• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dewi. Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dewi. Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. Abstrak"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM

PENENTUAN HARGA POKOK JASA SNORKELING KARANG SARI

PEMUTERAN DI DESA PEMUTERAN, KECAMATAN GEROKGAK,

KABUPATEN BULELENG

1

Luh Ayu Paramita Wulandari,

1

Gede Adi Yuniarta,

2

Putu Eka Dianita Marvilianti

Dewi

Jurusan Akuntansi Program S1

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

{

1

Ayuparamita48@ymail.com,

1

gdadi_ak@yahoo.com

2

ekadyanita@gmail.com}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang (1) identifikasi komponen-komponen biaya yang dikeluarkan oleh usaha snorkeling Karang Sari Pemuteran pada metode ABC, (2) penyusunan perhitungan dalam penentuan harga pokok jasa snorkeling Karang Sari Pemuteran, (3) perbandingan penentuan harga pokok jasa antara metode ABC dengan metode yang digunakan perusahaan. Penelitian ini mengadopsi metode penelitian kualitatif. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan pengambilan keputusan.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa (1) harga berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tarif jasa snorkeling pada Karang Sari Pemuteran berbeda tiap destinasinya, (2) terdapat perbedaan harga berdasarkan perhitungan dengan metode ABC dibandingkan dengan harga yang ditentukan oleh usaha jasa snorkeling Karang Sari Pemuteran, yang dimana pada pantai pemuteran terdapat selisih harga sebesar Rp. 18.772, pulau menjangan terdapat selisih harga sebesar 56.684, pantai lovina terdapat selisih harga sebesar Rp 79.033, dan pantai tulamben sebesar Rp. 55.116.

Kata kunci: Harga Pokok Jasa, Metode Activity Based Costing, Metode Yang

Digunakan Perusahaan

Abstract

This study aimed at providing knowledge on (1) identification of cost components expensed by Karang Sari Pemuteran Snorkeling Company on ABC method, (2) calculation writing in determining servive cost at Karang Sari Pemuteran Snorkeling Company, (3) comparison determining service cost between the ABC method and the method used by this company. This research used qualitative research method. The type of data used in this study was qualitative data obtained through interview, observation, and documentation. Data analysis technique used was descriptive analysis with the stages of data collection, namely: data reduction, data presentation, and decision making.

The results of this study indicated that (1) the cost based on calculation that have been done stated that the rate of service at Karang Sari Pemuteran Snorkeling was different each destination, (2) there was a cost difference based on the calculation

(2)

by ABC method compared to the cost determined by Karang Sari Pemuteran Snorkeling, in which at Pemuteran Beach there was cost difference of Rp. 18.772, there was cost difference of Rp 56.684, at Menjangan Island, and there was cost difference of Rp 79.033 in Lovina Beach, and there was cost difference of Rp. 55.116 in Tulamben Beach.

Keywords: Service Cost, Activity Based Costing Method, Method that used by the Company

PENDAHULUAN

Pesatnya pertumbuhan wisata bahari di Bali di dukung oleh keindahan alamnya, dimana Bali merupakan bagian dari daerah segitiga terumbu karang pada Kabupaten Buleleng khususnya di Desa Pemuteran. Desa Pemuteran merupakan sebuah desa

kecil yang mempunyai potensi

pengembangan desa wisata bahari. Desa Pemuteran terletak di Kabupaten Buleleng bagian barat tepatnya di Kecamatan Gerokgak. Desa dengan penduduk sekitar 8000 ribu jiwa ini, pada zaman dahulu

merupakan sebuah kawasan tandus

dengan kondisi perairan yang sangat memprihatinkan.

Saat ini, Desa Pemuteran menjadi

salah satu daya tarik wisata yang

merupakan bagian dari kawasan pariwisata Batuampar, bahkan telah menjadi kawasan pencandangan konservasi taman wisata perairan Buleleng barat sesuai dengan

Surat Keputusan Bupati Kabupaten

Buleleng nomor 523/630/HK/2011. Desa

Pemuteran telah ditetapkan sebagai

kawasan strategis pariwisata nasional yang masuk dalam KSPN Pemuteran-Menjangan

dan sekitarnya yang tertera dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2011 tentang rencana

induk pembangunan kepariwisataan

nasional tahun 2010-2025. Adanya terumbu karang yang dikembangkan dengan metode biorock ini, desa menjadikan snorkeling sebagai salah satu usaha pariwisata untuk menarik minat wisatawan dan memberikan

kemudahan untuk melihat keindahan

bawah laut yang ada di pantai Desa

Pemuteran secara langsung. Usaha

snorkeling Karang Sari Pemuteran ini berdiri pada tahun 2014. Walaupun baru berdiri selama dua tahun, akan tetapi usaha ini telah memberikan dampak yang baik bagi pendapatan desa. Berikut ini disajikan tabel data pendapatan asli desa tahun 2010-2016 sebelum dan sesudah adanya usaha snorkeling Karang Sari Pemuteran.

