• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. divisio Mollusca yang siklus hidupnya pendek, berproduksi cepat karena bersifat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KEPUSTAKAAN. divisio Mollusca yang siklus hidupnya pendek, berproduksi cepat karena bersifat"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Keong Mas (Pomaceae canaliculata L)

Keong mas (Pomaceae canaliculata L.) merupakan hewan lunak dari divisio Mollusca yang siklus hidupnya pendek, berproduksi cepat karena bersifat hermaprodit. Mollusca jenis ini hidup diperairan jernih, aliran airnya lambat, drainase tidak baik dan tidak cepat kering, bersubstrat lumpur dengan tumbuhan air yang melimpah seperti di kolam, rawa, sawah irigasi, saluran air dan aliran yang selalu tergenang. Mereka menguburkan diri dalam tanah yang lembab selama musim kemarau. Mereka bisa bertahan hidup pada lingkungan yang ekstrim seperti air yang terolusi atau kurang kandungan oksigen (Suharto, 2001).

Keong mas dapat bertahan hidup sampai 6 bulan pada air yang memiliki pH 5-8, dan suhu antara 18-28°C. Keong mas akan makan, bergerak dan tumbuh lebih cepat pada suhu yang tinggi. Pada suhu yang lebih rendah keong mas masuk dalam lumpur dan menjadi tidak aktif. Pada suhu diatas 32°C hewan ini memiliki mortalitas yang lebih tinggi. Menurut Samperante dkk. (2001) keong mas memliki ciri-ciri morfologis hampir sama dengan keong sawah. Cangkang berbentuk buat mengerucut, berwarna keemasan, diameter 1,2-1,9 cm, tinggi 2,2-3,6 cm dan berat 2-15,8 gram.

Klasifikasi Keong mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

(2)

9

Famili : Ampullariidae

Genus : Pomacea

Spesies : Pomacea canaliculata

Gambar 1. Keong Mas (Pomacea canaliculata)

Keong mas sanggup hidup 2-6 tahun dengan keperidian yang tinggi. Telur diletakkan dalam kelompok pada tumbuhan, pematang, ranting, dan beberapa cm di atas permukaan air. Pada umumnya telur berwarna merah muda, dengan diameter telur berkisar antara 2,2-3,5 mm, tergantung pada lingkungan. Pada temperatur 32-36ºC dengan kelembaban 80-90% dan pada temperatur 42-44ºC dengan kelembaban 76-80%, tiap kelompok telur keong mas berisi 235 hingga 860 butir dengan rata-rata 485±180 butir. Daya tetas berkisar antara 61-75%. Telur menetas setelah 8-14 hari. Pada temperatur 23-32ºC, dalam sebulan seekor keong mas dapat bertelur 15 kelompok yang terdiri atas 300 sampai 1.000 butir tiap kelompok (Hatimah dan Ismail, 1989).

Stadium paling merusak ketika keong mas berukuran 10 mm (kira-kira sebesar biji jagung) sampai 40 mm (kira-kira sebesar bola pimpong). Awal siklus

(3)

10

hidupnya, induk keong mas meletakkan telur pada tumbuhan, galengan, dan barang lain seperti ranting dan air pada malam hari. Telur menetas setelah 7-14 hari. Pertumbuhan awal berlangsung selama 15-25 hari. Pada umur 26-59 hari, keong mas sangat rakus mengkonsumsi makanan sedangkan setelah berumur 60 hari siap untuk berkembang biak (Susanto, 1993).

Guna dijadikan pakan ternak, keong mas dapat digunakan keseluruhan, bagian tubuh keong mas sebagai sumber protein dan mineral. Keong mas ini cukup potensial sebagai sumber protein untuk pakan ternak. Hasil uji proksimat dapat diketahui bahwa kandungan protein keong mas bisa mencapai 40-60%. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian keong mas pada itik dan ayam buras mampu meningkatkan produksi telur dan bobot badan (Susanto, 1993).

Keong mas merupakan siput air tawar yang diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1981 sebagai hewan hias. Sejak awal introduksi ada dua pendapat yang bertentangan perihal keong mas. Satu pihak mendukung introduksi keong mas dan membiakkanya sebagai komoditas ekspor, pihak lain mengkhawatirkan keong mas menjadi hama tanaman (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008).

