• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nama Mahasiswa : DICKY ARDHIAN PRASETYA NRP : : Teknik Sipil FTSP - ITS. M.Sc., Ph.D ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nama Mahasiswa : DICKY ARDHIAN PRASETYA NRP : : Teknik Sipil FTSP - ITS. M.Sc., Ph.D ABSTRAK"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1

Studi Kelakuan Dinamis Struktur Jembatan

Penyeberangan Orang (JPO) Akibat Beban Manusia Yang Bergerak : JPO Baja Depan McDonald Basuki Rahmat dan JPO Beton

Depan City Bank Basuki Rahmat Nama Mahasiswa : DICKY ARDHIAN

PRASETYA NRP : 3107 100 006

Jurusan : Teknik Sipil FTSP - ITS Dosen Konsultasi : Endah Wahyuni, ST.,

M.Sc., Ph.D ABSTRAK

Jembatan penyeberangan orang (JPO) menurut lokasinya bisa berada di jalan raya yang padat lalu lintasnya; berada di bandar udara, stasiun kereta api/bus; ataupun untuk menyeberangi sungai. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penelitian tentang pengaruh beban manusia bergerak dimana belum banyak orang yang meneliti di Indonesia. Dalam merencanakan struktur yang beban manusia sangat mempengaruhi, seperti stadion, lantai untuk olahraga, atau JPO apabila beban manusia bergerak tidak dipertimbangkan beban dinamisnya maka bisa menjadi penyebab kegagalan struktur. Sedangkan JPO di Indonesia yang merencanakan dengan pedoman SNI hanya memperhitungkan beban hidup sebagai beban statis, bukan beban dinamis.

Yang dimaksud dengan manusia bergerak adalah manusia pengguna jembatan yang bisa berjalan, berlari, atau meloncat. Studi ini akan dilakukan pemilihan model beban akibat manusia bergerak dari literature yang ada sehingga bisa diterapkan dalam perhitungan analisa struktur jembatan. Pembebanan ini akan dihitung secara dinamis, sehingga akibat orang yang bergerak akan menghasilkan reaksi vertikal dan horisontal dan yang berubah terhadap waktu. Dalam penelitian ini akan dilakukan studi model beban manusia individu. Setelah mendapatkan model beban, maka selanjutnya melakukan pengujian nilai frequensi alami dari jembatan. Setelah itu akan dilakukan pengujian model beban yang diaplikasikan sebagai pembebanan pada struktur JPO. Penelitian selanjutnya adalah membuat batasan nilai frekuensi alami dari JPO, dimana batasan ini berguna agar jembatan tidak terjadi resonansi. Dengan adanya batasan ini diharapkan ada pedoman untuk merencanakan JPO agar mempunyai nilai frekuensi alami yang berada dalam batasan tersebut.

Uji kasus dilakukan untuk menganalisa contoh JPO di Surabaya yaitu JPO beton dan JPO baja yang berada di jalan Basuki Rahmat Surabaya. Didapat beberapa kesimpulan mengenai kelakuan dinamis dari struktur JPO beton dan JPO baja. Untuk mode

pertama, bentuk getaran dari struktur JPO beton didominasi oleh arah horizontal. Sedangkan untuk struktur JPO baja didominasi oleh arah vertikal. Untuk frekuensi alami dari kedua struktur telah memenuhi ketentuan dari British Standart. Setelah frekuensi JPO akibat beban dinamis manusia terdefinisi, maka antara frekuensi alami dan frekuensi akibat beban dinamis manusia dibandingkan. Didapatkan kesimpulan bahwa kedua struktur JPO tidak mengalami resonansi. Dengan didapatkannya beberapa kesimpulan di atas, maka diharapkan kelakuan dinamis struktur jembatan penyeberangan orang akibat beban manusia yang bergerak bisa lebih dipahami. Kata kunci: beban hidup, manusia bergerak, dinamis, jembatan penyeberangan

(2)

2

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Study ini akan lebih mengkonsentrasikan beban hidup akibat manusia, yang digunakan mendesain struktur jembatan penyeberangan orang. Manusia sebagai beban hidup adalah sebagai makhluk yang bergerak, sehingga pada kondisi tertentu ketika sekumpulan manusia yang melakukan aktifitas seperti bersorak dengan irama tertentu, melakukan olah raga seperti senam, berjalan bersamaan dan berlari dengan kecepatan tertentu akan mengakibatkan terjadinya vibrasi pada struktur (Ellis, 2004; Brownjohn, 2007).

Tata cara desain jembatan sudah diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI), tetapi belum menyangkut pengaruh beban manusia berjalan pada jembatan penyeberangan orang. Dalam SNI hanya diperhitungkan beban hidup sebagai beban statis, bukan merupakan beban dinamis. Padahal pengaruh terbesar pada jembatan penyeberangan tersebut adalah akibat manusia bergerak yang menghasilkan reaksi vertikal dan horizontal yang bisa menimbulkan vibrasi pada jembatan. Melihat kondisi-kondisi yang pernah terjadi seperti disebut diatas, maka diperlukan adanya studi lebih lanjut tentang adanya beban dinamis dari manusia pada perencanaan Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) di Indonesia.

Tugas akhir (TA) dengan topik “Studi Kelakuan Dinamis Struktur Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Akibat Beban Manusia Yang Bergerak : JPO Baja Depan MacDonald Basuki Rahmat dan JPO Beton Depan City Bank Basuki Rahmat” ini bermaksud sebagai referensi agar dapat diketahui kelakuan struktur jembatan penyeberangan orang akibat beban dianamis manusia dengan studi kasus jembatan penyebrangan orang di Surabaya.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan Utama dari TA ini adalah bagaimana caranya untuk memperhitungkan beban dinamis akibat beban hidup manusia bergerak pada perencanaan jembatan penyeberangan orang. Sedangkan detail permasalahanya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perilaku dinamis struktur jembatan penyeberangan orang.

2. Berapa nilai frekuensi alami dan respon struktur jembatan penyeberangan orang akibat

beban dinamis manusia dengan British Standard.

3. Bagaimana perilaku jembatan penyeberangan orang yang mengalami vibrasi akibat beban dinamis manusia.

1.3. Pembatasan Masalah

Dengan terbatasnya waktu penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Beban manusia bergerak dimodelkan dalam model beban yang diperoleh berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya.

2. Hanya dilakukan studi numerik dengan bantuan software SAP2000.

3. Jembatan yang dianalisa di ambil dari jembatan penyeberangan beton depan City Bank Basuki Rahmat dan jembatan penyeberangan baja depan MacDonald Basuki Rahmat Surabaya.

4. Jembatan yang diteliti adalah jembatan penyeberangan orang dengan satu bentang, seperti yang banyak ditemui sebagai struktur jembatan penyeberangan di Indonesia.

5. Tidak membahas tentang pondasi jembatan.

6. Tidak membahas pendetailan dari elemen-elemen jembatan.

7. Beban dinamis yang digunakan adalah beban dinamis manusia berjalan.

8. Beban dinamis yang dipakai adalah beban akibat satu orang yang berjalan

1.4 Tujuan

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperhitungkan beban hidup manusia bergerak pada perencanaan jembatan penyeberangan orang. Tujuan rinci dari studi ini bisa diuraikan sebagai berikut:

1 Mengkaji perilaku dinamis jembatan penyeberangan orang.

2 Mengetahui nilai frekuensi alami dan respon struktur dengan standar British Standard.

3 Mengkaji perilaku jembatan penyeberangan orang yang mengalami vibrasi yang disebabkan oleh beban dinamis manusia tersebut.

1.5 Manfaat

Studi ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai langkah awal untuk menciptakan jembatan penyeberangan orang yang aman dan nyaman dengan melakukan studi kelakuan dinamis struktur JPO. Dengan adanya jembatan penyeberangan yang dianalisa dan didesain dari semua beban yang

(3)

3

memungkinkan terjadi pada struktur tersebut, maka

diharapkan tidak ada kekuatiran lagi adanya jembatan yang runtuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beban Dinamis

Vibrasi adalah getaran yang terjadi pada suatu struktur yang bergerak mengacu pada titik keseimbangan. Manusia akan menerima level tertentu dari vibrasi tergantung pada lingkungan dan aktifitas yang mereka lakukan.. Umumnya, beberapa kriteria digunakan dalam mendesain berdasarkan tingkatan dari: a) frekuensi alami; b) karakteristik damping dan c) maksimum lendutan dan kecepatan yang terjadi. Manusia adalah sensor yang sensitif terhadap vibrasi. Setengah amplitudo dari 1.00mm atau kecepatan 0.5%g akan mengganggu manusia di tempat yang sepi seperti di rumah atau kantor. Jika lingkungan menjadi ramai seperti di shopping mall atau di jembatan penyeberangan, maka toleransi menjadi naik. Ketika manusia melakukan aktifitas seperti dalam konser musik, berdansa atau aerobik, level toleransi akan naik lebih lanjut. Kesensitifan juga akan bervariasi tergantung waktu vibrasi dan jarak dari sumber vibrasi (Wyatt, 1989).

