BAB I PENDAHULUAN
1.1. Pengertian Manajemen.
Definisi tentang manajemen yang dikemukakan oleh para ahli adalah berbeda –beda, tetapi pada pokoknya semua pendapat tersebut mempunyai
pengertian yang sama, perbedaan yang ada hanyalah terletak latar belakang keahlian masing-masing, sehingga tinjauan manajemennya berasal dari segi
yang berbeda-beda pula. Seperti misalnya, F.W. Taylor dikenal sebagai bapak manajemen moderen atau dikenal pula dengan nama manajemen ilmiah, Henry
Fayol mengemukakan teknikmanajemen dalam industri. Masalah keterpaduan seluruh karyawan merupakan kunci penting keberhasilan suatu produksi. R.
Owen menekankan pentingnya sumberdaya manusia yang bukan semata-mata sebagai mesin produksi, H. Emerson menekankan bahwa dalam manajemen
akal sehat atau common sense merupakan kunci yang penting.
Diantara definisi yang diberikan para ahli manajemen tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Stoner & Wankel: manajemen adalah proses merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi dan proses penggunaan sumberdaya organisasi untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi yang sudah ditetapkan.
2. Terry: Manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan
merencanakan, meng-organisasikan, menggerakkan sumberdaya manusia dan sumberdaya lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
mengorganisasi, mengarahkan, mengkoordinasikan serta mengawasi tenaga manusia dengan bantuan alat-alat untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.
1.2. Proses Manajemen
Dari definisi tentang manajemen tersebut, dapatlah diambil kesimpulan
bahwa manajemen mempunyai lima fungsi, yaitu: 1. Perencanaan.
2. Pengorganisasian 3. Pengarahan.
4. Pengkoordinasian 5. Pengawasan
Kelima macam fungsi manajemen ini sangat penting didalam menjalankan semua kegiatan. Semua ini dimaksudkan agar kegiatan apapun
yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Gambar 1-1 dibawah ini memperlihatkan bahwa mekanisme kerja dari fungsi-fungsi manajemen tersebut dimulai dari adanya keinginan, kebutuhan
serta informasi. Adanya keinginan dan kebutuhan (dalam hal inimisalkan keinginan kebutuhan pasar membutuhkan mineral tertentu) akan mendorong
seseorang/organisasi/perusahaan melakukan sesuatu (dalam hal ini melakukan eksplorasi). Maksud tersebut akan lebih terdorong untuk dilakukan bila mana
telah tersedia sejumlah informasi (kebutuhan pasar, mineral yang dikehendaki dapat diketemukan disuatu daerah X, dsb)
Informasi Keinginan Dan Kebutuhan Perencanaan Pengorganisasian Pengarahan Pengkoordinasian Pengawasan Tujuan
Gambar 1-1. Mekanisme kerja Fungsi-fungsi Manajemen
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sebuah organisasi/lembaga tentu mempunyai tujuan; penentuan tujuan sebaiknya
harus dibuat secara:
1. Spesifik: jelas apa yang ingin dicapai atau diperoleh
2. Realistis: bis dicapai dan bukan angan-angan
3. Terukur: memiliki ukuran-ukuran tertentu untuk menentukan keberhasilannya
4. Terbatas waktu: mempunyai batas waktu sebagai target kapan tujuan tersebut harus bisa dicapai
Dan untuk mencapai tujuan tersebut perlu dibuat perencanaan terlebih
1. Apa
2. Bagaimana
3. Mengapa
4. Kapan akan dilaksanakan.
Kemudian ditetapkan siapa yang akan melakukan, bagaimana pembagian kerjanya, bagaimana wewenang, tanggung jawab serta pertanggung
jawaban masing-masing kegiatan (pengorganisasian)
Karena pelaksana organisasi terdiri dari orang-orang yang mempunyai
berbagai macam keinginan, kebutuhan serta pola berfikir yang berbeda-beda walaupun telah diorganisir didalam wadah organisasi belum tentu kegiatan
seseorang searah dengan yang lain, oleh karena itu perlu diadakan
pengarahan agar masing-masing bersedia menyumbangkan tenaganya
semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Jadi untuk mencapai tujuan harus ada kegiatan, dalam mana kegiatan-kegiatan yang sama disatukan didalam suatu wadah yang disebut
fungsi, tentu saja fungsi yang harus dilakukan banyak dan berbeda-beda. Oleh karena itu fungsi-fungsi yang berbeda-beda ini perlu dikoordinasikan
sedemikian rupa agar supaya tidak terdapat kontradiksi antara fungsi yang satu dengan yang lainnya untuk menuju sasaran yang sama.
