• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN POLA SUPLAI BBM VIA KAPAL TANKER PERTAMINA S&D REGION IV AREA SULAWESI DENGAN METODE TRANSPORTASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN POLA SUPLAI BBM VIA KAPAL TANKER PERTAMINA S&D REGION IV AREA SULAWESI DENGAN METODE TRANSPORTASI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN POLA SUPLAI BBM VIA KAPAL TANKER PERTAMINA S&D

REGION IV AREA SULAWESI DENGAN METODE TRANSPORTASI

A. Zuhdan Fathoni1, Wahyu Wijaya2 1STEM “Akamigas”, Jl. Gajah Mada No. 38, Cepu 2PT. Pertamina (Persero), Pemasaran dan Niaga Region I, Medan

E-mail: zuhdancpu@yahoo.com

ABSTRAK

PT. Pertamina (Persero) sebagai perusahaan yang berorientasi laba perlu meningkatkan efisiensi dan efektifitas serta penekanan biaya. Hal itu dapat dilakukan dalam suplai dan distribusi (S&D) BBM. Biaya terbesar dalam kegiatan S&D BBM adalah penggunaan Kapal Tanker. S&D Region IV Area Sulawesi salah satu wilayah kerja PT. Pertamina yang seluruhnya merupakan Seafed Depot dan sarana suplainya menggunakan Kapal Tanker yang mempunyai 4 supply point dan 14 delivery point yang cukup banyak. Pola suplai pada S&D Region IV yang kompleks menimbulkan hasil yang kurang opti-mal. Efisiensi dan efektifitas dapat dilakukan dengan pola analisis suplai BBM dilakukan dengan me-tode transportasi. Jika pola suplai meme-tode transportasi hasil penelitian ini diterapkan maka akan meng-hasilkan beberapa keuntungan yang diperoleh yaitu terjadi penghematan biaya transportasi sebesar Rp. 2.261.120.000,- per bulan, pengurangan jarak total rute suplai sebesar 5.159 mil, rata-rata RTD turun 1,07 hari, utilitas kapal tanker meningkat rata-rata 2,21 voyage tiap bulan, dan jumlah kapal tanker yang beroperasi dapat dikurangi sebanyak 2 unit atau setara penghematan sebesar Rp. 1.719.000.000,-.

Kata Kunci: Suplai Distribusi, TBBM, Transportasi, Tanker

ABSTRACT

PT. Pertamina (Persero), as a profit oriented company, needs to improve the efficiency and effective-ness as well as cost reduction. It can be done in the supply and distribution (S & D) fuel. The biggest cost in the S & D activities is the use of the fuel tanker. S & D Region IV Area Sulawesi is one of the working area of PT. Pertamina, which is entirely Seafed supply depot and facilities, using Tankers with 4 supply points and 14 delivery points. Its supply pattern on the S & D Region IV that is quite complex has contributed to less optimum results. Efficiency and effectiveness can be improved by means of the pattern of fuel supply analysis conducted by the method of transportation. If the pattern of supply of transport methods applied to the results of this research will yield some gains that oc-curred transportation cost savings of Rp. 2.261.120.000,- per month, a reduction in the total distance of 5,159 mile RTD average down 1.07 day, utility tankers increased by an average of 2.21 per month voyage, and the number of tankers in operation can be reduced as much as 2 units or equivalent sav-ings of Rp. 1.719.000.000,-.

Key words: Supply Distribution , TBBM , Transportation , Tanker

1. PENDAHULUAN

PT Pertamina (Persero) saat ini dituntut untuk dapat menghasilkan laba yang maksi-mal. Salah satu cara untuk menghasilkan laba yang maksimal adalah dengan melaku-kan penjualan produk Bahan Bakar Minyak (BBM) dan non Bahan Bakar Minyak (non

BBM) semaksimal mungkin. Akan tetapi, usaha tersebut tidak akan berarti jika biaya operasional masih tinggi1,2). Oleh karena itu, efisiensi kegiatan operasional di wilayah-wilayah kerja PT Pertamina (Persero) juga harus dilakukan, sehingga laba yang maksi-mal akan dapat tercapai. Pertamina Suplai & Distribusi (S&D) sebagai pengelola rantai

(2)

pasok suplai dan distribusi BBM ke seluruh wilayah Indonesia merupakan salah satu fungsi yang ikut menentukan biaya operasio-nal, melalui kegiatan operasional suplai dan distribusi yang berpotensi mengurangi laba perusahaan jika kegiatan tersebut tidak efi-sien. Setiap kegiatan operasional suplai dan distribusi dengan segala macam moda trans-portasi baik darat, laut maupun udara harus optimal agar biaya operasional dapat ditekan seminimal mungkin, namun tetap dengan ha-sil yang maksimal3).

Pertamina S&D Region VII Sulawesi merupakan salah satu fungsi yang bertang-gung jawab terhadap kegiatan operasional suplai dan distribusi BBM sehingga keterse-diaan BBM di seluruh wilayah Sulawesi ter-jamin. Pertamina S&D Region VII Sulawesi memiliki 17 lokasi Terminal BBM yang se-luruhnya adalah seafed depot yang terdiri dari 3 TBBM supply point dan 14 TBBM

delivery point, yang menggunakan kapal tan-ker sebagai moda transportasi suplai dan

dis-tribusi BBM. Dari fakta tersebut dapat di-simpulkan bahwa pola suplai distribusi di area Sulawesi merupakan salah satu pola suplai distribusi yang kompleks sehingga mempunyai kecenderungan belum optimal.