British Standard BS 5400 (BSI, 1978) adalah standard yang pertama kali memperhatikan kemungkinan masalah vibrasi pada jembatan. Ide ini kemudian banyak diadopsi di beberapa kode, dan tahun 1989, International Standardization Organization mengeluarkan standard ISO 2631-2 (1989) yang meliputi beberapa lingkup vibrasi pada bangunan yang kemudian diadopsi dengan British Standard. Standard tersebut membatasi kecepatan untuk vibrasi-vibrasi sebagai fungsi waktu dan frekuensi, baik arah longitudinal maupun transversal dari manusia berdiri, duduk dan posisi tidur.

Ellis (2004) meneliti tentang beban kelompok meloncat dengan menggunakan analisis numerikal. Analisa ini didasarkan atas hasil eksperimen dari 64 orang yang meloncat secara kelompok dan individu. Model dasar dari beban berkelompok yang bergerak ini didasarkan atas asumsi bahwa beban tersebut merupakan beban harmonis yang merupakan perkalian dari beban individu dan tambahan dari faktor pembebanan dinamik yang diselesaikan dengan menggunakan analisa Fourier, yang merupakan sebuah subjek yang mempelajari fungsi trigonometri yang lebih sederhana. Berdasarkan beban load individual dan experimen pada kelompok orang yang melakukan jumping diperoleh kesimpulan bahwa beban berkelompok

bisa diaplikasikan sebagai model beban dinamis struktur.

Wahyuni (2009a) telah membahas tentang respon dinamik pada lantai komposit akibat beban manusia berjalan yang berupa kecepatan dan perpindahan. Respon dinamik lantai komposit tersebut dibandingkan antara hasil pengetesan dan teoritis. Respon dinamik pada balok beton bertulang di atas dua perletakan yang diakibatkan oleh beban manusia jumping (meloncat-loncat) dengan frekuensi lompatan tertentu juga di kaji pada Wahyuni (2007). Diketahui bahwa jenis loncatan dari orang yang ditest akan sangat mempengaruhi respon yang terjadi pada balok. Apakah seseorang meloncat dan kembali ke balok dengan tumitnya, ataukah dengan ujung jari, ataukah dengan telapak kaki, yang pertama kali menyentuh balok, akan memberikan perbedaan hasil. Setelah dilakukan berkali-kali maka diperoleh hasil yang memuaskan untuk mengetahui respon balok beton bertulang akibat manusia meloncat dan kemudian membandingkan dengan teori yang sudah ada. Penelitian tentang response dinamis balok beton bertulang akibat beban manusia ini menyimpulkan bahwa prediksi respon struktur dapat terjadi kesalahan yang fatal akibat kesalahan dalam mengartikan model struktur ataupun akibat input data yang tidak tertentu, bahkan hanya untuk balok diatas dua perletakan. Kesimpulan lain adalah dengan menggunakan bantuan hubungan antara kekakuan statis dan kekakuan modal, dan frekuensi alami terukur, maka respon struktur akibat beban manusia bergerak dapat diprediksi dengan akurat. Dari penelitian pendahuluan tersebut sudah diperoleh hasil yang menggembirakan untuk mengetahui respon struktur akibat beban manusia bergerak secara individu, sedangkan manusia yang bergerak secara kelompok atau bersamaan akan dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini. Demikian pula dengan struktur yang pada penelitian pendahuluan, hanya pada balok diatas tumpuan saja maka pada penelitian akan dilakukan pengetesan pada struktur jembatan penyeberangan yang terdiri dari pelat, balok dan kolom.

2.2GETARAN BEBAS

Sistem struktur akan mengalami getaran bebas jika sistem struktur tersebut mengalami gangguan dari posisi keseimbangan statiknya dan bergetar bebas tanpa adanya beban dinamik luar. Gangguan tersebut berupa peralihan lateral awal dan kecepatan awal.

(4)

4

Persamaan dinamik getaran bebas tanpa redaman adalah : m + k = 0 dimana : m= massa struktur k = kekakuan lateral = peralihan lateral

Karena struktur bergetar bebas, maka dalam persamaaan diatas, pada suku sebelah kanan tidak ada gaya luar yang tergantung waktu yaitu p(t). Solusi umum persamaan getaran bebas adalah :

= A cos ωt + B sin ωt

= - Aωsinωt + Bωcosωt

Gangguan awal berupa (0) pada saat t=0 dan (0) pada saat t=0. Dari persamaan diatas jika dimasukkan syarat awal tersebut maka didapat koefisien A dan B yaitu :

A= u (0) B =

sehingga respon getaran bebas adalah : (t) = (0) cosωnt + sinωnt (t) = (t) = = ωn =

Waktu yang diperlukan oleh sistem untuk melakukan satu kali getaran disebut periode getar alami Tn (natural period of vibration) dan berhubungan dengan frekuensi getar alami ωn. Periode getar alami dinyatakan sebagai berikut :

Tn = (dt)

jumlah getaran yang dilakukan setiap detiknya disebut frekuensi fn (natural cyclic frequency), dinyatakan sebagai berikut :

fn =

fn =

Gambar 2.1 Periode gelombang

Properti getaran alami hanya tergantung dari massa dan kekakuan struktur. Untuk 2 buah system dengan massa yang sama tetapi berbeda kekakuannya, sistem dengan kekakuan yang lebih besar mempunyai fruensi alami yang lebih besar dan periode getar lebih pendek. Dan jika 2 buah struktur dengan kekakuan yang sama tetapi berbeda massanya, sistem dengan massa lebih besar mempunyai frekuensi alami lebih kecil dan periode getar lebih panjang, Fjalar Hauksson (2005).

2.3 Jembatan Penyeberangan Orang

Fugueiredo dan lainnya (2008) mengembangkan model pembebanan yang akan mempengaruhi beban di jembatan penyeberangan orang. Pengaruh dari tumit manusia ketika berjalan juga dimasukkan dalam model beban. Dilakukan studi dari beberapa jembatan penyeberangan orang dengan tipe komposit dengan panjang jembatan antara 10-35 meter.

Pembebanan pada jembatan penyeberangan orang akibat beban manusia merupakan beban harmonik. Beban harmonik ini didasarkan atas interaksi antara beban satu kaki ketika berjalan dan simultan dengan satu kaki lagi yang tidak membebani. Model load dalam studi ini dinyatakan dalam bentuk matematis dimana amplitude terbesar adalah ditengah, dan frekuensi adalah dimisalkan sama dengan fundamental frekuensi alami jembatan. Model pembebanan dinamis yang biasanya dimodelkan secara matematis dengan Series Fourier (Ellis, 2004) kemungkinan tidak sesimple series tersebut, karena adanya pengaruh tumit manusia ketika berjalan sehingga ada waktu transient dari model pembebanannya. Pengaruh tumit manusia dalam model beban ini dibuat faktor 1.12, namun demikian pelu ditekankan bahwa nilai ini sangat terpengaruh atau berbeda antara satu orang dengan yang lainnya.

Model jembatan secara numerik dilakukan pada jembatan-jembatan tersebut dengan menggunakan program ANSYS. Pada model ini, girder baja dimodelkan sebagai balok tiga dimensi sedangkan

(5)

5

slab beton dimodelkan sebagai elemen shell, dan

dilakukan pula pemodelan sebagai struktur komposite antara beton dan baja tersebut. Pemodelan jembatan ini juga memperhatikan perbedaan eksentrisitas dari slab dan girder. Tiap node pada pemodelan ini mempunyai enam derajat kebebasan (DOF) dalam ruang.

