• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES FINISHING WHITE WASH PADA MEBELAIR KAYU Oleh : Sri Karyono ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSES FINISHING WHITE WASH PADA MEBELAIR KAYU Oleh : Sri Karyono ABSTRAK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

 

PROSES FINISHING WHITE WASH PADA MEBELAIR KAYU Oleh : Sri Karyono

ABSTRAK

Makalah ini berjudul Finishing whitewash pada furniture, Tujuan penulisan ini untuk memberikan pengetahuan pada siapa saja yang membaca artikel ini khususnya guru SMK yang ingin mengetahui tentang finishing white wash. Tahapan dasar finishing furniture yaitu meliputi proses persiapan permukaan, pengamplasan awal, pewarnaan, penyegelan, pengamplasan antar media, peutup akhir dan polishing. Finishing yang baik dapat membuat penampilan produk lebih menarik dan ttahan lama untuk digunakan. Proses finishing white wash meliputi : persiapan media, pewarnaan, pelapisan antar media, Pelapisan dengan Glaze ( pasta putih ) dan Lapisan penutup akhir ( Top coat ).

A. Latar Belakang

Finishing Furniture kayu pada saat ini sangat beraneka ragam sehingga memungkinkan para pemakaian produk tersebut leluasi untuk memilihnya. Selera konsumen pada saat ini semakin hari semakin membutuhkan susatu hal yang baru dan susasana baru juga. Demikian juga hal pemilihan produk furniture harus selalu berkembang mengikuti selera konsumen tersebut. Tampilan akhir dari suatu produk furniture salah satunya adalah finishing, dimana finishing ini sangat menentukan kuallitas suatu produk. Apabila finishingnya kurang menarik, walaupun bahan pokok dan bahan bantu nya baik, kan tetapi bila finishingnya kurang baik maka produk tersebut nilaianya akan berkurang. Proses finishing merupakan proses akhir pada pembuatan produk mebel atau furniture. Sebagian besar proses finishing dilakukan dan dikerjakan dengan menggunakan cat sebagai bahan finishing. Namun demikian ada beberapa proses finishing mebel yang dikerjakan dengan menggunakan bahan-bahan selain cat, dan ada banyak proses-proses pekerjaan lain yang bukan merupakan pengecatan tetapi juga merupakan proses finishing. Proses finishing dikerjakan sangat tergantung pada

(2)

penampilan akhir dan kualitas finishing yang diinginkan. Beberapa produk mebel menghendaki suatu finishing yang kompleks yang akan membutuhkan pelapisan bahan finishing yang berulang kali dengan bahan-bahan finishing khusus dan bahkan membutuhkan alat-alat khusus untuk aplikasinya. Sedangkan produk-produk mebel yang lain cukup dengan finishing yang sederhana dan hanya membutuhkan lapisan bahan finishing yang tipis dan dapat diaplikasikan dengan cara yang sederhana atau bahkan ada produk mebel yang cukup diamplas atau dipolish saja tanpa menggunakan bahan finishing sama sekali. Finishing dapat membuat suatu mebel menjadi kelihatan bersih, halus, rata seperti barang yang baru Akan tetapi finishing dapat juga membuat suatu mebel kelihatan kotor, antik, kuno seperti barang yang sudah berusia ratusan tahun, disamping itufinishing dapat membuat permukaan mebel menjadi rata atau permukaan mebel menjadi tidak rata, bertekstur, dan retak-retak. Jadi finishing mempunyai variasi yang sangat banyak, dari yang paling sederhana dengan alat-alat dan bahan-bahan yang sederhana sampai dengan yang paling kompleks yang membutuhkaan alat-alat dan bahan-bahan finishing yang khusus. Demikian juga dengan bahan-bahan finishing terdiri dari banyak jenis dan macamnya mulai dari yang bahan-bahan yang murah sampai bahan-bahan yang mahal yang membutuhkan alat-alat khusus untuk aplikasinya. Dengan bervariasinya permintaan akan jenis finishing perlu adanya alternatif yang lain untuk menimbulkan daya tarik yang lain. Finishing white wash merupakan salah bentuk alternatif finishing menghasilkan nuansa finishing dengan warna kelihatan kuno, antik dan mempunyai nuansa warna yang lain.

