• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian Hukum Tata Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bagian Hukum Tata Negara"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

PERANAN DPRD PROVINSI DALAM PENGUSULAN PEMBERHENTIAN GUBERNUR SEBAGAI KEPALA DAERAH MENURUT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

OLEH:

PEBRIAN PRADANA PUTRA 1010012111140

Bagian Hukum Tata Negara

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG 2015

(2)
(3)

1 PERANAN DPRD PROVINSI DALAM PENGUSULAN PEMBERHENTIAN GUBERNUR SEBAGAI KEPALA DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN

DAERAH

Pebrian Pradana Putra1, Boy Yendra Tamin1, Sanidjar Pebrihariati1 Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta

Email: pebrianpradanaputra@gmail.com ABSTRAK

DPRD has a working relationship that is equal in status and is partnering with the Governor. If the governor violated the oath of office and misconduct, the governor may be removed at the suggestion of the Provincial DPRD. Formulation of the problem: 1) How are the duties and authority of the Provincial DPRD the dismissal of the Governor as the head of the region according to Law No. 23 Year 2014 on Regional Government? 2) What is the mechanism of the dismissal of the governor as head of the region according to Law No. 23 Year 2014 on Regional Government? This type of research is normative research. Source of data used is secondary data. The collection of legal materials was done by using document study. Legal materials from the study documents analyzed qualitatively. Results of the study are: 1) the Provincial DPRD has the duty and authority that chose the governor in the event of a vacancy to continue the remainder of the term, proposing the appointment and dismissal to the President through the Minister for approval the appointment and dismissal as well as in the process of dismissal of DPRD is also giving consideration to the verdict Supreme Court. 2) The mechanism dismissal of the Governor is based on the decision of the Supreme Court on the opinion of the Provincial DPRD that the head of the region expressed violated the oath / pledge of office, not obligations, the opinion of the Provincial DPRD which will be the basis for the decision of the Supreme Court concerning the dismissal of the governor decided by the Plenary Session of the Provincial DPRD, the Court Supreme examine, and decide upon the opinion of the Provincial DPRD no later than 30 days, the President dismiss the governor no later than 30 days after receiving the proposal for dismissal of the leadership of the Provincial DPRD.

Kata Kunci: DPRD Provinsi, Pemberhentian, Gubernur.

A. Pendahuluan

Dalam ketentuan Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (selanjutnya disebut Undang-Undang Pemda), menyatakan bahwa Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Philipus M.Hadjon mengemukakan “desentralisasi mengandung makna bahwa wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan tidak semata-mata dilakukan oleh pemerintah pusat, melainkan dilakukan juga oleh

(4)

satuan-2 satuan pemerintahan yang lebih rendah

baik dalam bentuk satuan teritorial maupun fungsional. Satuan-satuan pemerintahan yang lebih rendah diserahi dan dibiarkan mengatur dan mengurus sendiri sebagian urusan pemerintahan”.1

Penyelenggaraan pemerintahan daerah tidak terlepas dari penyelenggaraan pemerintahan pusat, karena pemerintahan daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan pemerintahan Negara. Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, termasuk asas-asas penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang pemerintahan daerah.

Menurut Inu Kencana Syafei, menyebutkan bahwasanya asas adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang dianggap kebenaran, yang menjadi tujuan berfikir dan prinsip yang menjadi pegangan. Dengan demikian yang menjadi asas pemerintahan adalah dasar dari suatu sistem pemerintahan seperti ideologi suatu bangsa, falsafah hidup dan konstitusi yang membentuk sistem pemerintahan.2

1

Ahmad Makfud, Desentralisasi dan

Dekonsentrasi,http://paulnumerouno.blogspot.com/

2012/02/htn-desentralisasi-dan-dekonsentrasi.html, diakses pada tanggal 26 November 2014 pukul 21.35 wib.

2Inu Kencana Syafiie, 2011, Sitem Pemerintahan

Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, hlm 69.

Dalam hubungan antara Pemerintah Daerah dengan DPRD mempunyai hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat kemitraan. Kedudukan yang setara bermakna bahwa diantara lembaga pemerintahan daerah itu memiliki kedudukan yang sama dan sejajar, artinya tidak saling membawahi.