Analisa dinamis dilakukan pada pemodelan numerik jembatan yang mempunyai panjang berbeda. Untuk maksud perhitungan secara praktis, analisa linear time-domain dilakukan dalam studi ini. Respon dinamik dari jembatan penyeberangan orang tersebut ditentukan dari frekuensi alami, penurunan, kecepatan dan percepatan yang terjadi akibat beban manusia berjalan.

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa standard (ISO, 1989) untuk mendesain jembatan penyeberangan orang menghasilkan nilai yang tidak aman karena mereka didasarkan atas penyederhanaan model beban. Dideteksi dari tipe jembatan ini dapat mencapai tingkat vibrasi yang tinggi yang berarti ketidak nyamanan dari pengguna jembatan dan terutama keselamatannya.

BAB III METODOLOGI

3.1. Uraian Tahapan Tugas Akhir

Tugas akhir ini akan dilaksanakan dengan studi literatur, melakukan kajian tentang pembebanan hidup akibat manusia bergerak. Metodologi penelitian dalam hal ini dengan sendirinya sudah termasuk didalam proses penelitian itu sendiri melalui cara berfikir kritis dan logis, misalnya dalam pembuktian teorema atau teori. Setelah kajian teoritik, kemudian akan dilakukan kajian numerik yang diuji dengan beberapa contoh dari struktur jembatan penyeberangan orang.

Pertama yang akan dilakukan adalah mengumpulkan data eksisting beberapa jembatan penyeberangan orang di Surabaya. Jembatan yang dipilih adalah jembatan penyeberangan orang dengan tipe struktur beton dan baja. Lalu mulai memodelkan struktur jembatan penyeberangan dengan menggunakan program SAP 2000. Setelah struktur jembatan sudah dapat dimodelkan, dilanjutkan dengan melakukan analisa struktur. Dengan melakukan analisa, dapat diketahui kelakuan dinamis struktur jembatan yang biasa disebut dengan free vibration.

Tahap selanjutnya adalah akan dilakukan pembuatan model beban akibat manusia berjalan,

dengan melakukan beberapa pengetesan dari hubungan manusia berjalan dengan struktur. Model beban manusia tersebut akan dibuat secara matematis sehingga bisa diterapkan dalam perhitungan analisa struktur jembatan. Pembebanan ini akan dihitung secara dinamis, sehingga akibat orang yang berjalan akan menghasilkan reaksi vertikal dan horisontal dan yang berubah terhadap waktu.

Dari pengujian ini dapat dilihat respon dinamis jembatan akibat beban dinamis manusia. Dan sebagai tujuan akhir dalam tugas akhir ini adalah untuk mengetahui perilaku struktur jembatan penyeberangan orang yang mengalami vibrasi yang disebabkan oleh beban dinamis manusia.

(6)

6

2 2 n n n

a

b

r





n n n

b

a

1

tan

p p

f

2

 

  p n n n

n

t

r

a

G

t

F

sin

1 0 NOT OK Not OK OK Gambar 3.1. Diagram alir studi kelakuan dinamis

struktur JPO

3.2. Rancangan Tugas Akhir

Rancangan tugas akhir ini meliputi yang pertama adalah melakukan studi tentang beban dinamis manusia pada struktur jembatan penyeberangan berdasarkan penelitian sebelumnya dan jurnal yang membahas tentang pengaruh beban dinamis manusia terhadap struktur jembatan penyeberangan.

Tahapan yang kedua adalah mengumpulan data – data eksisting jembatan penyeberangan orang yang berada di Surabaya. Tipe struktur jembatan yang digunakan adalah jembatan beton dan baja. Adapun data – data yang dibutuhan meliputi :

1. Panjang bentang 2. Lebar jembatan 3. Jarak gelagar melintang 4. Jarak gelagar memanjang 5. Dimensi balok, kolom dan pelat 6. Mutu beton

7. Gambar struktur

Setelah data terkumpul, tahapan ketiga adalah memodelkan struktur jembatan penyeberangan dengan menggunakan program SAP2000. dengan menganalisa pemodelan struktur jembatan dapat diketahui free vibration (getaran bebas) dari struktur jembatan.

Tahap Keempat adalah pembuatan pemodelan manusia berjalan sebagai beban dinamis pada struktur yang didapatkan dari studi literatur dan penelitian pendahuluan yang sudah dilakukan pengusul. Model beban dianamis manusia berupa model individu dan kelompok. Ellis2004 telah memodelkan beban individu dengan persamaan:

Dimana :

F (t) = waktu variasi beban G = berat individu

n = jumlah masa Fourier

rn = koefisien Fourier (atau dinamis load factor) Tp = periode beban siklik atau kebalikan dari siklik frekuensi

φn = fase lag masa n

Program SAP2000 versi 14 akan digunakan sebagai alat bantu untuk menganalisa pembebanan manusia Mengaplikasikan model

beban ke dalam struktur jembatan

Studi kelakuan dinamis jembatan

dengan peraturan British Standart

Kesimpulan dan saran

FINISH

Penentuan model beban dinamis akibat manusia bergerak di jembatan

START

Pengambilan Data

Jembatan beton dan baja

Studi Literatur

Pemodelan dan analisis Strutur jembatan dengan menggunakan SAP2000

kontrol elemen

struktur -Beton -Baja

(7)

7

bergerak dengan metode Time History. Setelah

dilakukan beberapa uji numerik, maka akan dibuat model beban dinamis tersebut secara matematis sehingga beban tersebut dapat digunakan dalam analisa struktur jembatan.

Setelah pembuatan pemodelan beban secara matematis maka rancangan penelitian kelima adalah melakukan analisa modal dari struktur jembatan penyeberangan dengan menggunakan software finite element analisis SAP2000. Beberapa tipe jembatan penyeberangan orang yaitu tipe jembatan beton di Surabaya akan dianalisa kelakuan dinamis strukturnya dengan membuat beberapa tipe jembatan tersebut dengan panjang jembatan yang berbeda. Perbedaan panjang jembatan ini akan berguna sebagai gambaran umum dari kelakuan dinamis jembatan penyeberangan orang. Mode shape dan natural frequency dari jembatan tersebut akan di kaji sehingga dapat diperoleh batasan nilai frekuensi alami pada jembatan-jembatan tersebut. Batasan ini berhubungan dengan frekuensi beban manusia yang bergerak, dimana pada batasan frekuensi tertentu manusia akan mengalami kesulitan melakukan pergerakan. Contohnya orang tidak akan berjalan pada frekuensi kurang dari 1.5 Hz atau lebih dari 3 Hz. Pembatasan nilai frekuensi alami struktur ini sangat penting, karena dengan melihat batasan, perencana akan mengetahui apakah frekuensi alami strukturnya berada pada batasan dimana struktur yang dibuat tersebut akan mengalami atau tidak mengalami resonansi. Kalau mengalami resonansi maka akan berakibat akan kegagalan struktur. Setelah mengetahui model beban dan kelakuan alami jembatan penyeberangan, maka dibuat rancangan keenam adalah melakukan uji secara numerik dari model beban yang diaplikasikan pada jembatan-jembatan yang telah dianalisa sebelumnya. Dari rancangan keenam ini akan diketahui kelakuan dinamis dari struktur jembatan penyeberangan orang, akibat beban dinamis manusia.

BAB IV

PERENCANAAN DAN KONTROL STRUKTUR JPO

4.1.Data-data Perencanaan

Dalam Tugas Akhir ini akan dilakukan analisa kelakuan dinamis strukstur jembatan

penyeberangan. Namun sebelum melakukan analisa kelakuan dinamis struktur jembatan, dilakukan terlebih dahulu check design struktur jembatan penyeberangan beton dan baja. Karena apabila ada pada perencanaan sebelumnya ada suatu kesalahan, maka akan mempengaruhi pada analisa numeriknya. Maka dari itu terlebih dahulu dilakukan check design struktur jembatan penyeberangan baja dan beton.

4.2.Data-Data Teknis

Konstruksi jembatan yang akan dicheck adalah konstruksi jembatan beton dan baja :

4.2.1.Jembatan Beton

Nama Jembatan : Jembatan Penyeberangan Beton

Lokasi : Depan Citibank, Basuki Rahmat, Surabaya

Tipe Jembatan : Jembatan penyeberangan beton dengan satu bentang.

Fungsi : Akses pejalan kaki untuk menyeberangi Jalan Basuki Rahmat.