Sebuah rencana yang telah ditetapkan saat ini dimaksudkan untuk dilaksanakan pada waktu mendatang. Keadaan/waktu yang akan datang akan
penuh dengan ketidak pastian yang sering menimbulkan berbagai akibat dan penyimpangan, sehingga hasil kerja yang telah dicapai tidak sesuai dengan apa
yang telah direncanakan. Untuk menjaga agar penyimpangan yang terjadi tidak terlampau jauh dari rencana, maka perlu diadakan pengawasan/pengendalian.
BAB II. KONSEP MANAJEMEN EKSPLORASI MINERAL
2.1. Umum
eksplorasi mineral merupakan suatu usaha ekonomi, sehingga
pertimbangan ekonomi adalah sangat penting. Dalam setiap kegiatan ekonomi perencanaan teknis merupakan hal yang mutlak. Setiap usaha ekonomi
memerlukan suatu perencanaan yang cermat dari segi biaya dan perhitungan untung rugi.
Berdasarkan dari pengertian tersebut diatas suatu eksplorasi juga memerlukan suatu manajemen seperti halnya dengan usaha-usaha lainnya
dalam bidang ekonomi lainnya.
2.2. Eksplorasi Sebagai Usaha Ekonomi Beresiko Tinggi.
Berbeda dengan usaha ekonomi lainnya, eksplorasi adalah suatu
aktivitas ekonomi yang beresiko tinggi, sehingga memerlukan perencanaan yang seksama untuk meminimalkan resiko dan menekankan pada manfaat
biaya (cost benefit). Resiko ini adalah resiko geologi, resiko teknologi, resiko ekonomi (pasar) dan resiko politik. Semua jenis resiko ini harus diperhitungkan
sebelum diputuskan untuk melaksanakan suatu suatu proyek eksplorasi.
Dalam diklat manajemen eksplorasi sumberdaya mineral ini yang akan
dibahas dibatasi hanya pada resiko geologi, karena resiko inilah yang paling besar dan merupakan faktor dalam membuat keputusan.
Untuk menghadapi resiko tersebut ada beberapa paradigma yang dihadapi. Salah satu paradigma yang terpenting dalam eksplorasi adalah
adanya pentahapan dimana pada ahir suatu tahap dilakukan suatu keputusan; dilanjutkan atau tidak. Ini disebabkan karena biaya eksplorasi akan meningkat
sesuai dengan masuknya ke tingkat berikutnya. Tingkat berikutnya harus mempunyai peluang yang lebih besar dan resiko yang lebih kecil.
Dengan demikian eksplorasi merupakan suatu urutan atau rentetan kegiatan yang bertujuan menciutkan/memperkecil daerah penyelidikan dengan
meningkatkan peluang untuk menemukan obyektif dengan dibarengi dengan memperkecil resiko kegagalan, sehingga dapat menggunakan metoda
eksplorasi yang lebih dapat dipercayai. Paradigma yang ada dijadikan dasar dalam menyusun apa yang disebut strategi eksplorasi yang menyangkut
bagaimana menentukan urutan dan rentetan kegiatan eksplorasi untuk memperkecil resiko kegagalan dan meningkatkan peluang untuk keberhasilan.
2.3. Unsur Peluang Dalam Eksplorasi.
Dengan adanya resiko tinggi dari eksplorasi sudah barang tentu ada peluang untuk diketemukan. Dalam merencanakan suatu program eksplorasi
peluang ini yang harus diperhitungkan, dan harus tercermin dalam anggaran eksplorasi. Jika peluang itu kecil maka badgetnyapun kecil dan sebaliknya
Berbagai metoda untuk menghitung peluang telah dikembangkan, antara lain dengan menggunakan apa yang disebut model eksplorasi.
