• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah karet alam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah karet alam"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1

HEVEA BRACILIENSIS

(Pohon Karet)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Sains dan Teknologi Hayati

19813035 Bagoes M Inderaja 19813106 Anthony Prayugo 19813007 Rana Rasikha

19813068 Annisa Ayu Nindyaningrum 19813121 Maryati

SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

(2)

2 DAFTAR ISI

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Pembahasan dan Manfaat

2. BAB II HEVEA BRACILIENSIS 2.1 Komoditas Biologi 2.2 Potensi Industri 2.3 Teknologi

2.4 Industri yang ada 2.5 Manajemen 2.6 Pasar 2.7 Kebijakan

2.8 Aspek Sosial Komoditas 2.9 Industri Prospektif

3. BAB III KESIMPULAN

(3)

3 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karet adalah salah satu komoditas terpenting yang diperlukan di dunia ini. Karet dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri dan juga makanan (seperti permen karet). Seperti diketahui bersama bahwa Indonesia merupakan negara dengan lahan perkebunan karet terluas di dunia. Namun bila ditinjau dari segi produktivitas, Indonesia masih berada di bawah Thailand dan Malaysia. Ini memperlihatkan kurang efisiennya pengolahan karet di Indonesia selama ini. Hal ini sangat disayangkan karena tanaman karet memiliki berbagai potensi sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebagai bioproduk.

Karet atau yang dikenal juga dengan nama latin Hevea braciliensis memiliki berbagai potensi industri yang masih belum dimanfaatkan. Potensi-potensi industri ini antara lain adalah di bidang kesehatan, industri modern, dan konsumsi. Di makalah ini, akan dibahas potensi-potensi dari tumbuhan karet serta teknologi yang diperlukan secara garis besar untuk mengelolanya. Namun, industri karet yang sudah ada juga akan dibahas. Selain itu, akan dibahas juga tentang manajemen pengelolahan tumbuhan karet yang baik serta pasar tanaman karet. Pada akhirnya, di dalam makalah ini akan dibahas juga tentang kebijakan, aspek sosial, dan industri prospektif dari tumbuhan karet.

1.2 Tujuan

1. Menjelaskan prospektif industri karet di Indonesia

2. Menjelaskan aspek-aspek ekonomis dan sosial yang ditimbulkan dari karet di Indonesia

3. Menjelaskan teknologi terkait yang dibutuhkan dalam pengolahan karet 4. Menjelaskan manajemen dan pasar dari tanaman karet

(4)

4 BAB II

HEVEA BRACILIENSIS

2.1 Komoditas Biologi

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Hevea braciliensis. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli di berbagai tempat seperti: Amerika, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica family Moraceae.

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi, besar dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul.

Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jumlah biji berkisar tiga dan enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang.

Lebih lengkapnya, struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut : 1. Divisi : Spermatophyta 2. Subdivisi : Angiospermae 3. Kelas : Dicotyledonae 4. Ordo : Euphorbiales 5. Famili : Euphorbiaceae 6. Genus : Hevea

7. Spesies : Hevea braciliensis

2.2 Potensi Industri

Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet. Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan

(5)

5

dengan meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif lebih mudah dipenuhi karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan.

Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat pada sepuluh tahun terakhir, terutama China dan beberapa negara kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin seperti India, Korea Selatan dan Brazil, memberi dampak pertumbuhan permintaan karet alam yang cukup tinggi, walaupun pertumbuhan permintaan karet di negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang relatif stagnan.

1. Wilayah Potensi (Industri Pengolahan Karet)

Klaster industri pengolahan karet yang dikembangkan pada saat ini telah dilakukan identifikasi permasalahan dalam pengembangan industri barang‐barang karet di daerah dengan melibatkan stakeholder di daerah melalui pembentukan kelompok kerja. Dari hasil kelompok kerja industri pengolahan karet di daerah telah di petakan dan diinventarisasi di beberapa wilayah potensi perkebunan karet serta industri pengolahan karet hilir. Sementara itu di berbagai daerah telah diberi bantuan peralatan industri komponen yang diharapkan akan dapat medorong tumbuhnya industri sejenis dan industri hilir barang‐barang karet.

Gambar 1 Wilayah Potensial Industri Pengolahan Karet (Sumber: BKPM)

Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk penanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan melakukan peremajaan dan memberdayakan lahan‐lahan pertanian milik petani serta lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet (Sumber: www.bi.go.id). 2. Jumlah Pelaku Usaha

(6)

6

Dengan adanya penyebaran lahan‐lahan penanaman pohon karet hampir di seluruh provinsi yang ada di Indonesia saat ini akan membantu dalam pemenuhan kebutuhan karet alami dan pemenuhan industri pengolahan hasil dari pengolahan pohon karet dan ini membuka peluang kepada investor untuk menanamkan modalnya di perkebunan karet.