2.2 Silase

Silase merupakan suatu proses fermentasi yang menghirolisa protein dan komponen lain dari bahan pakan dalam suasana asam sehingga bakteri pembusuk tidak dapat hidup dan bahan pakan dapat bertahan dalam waktu yang lama, selain itu juga dapat memperbaiki nilai gizi dengan mengurangi faktor pembatasnya (Mairizal, 2010). Proses pembuatan silase disimpan dalam silo, sebuah tempat yang tertutup rapat dan kedap udara, pada kondisi anaerob. Pada suasana anaerob

(4)

11

tersebut akan mempercepat pertumbuhan bakteri anaerob untuk membentuk asam laktat. (Mugiawati, 2013). Bahan pakan yang diawetkan berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian serta bahan pakan alami lainnya dengan kadar air pada tingkat tertentu, pakan yang diawetkan tersebut difermentasi selama sekitar 3 minggu (Direktorat Pakan Ternak, 2011).

Proses pembuatan silase keong mas dapat dilakukan secara kimia dan biologi. Pembuatan silase secara kimiawi dilakukan dengan cara menambahkan asam organik atau asam mineral maupun campuran keduanya dan diawetkan dalam suasana asam. Secara biologis dilakukan dengan mempergunakan kemampuan bakteri asam laktat (BAL) serta dengan penambahan sumber karbohidrat yang menyebabkan jalannya proses fermentasi (Sukarsa dkk., 1985).

Pengolahan limbah keong mas secara kimiawi merupakan proses pengawetan dalam kondisi asam pada tempat atau wadah dengan cara menambahkan asam mineral, asam organik ataupun campuran keduanya. Prinsip pengawetan ini adalah dengan penurunan pH dari bahan tersebut, sehingga aktivitas pembusuk menjadi terhambat (Tetterson dan Windsor, 1974). Asam organik umumnya lebih mahal tetapi dapat menghasilkan silase yang dpat diberikan secara langsung kepada ternak tanpa menetralisasi terlebih dahulu. Adapun asam mineral sering menghasilkan silase yang sangat asam sehingga perlu dinetralisasikan terlebih dahulu, sehingga penggunaan asam organik jauh lebih dianjurkan (Kompiang dan Ilyas 1983).

Asam organik yang biasa digunakan adalah asam formiat dan asam propionat. Menurut Saleh dan Rahayu (1981) bahwa campuran asam formiat dan asam propionat mengahasilkan silase ikan terbaik. Perbandingan asam formiat dengan propionat adalah 1:1 dengan penggunaan sebanyak 3%. Penggunaan asam

(5)

12

kurang dari 3%, silase yang dihasilkan akan mudah terserang jamur dan penurunan pH relative lambat (Kompiang dan Ilyas 1983).

Ciri-ciri silase yang baik menurut Yeoh (1979) adalah sebagai berikut :

1. Penurunan pH cepat. Semaikin lama fermentasi berlangsung, makin cepat

penurunan pH dan nilai pH akhir akan semakin rendah lagi. 2. Kandungan asam laktat tinggi.

3. Kandungan asam ammonia ( ) rendah.

4. Sedikit bakteri pembentuk anaerobic pembentuk spora 5. Bau yang bisa diterima (Berbau amis, tidak ada bau busuk). 6. Gas yang terjadi selama fermentasi sedikit.

7. Tidak ada bakteri pathogen Salmonella sp dan Staphylococcus s.

8. Stabil dalam bentuk basah selama enam bulan dan dalam bentuk kering lebih dari setahun.

2.3 Asam Organik

Asam organik adalah senyawa organik yang mempunyai derajat keasaman. Asam organik umumnya lebih mahal daripada asam mineral tetapi asam organik dapat menghasilkan silase ikan yang tidak begitu asam sehingga dapat langsung diaplikasikan pada pakan tanpa ada perlakuan selanjutnya (dinetralkan), selain itu juga asam organik juga lebih mudah mengalami proses biokimia karena hanya mengandung unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Sedangkan asam mineral bersifat sangat korosif dan silase yang dihasilkan memiliki derajat keasaman yang sangat rendah sehingga perlu dinetralkan terlebih dahulu sebelum diaplikasikan. Silase ikan menjadi cair setelah 5 sampai 8 hari disimpan.

(6)

13

Asam organik yang biasa digunakan adalah asam formiat dan asam propionat. Campuran asam formiat dan propionat mengahasilkan silase ikan terbaik. Perbandingan asam formiat dengan asam propionat adalah 1:1 dengan penggunaan 3%. Penggunaan asam kurang dari 3%, silase yang akan dihasilkan akan mudah terserang jamur dan penurunan pH yang relative lambat (Abun dkk., 2004) dan ditambahkan oleh Nur (2005), perubahan pH disebabkan karena terbentuknya asam-asam organik oleh kedua isolat bakteri asam laktat. Nilai pH pada kedua isolate bakteri asam laktat. Nilai pH pada kedua isolat bakteri asam laktat tersebut masih merupakan pH optimum bagi aktivitas bakteri asam laktat. Derajat keasaman (pH) yang optimum bagi aktivitas bakteri asam laktat berkisar antara pH 3-8.

