48
DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DI MTs SALAFIYAH NU KARANGANYAR TIRTO PEKALONGAN
A. Profil MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Pekalongan
1. Identitas MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Pekalongan
MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto merupakan sebuah lembaga pendidikan tingkat menengah yang berorientasi pada pendidikan „ala ahli sunnah wal-jamā’ah. Adapun identitas lembaga pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Nama Madrasah : MTs Salafiyah NU Karanganyar b. Alamat : Jl. Raya Karanganyar Kec. Tirto Kab.
Pekalongan (51151) Jawa Tengah c. Tanggal didirikan : September 2007
d. No. Statistika Madrasah : 121233260028
e. Badan Penyelenggara : LP Ma‟arif NU Kab. Pekalongan f. Waktu KBM : Pagi
g. Jumlah Jam KBM : 53 Jam Pelajaran h. Status Tanah : Milik sendiri i. Sifat Tanah/ Gedung : Permanen j. Kepala Madrasah : Khoeron, S.Pd.
k. Wakil Kepala Madrasah : Drs. H. Munawir Muazim l. Telp. : (0285) 4418895
m. Penggunaan Gedung :
1) Ruang Kantor : Ada (1 ruang) 2) Ruang Ka. Madrasah : Ada (1 ruang) 3) Ruang Kelas : Ada (9 ruang) 4) Perpustakaan : Belum ada 5) Ruang Keterampilan : Belum ada 6) Laboratorium : Ada (1 ruang) 7) Ruang Guru : Ada (1 ruang) 8) Ruang TU : Ada (1 ruang) 9) Ruang UKS : Belum ada
10) Auditorium : Ada (1 ruang) 11) Musholla : Ada (1 ruang)1
Adapun kondisi luas tanah dan bangunan MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto, adalah sebagai berikut2:
Tabel 1.
Kondisi Tanah dan Bangunan MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto
Bangunan
Luas Jumlah Ruang Kelas Kantor Tanah Bangunan Baik RR RB Jml KS GR
RR RR 3065 m2 1000 m2 7 2 - 9 1 1 Jumlah 3065 m2 1000 m2 7 2 - 9 1 1
2. Sejarah MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Pekalongan
MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto didirikan atas dasar keprihatinan para ulama NU dan tokoh masyarakat desa Karanganyar mengenai kondisi pendidikan anak-anak dan remaja desa setempat yang lebih dari 50 % tidak melanjutkan jenjang pendidikan menengah.Kebanyakan anak-anak lulusan SD maupun MI desa Karanganyar tidak melanjutkan pendidikan menengah dan lebih memilih untuk bekerja atau merantau.3
Atas dasar fakta tersebut, para ulama NU dan tokoh masyarakat desa Karanganyar bermusyawarah dan sepakat untuk merintis pendirian lembaga pendidikan tingkat menengah yang berhaluan ahli
1
Dokumentasi MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Pekalongan, diambil pada tanggal 26 April 2014.
2
Ibid.
3
Munawir Muazim, Wakil Kepala MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Karanganyar 29 April 2014.
sunnah wal- jamā’ah. Awalnya, sebagian tokoh masyarakat menghendaki lembaga pendidikan yang akan didirikan tersebut berupa SMP Salafiyah NU. Namun, kalangan ulama dan sesepuh desa menghendaki bentuk lembaga pendidikan tersebut adalah MTs Salafiyah NU.4
Dengan kegigihan seluruh komponen masyarakat melalui penggalangan dana swadaya masyarakat, pada bulan September tahun 2007, MTs Salafiyah NU Karanganyar berhasil didirikan dan masih berupa 3 ruang gedung untuk kantor dan kelas. Pimpinan madrasah pertama kali dipegang oleh Drs. H. Munawir Muazim. Dengan sarana maupun prasarana yang masih terbatas dan sederhana, pada tanggal 17 Juli 2008, MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto diresmikan dan menampung 77 peserta didik (dua kelas).5
Di bawah pimpinan Drs. H. Munawir Muazim, melalui upaya studi komparatif ke berbagai lembaga pendidikan menengah unggulan, MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto kian berkembang. Mulai dari awal sampai pada lulusan perdana, MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto menginduk kepada SMP Islam Maarif Buaran, sehingga pada tahun pertama semester kedua, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dapat dicairkan untuk pengembangan madrasah.6
Kini, MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto, di bawah pimpinan Khoeron, S.Pd telah memiliki peserta didik sebanyak 340 orang. Drs. H. Munawir menegaskan : 4Ibid. 5 Ibid. 6 Ibid.
“Sebisa mungkin prinsip dan semangat perjuangan kami dalam dunia pendidikan Islam di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto adalah melaksanakan pendidikan Islam berhaluan ahli sunnah wal-jamā’ah yang berorientasi pada kualitas bukan hanya pada kuantitas. Dan alḥamdulillāh, pada lulusan perdana, madrasah yang kami kelola mendapat peringkat pertama tingkat kabupaten dan hingga saat ini lulusan dari madrasah ini dapat bersaing di berbagai jenjang pendidikan menengah atas. Selain itu, kesadaran dan antusias masyarakat, khususnya di kalangan remaja akan pentingnya pendidikan semakin tinggi.”7
Saat ini, MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto sedang gencar-gencarnya membangun dan mengadakan pengembangan. Harapan ke depan, MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto dapat menjadi madrasah unggulan dengan tetap mempertahan corak salaf dan memadukannya dengan pendidikan modern.
3. Visi dan Misi MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Pekalongan
Visi MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Pekalongan adalah “Unggul dalam akademik dengan dasar iman dan taqwa „ala ahli sunnah wal-jamā’ah”. Adapun misi MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Pekalongan adalah sebagai berikut8:
a. Melaksanakan pendidikan yang adil dan merata berdasar Aswaja; b. Menumbuhkan semangat dalam menghayati dan mengamalkan Aswaja; c. Melaksanakan pembelajaran active learning yang berorientasi pada
IPTEK;
d. Berupaya terbentuknya generasi yang terampil, disiplin, cerdas dan berakhlakul karimah;
e. Berupaya terwujudnya masyarakat qur‟ani dan dapat menguasai IPTEK.
7
Ibid.
8
Dokumentasi MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Pekalongan, diambil pada tanggal 26 April 2014.