2.4. Eksplorasi Sebagai Sistem Operasi.
Perlu disadari bahwa pelaksanaan eksplorasi itu melibatkan pengerahan sumberdaya manusia dari berbagai keahlian dan keterampilan,
peralatan eksplorasi dan mesin-mesin pendukung untuk berbagai kegiatan utama maupun pendukung kususnya transportasi. Hal-hal ini tentu melibatkan
dana yang besar, suatu organisasi yang memadai dan terkoordinasi, sehingga kegiatan berjalan dengan efektif, efisien dan manfaat biaya.
Suatu usaha eksplorasi moderen melibatkan pemikiran yang kreatif, penggunaan metoda-metoda pengambilan data yang canggih, seperti teknik
indra jauh, survey teknik geofisika udara maupun darat dan laut, maupun survey geology, serta pengerahan perlengkapan perlengkapan dan sumberdaya
manusia yang melibatkan masalah transportasi dalam lingkungan yang kurang menguntungkan atau logistik serta masalah-masalah lain yang melibatkan
sejumlah dana besar sampai jutaan dolar Amerika.
Efektifitas dari suatu usaha eksplorasi merupakan fungsi dari strategi,
dana, personil, taktik dan cara-cara evaluasi. Untuk ini maka suatu strategi kusus harus dikembangkan dimana pemahaman yang baik mengenai
proses-proses dan respons dari gejala mineralisasi merupakan titik tolaknya, untuk dapat memperbaiki peluang untuk diketemukan.
Sebagai suatu usaha ekonomi, perancangan eksplorasi harus memenuhi tiga persaratan utama, yaitu:
1. Efektif, berarti penggunaan waktu, tenaga dan terutama penggunaan metoda/peralatan yang sesuai dengan sasaran eksplorasi.
2. Efisien, berarti harus seekonomis mungkin tanpa mengorbankan efektivitas, dengan prinsip biaya yang serendah-rendahnya untuk dapat menghasilkan
hasil yang setinggi mungkin.
nilai tambah yang cukup besar dengan memperhitungkan biaya yang dikeluarkan untuk eksplorasi maupun produksi yang dianggap sebagai
investasi dan terutama dibandingkan dengan resiko yang akan dihadapi.
Sebagai suatu sistem operasi maka perencanaan suatu program eksplorasi hanya bisa dilakukan jika diketahui:
1. APA YANG HARUS DICARI? (formulasi obyektif serta spesifikasinya, dan juga bentuk serta sifat-sifat geologi, fisika maupun kimiawi yang berpeluang
dapat dideteksi)
2. DIMANA HARUS DICARI? (pada lingkungan geologi yang bagaimana yang
menurut pengetahuan ilmu geologi paling berpeluang untuk diketemukan) 3. BAGAIMANA CARA MENCARINYA? (strategi pentahapan serta metoda
yang dipakai).
4. BERAPA NILAI EKONOMI DARI CADANGAN YANG AKAN DIKETEMUKAN.
5. BERAPA NILAI PENCARIANNYA.
BAB III. STRATEGI, TAHAP DAN MODEL EKSPLORASI.
3.1. Staregi Eksplorasi
Starategi eksplorasi adalah ilmu perencanaan dan pengarahan kegiatan
eksplorasi bersekala besar untuk mendapatkan daerah yang sangat favorabel akan terdapatnya cebakan mineral atau akumulasi hidrokarbon sebelum
pencarian yang sesungguhnya.
Menurut Pretorius (1968), yang dimaksud strategi eksplorasi adalah
menggeluti permasalahan mengenai apa yang akan dicari, dimana mencarinya, dan bagaimana cara mencarinya, dan ini berkisar seputar pengaruh dari
teori-teori genetik atau model cebakan dan hipotesa target dari penemuan di masa yang akan datang.
3.1.1. Kepentingan strategi dalam eksplorasi.
Ada aspek-aspek yang diperlukan dalam eksplorasi, untuk dapat mendekati keberhasilan dalam mencapai tujuan eksplorasi, aspek-aspek yang
memerlukan strategi tersebut adalah: 1. Aspek peluang atau probabilitas:
Tidak unsur kepastian dalam eksplorasi, yang ada hanyalah peluang dan probabilitas.