Panjang total : 22 m, terdiri dari 1 bentang. Lebar total : 1.7 m

4.2.2. Jembatan Baja

Nama Jembatan : Jembatan Penyeberangan Baja Lokasi : Depan MacDonald, Basuki

Rahmat, Surabaya

Tipe Jembatan : Jembatan penyeberangan baja dengan satu bentang. Fungsi : Akses pejalan kaki untuk

menyeberangi Jalan Basuki Rahmat.

Panjang total : 26 m, terdiri dari 1 bentang. Lebar total : 2.7 m

4.3.Data-data Bahan

mutu beton dan baja yang digunakan dalam perencanaan JPO ini adalah sebagai berikut:

1. Jembatan Penyeberangan Beton

 Kuat tekan beton (fc’) = 29 Mpa

 Kuat tekan beton untuk konstruksi sekunder (fc’) = 20 Mpa

 Mutu baja untuk tulangan digunakan baja mutu fy = 314 Dimensi struktur jembatan penyeberangan beton :

(8)

8

1. Balok melintang dengan ukuran 30 x 50 cm 2. Balok memanjang dengan ukuran 80 x 100 cm 3. Balok tangga dengan ukuran 25 x 25 cm 4. Balok diafragma dengan ukuran 30 x 50 m

Gambar 4.6 JPO beton depan Citi Bank Basuki Rahmad

2. Jembatan Penyeberangan Baja

 Mutu baja yang digunakan adalah baja mutu fy = 320

Profil baja struktur jembatan penyeberangan baja :

1. Balok Memanjang menggunakan profil WF 800x300x16x30

2. Balok Melintang menggunakan profil WF 300x150x6,5x9

3. Kolom menggunakan profil WF 600x300x3x4 4. Bracing menggunakan profil L 110x110x10

Gambar 4.12 JPO baja depan Mc Donald’s Basuki Rahmad

Gambar 4.13 JPO baja depan Mac Donald’s Basuki Rahmad

4.4.CEK DESAIN STRUKTUR JPO

Jembatan penyeberangan orang (JPO) terbentuk dari beberapa komponen struktur yang memiliki fungsi yang berbeda. Elemen balok kolom menjadi struktur primer yang berfungsi menahan beban strukturnya sendiri dan beban luar, sedangkan struktur lain seperti pelat lantai dan brasing disebut struktur sekunder. Pengecekan kekuatan struktur JPO menggunakan program bantu SAP 2000, dimana struktur balok kolom menjadi struktur yang

akan dibuat pemodelannya.

Selanjutnyadibebanidengan struktur sekunder. Program bantu SAP 2000 memiliki beberapa tahapan kerja, antaralain :

1. Pembuatan model struktur sesuai dengan bentuk geometri dan dimensi bangunan.

2. Memasukkan data material, dimensi penampang, balok kolom, jenis beban dan kombinasi beban.

3. Memasukkan besarnya beban luar pada model struktur balok dan kolom.

4. Analisa gaya dan kekuatan struktur dalam menahan beban luar.

4.4.1. Pembuatan model struktur sesuai dengan bentuk geometri dan dimensi bangunan

Tahapan kerja pertama dalam membuat model adalah, mengatur satuan yang digunakan. Satuan yang digunakan adalah satuan berat, panjangdantemperatur.

Direncanakan satuan untuk berat :kgf, panjang : m, suhu : C, maka dalam SAP 2000 satuan yang harus digunakan adalah kgf,m,C.

(9)

9

Setelah satuan disesuaikan dengan satuan rencana,

maka dilanjutkan dengan tahap membuat model. Dalam pembuatan model ini ada 2 hal yang harus dipahami yaitu mengenai system koordinat global dan gridline.

Sistem koordinat yang digunakan dalam SAP 2000 adalah system koordinat kartesian 3 dimensi yang terdiri dari sumbu x, y, dan z. untuk memudahkan pembuatan model, sumbu y mewakili lebar model dan sumbu z mewakili tinggi model.

Gridline adalah garis bantu dalam membuat model yang menunjukkan bentuk geometri dan dimensi dari struktur bangunan. Secara umum gridline dapat disimpulkan sebagai sebuah pola gambar dari sebuah struktur bangunan.

Tahap terakhira dalah pembuatan model perletakan. Umumnya model perletakan untuk struktur JPO adalah jepit, namun jika perlu dilakukan modifikasi maka SAP 2000 telah menyediakan 3 bentuk perletakan lainnya yaitu, sendi, rol dan bebas. JPO Baja

4.14 Gambar model gridline untuk JPO bajA JPO Beton

4.15 Gambar model gridline untuk JPO beton

4.4.2. Memasukkan data material, dimensi penampang, balok kolom, jenis beban dan kombinasi beban

Model yang telah dibuat pada tahap pertama belum bisa dianggap sebagai sebuah struktur JPO karena model tersebut belum didefinisikan material dan dimensi penampang balok kolomnya. Olehkarena itu langkah selanjutnya adalah memasukan data material yang digunakan untuk struktur balok kolomnya. Material yang digunakan untuk konstruksi JPO ini adalah beton dan baja. Untuk mendefinisikan material tersebut sebagai beton dan baja dengan memasukkan karakteristik kedua bahan tersebut.

4.4.2.1. Data Material dan Penampang Baja :

Berat volume baja (γ baja) = 7850 kg/m3 Massa jenisbeton (ρ beton) = γ

=

= 785 kg/m3

Modus elastisitas (E) = 2,1 . 105 kg/cm2

Tegangan putus baja (fu) = 520 MPa Tegangan leleh baja (fy) = 390 MPa Data dimensi penampang balok kolom :

1. Balok Melintang menggunakan profil WF 800x300x16x30

2. Balok Memanjang menggunakan profil WF 300x150x6,5x9

3. Kolom E menggunakan profil WF 600x300x3x4 4. Bracing I menggunakan profil L 110x110x10

Beton :

Berat volume beton (γ beton) = 2400 kg/m3 Massa jenis beton (ρ beton) = γ

=

(10)

10

= 240 kg/m3

Modus elastisitas (E) = 2,1 . 105 kg/cm2

Kuat tekan beton (fc’) = 29 Mpa untuk primer dan 20 Mpa untuk sekunder

Tegangan leleh baja (fy) = 390 Mpa

Data dimensi penampang balok kolom

1. Balok melintang dengan ukuran 30 x 50 cm 2. Balok memanjang dengan ukuran 80 x 100 cm

3. Balok tangga dengan ukuran 25 x 25 cm 4. Balok diafragma dengan ukuran 30 x 50 mm Selimut beton (decking) = 40 mm= 0.04m

4.4.2.2. Data Pembebanan : BebanMati

Beban mati yang terjadi pada struktur ada 2 macam, yaitu berat sendiri dan beban mati tambahan.

BeratSendiri

Perhitungan besarnya momen akibat berat sendiri struktur langsung dihitung dengan sendirinya oleh program bantu SAP 2000 dengan mutu beton dan material sesuai dengan peraturan, berat sendiri balok akan berbeda-beda karena dimensi balok berbeda secara parabolik.

Analisa Beban Mati Tambahan

Berat tegel + penutup lantai = 0.02 x 2.400 = 48 kg/m2

Berat finishing lantai = 0.01 x 2.200 =22 kg/m2+ Total beban mati tambahan

= 70 kg/m2

BebanHidup

Beban hidup yang terjadi pada struktur adalah beban hidup manusia sebesar 250 kg/m2

ql = 250 kg/m2

Setelah jenis beban dimasukkan, harus dipahami bahwa beban- beban ini tidak bekerja secara sendiri. Pada umumnya beban – beban tersebut bekerja secara bersama-sama. Olehkarena itu perlu dilakukan kombinasi beban.

Kombinasi1 :1.4 beban mati

Kombinasi2 :1.2 beban mati + 1.6 beban hidup Kombinasi 3 : 1.2 beban mati + 1.6 beban hidup + 0.8 beban angin.

4.4.3 Memasukkan besarnya beban luar pada model struktur balok dan kolom

Untuk memberikan beban merata pada balok dan pelat, perlu diperhatikan bahwa beban merata tersebut memiliki 2 jenis yaitu, beban merata mati dan beban merata hidup, sehingga pada saat memberikan beban harus dilakukan secara berurutan.