4. Struktur Organisasi MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Pekalongan Berikut ini Struktur Organisasi MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Tahun Pelajaran 2013-20149
a. Kepala Madrasah : Khoeron, S.Pd.
b. Wakil Kepala Madrasah : Drs. H. Munawir Muazim c. Waka Ur. Kurikulum : Masithoh, S.Pd.
d. Waka Ur. Kesiswaan : Sukron, S.Pd. e. Waka Ur. Sarana Prasarana : Akhirin, S.Pd.
f. BK : M. Subkhi
g. Wali Kelas 7 A : Ilmiyanah, S.Pd. h. Wali Kelas 7 B : Darmawan i. Wali Kelas 7 C : Herowati, S.Pd.
j. Wali Kelas 8 A : Desy Amalia Sari, S.H. k. Wali Kelas 8 B : Ahmad Masykuri, S.S. l. Wali Kelas 8 C : Khusnul Khotimah, S.Pd. m. Wali Kelas 9 A : Dian Sipta Nurfatwa, S.Pd. n. Wali Kelas 9 B : Afiyah, S.Ag.
o. Wali Kelas 9 C : Abdul Khanan, S.E., M.Pd.I
5. Kondisi guru, Staf karyawan dan siswa MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Pekalongan
a. Daftar Guru dan Karyawan MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Tahun Pelajaran 2013-201410
Tabel 2.
Daftar Guru dan Karyawan MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto
NO NAMA TTL. N/S IJASAH 1. Drs. H. Munawir Muazim Pkl, 24-04-1962 S S1 2. Khoeron, S.Pd. Pkl, 24-10-1971 S S1 3. Muhibullah, S.Ag. Pkl, 17-07-1966 S S1 4. Drs. Junaidi Pkl, 07-03-1959 S S1 9 Ibid. 10 Ibid.
5. Syakirun Ni‟am Pkl, 61-07-1984 S Pon.Pes. 6. Sri Rochmawati, S.Pd. Pkl, 04-01-1983 S S1 7. Dessy Amalia Sari, S.H. Pkl, 28-12-1979 S S1 8. Zahrotun Nisa, S.Pd.I Pkl, 01-02-1984 S S1 9. Herowati, S.Pd. Pkl, 06-09-1981 S S1 10. A. Masykuri, S.S. Pkl, 01-03-1981 S S1 11. Rodli, S.Pd. Pkl, 25-12-1962 S S1 12. Sukron, S.Pd. Pkl, 25-04-1984 S S1 13. Yusrol Hafidz, A.Ma. Pkl, 23-01-1984 S D2 14. Khusnul Khotimah, S.T. Pkl, 24-08-1986 S S1 15. Afiyah, S.Ag. Pkl, 20-06-1972 N S1 16. Masithoh, S.Pd. Pkl, 14-11-1975 N S1 17. Sahwaludin Pkl, 25-05-1989 S MA 18. M. Subkhi Pkl, 17-08-1979 S MA 19. Dian Sipta Nurfatwa, S.Pd Brbs, 19-09-1983 S S1 20. Darmawan Pkl, 19-04-1981 S SMA 21. Siti Umroh, S.Ag. Pkl, 10-11-1974 N S1 22. Abdul Khanan,S.E Pkl, 22-06-1971 N S1 23. Umi Fadhillah, S.Pd. Pmlg, 08-07-1982 N S1 24. Ilmiyanah, S.Pd. Pkl, 15-12-1988 S S1 25. M. Saiful Amri Pkl, 19-07-1989 S MA 26. Ahmad Hafidz Pkl, 24-08-1989 S MA 27. Alfi Lailatinnikmah Pkl, 16-06-1990 S SMK 28. Mukhayat Pkl, 09-05-1989 S SD 29. S. Abdul Ghoni Pkl, 08-11-1965 S SD
b. Kondisi Siswa MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Tahun Pelajaran 2013-201411
Tabel 3.
Kondisi Siswa MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto
NO. KELAS JUMLAH KELAS KEADAAN SISWA L P JUMLAH
1. VII 3 61 66 127
2. VIII 3 56 59 115
3. IX 3 44 54 98
JUMLAH 9 161 180 340
6. Ekstrakurikuler MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Pekalongan
Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan pemupukan serta pengembangan bakat dan potensi siswa, MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto menyelenggarakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler, yaitu: a. Marching band; b. Pramuka; c. Seni rebana; d. Pencak silat; e. Sepak bola;
f. Pengajian kitab kuning; dan g. Qira‟ah12
11
Ibid.
7. Prestasi MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Pekalongan
Berikut ini beberapa prestasi yang telah diraih oleh MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Pekalongan:
a. Juara I Lomba menggambar tingkat kecamatan Tirto b. Juara I Perisai Diri Kelas C Putra se-Kota/Kab. Pekalongan c. Juara I Perisai Diri Kelas D Putra se-Kota/Kab. Pekalongan d. Juara II Pencak Silat Kelas K Putra tingkat Kabupaten Pekalongan e. Juara II Pencak Silat Kelas I Putra tingkat Kabupaten Pekalongan f. Juara II Pencak Silat Kelas F Putri tingkat Kabupaten Pekalongan g. Juara II Perisai Diri Kelas A Putra se-Kota/Kab. Pekalongan h. Juara II Perisai Diri Kelas B Putra se-Kota/Kab. Pekalongan i. Juara II Perisai Diri Kelas D Putra se-Kota/Kab. Pekalongan
j. Juara I PORSEMA Tenis Meja Ganda Putri Th. 2010 se-Kab. Pekalongan
k. Juara II PORSEMA Tenis Meja Ganda Putra Th. 2010 se-Kab. Pekalongan
l. Juara III PORSEMA Lari 10 Km. Putra Th. 2010 se-Kab. Pekalongan m. Juara I POPDA Pencak Silat Putra Th. 2011 se-Kab. Pekalongan
n. Terbaik III Lomba Tilawah SMP/MTs Putra MTQ Pelajar se-Kab.Pekalongan Th. 2012
o. Juara III Lompat Jauh Putra SMP/MTs se-Kab. Pekalongan Th. 2012 p. Juara Excel Contest SMP/MTs se-Kab. Pekalongan Th. 2013
q. Juara I Mengarang tingkat SMP/MTs se-Kab. Pekalongan Th. 201313
B. Implementasi Pembelajaran Kitab Kuning di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Pekalongan dengan pendekatan CTL
1. Inisiasi pembelajaran kitab kuning dengan pendekatan CTL
Sejak awal berdiri dan mulainya proses pembelajaran di MTsSalafiyah NU Karanganyar Tirto pada tahun pelajaran 2008-2009, para ulama dan tokoh masyarakat desa Karanganyar mengharapkan peserta didik tidak hanya mumpuni dalam bidang akademik umum, namun juga menguasai dan memahami keilmuan Islam yang tertuang dalam berbagai kitab klasik yang sampai saat ini masih digunakan sebagai rujukan pendidikan Islam modern. Dengan pembelajaran kitab kuning, siswa tidak hanya diharapkan mampu menguasainya, namun juga sebagai cerminan pelestarian tradisi salaf yang dominan hanya dikenal dalam dunia pesantren.14
Adapun pemilihan kitab Taqrīb sebagai referensi pembelajaran muatan lokal Fikih Kitab dan Al-Akhlāq Lil-Banīn sebagai referensi pembelajaran muatan lokal akhlak, merupakan hasil kesepakatan bersama antara pengurus yayasan dan pengurus madrasah.Kedua kitab tersebut dinilai sesuai dengan taraf kemampuan dan perkembangan siswa serta merupakan ilmu terapan yang paling sering digunakan sebagai rujukan.15
14
Khoeron, Kepala MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Karanganyar 16 April 2014.