Biaya operasional kapal tanker tidaklah murah. Bahkan dapat dikatakan bahwa biaya transportasi dengan kapal tanker adalah transportasi yang cukup mahal jika diban-dingkan dengan moda transportasi lainnya. Akan tetapi moda transportasi ini juga meru-pakan moda transportasi yang paling efektif digunakan untuk seafed depot. Oleh karena itu, pengoperasian kapal tanker sebagai moda transportasi suplai dan distribusi BBM haruslah optimal. Rute yang dilalui haruslah rute terpendek (paling dekat) antara supply

point dan delivery point, sehingga secara

langsung akan mempersingkat waktu perja-lanan (Round Trip Days) dan utilitas dari ka-pal tanker (jumlah voyage) dapat diting-katkan. Utilitas kapal tanker yang meningkat bisa berdampak pada pengurangan jumlah kapal tanker yang beroperasi. Jika semua itu terpenuhi, maka parameter optimal baru dapat tercapai. Maka biaya operasionalnya

dapat ditekan dan secara tidak langsung akan meningkatkan laba perusahaan.

Upaya mengoptimumkan suplai & dis-tribusi BBM di wilayah S&D Region VII Sulawesi, apakah pola suplai dengan meng-gunakan kapal tanker yang saat ini berlaku sudah optimal atau belum. Jika belum, kajian ini akan merekomendasikan suatu pola su-plai BBM baru yang lebih optimum serta keuntungan-keuntungan yang dapat dicapai apabila pola suplai BBM yang baru tersebut diaplikasikan.

2. METODE

A. Teknik Upaya Optimisasi

Pada upaya mengoptimumkan ini digu-nakan dua macam teknik pengumpulan data. Pertama adalah studi pustaka untuk memper-kuat dasar teori yang akan digunakan sebagai alat analsis optimisasi. Kedua adalah studi lapangan untuk pengumpulan data primer dan sekunder yang digunakan sebagai bahan analisis. Data primer yang digunakan berupa hasil wawancara kepada pegawai S&D mengenai pola distribusi BBM S&D Region VII Sulawesi yang ada pada saat ini. Data sekunder yang digunakan sebagai bahan ana-lisis berupa Dokumen Dis3R bulan Oktober, Nopember, Desember 2012; Dokumen

Char-ter Party kapal tanker S&D Region VII

Su-lawesi; Tabel jarak antar supply point dan

delivery point .

B. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yaitu memban-dingkan antara pola suplai BBM hasil perhi-tungan dengan menggunakan teori metode transportasi4,5,6) dengan pola suplai BBM re-guler yang ada sekarang dan pola suplai BBM realisasi tiap bulannya. Perbandingan ketiga pola suplai BBM tersebut akan ditin-jau dari beberapa variabel pembanding. Variabel yang akan dibandingkan adalah : a. Total biaya transportasi.

b. Total jarak rute suplai.

c. Rata-rata Round Trip Days (RTD). d. Rata-rata voyage per bulan.

(3)

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian.

Dari hasil perbandingan nilai dari vari-abel-variabel tersebut akan diketahui pola suplai BBM yang optimum dan dapat dike-tahui keuntungan yang dapat diperoleh apa-bila pola suplai BBM optimal tersebut dite-rapkan. Diagram alir upaya mengoptimum-kan S&D BBM ditunjukmengoptimum-kan pada gambar 1.

3. PEMBAHASAN

S&D Region VII Sulawesi adalah salah satu area wilayah kerja dari S&D Region IV selain dua area yang lain, yaitu Area Kali-mantan dan Area Maluku & Papua. S&D Region VII Sulawesi memiliki 4 supply point dan 14 delivery point. Salah satu dari 4

sup-ply point adalah dari Refinery Unit (RU) V

Balikpapan, sedangkan tiga yang lain berasal dari main depo Terminal BBM di Area Su-lawesi. Berikut ini adalah gambar peta per-sebaran lokasi TBBM-TBBM S&D Region VII Sulawesi.

Gambar 2. Peta Persebaran Supply Point dan Delivery point S&D

Region VII Sulawesi.

Dapat dilihat pada gambar di atas, selu-ruh lokasi kerja S&D Region VII Sulawesi merupakan seafed depot yang terletak di tepi laut. Oleh karena itu, moda transportasi

(4)

su-plai yang paling efektif adalah kapal tanker7). Kapal tanker yang digunakan S&D Region VII Sulawesi berjumlah 10 unit dan mem-punyai jenis yang bervariasi. S&D Region VII Sulawesi sudah memiliki pola suplai BBM reguler yang menjadi acuan dalam pe-laksanaan suplai dan distribusi BBM tiap bulannya. Pola suplai BBM reguler tersebut kemudian diperinci dengan membuat nomi-nasi mingguan tiap bulannya. Nominomi-nasi yang dibuat kemudian ditembuskan ke supply

point dan delivery point agar dapat

memper-siapkan dan melaksanakan nominasi sebut. Pelaksanaan nominasi mingguan ter-sebut dimonitor tiap harinya secara terus-menerus oleh S&D Region VII Sulawesi. Pada realisasinya, pola suplai BBM yang telah diperinci menjadi nominasi mingguan tersebut masih ada yang tidak sesuai dengan rencana karena beberapa faktor operasional yang sangat mempengaruhi.

