dan batuan kerikil.

Sungai Sail dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat penghasil ikan, transportasi serta mandi, cuci dan kakus (MCK). Tingginya aktifitas domestik di sekitar Sungai Sail seperti pemukiman (ruko), pasar, restoran/rumah makan, perhotelan dan sebagainya mengakibatkan masuknya beberapa materi yang dapat menurunkan kualitas perairan. Dengan menurunnya kualitas perairan maka secara langsung akan mempengaruhi biota perairan yang hidup di dalamnya.

Perubahan kualitas perairan dapat dimonitoring dengan menggunakan pengukuran struktur komunitas biota air salah satunya dengan menggunakan koefisien saprobik. Koefisien ini digunakan untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau hubungan suatu organisme dengan senyawa yang menjadi sumber nutrisinya. Sehingga dapat diketahui hubungan kelimpahan plankton dengan tingkat pencemaran suatu perairan (Dahuri 1995; Anonimb 2003; Suwondo 2004).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei – Juli 2012, di perairan Sungai Sail Kota Pekanbaru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yaitu berupa pengamatan langsung ke lapangan untuk mendapatkan data primer, dimana penetapan titik sampel dengan purposive sampling pada 3 titik pengamatan. Penempatan titik sampel didasarkan atas perkiraan beban pencemar dan aktifitas yang terdapat disepanjang aliran serta segmentasi (hulu dan hilir) pada Sungai Sail. Pengambilan sampel air dan plankton dilakukan pada setiap stasiun yang telah ditetapkan dengan interval waktu 15 hari. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi

(3)

3 64,28% 28,57% 7,14% Bacillariophyceae Chlorophyceae Ciliata Stasiun 2 50% 37,50% 12,50% Bacillariophyceae Chlorophyceae Ciliata Stasiun 3

perairan yang diprediksikan dapat mewakili keadaan di lingkungan yang berada di pinggiran Sungai Sail dan rentang waktu yang digunakan untuk analisis dan identifikasi sampel lebih efisien. Parameter yang diambil berupa parameter fisika, kimia dan biologi perairan. Analisa sampel dilakukan di Laboratorium Ekologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau dengan merujuk pada buku identifikasi plankton yaitu Needham dan Needham (1962), Prescot (1970), Davis (1955), dan Oyadomari (2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Plankton

Komposisi fitoplankton yang dijumpai di perairan Sungai Sail Kota Pekanbaru pada pengamatan bulan Mei, Juni, dan Juli 2012 terdiri dari 4 kelas yaitu Bacillariophyceae (13 jenis), Chlorophyceae (10 jenis), Euglenaphyceae (2 jenis) dan Phyrophyceae (1 jenis). Sedangkan komposisi zooplankton yang dijumpai terdiri dari 1 kelas yaitu Ciliata (3 jenis).

Gambar 1. Komposisi plankton di Sungai Sail pada bulan Mei 2012

63,15% 15,78% 5,26% 15,78% Bacillariophyceae Chlorophyceae Euglenaphyceae Cilliata Stasiun 1

(4)

4 60% 20% 20% Bacillariophyceae Chlorophyceae Euglenaphyceae Stasiun 3 66,60% 16,60% 1,60% Bacillariophyceae Chlorophyceae Phyrophyceae Stasiun 2 33,30% 16,60% 16,60% 33,30% Bacillariophyceae Chlorophyceae Euglenaphyceae Ciliata Stasiun 3 80% 20% Bacillariophyceae Chlorophyceae Stasiun 1 50% 33,30% 16,60% Bacillariophyceae Chlorophyceae Ciliata Stasiun 2

Gambar 2. Komposisi plankton di Sungai Sail pada bulan Juni 2012

Gambar 3. Komposisi plankton di Sungai Sail pada bulan Juli 2012

Hasil pengamatan komposisi plankton pada stasiun 1 di bulan Mei 2012 (Gambar 1), didapatkan hasil yang menunjukkan tingginya persentase komposisi Bacillariophyceae pada hulu Sungai Sail yang diduga terjadi karena pengaruh arus yang kuat dan cenderung adanya diatom. Plankton dari kelas Chlorophyceae memiliki persentase kehadiran plankton terbanyak setelah plankton dari kelas Bacillariophyceae di Sungai Sail, hal ini terjadi karena diduga pada saat pengambilan sampel suhu perairan rendah, intensitas cahaya masih sedikit dan arus cepat. Hasil pengamatan yang didapatkan pada

75% 25%

Bacillariophyceae Chlorophyceae Stasiun 1

(5)

5

stasiun 2 dan stasiun 3 di bulan Mei 2012 menunjukkan bahwa persentase kehadiran plankton dari kelas Bacillaryophyceae memiliki nilai yang tertinggi dibandingkan nilai persentase kehadiran komposisi plankton dari kelas Chlorophyceae dan Ciliata. Hal ini diduga terjadi akibat kekeruhan perairan yang cukup tinggi dan plankton dari kelas Bacillariophyceae terutama plankton diatom memiliki kemampuan untuk hidup di dalam air yang memiliki kekeruhan cukup tinggi.