2. Aspek pertaruhan dengan resiko sangat tinggi:
Dalam suatu usaha ekonomi tidak ada suatu usaha yang beresiko sangat
tinggi seperti dalam eksplorasi mineral atau minyak dan gas-bumi. Resiko ini terus menerus menghantui sukses dari suatu usaha eksplorasi, sehingga
pada setiap saat harus diambil keputusan apakah usaha ini dilanjutkan atau tidak.
3. Aspek parameter geologi yang tidak diketahui sebelumnya.
Salah satu masalah dalam eksplorasi adalah bahwa sebelum aktivitas
eksplorasi berlangsung tidak semua parameter geologi sebagai syarat keberadaannya suatu cebakan mineral dapat diketahui, bahkan mungkin
saja ada para meter yang tidak berlaku.
4. Aspek keberadaan data yang merupakan situasi sesaat.
Keberhasilan eksplorasi sangat tergantung dari kondisi atau situasi geologi yang ada, atau lebih tepat lagi penafsiran geologi dari suatu daerah
berkembang dengan adanya kemuncullan data baru, karena penafsiran ini bersifat induktif akumulatif.
5. Aspek kegagalan salah satu aktivitasnya.
Dalam eksplorasi dapat terjadi salah satu metoda eksplorasi tidak
menghasilkan gejala geologi yang diharapkan hadir, sehingga harus diputuskan langkah berikutnya.
3.1.2. Tujuan Strategi.
Tujuan strategi menurut Griffits (1967), adalah bagaimana mengarahkan semua usaha untuk mencapai sasaran eksplorasi yang dilaksanakan dengan
perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian semua unsur dalam suatu sistem penyerangan.
Namun tujuan terpenting dalam strategi adalah dari segi ekonomi, yaitu: 1. Efisiensi: mencapai sasaran dengan biaya dan waktu seminimal mungkin
2. Efektivitas: penggunaan metoda atau teknologi secara efektif.
3. manfaat biaya dari penggunaan metoda eksplorasi: suatu gejala geologi
yang menjadi petunjuk dapat saja dieksplorasidengan suatu metoda tertentu secara akurat, tetapi biayanya sangat mahal. Mungkin saja dipilih metoda
yang kurang akurat tetapi cukup baik dengan biaya yang lebih murah. Hal ini terutama juga tergantung dari besarnya nilai obyektif yang diharapkan.
Misalnya dalam eksplorasi minyak dan gasbumi, penggunaan seismik yang mahal sering digunakan pada tahap awal dari suatu program eksplorasi,
tetapi dalam eksplorasi batubara yang menggunakan petunjuk geologi yang sama, survey seismik jarang dilakukan, kecuali jika hasilnya akan sangat
menguntungkan, misalnya menghindari masalah-masalah penambangan dikemudian hari yang dapat mengakibatkan biaya operasijauh lebih mahal
lagi.
4. Memperkecil Resiko: strategi eksplorasi ditujukan untuk memperkecil resiko
untuk menderita kerugian besar. Untuk ini harus memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan setiap saat apakah usaha ini dilanjutkan atau
tidak atau mengambil alternatif lainnya sebelum suatu kerugian besar terjadi.