15
Pada tahun pelajaran pertama (2008-2009), di bawah bimbingan Ustaz Shobir, pembelajaran kitab kuning, baik Taqrībmaupun Al-Akhlāq Lil-Banīn masih bercorak klasik murni dengan menggunakan metode bandhongan. Ustaz M. Subkhi mengemukakan:
“Tahun pelajaran pertama, model pembelajaran Taqrīb dan Al-Akhlāq Lil-Baninmasih murni salafsebagaimana yang diterapkan di berbagai pondok pesantren salaf.Dengan metodebandhongan, kitab dibaca begitu saja dan siswa cukup memaknai kitab masing-masing. Sedangkan guru hanya memberikan penjelasan seperlunya dengan perbandingan antara ngesahi(memaknai) dengan penjelasan materi oleh guru 80 : 20”.16
Pembelajaran dengan metode tersebut, menjadikan materi cepat khatam lebih awal sebelum waktu pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kalender pendidikan, namun siswa kurang memahami maksud dan esensi materi yang dipelajari.Inilah yang menggugah inisiatif ustaz M. Subkhi untuk merombak dan menyempurnakan model pembelajaran kitab kuning yang lebih mudah dipahami dan menyenangkan.
Dengan bekal pengalaman sebagai aktifis bahṣul masāil selama menimba ilmu di pondok pesantren Lirboyo Kediri yang sering mengangkat dan mengkaji problematika fikih kekinian (waqi’iyah), ustaz M. Subkhi mencoba mengulas kajian-kajian hukum Islam dalam kitab Taqrīb dengan pendekatan kontekstual, yakni mengontekskan materi pembelajaran dengan hal-hal faktual dalam kehidupan sehari-hari serta memberikan ilustrasi-ilustrasi dengan mengaitkan materi dengan berbagai disiplin ilmu.17
16
M. Subkhi, Guru Muatan Lokal Fikih Kitab, Wawancara Pribadi, Sidorejo 30 April 2014.
17
Secara operasional, pembelajaran dilakukan dengan sistem rais. Ustaz M. Subkhi menegaskan,
“Sebagai langkah pembaharuan model pembelajaran, saya terapkan sistem rais. Model pembelajaran dengan menunjuk salah satu siswa untuk menjadi rais ini saya adopsi dari sistem pembelajaran di Madrasah Hidayatul Mubtadiin (MHM) Lirboyo Kediri. Selain untuk melatih mental siswa untuk tampil di hadapan siswa lainnya, cara ini telah teruji mampu menggerakkan antusias para siswa agar aktif dalam pembelajaran dengan bertanya kepada rais atas materi yang belum dipahami dan malu bertanya kepada guru. Di samping itu, dengan sistem keraisan ini, akan muncul kasus-kasus fikih keseharian siswa. Jika di pesantren yang salaf saja nuansa pembelajaran jadi hidup, maka semestinya di lembaga pendidikan formalpun bisa.”18
2. Perencanaan pembelajaran
Guru sebagai pelaksana pendidikan tidak hanya sekedar melakukan proses pembelajaran dengan siswa dikelas saja, namun lebih kompleks mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut evaluasi sebagaimana tertuang dalam UU. Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pada Bab XI mengenai Pendidik dan Tenaga Kependidikan pasal 39 ayat kedua:
“Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”19
Oleh karena itu, pembelajaran kitab kuning di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto juga dituntut untuk melengkapi administrasi pembelajaran.Pada tahun pelajaran pertama (2008/2009) hingga tahun pelajaran ketiga (2011-2012), administrasi pembelajaran kitab kuning belum lengkap dan tertata.Administrasi pembelajaran muatan lokal, baik
18
Ibid.
19
UU. Sisdiknas UU RI No. 20 Tahun 2003 dan Penjelasannya (Tangerang Selatan: SL Media, 2011), hal. 27.
akhlak maupun fikih kitab masih hanya berupa jurnal kegiatan belajar mengajar. Pada tahun pelajaran 2012-2013, tepatnya setelah proses akreditasi, administrasi pembelajaran kitab kuning mulai dilengkapi dengan menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).20
Dalam kurikulum MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto, muatan lokal fikih kitab dipelajari siswa kelas VII, VIII dan IX dengan alokasi waktu 2 Jam Pelajaran (2 X 40 menit) untuk tiap kali tatap muka. Sedangkan muatan lokal akhlak hanya dipelajari siswa kelas VII dan VIII dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran (1 X 40 menit) untuk tiap tatap muka.
Tabel 4.
Penetapan Materi Kitab Taqrīb dan Al-Aḥlāq Lil-Banīn21
No. Kelas
Mulok. Akhlak
(
ييــٌثلل قلاـخلأا
)
Mulok. Fikih Kitab
(
ةـيشـمرلا حياغ
)
Smt. Ganjil Smt. Genap Smt. Ganjil Smt. Genap 1. VII
كلخري اراوت
ذلىلا
–
ذلىلا
عيطولا
ذوحه كيثً
هيلع الله ىلص
نلسو
–
بلألا حوحس
ماكحأ بارك
جساهطلا
–
نويرلا يف لصف
ىايت يف لصف
حساجٌلا
–
ماكحأ بارك
لصف جلاصلا
سىهأ يف
اهيف فلاخذ
لجشلا جأشولا
جلاصلا يف
20Dokumentasi MTsSalafiyah NU Karanganyar Tirto, diambil pada tanggal 30 April 2014.
21
Dokumentasi MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto, diambil pada tanggal 30 April 2014.
2. VIII
عه ذلىلا بادأ
هذىخا
–
بادأ
يف يشولا
كيشطلا
زيولرلا بادأ
حسسذولا يف
–
حئاصً
حهاع
دذع يف لصف
خلاطثه
جلاصلا
–
لصف
جلاص يف
حعوجلا
يف لصف
ييذيعلا جلاص
–
اويف لصف
ديولات كلعري
3. IX-
-
ماكحأ بارك
جاكزلا
–
لصف
نسل يف
ىلع خاىكزلا
اهمحرسه
ماكحأ بارك
مايصلا
–
ماكحأ بارك
و جحلا
جشوعلا
Sebenarnya, baik dari pihak guru maupun pengurus yayasan menghendaki pembelajaran kitab kuning di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto tidak hanya dalam bidang akhlak dan fikih saja, namun merambah ke bidang tauhid dan bidang yang lain, namun alokasi waktu pembelajaran sudah padat serta tenaga pengajar yang berkompeten dalam bidang kitab kuning masih terbatas.