2.3 Teknologi

Dalam pengembangan teknologi yang terkait untuk pemrosesan industri karet dalam ditinjau dari proses industri secara garis besar dan dari teknologi dalam pengolahan karet industri. Berikut adalah penjelasannya :

a) Proses Industri

1. Hardware : Mesin Pencampur Karet

2. Software : Mastikasi (penghancuran), inkorporasi (wetting stage), dispersi, distribusi, plastisasi

3. Brainware:

 Mastikasi : Karet dihancurkan agar viskositasnya menurun

 Inkorporasi : Pelapisan filler pada karet. Pada tahap ini karet mengalami

deformasi besar-besaran dan terjadi pembalutan gumpalan filler. Gumpalan filler ini dihancurkan lagi menjadi butiran halus.

 Distribusi : Meningkatkan homogenitas kompon

 Plastisasi : Memodifikasi sifat rheology kompon agar sesuai untuk pengolahan berikutnya.

b) Teknologi Proses Pengolahan Karet

1. Setelah ditumbuhkan dalam polybag, tanaman karet ditanam pada lahan pembibitan sebelum ditanam di lahan produksi.

2. Bibit-bibit tanaman karet dibiarkan tumbuh untuk selama kurang lebih 6 tahun sebelum siap disadap getahnya.

3. Penyadapan getah dilakukan dengan menyayat kulit batang dari tanaman karet membentuk garis dengan kemiringan tertentu sehingga getah keluar dari kulit yang tersayat dan mengalir serta menetes. Penyadapan biasanya dilakukan pagi hari supaya getah sudah dapat dikumpulkan sebelum hari menjelang siang. Selama beberapa jam kemudian getah karet (lateks) keluar dan mengalir mengikuti irisan kulit batang, jatuh kepenampung getah yang berupa mangkuk yang terbuat dari tempurung kelapa atau mangkuk aluminium. Getah karet akan berhenti mengalir ketika luka bekas sayatan baru mengering seiring dengan waktu.

(7)

7

4. Pekerja mengambil getah karet yang terkumpul pada mangkuk penampung menjelang siang pada hari yang sama dan menyatukannya dalam wadah yang lebih besar (semacam ember).

5. Getah karet kemudian dikumpulkan dalam tangki pengangkut yang lebih besar, seraya dilakukan penyaringan dari getah karet untuk memisahkan kotoran yang terbawa bersama getah karet. Getah karet kemudian dibawa ke pabrikpengolahan.

6. Pada tahap ini getah dapat diproses melalui beberapa cara yang umum. Di sini akan diuraikan proses pembuatan Ribbed Smoked Sheet (RSS) yang sangat populer sampai tahun 1960-an, dan masih terus dilakukan sampai saat ini. Pada pabrik pengolahan kecil, lateks kemudian dibekukan dengan menambahkan sedikit asam, dan dicetak pada wadah berbentuk kotak. Setelah membeku, hasil cetakan kemudian dilepas (disebut koagulum)

7. Koagulum kemudian dipres menggunakan roller mill untuk membuang air yang terkandung di dalamnya, dan membentuk koagulum menjadi lembaran-lembaran karet basah yang disebut ribbed sheet.

8. Ribbed sheet kemudian dipotong-potong dengan ukuran tertentu agar mudah digantung pada rak-rak pengasapan. Kemudian dimasukkan ke dalam rumah pengasapan untuk menjalani proses pengasapan selama beberapa jam.

9. Ketika dikeluakan dari rumah pengasapan, warna lembaran karet telah berubah menjadi coklat keemasan dan disebut dengan nama ribbed smoked sheet. Kualitas RSS ini kemudian diperiksa secara manual dengan membentangkannya di depan sinar (matahari atau lampu) dan dilakukan pemutuan sesuai dengan standar yang berlaku. 10. Kemungkinan lainnya adalah lateks yang terkumpul dimasukkan kedalam tangki

pengumpulan besar (dengan volume 45 galon) untuk langsung dijual, atau dikenakan beberapa perlakuan terlebih sebelum diproses lebih lanjut atau dijual dalam bentuk lateks cair.

11. Pada pabrik pengolahan besar, lateks dibekukan pada bak besar yang diberi sekat-sekat sehingga koagulum tercetak sesuai dengan ukuran yang diinginkan.

12. Kemudian koagulum dipres menggunakan roller mill dengan kapasitas yang lebih besar. Proses selanjutnya adalah sama, menggunakan peralatan yang sama dengan kapasitas yang lebih besar.