Untuk penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan DPRD. Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah, untuk provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati, dan untuk kota disebut walikota.

Dalam melaksanakan jabatan kepala daerah, gubernur haruslah melaksanakan tugas sesuai dengan aturan dan wewenang yang diberikan berdasarkan undang-undang pemerintahan daerah. Apabila gubernur melanggar sumpah jabatan, dan melakukan perbuatan tercela, gubernur dapat diberhentikan oleh DPRD provinsi, ini ditegaskan dalam Pasal 78, Pasal 79, dan Pasal 80 Undang-Undang Pemda.

Apabila dilihat substansi dan spirit yang terkandung dalam otonomi daerah, kebijakan otonomi daerah merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kualitas pelayanan

(5)

3 publik, maupun mengembangkan budaya

demokrasi di tingkat lokal. Hal tersebut didasari argumentasi bahwa pada saat kesejahteraan masyarakat dan proses kehidupan demokrasi ditingkat lokal sudah mencapai tahapan yang lebih maju, maka secara akumulatif diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Secara empirik, di Indonesia telah sering terjadi perubahan perundang-undangan yang mengatur tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah, namun saat ini masih terjadi multi interpelasi baik di tingkat lokal/daerah maupun distingkat pusat/antar departemen. Hal tersebut dapat dilihat melalui berbagai permasalahan yang timbul akibat perbedaan penafsiran terhadap undang-undang tentang pemerintahan daerah, maupun terbitnya peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang berbasis pada asas desentralisasi dan otonomi yang nyata, luas dan bertanggung jawab.3

Dengan disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tersebut serta dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti secara

3

Suryo Sakti Hadiwijoyo, 2011, Gubernur: Kedudukan, Peran Dan Kewenangannya, Graha

Ilmu, Yogyakarta, Kata Pengantar.

mendalam yang hasilnya penulis tuangkan dalam bentuk penelitian dengan judul “Peranan DPRD Provinsi Dalam Pengusulan Pemberhentian Gubernur Sebagai Kepala Daerah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah”.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas, agar penulisan skripsi terarah untuk mencapai suatu tujuan, maka penulis mengemukakan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah tugas dan wewenang DPRD Provinsi dalam pemberhentian Gubernur sebagai kepala daerah menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah?

2. Bagaimanakah mekanisme pemberhentian Gubernur sebagai kepala daerah menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang penulis kemukakan di atas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui tugas dan

wewenang DPRD Provinsi dalam pemberhentian Gubernur sebagai kepala daerah menurut

(6)

Undang-4 Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah.

2. Untuk mengetahui mekanisme pemberhentian Gubernur sebagai kepala daerah menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

D. Metode Penelitian

Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina, serta mengembangkan ilmu pengetahuan.4 Metode penelitian hukum yang digunakan adalah :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode hukum normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan kepustakaan atau disebut juga penelitian hukum studi dokumen.

2. Bahan Hukum

Sumber penelitian terdiri dari dua bahan hukum yaitu bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang dijadikan rujukan utama dari penelitian penulis. Dalam penelitian ini bahan hukum primer yang digunakan antara lain :

4

Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, 2012,

Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers, Jakarta,

hlm 23.

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2) Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

b. Bahan hukum sekunder

Merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder yang digunakan berupa buku-buku, artikel, makalah, dan bahan kepustakaan.

3. Teknik pengumpulan bahan hukum Teknik pengumpulan bahan dengan menggunakan studi dokumen, yaitu dengan mempelajari bahan-bahan kepustakaan atau literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini, studi dokumen yang digunakan antara lain yaitu menggunakan bahan hukum primer yaitu undang-undang, dan bahan hukum sekunder yaitu bahan kepustakaan atau buku-buku.

4. Analisa Data

Data yang telah diperoleh penulis berdasarkan studi kasus dokumen, maka analisa data dilakukan secara kualitatif,

(7)

5 yaitu dengan mengelompokkan data

menurut aspek-aspek yang diteliti tanpa menggunakan angka-angka, tetapi berdasarkan pada peraturan perundang-undangan.

E. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Tugas Dan Wewenang DPRD Provinsi Dalam Pemberhentian Gubernur Sebagai Kepala Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Ada beberapa pengaturan yang sama dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 dan Undang-UndangNomor 23 Tahun 2014 seperti antara lain fungsi dan tugas DPRD, akan tetapi berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 lebih menjabarkan lebih lanjut mengenai apa saja fungsi-fungsi itu secara detail. Sebagai contoh, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 hanya menyebutkan fungsi DPRD yang terdiri dari fungsi legislasi (fungsi pembentukan perda), anggaran, dan pengawasan seperti yang disebut dalam Pasal 316 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014. Akan tetapi, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menguraikan lebih lengkap apa saja yang dimaksud dengan ketiga fungsi di atas, yakni:

1) Fungsi pembentukan Perda Provinsi dilaksanakan dengan cara yang

dijelaskan dalam Pasal 97 Undang-UndangNomor 23 Tahun 2014:

a. membahas bersama gubernur dan menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Perda Provinsi;

b. mengajukan usul rancangan Perda Provinsi; dan

c. menyusun program pembentukan Perda bersama gubernur.

2) Fungsi anggaran dilaksanakan dengan cara yang dijelaskan dalam Pasal 99 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014:

a. membahas KUA (Kebijakan Umum APBD) dan PPAS (Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara) yang disusun oleh gubernur berdasarkan RKPD; b. membahas rancangan Perda

Provinsi tentang APBD provinsi; c. membahas rancangan Perda

Provinsi tentang perubahan APBD provinsi; dan

d. membahas rancangan Perda

Provinsi tentang

Pertanggungjawaban APBD provinsi.

3) Fungsi pengawasan diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap yang dijelaskan dalam Pasal 100 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014:

a. pelaksanaan Perda provinsi dan peraturan gubernur;

(8)

6 b. pelaksanaan peraturan

perundang-undangan lain yang terkait dengan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah provinsi; dan

c. pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan laporan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Selanjutnya Tugas dan Wewenang DPRD provinsi yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang kemudian dirubah dalam ketentuan Pasal 101 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan, DPRD Provinsi mempunyai tugas dan wewenang yaitu:

a. membentuk Perda Provinsi bersama gubernur;

b. membahas dan memberikan persetujuan Rancangan Perda Provinsi tentang APBD Provinsi yang diajukan oleh gubernur;

c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda Provinsi dan APBD provinsi;

d. dihapus;

d1 memilih gubernur dan wakil gubernur dalam hal terjadi kekosongan jabatan untuk meneruskan sisa masa jabatan; e. mengusulkan pengangkatan dan

pemberhentian gubernur kepada Presiden melalui Menteri untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan danpemberhentian;

f. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah provinsi terhadap rencana perjanjian internasional di Daerah provinsi;

g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh Pemerintah Daerahprovinsi;

h. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban gubernur dalam penyelenggaraan PemerintahanDaerah provinsi;

i. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan Daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan Daerah provinsi; dan

j. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. F. Mekanisme Pemberhentian

Gubernur Sebagai Kepala Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Aturan mengenai usulan pemberhentian Gubernur sebagai kepala daerah di atas memperlihatkan bahwa peran DPRD Provinsi sesungguhnya sudah terlihat dengan diberikannya hak bagi pimpinan DPRD Provinsi untuk mengusulkan pemberhentian Gubernur

(9)

7 sebagai kepala daerah kepada menteri

untuk diteruskan kepada Presiden. Selanjutnya setelah diusulkan oleh pimpinan DPRD Provinsi atau Menteri Dalam Negari, maka pemberhentian Gubernur sebagai kepala daerah dilanjutkan dengan mekanisme sebagai berikut, Pertama, Pemberhentian kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah diusulkan kepada Presiden untuk gubernur dan/atau wakil gubernur berdasarkan putusan Mahkamah Agung atas pendapat DPRD Provinsi bahwa kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan, tidak melaksanakan kewajiban kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah.