B. Permaslahan.

Finishing white whash merupaka finishing denan penampilan yang sangat lain dengan finishing lain yang memperlihatkan kesan antik. Untuk mewujudkan finishing antik tersebut diperlukan proses panjang Permasalahanya : bagaiamana proses finishing white wash yang diterapkan pada produk furnituer kayu agar menimbulkan kesan antik.

(3)

C. Kajian teori

1. Bahan Finishing Kayu

Dimuka telah disebutkan bahwa bahan yang mahal tidak menjamin kualitas finishing menjadi baik. Tetapi bahan yang berkualitas adalah salah satu faktor yang menentukan hasil finishing yang baik. Sebelum menentukan jenis bahan finishing, perlu melihat dan menentukan hasil seperti apa yang diinginkan apakah (1) keawetan, (2) estetika, (3) kemudahan aplikasi, (4) biaya atau (5) lingkungan. Bahan finishing dikategorikan pada beberapa jenis sebagai berikut:

a. Oil.

Merupakann jenis finishing paling sederhana dan mudah aplikasinya. Bahan ini tidak membentuk lapisan 'film' pada permukaan kayu. Oil meresap ke dalam pori-pori kayu dan tinggal di di dalamnya untuk mencegah air keluar atau masuk dari pori-pori kayu. Cara aplikasinya mudah dengan cara menyiram, merendam atau melumuri benda kerja dengan oil kemudian dibersihkan dengan kain kering.Bahan ini tidak memberikan keawetan pada aspek benturan, goresan ataupun benturan fisik lainnya.

b. .Politur

Bahan dasar finishing ini adalah Shellac yang berwujud serpihan atau batangan kemudian dicairkan dengan alkohol. Anda juga bisa memperolehnya dalam bentuk siap pakai (sudah dicampur alkohol pada proporsi yang tepat). Di sini alkohol bekerja sebagai pencair (solvent). Setelah diaplikasikan ke benda kerja, alkohol akan menguap. Aplikasi dengan cara membasahai kain (sebaiknya yg mengandung katun) dan memoleskannya secara berkala pada permukaan layu hingga mendapatkan lapisan tipis finishing (film) pada permukaan kayu. Semakin banyak polesan akan membuat lapisan semakin tebal.

c. NCLacquer

Jenis yang saat ini populer dan mudah diaplikasikan adalah NC (NitroCellulose) lacquer. Bahan finishing ini terbuat dari resin Nitrocellulose/alkyd yang dicampur dengan bahan 'solvent' yang cepat kering, yang kita kenal dengan sebutan thinner. Bahan ini tahan air (tidak

(4)

rusak apabila terkena air) tapi masih belum kuat menahan goresan. Kekerasan lapisan film NC tidak cukup keras untuk menahan benturan fisik. Bahkan walaupun sudah kering, NC bisa 'dikupas' menggunakan bahan pencairnya (solvent/thinner). Cara aplikasinya dengan system spray (semprot) dengan tekanan udara.

d. Melamine

Sifatnya hampir sama dengan bahan lacquer. Memiliki tingkat kekerasan lapisan film lebih tinggi dari lacquer akan tetapi bahan kimia yang digunakan akhir-akhir ini menjadi sorotan para konsumen karena berbahaya bagi lingkungan. Melamine mengandung bahan Formaldehyde paling tinggi di antara bahan finishing yang lain. Formaldehyde ini digunakan untuk menambah daya ikat molekul bahan finishing.

e. PU(Poly Urethane)

Lebih awet dibandingkan dengan jenis finishing sebelumnya dan lebih tebal lapisan filmnya. bahan finishing membentuk lapisan yang benar-benar menutup permukaan kayu sehingga terbentuk lapisan seperti plastik. Memiliki daya tahan terhadap air dan panas sangat tinggi. Sangat baik untuk finishing produk outdoor, kusen dan pintu luar atau pagar.Proses pengeringannya juga menggunakan bahan kimia cair yang cepat menguap.

f. Utra Violet Lacquer

Satu-satunya aplikasi yang paling efektif saat ini dengan 'curtain method'. Suatu metode aplikasi seperti air curahan yang membentuk tirai. Benda kerja diluncurkan melalui 'tirai' tersebut dengan kecepatan tertentu sehingga membentuk lapisan yang cukup tipis pada permukaan kayu. Disebut UV lacquer karena bahan finishing ini hanya bisa dikeringkan oleh sinar Ultra Violet (UV).Paling tepat untuk benda kerja dengan permukaan lebar papan atau plywood.