13. Bila sewaktu pengpresan koagulum ditambahkan minyak kastor, maka sheet akan pecah dan crumb rubber akan terbentuk.

(8)

8

14. Crumb rubber yang terbentuk kemudian dikeringkan dalam ruang pengering yang besar, kemudian ditimbang dan dikemas.

15. Jika lateks dibiarkan pada mangkuk pengumpul selama satu malam, lateks akan menggumpal dengan sendirinya. Demikian juga dengan bekas lateks pada mangkuk pengumpul yang telah mengering, dapat dibersihkan dan digunakan sebagai bahan pembuat ban mobil

16. Lateks kering dan sisa-sisa lateks kering pada mangkuk pengumpul kemudian dicuci menggunakan mesin pencuci. Hasilnya merupakan crumb rubber dengan warna yang agak gelap.

17. Crumb rubber dimasukkan kedalam wadah berbentuk kotak. 18. Keringkan dan timbang untuk mendapatkan berat seragam

19. Lalu dipres menggunakan mesin pres bertekanan tinggi untuk menghasilkan bentuk yang kompak

20. Setelah itu dibungkus dengan plastik

21. Akhirnya dikemas dalam pallet berukuran 1.2 ton, siap untuk dipasarkan. Produk karet ini disebut technically specified rubers (TSR)

2.4 Industri Yang Ada

Bahan olah karet dalam perindustrian yaitu bahan mentah yang digunakan untuk pengolahan di pabrik. Terdiri dari lateks kebun, lembar angin, lapisan (slab) tipis, gumpalan (lump) segar. Semuanya berasal langsung dari pohon karet atau telah mengalami proses pengolahan yang minimal oleh penyadap. Pohon karet telah banyak dikembangkan dalam perindustrian. Berikut adalah contoh dari pengembangan industri pohon karet.

1. Karet alam konvensional

Karet alam konvensional adalah karet yang telah diolah dari bahan lateks alami. Secara garis besar terdiri atas 2 golongan yaitu lembaran (sheet) dan lembaran tebal (crepe). Dalam Green book yang di terbitkan oleh International Rubber Quality and Packing Conference (IRQPC) ada beberapa jenis:

Ribbed smoked sheet (RSS) White creep dan pale creep Estate Brown Crepe Compo Crepe

Thin Brown Crepe Remills Thick Blanket Crepe Amber

(9)

9  Plat Bark Crepe

Pure Smoked Blanket Crepe Off Crepe

2. Lateks pekat

Biasanya merupakan bahan untuk pembuatan barang yang tipis dan bermutu tinggi. 3. Karet bongkah

Berasal dari Karet remah yang di keringkan dan di kilang menjadi bandela - bandela dengan ukuran yang di tentukan.

4. Karet spesifikasi teknis (Crumb Rubber)

Merupakan Karet yang dibuat secara khusus. Sehingga mutu teknisnya terjamin yang penetapannya di daarkan pada sifat - sifat teknis. Karet ini di kemas dalam bongkah - bongkah kecil dengan berat dan ukuran seragam.

5. Karet ban (Tyre Rubber)

Merupakan karet setengah jadi, sehingga bisa langsung di gunakan oleh konsumen, seperti untuk membuat Ban.

6. Karet reklaim (Reclaimed Rubber)

Adalah karet yang di Daur ulang dari karet bekas, seperti bekas roda - roda karet berjalan pabrik, bekas Ban mobil. Karet ini di usahakan pertama kali pada tahun 1848 oleh Alexander Parkes. Kelebihan karet reklim adalah: daya lekatnya bagus, kokoh, awet dan tahan lama, relatif lebih tahan terhadap bensin dan minyak pelumas di bandingkan dengan karet alam yang baru di buat. Tetapi kekurangannya adalah: kurang kenyal, dan kurang tahan gesekan.

7. Karet Lembaran Asap bergaris

Karet lembaran asap bergaris (bahasa Inggris: Ribbed Smoked Sheet (RSS)) adalah salah satu jenis produk olahan yang berasal dari lateks/getah tanaman karet Hevea braciliensis yang diolah secara teknik mekanis dan kimiawi dengan pengeringan menggunakan rumah asap serta mutunya memenuhi standard The Green Book dan konsisten. Prinsip pengolahan jenis karet ini adalah mengubah lateks kebun menjadi lembaran-lembaran (sheet) melalui proses penyaringan, pengenceran, pembekuan, penggilingan serta pengasapan. Beberapa faktor penting yang memengaruhi mutu akhir pada pengolahan RSS diantaranya adalah pembekuan atau koagulasi lateks, pengasapan dan pengeringan. Karet lembaran asap bergaris digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan ban kendaraan bermotor, khususnya jenis ban radial.