Hasil pengamatan komposisi kelimpahan plankton pada setiap stasiun pengamatan di bulan Juni (Gambar 2), didapatkan hasil yang menunjukkan persentase komposisi kelimpahan plankton kelas Bacillariophyceae lebih tinggi daripada plankton kelas lain. Hal ini menunjukkan bahwa plankton dari kelas Bacillariophyceae mampu hidup dalam perairan yang memiliki kekeruhan cukup tinggi. Keberadaan diatom sangat mempengaruhi kehidupan di perairan karena memegang peranan penting sebagai sumber makanan dalam rantai makanan bagi berbagai organisme perairan dan berperan dalam perpindahan karbon, nitrogen dan pospat. Kelas Chlorophyceae merupakan kelas yang memiliki persentase kehadiran terbanyak setelah plankton dari kelas Bacillariophyceae, namun jenis plankton dari kelas Chlorophyceae yang didapatkan pada pengamatan selama bulan Juni ini didominasi oleh plankton dari jenis Aphanizomenon flosaque.

Hasil pengamatan komposisi kelimpahan plankton pada setiap stasiun pengamatan di bulan Juli (Gambar 3), didapatkan hasil yang menunjukkan plankton kelas Bacillariophyceae juga masih mendominasi komposisi kelimpahan plankton pada saat pengamatan yang telah dilakukan pada bulan Juni tahun 2012. Hynes (1972) dan Rickert et al. dalam Welch (1980) mengemukakan bahwa keberadaan kelompok Bacillariophyceae di perairan sungai sering mendominasi dan kelimpahannya sangat besar, kecuali pada sungai berlumpur kelimpahannya kecil. Hal ini diduga karena adanya dukungan nutrien silika yang keberadaannya cukup memadai di perairan sungai dan merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan oleh diatom (Bacillariophyceae) (Goldman dan Horne 1983). Kebutuhan algae terhadap unsur silika merupakan unsur mikro, namun pada diatom (Bacillariophyceae), silika merupakan pembentuk dinding sel dan bisa mencapai setengah dari berat kering algae tersebut. Keberadaan silika di perairan bisa berasal dari hancuran batuan, aliran sungai dan sedimen (Goldman dan Horne 1983).

(6)

6 96,6 36,18 56,68 43,5 6,72 45,36 12,32 16,77 9,88 0 20 40 60 80 100 120

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Mei Juni Juli

Kelimpahan Jenis Plankton

(a) Kelimpahan Jenis Plankton Di Perairan Sungai Sail Kota Pekanbaru

(b) Rerata Kelimpahan Plankton Dari Seluruh Stasiun Penelitian Secara Temporal

(c) Rerata Kelimpahan Plankton Dari Seluruh Stasiun Penelitian Secara Stasioner

63,15 31,86 12,98 0 20 40 60 80 100

Mei Juni Juli

Kel im p ah an (i n d /L ) Bulan 50,81 19,88 37,31 0 20 40 60 80 100 1 2 3 Kel im p ah an (i n d /L )

(7)

7

(d) Hubungan Kelimpahan Plankton Dengan Curah Hujan

Gambar 4.(a) Kelimpahan jenis plankton di Sungai Sail Kota Pekanbaru, (b) Rerata kelimpahan plankton dari seluruh stasiun penelitian secara temporal, (c) Rerata kelimpahan plankton dari seluruh stasiun

penelitian secara stasioner, (d) Hubungan kelimpahan plankton dengan curah hujan

Gambar 4 (a) di atas memperlihatkan nilai kelimpahan plankton yang terdapat selama penelitian yang telah dilakukan pada bulan Mei hingga bulan Juli berkisar antara 6,72 individu/L sampai 96,6 individu/L.