g. Waterbased Lacquer

Jenis finishing yang paling populer akhir-akhir ini bagi para konsumen di Eropa. Menggunakan bahan pencair air murni (yang paling baik) dan resin akan tertinggal di permukaan kayu. Proses pengeringannya otomatis lebih lama dari jenis bahan finishing yang lain karena

(5)

penguapan air jauh lebih lambat daripada penguapan alkohol ataupun thinner. Namun kualitas lapisan film yang diciptakan tidak kalah baik dengan NC atau melamine. Tahan air dan bahkan sekarang sudah ada jenis waterbased lacquer yang tahan goresan.Keuntungan utama yang diperoleh dari bahan jenis ini adalah lingkungan dan sosial. Di samping para karyawan ruang finishing lebih sehat, reaksi penguapan bahan kimia juga lebih kecil di rumah konsumen.

2. Jenis Teknik Finishing

Proses finishing bertujuan untuk memberikan nilai estetika yang lebih baik pada perabot kayu dan juga berfungsi untuk menutupi beberapa kelemahan kayu dalam hal warna, tekstur atau kualitas ketahanan permukaan pada material tertentu. Tujuan finishing yang lain adalah untuk melindungi kayu dari kondisi luar (cuaca, suhu udara dll) ataupun benturan dengan barang Hasil akhir dari proses finishing sangat tergantung dari bahan dan teknik aplikasinya. Bahan yang mahal tidak menjamin hasil finishing yang baik dan berkualitas. Banyak faktor yang ikut menentukan kualitas hasil finishing. Cara aplikasi merupakan salah satu faktor yang penting menentukan kualitas hasil. Ada beberapa cara aplikasi finishing menyesuaikan dengan jenis bahan dan kualitas akhir yang diinginkan. Satu jenis bahan finishing tidak menutup kemungkinan untuk memakai lebih dari satu cara aplikasi. Berikut ini beberapa teknik aplikasi finishing.

a. Pemolesan dengan kain bal

Proses ini dilakukan dengan memoleskan bahan finishing dengan menggunakan kain bal. Proses pemolesan ini sebaiknya dilakukan, setelah pelapisan dasar dilakukan, beberapa bahan finishing tertentu hanya bisa diaplikasikan dengan cara ini salah satunya politur.

b. Teknik Kuas

Merupakan cara paling murah dan mudah di antara yang lain. Hanya saja harus hati-hati dalam memilih kuas yang berkualitas. Bahan finishing yang cocok untuk cara ini termasuk cat, varnish dan pewarna. Sebagaimana ujung kuas, hasil permukaan finishing tidak sehalus dan serata aplikasi spray atau poles.

(6)

c. Teknik semprot

Membutuhkan beberapa alat tambahan khusus tapi tidak terlalu mahal. Alat utama yang diperlukan adalah kompressor untuk membuat tekanan udara dan spray gun, suatu alat untuk menyemprotkan bahan finishing bersamaan dengan udara bertekanan ke bidang kerja. Dengan pengaturan tertentu pada kekuatan tekanan, jumlah material yang disemprotkan, cara ini menghasilkan bidang permukaan yang sangat baik, halus dan cepat. Saat ini metode spray menjadi dasar dari hampir semua jenis bahan finishing lacquer dengan berbagai variasi jenis alat semprot (sprayer), dari yang manual hingga otomatis.Proses yang bisa dilakukan dengan cara spray meliputi lapisan dasar, pewarnaan (lapisan kedua) hingga lapisan akhir.

d. Pencelupan

Aplikasi pencelupan ini dilakukan dengan cara, bahan finishing diletakkan dalam suatu bejana/tangki kemudian benda kerja dicelupkan ke dalam tangki tersebut. Proses pencelupan ini bertujuan agar seluruh permukaan benda kerja, terutama pada bagian sudut & tersembunyi bisa terlapisi bahan finishing..

e. Shower (curah)

Metode ini diimplementasikan pada mesin finishing curtain (tirai), bahan finishing dicurahkan ke permukaan benda kerja dengan volume dan kecepatan tertentu sehingga membentuk lapisan tipis di atas permukaan benda kerja. Cara pengeringannya tergantung bahan finishing yang digunakan. Kebanyakan digunakan oleh pabrik flooring (parket) atau furniture indoor lainnya yang memakai papan buatan.

f. Rolling.