(10)

10 2.5 Manajemen

Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet yang mencakup kegiatan sebagai berikut :

1. Jenis Varietas yang Dikembangkan a. Klon IRR 5

 Potensi keunggulan :

1. Pertumbuhan cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu. 2. Rata‐rata produksi 1,8 ton/ha/tahun.

3. Lilit batang 51,7 cm pada umur 5 tahun. 4. Kadar karet kering (KKK) 34,5%.

5. Lateks sangat sesuai diolah menjadi SIR 3 WF, SIR 5 dan SIR 10.

6. Resisten terhadap gangguan penyakit gugur daun Colletotrichum dan Corynespora.

7. Pada daerah beriklim basah, klon IRR 5 digolongkan moderat terhadap gangguan penyakit cabang (jamur upas) dan mouldirot.

b. Klon IRR 42  Potensi keunggulan:

1. Pertumbuhan cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu. 2. Rata‐rata produksi 5,68 kg/pohon/tahun.

3. Lilit batang 51,4 cm pada umur 5 tahun.

4. Resisten terhadap penyakit gugur daun Colletotrichum, Corynespora dan Oidium.

5. Kadar karet kering (KKK) 36,5%. 6. Lateks dapat diproses menjadi SIR‐5. c. Klon IRR 118

 Potensi keunggulan:

1. Pertumbuhannya cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu. 2. Rata‐rata produksi 2,1 ton/ha/tahun.

3. Lilit batang 48,9 cm pada umur 5 tahun.

4. Lateks dapat digunakan untuk produksi SIR 3 CV dan produk RSS, serta SIR 3L, SIR 5 dan SIR 10/20.

5. Cukup tahan terhadap penyakit Corynespora dan Colletotrichum. d. Karet Busa Alam

(11)

11  Potensi keunggulan:

1. Karet busa sintetis umumnya dibuat dari karet EVA/poliuretan karena ringan dan murah. Konsumsi busa sintetis di dalam negeri setiap tahun berkisar 19 juta lembar (Rp47 miliar), busa plastik 722.000 m2 (Rp665 juta), dan busa jok mobil 4.500 unit (Rp186 juta).

2. Proses produksi busa sintetis berisiko tinggi karena bahan bakunya (isosianat) beracun dan bersifat karsinogenik. Kondisi ini menyebabkan permintaan terhadap busa alam meningkat.

3. Busa alam lebih unggul dibanding busa sintetis dalam hal kenyamanan dan umur pakai. Untuk memberikan nilai kepegasan yang sama, busa alam hanya memerlukan ketebalan sepertiga dari busa sintetis.

2. Syarat pertumbuhan pohon karet a. Iklim

1. Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan tanaman antara 24‐28 derajat C. 2. Kelembaban tinggi sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman karet. 3. Curah hujan optimal antara 1.500‐2.000 mm/tahun.

4. Tanaman karet memerlukan lahan dengan penyinaran matahari antara 5‐7 jam/hari.

b. Media Tanam

1. Hasil karet maksimal didapatkan jika ditanam di tanah subur, berpasir, dapat melalukan air dan tidak berpadas (kedalaman padas yang dapat ditolerir adalah 2‐3 meter).

2. Tanah Ultisol yang kurang subur banyak ditanami tanaman karet dengan pemupukan dan pengelolaan yang baik. Tanah latosol dan aluvial juga dapat ditanami karet.

3. Keasaman tanah yang baik antara pH 5‐6 (batas toleransi 4‐8) c. Ketinggian Lahan

Walaupun demikian karet masih bisa berproduksi di dataran menengah dan tinggi tetapi dengan waktu penyadapan yang makin panjang, tanaman karet tumbuh dengan optimum pada ketinggian 200 m dpl. Korelasi antara ketinggian tempat dan umur sadap dapat dilihat berikut ini:

1. 0‐200 m dpl: < 6 tahun 2. 200‐400 m dpl: 7 tahun

(12)

12 3. 400‐600 m dpl: 7,5 tahun

4. 600‐800 m dpl: 8,6 tahun 5. 800‐1.000 m dpl: 10,2 tahun 3. Persiapan Tanam dan Penanaman

Dalam pelaksanaan penanaman tanaman karet diperlukan berbagai langkah yang dilakukan secara sistematis mulai dari pembukaan lahan sampai dengan penanaman.

a. Pembukaan lahan (Land Clearing)

Lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebas tebang, sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. Kegiatan pembukaan lahan ini meliputi : (a) pembabatan semak belukar, (b) penebangan pohon, (c) perecanaan dan pemangkasan, (d) pendongkelan akar kayu, (e) penumpukan dan pembersihan. Seiring dengan pembukaan lahan ini dilakukan penataan lahan dalam blok-blok, penataan jalan-jalan kebun, dan penataan saluran drainase dalam perkebunan.

Penataan blok-blok.

Lahan kebun dipetak-petak menurut satuan terkecil dan ditata ke dalam blok-blok berukuran 10 -20 ha, setiap beberapa blok disatukan menjadi satu hamparan yang mempunyai waktu tanam yang relatif sama.