Kedua, Pendapat DPRD Provinsi yang nantinya dijadikan dasar bagi putusan

Mahkamah Agung mengenai

pemberhentian Gubernur sebagai kepala daerah diputuskan melalui Rapat Paripurna DPRD Provinsi yang dihadiri oleh paling sedikit 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD Provinsi dan putusan diambil dengan persetujuan paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD Provinsi yang hadir;

Ketiga, Mahkamah Agung memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat DPRD Provinsi tersebut paling lambat 30 (tiga puluh) Hari setelah permintaan DPRD Provinsi diterima Mahkamah Agung dan putusannya bersifat

final;Apabila Mahkamah Agung memutuskan bahwa kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah terbukti melanggar sumpah/janji jabatan, tidak melaksanakan kewajiban kepala daerah dan wakil kepala daerah atau melanggar larangan bagi kepala daerah dan wakil kepala daerah, pimpinan DPRD Provinsi menyampaikan usul kepada Presiden untuk pemberhentian gubernur dan/atau wakil gubernur dan kepada Menteri.

Keempat, selanjutnya Presiden memberhentikan gubernur dan/atauwakil gubernur paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Presiden menerima usul pemberhentian tersebut dari pimpinan DPRD Provinsi namun jika pimpinan DPRD Provinsi tidak menyampaikan usul pemberhentian kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah paling lambat 14 (empat belas) hari sejak diterimanya pemberitahuan putusan Mahkamah Agung, maka Presiden akan memberhentikan gubernur dan/atau wakil gubernur berdasarkan atas usul Menteri Dalam Negeri.

Namun berbeda halnya jika DPRD tidak melaksanakan ketentuan untuk mengusulkan pemberhentian Gubernur sebagai kepala daerah maka Pemerintah Pusat memberhentikan Gubernur sebagai kepala daerah yang melanggar sumpah/janji jabatan kepala daerah/wakil kepala daerah, tidak melaksanakan

(10)

8 kewajiban kepala daerah dan wakil kepala

daerah, melanggar larangan dan melakukan perbuatan tercela. Untuk melaksanakan pemberhentian Pemerintah Pusat melakukan pemeriksaan terhadap Gubernur sebagai kepala daerah untuk menemukan bukti-bukti terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Gubernur sebagai kepala daerah. Hasil pemeriksaan tersebut disampaikan oleh Pemerintah Pusat kepada Mahkamah Agung untuk mendapat keputusan tentang pelanggaran yang dilakukan oleh Gubernur sebagai kepala daerah. Kemudian apabila Mahkamah Agung memutuskan bahwa Gubernur sebagai kepala daerah terbukti melakukan pelanggaran, Pemerintah Pusat memberhentikan kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah.

G. Simpulan

Dari uraian atau paparan diatas yang penulis buat, maka dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu :

1. Tugas dan Wewenang DPRD provinsi dalam hal pemberhentian Gubernur sebagai Kepala Daerah yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, adalah bahwa DPRD Provinsi mempunyai tugas dan wewenang yaitu memilih gubernur dan wakil gubernur dalam hal terjadi kekosongan jabatan

untuk meneruskan sisa masa jabatan, mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian gubernur kepada Presiden melalui Menteri untuk

mendapatkan pengesahan

pengangkatan dan pemberhentian serta dalam Proses pemberhentiannya DPRD juga memberikan pertimbangan terhadap Putusan Mahkamah Agung. 2. Mekanisme pemberhentian Gubernur

sebagai Kepala Daerah yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah bahwa, Pertama, berdasarkan putusan Mahkamah Agung atas pendapat DPRD Provinsi bahwa kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan, tidak melaksanakan kewajiban kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah, Kedua, Pendapat DPRD Provinsi yang nantinya dijadikan dasar bagi putusan Mahkamah Agung mengenai pemberhentian Gubernur sebagai kepala daerah diputuskan melalui Rapat Paripurna DPRD Provinsi yang dihadiri oleh paling sedikit 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD Provinsi dan putusan diambil dengan persetujuan paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD Provinsi yang hadir, Ketiga, Mahkamah Agung memeriksa,

(11)

