Bunuh diri atau pembunuhan ? Bunuh diri atau pembunuhan ?
Bunuh diri atau pembunuhan dapat diketahui dari pemeriksaan diTKP, pemeriksaan Bunuh diri atau pembunuhan dapat diketahui dari pemeriksaan diTKP, pemeriksaan mayat, pemeriksaan mayat, pemeriksaan benda-benda bukti lainnya, informasi para saksi dan mayat, pemeriksaan mayat, pemeriksaan benda-benda bukti lainnya, informasi para saksi dan lain sebagainya.
lain sebagainya.
Pemeriksaan di TKP Pemeriksaan di TKP Pad
Pada ba bunuunu h dirh dir i i , tempat yang dipilih biasanya tersembunyi, pintu di kunci dari dalam, keadaan, tempat yang dipilih biasanya tersembunyi, pintu di kunci dari dalam, keadaan ruangan tenang dan teratur rapih, alat yang sering dipakai biasanya alat yang ada di dalam ruangan tenang dan teratur rapih, alat yang sering dipakai biasanya alat yang ada di dalam ruangan itu sendiri, alat tersebut biasanya
ruangan itu sendiri, alat tersebut biasanya masih ada, sering didapatkan surat-surat peninggalanmasih ada, sering didapatkan surat-surat peninggalan yang isinya berkisar pada keputus-asaan atau merasa bersalah; korban berpakaian rapih dan yang isinya berkisar pada keputus-asaan atau merasa bersalah; korban berpakaian rapih dan dalam keadaan baik.
dalam keadaan baik. Pada pe
Pada pembunumbunu han han , tidak ada tempat yang tertentu, keadaan ruang kacau balau dan sering ada, tidak ada tempat yang tertentu, keadaan ruang kacau balau dan sering ada barang
barang yang yang hilang, hilang, alat alat yang yang dipakai dipakai biasanya biasanya alat alat yang yang dibawa/dipersiapkan dibawa/dipersiapkan oleh oleh pembunuhpembunuh sehingga biasanya alat tersebut tidak ditemukan di tempat kejadian, pakaian korban tidak sehingga biasanya alat tersebut tidak ditemukan di tempat kejadian, pakaian korban tidak beraturan
beraturan dan dan sering sering terdapat terdapat robekan robekan dan dan mungkin mungkin pula pula dapat dapat ditemukan ditemukan surat surat yang yang bernadabernada ancaman.
ancaman. Keadaan be
Keadaan berr cak darah cak darah , pada bunuh diri darah berkumpul pada satu tempat/tergenang, bercak, pada bunuh diri darah berkumpul pada satu tempat/tergenang, bercak yang terdapat pada pakaian distribusinya teratur mencari tempat yang terendah tergantung dari yang terdapat pada pakaian distribusinya teratur mencari tempat yang terendah tergantung dari tempat luka yang mengeluarkan darah. Pada kasus pembunuhan, bercak atau genangan darah tempat luka yang mengeluarkan darah. Pada kasus pembunuhan, bercak atau genangan darah tidak beraturan menunjukan arah pergerakan dari korban sewaktu korban berusaha menghindar, tidak beraturan menunjukan arah pergerakan dari korban sewaktu korban berusaha menghindar, dapat tampak bercak darah yang menunjukan bahwa korban diseret, bercak darah juga sering dapat tampak bercak darah yang menunjukan bahwa korban diseret, bercak darah juga sering tampak mengotori dinding terutama jika korban tersudut pada dinding.
tampak mengotori dinding terutama jika korban tersudut pada dinding. Pemeriksaan laboratorium forensik
Pemeriksaan laboratorium forensik
Pada kebanyakan kasus kejahatan dengan kekerasan fisik seperti pembunuhan, Pada kebanyakan kasus kejahatan dengan kekerasan fisik seperti pembunuhan, penganiayaan,
penganiayaan, perkosaan perkosaan dan dan lain-lain lain-lain mungkin mungkin ditemukan ditemukan darah, darah, cairan cairan mani, mani, air air liur, liur, urin,urin, rambut, dan jaringan tubuh yang lain di tempat kejadian perkara. Bahan-bahan tersebut mungkin rambut, dan jaringan tubuh yang lain di tempat kejadian perkara. Bahan-bahan tersebut mungkin berasal
berasal dari dari korban korban atau atau dari dari tersangka tersangka dan dan digunakan digunakan untuk untuk membantu membantu mengungkapkanmengungkapkan peristiwa kejahatan tersebut.