Penataan Jalan-jalan

Jaringan jalan harus ditata dan dilaksanakan pada waktu pembangunan tanaman baru (tahun 0) dan dikaitkan dengan penataan lahan ke dalam blok-blok tanaman. Pembangunan jalan di areal datar dan berbukit dengan pedoman dapat menjangkau setiap areal terkecil, dengan jarak pikul maksimal sejauh 200 m. Sedapatkan mungkin seluruh jaringan ditumpukkan/ disambungkan, sehingga secara keseluruhan merupakan suatu pola jaringan jalan yang efektif. Lebar jalan disesuaikan dengan jenis/kelas jalan dan alat angkut yang akan digunakan.

Penataan Saluran Drainase

Setelah pemancangan jarak tanam selesai, maka pembuatan dan penataan saluran drainase (field drain) dilaksanakan. Luas penampang disesuaikan dengan curah hujan pada satuan waktu tertentu, dan mempertimbangkan factor peresapan dan penguapan. Seluruh kelebihan air pada field drain dialirkan pada parit-parit penampungan untuk selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan (outlet drain).

(13)

13

Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Beberapa diantara langkah tersebut antara lain :

Pemberantasan Alang-alang dan Gulma lainnya

Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan lain yang mempunyai vegetasi alang-alang, dilakukan pemberantasan alang-alang dengan menggunakan bahan kimia antara lain Round up, Scoup, Dowpon atau Dalapon. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan pemberantasan gulma lainnya, baik secara kimia maupun secara mekanis.

Pengolahan Tanah

Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.

Pembuatan Lubang Tanam

Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan. Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.

c. Seleksi dan Penanaman Bibit Seleksi bibit

Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik antara lain : berproduksi tinggi, responsif terhadap stimulasi hasil, resitensi terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah antara lain :

 Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.  Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas  Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral  Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih).

(14)

14

Dengan jarak tanam 7 m x 3 m (untuk tanah landai), diperlukan bibit tanaman karet untuk penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman sebanyak 47 (10%) sehingga untuk setiap hektar kebun diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.

Penanaman

Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim penghujan yakni antara bulan September sampai Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP - 36 sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar.

4. Penyadapan / Panen

Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan tanaman karet pada umur 5 - 6 tahun telah memenuhi criteria matang sadap. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen.

Tinggi bukaan sadap

Tinggi bukaan sadap, baik dengan sistem sadapan ke bawah (Down ward tapping system, DTS) maupun sistem sadap ke atas (Upward tapping system, UTS) adalah 130 cm diukur dari permukaan tanah.

Waktu bukaan sadap.

Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di atas tiba.

Kemiringan irisan sadap

Secara umum, permulaan sadapan dimulai dengan sudut kemiringan irisan sadapan sebesar 400 dari garis horizontal. Pada sistem sadapan bawah, besar sudut irisan akan semakin mengecil hingga 300 bila mendekati "kaki gajah" (pertautan bekas okulasi). Pada sistem sadapan ke atas, sudut irisan akan semakin membesar.

(15)

15

Secara teoritis, apabila didukung dengan kondisi pertumbuhan yang sehat dan baik, tanaman karet telah memenuhi kriteria matang sadap pada umur 5 – 6 tahun. Dengan mengacu pada patokan tersebut, berarti mulai pada umur 6 tahun tanaman karet dapat dikatakan telah merupakan tanaman menghasilkan atau TM.

Sistem sadap

Dewasa ini sistem sadap telah berkembang dengan mengkombinasikan intensitas sadap rendah disertai stimulasi Ethrel selama siklus penyadap. Untuk karet rakyat, mengingat kondisi sosial ekonomi petani, maka dianjurkan menggunakan sistem sadap konvensional seperti pada tabel berikut :

Bagan Penyadapan Tanaman Karet

Tanaman Umur Sistem Sadap Jangka Waktu

(tahun) Bidang Sadap Remaja 0 – 5 - - - Teruna 6 – 7 8 – 10 s/2 d/2 67% s/2 d/2 100% 2 3 A A Dewasa 11 – 15 16 – 20 s/2 d/2 100% s/2 d/2 100% 4 4 B A Setengah Tua 21 – 28 2 s/2 d/3 133% 8 B’ + AH Tua 29 – 30 2 s/2 d/3 133% 4 A” + BH

Cat : Tanaman Karet diremajakan pd umur 31 tahun Keterangan :

A = Kulit Murni Bidang A B’ = Kulit Pulihan Pertama B B = Kulit Murni Bidang B AH = Kulit Murni atas A A = Kulit Pulihan Pertama A BH = Kulit Murni atas B A’ = Kulit Pulihan Kedua A

5. Pengelolaan kebun karet

Pengelolaan kebun karet muda mulai dilakukan secara intensif dengan investasi lebih besar seperti pembelian bibit, pemagaran, pembersihan secara teratur dan, sebagai contoh penebasan semak dilakukan 2 kali per tahun pada karet muda sedangkan pada karet tua hanya dibersihkan pada lorongnya saja. Intensitas pengelolaan kebun karet tua lebih rendah dari

(16)

16

pada kebun karet muda, ini karena tingkat produkstivitasnya mulai menurun (umur dan jumlah batang produktif berkurang).