2.3.1 Asam Propionat

Asam propionat adalah asam karboksilat yang memiliki rumus kimia CH3CH2COOH. Karakteristik asam propionat adalah cairan yang tidak berwarna berminyak, dan larut dalam air. Asam propionat dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena bersifat fungsional, asam ini biasa juga dikenal dengan nama metal asetat. Asam propionat memiliki peran penting dalam pengawetan pakan ternak dan biji-bijian. Selain itu juga digunakan untuk membuat kalsium dan natrium propionat, cellulose acetat propionate, dan ester alkil propionat.

Asam propionat yang sering digunakan untuk mencegah tumbuhnya jamur atau kapang pembusuk. Konsentrasi yang digunakan berkisar 3 g/kg ikan (Afrianto dan Liviawaty, 2010).

(7)

14

2.3.2 Asam Formiat

Asam formiat adalah asam karboksilat yang paling sederhana berupa cairan yang tidak berwarna dan larut dalam air. Asam ini bila bereaksi dengan basa atau alkali akan membentuk garam dan merupakan pereduksi yang kuat. Asam ini juga disebut asam metanoat. Sifat baterisida yang dimiliki oleh aldehida digunakan oleh asam formiat sebagai bahan pengawet. Asam formiat mampu menghambat pertumbuhan dan pembentukan spora pada pH yang lebih tinggi dari kemampuan asam fostat asam hidroklorida, asam sulfat atau asam laktat.

Asam formiat termasuk kedalam kelompok asam organik yang lebih dikenal dengan asam semut atau cuka getah. Pembuatan silase dengan asam formiat jauh lebih menguntungkan karena harganya yang murah dan mudah didapat karena asam ini sering digunakan petani untuk mengolah karet (Mairizal, 2010). Selain itu menurut Ernawati (2008), Asam formiat merupakan asam terkuat dari segi homolog gugus karboksilat. Asam formiat mengalami beberapa reaksi kimia yaitu dekomposisi, reaksi adisi siklisasi, asilasi. Asam formiat atau asam metanoat dengan rumus molekul HCOOH memiliki sifat tidak berwarna, larut dalam air, memiliki titik didih 100,8°C dan titik beku 8,3°C.

Penggunaan bahan tambahan tergantung dari bahan yang akan digunakan dan kebutuhan hasil yang ingin dicapai. Aditif yang biasa digunakan dalam pembuatan silase antara lain asam formiat, asam propionat, molases, bakteri asam laktat dan konsentrat. Asam formiat digunakan untuk menurunkan pH bahan kasar dan kemudian menekan aktivitas mikroorganisme yang akan mencemari (Sapiology, 2008).

(8)

15

2.4 Protein

Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Tidak seperti bahan makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak), protein ini berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada sumber energi. Namun demikian apabila organisme sedang kekurangan energi, maka protein ini dapat juga di pakai sebagai sumber energi. Keistimewaan lain dari protein adalah strukturnya yang selain mengandung N, C, H, O, kadang mengandung S, P, dan Fe (Sudarmadji, 1989).

Protein adalah suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini berfungsi sebagai pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam- asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula posfor, belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Budianto, 2009).

Protein terdiri atas rantai-rantai asam amino, yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Ikatan pepetida ini merupakan ikatan tingkat primer. Dua molekul asam amino yang saling diikatkan dengan cara demikian disebut ikatan dipeptida. Bila tiga molekul asam amino, disebut tripeptida dan bila lebih banyak lagi disebut polypeptida. Polypeptida yang hanya terdiri dari sejumlah beberapa molekul asam amino disebut oligopeptida. Protein merupakan molekul yang sangat besar, sehingga mudah sekali mengalami perubahan bentuk fisik maupun aktivitas biologis. Banyak faktor yang menyebabkan perubahan sifat alamiah protein misalnya : panas, asam, basa, pelarut organik, pH, garam, logam berat, maupun sinar radiasi radioaktif. Perubahan sifat fisik yang mudah diamati adalah terjadinya penjendalan (menjadi tidak larut) atau pemadatan (Sudarmadji, 1989).