Sebagai langkah penyikapan dari keinginan tersebut, tiap hari Jumat pagi dan tiap bulan Ramadan, diselenggarakan pengajian berbagai kitab seperti Qaṭrul Gaiṡ, Tījan ad-Darāry, Risālatul Mu’awwanah dan kajian tentang haid serta problematikanya di rumah Ustaz M. Subkhi dan Ustaz Syakirun Ni‟am.22
22Abdun Nafi‟, Siswa Kelas IX BMTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto, Wawancara
Sampel Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Fikih Kitab
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)23
Nama Madrasah : MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Mata Pelajaran : Fikih Kitab
Kelas/ Semester : VIII/2
Alokasi Waktu : Satu Kali Pertemuan (2 X 40 menit)
KKM : 75
Standar Kompetensi : Memahami cara merawat mayit Kompetensi dasar : Memahami cara menyalatkan mayit A. Indikator pencapaian kompetensi
1. Siswa dapat menyebutkan rukun menyalatkan mayit 2. Siswa mampu mempraktekkan menyalatkan mayit B. Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang tajhizul mayit, siswa mampu untuk:
1. Menyebutkan rukun menyalatkan mayit 2. Mempraktekkan menyalatkan mayit C. Karakter yang ingin diraih dan dikembangkan
1. Religius 2. Solidaritas 3. Dzikrul maut D. Materi pembelajaran
ديولا ىلع جلاصلا
ديولا ىلع جلاصلا ىاكسأ
ديولا ىلع جلاصلا حيفيك
E. Metode pembelajaranCeramah, Tanya jawab, Demonstrasi F. Langkah-langkah pembelajaran
1. Kegiatan awal
Aperpsi dan motivasi:
a. Tawashul membacakan hadiyah surat Al-Fatihah untuk mushannif kitab Ghayatut taqrib
b. Guru menanyakan pengalaman siswa seputar menyalatkan mayit c. Guru menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran menyalatkan
mayit
23
Dokumentasi MTs salafiyah NU Karanganyar Tirto, diambil pada tanggal 30 April 2014
2. Kegiatan inti Eksplorasi
a. Guru menunjuk salah seorang siswa menjadi rais untuk membacakan materi yang lalu dengan makna pegon dan menjelaskan secara garis besar
b. Siswa dan rais bertanya jawab tentang penjelasan dari rais Elaborasi
a. Guru membacakan matan Taqrib dengan makna pegon b. Siswa menyimak dan mengartikan kitab masing-masing
c. Guru menjelaskan materi pelajaran dan menunjuk beberapa siswa untuk mensimulasikan salat mayit
Konfirmasi
a. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang belum dipahami
b. Guru meluruskan pemahaman siswa yang belum sesuai dan bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
3. Kegiatan akhir
a. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi yang baru saja dibahas sebagai persiapan untuk penunjukan rais pada pertemuan yang akan datang.
b. Guru menutup pertemuan dengan bersama siswa membaca surat Al-Fatihah
G. Sumber pembelajaran
Abi Syuja‟ Al-Aṣfihani, Gayah At-Taqrīb (Surabaya: Hidayah) H. Penilaian Indikator Jenis Penilaian Bentuk Penilaian Contoh Instrumen Siswa dapat menyebutkan rukun menyalatkan mayit
Tes tertulis Uraian Sebutkan rukun menyalatkan mayit ! Siswa mampu mempraktekkan menyalatkan mayit Praktek Demonstrasi salat mayit
Praktekkan tata cara menyalatkan mayit!
Tirto, Juli 2013
Mengetahui Guru Bidang Studi
Kepala MTs Salafiyah NU Fikih Kitab Karanganyar Tirto
Khoeron, S.Pd. Ust.M. Subkhi
Sampel Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mulok. Akhlak
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)24
Nama Madrasah : MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Mata Pelajaran : Akhlak
Kelas/ Semester : VIII/ 2
Alokasi Waktu : Satu Kali Pertemuan (1 X 40 menit)
KKM : 70
Standar Kompetensi : Membiasakan akhlak terpuji Kompetensi dasar : Memahami tatakrama berjalan A. Indikator pencapaian kompetensi
1. Siswa mampu menjelaskan beberapa tatakrama berjalan
2. Siswa mampu menunjukkan sikap tatakrama berjalan yang baik dalam kehidupan sehari-hari
B. Tujuan pembelajaran
Setelah melaksanakan pembelajaran tentang tatakrama berjalan, siswa mampu untuk:
1. Menjelaskan beberapa tatakrama berjalan
2. Menunjukkan sikap tatakrama berjalan yang baik dalam kehidupan sehari-hari
C. Karakter yang ingin diraih dan dikembangkan 1. Disiplin
2. Sopan
3. Menghargai dan menghormati orang lain D. Materi pembelajaran
كيشطلا يف يشولا بادأ
E. Metode pembelajaranCeramah, Tanya jawab, Demonstrasi
F. Langkah-langkah pembelajaran 1. Kegiatan awal
Aperpsi dan motivasi:
a. Membuka kegiatan pembelajaran dengan membaca surat Al-Fatihah
b. Guru menanyakan bagaimana sikap siswa ketika di perjalanan menuju ke madrasah
c. Guru menjelaskan tujuan dan manfaat mempelajari tatakrama berjalan.
2. Kegiatan inti Eksplorasi
a. Guru membacakan teks matankitab tentang tatakrama berjalan dengan makna pegon
b. Guru menjelaskan maksud dari teks matan yang telah dibacakan dibacakan
Elaborasi
a. Siswa menyimak dan memaknai teks yang dibacakan oleh guru b. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mengulang kembali bacaan
teks matan yang telah diartikan
c. Guru meminta siswa untuk menerapkan pemahaman materi dengan kebiasaan berjalan sehari-hari dan saat menggunakan kendaraan di jalan raya.
Konfirmasi
a. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang belum dipahami
b. Guru meluruskan pemahaman siswa yang belum sesuai dan bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
3. Kegiatan akhir
a. Guru dan siswa merefleksi pembelajaran yang baru saja dilaksanakan apakah menyenangkan dan sudah sesuai dengan KD. b. Guru menutup pertemuan dengan bersama siswa membaca surat
Al-Fatihah G. Sumber pembelajaran
Umar Ibn Ahmad Baraja,Al-Akhlāq Lil-Banīn Juz Awwal (Surabaya: CV. Ahmad Nabhan)
H. Penilaian Indikator Jenis Penilaian Bentuk Penilaian Contoh Instrumen Siswa mampu menjelaskan beberapa tatakrama berjalan
Tes tertulis Uraian Jelaskan tatakrama berjalan yang baik!