4.4.4 Analisa gaya dan kekuatan struktur dalam menahan beban luar

Sebagai langkah awal terhadap analisa struktur perlu dilakukan penentuan terhadap degree of freedom. Degree of freedom adalah komponen perpindahan yang diperhitungkan saat analisa struktur. Degree of freedom terdiri dari 6 komponen yaitu translation 1,2,3 (U1,U2,U3) dan rotation 1,2,3 (R1,R2,R3). SAP 2000 selalu mengaktifkan keenam komponen tersebut saat analisa struktur.

Setelah melukukan analisa struktur diperoleh gaya dalam (bidang M, N, D, dan T), reaksi perletakan dan analisa kekuatan struktur.

(11)

11

4.16 Gambar bidang M JPO baja

4.17 Gambar bidang D JPO baja

4.18 Gambar bidang N JPO baja

4.19 Gambar bidang M JPO beton

4.20 Gambar bidang D JPO beton

4.21 Gambar bidang N JPO beton

Bagian terpenting dari analisa struktur menggunakan program bantu SAP 2000 adalah cek desain struktur. Cek desain struktur ini memiliki 3 fungsi, yaitu :

1. Mengetahui kekuatan profil baja dalam memikul beban luar yang terjadi.

2. Mengetahui tingkat keekonomisan penggunaan profil baja.

3. Memperkirakan jumlah tulangan yang dibutuhkan untuk balok dan kolom. 4.4.5. Cek desain struktur baja

4.22 Gambar cek desain JPO baja

Dari gambar hasil cek desain struktur baja di atas dapat diperhatikan bahwa kekuatan profil baja di tunjukkan dengan warna yang mewakili interval nilai tertentu dari 0 s.d. 1.Nilai antara 0 s.d. 1 merupakan nilai perbandingan antara beban ultimate dari beban luar yang terjadi dengan beban nominal yang mampu dipikul oleh profil baja dari hasil perhitungan kekuatan profil baja dengan SAP 2000. Pernyataan tersebut sesuai dengan rumus :

Diambil salah satu balok memanjang. Didapatkan Pu = 38.465,878 N

(12)

12

= 250,74

c

=

= = 2.75 = 1,25

c2 = 9.45 Pn = Ag

fy

= 307.6

45

.

9

240

= 7812.06 kg = 78120.6 N Mn = Zx x Fy = 8400000 x 240 = 2.016.000.000 N-mm 0.28 + 0.47 ≤ 1 0.75 ≤ 1

Dari rumus diatas bisa disimpulkan bahwa profil baja dikatakan kuat memikul beban luar yang terjadi, apabila nilai perbandingan lebih kecil atau sama dengan 1. Apabila nilai perbandingan lebih dari 1, maka profil baja tersebut harus direncanakan ulang. Selain itu, hasil nilai perbandingan yang mendekati 1 berarti profil sudahcukup ekonomis. Sebaliknya apabila nilai perbandingan mendekati 0 berarti profil masih sangat boros. Gambar diatas menunjukkan bahwa perencanaan profil baja sangat kuat untuk memikul beban luar yang terjadi, akan tetapi profil baja yang digunakan masih sangat boros.

4.4.6. Cek desain struktur beton :

4.23 Gambar cek desain JPO beton Untuk struktur beton, SAP 2000 tidak hanya berfungsi untuk merencanakan tulangan yang diperlukan oleh struktur tersebut. Namun dapat juga digunakan untuk mengecek kekuatan balok dan kolom beserta tulangannya. Dengan memasukkan data pada section data, reinforcement to be cheked, kita dapat menggambar bentuk penampang balok atau kolom beserta tulangannya dengan menggunakan section designer.

4.24 Gambar section data kolom

(13)

13

4.26 Gambar section data balok

4.27 Gambar section designer balok Dari gambar hasil cek desain struktur beton di atas dapat diperhatikan bahwa kekuatan penampang beton di tunjukkan dengan warna yang mewakili interval nilai tertentu dari 0 s.d. 1.Nilai antara 0 s.d. 1 merupakan nilai perbandingan antara beban ultimate dari beban luar yang terjadi dengan beban nominal yang mampu dipikul oleh penampang beton dari hasil perhitungan kekuatan penampang beton dengan SAP 2000.

Apabila nilai perbandingan lebih dari 1, maka penampang beton tersebut harus direncanakan ulang. Selain itu, hasil nilai perbandingan yang mendekati 1 berarti penampang beton sudah cukup ekonomis. Sebaliknya apabila nilai perbandingan mendekati 0 berarti penampang beton masih sangat boros. Gambar diatas menunjukkan bahwa perencanaan penampang beton sangat kuat untuk memikul beban luar yang terjadi, akan tetapi penampang beton yang digunakan masih sangat boros.

BAB V

ANALISA DINAMIS STRUKTUR

5.1. Natural Frekuensi

Modal analisis dapat digunakan untuk

menentukan frekuensi alami dan bentuk model

getaran dari sebuah struktur. Frekuensi alami

struktur adalah frekuensi dari struktur yang

selama alami cenderung untuk bergetar jika

struktur ini terkena gangguan. Model bentuk

getaran dari sebuah struktur adalah bentuk

lendutan struktur pada frekuensi yang spesifik.

Ketika analisis model bekerja, terjadi getaran

bebas dari struktur. Getaran bebas adalah

ketika tidak ada getaran eksternal yang

diaplikasikan dan redaman struktur diabaikan.

Frekuensi alami suatu struktur bisa diperoleh

dengan menggunakan bantuan software

elemen hingga. Nilai frequensi alami ini dapat

digunakan sebagai pedoman apakah suatu

struktur akan mengalami resonansi atau tidak.

Suatu struktur akan mengalami resonansi

apabila nilai frequensi beban yang diterima

struktur mendekati atau sama dengan frekuensi

alaminya. Biasanya, pada 3 atau 4 pertama

model harmonis yang dipertimbangkan

berpotensial resonansi. Frekuensi alami

pertama berkisar antara 3-4 Hz untuk getaran

horizontal. Seperti disebutkan pada nilai

diatas, frekuensi alami pada jembatan adalah

dibawah 5 Hz pada getaran horizontal, dengan

demikian sebaiknya dicek pada kemampuan

penggunaan getaran. Seperti disebutkan pada

British Standart sejak standart Indonesia tidak

menyusun getaran pada struktur akibat beban

dinamis manusia.

(14)

14

Frekuensi

alami Bentuk getaran

Frekuensi

alami Bentuk Getarannya

1 2.75 Horizontal 7.675 Vertikal 2 5.18 Horizontal 10.31 Horizontal 3 10.62 horizontal pada tangga 14.48 Horizontal pada tangga 4 12.19 Vertikal 16.91 Horizontal pada

tangga

5 13.21 Torsi 18.27 Horizontal pada balok tangga

6 16.65 Vertikal 19.73 Horizontal pada balok tangga 7 24.3 Torsi pada tangga 22.361 Vertikal 8 27.84 Vertikal di ujung 36.65 Horizontal pada

tangga

9 38.97 Torsi 55.71 Vertikal

10 60.93 Torsi 131.92 Torsi

JPO Beton JPO Baja

Mode

Tabel 5.1 Natural Frekuensi JPO

5.2. Mode Shape (Bentuk Model)

Pada umumnya sebuah struktur jembatan bisa

memiliki 3 macam model getaran inti.

Horizontal, torsi, dan vertical. Dengan model

getaran lateral, struktur seluruh jembatan

cenderung mengarah ke getaran horizontal.

Kadang-kadang pada hubungan vertical yang

sangat kecil, getaran torsional dan longitudinal

pada frekuensi alami yang paling rendah.

Ketika sebuah jembatan bergetar dibawah

model getaran vertical, keseluruhan struktur

jembatan akan bergetar pada bidang vertical,

dan dibawah model getaran torsional, pelat

akan berputar.

Mode 1

JPO beton

Gambar mode 1 dari JPO beton dan baja dapat

dilihat pada Gambar 5.1 dan 5.2 berurutan.

5.1 Gambar mode 1 JPO beton

JPO Baja

5.2 Gambar mode 1 JPO baja

Untuk Mode satu pada struktur JPO beton

didominasi oleh arah getaran horizontal

(searah sumbu X), sedangkan untuk struktur

JPO baja didominasi oleh arah getaran vertical

(searah sumbu Z). Ini menunjukkan bahwa

pada JPO beton apabila dikenai beban

horizontal akan lebih terpengaruh dibanding

dengan beban vertical. Untuk itu perlu dicek

apakah beban manusia bergerak akan

menimbulkan beban horizontal yang cukup

mempengaruhi kekuatan struktur.