(9)

16

Larutan asam (pH rendah), gugus amino bereaksi dengan H+, sehingga protein bermuatan positif. Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantai molekul protein, menyebabkan protein mempunyai banyak muatan dan bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam maupun basa). Bila pada kondisi ini dilakukan elektrolisis, molekul protein akan bergerak kearah katoda, sebaliknya, dalam larutan basa (pH tinggi) molekul protein akan bereaksi sebagai asam atau bermuatan negatif, sehingga molekul protein akan bergerak menuju anoda (Winarno, 1992).

Protein fibriler (skleroprotein) adalah protein yang berbentuk serabut. Protein ini tidak larut dalam pelarut-pelarut encer, baik larutan garam, asam basa ataupun alkohol. Contohnya kolagen yang terdapat pada tulang rawan, miosin pada otot, keratin pada rambut, dan fibrin pada gumpalan darah. Protein globuler atau steroprotein adalah protein yang berbentuk bola, larut dalam larutan garam dan asam encer, juga lebih mudah berubah dibawah pengaruh suhu, konsentrasi garam, pelarut asam dan basa dibandingkan protein fibriler. Protein ini mudah terdenaturasi, yaitu susunan molekulnya berubah diikuti dengan perubahan sifat fisik dan fisiologiknya seperti yang dialami oleh enzim dan hormon.

Enzim dikatakan sebagai suatu kelompok protein yang berperan sangat penting dalam aktivitas biologis. Pada jumlah yang sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan hasil akhir reaksinya. Enzim ini akan kehilangan aktivitasnya akibat panas, asam atau basa kuat, pelarut organik, atau pengaruh lain yang bisa menyebabkan denaturasi protein. Enzim dikatakan mempunyai sifat sangat khas, karena hanya bekerja pada substratnya (Girindra, 1990). Menurut

(10)

17

Soedarmadji (2002) aktivitas enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: Konsentrasi Substrat, pH, konsentrasi, suhu, lama inkubasi dan racun enzim.

2.5 Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman atau pH digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH< 7 menunjukkan keasaman. Derajat keasaman atau pH merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan kualitas silase.

Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan aktivitas bakteri pengoksidasi amonia (Esoy dkk., 1998). Bakteri memerlukan ph yang optimal (6,5-7,5) untuk tumbuh optimal. Derajat keasaman (pH) optimum untuk pertumbuhan bakteri pengoksidasi amonia yang bersifat autotrofik berkisar dari 7,5 sampai 8,5 (Ratledge, 1994).

Pengaruh pH terhadap pertumbuhan bakteri ini berkaitan dengan aktivitas enzim. Enzim ini dibutuhkan oleh beberapa bakteri untuk mengkatalis reaksi-reaksi yang berhubungan dengan pertumbuhan bakteri. Apabila pH dalam suatu medium atau lingkungan tidak optimal maka akan mengganggu kerja enzim-enzim tersebut dan akhirnya mengganggu pertumbuhan bakteri itu sendiri (Pelczar dan Chan, 1986).

Referensi

Dokumen terkait

Tepung ikan merupakan salah satu komponen bahan baku yang mengandung protein cukup tinggi di dalam pakan ikan karena mengandung asam amino esensial yang

Biogas lumpur selokan tidak jauh berbeda dengan biogas dari kotoran sapi atau limbah pertanian, terutama lumpur selokan yang banyak mengandung bahan organik seperti sampah

Untuk mendapatkan biogas dengan memanfaatkan bahan organik diperlukan suatu ruangan yang kedap udara seperti tangki atau bangunan yang berfungsi sebagai tempat pencerna atau

Bahan pakan yang digunakan sebagai aditif silase sebaiknya mengandung karbohidrat yang mudah larut karena merupakan substrat terpenting bagi perkembangan bakteri asam laktat yang

Menurut Ikle dalam Barston (1988, hal. 78), kelima tujuan tersebut tidak selalu dapat menginterpretasikan sebuah negoisasi karna seringkali sebagian pihak memiliki tujuan

CEMPAKA PUTIH CENGKARENG KEPULAUAN SERIBU SELATAN CAKUNG KALIDERES KEMAYORAN KEMBANGAN SAWAH BESAR CIPAYUNG MATRAMAN CIRACAS MAKASAR PULOGADUNG JATINEGARA PANCORAN CILANDAK

Pertimbangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah para konsumen setia yang membaca produk berita pada okezone.com dengan jumlah sampel yang diambil adalah 50 responden

Dengan perbandingan ILi/ILlpada Dyl dan DdO bernilai sarna yaitu Y2maka kedua konfigurasi trafo menghasilkan arus harmonik yang sarna besar pada sisi primer, sehingga pengurangan