Siswa mampu menunjukkan sikap tatakrama berjalan yang baik dalam kehidupan sehari-hari Tes Tertulis
Uraian Terangkan bagaimana adab berkendara yang baik!
Tirto, Juli 2013
Mengetahui Guru Bidang Studi
Kepala MTs Salafiyah NU Mulok. Akhlak Karanganyar Tirto
3. Proses pembelajaran
Secara umum, proses pembelajaran kitab kuning di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto, baik antara kitab Taqrīb maupun Al-Akhlāk Lil-Banīn, memadukan dua corak pembelajaran, yakni corak pembelajaran salaf ala pondok pesantren dan pembelajaran modern dengan pendekatan kontekstual.
Ustaz M. Subkhi mengemukakan,
“Awal pembelajaran, saya biasakan siswa untuk mengirim hadiah surat Al-Fatihah untuk muṣannif kitab Taqrīb, sebagai upaya tazkiyatun nafsi, yakni penyucian jiwa dan pemurnian niat ta’allum sekaligus sebagai ungkapan terimakasih kepada pengarang kitab serta menjalin hubungan spiritual dengan ulama-ulama salaf yeng telah meninggal dunia.”25
Setelah presensi, guru sedikit mengulas materi yang telah dipelajari pada pertemuan yang lalu dengan menunjuk salah satu atau beberapa siswa untuk menjadi raisuntuk membacakan dan menerangkan materi pembelajaran pertemuan yang lalu secara garis besar selama 15 menit atau dapat kita katakan semacama kegiatan review. Siswa yang lain menyimak dan diberi kesempatan untuk bertanya kepada rais. Di sinilah terjadi komunikasi antar siswa meskipun dengan bahasa mereka yang masih sederhana.26
25
M. Subkhi, Guru Muatan Lokal Fikih Kitab, Wawancara Pribadi, Sidorejo 30 April 2014.
26
Hasil observasi proses pembelajaran kitab Taqrībkelas VIII A MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto, Karanganyar 30 April 2014.
Ustaz Subkhi mengemukakan:
“Model pembelajaran dengan menunjuk salah satu siswa untuk menjadi rais ini saya adopsi dari sistem pembelajaran di Madrasah Hidayatul Mubtadiin (MHM) Lirboyo Kediri. Selain untuk melatih mental siswa untuk tampil di hadapan siswa lainnya, cara ini telah teruji mampu menggerakkan antusias para siswa agar aktif dalam pembelajaran dengan bertanya kepada rais atas materi yang belum dipahami dan malu bertanya kepada guru ”27
Dalam penujukkan rais ini, hanya berlaku bagi kelas VIII dan IX, sedangkan untuk kelas VII masih hanya sekedar penunjukkan siswa agar membacakan teks kitab yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya di depan kelas dengan menggunakan bahasa Arab Pegon. Pembedaan ini karena kelas VII masih butuh adaptasi dengan pembelajaran kitab kuning dengan bahasa Arab Pegon belum sampai pada taraf menerangkan al-ma’na al-murād (kandungan materi yang dikaji).28
Selajutnya, pembelajaran memasuki tahap pembacaan teks kitab oleh guru secara bandhongan, siswa menyimak dan mengartikan tiap-tiap kata dalam buku materi yang berupa fotocopy matan Taqrīb. Untuk kelas VIII dan IX, guru membacakanmatandan makna perkata tanpa menuliskannya pada papan tulis. Sedangkan siswa kelas VII masih dituntun secara utuh dengan menuliskan redaksi matan dan makna pegon di papan tulis.29
27
M. Subkhi, Guru Muatan Lokal Fikih Kitab, Wawancara Pribadi, Sidorejo 30 April 2014.
28
Ibid.
29
Hasil observasi proses pembelajaran kitab Taqrib kelas VIII A MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto, Karanganyar 30 April 2014
Tahap berikutnya, guru menjelaskan materi dengan pendekatan kontekstual dengan memberikan ilustrasi berupa contoh-contoh kasus fikih kontemporer seperti dalam
شصملا جلاص يف لصف
guru mengingatkan kembali pada pelaksanaan shalat qashar saat MTs Salafiyah NU Karanganyar mengadakan darma wisata dan ziarah ke berbagai objek yang jaraknya sudah mencapai masāfatul qaṣri. Di sini, anak diingatkan kembali kepada pengalaman mereka saat melaksanakan salat qaṣar tentang kaifiyah(mekanisme) salat qaṣar dan ketentuanmarḥalah(jarak perjalanan) serta qaṣdu(tujuan) dari perjalanan itu sendiri, yakni dispensasi salat qaṣar hanya diperuntukkan orang yang bepergian sejauh dua marḥalah (sekitar 80 Km) dengan tujuan bukan untuk bermaksiat.30Selain itu, dalam pembahasan materi fikih kitab ini, guru juga sering mengaitkan dengan berbagai bidang ilmu lain seperti misalnya dalam bab
جس اهـطلا
ketika membahas tentang air mutlak yang berjumlah tujuh macam, baik yang berasal dari langit atau bumi, guru mengaitkan dengan mata pelajaran fisika tentang siklus hidrologi.Ustaz M. Subkhi menegaskan,
“Selain itu, dengan menerangkan hikmah tasyri‟ dalam kajian fikih dari perspektif medis seperti alasan penetapan debu sebagai alat satu-satunya untuk menghilangkan najis mugalaẓah dan masih banyak lagi”31
30
M. Subkhi, Guru Muatan Lokal Fikih Kitab, Wawancara Pribadi, Sidorejo 30 April 2014.
31
Ustaz M. Subkhi melanjutkan keterangannnya,
”Kemudian, penjelasan saya sampaikan dengan mengangkat kasus-kasus fikih kekinian yang lebih bersinggungan dengan pengalaman siswa sehari-hari, seperti dalam materi
جوذـملا طوشش
dalam pembahasan salat berjamaah, saya ilustrasikan dengan sebuah organisasi yang dapat berjalan dengan stabil ketika pimpinan memiliki sikap yang bijak dengan memperhatikan kebutuhan anggotanya yang beragam. Begitu pula anggota organisasi harus secara konsisten mengikuti pimpinannya, tidak boleh mendahului kebijakan pimpinan dan senantiasa mengingatkan pimpinan jika terjadi kesalahan atau lupa”.32Pada materi tertentu, guru juga menggunakan metode demonstrasi agar konsep materi yang masih bersifat abstrak dapat dipahami siswa secara konkret.Di antaranya adalah demonstasi pelaksanaan tajhīzul mayyit, tayammum, sujud syahwidan sebagainya.