Gambar 4 (b) diatas menunjukkan bahwa nilai kelimpahan plankton secara temporal pada bulan Mei memiliki nilai kelimpahan tertinggi selama penelitian yang memiliki rerata 63,15±30,72. Nilai kelimpahan plankton secara temporal pada bulan Juni memiliki rerata 31,86±21,79. Sedangkan nilai kelimpahan plankton secara temporal terendah didapat pada bulan Juli memiliki rerata 12,98±3,47. Nilai rerata kelimpahan plankton tertinggi yang didapat pada bulan Mei disebabkan oleh keadaan lingkungan pada saat pengambilan sesuai dengan kondisi perairan yang memungkinkan kehadiran plankton dan kelimpahan jenis plankton cukup tinggi. Sedangkan nilai rerata kelimpahan plankton terendah yang didapat pada bulan Juli disebabkan keadaan lingkungan dan perairan sungai Sail mengalami perubahan keadaan lingkungan yang signifikan yang dapat menyebabkan perbedaan kelimpahan dan komposisi plankton. Menurut Reynolds (1990) dalam skala waktu pengamatan tertentu akan diperoleh perbedaan kelimpahan dan komposisi plankton seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi antara lain: kondisi pencahayaan (baik kualitas maupun kuantitas), suhu dan ketersediaan nutrien.

Gambar 4 (c) memperlihatkan bahwa kelimpahan plankton secara stasioner pada stasiun 1 memiliki rerata dan standar deviasi tertinggi yaitu 50,81±42,61. Pada stasiun 2 kelimpahan plankton secara stasioner memiliki rerata terendah yaitu 19,88±14,97. Dan pada stasiun 3 memiliki rerata 37,31±24,41. Tingginya rerata kelimpahan plankton pada stasiun 1 diduga disebabkan karena kondisi fisika kimia perairan yang sesuai dengan kondisi perairan yang dibutuhkan oleh plankton. Selain itu tingginya rerata kelimpahan plankton pada stasiun 1 ini diduga karena tingginya kandungan limbah organik yang berasal dari pemukiman penduduk yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan unsur hara yang cukup bagi pertumbuhan plankton. Nilai kelimpahan rerata plankton terendah selama penelitian dijumpai pada stasiun 2 yang merupakan badan perairan

0 50 100 150 200 250 300 0 20 40 60 80 100

Mei Juni Juli

Rerata hujan

(8)

8

Sungai Sail. Hal ini disebabkan karena diduga kecilnya aktifitas domestik pada saat pengambilan sampel yang menjadi sumber pencemar bagi sungai tersebut.

Gambar 4 (d) memperlihatkan konsentrasi curah hujan mempengaruhi kelimpahan plankton yang terdapat pada perairan sungai Sail Kota Pekanbaru. Semakin tinggi konsentrasi curah hujan yang terjadi menyebabkan terjadinya penurunan jumlah kelimpahan dan komposisi plankton. Tingginya curah hujan dapat mengakibatkan meningkatnya debit air, sehingga air sungai mengalami pengenceran yang lebih besar mengakibatkan jumlah jenis dan kelimpahan plankton berkurang karena hanyut terbawa arus sungai. Hal ini terlihat jelas pada grafik hubungan kelimpahan dengan curah hujan pada bulan Juni 2012. Tingginya curah hujan juga secara tidak langsung dapat memungkinkan terjadinya peningkatan nilai kekeruhan yang mengakibatkan produksi plankton menurun (Supartiwi, 2000).

Tabel 5. Parameter Kualitas Perairan Sungai Sail pada bulan Mei 2012

No Parameter Satuan Stasiun Nilai ambang

baku mutu

1 2 3

Fisika

1 Suhu ⁰C 26,7 27,1 27,5 -

2 Kecerahan cm 22 20 17,7 -

3 Kecepatan arus cm/detik 27 33 23 -

4 Lebar perairan m 9 27 36 - 5 Kedalaman perairan m 1,09 0,93 2,3 - 6 *Curah Hujan mm 105 Kimia 6 pH 6,1 6,2 6,5 6 s/d 9 7 O₂ terlarut mg/L 3,2 2,7 3,8 > 4 8 COD mg/L 69,6 131,5 142,3 < 25 9 BOD₅ mg/L 2 1,6 2,2 < 3

(9)