Tabel 1. Hasil Usaha Desa terhadap Pendapatan Asli Desa di Desa Pemuteran Periode Tahun 2010-2016

Tahun Hasil Usaha Desa Total Pendapatan Asli Desa

2010 15.750.000 25.121.500 2011 15.750.000 26.909.500 2012 15.750.000 23.145.000 2013 15.000.000 15.000.000 2014 20.000.000 20.000.000 2015 20.000.000 33.667.755,90 2016 20.000.000 35.675.388,84

Sumber: Laporan Keuangan Desa Pemuteran Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa dampak usaha snorkeling yang merupakan hasil usaha desa mempunyai

pengaruh yang cukup besar bagi

peningkatan pendapatan asli desa di Desa

Pemuteran. Namun, pengelolaan usaha ini masih perlu diperhatikan untuk menjaga keberlangsungan usahanya, karena harga jual jasa snorkeling ditetapkan berdasarkan harga pasar, tanpa mengetahui biaya yang

(3)

dikeluarkan untuk menjalankan usaha

tersebut. Penetapan harga menurut

keadaan ini, menetapkan harga lebih didasarkan pada harga-harga pesaing yang

ada dan bukan pada biaya yang

dikeluarkan perusahaan atau permintaan.

Dalam menetapkan laba dan untuk

menjaga keberlangsungan usahanya,

setidaknya perusahaan harus mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkan untuk jasa yang dihasilkannya. Dalam menghitung biaya jasa yang akurat dibutuhkan suatu sistem biaya yang tepat yang dapat membebankan biaya langsung dan biaya

tidak langsung yang dikeluarkan

perusahaan kepada jasa yang dihasilkan.

Banyak penelitian yang telah

dilakukan tentang penerapan metode

Activity Based Costing dalam penentuan besarnya harga pokok jasa, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Maretandra (2014), Putri (2010), Treanika (2012), Suryaputra (2015). Dalam perhitungan biaya produk untuk menentukan harga

pokok produksi/jasa masih banyak

perusahaan yang menggunakan sistem tradisional. Secara tradisional, pembebanan biaya atas biaya tidak langsung dilakukan dengan menggunakan dasar pembebanan secara menyeluruh atau per departemen. Hal ini akan menimbulkan banyak masalah karena produk yang dihasilkan tidak dapat mencerminkan biaya yang sebenarnya diserap. Akibatnya akan muncul produk under costing dan produk over costing. Inilah yang mendasari dikembangkannya metode Activity Based Costing (ABC). Menurut Dunia dan Abdullah (2009), Activity Based Costing merupakan suatu sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang terdapat pada suatu perusahaan

bersangkutan. Sistem Activity Based

Costing akan dapat menyediakan suatu informasi perhitungan biaya yang lebih baik

dan dapat membantu manajemen

mengelola perusahaan secara lebih efektif dan efisien.

Selaras dengan hal tersebut, usaha snorkeling Karang Sari Pemuteran ini dalam penentuan tarif masih menggunakan metode yang kurang efektif. Harga jual jasa snorkeling yang digunakan oleh Karang Sari Pemuteran ditetapkan berdasarkan

harga pasar, tanpa mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkan untuk jasa yang dijual. Apabila metode tradisonal ini digunakan secara terus menerus dengan penentuan harga yang masih menggunakan sistem persaingan, maka akan dapat mengancam

keberlangsungan usaha (eksistensi

perusahaan) snorkeling, karena tidak dapat menutupi biaya produksi dan tidak sanggup dalam mengikuti persaingan harga yang ditentukan di tempat usaha snorkeling lain yang ada di Desa Pemuteran. Pendapatan

usaha snorkeling ini merupakan

pendapatan yang paling berpengaruh

terhadap pendapatan asli desa di Desa Pemuteran, sehingga dibutuhkan sistem akuntansi yang lebih baik dalam penentuan tarif jasa snorkeling agar dapat dikelola dengan maksimal dan tidak menimbulkan masalah serta tetap menjaga ekistensi usaha snorkeling Karang Sari Pemuteran.