Prinsipnya sama dengan roller yang dipakai untuk mengecat tembok, tetapi yang dimaksud disini adalah alat aplikasi sebuah mesin roller yang seluruh permukaannya terbalut dengan bahan finishing cair dan benda kerja (papan) mengalir di bawahnya. Hanya roller bagian atas yang terbalut dengan bahan finishing, sedangkan roller bagian bawah hanya berfungsi untuk mengalirkan benda kerja ke dalam mesin. Jenis bahan finishing yang digunakan adalah UV lacquer, melamine, NC lacquer.

(7)

.

3. Proses Dasar finishing.

Finishing kayu dilakukan beberapa tahapan antara satu tahap yang satu dengan tahap yang laiinya merupakan suatu urutan yang harus dilakukan. Tahapan pokok yang harus dilakukan dalam setiap finishing kayu dengan menggunakan alat dan bahan apapun secara garis besar hampir sama. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Persiapan permukaan

Produk kriya kayu yang akan difinishing terlebih dahulu disiapkan permukaannya agar hasil finishing akan maksimal. Lem dan kotoran yang tidak ada hubungannya dengan kriya tersebut harus dibersihkan. Lubang-lubang yang bukan merupakan elemen produk harus ditambal atau dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu keindahan setelah produk tersebut difinishing. Demikian bagian-bagian diperlukan dibentuk disesuaikan dengan produk yang dikendaki apakah lurus, melengkung, datar dan sebagainya.

2. Pencerahan permukaan ( bleaching )

Kayu akan difinishing ada kemungkinan mempunyai warna yang sangat gelap bahkan mendekati kotor. Produk kriya kayu yang difinishing diharapakan akan menjadi lebih indah dan lebih menartik. Oleh karena itu kayu yang tampak kotor tersebut perlu dicerahkan dengan bahan pencerah yang berbentuk cairan atau bahan pemutih kayu yang dapat dibeli ditoko-toko kimia atau agen-agen penjualan cat.

3. Penghalusan permukaan

Setelah dilakukan pencerahanan hingga warna kayu menjadi lebih cerah dan merata, selanjutnya produk tersebut dilakukan penghalusan permukaannya dengan menggunakan kertas amplas dengan grade 100 secara bertahap hingga grade 150. Dalam melakukan penghalusan ini gerakan pengamplasan dilkukan searah dengan serat kayu, pergunakan blok pengamplasan dari kayu sesuai dengan brntuk permukaan yang diamplas. Bila dikendaki rata dan lurus gunakan blok/landasan pengamplas

(8)

yang mempunyai permukaan datar, dan gunakan blok berbentuk lengkung untuk permukaan yang berbentuk lengkung.

4. Pengisian pori-pori ( fillering )

Kayu disusun oleh serat-serat kayu yang berbentuk pipa-pipa kecil, akibatnya permukaan kayu tersebut menjadi tidak rata atau ber gelombang karena pertemuan antar serat. Oleh karena lobang dan gelombang kecil tersebut perlu ditutup dengan bahan pengisi pori-pori atau Filler sesuai jenis pengencer catnya, apabila pengecer cat dengan thinner gunakan filler yang berbasis thinner, demikian juga apabila menggunakan cat berbasis air gunakan filler yang yang mempunyai pengecer air.

5. Pewarnaan ( staining )

Warna yang dalam pekerjaan kayu ada dua macam yaitu warna yang larut dalam air dan warna yang larut dalam minyak. Tujuan dari pewarnaan ini memberikan warna pada kayu untuk menjadi lebih muda atau lebih tua dari warna yang sebenarnya, atau bahkan mengubah warna diluar warna kayu yang sebenarnya atau warna lain baik tertutup ( solid) maupun transparan. Teknik pewarnaan dapat dilakukan dengan cara dikuas atau disemprot tergantung jenis dan karakteristik bahan finishing yang dipakai.

6. Pelapisan penyegel ( sealer )

Pelapisan penyegelan bertujuan untuk mengunci warna atau permukaan lapisan warna agar warna yang telah diaplikasikan tidak larut dengan aplikasi berikutnya. Disamping itu penyegelan ini juga bertujuan memberikan pondasi yang kuat baik ikatannya maupun kerataan serta kekearasan finishing menjadi lebih kuat, sehingga tidak menimbulkan masalah pada aplikasi berikutnya.