3.1.3. Faktor Pertimbangan eksplorasi.
Strategi eksplorasi juga tidak akan lepas dari Faktor-faktor yang dapat
berpengaruh terhadap pelaksanaan eksplorasi, faktor-faktor tersebut adalah: z Potensi Resources
z Kondisi Geologi
z Politik
z Peraturan pemerintah setempat z Perijinan
z Transportasi hasil eksploitasi z Biaya
3.1.4. Progam Eksplorasi Mineral Regional
Strategi untuk Keberhasilan suatu eksplorasi juga tergantung dari
program perencanaan kerjanya yang dibuat, adapun program tersebut adalah sebagai berikut:
Pemilihan (Selection) ¾ Pertimbangan keuangan
◊ tersedia untuk perioda > 5 thn ¾ Pemilihan mineral
◊ sesuai demand ¾ Pemilihan area
◊ sesuai dengan mineral interest ¾ Pertimbangan metoda yang diinginkan
◊ studi literatur; pemetaan geologi pendahuluan; foto udara pendahuluan; prospektor; aerial fotografi; airborne geophysisc;
ground geophysis; survei geokimia; pemboran; petrological & ore dressing investigation
Rencana (Planning)
¾ Organisasi personil eksplorasi ¾ Penerapan metoda yang dipilih
◊studi pustaka
◊interpretasi foto udara yang tersedia ◊peninjauan kondisi geologi di lapangan ◊peninjauan dari udara
◊pemetaan geologi
◊pemanfaatan tenaga prospektor (pencari) ◊survei airborne dan ground geofisika ◊survei geokimia
◊pemboran
◊analisa petrologi & pemisahan bijih
Laporan (Reporting)
¾ Laporan perkegiatan eksplorasi secara khusus ◊ periodik : tiap minggu
◊ final ◊ khusus
¾ Laporan semua aktifitas eskplorasi
◊ periodik : tiap bulan ◊ periodik : tiap tahun
Tenaga ahli (Technical staff) ¾ Field geologist & geophysics ¾ Office geologist
¾ Chief geologist
Field organization (Struktur Organisasi Lapangan ¾ Personil
◊ geologist + asisten geologist ¾ Fasilitas base camp di lapangan
◊ penginapan (ruang tidur personil) ◊ dapur + ruang makan
◊ ruang rekreasi/istirahat ◊ penerangan + air + sanitasi ¾ Kendaraan (mobil + pesawat)
◊ mobilitas kegiatan survei
◊ transportasi kebutuhan base camp ¾ Radio komunikasi
Mining laws (Peraturan pertambangan)
¾ Pengetahuan tentang peraturan yang berlaku: lokal & regional
◊ chief geologist
Periodical review (review secara periodik)
¾ Pengeluaran biaya
¾ Hasil kegiatan eksplorasi
3.2. Tahap Eksplorasi
Untuk melaksanakan kegiatan eksplorasi supaya mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginan/tujuan dibutuhkan beberapa tahapan dalam
pelaksanaannya, adapun tahapan dalam eksplorasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penyelidikan umum.
Dalam penyelidikan umum ini terdiri dari 2 tahap, yaitu: a. Survei tinjau:
Tahap penyelidikan umum untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan bahan galian pada skala regional, terutama
berdasarkan hasil studi regional, diantaranya pemetaan geologi, pemotretan udara dan metoda tidak langsung llainnya, dan peninjauan
lapangan pendahuluan yang penarikan kesimpulannya berdasarkan ekstrapolasi dari data yang ada
b. Prospeksi
Tahap penyelidikan umum untuk membatasi daerah potensi endapan bahan galian dengan kategori sumber daya tereka, yang menjadi tahap
2. Eksplorasi
terdiri dari dua tahap, yaitu:
a. Eksplorasi umum.
Tahap eksplorasi yang merupakan deliniasi awal dari suatu endapan
yang teridentifikasi, berdasarkan indikasi sebaran, perkiraan awal mengenai ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas, untuk
mendapatkan sumber daya tertunjuk. Tingkat ketelitiannya harus dapat digunakan dalam penentuan untuk dilakukukannya tahap eksplorasi rinci
atau tidak b. Eksplorasi rinci
Kegiatan eksplorasi dengan mendelliniasi secara rinci dalam 3 dimensi terhadap endapan bahan galian untuk dapat menentukan sumber daya
terukur. Tahap ini dilakukan sebelum dilakukan studi kelayakan tambang
3.3. Model Eksplorasi.
Kegiatan eksplorasi memerlukan managemen yang efisien, mulai dari
pemilihan model geologi, serta pemilihan metoda eksplorasi serta memperkerjakan geologist dan geo-sicience lain dengan berbagai latar
belakang pendidikan dan pengalaman untuk menemukan “ ore “ dengan biaya sedikit, tapi mendapatkan hasil yang maksimum dalam waktu yang sesingkat
mungkin.
Eksplorasi adalah suatu kegiatan bisnis dengan subjek penelitian. Di
bawah ini adalah sebuah model tahapan eksplorasi (SEM, Sequential Exploration Model) yang dapat digunakan sebagai batasan kegiatan eksplorasi.