Pada penelitian ini digunakan

beberapa kajian teori yang berkaitan dengan dunia pariwisata dan konsep akuntansi biaya. Kajian teori yang pertama adalah mengenai kepariwisataan. Menurut

Darmajadi (2002), industri pariwisata

merupakan rangkuman dari berbagai

macam bidang usaha yang secara

bersama-sama menghasilkan

produk-produk maupun jasa-jasa yang nantinya baik langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan. Kajian yang kedua adalah mengenai pengembangan

pariwisata. Alasan utama suatu

pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata, baik secara lokal, regional atau ruang lingkup nasional pada suatu Negara sangat erat kaitannya dengan pembangunan perekonomian daerah atau Negara tersebut. Kajian yang ketiga

mengenai perusahaan jasa yang

merupakan perusahaan yang kegiatan utamanya adalah memproduksi produk

tidak berwujud dengan tujuan untuk

mencari laba. Kata kunci dalam pengertian ini adalah produk tidak berwujud. Namun

perlu digarisbawahi bahwa dalam

memproduksi produk yang ditawarkannya, perusahaan jasa biasanya menggunakan faktor-faktor produksi berwujud. Kajian yang keempat adalah mengenai usaha wisata

selam. Usaha wisata selam adalah

(4)

rekreasi maupun olahraga secara komersial. Usaha wisata selam menjadi wisata dengan pangsa pasar minat khusus yang terdiri dari snorkeling, sea walker, dan scuba diving.

Kajian yang kelima mengenai

akuntansi biaya. Menurut Mulyadi (2009), akuntansi biaya adalah suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya, pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu serta penafsiran terhadapnya.

Siregar et.al. (2014) mendefinisikan

akuntansi biaya sebagai suatu proses pengukuran, penganalisaan, perhitungan dan pelaporan biaya, profitabilitas, dan kinerja operasi. Kajian yang selanjutnya adalah mengenai Activity Based Costing (ABC). Activity Based Costing System adalah suatu sistem akuntansi yang

terfokus pada aktivitas-aktivitas yang

dilakukan untuk menghasilkan produk/jasa. Activity Based Costing (ABC) menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor-faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi.

Lokasi penelitian ini dilakukan pada

usaha jasa snorkeling Karang Sari

Pemuteran di Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1)

untuk mengidentifikasi

komponen-komponen biaya yang dikeluarkan oleh usaha snorkeling Karang Sari Pemuteran

pada metode ABC, (2) memberikan

penyusunan perhitungan dalam penentuan harga pokok jasa snorkeling Karang Sari Pemuteran, (3) mengetahui perbandingan penentuan harga pokok jasa antara metode ABC dengan metode yang digunakan perusahaan.

METODE

Penelitian ini dilakukan dengan metode dan jenis data kualitatif. Pada penelitian ini, peneliti melakukan observasi langsung ke lapangan dan data-data akan dianalisis berdasarkan pengamatan dan

pengetahuan peneliti. Penelitian ini

dilakukan pada Desa Pemuteran dengan informan bagian keuangan pada Kantor Desa Pemuteran dan Bapak Made Surata selaku pengelola usaha jasa snorkeling. Sumber data pada penelitian ini adalah data primer berupa hasil wawancara kepada bagian keuangan kantor desa Pemuteran mengenai hasil usaha desa terhadap pendapatan asli Desa Pemuteran

serta pengelolaan dana usaha jasa

snorkeling oleh pengelola usaha jasa snorkeling Karang Sari Pemuteran. Pada penelitian ini, data diperoleh dengan menggunakan teknik-teknik pengumpulan

data kualitatif, seperti wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Proses

pengolahan data pada penelitian ini

mengadopsi teknik analisis deskriptif.

Analisis data yang digunakan pada

penelitian ini mengikuti apa yang

dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992) dalam Sugiyono (2010) sebagai teknik analisis interaktif dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan pengambilan keputusan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Elemen-Elemen Biaya Menurut Metode Activity Based Costing

Pada perhitungan harga pokok jasa

snorkeling dibutuhkan data biaya

operasional. Adapun elemen-elemen biaya tersebut, diantaranya:

1. Biaya Air

Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pemakaian air pada tiap jasa snorkeling. Biaya air

dibebankan berdasarkan jumlah

yang dipakai untuk tiap tahap pembersihan alat snorkel.

2. Biaya Konsumsi

Biaya konsumsi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan makan, minum, dan snack penyewa jasa/ tamu.

3. Biaya Bahan Bakar

Biaya bahan bakar merupakan

biaya yang dikeluarkan untuk

keperluan kapal dalam

mengantarkan penumpang yang

menyewa jasa snorkeling. Biaya bahan bakar perhari dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

(5)

Tabel 2. Biaya Bahan Bakar

Destinasi Jasa Snorkeling Biaya Bahan Bakar (Rp)

Pemuteran 0

Menjangan 19.350

Lovina 52.890

Tulamben 77.400

Sumber: Karang Sari Pemuteran 4. Biaya Pemeliharaan

Biaya pemeliharaan merupakan

biaya yang dikeluarkan untuk

kebutuhan pemeliharaan kapal dan alat snorkel yang dimiliki oleh Karang Sari Pemuteran.

5. Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan adalah biaya

yang terjadi karena adanya

pengurangan nilai ekonomis dari aset milik Karang Sari Pemuteran yang digunakan dalam menjalankan usaha jasa snorkeling.

6. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk biaya yang timbul akibat penggunaan tenaga kerja manusia untuk menunjang keberhasilan kegiatan snorkeling. 7. Biaya Administrasi

Biaya administrasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengurusan

administrasi penyewa jasa/tamu

dalam menunjang kelancaran dalam penyediaan aktivitas sarana dan prasarana. Berikut adalah tarif jasa snorkeling Karang Sari Pemuteran: Tabel 3. Tarif Jasa Snorkeling Karang Sari Pemuteran

Destinasi Jasa Snorkeling Tarif

Pemuteran 30.000

Menjangan 55.000

Lovina 250.000

Tulamben 500.000

Sumber: Karang Sari Pemuteran Penentuan Harga Pokok Jasa Menurut Metode Activity Based Costing

Dalam menghitung harga pokok, peneliti menggunakan metode Activity Based Costing. Usaha Jasa Snorkeling Karang Sari Pemuteran yang berlokasi di Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak,

Kabupaten Buleleng ini melakukan

penentuan harga pokok berdasarkan harga pasar dan melakukan perhitungan harga pokok jasanya dengan pencatatan yang

diketahui saja. Peneliti mencoba

menerapkan sistem perhitungan harga pokok jasa dengan metode Activity Based

Costing (ABC) untuk menghasilkan

perhitungan biaya yang lebih akurat, sehingga perusahaan dapat menetapkan harga jual yang tepat dan menjadi lebih

kompetitif dalam menjalankan usahanya. Penentuan harga pokok menggunakan Activity Based Costing system dilakukan dengan tahapan-tahapan berikut:

1. Menggolongkan aktivitas

Kelompok aktivitas dapat

digolongkan menjadi empat bagian,

Rudianto (2013) mengidentifikasi kelompok ativitas diantaranya: aktivitas berlevel unit (unit level activities), aktivitas berlevel batch (batch level activities), aktivitas berlevel produk (product level activities), dan aktivitas berlevel aktivitas (facility level activity). Berikut ini aktivitas yang dilakukan untuk menunjang pelayanan jasa snorkeling yang ada pada Karang Sari Pemuteran di Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng yaitu sebagai berikut:

(6)

Tabel 4. Aktivitas untuk Menunjang Pelayanan Jasa Snorkeling

Aktivitas yang dilakukan Level Activity

Pemakaian Air Unit Level Activity

Pelayanan Konsumsi Unit Level Activity

Pemakaian Bahan Bakar Unit Level Activity

Pemeliharaan kapal dan peralatan Facility Level Activity

Penyusutan kapal dan peralatan Facility Level Activity

Penyusutan administrasi Unit Level Activity

Pelayanan tenaga kerja Unit Level Activity

Sumber: Data diolah, 2017

2. Mengasosiasikan berbagai biaya

dengan aktivitas

Tahap berikutnya adalah

menentukan sumber daya yang akan

digunakan dalam aktivitas tersebut.

Penentuan aktivitas dengan biaya aktual dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Elemen Biaya Pantai Pemuteran

Elemen Biaya Jumlah Biaya (Rp)

Biaya Air 24,360

Biaya Konsumsi 11,200.000

Biaya Bahan Bakar 0

Biaya Pemeliharaan 1,200,000

Biaya Penyusutan 600,000

Biaya Administrasi 5,600,000

Biaya Tenaga Kerja 36,000,000

Jumlah 54,624,360

Sumber: Karang Sari Pemuteran Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah biaya air yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 24.360, biaya konsumsi yang dikeluarkan sebesar Rp. 11.200.000,

biaya bahan bakar yang dikeluarkan

sebesar Rp. 0, biaya pemeliharaan yang dikeluarkan sebesar Rp. 1.200.000, biaya penyusutan yang dikeluarkan sebesar Rp.

600.000, biaya administrasi yang

dikeluarkan sebesar Rp 5.600.000, biaya tenaga kerja yang dikeluarkan sebesar Rp. 36.000.000, sehingga jumlah biaya yang harus dikeluarkan pada usaha snorkeling di pantai pemuteran adalah sebesar Rp. 54.624.360.