Metode demonstrasi yang digunakan juga disesuaikan dengan praktek fikih kekinian dan alternatif kontemporer, seperti pada praktek tajhīzul mayit, atas petunjuk guru, siswa mendemonstrasikan cara memandikan mayit yang terlaku saat ini dengan menggunakan alat bantu modern. Selain itu, siswa juga diberikan pengertian tentang langkah alternatif dalam memandikan mayat yang tidak meninggal secara wajar, misalnya mayat korban kebakaran, mutilasi dan sebagainya. Jadi wawasan siswa menjadi lebih luas tentang tatacara memandikan dan merawat mayat dalam berbagai kondisi, tidak hanya terbatas pada mekanisme perawatan mayat yang termaktub dala matan kitab Taqrīb saja.33
32
Ibid.
33
Hasil observasi proses pembelajaran kitab Taqrib kelas VIII A MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto, Karanganyar 30 April 2014
Pada tahap selanjutnya, guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami baik secara tekstual maupun pemahaman materi atas penerapannya dalam kehidupan sehari. Proses pembelajaran ditutup dengan kembali membaca surat Al-Fatihah bersama-sama.
Adapun proses pembelajaran kitab Al-Akhlāq Lil-Banīn yang diampu oleh Drs. H.Munawir Muazim, sedikit berbeda dalam penyampaian materi. Untuk melatih kemampuan motorik siswa, guru memerintahkan untuk menulis matan di buku masing-masing di rumah.Selanjutnya pemakanaan teks kitab yang dipelajari dibacakan dan ditulis di papan tulis. Tidak terdapat sistem penunjukkan rais untuk membacakan dan menjelaskan materi sebelumnya mengingat waktu pembelajaran yang singkat, yakni satu jam pelajaran atau 40 menit tiap tatap muka34.
Ustaz Munawwir mengemukakan,
“Seperti biasa, pembukaan pembelajaran, anak-anak saya pimpin untuk mengirimkan hadiah surat Al-Fatihah untuk mu’allif kitab Al-Akhlāq Lil-Banīn, selanjutnya presensi. Kemudian, untuk melatih keterampilan baca Arab pegon, beberapa anak saya tunjuk untuk membaca materi pertemuan yang lalu.Kitab saya bacakan dan telah saya tulis di papan tulis, sedangkan anak wajib menulis materi di rumah. Sengaja tidak menggunakan fotocopy atau kitab secara langsung karena tujuan saya untuk melatih kemampuan motorik anak dalam penulisan bahasa Arab”35
Setelah presensi dan doa bersama, guru mengapersepsi para siswa tentang materi yang akan dipelajari. Selanjutnya teks kitab dibacakan
34
Hasil observasi proses pembelajaran kitab Al-Akhlāq Lil Banin kelas VII BMTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto, Karanganyar 30 April 2014.
35
Munawir Muazim, Guru Muatan Lokal Akhlak , Wawancara Pribadi, Karanganyar 29 April 2014.
dengan metode bandhongan.Siswa menyimak dan mengartikan tiap kata kemudian guru menjelaskan materi dengan mengangkat tema perilaku siswa sehari-hari sekaligus membandingkan langsung dengan konsep yang disusun oleh Syeikh Umar Ibn Ahmad.Seperti mengontekskan materi adab berjalan dengan kebiasaan berkendara saat ini.36
Selain itu, materi pembelajaran kitab Al-Akhlāq Lil-Banīn juga dikorelasikan dengan bidang ilmu lain, baik ilmu agama maupun ilmu umum. Seperti pembahasan adab dengan tetangga, guru menceritakan sebuah hadis yang menjelaskan betapa Jibril as.tidak henti-hentinya memberikan pesankepada Nabi Muhammad Saw. agar berbuat baik terhadap tetangga, sehingga Nabi mengira bahwa tetangga beliau itu akan mendapat bagian warisan dari beliau. Begitu pula dalam pembahasan adab anak terhadab ibu, guru mengingatkan kembali proses embriologi hingga masa kanak-kanak terkait begitu susah payahnya seorang ibu37.
4. Evaluasi pembelajaran
Sebagai upaya untuk mengukur tingkat pemahaman siswa atas materi pembelajaran yang telah disampaikan, baik muatan lokal fikih kitab maupun muatan lokal akhlak, dalam hal evaluasi pembelajaran mengikuti prosedur evaluasi yang ditetapkan pengurus madrasah.Evaluasi dilaksanakan secara berkala, yakni dengan mengadakan ulangan harian, Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester.
36
Ibid.
37
Ustaz M. Subkhi menjelaskan,
“Saya mengikuti kebijakan madrasah, ada ulangan harian, ulangan tengah semester dan ujian akhir semester dengan KKM 75. Selain itu, saya juga mengevaluasi tingkat kemampuan membaca kitab siswa dengan menunjuk beberapa siswa untuk membaca secara bergilir. Untuk kelengkapan catatan siswa, saya adakan pengecekan kelengkapan catatan siswa secara berkala setiap menjelang UTS dan UAS”38
Dalam evaluasi, sesuatu yang menjadi perhatian khusus bagi guru adalah dalam hal kemampuan membaca kitab kuning, khususnya siswa kelas VII. Rata-rata siswa kesulitan beradaptasi dengan model dan cara baca kitab kuning yang terikat oleh kaidah naḥwu ṣaraf. Siswa yang sama sekali belum pernah mengikuti pengajian kitab kuning agak terhambat dalam pembelajaran. Sementara pembelajaran naḥwuṣaraf diMTs Salafiyah NU Karanganyar tirto sendiri belum dapat dipahami secara maksimal39
Namun demikian, dengan pendekatan kontekstual, materi kitab klasik tersebut dapat dipahami. Dengan penetapan Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) 75 untuk muatan lokal fikih kitab dan 70 untuk muatan lokal Akhlak, 80 % siswa telah mencapai ketuntasan pencapaian nilai. Adapun siswa yang belum tuntas diadakan remidi dengan memberikan tugas.
38
M. Subkhi, Guru Muatan Lokal Fikih Kitab, Wawancara Pribadi, Sidorejo 30 April 2014.
39
Tabel 5.