Ketidaksesuaian realisasi suplai dari BBM dengan pola suplai BBM reguler yang menjadi acuan rencana awal suplai tersebut dicatat penyebab-penyebabnya kemudian dilaporkan dalam bentuk Laporan Mana-jemen Deviasi S&D Region VII Sulawesi. Penyebab tersebut dianalisa, dievaluasi dan dicarikan jalan keluarnya agar dapat dianti-sipasi dan tidak terulang kembali pada pro-gram pola suplai BBM reguler dan pembuat-an nominasi minggupembuat-an bulpembuat-an berikutnya.

A. Pola Suplai BBM Reguler

S&D Region VII Sulawesi telah me-miliki pola suplai BBM reguler yang men-jadi acuan rencana suplai BBM setiap bulan-nya. Pola suplai BBM reguler tersebut terdiri dari 19 rute suplai dari 4 supply point ke 14

delivery point. Berikut ditunjukkan pola

su-plai BBM pada gambar 3.

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pola suplai BBM reguler memiliki 19 rute suplai. Pola suplai BBM reguler tersebut terdiri dari 6 rute suplai dari supply point TBBM Bitung (warna hijau), masing-masing 5 rute suplai dari supply point TBBM Ma-kassar (warna ungu) dan TBBM Baubau (warna biru), dan 3 rute suplai dari supply

point RU V Balikpapan (warna merah).

Gambar 3. Pola Suplai BBM Reguler.

.

B. Pola Suplai BBM Realisasi

Pola suplai BBM reguler yang telah di-rencanakan sebelumnya kemudian dilaksana-kan oleh seluruh lokasi kerja S&D Region VII Sulawesi, baik supply point dan delivery

point. Dalam realisasinya masih terdapat

ke-tidaksesuaian dengan rencana. Berikut ini adalah gambar pola suplai BBM realisasi S&D Region VII Sulawesi, yang didasarkan pada realisasi pola suplai BBM bulan Okto-ber, NopemOkto-ber, dan Desember 2012.

Gambar 4. Pola Suplai BBM Realisasi.

Pada pola suplai BBM realisasi terdapat total 26 rute suplai, lebih banyak dari pola suplai BBM reguler yang hanya 19 rute. Se-lain itu juga terjadi banyak lokasi delivery

(5)

point yang justru mengalami double hand-ling, yaitu dilayani oleh lebih dari satu sup-ply point. Pada gambar di atas dapat dilihat

bahwa delivery point yang tidak mengalami

double handling hanya TBBM Donggala dan

TBBM Tolitoli.

Ketidaksesuaian antara pola suplai BBM reguler dan pola suplai BBM realisasi terjadi karena adanya faktor operasional yang tidak dapat dikendalikan. Faktor-faktor operasi-onal tersebut berupa kerusakan kapal tanker, kerusakan sarana dan fasilitas di TBBM, ter-jadi masalah di RU V Balikpapan, kesalahan dalam komunikasi dan koordinasi stok BBM di supply point maupun di delivery point, ter-jadi fluktuasi penjualan BBM di TBBM

de-livery point.

C. Analisis Pola Suplai BBM dengan Me-tode Transportasi

Jumlah supply point di S&D Region VII Sulawesi adalah 4 lokasi (3 TBBM dan 1 RU), yaitu TBBM Bitung, TBBM Makassar, TBBM Baubau dan RU V Balikpapan. Se-dangkan jumlah delivery point yang ada ada-lah 14 lokasi. Delivery point tersebut adaada-lah TBBM Tahuna, TBBM Gorontalo, TBBM Moutong, TBBM Poso, TBBM Luwuk, TBBM Banggai, TBBM Palopo, TBBM Ko-laka, TBBM Raha, TBBM Kendari, TBBM Kolonedale, TBBM Tolitoli, TBBM Dong-gala dan TBBM Parepare.

Jumlah total suplai masing-masing

sup-ply point adalah jumlah volume BBM yang

dimiliki oleh masing-masing supply point yang kemudian akan didistribusikan ke

de-livery point, dinyatakan dalam kl (kiloliter).

Jumlah total permintaan masing-masing

de-livery point adalah jumlah volume rata-rata

penerimaan TBBM delivery point tiap bulan, dinyatakan dalam kl (kiloliter). Rata-rata penerimaan tiap bulan pada masing-masing TBBM supply point dan rata-rata peneri-maan tiap bulan masing-masing TBBM

de-livery point tersebut juga diperoleh dokumen

Dis3R bulan Oktober, Nopember, Desember 2012 kolom actual receipt. Data total suplai masing-masing supply point dan total per-mintaan masing-masing delivery point dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Total Suplai masing-masing

Supply Point dan Total Permintaan

mas-ing-masing Delivery Point.

Supply Point Delivery Point

Produk (kl) Produk (kl) Pre-mium Solar Pre-mium So-lar TBBM Bitung 35.563 54.969 TBBM Gorontalo 8.692 7.852 TBBM Baubau 57.146 39.790 TBBM Moutong 2.400 1.844 TBBM Makas-sar 34.928 38.525 TBBM Poso 3.937 3.452 RU V Balik-papan 193.701 482.598 TBBM Luwuk 4.073 6.583 TBBM Banggai 432 831 TBBM Tahuna 996 1.075 TBBM Palopo 11.797 7.786 TBBM Kolaka 4.834 5.462 TBBM Raha 1.811 1.569 TBBM Kendari 11.992 14.085 TBBM Kolonedale 1.502 6.515 TBBM Tolitoli 2.600 3.375 TBBM Donggala 14.994 14.713 TBBM Parepare 24.552 14.737 Subtotal 321.338 615.882 Subtotal 94.612 89.878 Total Suplai 937.220 Total Per-mintaan 184.490

Sumber : Data Realisasi Suplai S&D Region VII Sulawesi Okt., Nov., Des. 2012 & Data Realisasi Produksi Kilang RU V Balikpapan.