SEM adalah urutan dari kegiatan eksplorasi dengan diakhiri penentuan keputusan pada setiap akhir tahapannya, dimana setiap tahap akan membawa
ke makin berkurangnya resiko kegagalan eksplorasi dan makin meningkatnya biaya eksplorasi (gambar 3.1).
Model urutan kegiatan eksplorasi ini terdiri atas tujuh tahap, setiap tahap diakhiri dengan keputusan diteruskan (“go”) atau tidak (“no go”). Keputusan
untuk meneruskan harus dibarengi dengan data yang cukup serta adanya dana dan strategi untuk meneruskan tahapan berikutnya. Ke-tujuh tahapan itu
adalah :
1. Regional Study; tahap ini meliputi kegiatan pengumpulan data regional
(yang telah ada ) seperti laporan pendahuluan, peta-peta, pustaka, studi geofisik dan geokimia, foto udara dan citra satelit, serta teori metalogenik.
Akhir dari tahap ini adalah bisa memilih (menentukan) daerah untuk studi lapangan. Tahapan ini bisa menghabiskan waktu 1-2 tahun.
2. Area Selection; meliputi kegiatan studi lapangan regional untuk mencek
data regional; pilot studi atau survey geokimia dan geofisik; akhir dari
kegiatan ini adalah merekomendasikan untuk melakukan eksplorasi pada satu daerah anomali. Waktu 1-2 tahun.
3. Target Anomali; (rank anomaly) termasuk pemetaan geologi detail
(trenching dan pitting); reconnaissance geofisik dan geokimia survey;
mengevaluasi daerah anomali untuk pekerjaan lebih detail; me-rangking daerah anomali serta mempersiapkan anggaran untuk tahapan berikutnya.
4. Prospect Generation; (rank prospect) meliputi kegiatan detail pemetaan;
geofisik, geokimia, pitting, trenching; menentukan daerah mineralisasi dan
memperkirakan jumlah dan kadar cadangan daerah prospek; me-rangking daerah prospek untuk prioritas eksplorasi selanjutnya serta menentukan
anggaran dan tahap eksplorasi yang akan dilakukan kemudian. Waktu 1-2 tahun.
5. Sizing up the Prospect; (grid prospect) meliputi kegiatan pemetaan dan
sampling detail melalui pemboran dan pitting untuk menentukan gambaran
kasar dari volume dan kadar dari mineralisasi yang bernilai ekonomis; test laboratorium untuk kebutuhan metalurgi, serta asesoris logam atau mineral
sebagai ekstra dari mineral utama; me-rangking daerah prospek dan membuat anggaran serta program untuk tahap lanjutan serta
mempersiapkan untuk pemboran inti sedalam beberapa ratus meter. Waktu 1-2 tahun.
6. Evaluation; merupakan tahapan yang paling mahal, meliputi kegiatan
pemboran inti, pitting, trenching dan analisis sampel; bulk sampling dan
testing metalurgi; perhitungan oleh ahli tambang untuk kemungkinan kemampuan penambangan; perhitungan cadangan dan kadarnya. Waktu
1-2 tahun.
7. Feasibility Study; kegiatannya meliputi melakukan lebih banyak
pemboran inti; pembangunan bawah tanah untuk bulk sampling dan metalurgi testing serta pengolahan; menghitung nilai ekonomis mulai dari
biaya penambangan, pengolahan, transportasi, pembangunan mine site, dll. Juga meliputi studi politik dan sosial serta efek lingkungan. Tahap ini
diakhiri dengan keputusan untuk membuka tambang atau menutup kegiatan eksplorasi (gambar 1.2).
Dari uraian di atas SEM dapat dikelompokkan menjadi tiga tahapan, yaitu :
a. tahapan eksplorasi; berupa kegiatan reconnaissance, initial follow up, detail follow up
b. tahapan pengembangan; meliputi kegiatan feasibility study, konstruksi tambang
c. tahapan penambangan; meliputi operasional tambang
Setiap tahapan bertujuan :
Tahap 1 : untuk memilih lapangan (lokasi) penelitian;
Tahap 2 : untuk menentukan daerah anomali;
Tahap 3 : untuk memilih daerah sasaran untuk studi lebih lanjut;
Tahap 4 : untuk mendeterminasi keberadaan mineralisasi; Tahap 5 : untuk membatasi daerah penambangan,
untuk memperhitungkan cadangannya; Tahap 6 : untuk pembuktian cadangannya;
BAB IV. PENAFSIRAN DAN PENILAIAN DATA HASIL EKSPLORASI
4.1. Analisa dan Integrasi data hasil eksplorasi.
Kegiatan eksplorasi pada hakekatnya adalah usaha-usaha untuk mendapatkan data geologi yang diperlukan untuk penafsiran akan adanya
daerah-daerah yang berpeluang akan adanya cebakan mineral atau akumulasi migas.