Kondisi seperti ini terjadi bila management pengelolaan kebun tidak dilakukan dengan baik, faktor yang mempercepat kerusakan kebun adalah:

Kontrol pemilik

Bila pemilik tidak mengontrol tatacara buruh sadap dalam melakukan penyadapan pohon karet yang sesuai dengan aturan-aturan yang dianjurkan akan menyebabkan terjadinya kerusakan batang yang akhirnya menyebabkan pohon tumbang dan mati.

 Penerapan Teknik budidaya perkebunan

Pemilik kebun kadang-kadang kurang memperhatikan musimmusim/cuaca yang tidak baik baik dalam menyadap disamping kurang memahami secara teknis budidaya tanaman karet.

 Penyisipan

Untuk menghindari berkurangnya kerapatan pohon karet sedini mungkin sudah menyiapkan/menyemaikan bibit karet untuk digunakan sebagai penyisipan.

 Modal/investasi

Menghadapi berkurangnya pendapatan dan meningkatnya kebutuhan, modal cadangan atau investasi harus dilakukan.

2.6 Pasar

Perkiraan International Rubber Study Group (IRSG), diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan karet alam pada periode dua dekade ke depan. Hal ini menjadi kekuatiran pihak konsumen, terutama pabrik-pabrik ban seperti Bridgestone, Goodyear dan Michellin. Sehingga pada tahun 2004, IRSG membentuk Task Force Rubber Eco Project (REP) untuk melakukan studi tentang permintaan dan penawaran karet sampai dengan tahun 2035

Permintaan karet alam dan sintetik dunia pada tahun 2035 adalah sebesar 31.3 juta ton untuk industri ban dan non ban, dan 15 juta ton diantaranya adalah karet alam. Produksi karet alam pada tahun 2005 diperkirakan 8.5 juta ton. Dari studi ini diproyeksikan pertumbuhan produksi Indonesia akan mencapai 3% per tahun, sedangkan Thailand hanya 1% dan Malaysia -2%. Perkiraan produksi pada tahun 2020 sebesar 3.5 juta ton dan tahun 2035 sebesar 5.1 juta ton.

(17)

17

Tahun 2002 harga karet US$ 1.00/kg, dan US$ 1.90kg untuk harga SIR 20 di SICOM Singapura. Diperkirakan mencapai US$ 2.00 pada tahun 2007 dan pada 2020 akan tetap stabil, dikarenakan permintaan yang terus meningkat terutama dari China, India, Brazil dan negara-negara di Asia-Pasifik.

2.7 Kebijakan

Kebijakan dalam pengaturan perindustrian pohon/tanaman karet diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : p.62/menhut-ii/2011 tentang pedoman pembangunan hutan tanaman berbagai jenis pada izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman industri.

2.8 Industri Prospektif 1. Limbah Lateks

Limbah lateks pekat merupakan polutan yang potensial jika tidak ditangani dengan baik. Pengolahan limbah lateks untuk memenuhi persyaratan lingkungan semata, akan membutuhkan biaya yang cukup besar. Kini limbah lateks dapat dikonversi secara mikrobiologis untuk menghasilkan berbagai produk yang bernilai tambah ekonomis tinggi seperti: IAA (hormon tumbuhan), pupuk bio organik, dan biomassa mikroalga.

Proses biokonversi dapat dibuat berlangsung simultan dengan pengolahan limbah, sehingga bisa mengurangi volume limbah dan sekaligus menghilangkan bau busuk. Pupuk bio organik yang dihasilkan terbukti dapat menghemat sampai 50% pupuk kimia pada tanaman pangan, tanaman perkebunan, serta tanaman penutup tanah. Inovasi menawarkan kemungkinan untuk mengubah masalah yang dilematik menjadi berkah besar. Sejak lama pabrik lateks sinonim dengan bau busuk dan pencemaran. Dengan teknologi bio konversi, bau dan pencemaran “ditukar” dengan produk-produk sampingan yang bernilai tinggi.

Keuntungan Inovasi

 Mengubah masalah pencemaran kronis di industri lateks menjadi berkah ekonomi  Membantu memperbaiki citra industri lateks menjadi industri yang bersih dan

ramah lingkungan

 Pupuk yang dihasilkan bisa mengurangi sampai 50% kebutuhan pupuk kimia untuk kebun karet

2. Kayu Karet

Pohon karet yang sudah habis masa produksinya dapat diolah menjadi kayu karet. Kayu karet yang berwarna cerah keputihan mempunyai prospek untuk pengganti kayu dari

(18)

18

hutan alam. Produk kayu yang berwarna khas putih kekuningan seperti kayu ramin ini banyak dikonsumsi negara-negara seperti Singapura, Jepang, China, Taiwan, dan Amerika Latin dalam bentuk furniture, papan partikel, parquet flooring, moulding, laminating, dan pulp.