Penentuan solusi basis awal akan dilaku-kan dengan menggunadilaku-kan metode

North-West Corner (NWC)7,8) dengan langkah-langkah pengisian tabel sebagai berikut. a. Mulai dari sudut kiri atas (BTG-GOR),

dialokasikan sejumlah maksimum produk dengan melihat jumlah suplai BTG dan permintaan GOR (menentukan mana yang paling kecil).

b. Kemudian, bergerak ke BTG-MOU, di-alokasikan sejumlah maksimum produk

(6)

dengan melihat sisa jumlah suplai BTG (setelah dikurangi permintaan GOR) dan permintaan MOU (mana yang paling ke-cil). Terus diulang langkah tersebut sam-pai jumlah suplai BTG habis.

c. Jika jumlah suplai BTG habis pada KLK, maka langkah pengisian bergerak ke MKS-RAH. Akan tetapi jika permintaan KLK masih ada kekurangan, maka alo-kasikan sisa kekurangan dari MKS.

d. Langkah-langkah di atas dilakukan secara berulang dari kiri atas ke kanan bawah, sampai dengan seluruh permintaan

deli-very point terpenuhi.

e. Jika masih ada sisa jumlah suplai supply

point yang belum teralokasikan, maka

jumlah tersebut dimasukkan ke kolom

dummy.

f. Kolom dummy tersebut, adalah kolom bantuan dalam penyelesaian metode trans-portasi. Kolom dummy dapat diasumsikan sebagai gudang, sehingga BBM pada kenyataannya masih berada di supply

point.

Setelah dilakukan langkah-langkah dari NWC di atas, maka tabel solusi basis awal analisis pola suplai BBM optimal dengan menggunakan metode transportasi dapat di-lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Solusi Basis Awal Produk Premium.

COLUMN INDEX DEMAND (kl) ROW INDEX SUPPLY POINT BTG MKS BAU BPP DELIVERY POINT 35.563 57.146 34.928 193.701 GOR 71 204 146 276 8.692 8.692 8.692 MOU 90 208 156 243 2.400 2.400 2.400 PSO 116 226 180 275 3.937 3.937 3.937 LWK 63 146 87 200 4.073 4.073 4.073 BAG 59 139 84 188 432 432 432 TAH 51 194 171 153 996 996 996 PAL 200 103 81 145 11.797 11.797 11.797 KLK 181 91 66 149 4.834 3.236 1.598 4.834 RAH 149 88 38 192 1.811 1.811 1.811 KDR 115 128 73 178 11.992 11.992 11.992 KOL 79 167 116 230 1.502 1.502 1.502 TOL 93 123 172 77 2.600 2.600 2.600 DGL 134 99 154 55 14.994 14.994 14.994 PRE 196 46 101 74 24.552 22.649 1.903 24.552 DUMMY 0 0 0 0 33.025 193.701 226.726 SUPPLY (kl) 35.563 57.146 34.928 193.701 SUBTOTAL ( x 1000 ) Rp 4.567.823 Rp 4.936.656 Rp 192.203 Rp - GRAND TOTAL ( x 1000 ) Rp 9.696.682

(7)

Tabel 3. Solusi Basis Awal Produk Solar. COLUMN INDEX 71 108 108 108 DEMAND (kl) ROW INDEX SUPPLY POINT BTG BAU MKS BPP DELIVERY POINT 54.969 39.790 38.525 482.598 0 GOR 71 146 204 276 7.852 7.852 7.852 19 MOU 90 156 208 243 1.844 1.844 1.844 45 PSO 116 180 226 275 3.452 3.452 3.452 -8 LWK 63 87 146 200 6.583 6.583 6.583 -12 BAG 59 84 139 188 831 831 831 -20 TAH 51 171 194 153 1.075 1.075 1.075 129 PAL 200 81 103 145 7.786 7.786 7.786 110 KLK 181 66 91 149 5.462 5.462 5.462 78 RAH 149 38 88 192 1.569 1.569 1.569 44 KDR 115 73 128 178 14.085 14.085 14.085 8 KOL 79 116 167 230 6.515 4.430 2.085 6.515 64 TOL 93 172 123 77 3.375 3.375 3.375 46 DGL 134 154 99 55 14.713 14.713 14.713 -7 PRE 196 101 46 74 14.737 14.737 14.737 -108 DUMMY 0 0 0 0 4.880 38.525 482.598 526.003 SUPPLY (kl) 54.969 39.790 38.525 482.598 SUBTOTAL ( x 1000 ) Rp 6.391.815 Rp 4.576.599 Rp - Rp - GRAND TOTAL ( x 1000 ) Rp 10.968.414

Solusi basis awal yang telah dibuat dengan metode NWC tersebut selanjutnya dilakukan proses optimalisasi dengan metode

Modified Distribution (MoDi)6). Metode dari MoDi dipilih karena sifatnya yang lebih pas-ti, tidak terlalu banyak melakukan

trial-error. Berikut ini adalah langkah-langkah

penyelesaian metode MoDi.

a. Mentukan nilai row index (mi) untuk se-tiap baris dan nilai-nilai column index (nj) untuk setiap kolom dengan meng-gunakan hubungan Cij (cost ij) = mi + nj untuk semua variabel basis, dimulai dari mi GOR-BTG = 0.

b. Menghitung opportunity cost (OC) Cij untuk setiap variabel non-basis dengan menggunakan rumus OC = Cij - mi - nj.