Sedangkan pada JPO baja, beban vertical akan

lebih berpengaruh dibanding beban horizontal,

sehingga pengaruh berat sendiri dan beban

gravitasi lainnya perlu diteliti lebih lanjut

untuk mengetahui kemampuan strukturnya.

Mode 2

Gambar mode 2 dari JPO beton dan baja dapat

dilihat pada Gambar 5.3 dan 5.4 berurutan

JPO Beton

5.3 Gambar mode 2 JPO beton

JPO Baja

(15)

15

5.4 Gambar mode 2 JPO baja

Untuk mode 2

Untuk Mode dua pada struktur JPO beton dan

struktur JPO baja didominasi oleh arah getaran

horizontal (searah sumbu X). Seperti yang

disampaikan pada mode 1 diatas, maka dapat

dikatakan bahwa beban horizontal akan lebih

mempengaruhi struktur.

Dari kedua mode tersebut dapat dikatakan

bahwa perlu mempertimbangkan pengaruh

beban

manusia

berjalan

yang

bisa

menimbulkan getaran arah horizontal pada

struktur JPO.

Mode 3

Gambar mode 2 dari JPO beton dan baja dapat

dilihat pada Gambar 5.5 dan 5.6 berurutan

JPO beton

5.5 Gambar mode 3 JPO beton

JPO baja

5.6 Gambar mode 3 JPO baja

Mode 3

Untuk Mode tiga pada struktur JPO beton dan

struktur JPO baja didominasi oleh arah getaran

horizontal (searah sumbu X) pada pelat

tangga. Seperti yang disampaikan pada mode 1

diatas, maka dapat dikatakan bahwa beban

horizontal akan lebih mempengaruhi struktur,

terutama struktur tangga.

Mode 4

Gambar mode 4 dari JPO beton dan baja dapat

dilihat pada Gambar 5.7 dan 5.8 berturutan

5.7 Gambar mode 4 JPO beton

JPO baja

(16)

16

Mode 4

Untuk Mode empat pada struktur JPO beton

didominasi oleh arah getaran torsi pada pelat

JPO, sedangkan untuk struktur JPO baja

didominasi oleh arah getaran horizontal

(searah sumbu X). Ini menunjukkan bahwa

pada JPO beton apabila dikenai beban torsi

akan lebih terpengaruh dibanding dengan

beban vertical ataupun horizontal.

Mode 5

Gambar mode 5 dari JPO beton dan baja dapat

dilihat pada Gambar 5.9 dan 5.10 berurutan.

JPO beton

5.9 Gambar mode 5 JPO beton

JPO baja

5.10 Gambar mode 5 JPO baja

Mode 5

Untuk Mode lima pada struktur JPO beton

didominasi oleh arah getaran torsi pada pelat

JPO, sedangkan untuk struktur JPO baja

didominasi oleh arah getaran horizontal

(searah sumbu X) pada balok tangga struktur.

Ini menunjukkan bahwa pada JPO beton

apabila dikenai beban torsi akan lebih

terpengaruh dibanding dengan beban vertical

ataupun horizontal.

5.3. Beban Statis

Dilihat dari definisinya, beban statis adalah

beban yang tidak tergantung terhadap waktu.

Nilai yang didapatkannya tidak berubah

menurut waktu. Sedangkan beban dinamis

adalah beban yang nilainya sangat bergantung

terhadap waktu. Beban dinamis dapat

dikelompokkan menjadi 4 buah. Yaitu :

1.

Beban harmonis atau selaras.

2.

Beban pada waktu tertentu muncul secara

periodik mengulangi pada waktu regular

yang biasa disebut sebagai periode.

3.

Beban acak, yang menunjukkan ketidak

seragaman dalam waktu, intensitas, arah,

dll.

4.

Denyut beban yang sangat ringkas.

Secara umum beban pejalan kaki termasuk

beban pada waktu tertentu dan dimasukakan

kedalam periode beban. Satu hal yang

menonjol dari para pejalan kaki adalah

rendahnya intensitas. Struktur kaku dan kuat

membuat beban tersebut sulit untuk

menggetarkan struktur tersebut secara

signifikan. Bagaimanapun juga, dari segi

estetika, teknik dan teknologi berkembang ke

arah struktur yang langsing dan fleksibel.

Sehingga jembatan penyeberangan didesain

dan dibangun dengan tingkat kepekaan tinggi

terhadap tegangan. Sehingga diperlukan suatu

analisa dinamis.

5.4. Beban manusia

5.4.1 Manusia sebagai sumber beban

pada jembatan penyeberangan

Untuk struktur jembatan penyeberangan orang

(JPO), berjalan dan berlari adalah kegiatan

yang paling berpengaruh terhadap JPO

dibandingkan dengan kegiatan yang lain.

Berjalan adalah kegiatan yang paling umum

dipertimbangkan saat merencanakan struktur

JPO.

Berjalan

adalah

sesuatu

yang

dipertimbangkan sebagai persyaratan gerakan

tingkat menengah. Untuk menjelaskan macam

dari gerakan, Inman et al. (1994) menjelaskan

bahwa ada dua dasar yang diperlukan untuk

menentukan karakteristik tindakan berjalan

dan kekuatan dinamis yang dipengaruhi akibat

(17)

17

berjalan: reaksi dari kekuatan yang berulang

untuk mendukung badan seseorang dan

perpindahan periodik masing-masing kaki dari

satu titik hingga titik yang dituju. Hal ini

melibatkan sebuah periode yang pendek ketika

kedua kaki berada pada alas dan selama

periode ini terjadi perpindahan dari tubuh

seseorang kepada salah satu kakinya dan kaki

yang lainnya.

Pengukuran dari pengaruh beban dinamis

manusia telah dilaksanakan dengan tujuan

yang berbeda dari investigasi efek struktur saat

awal penelitian. Selama berjalan, manusia

menghasilkan beban yang mengacu terhadap

waktu yang dinamis menjadi 3 arah: vertical,

horizontal-lateral, dan horizontal-longitudinal.

(Banchmann, 1987).

Banyak penelitian telah dilaksanakan untuk

mengukur

kekuatan

orang

tunggal.

Pengukuran

langkah

dari

individu

mempertimbangkan bahwa frekuensi dasar

dari kekuatan pejalan kaki lateral dua kali

lebih rendah dari arah vertical dan longitudinal

(Bachmann, 1987), bentuk umum dari

kekuatan yang berkesinambungan dapat di

gambarkan apabila periode atau waktu tertentu

dapat diasumsikan secara sempurna (Grafik

5.1).

Grafik 5.1 Periode berjalan time history arah

vertical, lateral dan longitudinal

Frekuensi lompatan yang khas untuk berjalan

adalah sekitar 2 langkah perdetik, yang mana

memberikan frekuensi kekuatan vertical

sebesar 2Hz. Hal ini telah ditetapkan dengan

berbagai percobaan, sebagai contoh oleh

Matsumoto et al. (1972), (1978) yang

menyelidiki 505 orang sebagai contohnya. Dia

menyimpulkan bahwa frekuensi lompatan

mengikuti suatu aliran normal sebesar 2 Hz

dengan standart deviasi sebesar 0.173 Hz.

Berjalan dengan lambat bearada pada kisaran

1,4-1,7 Hz dan berjalan cepat berada pada

kisaran 2,2-2,4 Hz. Ini berarti total dari

cakupan frekuensi tekanan vertical adalah

1,4-3 Hz dengan diambil rata-rata sebesar 2 Hz.

Sejak komponen dari tekanan vertical di

aplikasikan pada separuh frekuensi langkah,

frekuensi tekanan lateral antara 0.71-1,2 Hz.

Fujino et l. (1993), ketika berjalan kaki pada

suatu struktur, pejalan kaki menghasilkan

beban dinamis lateral pada permukaan

struktur. Walaupun diketahui secara luas

bahwa manusia berjalan dengan frekuensi

rata-rata sebesar 2 Hz, itu tidak biasa diketahui

tetapi sekitar 10% dari beban vertical bekerja

lateral ketika seseorang berjalan. Tekanan ini

merupakan suatu konsekuensi goyangan lateral

dari pusat gravitasi tubuh manusia dan

goyangan lateral merupakan konsekuensi dari

perpindahan

tubuh

ketika

seseorang

melangkah menggunakan kaki kanan atau kaki

kirinya. Amplitudo dari goyangan lateral

secara umum antara 1-2 cm. Harus menjadi

catatan bahwa parameter dari beban lateral

tidak secara baik terhitung. Hanya sedikit

pengukuran mengenai pentingnya beban

lateral kaitannya dengan berjalan.