Perkembangan teknologi pengolahan kayu saat ini menjadikan pemanfaatan kayu karet sebagai bahan baku industri tidak lagi hanya terbatas untuk kayu pertukangan, tetapi kayu-kayu yang berukuran lebih kecilpun dapat diproses di pabrik Medium Density Fiber (MDF) menjadi bubur kayu untuk kemudian menghasilkan produk akhir dalam bentuk particle board, fibre board, pulp, dan kertas. Seluruh bagian kayu termasuk cabang dan ranting sudah dapat dimanfaatkan.Sebagian besar kebun karet dimiliki oleh masyarakat.

Kayu karet juga digunakan untuk papan partikel. Penggunaan papan partikel dari kayu karet lebih sesuai untuk bahan mebel dibanding sebagai bahan bangunan. Untuk meningkatkan keawetan biasanya ditambahkan bahan pengawet 0,5% dari berat papan partikel. Saat ini, papan partikel yang digunakan sudah dilapisi dengan kertas beraneka corak untuk menambah keindahannya.

3. Kayu sebagai arang

Kayu karet juga bisa digunakan untuk arang. Kualitas jenis kayu untuk arang berhubungan dengan nilai bakarnya. Nilai bakar berhubungan pula dengan berat jenis kayu. Kayu dengan berat jenis 0.60-0.75 termasuk ke dalam kelas III atau baik. Semakin tinggi berat jenis kayu, semakin keras arang yang dihasilkan, dan semakin tinggi pula rendemen arang dihasilkan. Konsekuensinya, makin tinggi kadar karbon yang terikat, dan makin rendah zat menguap. Diperkirakan, rendemen kayu karet sekitar 31%, kadar karbon terikat 79 %, dan kadar zat menguap 19%. Sedangkan persyaratan arang kayu komersial adalah kadar karbon terikat 74-81%, dan kadar zat menguap 18–22%.

Arang kayu karet termasuk ke dalam arang kayu komersial dan sesuai untuk diolah menjadi arang aktif. Arang kayu karet bahkan cocok digunakan sebagai arang metalurgi untuk peleburan bijih besi. Persyaratan arang metalurgi menurut FAO adalah kadar karbon terikat 60–80%, kadar zat menguap 15-26%, dan kadar abu 3-10%. Pengujian skala laboratorium menunjukkan bahwa arang aktif dari kayu karet dapat diolah dengan hasil yang lebih baik bila menggunakan aktivator. Arang aktif terutama berfungsi sebagai pemurni dalam industri bahan makanan, bahan kimia, dan farmasi.

2.9 Aspek Sosial Komoditas Sosial Ekonomi

(19)

19

Pada tahun 2005, karet mampu menghasilkan devisa hingga US $ 2,58 milyar, naik menjadi US $ 3,77 milyar pad tahun 2006, menempatkan karet sebagai komoditas penghasil devisa terbesar diantara komoditas perkebunan. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995 dan 2,29 juta ton pada tahun 2006. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2005 mencapai US$ 2,58 milyar, dan meningkat tajam menjadi US $ 4,36 milyar pada tahun 2006 seiring dengan melonjaknya harga karet dari 1,2 USD/kg hingga sekitar 2 USD/kg pada tahun 2006 (Depperind, 2007).

2. Penyediaan lapangan pekerjaan

Penemuan Vulkanisasi dari Goodyear menandakan kelahiran industri karet modern, dan meskipun kemudian ditemukan beberapa modifikasi atas prosedur asli Goodyear, sampai sekarang proses nya pada intinya sama dengan yang ditemukan pada tahun 1839. Vulkanisasi merupakan reaksi belerang dan karet yang belum dipahami secara sempurna. Proses ini menyebabkan rantai linear molekul karet saling bersilangan sehingga material ini tetap elastis .dari penemuan ini muncul lah industri industri yang bergerak dalam bidang karet sehingga dalam industri tersebut membutuhkan sumber daya manusia untuk mengolah karet, hal ini membuka penyediaan lapangan kerja.

3. Dampak ekonomi lainnya

Berdasarkan catatan, komoditas ekspor karet dan barang dari karet tumbuh sebesar 57% pada 2011. Sedangkan di 2012 mulai mengalami perlambatan di kisaran 40%-50%. Kondisi ini diyakini akan terus melambat pada 2013 akibat dampak fiscal cliff. Dalam jangka pendek, Destry meyakini, fiscal cliff akan menyebabkan kontraksi dalam tubuh perekonomian Amerika Serikat (AS). Dampaknya konsumsi masyarakat dan investasi akan berkurang.