9

Tabel 6. Parameter Kualitas Perairan Sungai Sail pada bulan Juni 2012

No Parameter Satuan Stasiun Nilai ambang

baku mutu

1 2 3

Fisika

1 Suhu ⁰C 27,2 27,8 28,1 -

2 Kecerahan cm 27 22 19 -

3 Kecepatan arus cm/detik 25 29 22 -

4 Lebar perairan m 8,6 27 36 - 5 Kedalaman perairan m 0,92 0,77 1,8 - 6 *Curah Hujan mm 263,6 Kimia 6 pH 6,2 6,2 6,7 6 s/d 9 7 O₂ terlarut mg/L 3,1 2,5 3,3 > 4 8 COD mg/L 67,5 130,2 141,7 < 25 9 BOD₅ mg/L 1,9 1,6 2,1 < 3

* = Sumber BMKG Kota Pekanbaru

Tabel 7. Parameter Kualitas Perairan Sungai Sail pada bulan Juli 2012

No Parameter Satuan Stasiun Nilai ambang

baku mutu

1 2 3

Fisika

1 Suhu ⁰C 26,5 27,1 27,3 -

2 Kecerahan cm 24 19,8 17,3 -

3 Kecepatan arus cm/detik 26 32 23 -

4 Lebar perairan m 9,1 27 36 - 5 Kedalaman perairan m 1,2 1,1 2,5 - 6 *Curah Hujan mm 195,2 Kimia 6 pH 6,2 6,3 6,6 6 s/d 9 7 O₂ terlarut mg/L 3,4 2,9 3,7 > 4 8 COD mg/L 69,3 131,7 142,5 < 25 9 BOD₅ mg/L 2,1 1,8 2,3 < 3

* = Sumber BMKG Kota Pekanbaru

Pada tabel 5-7 terlihat suhu selama penelitian yang dilakukan selama bulan Mei hingga bulan Juli di perairan Sungai Sail Kota Pekanbaru berkisar antara 26,5 ⁰C hingga 28,1 ⁰C. Rata-rata suhu air yang didapat selama penelitian masih berada dalam batas toleransi kehidupan perairan. Filum Chlorophyta dan diatom akan tumbuh baik pada kisaran suhu antara 20 oC hingga 30 oC (Welch 1980; Halsem 1995 in Effendi 2003).

(10)

10

Hasil pengukuran kecerahan pada perairan Sungai Sail kota Pekanbaru selama penelitian yang dilakukan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2012 berkisar antara 17,3 cm hingga 27 cm. Tingginya nilai rata-rata kecerahan pada stasiun 1 diduga karena sedikitnya pengaruh buangan limbah dan bahan pencemar yang masuk kedalam perairan yang mana pada stasiun 1 ini merupakan bagian hulu Sungai Sail yang diperkirakan keadaan perairan masih memiliki nilai kecerahan yang tinggi. Menurut Ardi (2002), kecerahan dapat dijadikan petunjuk dalam menentukan baik atau buruknya mutu air, karena dapat mempengaruhi penetrasi cahaya matahari.

Data kecepatan arus Sungai Sail Kota Pekanbaru berkisar antara 22 cm/detik hingga 33 cm/detik. Kecepatan arus 22 cm/detik terdapat pada stasiun 3 yang merupakan bagian hilir dari Sungai Sail dan termasuk dalam kategori lambat karena stasiun 3 yang merupakan hilir Sungai Sail memiliki kedalaman yang relatif dalam dan memiliki tingkat kemiringan dasar perairan yang tidak terlalu curam. Kecepatan arus tertinggi yaitu 33 cm/detik didapatkan pada stasiun 2 yang merupakan badan atau bagian tengah Sungai Sail. Kecepatan arus pada stasiun 2 ini tergolong dalam kategori sedang. Hal ini disebabkan oleh keadaan badan atau bagian tengah Sungai Sail memiliki kedalaman yang relatif dangkal dan memiliki substrat berpasir dan berlumpur. Kecepatan arus merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap kualitas air sungai, khususnya terhadap proses difusi oksigen dari udara dan penimbunan bahan organik. Menurut Barus (2001), arus air adalah faktor yang mempunyai peranan yang sangat penting baik pada perairan. Hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air.

Hasil pengukuran pH pada masing-masing stasiun pengamatan yang telah dilakukan pada bulan Mei hingga bulan Juli 2012 di Sungai Sail Kota Pekanbaru didapatkan kisaran pH antara 6,1 hingga 6,7. Batas toleransi organisme terhadap pH bervariasi tergantung pada suhu, oksigen terlarut, dan kandungan garam-garam ionik suatu perairan. Umumnya anak-anak sungai di Riau bersifat asam (Achmad dan Dahril dalam Yustina, 1998). Warna air kecoklatan yang terdapat pada masing-masing stasiun pngamatan pada Sungai Sail Kota Pekanbaru ini disebabkan oleh dedauan yang kering, jatuh dan mengalami pembusukan.