Tabel 6. Elemen Biaya Pulau Menjangan

Elemen Biaya Jumlah Biaya (Rp)

Biaya Air 9,860

Biaya Konsumsi 3,400,000

Biaya Bahan Bakar 7,062,750

Biaya Pemeliharaan 1,200,000

Biaya Penyusutan 600,000

Biaya Administrasi 1,700,000

Biaya Tenaga Kerja 24,000,000

Jumlah 37,972,610

(7)

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah biaya air yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 9.860, biaya konsumsi yang dikeluarkan sebesar Rp. 3.400.000, biaya bahan bakar yang dikeluarkan sebesar Rp. 7.062.750, biaya pemeliharaan yang dikeluarkan sebesar Rp. 1.200.000, biaya penyusutan yang dikeluarkan sebesar

Rp. 600.000, biaya administrasi yang dikeluarkan sebesar Rp 1.700.000, biaya tenaga kerja yang dikeluarkan sebesar Rp. 24.000.000, sehingga jumlah biaya yang harus dikeluarkan pada usaha snorkeling di pulau menjangan adalah sebesar Rp. 37.972.610.

Tabel 7. Elemen Biaya Pantai Lovina

Elemen Biaya Jumlah Biaya (Rp)

Biaya Air 4,640

Biaya Konsumsi 6,400,000

Biaya Bahan Bakar 19,304,850

Biaya Pemeliharaan 1,200,000

Biaya Penyusutan 600,000

Biaya Administrasi 3,200,000

Biaya Tenaga Kerja 24,000,000

Jumlah 54,709,490

Sumber : Karang Sari Pemuteran Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah biaya air yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 4.640, biaya konsumsi yang dikeluarkan sebesar Rp. 6.400.000, biaya bahan bakar yang dikeluarkan

sebesar Rp. 19.304.850, biaya

pemeliharaan yang dikeluarkan sebesar Rp.

1.200.000, biaya penyusutan yang

dikeluarkan sebesar Rp. 600.000, biaya administrasi yang dikeluarkan sebesar Rp

3.200.000, biaya tenaga kerja yang

dikeluarkan sebesar Rp. 24.000.000,

sehingga jumlah biaya yang harus

dikeluarkan pada usaha snorkeling di pantai lovina adalah sebesar Rp. 54.709.490.

Tabel 8. Elemen Biaya Pantai Tulamben

Elemen Biaya Jumlah Biaya (Rp)

Biaya Air 3,683

Biaya Konsumsi 3,175,000

Biaya Bahan Bakar 28,251,000

Biaya Pemeliharaan 1,200,000

Biaya Penyusutan 600,000

Biaya Administrasi 1,270,000

Biaya Tenaga Kerja 36,000,000

Jumlah 70,499,683

Sumber : Karang Sari Pemuteran Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah biaya air yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 3.683, biaya konsumsi yang dikeluarkan sebesar Rp. 3.175.000, biaya bahan bakar yang dikeluarkan

sebesar Rp. 28.251.000, biaya

pemeliharaan sebesar Rp. 1.200.000, biaya penyusutan yang dikeluarkan sebesar Rp.

600.000, biaya administrasi yang

dikeluarkan sebesar Rp 1.270.000, biaya tenaga kerja yang dikeluarkan sebesar Rp. 36.000.000, sehingga jumlah biaya yang harus dikeluarkan pada usaha snorkeling di pantai tulamben adalah sebesar Rp. 70.499.683.

3. Menentukan kelompok biaya dan

penyebab biaya

(8)

dikumpulkan kemudian dikelompokkan ke dalam sebuah kelompok biaya (cost pool) dan penyebab biaya (cost driver). Cost pool adalah suatu penggabungan dua atau lebih aktivitas yang mempunyai cost driver yang sama untuk dapat dibebankan secara

bersama-sama ke dalam produk-produk atau jasa-jasa dengan menggunakan satu cost driver. Berikut ini disajikan jumlah penyewa jasa snorkeling Karang Sari Pemuteran pada tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9. Jumlah Penyewa Jasa Snorkeling Karang Sari Pemuteran Tahun 2016

Bulan Pemuteran Menjangan Lovina Tulamben Jumlah

Januari 68 30 20 10 128 Februari 87 15 18 9 129 Maret 80 17 22 7 126 April 49 28 27 9 113 Mei 43 45 38 25 151 Juni 51 33 28 17 129 Juli 146 47 23 14 230 Agustus 192 39 37 7 275 September 126 35 39 5 205 Oktober 104 21 36 6 167 November 90 10 15 9 124 Desember 84 20 17 9 130 Total 1120 340 320 127 1907

Sumber: Karang Sari Pemuteran

Berdasarkan data pada tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah penyewa jasa snorkeling Karang Sari Pemuteran tahun 2016 di pantai pemuteran adalah sebanyak 1.120 orang, pulau menjangan sebanyak

340 orang, pantai lovina sebanyak 320 orang, dan pantai tulamben sebanyak 127 orang, sehingga dalam satu tahunjumlah penyewa jasa snorkeling sebanyak 1.907 orang.