(8)

c. Apabila hasil perhitungan terdapat nilai

OC negatif, maka solusi belum optimal.

Oleh karena itu, dipilih Xij dengan nilai

OC negatif terbesar sebagai entering

vari-abel.

d. Mengalokasikan sejumlah nilai ke

enter-ing variabel Xij sesuai dengan proses loop

dan mengulangi langkah pertama.

e. Langkah-langkah tersebut diulang

terus-menerus sampai semua nilai OC positif. Hal tersebut berarti bahwa telah tercapai suatu solusi yang paling optimum.

Proses optimalisasi untuk produk Pre-mium memerlukan 12 kali sedangkan untuk produk Solar memerlukan 11 kali. Setelah dilakukan optimalisasi, berikut ini adalah tabel metode transportasi solusi optimum untuk produk Premium dan Solar.

Tabel 4. Solusi Optimum Produk Premium.

COLUMN INDEX 71 71 71 71 DEMAND (kl) ROW INDEX SUPPLY POINT BTG MKS BAU BPP DELIVERY POINT 35.563 57.146 34.928 193.701 0 GOR 71 204 146 276 8.692 8.692 0 0 0 8.692 19 MOU 90 208 156 243 2.400 2.400 0 0 0 2.400 45 PSO 116 226 180 275 3.937 3.937 0 0 0 3.937 -8 LWK 63 146 87 200 4.073 4.073 0 0 0 4.073 -12 BAG 59 139 84 188 432 432 0 0 0 432 -20 TAH 51 194 171 153 996 996 0 0 0 996 10 PAL 200 103 81 145 11.797 0 0 11.797 0 11.797 -5 KLK 181 91 66 149 4.834 0 0 4.834 0 4.834 -33 RAH 149 88 38 192 1.811 0 0 1.811 0 1.811 2 KDR 115 128 73 178 11.992 0 0 11.992 0 11.992 8 KOL 79 167 116 230 1.502 1.502 0 0 0 1.502 6 TOL 93 123 172 77 2.600 0 0 0 2.600 2.600 -16 DGL 134 99 154 55 14.994 0 0 0 14.994 14.994 -25 PRE 196 46 101 74 24.552 0 24.552 0 0 24.552 -71 DUMMY 0 0 0 0 13.531 32.594 4.494 176.107 226.726 SUPPLY (kl) 35.563 57.146 34.928 193.701 SUBTOTAL ( x 1000 ) Rp 1.741.365 Rp 1.129.392 Rp 2.218.835 Rp 1.024.870 GRAND TOTAL ( x 1000 ) Rp 6.114.462

(9)

Tabel 5. Solusi Optimum Produk Solar. COLUMN INDEX 71 71 71 71 DEMAND (kl) ROW INDEX SUPPLY POINT BTG BAU MKS BPP DELIVERY POINT 54.969 39.790 38.525 482.598 0 GOR 71 146 204 276 7.852 7.852 0 0 0 7.852 19 MOU 90 156 208 243 1.844 1.844 0 0 0 1.844 45 PSO 116 180 226 275 3.452 3.452 0 0 0 3.452 -8 LWK 63 87 146 200 6.583 6.583 0 0 0 6.583 -12 BAG 59 84 139 188 831 831 0 0 0 831 -20 TAH 51 171 194 153 1.075 1.075 0 0 0 1.075 10 PAL 200 81 103 145 7.786 0 7.786 0 0 7.786 -5 KLK 181 66 91 149 5.462 0 5.462 0 0 5.462 -33 RAH 149 38 88 192 1.569 0 1.569 0 0 1.569 2 KDR 115 73 128 178 14.085 0 14.085 0 0 14.085 8 KOL 79 116 167 230 6.515 6.515 0 0 0 6.515 6 TOL 93 172 123 77 3.375 0 0 0 3.375 3.375 -16 DGL 134 154 99 55 14.713 0 0 0 14.713 14.713 -25 PRE 196 101 46 74 14.737 0 0 14.737 0 14.737 -71 DUMMY 0 0 0 0 26.817 10.888 23.788 464.510 526.004 SUPPLY (kl) 54.969 39.790 38.525 482.598 SUBTOTAL ( x 1000 ) Rp 2.157.152 Rp 2.078.985 Rp 677.902 Rp 1.069.090 GRAND TOTAL ( x 1000 ) Rp 5.983.129

Setelah tabel metode transportasi masing -masing produk dioptimalisasi, pada tabel yang terakhir adalah tabel yang paling opti-mal karena sudah tidak mempunyai

oppor-tunity cost yang bernilai negatif. Untuk lebih

jelasnya, pola suplai BBM hasil analisis dengan menggunakan metode transportasi dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.

(10)

Tabel 6. Pola Suplai BBM Hasil Analisis. No Supply Point Delivery Point No. Supply Point Delivery Point 1 TBBM Bitung TBBM Gorontalo TBBM Moutong TBBM Poso TBBM Luwuk TBBM Banggai TBBM Tahuna TBBM Kolonedale 3 TBBM Baubau TBBM Palopo TBBM Kolaka TBBM Raha TBBM Kendari 2 TBBM Makas-sar TBBM Parepare 4 RU V Balik-papan TBBM Tolitoli TBBM Donggala

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa baik produk Premium maupun Solar sama-sama terdapat 14 rute suplai dan tidak ada

delivery point yang mengalami double han-dling.