Kandungan oksigen terlarut yang didapatkan pada masing-masing stasiun pengamatan yang telah dilakukan pada bulan Mei hingga bulan Juli 2012 di perairan Sungai Sail kota Pekanbaru berkisar antara 2,5 mg/L hingga 3,8 mg/L. Berdasarkan standar baku mutu dalam PP Nomor 82 Tahun 2001 untuk kriteria kualitas air Kelas II, menunjukkan bahwa kandungan oksigen terlarut pada masing-masing stasiun pengamatan di Sungai Sail kota Pekanbaru tahun 2012 memiliki nilai yang lebih rendah dari standar baku mutu air. Hal ini menandakan bahwa kualitas perairan Sungai Sail kota Pekanbaru telah mengalami pencemaran.

Berdasarkan hasil penelitian nilai COD yang telah dilakukan,didapatkan nilai COD yang terdapat pada masing-masing stasiun di Sungai Sail kota Pekanbaru berkisar antara 67,5 mg/L hingga 142,5 mg/L. Nilai COD yang relatif tinggi terdapat pada stasiun 3 yang merupakan bagian hilir perairan Sungai Sail. Tingginya nilai COD pada stasiun 3 diduga berasal dari buangan domestik dan buangan lainnya yang terbawa oleh arus. Sedangkan rata-rata nilai COD yang relatif rendah selama penelitian didapatkan pada stasiun 1 yakni senilai 67,5 mg/L. Hal ini diduga disebabkan karena stasiun 1 merupakan bagian hulu Sungai Sail yang mana pada stasiun ini jarang didapati

(11)

11

pemukiman penduduk sehingga buangan domestik yang akan meningkatkan nilai COD tidak mempengaruhi.

Hasil pengukuran BOD₅ yang telah dilakukan pada masing-masing stasiun pengamatan selama bulan Mei hingga bulan Juli tahun 2012 di Sungai Sail Kota Pekanbaru berkisar antara 1,6 mg/L hingga 2,3 mg/L. Nilai BOD₅ tertinggi didapatkan pada stasiun 3 yang merupakan bagian hilir dari Sungai Sail. Nilai ini menandakan bahwa bagian hilir Sungai Sail masih mendukung untuk pertumbuhan organisme perairan. Tingginya nilai BOD₅ diduga selain berasal dari pembusukan tanaman dan hewan, sebagian besar berasal dari buangan kegiatan penduduk di sekitar aliran sungai. Sedangkan nilai BOD₅ terendah sebesar 1,6 mg/L ditemukan pada stasiun 2 yang merupakan badan atau bagian tengah dari Sungai Sail. Apabila semakin rendah nilai BOD₅ maka kepekatan bahan organik akan semakin tinggi (Kusnoputranto dalam Astuti, 2002). Nilai rata-rata pengukuran BOD₅ pada setiap stasiun pengamatan pada Sungai Sail masih berada dibawah ambang batas yang dianjurkan.

Tabel 8. Hasil perhitungan koefisien saprobik (X) pada setiap stasiun selama penelitian diperairan Sungai Sail Kota Pekanbaru tahun 2012:

Bulan Stasiun

Koefisien Saprobik

(X)

Fase Saprobitas Tingkat

Pencemar Beban Pencemar

Mei

St. 1 0,14 β/α – mesosaprobik Sedang Bahan Organik

+ Anorganik

St. 2 -0,23 α/β – mesosaprobik Sedang Bahan Organik

+ Anorganik

St. 3 0,58 β – mesosaprobik Ringan Bahan Organik

+ Anorganik

Juni

St. 1 -0,23 α/β – mesosaprobik Sedang Bahan Organik

+ Anorganik St. 2 -0,6 α – mesosaprobik Cukup Berat Bahan Organik

St. 3 0,98 β – mesosaprobik Ringan Bahan Organik

+ Anorganik

Juli

St. 1 -0,27 α/β – mesosaprobik Sedang Bahan Organik

+ Anorganik

St. 2 0,44 β/α – mesosaprobik Sedang Bahan Organik

+ Anorganik

St. 3 -0,06 α/β – mesosaprobik Sedang Bahan Organik

+ Anorganik

Nilai koefisien saprobik (X) pada setiap stasiun selama penelitian di perairan Sungai Sail Kota Pekanbaru tahun 2012 diatas terlihat nilai koefisien saprobik berada diantara -1 hingga +1. Nilai koefisien saprobik tersebut termasuk kedalam tingkat pencemar ringan hingga cukup berat. Fase saprobitas yang didapat selama penelitian ini adalah β – mesosaprobik, α/β – mesosaprobik, β/α – mesosaprobik, dan α –