Sampel Daftar Nilai Hasil Evaluasi Akhir Semester Genap Mulok.Akhlak Kelas VII BTahun Pelajaran 2013-01440
NO NIS NAMA NILAI
1 Afif Nur Rofiq 86
2 Ahmad Edi Anggoro 90
3 Ahmad Ilyas 86 4 Ahmad Irfan 92 5 Ahmad Maulana 92 6 Ahmad Muzafit 92 7 Aji Handoyo 90 8 Amat Surono 86
9 Aulia Khamim Dwiraga 86
10 Edi Irfan maulana 84
11 Khafidzin 92 12 Khoirul Ula 86 13 Krismawan 88 14 M. Arif Setiawan 90 15 M. As‟ad Rokhmafiqun 90 16 M. Basyar 85 17 M. Iqbal 90 18 M. Izzul Ma‟arif 92 19 M. Muslimin 90 20 M. Nizar Maulana 90 21 M. Riki Haryadi 84 22 M. Syahrul 82
23 Moch. Najmi Arifin 86
24 Moch. Shofyanas Alifian 70
25 Moh. Imam 80
26 Moh. Riswan 88
27 Mohammad Ikhsan Adi 80
28 Muhamad Riza Hilmi 74
29 Muhammad Miftakhudin 80
30 Muhammad Nasrudin 70
31 Muhammad Salim Nafkhan 94
32 Muhammad Yusuf 74 33 Nailur Ridlo 82 34 Nur Dzikrulloh 96 35 Rizqi Lana 82 40
Dokumentasi MTs salafiyah NU Karanganyar Tirto, diambil pada tanggal 10 Agustus 2014.
36 Saeful Yahya 80
37 Satuhu Wido Laras 70
38 Syarif Hidayat 80
39 Syukron Lazim 70
40 Teguh Waluyo 72
41 Udi Agiatno 78
Pekalongan,...
Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Kepala Madrasah
Khoeron, S.Pd. Drs. H. Munawir Mz.
Tabel 6.
Sampel Daftar Nilai Hasil Evaluasi Akhir Semester Genap Mulok.Fikih KitabKelas IXA Tahun Pelajaran 2013-01441
NO. NIS NAMA NR
1 Ana Mustafida 88
2 Arinal Khusna 90
3 Dwi Ariska 82
4 Efa Sofafia 78
5 Eka Ade Fitriyani 82
6 Ela Sofiana 90
7 Ella Noviana Hidayah 84
8 Heni Anistia 90
9 Imroatun Astuti 80
10 Irma Hidayati 86
11 Ismawati 86
12 Isna Maulida Safitri 86
13 Isnaniyah 90 14 Kafita Riskiana 78 15 Maesuroh 86 16 Mega Fitriyani 88 17 Mei rahmawati 88 18 Mia Zuliana 82 19 Muammalatun Nisa‟ 80 20 Mukamilatun Nisa‟ 88 21 Naela Afiya 76
22 Naili Rif‟atul Aini 94
23 Naili Soraya 76
24 Nina Urbach Rajabiyah 80
25 Novita Ayu Ningsih 80
26 Nur Aini 78
27 Nur Khalimah 84
28 Ratna Sari 80
29 Rina Aryanti 78
30 Siti Maemunah 82
31 Siti Robul Fulanah 86
32 Sofi Maula 80
33 Umi Salamah 90
34 Vina Dwi Apriliani 78
35 Wahyu Ningrum 78
36 Wida Sahara 76
Pekalongan, 26 Mei 2014
Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Kepala Madrasah
Khoeron, S.Pd M. Subkhi
C. Faktor pendukung dan kendala pembelajaran kitab kuning dengan pendekatan CTL di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto Pekalongan
1. Faktor pendukung pembelajaran kitab kuning dengan pendekatan CTL Karanganyar merupakan desa bagian dari wilayah kecamatan Tirto yang masih memiliki religiusitas yang tinggi.Di desa setempat banyak sekali ulama, ustaz dan santri.Kegiatan pengajian seperti madrasah diniyah dan majlis ta’līm begitu semarak dan kental dengan nuansa nahḍiyin.Inilah salah satu power dan penggerak bagi pelestarian pembelajaran kitab kuning di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto.
Ustaz Munawwir mengatakan,
“Faktor pendukunganya antara lain, desa Karanganyar ini boleh dikatakan desa religius, kegiatan keagamaan begitu semarak, pengajian kitab kuning banyak diselenggarakan di beberapa madrasah atau majelis
taklim. Otomatis sebagian dari siswa MTs sudah pernah atau masih mengaji juga di luar MTs Selain itu, dukungan orang tua yang cukup membantu. Beberapa kali kami mengadakan pertemuan dengan wali murid dan membahas perkembangan anak dalam segi kemajuan anak dalam penguasaan kitab kuning,karena para wali murid sangat mendambakan anak-anak mereka pandai mengaji.”42
Selain itu, pengalaman dan kreativitas guru dalam menyajikan materi kitab kuning yang secara umum hanya dikenal dengan baik oleh kalangan pesantren, memicu siswa untuk mengorelasikan konten materi dengan pengalaman siswa dan kasus-kasus kontemporer. Dengan pendekatan kontekstual, siswa diajak untuk memahami materi secara bermakna (meaning full) dan faktual, tidak hanya berkutat pada konsep-konsep yang masih bersifat abstrak, sebagaimana pernyataan ustaz M. Subkhi,
“Faktor pendukungnya antara lain berbagai inspirasi dari pengalaman pribadi saya selama aktif dalam tim bahṡul masāil di pesantren Lirboyo yang sering mengangkat permasalahan dan kasus-kasus waqi’iyyah atau kontemporer. Ternyata pembelajaran semacam itu lebih dapat memicu antusias siswa karena gambaran permasalahan yang dibahas teralami oleh siswa”.43
Di dalam kebijakan kurikulum MTsSalafiyah NU Karanganyar Tirto sendiri, juga menyelenggarakan pembelajaran ilmu naḥwu ṣaraf yang tidak lain merupakan ilmu alat atau pengantar untuk memahami kajian berbagai kitab kuning. Di samping itu, pihak pengurus madrasah memberikan keleluasaan kepada guru muatan lokal fikih kitab dan akhlak untuk mengadakan program penunjang pembelajaran kitab kuning, seperti
42
Munawir Muazim, Guru Muatan Lokal Akhlak, Wawancara Pribadi, Karanganyar 29 April 2014
43
M. Subkhi, Guru Muatan Lokal Fikih Kitab, Wawancara Pribadi, Sidorejo 30 April 2014.
program ekstrakurikuler pengajian kitab kuning, untuk membantu peningkatan pemahaman siswa tentang materi pembelajaran kitab kuning.44
Program ekstrakurikuler ini berlangsung setiap hari Jumat pagi bertempat di kediaman Ustaz. M. Subkhi dan Ustaz Syakirun Ni‟am. Siswa begitu antusias mengikuti program tersebut, karena materi yang belum dipahami di kelas dapat ditanyakan dalam pengajian tersebut.