Penafsiran geologi merupakan tahap hasil kegiatan eksplorasi yang merupakan hal yang mutlak dilakukan dan harus dilakukan secara terus
menerus selama kegiatan berlangsung. Penafsiran tersebut harus dilakukan secara menyeluruh dan berangsur memberikan hasil yang definitif akan ada
tidaknya suatu cebakan yang layak diusahakan secara komersial.
Hasil penafsiran geologi ini disimpulkan pada ahir setiap tahapan
eksplorasi, sehingga apakah diketemukan diketemukan daerah-daerah yang lebih kecil yang jauh lebih memungkinkan didapatkannya suatu cebakan yang
sesuai dengan obyektif dari program eksplorasi dan dapat dilakukan keputusan apakah tahapan berikutnya akan dilanjutkan atau tidak.
Semakin berlanjut tahapannya, semakin menciut daerah eksplorasinya, semakin canggih metoda explorasinya dan semakin biayanya, engan demikian
resikonya harus semakin kecil dan berarti penafsiran geologinya harus lebih tepat dan teliti
4.2. Pemilihan dan penilaian sasaran.
Tujuan ahir dari suatu kegiatan eksplorasi adalah diketemukannya
sasaran eksplorasi atau lazim juga disebut prospek untuk ditindak lanjuti pada eksplorasi detail dengan berbagai metoda sehingga diketemukan suatu cebakan
mineral. Biasanya diketemukan lebih dari satu sasaran, sehingga terjadi masalah mana yang harus ditindak lanjuti terlebih dahulu. Adalah menjadi suatu
strategi eksplorasi untuk melakukan penilaian atau lebih tepat lagi “rangking” terhadap sasaran-sasaran ini, mana yang mempunyai rangking atau prioritas
lebih dulu.
4.3. Penyusunan dan kriteria rangking sasaran eksplorasi.
Banyak berbagai metoda dikembangkan untuk menyusun rangking
sasaran eksplorasi, namun ada 3 (tiga) hal yang sering dijsdikan keputusan sasaran eksplorasi mana yang didahulukan untuk ditindak lanjuti, yaitu:
1. peluang geologi.
2. Peluang besarnya cadangan.
3. Kesampaian daerah.
Keputusan ini juga tergantung dari strategi eksplorasi yang dianut, yang juga tergantung dari kebijaksanaan perusahaan. Kebijaksanaan (policy) dari
perusahaan didasarkan pada dana yang tersedia, masalah jangka waktu serta jenis kontrak dengan pemerintah dan para pemegang saham. Para pemegang
saham kecil pada umumnya menginginkan hasil yang cepat, sedangkan perusahaan multinasional waktu ada dipihaknya. Kadang-kadang kesampaian
daerah merupakan faktor penting, tetapi dapat juga peluang untuk mendapatkan cadangan besar adalah faktor penting. Adakalanya bagi perusahaan baru di
daerah eksplorasi ini ingin memantapkan dulu keberadaannya dengan diketemukan suatu cebakan mineral dengan cadangan mineral yang dapat
diproduksi, terutama untuk menetapkan (establish) keberadaan cebakan mineral di daerah kuasa pertambangannya. Dalam hal ini peluang geologi dan
kesampaian daerah merupakan faktor penting dalam pemilihan/seleksi sasaran.
4.3.1. Ranking peluang geologi.
Ranking ini ditentukan dengan berbagai kriteria geologi, yang tidak lain
adalah petunjuk-petunjuk geologi. Namun ranking tersebut juga ditentukan oleh jenis atau model cebakannya, karena pada umumnya sasaran yang
diketemukan itu lebih dari satu jenis model.