Tabel 10. Aktivitas Penggunaan Air Destinasi Jasa Snorkeling Konsumsi/ penyewa jasa/ hari (m3) Jumlah penyewa jasa/ th Konsumsi tahun 2016 (m3) Pemuteran 0.02 1120 16.8 Menjangan 0.01 340 6.8 Lovina 0.01 320 3.2 Tulamben 0.015 127 2.54 Jumlah 0.055 1907 29.34

Sumber: Data Diolah, 2017

Berdasarkan data pada tabel 10

dapat dilihat bahwa jumlah

konsumsi/penyewa jasa per hari di pantai

pemuteran sebanyak 0,02 m3, pulau

menjangan sebanyak 0,01 m3, pantai lovina

sebanyak 0,01 m3, dan pantai tulamben

sebanyak 0,015 m3, sehingga jumlah

konsumsi/penyewa jasa/hari sebanyak

0,055 m3. Jumlah penyewa jasa per

(9)

1.120 orang, pulau menjangan sebanyak 340 orang, pantai lovina sebanyak 320 orang, dan pantai tulamben sebanyak 127 orang, sehingga jumlah penyewa jasa per tahunnya adalah sebanyak 1.907 orang. Jumlah konsumsi tahun 2016 di pantai

pemuteran sebanyak 16,8 m3, pulau

menjangan sebanyak 6,8 m3, pantai lovina sebanyak 3,2 m3, dan pantai tulamben sebanyak 2,54 m3, sehingga diperoleh

jumlah konsumsi tahun 2016 sebanyak 29,34 m3.

4. Menentukan Tarif Kelompok

Penentuan tarif kelompok dilakukan dengan cara membagi biaya aktivitas untuk setiap kelompok biaya per tahun dengan jumlah cost driver untuk setiap kelompok biaya Berikut perincian tarif kelompok setiap kelompok:

Tabel 11. Tarif Kelompok Pantai Pemuteran

Elemen biaya Jumlah Biaya Cost Driver Driver Jumlah Jumlah Harga Biaya air 0.015 1,450 1120 24,360 Biaya konsumsi 1 10,000 1120 11,200,000

Biaya bahan bakar 0 6,450 365 0

Biaya pemeliharaan 1 100,000 12 1,200,000

Biaya penyusutan 1 50,000 12 600,000

Biaya administrasi 1 5,000 1120 5,600,000

Biaya tenaga kerja 1 1,500,000 12 36,000,000

Jumlah 54,624,360

Tarif ABC 48,772

Sumber: Data Diolah, 2017

Berdasarkan data pada tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah biaya air sebesar Rp. 24.360, biaya konsumsi sebesar Rp. 11.200.000, biaya bahan bakar sebesar Rp. 0, biaya pemeliharaan sebesar Rp. 1.200.000, biaya penyusutan sebesar

Rp 600.000, biaya administrasi sebesar Rp. 5.600.000, biaya tenaga kerja sebesar Rp. 36.000.000, sehingga tariff kelompok pantai pemuteran adalah sebesar Rp 54.624.360 dan diperoleh tarif Activity Based Costing (ABC) adalah sebesar Rp 48.772.

Tabel 12. Tarif Kelompok Pulau Menjangan

Elemen biaya Jumlah Biaya Cost Driver Driver Jumlah Jumlah Harga Biaya air 0.02 1,450 340 9,860 Biaya konsumsi 1 10,000 340 3,400,000

Biaya bahan bakar 3 6,450 365 7,062,750

Biaya pemeliharaan 1 50,000 12 600,000

Biaya penyusutan 1 100,000 12 1,200,000

Biaya administrasi 1 5,000 340 1,700,000

Biaya tenaga kerja 2 1,000,000 12 24,000,000

Jumlah 37,972,610

Tarif ABC 111,684

(10)

Berdasarkan data pada tabel 12 dapat dilihat bahwa jumlah biaya air sebesar Rp 9.860, biaya konsumsi sebesar Rp. 3.400.000, biaya bahan bakar sebesar Rp 7.062.750, biaya pemeliharaan sebesar Rp 1.200.000, biaya penyusutan sebesar

Rp 600.000, biaya administrasi sebesar Rp 1.700.000, biaya tenaga kerja sebesar Rp 24.000.000, sehingga tarif kelompok pulau menjangan adalah sebesar Rp 37.972.610 dan diperoleh tarif Activity Based Costing (ABC) sebesar Rp 111.684.