5.4.2. Pejalan kaki – Pengaruh Tindakan

dan Pemodelan Relevan

Pejalan kaki mempengaruhi beban yang yang

terjadi akibat adanya aktifitas pada struktur

JPO, khususnya berjalan. Beban dalam

kaitannya dengan berjalan dapat diwakili

dengan suatu dere fourier dengan koefisien

frekuensi yang terpisah. Fungsi tekanan dalam

kaitannya dengan rytme tubuh seseorang dapat

dijelaskan menggunakan suatu deret fourier:

 

1

1

I n

sin 2

n n n

F t

G

r

nf

 

t

Dimana G= Beban mati dari pejalan kaki

(800N), r

n

= Koefisien Fourier dari i-th yang

harmoni, fp = tingkat aktivitas 1/Tp (Hz), t =

waktu (s), φ

n

= sudut fase i-th yang harmoni, I

= nomor dari i-th yang harmoni dan n = total

nomor harmoni.

(18)

18

0 0.5 1 1.5 2 0 0.1 0.16 0.22 0.28 0.34 0.4 0.46 0.52 0.58 Series1

time (s) force time force 0 1,251094 0.31 0,346618 0.01 1,37296 0.32 0,264861 0.02 1,484365 0.33 0,202043 0.03 1,589709 0.34 0,186862 0.04 1,67186 0.35 0,238327 0.05 1,703333 0.36 0,347978 0.06 1,68048 0.37 0,483858 0.07 1,632238 0.38 0,613166 0.08 1,58758 0.39 0,718102 0.09 1,54295 0.40 0,792485 0.10 1,472709 0.41 0,835468 0.11 1,369194 0.42 0,858017 0.12 1,261394 0.43 0,888955 0.13 1,190593 0.44 0,959178 0.14 1,173998 0.45 1,074011 0.15 1,195506 0.46 1,208503 0.16 1,225188 0.47 1,335135 0.17 1,24089 0.48 1,448892 0.18 1,23523 0.49 1,556849 0.19 1,212291 0.50 1,649673 0.20 1,181066 0.51 1,6997 0.21 1,146234 0.52 1,692475 0.22 1,100795 0.53 1,648365 0.23 1,030848 0.54 1,601094 0.24 0,931837 0.55 1,558925 0.25 0,818361 0.56 1,49946 0.26 0,713851 0.57 1,405174 0.27 0,630829 0.58 1,294005 0.28 0,563746 0.59 1,207649 0.29 0,499031 0.60 1,173889 0.30 0,427193

Pada Tabel 5.2 nilai-nilai yang bersangkutan

mengenai koefisien fourier dan sudut fase

dijelaskan oleh Emad (2003) untuk

menggambarkan aktifitas berjalan normal.

Tabel 5.2. Sepuluh Koefisien fourier dan sudut

fase pertama, untuk beban berjalan normal (Tp

= 0.465 s), Emad (2003).

N

rn

φ

n

=

1

0.585731 19.91

2

0.168027 -17.53

3

0.097902 -45.06

4

0.0594

-76.72

5

0.034773 -87.68

6

0.021061 -93.15

7

0.013486 -96.26

8

0.009109 -98

9

0.006444 -98.85

10

0.00474 -99.06

Dengan memasukkan koefisien yang telah

diketahui kedalam persamaan fourier, maka

didapatkan nilai F(t) untuk 0.6 detik pertama

sebagai berikut :

Berdasarkan tabel 5.3, dapat ditarik suatu

grafik yang menunjukkan F(t) didasarkan pada

fungsi waktu selama 0.6 s.

Grafik 5.2 F(t) berdasarkan fungsi waktu 0.6 s

Tabel 5.3 F(t) berdasarkan fungsi waktu

5.4.3 Beban Manusia Pada Struktur JPO

Setelah mengetahui fungsi dari beban berjalan

normal, dibuat permodelan beban berjalan

manusia dengan program bantu SAP 2000.

Dengan bantuan Bridge-Vehicle, beban

manusia di transformasikan menjadi beban

terpusat yang berjalan dengan berat massa 800

N. Lalu, lintasan beban mulai dibuat dengan

memanfaatkan lane pada menu bridge.

Lintasan yang digunakan adalah ditengah

bentang jembatan, mulai jarak 0 m – 22 m

untuk JPO beton dan 0 m – 25 m untuk JPO

baja.

(19)

19

Gambar 5.21 Lintasan pada JPO beton.

Gambar 5.22 Lintasan pada JPO baja.

Langkah selanjutnya setelah lintasan dapat

didefinisikan adalah menentukan load pattern

untuk kedua struktur JPO. Beban yang

digunakan adalah beban manusia dengan tipe

bridge live. Waktu mulai beban dimulai pada

detik ke 0 s. Jarak yang dibutuhkan untuk

struktur JPO beton adalah 22 m. Sedangkan

untuk struktur JPO baja membutuhkan jarak

25 m. Kecepatan orang berjalan normal adalah

1.39 m/s seperti yang diutarakan oleh ellis

(2000). Sehingga waktu yang dibutuhkan oleh

beban untuk sampai pada ujung lintasan adalah

15.8 s untuk JPO beton dan 18 s untuk JPO

baja.

Setelah load pattern terdefinisi, langkah

selanjutnya adalah menentukan load case yang

akan dipakai. Dengan menggunakan tipe load

case time history, fungsi beban yang dipakai

adalah beban manusia yang telah didefinisikan

dengan fungsi time history antara beban

tekanan tubuh dengan waktu seperti

tergambarkan pada grafik 6.2 F(t) berdasarkan

fungsi waktu 0.6 s.

Proses running mulai bisa dilaksanakan setelah

langkah-langkah diatas terpenuhi. Untuk

proses running, hanya beban manusia dan

beban mati yang digunakan.

5.5 Deformed Shape

Setelah proses running, deformed Shape

struktur JPO dapat diketahui menurut fungsi

waktu:

Gambar 5.23 Deformed shape JPO beton saat

t= 0 s

Gambar 5.24 Deformed shape JPO baja saat t=

0 s

Gambar 5.25 Deformed shape JPO beton saat

t= 3 s

(20)

20

Gambar 5.26 Deformed shape JPO baja saat t=

3 s

Gambar 5.27 Deformed shape JPO beton saat

t= 6 s

Gambar 5.281 Deformed shape JPO baja saat

t= 6 s

Gambar 5.29 Deformed shape JPO beton saat

t= 8 s (tengah bentang)

Gambar 5.30 Deformed shape JPO baja saat t=

9 s (tengah bentang)

Gambar 5.31 Deformed shape JPO beton saat

t= 12 s

Gambar 5.32 Deformed shape JPO baja saat t=

13 s

Gambar 5.33 Deformed shape JPO beton saat

t= 15.8 s (ujung bentang)

(21)

21

Gambar 5.34 deformed shape JPO baja saat t=

18 s (ujung bentang)

Dapat ditarik kesimpulan dari beberapa

gambar diatas bahwa ketika beban berjalan

saat waktu dan jarak tertentu, keseluruhan

struktur mengalami deformasi. Namun

deformasi terbesar terjadi di titik dimana

beban sedang bekerja pada struktur.

5.6 Frekuensi Struktur JPO Akibat Beban

Dinamis Manusia

Ketika struktur JPO menerima beban dinamis

manusia, maka struktur tersebut akan

mengalami getaran. Sehingga tiap tipe struktur

akan memiliki frekuensi yang berbeda-beda

menurut konstruksi struktur itu sendiri ketika

menerima beban dinamis manusia.

Beban yang berjalan akan memberikan

frekuensi yang berbeda-beda di setiap titik

yang ditinjau pada struktur. Hal ini

dikarenakan ketika beban dinamis manusia

berada di satu titik struktur jembatan, maka

keseluruhan

struktur

jembatan

akan

memberikan respon getaran yang

berbeda-beda di tiap segmen struktur tersebut.

Beban dinamis manusia akan dimodelkan

berjalan tiap 2 m untuk JPO beton dan JPO

baja, dan akan ditinjau nilai frekuensi dari

struktur JPO tersebut.