Perlambatan ekonomi domestik Negeri Paman Sam secara langsung akan mengurangi permintaan terhadap komoditi ekspor Indonesia, salah satunya karet yang mempunyai kontribusi terbesar. Sebagai gambaran lima besar ekspor komoditas Indonesia ke AS pada 2011 di antaranya karet dan barang dari karet (20,8%), barang-barang rajutan (13%), pakaian jadi bukan rajutan (13%), mesin/peralatan listrik (7,8%), dan bahan bakar mineral (5%). Untuk mengatasi perlambatan, Indonesia harus bisa mencari alternatif baru negara tujuan ekspor karet.

(20)

20 BAB III KESIMPULAN

Karet memiliki potensi untuk industri yang besar. Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan yang cukup luas untuk mengembangkan lahan industri karet, khususnya karet alam. Indonesia berpotensi menjadi produsen karet alam terbesar di dunia. Pada tahun 2005, Indonesia memiliki surplus dari industri karet sebesar $ 2,9 juta, dan industri ini akan semakin berkembang. Walaupun industri karet alam masih dibawah karet sintetik , tetapi karet sintetik sangat bergantung terhadap harga minyak dunia, sedangkan karet alam selalu memiliki harga yang relatif stabil. Hal ini yang mendorong Indonesia harus mengembangkan industri karet alam.

Tentunya kemajuan teknologi dan manajemen industri yang baik dibutuhkan. Teknologi yang tinggi dapat meningkatkan produksi karet alam, dapat menghasilkan lateks yang lebih murni dan berkualitas baik. Kayu karet juga merupakan salah satu kayu tropis yang memenuhi persyaratan ekolabeling karena komoditi ini dibudidayakan (renewable) dengan kegunaan yang cukup luas, yaitu sebagai bahan baku perabotan rumah tangga, particle board, parquet, MDF (Medium Density Fibreboard) dan lain sebagainya.

Pemerintah sebagai pihak yang memegang kebijakan wajib mengayomi masyarakat petani karet dengan kebijakan kebijakan yang mendorong produksi mereka. Contohnya yang sudah ada, koperasi koperasi yang diatur sesuai peraturan pemerintah. Namun, standardisasi masih menjadi kendala, akibatnya produk Indonesia akan kalah bersaing dengan produk asing. Masih banyak aspek yang harus dikembangkan untuk meningkatkan produksi karet alam Indonesia , mulai dari kesejahteraan petani, standarisasi, kebijakan pemerintah dan teknologi produksi.

(21)

21

DAFTAR PUSTAKA

 Anwar, Chairul. 2001. Manajemen Dan Teknologi Budidaya Karet. Medan : Pusat Penelitian Karet

 Gambaran Sekilas Industri Karet. 2007. Departemen Perindustrian  Majalah Hevea Edisi 4, Pusat Penelitian Karet Indonesia.

 Setyamidjaja, Djoehana. 1993. Seri Budi Daya Karet. Jogjakarta : Kanisius  Tim Penulis PS. 2008. Panduan Lengkap Karet. Depok : Penebar Swadaya  Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat (tahun 1996, edisi ke-2)

 Pusat Penelitian Karet.2005.Pengelolaan Bahan Tanan Karet. Sembawa : Pusat Penelitian Sembawa

 Http://Fizi-Winners.Blogspot.Com/2011/05/Study-Kelayakan-Bisnis-Perkebunan-Karet.Html

Gambar

Gambar 1 Wilayah Potensial Industri Pengolahan Karet (Sumber: BKPM)

Referensi

Dokumen terkait

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bobot badan itik Magelang jantan dan betina G2, yang merupakan hasil dari penimbangan itik jantan 113 ekor dan

Karena seorang siswa dengan kecerdasan logis matematis yang tinggi. tentunya dapat dengan mudah menyelesaikan

Di antara sesuatu yang menarik untuk ditelaah lebih jauh adalah adanya indikasi-indikasi yang realistis bahwa sistem pendidikan pesantren tetap bertahan (eksis) dan relevan,

So, It indicates that using the bacteriophage as a natural anti microbe to Decrease salmonella on food and environmental was safety.. Keyword: Bacteriophage, safety,

Yang terhormat Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama ini kepada penulis sebelum

Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu pertumbuhan lilit batang TBM yang diukur dari TBM-1 sampai dengan TBM-4, tebal kulit dan anatomi kulit (jumlah cincin

Untuk mendapatkan data primer maka digunakan instrument penelitian, yaitu menyebarkan kuesioner berupa daftar pertanyaan yang berkaitan dengan kepuasan mahasiswa

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diprediksi bahwa hubungan kualitas aset dengan profitabilitas berpengaruh negatif signifikan karena semakin banyak kredit bermasalah