Gambar 5. Pola Suplai BBM Hasil Upaya Optimasi.

Pola suplai BBM tersebut menghasilkan

biaya transportasi dengan total sebesar Rp.6.114.409.000,- untuk Premium dan Rp.5.983.106.000,- untuk Solar. Pola suplai

BBM ditunjukkan pada gambar 5.

Tabel 7. Analisis Variabel Pembanding Pola Suplai BBM Reguler.

No. Supply Point Delivery Point Jarak (mile) RTD (hari) Jumlah Voyage Total Penerimaan P & S (kl) Freight Cost (Rp/l) Biaya Transportasi x 1000 (Rp) 1 BTG GOR 182 2,79 10,75 16.544 71 1.174.624 2 BTG MOU 290 3,63 8,28 4.244 90 381.960 3 BTG PSO 369 4,58 6,55 7.389 116 857.124 4 BTG LWK 218 2,75 10,91 10.656 63 671.328 5 BTG BAG 218 2,75 10,91 1.263 59 74.517 6 BTG TAH 157 2,25 13,33 2.071 51 105.621 7 MKS PAL 318 4,54 6,61 3.917 103 403.410 8 BAU PAL 225 3,58 8,37 15.666 81 1.268.978 9 MKS KLK 270 4,04 7,42 2.059 91 187.387 10 BAU KLK 165 2,96 10,14 8.237 66 543.629 11 MKS RAH 257 3,92 7,66 676 88 59.488 12 BAU RAH 50 1,75 17,14 2.704 38 102.752 13 MKS KDR 418 5,58 5,37 5.215 128 667.571 14 BAU KDR 194 3,25 9,23 20.862 73 1.522.897 15 MKS KOL 578 7,25 4,14 1.603 167 267.768 16 BAU KOL 369 5,08 5,90 6.414 116 743.978 17 BPP TOL 280 3,75 8,00 5.975 77 460.075 18 BPP DGL 167 2,63 11,43 29.707 55 1.633.885 19 BPP PRE 235 3,21 9,35 39.289 74 2.907.386 Total 4960 70,29 171,49 184.490 14.034.378 Rata-Rata 261,05 3,70 9,03 9.710

(11)

Setelah diketahui pola suplai BBM reguler, pola suplai BBM realisasi dan pola suplai BBM hasil analisis dengan metode transportasi, selanjutnya ketiga pola suplai BBM tersebut akan dibandingkan. Perban-dingan tersebut dilakukan dengan menggu-nakan lima variabel pembanding. Setelah di-lakukan perbandingan akan diketahui pola suplai BBM mana yang paling optimum.

D. Analisis Variabel Pembanding

Pola suplai BBM reguler yang telah di-jelaskan sebelumnya akan dianalisis meng-gunakan variabel pembanding yang telah di-tentukan. Untuk memudahkan analisis, maka

menggunakan tabel 7 sebagai variabel pem-banding. Dari ke-19 rute suplai pola suplai BBM reguler yang ada, menunjukkan bahwa total biaya transportasi yang dihasilkan Rp.14.034.378.000,-. Total jarak rute suplai yang ditempuh dalam pola suplai BBM reg-uler adalah sejauh 4.960 mil dan ditem-puh dengan rata-rata RTD 3,70 hari. Pada pola suplai BBM ini jumlah voyage rata-rata per bulannya sebesar 9,03 voyage.

Pola suplai BBM realisasi juga diana-lisis dengan menggunakan variable pemban-ding, sama seperti pola suplai BBM reguler. Berikut ini adalah tabel analisanya.

Tabel 8. Analisis Variabel Pembanding Pola Suplai BBM Realisasi

No. Supply Point Delivery Point Jarak (mile) RTD (hari) Jumlah Voyage Total Penerimaan P & S (kl) Freight Cost (Rp/l) Biaya Transportasi x 1000 (Rp) 1 BTG GOR 182 2,79 10,75 13.183 71 935.993 2 BAU GOR 459 5,75 5,22 3.361 146 490.706 3 BTG MOU 290 3,63 8,28 3.485 90 313.650 4 BAU MOU 545 6,29 4,77 759 156 118.404 5 BTG PSO 369 4,58 6,55 5.698 116 660.968 6 BAU PSO 608 7,13 4,21 1.691 180 304.380 7 BTG LWK 218 2,75 10,91 6.171 63 388.773 8 BAU LWK 325 3,79 7,91 4.485 87 390.195 9 BTG BAG 218 2,75 10,91 770 59 45.430 10 BAU BAG 330 3,67 8,18 493 84 41.412 11 BTG TAH 157 2,25 13,33 1.841 51 93.891 12 BAU TAH 665 7,21 4,16 230 171 39.330 13 BAU PAL 225 3,58 8,37 17.407 81 1.409.967 14 MKS PAL 318 4,54 6,61 2.176 103 224.128 15 BAU KLK 165 2,96 10,14 9.367 66 618.222 16 MKS KLK 270 4,04 7,42 929 91 84.539 17 BAU RAH 50 1,75 17,14 2.847 38 108.186 18 MKS RAH 257 3,92 7,66 533 88 46.904 19 BAU KDR 194 3,25 9,23 21.173 73 1.545.629 20 MKS KDR 418 5,58 5,37 4.904 128 627.712 21 BAU KOL 369 5,08 5,90 7.583 116 879.628 22 MKS KOL 578 7,25 4,14 434 167 72.478 23 BPP TOL 280 3,75 8,00 5.975 77 460.075 24 BPP DGL 167 2,63 11,43 29.707 55 1.633.885 25 BPP PRE 235 3,21 9,35 36.319 74 2.687.606 26 MKS PRE 128 2,17 13,85 2.970 46 136.620 Total 8020 106,29 219,78 14.358.711 Rata-Rata 291,78 4,09 8,33