Grafik 5.3 Frekuensi JPO beton pada jarak 2 m

Grafik 5.4 Frekuensi JPO baja pada jarak 2 m

Grafik 5.5 Frekuensi JPO beton pada jarak 4 m

(22)

22

Grafik 5.7 Frekuensi JPO beton pada jarak 6 m

Grafik 5.8 Frekuensi JPO baja pada jarak 6 m

Grafik 5.9 Frekuensi JPO beton pada jarak 8 m

Grafik 5.10 Frekuensi JPO baja pada jarak 8 m

Grafik 5.11 Frekuensi JPO beton pada tengah

bentang

Grafik 5.12 Frekuensi JPO baja pada jarak 10

m

(23)

23

JPO Beton JPO Baja

2 0.54 1.34 4 0.39 2.71 6 0.43 1.4 8 0.56 2.2 10 0.75 2.25 12.5 2.9 Jarak (m) Frekuensi (Hz)

JPO Beton JPO Baja JPO Beton JPO Baja

2 0.54 1.34 4 0.39 2.71 6 0.43 1.4 8 0.56 2.2 10 0.75 2.25 12.5 2.9 2.75 7.675

Jarak (m) Frekuensi (Hz) Frekuensi Alami (Hz)

Grafik 5.13 Frekuensi JPO baja pada tengah

bentang

Nilai frekuensi struktur JPO akibat beban

dinamis dapat dilihat pada tabel 5.4 sebagai

berikut :

Tabel 5.4 Nilai frekuensi struktur JPO akibat

beban dinamis

Frekuensi yang terjadi pada struktur JPO baja

lebih besar dibandingkan frekuensi yang

terjadi pada struktur JPO beton. Hal ini

dikarenakan struktur JPO baja apabila terkena

beban dinamis manusia akan lebih mudah

bergetar bila dibandingkan dengan struktur

JPO beton.

Tabel 5.4 Perbandingan Nilai frekuensi

struktur JPO akibat beban dinamis dengan

Frekuensi Alami

5.7. Displacement Struktur JPO Akibat

Beban Dinamis Manusia

Grafik 5.14 Displacement struktur JPO baja

Didapatkan bahwa displacement maksimal

untuk JPO baja sebesar 0.0007915 cm pada

waktu 1 s dan displacement minimal sebesar

0.006052 cm pada waktu 8.8 s.

Grafik 5.15 Displacement struktur JPO beton

Didapatkan bahwa displacement maksimal

untuk JPO beton sebesar 0.0008432 cm pada

waktu 1.5 s dan displacement minimal sebesar

0.00293 cm pada waktu 7.45 s

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

6.1.1. Kelakuan Struktur JPO

Untuk bentuk getaran dari mode pertama,

struktur JPO beton didominasi oleh bentuk

getaran horizontal, sedangkan struktur JPO

(24)

24

Frekuensi Frekuensi beton (Hz) baja (Hz) 1 2.75 Horizontal 7.675 Vertikal 2 5.18 Horizontal 10.31 Horizontal 3 10.62 horizontal pada tangga 14.48 Horizontal pada tangga 4 12.19 Vertikal 16.91 Horizontal pada

tangga 5 13.21 Torsi 18.27 Horizontal pada

balok tangga 6 16.65 Vertikal 19.73 Horizontal pada

balok tangga 7 24.3 Torsi pada tangga 22.361 Vertikal 8 27.84 Vertikal di ujung 36.65 Horizontal pada

tangga 9 38.97 Torsi 55.71 Vertikal 10 60.93 Torsi 131.92 Torsi Mode Bentuk getaran Bentuk Getarannya

JPO Beton JPO Baja JPO Beton JPO Baja

2 0.54 1.34 4 0.39 2.71 6 0.43 1.4 8 0.56 2.2 10 0.75 2.25 12.5 2.9 2.75 7.675

Jarak (m) Frekuensi (Hz) Frekuensi Alami (Hz)

JPO Beton JPO Baja

2 0.54 1.34 4 0.39 2.71 6 0.43 1.4 8 0.56 2.2 10 0.75 2.25 12.5 2.9 Jarak (m) Frekuensi (Hz)

baja didominasi oleh bentuk getaran vertikal.

Hal ini mengindikasikan bahwa untuk struktur

JPO beton sangat rentan terhadap beban

horizontal dibandingkan dengan beban vertical

dan torsi. Sedangkan untuk struktur JPO baja

sangat rentan terhadap beban vertical

dibandingkan dengan beban horizontal dan

torsi.

Tabel 6.1 Frekuensi alami dan mode shape

stuktur JPO

6.1.2. Frekuensi Alami Struktur JPO

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, sebuah

struktur memiliki bentuk model alami. Setiap

bentuk model memiliki frekuensi tertentu.

Begitu juga dengan struktur JPO beton dan

JPO baja. Untuk mode pertama, JPO beton

memiliki frekuensi sebesar 2.75 Hz,

sedangkan untuk JPO baja memiliki frekuensi

sebesar 7.675 Hz.

Dalam peraturan British standart (BS5400_2

2006), Untuk superstruktur yang frekuensi

alami fundamental untuk getaran melebihi

5 Hz dalam arah vertical dan 1,5 Hz untuk

jembatan arah horizontal, getaran persyaratan

servis dianggap memuaskan.

6.1.3. Kelakuan Dinamis Struktur JPO

Akibat Beban Manusia

Struktur JPO memiliki frekuensi yang berbeda

– beda ketika beban manusia berjalan di

sepanjang struktur. Frekuensi terbesar terjadi

ketika beban manusia mencapai tengah

bentang dari kedua struktur JPO. Hal ini

berarti ketika beban manusia berjalan

mencapai pada tengah bentang struktur JPO,

struktur JPO mengalami puncak vibrasi.

Tabel 6.2 Frekuensi struktur JPO akibat beban

dinamis manusia

Struktur JPO akan mengalami resonansi ketika

frekuensi akibat beban dinamis manusia

mendekati frekuensi alami dari struktur JPO

tersebut.

< 0.5 atau

> 2 tidak

terjadi resonansi.

Tabel 6.3 Perbandingan nilai frekuensi alami

dan frekuensi akibat beban dinamis manusia

Dapat disimpulkan dari hasil diatas bahwa

perbandingan antara frekuensi alami dengan

frekuensi akibat beban dinamis manusia dari

struktur JPO relatif besar. Sehingga tidak

terjadi resonansi.

6.2 SARAN

Saran yang bisa penulis berikan untuk

penyempurnaan tugas akhir ini dikemudian

hari adalah :

1. Diperlukannya pendetailan lebih

mendalam terhadap elemen struktur JPO

beton dan JPO baja.

2. Dibutuhkan beban berkelompok untuk

membandingkan displacement yang terjadi

akibat beban statis dan beban dinamis.

3. Dibutuhkan beban berkelompok dengan

(25)

25

mengetahui frekuensi dari struktur JPO

seperti keadaan yang sebenarnya.

Gambar

Gambar 2.1 Periode gelombang
Gambar 4.6 JPO beton depan Citi Bank Basuki  Rahmad
Tabel 5.1 Natural Frekuensi JPO
Gambar mode 2 dari JPO beton dan baja dapat  dilihat pada Gambar 5.5 dan 5.6 berurutan  JPO beton
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jual beli ini tidak termasuk dalam kategori riba, walaupun pengertian bay’muzayadah berasal dari kata ziyadah yaitu tambahan, tetapi berbeda yang dimaksud di sini

Metode kanguru adalah suatu metode yang dilakukan untuk perawatan bayi baru lahir khususnya bayi prematur yang pelaksanaannya dilakukan dengan kontak langsung antara

Penelitian ini bertujuan untuk menguji: 1) Pengaruh leverage terhadap profitabilitas 2) Pengaruh ukuran perusahaan terhadap profitabilitas.Penelitian ini tergolong penelitian

Dari sembilan sektor perekonomian pembentuk PDRB, diketahui bahwa sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, dan sektor

Asas Umum Pemerintahan yang baik sesuai Undang- Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme

Pengertian Team Quis Strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan tanggung jawab belajar pesertab didik dalam suasana yang menyenangkan (Zaini dkk 2008:54) Keterampilan

(1) Jaringan Jalan dimaksud Pasal 39 huruf a angka 1 Peraturan Daerah ini adalah Jaringan Jalan yang diselenggarakan dalam rangka mewujudkan Struktur Tata Ruang