7. Pelapisan antar media.

Pelapisanan antar media ini bertujuan untuk memberikan lapisan setelah lapisan sealer. Lapisan ini untuk jenis cat tertentu bisa merupakan lapisan akhir ( top coat ) apabila pada lapisan sealer telah terbentuk dengan sempurna ( terutama untuk cat jenis melamine). Namun demikian bisa saja terjadi pada tahap pelapisan penyegelan ( sealer ) belum sempurna sepenuhnya, maka pada pada tahap ini dilakukan pengecatan atau

(9)

Pelapisan akhir atau sering disebut dengan top coat dimana pada tahap ini merupakan tahap paling menentukan dari penampilan dan kehalusan finishing. Kesan halus melalui sentuhan kulit telapak tangan akan memberikan penilaian terhadap kualitas finishing yang dihasilkan. Pada tahap inilah proses aplikasi harus betul-betul diperhatikan, keteknikan perlu dipelajari sesuai dengan jenis karakteristik dari bahan finishing yang digunakan.

D. Pembahsan Teknik Finishing white wash 1. Pengertian finishing white wash

White wash dalam wikipedia berarti melaburkan sedikit kapur pada suatu benda. Dalam istilah furniture kurang lebih memberikan nuansa warna keputih-putihan pada kayu untuk menampakan pola-pola serat kayu dengan warna putih dengan menggunakan bahan yang berwarna putih dengan harapan terkesan terkesan antik.

2. Bahan finishing white wash

Bahan yang digunakan dalam finishing white wash dapat menggunakan bahan finishing yang berbasis air ( water based system) artinya bahan pengencer yang digunakan air atau dapat pula menggunakan bahan berbasis thinner/minyak ( solven based thinner ). Bahan-bahan ini dapat diperoleh ditoko-toko cat.

3. Alat finishing white wash.

Alat untuk finishing white wash dapat dilakukan dengan cara dioles/dikuas secara manual, namun juga dapat menggunakan dengan teknik semprot. Untuk teknik oles/kuas digunakan alat : kuas, kain bal untuk menoleskan cat, dan untuk teknik semprot menggunakan tabung semprot ( spary gun ) dan perlengkapan penampung udara (kompresor) beserta perlengkap semprot lainnya.

4. Proses Finishing white wash.

Tahap-tahapan secara umum dalam finishing white wash secara garis besar dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Kayu atau benda kerja yang akan difinishing disiapkan, diratakan sesuai dengan bentuk yang dikendaki, bila menginginkan lengkung bentuklah lengkung, bila menginginkan datar bentulah datar dan seterusnya.

(10)

b. Kayu atau benda kerja mungkin mempunyai warna yang kotor atau kurang cerah oleh karena itu lakukan pencerahan menggunakan bahan pencerah ( bleaching ) untuk membuat kayu lebih cerah dan mempunyai warna yang merata.

c. Sikatlah permukaan benda kerja yang akan difinishing menggunakan sikap baja untuk membuka celah-celah serat-serat kayu.

d. Siapkan bahan cat untuk finishing white wash sesuai jenis bahan yang dikendaki dapat menggunakan bahan yang larut minyak atau bahan yang larut air misalnya : cat tembok, cat water base sistem yang dapat diperoleh pada toko-toko cat.

e. Oleskan atau semprotkan zat warna yang lebih tua yang memungkinkan akan kontras bila serat-serat kayu diisi dengan warna putih.

f. Oleskan dengan cat yang mudah dihapus dalam keadaan setengah kering dalam hal ini dapat digunakan glaze yaitu cat pewarna yang mudah untuk diubah gelap dan terangnya sesui dengan keinginan. g. Setelah setengah kering usaplah glaze tersebut secara berlahan-lahan

agar pada sela-sela serat kayu glazenya masih terlinggal.

h. Lakukan mengecatan dengan cat clear untuk menutup permukaan yang telah di glaze.