(12)

Seperti pada tabel 8 di atas, pola suplai BBM realisasi membutuhkan total biaya transportasi sebesar Rp. 14.358.711.000,-. Biaya tersebut mengalami kenaikan dari pa-da pola suplai BBM reguler karena terjadi penampahan rute suplai dari yang semula 19 rute menjadi 26 rute. Total jarak suplai yang ditempuh juga mengalami kenaikan menjadi 8.020 mil. Dengan demikian rata-rata RTD naik menjadi 4,09 hari dan rata-rata jumlah

voyage turun menjadi 8,33 voyage.

Pola suplai BBM terahir yang dianalisis dengan menggunakan variable pembanding adalah pola suplai BBM hasil upaya opti-masi. Hasil analisis dengan menggunakan variable pembanding dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini. Pada pola suplai BBM hasil upaya optimasi, total biaya transportasi dapat

berkurang menjadi Rp. 12.097.591.000,-, karena pengurangan rute suplai menjadi han-ya 14 rute. Selain itu, jarak total han-yang ditempuh juga berkurang menjadi 2.861 mil. Hal tersebut juga berpengaruh pada rata-rata RTD yang berkurang menjadi 3,02 hari dan bertambahnya jumlah voyage rata-rata men-jadi 10,53.

A. Hasil Perbandingan

Sesudah dilakukan analisis masing-masing pola suplai BBM dengan menggu-nakan variabel pembanding, selanjutnya akan dibandingkan tiap-tiap variabel pem-banding tersebut. Untuk mempermudah per-bandingan, akan digunakan tabel perban-dingan ketiga pola suplai BBM, yang dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini.

Tabel 9. Analisis Variabel Pembanding Pola Suplai BBM Hasil Optimasi. No. Supply Point Delivery Point Jarak (mile) RTD (hari) Jumlah Voyage Total Penerimaan P & S (kl) Freight Cost (Rp/l) Biaya Transportasi x 1000 (Rp) 1 BTG GOR 182 2,79 10,75 16.544 71 1.174.624 2 BTG MOU 290 3,63 8,28 4.244 90 381.960 3 BTG PSO 369 4,58 6,55 7.389 116 857.124 4 BTG LWK 218 2,75 10,91 10.656 63 671.328 5 BTG BAG 218 2,75 10,91 1.263 59 74.517 6 BTG TAH 157 2,25 13,33 2.071 51 105.621 7 BAU PAL 225 3,58 8,37 19.583 81 1.586.223 8 BAU KLK 165 2,96 10,14 10.296 66 679.536 9 BAU RAH 50 1,75 17,14 3.380 38 128.440 10 BAU KDR 194 3,25 9,23 26.077 73 1.903.621 11 BTG KOL 218 3,50 8,57 8.017 79 633.343 12 BPP TOL 280 3,75 8,00 5.975 77 460.075 13 BPP DGL 167 2,63 11,43 29.707 55 1.633.885 14 MKS PRE 128 2,17 13,85 39.289 46 1.807.294 Total 2861 42,33 147,45 12.097.591 Rata-Rata 204,36 3,02 10,53

Tabel 10. Hasil Perbandingan Ketiga Pola Suplai BBM.

No. Variabel Pembanding Parameter

Optimum Pola Suplai BBM Reguler Pola Suplai BBM Realisasi Pola Suplai BBM Hasil Upaya

Opti-masi

1 Total biaya transportasi (Rp x 1000)

Minimum

14.034.378 14.358.711 12.097.591

2 Total jarak rute suplai (mile) Minimum 4.960 8.020 2.861

3 Rata-rata RTD (hari) Minimum 3,70 4,09 3,02

4 Rata-rata jumlah voyage Maksimum 9,03 8,33 10,53

5 Jumlah kapal tanker yang beroperasi (unit)

Minimum

(13)

Tabel 11. Rangkuman Pola Suplai BBM Reguler, Realisasi dan Hasil Analisis.

No. Supply Point

Delivery Point

Pola Suplai BBM Reguler

Pola Suplai BBM Realisasi

Pola Suplai BBM Hasil Optimasi

1 TBBM Bitung TBBM Gorontalo TBBM Moutong TBBM Poso TBBM Luwuk TBBM Banggai TBBM Tahuna TBBM Gorontalo TBBM Moutong TBBM Poso TBBM Luwuk TBBM Banggai TBBM Tahuna TBBM Gorontalo TBBM Moutong TBBM Poso TBBM Luwuk TBBM Banggai TBBM Tahuna TBBM Kolonedale 2 TBBM Baubau TBBM Palopo TBBM Kolaka TBBM Raha TBBM Kendari TBBM Kolonedale TBBM Palopo TBBM Kolaka TBBM Raha TBBM Kendari TBBM Kolonedale TBBM Gorontalo TBBM Moutong TBBM Poso TBBM Luwuk TBBM Banggai TBBM Tahuna TBBM Palopo TBBM Kolaka TBBM Raha TBBM Kendari 3 TBBM Makassar TBBM Palopo TBBM Kolaka TBBM Raha TBBM Kendari TBBM Kolonedale TBBM Palopo TBBM Kolaka TBBM Raha TBBM Kendari TBBM Kolonedale TBBM Parepare TBBM Parepare 4 RU V Balikpapan TBBM Tolitoli TBBM Donggala TBBM Parepare TBBM Tolitoli TBBM Donggala TBBM Parepare TBBM Tolitoli TBBM Donggala