Tabel 13. Tarif Kelompok Pantai Lovina

Elemen biaya

Jumlah Biaya

Cost Driver

Jumlah Harga Driver Jumlah

Biaya air 0.01 1,450 320 4,640

Biaya konsumsi 1 20,000 320 6,400,000

Biaya bahan bakar 8,2 6,450 365 19,304,850

Biaya pemeliharaan 1 100,000 12 1,200,000

Biaya penyusutan 1 50,000 12 600,000

Biaya administrasi 1 10,000 320 3,200,000

Biaya tenaga kerja 2 1,000,000 12 24,000,000

Jumlah 54,709,490

Tarif ABC 170,967

Sumber: Data Diolah, 2017

Berdasarkan data pada tabel 13 dapat dilihat bahwa jumlah biaya air sebesar Rp 4.640, biaya konsumsi sebesar Rp. 6.400.000, biaya bahan bakar sebesar

Rp 19.304.850, biaya pemeliharaan

sebesar Rp 1.200.000, biaya penyusutan

sebesar Rp 600.000, biaya administrasi sebesar Rp 3.200.000, biaya tenaga kerja sebesar Rp 24.000.000, sehingga tarif kelompok pantai lovina adalah sebesar Rp 54.709.490 dan diperoleh tarif Activity Based Costing (ABC) sebesar Rp 170.967. Tabel 14. Tarif Kelompok Pantai Tulamben

Elemen biaya

Jumlah Biaya

Cost Driver

Jumlah Harga Driver Jumlah

Biaya air 0.02 1,450 127 3,683

Biaya konsumsi 1 25,000 127 3,175,000

Biaya bahan bakar 12 6,450 365 28,251,000

Biaya pemeliharaan 1 100,000 12 1,200,000

Biaya penyusutan 1 50,000 12 600,000

Biaya administrasi 1 10,000 127 1,270,000

Biaya tenaga kerja 4 1,000,000 12 36,000,000

Jumlah 70,499,683

Tarif ABC 555,116

Sumber: Data Diolah, 2017

Berdasarkan data pada tabel 14 dapat dilihat bahwa jumlah biaya air sebesar Rp 3.683, biaya konsumsi sebesar Rp. 3.175.000, biaya bahan bakar sebesar

Rp. 28.251.000, biaya pemeliharaan

sebesar Rp 1.200.000, biaya penyusutan sebesar Rp 600.000, biaya administrasi sebesar Rp 1.270.000, biaya tenaga kerja

(11)

sebesar Rp 36.000.000, sehingga tarif kelompok pantai tulamben adalah sebesar Rp 70.499.683 dan diperoleh tarif Activity Based Costing (ABC) sebesar Rp 555.116.

Perbandingan Hasil Perhitungan Harga Pokok Jasa Snorkeling Berdasarkan Karang Sari Pemuteran dan Metode ABC

Usaha jasa snorkeling Karang Sari Pemuteran menghitung harga pokok jasa

dengan menggunakan harga pasar,

perusahaan menghitung harga pokok jasa dengan cara mengikuti tarif jasa yang ada di perusahaan sejenis. Perusahaan juga tidak memperhitungkan harga pokok jasanya, karena harga pokok jasa yang di tetapkan sudah dianggap memberikan perusahaan laba yang maksimal, maka perhitungan tersebut tidaklah penting. Namun, apabila

dilihat dari sudut ilmu akuntansi,

perhitungan harga pokok produk/jasa yang benar akan memberikan perusahaan laba

atau rugi yang sebenarnya dalam

perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas,

maka peneliti ingin melakukan

perbandingan antara perhitungan harga

pokok jasa yang dihitung dengan

menggunakan metode perusahaan dengan metode penentuan harga pokok jasa sesuai dengan kaidah akuntansi yaitu metode ABC

(Activity Based Costing). Berikut

perbandingan perhitungan harga pokok produk yang dihitung dengan menggunakan

metode perusahaan dengan metode

penentuan harga pokok produk sesuai dengan kaidah akuntansi yaitu metode ABC (Activity Based Costing) yang disajikan pada tabel 15 berikut:

Tabel 15. Perbandingan Harga Jasa Berdasarkan Tarif Snorkeling dan Tarif ABC

Lokasi Tarif Snorkeling Tarif ABC Selisih

Pemuteran 30,000 48,772 -18,772

Menjangan 55,000 111,684 -56,684

Lovina 250,000 170,967 79,033

Tulamben 500,000 555,116 -55,116

Sumber: Data Diolah, 2017

Berdasarkan data pada tabel 15 terdapat perbedaan perhitungan harga pokok jasa menurut metode perusahaan dengan metode ABC (Activity Based Costing). Perhitungan harga pokok menurut perusahaan lebih rendah pada destinasi wisata di pantai Pemuteran dan Pulau Menjangan daripada dengan metode ABC

(Activity Based Costing), sedangkan

perhitungan harga pokok menurut

perusahaan pada destinasi wisata di Pantai Lovina dan Pantai Tulamben lebih tinggi daripada dengan metode ABC (Activity Based Costing).