Ustaz M. Subkhi mengutarakan,
“Saya sendiri dengan ustaz Niam berinisiatif mengadakan pengajian kitab kuning di rumah khusus bagi siswa setiap hari Jumat pagi seperti kitab Risālatul Mu’awwanah, Qaṭrul Gaiṣ, Gāyah at-Taqrīb, Tījan Ad-Darāry, Taisīrul Khalaq, dan Haid serta Problematikanya. Selain itu, pada bulan Ramadan juga diselenggarakan pengajian pasaran dengan mengulas berbagai kitab tersebut. Pengajian ini turut mendukung penambahan wawasan siswa tentang kajian kitab kuning”45
2. Kendala pembelajaran kitab kuning dengan pendekatan CTL
Selama proses pembelajaran kitab kuning di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto, terdapat beberapa kendala. Ustaz M. Subkhi menyatakan:
“Sebagian siswa masih kesulitan dalam hal membaca dan menuliskan arti mufradat teks kitab kuning dengan makna pegon, khususnya siswa kelas VII, terlebih siswa yang belum pernah mengaji kitab kuning sama sekali. Kendala ini menuntut saya untuk lebih intens menuntun anak dalam latihan menulis makna gandhulArabpegon dengan menuliskan redaksi matan dan maknanya sekaligus di papan tulis kemudian dibaca perlahan-lahan”.46
Hal ini dapat dimaklumi karena input siswa di MTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto ada juga yang berlatar pendidikan umum dan samasekali belum pernah mengikuti pengajian kitab kuning. Di samping 44Ibid. 45 Ibid. 46 Ibid.
itu, tingkat pemahaman kaidah gramatikal bahasa Arab yang belum cukup juga menyebabkan siswa kesulitan memahami materi. Padahal sebenarnya, jika siswa matang dalam naḥwu ṣaraf, kandungan teks matan yang dibaca dapat cepat dipahami dari segi tarkīb (kedudukan kalimat) dan morfologinya. Kendala ini mendorong inisiasi pelaksanaan metode sorogan pada pembelajaran kitab kuning tahun pelajaran yang akan datang.47
Adapun dalam segi isi materi, ada beberapa materi yang hanya berupa konsep saja dan pada kehidupan nyata sekarang ini sudah tidak dijumpai seperti yang diungkapkan oleh ustaz M. Subkhi,
“Terdapat materi yang saat ini sudah tidak relevan karena sudah tidak dijumpai lagi kasus semacam itu, seperti kasus perbudakan. Atau ada materi yang hanya dapat dijumpai di wilayah negara tertentu, misalnya babmaskhul khuffain. Khuff adalah sejenis sepatu dari kulit yang tipis dan elastis yang hanya dijumpai di negara-negara timur tengah.”48
Sementara itu ustaz Munawwir mengatakan,
“Secara umum, pelaksanaan pembelajaran kitab kuning yang saya ampu berjalan lancer.Siswa juga aktif dalam pembelajaran. Namun, kendalanya adalah kesulitan dalam kemampuan menulis Arab pegon dan membacanya bagi siswa baru apalagi yang belum pernah ngaji kitab kuning sama sekali. Kasus seperti ini, saya sikapi dengan terus memberikan latihan manulis dan membaca kitab secara bergilir. Selain itu, waktu pembelajaran yang sempit dan materi kitab Al-Akhlāq Lil-Banīn yang diajarkan hanya sampai kelas VIII saja, kadang-kadang membuat saya kualahan, apalagi saya juga ngajar di MTs HIFAL Banyu Urip”49
Selain itu, untuk pelaksanaan demonstrasi dalam proses pembelajaran, media dan alat peraga yang dibutuhkan masih terbatas dan
47Ibid. 48
Ibid.
49
Munawir Muazim, Guru Muatan Lokal Akhlak, Wawancara Pribadi, Karanganyar 29 April 2014.
belum lengkap. Sementara itu alokasi waktu pembelajaran Al-Akhlāq Lil-Banīn sangat sempit, yakni hanya satu jam pelajaran (40 menit).50
Secara umum, siswa memiliki antusias yang tinggi dalam pembelajaran kitab kuning, baik muatan lokal fikih kitab maupun akhlak.Mereka merasa senang dengan model pembelajaran kitab klasik yang dikemas dengan pendekatan kontekstual. Banyak hal baru dalam kehidupan keseharian siswa yang diulas dalam pembalajaran kitab kuning tersebut.
M. Fahmi Maulana mengutarakan,
“Kadang bosan kalau pas tidak paham dengan materi, tapi seringnya gak bosan. Pelajaran Pak Ustaz Subkhi dan Pak Ustaz Nawir menyenangkan.Orangnya lucu dan materinya sering dikasih contoh-contoh yang ada di lingkungan sehari-hari.”51
Sementara itu, Abdun Nafi‟ menambahkan,
“Pak Ustaz Subkhi itu orangnya tegas tapi gaul kalau menerangkan pelajaran sering ngambil contoh masalah-masalah yang masih hangat saat ini. Selain itu, beliau juga telaten ngasih bimbingan kepada anak-anak.Jadi pelajaran beliau menyenangkan.Kalau ustaz Nawir orangnya kalem tapi juga cara ngajarnya menyenangkan dan mudah dipahami”52
Terlepas dari hal tersebut,siswa masih ada yang mengalami kendala dalam pemahaman kosa kata bahasa Jawa pegon, khususnya ketika ditunjuk menjadi rais, siswa masih kesulitan mengalih bahasakan teks Jawa pegon dengan bahasa yang sederhana dan mengena. Faiz Muzadi mengemukakan,
50
Hasil observasi proses pembelajaran kitab Al-Akhlāq Lil Banin kelas VII BMTs Salafiyah NU Karanganyar Tirto, Karanganyar 30 April 2014.
51
M. Fahmi Maulana, Siswa Kelas VII B, Wawancara Pribadi, Karanganyar, 30 April 2014
“Kalau ditunjuk jadi rais, saya masih kesulitan bicara dan menjelaskan ke teman-teman dari makna pegon yang saya baca”53
Di samping itu, upaya membangun mental siswa agar berani tampil ke hadapan siswa yang lain untuk membacakan teks kitab dan menjelaskan kandungan materi yang telah dibahas bukan hal yang mudah. Masih banyak siswa yang merasa malu untuk tampil sebagai rais.Untuk menangani kendala ini, guru senantiasa mengingatkan agar materi yang baru saja dibahas ditelaah kembali di rumah sebagai persiapan penunjukkan rais di pertemuan selanjutnya serta melakukan bimbingan secara intens khususnya dalam pemahaman esensi materi.