1. Jenis atau model geologi detail dari sasaran yang diketemukan.
Masing-masing model ini diberikan nilai bobot secara kwantitatif. Selain itu berbagai jenis model ini dapat pula mencerminkan besaran dari cadangan
yang diharapkan. Contoh: suatu prospek dari model “porphyri copper” akan menghasilkan cadangan yang lebih besar dibandingkan dengan suatu
prospek model “copper bearing vein”
2. Petunjuk atau kriteria geologi yang diperlihatkan oleh masing-masing model.
Kehadiran masing-masing kriteria itu diberikan angka bobot. Tentu berbagai model cebakan mempunyai kriteria yang mempunyai bobot yang berlainan.
3. kekuatan dari anomali geofisika dan geokimia yang diperlihatkan sasarn yang dikemukakan. Kekuatan anomali juga dapat diberikan nilai bobot.
4.3.2. Peluang besarnya cadangan.
Peluang ini didasarkan pada volume/besarnya cadangan yang
didapatkan dalam kegiatan eksplorasi.
4.3.3. Kesampaian daerah.
Kesampaian daerah yang dijadikan faktor utama dalam menindak lanjuti
hasil kegiatan eksplorasi yang telah dilaksanakan.
4.4. Rekonstruksi dan penafsiran data geologi.
Penafsiran data geologi untuk penilaian penambangan memerlukan:
4.4.1. Pemrosesan dan Penyajian data.
1. Representasi data yang diamati pada:
a. Permukaan. b. Terowongan
c. Log pemboran. Memerlukan:
1. ketelitian
2. jenis dari data: Quantitatif (hitungan) dan Qualitatif (interpretasi)
Masalah: tidak semua data dapat dicantumkan pada peta: 1. data-data yang relevan saja.
2. dipergunakan overlays
untuk penafsiran data-data keras harus diperlihatkan secara jelas.
1. pada denah/peta 2. pada penampang.
Lobang bor, terowongan, singkapan harus diperlihatkan, demikian juga dengan cut of grade, peta assay.
Penafsiran data geologi.
Data-data hasil usaha eksplorasi tidak bermanfaat kalau tidak dilakukan penafsiran geologi. Ada kecendrungan bahwa hasil dari pemboran itu hanya
ditafsirkan dari segi pertambangan belaka, kususnya hanya menafsirkan ada tidaknya cebakan mineral saja dan mengabaikan prinsip geologi, dengan
dalih bahwa yang dicari itu bentuk serta besarnya cadangan saja dan sering dilupakan bahwa suatu cebakan mineral itu adalah suatu obyek geologi.
4.4.2. Korelasi/penerusan data.
Dasar-dasar untuk korelasi ini adalah: 1. prinsip-prinsip geologi yang telah dipelajari.
a. prinsip kesinambungan b. prinsip stratigrafi
c. prinsip intrusi d. prinsip struktur
e. prinsip ketidak selarasan.
2. berdasarkan origin dari endapan mineral tersebut yang telah didapatkan
pada studi singkapan, studi pola struktur, petrografi, mineralogi dan sebagainya, serta pengendali-pengendali geologinya.
3. berdasarkan pengalaman dan proyeksi dari 1 level ke level yang lain koreksi penerusan data tidak boleh dilakukan tanpa prinsip.
4.4.3. Tugas utama/ahir.
Menggambarkan bentuk cebakan mineral seteliti mungkin dalam
bentuk:
1. dalam bentuk peta
2. dalam bentuk penampang 3. dalam blok diagram
DAFTAR PUSTAKA.
Adjat Sudrajat,1999, TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN SUMBERDAYA MINERAL, Penerbit ITB Bandung.
Andrew H.White,1997, MANAGEMEN OF MINERAL EKSPLORATION, printed by RossCo Print, Preston, Victoria Australia.
Basu Swasta, Ibnu Sukotjo,1999, PENGANTAR BISNIS MODERN, Liberty, Yogyakarta.
Koesoemadinata,..., GEOLOGI EKSPLORASI, Catatan Kuliah, Penerbit ITB Bandung.
..., EKSPLORASI GEOKIMIA, catatan kuliah, Jurusan teknik geologi Universitas Padjadjaran Bandung.