9 mengadili, dan memutus pendapat

DPRD Provinsi tersebut paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah permintaan DPRD Provinsi diterima Mahkamah Agung dan putusannya bersifat final, Keempat, selanjutnya Presiden memberhentikan gubernur dan/atau wakil gubernur paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Presiden menerima usul pemberhentian tersebut dari pimpinan DPRD Provinsi namun jika pimpinan DPRD Provinsi tidak menyampaikan usul pemberhentian kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah paling lambat 14 (empat belas) hari sejak diterimanya pemberitahuan putusan Mahkamah Agung, maka Presiden akan memberhentikan gubernur dan/atau wakil gubernur berdasarkan atas usul Menteri Dalam Negari.

H. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis memberikan saran dan masukan yaitu:

1. Bahwa dengan dominannya hak yang dimiliki oleh DPRD Provinsi dalam pemberhentian Gubernur sebagai kepala daerah hendaknya ada aturan yang juga dapat mengimbangi hak yang dimiliki oleh DPRD Provinsi tersebut, dimana Gubernur juga dapat

memberikan pertimbangan dalam pemberhentian DPRD Provinsi.

2. Bahwa dalam pemberhentian kepala daerah hendaknya melibatkan peran aktif masyarakat terutama dalam pemberhentian kepala daerah yang tersangkut kasus pidana.

Daftar Pustaka A. Buku-buku

Abdullah. Razali, 2005, Pelaksanaan

Otonomi Luas dengan

Pemilihan Kepala Daerah

secara Langsung, RajaGrafindo

Persada, Jakarta.

Baban Sobandi, dkk., 2005, Desentralisasi

dan Tuntutan Penataan

Kelembagaan Daerah,

Humaniora, Bandung.

Deddy Supriady Bratakusumah dan Dadang Solihin, 2005, Otonomi

PenyelenggaraanPemerintahan Daerah, PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Haw. Widjaja, 2005, Penyelenggaraan

Otonomi Daerah di

Indonesia,Raja Grafindo

Perkasa, Jakarta.

Inu Kencana Syafei, 2011, Sitem

Pemerintahan Indonesia,

Rineka Cipta, Jakarta.

Jimly Asshiddiqie, 2007, Pokok-Pokok

Hukum Tata Negara Indonesia,

PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.

Komaruddin Hidayat dan Azyumardi Azra, 2008, Pendidikan

Kewarganegaraan,cet. III,

Kencana, Jakarta.

Kunthi Dyah Wardani, 2007,

Impeachment Dalam

Ketatanegaraan Indonesia, UII

(12)

10 Mardiasmo, 2002, Otonomi dan

Manajemen Keuangan Daerah,

Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Sadjijono, 2008, Memahami Beberapa

Bab Pokok Hukum

Administrasi, LaksBang

Pressindo, Yogyakarta.

Sarundajang, 1999, Arus Balik Kekuasaan

Pusat Ke Daerah, Pustaka

Sinar Harapan, Jakarta.

Siswanto Sunarno, 2014, Hukum

Pemerintahan Daerah Di

Indonesia, Sinar Grafika,

Jakarta.

Suryo Sakti Hadiwijoyo, 2011, Gubernur:

Kedudukan, Peran Dan

Kewenangannya, Graha Ilmu,

Yogyakarta.

Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, 2012,

Penelitian

HukumNormatif,RajawaliPers,

Jakarta.

Winarno Yudho, dkk, 2005, Mekanisme

Impeachment dan Hukum

Acara Mahkamah Konstitusi,

Jakarta.

B. Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

C. Sumber Lain

Ahmad Makfud, Desentralisasi dan Dekonsentrasi,http://

paulnumerouno.

blogspot.com/2012/02/htn-

desentralisasi-dan-dekonsentrasi.html

Monika Suhayati, Kontroversi Perppu

Pilkada dan Perppu Pemda,

Jurnal Vol. VI, No. 20/II/P3DI/Oktober/2014, hlm.4

Tri Jata Ayu Pramesti, Perbedaan Pengaturan DPRD di UU MD3 dan UU Pemerintahan Daerah,http://www.hukumonli ne. com/klinik/detail /lt544e78be6f7cd/perbedaan- pengaturan-dprd-di-uu-md3-dan-uu-pemerintahan-daerah, Diakses Tanggal 15 Mei 2015. http://id.wikipedia.org/wiki/Gubernur, Kata Pengantar

Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada Bapak Boy Yendra Tamin, S.H, M.H selaku Pembimbing I dan Ibu Dr. Sanidjar Pebrihariati.R, S.H, M.H selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu serta tenaga untuk memberikan ilmu pengetahuan, ide dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

Penulis juga mendapatkan bantuan berupa sumbangan pemikiran, motivasi, kritikan dan saran serta bimbingan secara langsung ataupun secara tidak langsung dari berbagai pihak. Hal yang diberikan kepada penulis tersebut sangatlah berarti dan berharga bagi penulis untuk kedepannya dan tanpa bantuan tersebut, maka penulis tidak akan bisa

(13)

11 menyeleseikan skripsi ini tepat pada

waktunya.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Niki Lukviarman, SE, Akt, MBA, selaku Rektor Universitas Bung Hatta.

2. Ibu Dwi Astuti Palupi, SH, MH, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta.

3. Ibu Nurbeti, SH, MH, selaku Wakil Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta, sekaligus selaku Penguji 1. 4. Bapak Suamperi, SH, MH,

selaku Ketua Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta, sekaligus selaku Penguji 2. 5. Ibu Resma Bintani G, SH, MH,

selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta, sekaligus Penguji 3.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah bekerja keras demi kelangsungan dan kejayaan bersama untuk Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta dan atas pengabdiannya dan

dedikasinya dalam

menyumbangkan ilmu serta

mendidik penulis selama duduk dibangku perkuliahan.

7. Tenaga kependidikan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta (Bagian Tata Usaha), yang banyak membantu dalam penyusunan dokumen dan administrasi, serta motifasi dalam penulisan skripsi ini. 8. Ayahanda (Yulisman, SE),

Ibunda (Jefri Indriani, S.ST), dan Adikku (Novalita Dwi Yuliani), serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta dukungan penuh untuk tetap bertahan dan selalu bersemangat.

9. Kakak senior di Fakultas Hukum (M. Teguh Irma, S.H, Bangga Iwantara Lasibani, S.H, Helmi Chandra SY S.H, dan Eko Suhanura.D) yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 10. Sahabatku (Irvandi Aprianto,

Andi Rizki, S.Kom, Armen Drichi.D, Ariandi, Sabdi Arzal, M. Aldo Restiadi, Rahmat Hidayat, Dwinta Andryani, S.E, Chintia Amelia Sumantri, S.E) yang selalu ada setiap suka atau duka, dan memberi dukungan,

(14)

12 semangat, serta motifasi dalam

penyelesaian skripsi ini.

11. Teman Spesial (Suci Aidylla Fitri) yang selalu ada setiap suka atau duka, dan memberi dukungan, semangat, serta motifasi dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Teman-teman di Fakultas Hukum yang seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan semangat.

Referensi

Dokumen terkait

Selain dari cara penggunaan dalam memanfaatkan informasi dalam koleksi grey litertaure digital, tentunya terdapat berbagai hal menjadi alasan mengapa pada akhirnya mereka

secara tertulis yang mencakup target pasar dan produk yang akan ditawarkan, target dana yang akan dihimpun, target ekspansi kredit, anggaran yang digunakan, serta penetapan

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerindah daerah menjelaskan bahwa yang dimaksud pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

i)Perkara yang penting dan harus diberikan keutaman sebelum ketibaan anak ayam kampung adalah reban anak ayam asuhan atau brooder.Size reban ayam ini atau brooder harus le

Melihat tujuan utama dari perusahaan ini adalah mampu dikenal, bersaing dengan pasar yang sudah terbentuk serta berkembang dan menjadi inspirasi dalam

Dalam Pasal 263 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah yang

Sel parietal sebagai penghasil HCL (asam hidroklorida), menyisipnya sel tersebut hingga ke bagian basal area gastric glands diduga untuk menjangkau setiap sel chief