Teknik White wash dengan bahan water base system model yang dikembangkan oleh bio indutri meliputi:

1. Persiapan media

 sikat permukaan kayu/plywood dengan sikat kawat kuningan searah serat untuk menciptakan texture alur serat kayu.

 amplas permukaan benda kerja untuk menghaluskan dan memotong bulu sehingga tekture serat terlihat lebih halus dan natural

2. Pewarnaan dengan wood stain

 gunakan WSO redteak untuk menciptakan warna dasar kayu jati

 encerkan WSO dengan perbandingan 1 bagian WSO / 2 bagian Air, dan semprotkan tipis-tipis dan hati-hati jangan sampai warna ketuaan.

3. Pelapisan antar media

 tutup lapisan warna WSO dengan Topcoat EP3050 untuk mengunci warna dan tidak bercampur dengan warn glaze diatasnya

(11)

 encerkan bahan topcoat (EP3050 2 bag. / 1 bag. air) dan semprotkan keseluruh permukaan sampai rata.

 tunggu sampai kering +/- 1 jam (air dry system) 4. Pelapisan dengan Glaze ( pasta putih )

 gunakan Biocolour Glaze white dan aplikasikan dengan cara dikuas atau di semprot.

 tunggu beberapa saat sampai setengah kering dan hapus dengan kain basah setelah diperas sampai yang tertinggal hanya warna putih disela-sela alur serat.

 Biocolour Glaze white dapat di encerkan dengan air bersih sesuai dengan intensitas warna dan kekentalan yang diinginkan.

5. Lapisan penutup akhir ( Top coat )

 gunakan Biocolour topcoat EP3050DM (death matt) sebagai lapisan akhir untuk melindungi warna dan substrate kayu. topcoat death matt untuk menciptakan kesan natural tampa pantulan cahaya, jika anda menginginkan lain anda dapat menggunakan topcoat Gloss, doft atau satin.

E. KESIMPULAN

White wash adalah suatun finishing furniture kurang lebih memberikan nuansa warna keputih-putihan pada kayu untuk menampakan pola-pola serat kayu dengan warna putih dengan menggunakan bahan yang berwarna putih.

Proses finishing whit wash meliputi: persiapan media, pewarnaan, pelapisan antar media, Pelapisan dengan Glaze ( pasta putih ) dan Lapisan penutup akhir ( Top coat ).

REFERENSI

Agus Sunaryo : 1997, Reka Oles Mebel Kayu, Yogyakarta, Kanisius ... : 2012, Brosur BioIndustri, Yogyakarta.

http://belajarilmukomputerdaninternet.blogspot.com/2013/07/

       http://www.tentangkayu.com/2008/01/jenis-bahan-finishing-kayu.html

(12)

 

http://www.tentangkayu.com/2008/01/jenis-bahan-finishing kayu.html#sthash. VQXRowSB.dpu

 

BIODATA PENULIS

Nama : Drs. Sri Karyono, M.Pd NIP : 19600930 198503 1001 Pangkat/Golongan : Pembina Tk I/IVb Jabatan : Widyaiswara Madya Unit Kerja : PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

Bidang Keahlian : Kriya Kayu Email : sukmasa@yahoo.co.id

Referensi

Dokumen terkait

K.Suhendra M.Si (2009), dalam presentasi mengenai Etika birokrasi menyatakan bahwa etika adalah filsafat moral yang justru mengkaji moralyang lebih konkrit

Berdasarkan identifikasi yang telah dipaparkan di atas telah terungkap beberapa masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan khususnya SMK, maka penelitian ini

bahwa sehubungan dengan maksud tersebut pada huruf a, perlu membentuk Tim Penilai Pemberian Penghargaan kepada Guru, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah Berprestasi

Tubuh spheries dan ekor yang panjang dianggap normal sedangkan sel sperma yang abnormal dibedakan dari sel normal melalui tubuh yang cacat seperti bengkok, pendek

Alasan peneliti mengangkat masalah tersebut untuk memperbaiki nilai siswa dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan guru belum menunjukkan hasil yang maksimal yaitu masih terdapat

Diharapkan kepada Dinas untuk menyesuaikan data BPJS dengan riil.. Diharapkan kepada Dinas untuk menyesuaikan data BPJS

Tapi koalisi berdamai Kades Kaliputih (Banyumas) dengan Sodikan, 40, warganya, justru bikin warga marah. Soalnya dari situ ketahuan bahwa Pak Kades suka mengganggu

(5) Menambah pengetahuan serta memberikan pengenalan bentuk pada benda. Oleh karena itu, penggunaan pop-up book sebagai media pembelajaran dapat membantu guru untuk