(12)

12

mesosaprobik. Kandungan beban pencemar berdasarkan fase saprobitas yang didapat berupa bahan organik + bahan anorganik dan bahan organik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis data yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Fase saprobitas Sungai Sail Kota Pekanbaru dari hulu ke hilir pada bulan Mei 2012 adalah β/α – mesosaprobik, α/β – mesosaprobik, dan β – mesosaprobik. 2. Fase saprobitas Sungai Sail Kota Pekanbaru dari hulu ke hilir pada bulan Juni

2012 adalah α/β – mesosaprobik, α – mesosaprobik, dan β – mesosaprobik. 3. Fase saprobitas Sungai Sail Kota Pekanbaru dari hulu ke hilir pada bulan Juli

2012 adalah α/β – mesosaprobik, β/α – mesosaprobik, dan α/β – mesosaprobik. 4. Kualitas Sungai Sail Kota Pekanbaru berdasarkan indikator saprobiknya

menunjukkan tingkat pencemaran ringan, sedang dan cukup berat. UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Roza Elvyra dan bapak Khairijon yang telah sabar membimbing saya serta memberikan banyak saran dan masukan demi kesempurnaan penulisan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan saran terhadap penulisan karya ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ardi, 2002. Pemanfaatan Hewan Makrobentos Sebagai Indikator Kualitas Perairan Pesisir. Makalah Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. http:// www. Rudyct.tripod.com/sem2012/ardi.htm

Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press. Medan.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Goldman, C.R. & A.J. Horne. 1983. Limnology. Mc Graw Hill International Book Company. New York.

Hyness, H.B.N. 1972. The Ecology of Runing Water. Toronto University Press. Toronto.

Reynolds, C. S. 1990. The Ecology of Freshwater Phytoplankton. Cambridge University Press. Cambridge.

Supartiwi, E. N. 2000. Karakteristik Komunitas Fitoplankton dan Perifiton Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Sungai Ciujung, Jawa Barat. [Skripsi]. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor.

Suwondo, Febrita. E, Dessy & Alpusari. M. 2004. Kualitas Biologi Perairan Sungai Senapelan, Sago dan Sail di Kota Pekanbaru Berdasarkan Bioindikator Plankton dan Bentos. Jurnal Biogenesis. Vol. 1(1):15-20

(13)

13

Welch, E.B. 1980. Ecological Effects Of Waste Water. Cambridge University Press. Toronto.

Yustina. 1998. Keanekaragaman dan Distribusi Ikan di Sepanjang Sungai Rangau Provinsi Riau – Sumatera. [Thesis]. Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

angka ketahanan hidup tumor testis jenis non- seminoma dengan prognosis baik lebih tinggi dibandingkan non-seminoma dengan prognosis sedang maupun buruk (p=0,014).. Grafik 1:

Kemudian ditemukannya kejanggalan dalam salah satu proses penyelesaian kasus Erisman, dimana Erisman dituntut melanggar kode etik anggota DPRD Padang karena terbukti

Wibowo dan Untung (2005: 2-7) menyebutkan beberapa pendapat terkait bunga bank, pertama; alasan yang mendukung penerapan bunga bank. a) bunga atas pinjaman adalah

Materi aritmetika sosial merupakan materi yang banyak bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam setiap penyajian materi, peneliti memasukkan masalah kontekstual

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengembangan modul pada mata kuliah Filsafat Bahasa di STKIP PGRI Pacitan yang dilaksanakan tahun pertama 2013/2014 dan tahun kedua

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kejadian gangguan fungsi paru akibat paparan debu, umur, masa kerja, status gizi, lama kerja, kebiasaan merokok,

Langkah yang diambil ialah dengan program kegiatan yang berisi mengenai proses pengolahan informasi yang baik dan membentuk seseorang agar bisa menjadi generasi

Bahagian ini menerangkan metod y a n g digunakan dalam proses pembangunan sistem pakar iaitu Metod Kejuruteraan Pengetahuan (Durkin 1994) yang terdiri enam (6)