Dari tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan parameter optimum yang diten-tukan, pola suplai BBM hasil upaya optimasi menunjukkan kesesuaian pada semua varia-bel pembanding. Dari hasil perbandingan di atas, dapat disimpulkan bahwa pola suplai BBM optimum adalah pola suplai BBM hasil upaya mengoptimumkan S&D BBM dengan menggunakan metode transportasi. Setelah dilakukan pembahasan mengenai kajian pola suplai BBM S&D Region VII Sulawesi, maka pada tabel 11 merupakan rangkuman ketiga pola suplai BBM yang telah dibahas.

4. SIMPULAN

Pola suplai BBM reguler dan pola suplai BBM realisasi ternyata belum optimum. Pola suplai BBM optimum adalah pola suplai BBM hasil upaya mengoptimumkan dengan menggunakan metode transportasi. Hal ter-sebut dapat terlihat dari lima variabel pem-banding yang menunjukkan bahwa pola suplai BBM hasil analisis dengan meng-gunakan metode transportasi merupaka pola suplai BBM yang paling optimum. Pola su-plai BBM hasil upaya mengoptimumkan dengan menggunakan metode transportasi

(14)

memiliki total biaya transportasi yang paling kecil yaitu Rp.12.097.591.000,-. Selain itu juga memiliki total jarak rute suplai dan rata-rata RTD yang paling pendek, yaitu 2.861

mile dan 3,02 hari. Rata-rata jumlah voyage

per bulannya juga paling banyak, mencapai 10,53 voyage. Serta yang terahir, pola suplai BBM hasil analisis memerlukan jumlah ka-pal tanker yang ka-paling sedikit untuk opera-sionalnya, yaitu cukup hanya dengan 8 unit kapal tanker.

Keuntungan yang dapat diperoleh jika pola suplai BBM optimum tersebut diterap-kan adalah :

a. Penghematan total biaya transportasi se-besar Rp. 2.261.123.000,- per bulan. b. Berkurangnya total jarak rute suplai

sebesar 5.159 mil, jika dibandingkan dengan kondisi realisasi saat ini.

c. Rata-rata RTD per rute menjadi semakin cepat 1,07 hari. Dari yang semula 4,09 hari menjadi 3,02 hari.

d. Rata-rata jumlah voyage per bulan setiap kapal tanker bertambah sebesar 2,21

voyage

Jumlah kapal tanker yang diperlukan dapat dikurangi hingga 2 unit kapal tanker. Jika dinominalkan, maka pengurangan 2 unit kapal tanker tersebut setara dengan biaya Rp.1.719.000.000,- per bulan. Dengan demi-kian, total penghematan yang dapat dicapai sebesar Rp. 3.980.123. S&D Region VII Su-lawesi sebaiknya menerapkan pola suplai BBM hasil upaya mengoptimumkan dengan menggunakan metode transportasi yang merupakan pola suplai BBM paling opti-mum, karena banyak keuntungan yang dapat diperoleh jika pola suplai BBM tersebut dite-rapkan.

Perlu dilakukan kajian lanjutan tentang TBBM Bitung, mengingat pada pola suplai BBM optimum, TBBM Bitung menjadi

sup-ply point untuk 7 delivery point. Beban kerja

di TBBM Bitung pasti akan mengalami pe-ningkatan, oleh karena itu perlu dilakukan kajian mengenai kapasitas total TBBM Bi-tung, menghitung ulang coverage days, dan mengkaji masalah jetty occupancy.

5. DAFTAR PUSTAKA

1. Conway, Noullette. Full Cost Account-ing. Pittsburgh : Carnegie Mellon Uni-versity. 2000.

2. Wibowo, Sampurno. Akuntansi Biaya. Bandung : Politeknik Telkom. 2009. 3. Pertamina. Buku Panduan Suplai dan

Distribusi. Jakarta : Pertamina Korporat. 2007.

4. Powel, Warren B. Approximate Dynam-ic Programming in Transportation and Logistic: A Unified Framework. New Jersey: Princeton University. 2012. 5. Reeb, J. and S. Leavengood. Operation

Research Transportation Problem: A Special Case for Linear Programming Problem. Oregon: Oregon State Univer-sity. 2002.

6. Revere, Lee and John Large. Transporta-tion and Assigment Models. New Jer-sey: Pretince Hall, Inc. 2006.

7. Siswanto. Operation Research Jilid I. Jakarta: Erlangga. 1970.

8. Porter, Albert. Operation Management. New York: Alber Porter & Ventus Pu-blising ApS. 2011.

Gambar

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian.
Gambar 3. Pola Suplai BBM Reguler.
Tabel 1. Total Suplai masing-masing   Supply Point dan Total Permintaan
Tabel 2. Solusi Basis Awal Produk Premium.
+7

Referensi

Dokumen terkait