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: (1) elemen-elemen biaya yang terdapat pada jasa Snorkeling Karang Sari Pemuteran menurut metode Activity Based Costing meliputi biaya air, biaya

konsumsi, biaya bahan bakar, biaya

pemeliharaan, biaya penyusutan, biaya tenaga kerja, dan biaya administrasi, (2) harga berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tarif jasa snorkeling pada Karang Sari Pemuteran berbeda tiap destinasinya, (3) terdapat perbedaan harga berdasarkan perhitungan dengan metode ABC dibandingkan dengan harga yang ditentukan oleh usaha jasa snorkeling Karang Sari Pemuteran, yang dimana pada pantai pemuteran terdapat selisih harga sebesar Rp. 18.772, pulau menjangan terdapat selisih harga sebesar 56.684, pantai lovina terdapat selisih harga sebesar Rp 79.033, dan pantai tulamben sebesar Rp. 55.116.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan peneliti pada penelitian ini adalah (1) bagi pengelola usaha jasa Snorkeling Karang Sari Pemuteran diharapkan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC) dalam

(12)

menentukan anggaran biaya setiap kegiatan snorkeling, sehingga akan mengurangi terjadinya distorsi atau adanya kesalahan

dalam perhitungan biaya-biaya yang

dikeluarkan yang menyebabkan salahnya penentuan harga pokok jasa yang nantinya akan berpengaruh terhadap laba yang sebenarnya, (2) bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah metode lain dalam perhitungan harga pokok jasa, sehingga diperoleh lebih banyak alternative untuk mendapatkan harga pokok jasa yang efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Darmajadi. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta

Dunia, Firdaus, A dan Abdullah Wasilah. 2009. Akuntansi Biaya (Edisi 2). Jakarta: Salemba Empat.

Maretandra, Putri Inri. 2014. Analisis Perhitungan Tarif Rawat Inap Rumah Sakit Dengan Metode Activity Based Costing Di Rsud Sunan Kalijaga Demak. Skripsi. Universitas Dian Nuswantoro.

Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya.

Yogyakarta: STIE YPKPN.

Putri, Dhania Anggarani. 2010. Analisis Penggunaan Metode Activity Based Costing sebagai Alternatif dalam Menentukan Tarif SPP SMP-SMA PADA YPI Nasima Semarang Tahun 2010. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang.

Siregar, Baldric, Bambang Suripto, Dodi Hapsori. 2014. Akuntansi Biaya (Edisi 2). Jakarta: Salemba Empat.

Suryaputra, Verawati, Yuniawati Atty. 2015.

Penyusunan Model Perhitungan

Harga Pokok Jasa Laundry Skala Mikro Dan Kecil Di Daerah Bandung.

Skripsi. Universitas Katolik

Parahyangan.

Treanika, Dewa Ayu Putu. 2012.

Penerapan Metode Activity Based

Costing Dalam Penentuan Harga

Pokok Jasa Layanan Transaksi

Mobile Banking Sinar Sip Pada PT. Bank Sinar Harapan Bali Kantor

Pusat Operasional. Skripsi.

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan cemaran timbal dan timah dalam makanan dilakukan dengan cara menimbang 5 gram sampel buah cabe jawa dan masukkan ke dalam cawan porselen.. Ditambahkan 10 mL

Pada tahap ini, peneliti membuat perencanaan perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil analisis pada siklus II, yaitu sebagai berikut. 1) Pada siklus ketiga peneliti tetap

demikian, pada kenyataannya banyak siswa yang tidak memiliki keterampilan berpidato dengan baik. Minat secara umum dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang

oleh orang tua saat melakukan komunikasi dengan cara bertatapan muka langsung dengan anak ketika melakukan komunikasi dan memberikan pesan kepada anak (Pusungulaa,et al.

(1998) ideologi etika merupakan faktor utama yang menjelaskan perbedaan-perbedan individu dalam melakukan penilaian etis, ideologi etika dipengaruhi oleh dua karakteristik

Tingginya rasio FDR ini, di satu sisi menunjukkan pendapatan bank yang semakin besar, tetapi menyebabkan suatu bank menjadi tidak likuid dan memberikan

Pada proses pembelajaran pada siklus II diperoleh ketuntasan hasil belajar yaitu 74,40 karena siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran inkuiri ,siswa sudah aktif

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada siklus pertama, maka akan dilakukan tindakan pada pelaksanaan siklus II, langkah pelaksanaan masih sama seperti siklus I