peristiwa kejahatan tersebut. Pe
Pememeriri ksaksaan Dan D araharah
Darah merupakan cairan tubuh yang paling penting karena merupakan cairan biologic dengan Darah merupakan cairan tubuh yang paling penting karena merupakan cairan biologic dengan sifat-sifat potensial yang spesifik untuk golongan manusia tertentu. Tujuan utama pemeriksaan sifat-sifat potensial yang spesifik untuk golongan manusia tertentu. Tujuan utama pemeriksaan darah forensic adalah untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut, dengan darah forensic adalah untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut, dengan membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP pada objek, manusia dengan darah korban membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP pada objek, manusia dengan darah korban atau darah tersangka pelaku kejahatan. Dari bercak yang dicurigai harus dibuktikan bahwa atau darah tersangka pelaku kejahatan. Dari bercak yang dicurigai harus dibuktikan bahwa bercak tersebut
bercak tersebut benar darah, benar darah, darah dari darah dari manusia atau manusia atau hewan, apabila hewan, apabila dari manusia dari manusia cari golongancari golongan darah, darah menstruasi atau bukan.
a. Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi dari sel-sel darah merah. Namun cara ini tidak dapat dilakukan apabila sel darah merah telah mengalami kerusakan. Cara ini dilakukan dengan membuat sediaan hapus menggunakan pewarnaan Wright atau Giemsa, dari kedua sediaan tersebut bisa dilihat bentuk dan inti sel darah merah serta sel leukosit berinti banyak. Bila ditemukan drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05% dapat
dipastikan bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita. Pemeriksaan mikroskopik terhadap kedua sediaan tersebut dapat menentukan kelas dan bukan spesies darah tersebut. Kelas mamalia memiliki sel darah merah berbentuk cakram dan tidak berinti, kecuali golongan unta dengan sel darah merah berbentuk oval atau elips tetapi tidak berinti. Sedangkan kelas-kelas lainnya berbentuk oval atau elips dan berinti.
b. Pemeriksaan kimiawi
Cara ini dilakukan apabila sel darah merah dalam keadaan rusak sehingga pemeriksaan mikroskopik tidak bermanfaat lagi. Pemeriksaan kimiawi terdiri dari pemeriksaan penyaring darah dan pemeriksaan penentuan darah.
Pemeriksaan penyaring darah, yang biasa dilakukan adalah reaksi benzidin yang menggunakan reagen larutan jenuh kristal benzindin dalam asam asetat glacial dan pemeriksaan penyaring dengan reaksi fenoftalin dengan reagen fenoftalin 2gr + 100ml NaOH 20% yang dipanaskan dengan biji-biji zinc.
Hasil positif pada reaksi benzidin adalah terbentuknya warna biru gelap, sedangkan pada reaksi fenoftalin timbul warna merah muda. Apabila hasil negative pada kedua reaksi tersebut dipastikan bahwa bercak tersebut bukan darah. Apabila positif maka bercak tersebut mungkin darah sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Pemeriksaan penentuan darah, berdasarkan pigmen atau Kristal hematin (hemin) dan hemokhromogen. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah reaksi teichman dan reaksi wagenaar hasil postif pada reaksi teichman dinyatakan dengan Kristal hemin HCl yang berbentuk batang berwarna coklat terlihat dengan mikroskop. Sedangkan hasil positif pada reaksi wagenaar adanya Kristal aseton nemin berbentuk batang berwarna coklat. Hasil yang negative selain menyatakan bahwa bercak tersebut bukan darah juga dapat dijumpai pada bercak darah yang struktur kimianya telah rusak.
c. Pemeriksaan spektroskopik
Pemeriksaan ini memastikan bahan yang diperiksa adalah darah bila dijumpai pita-pita absorpsi yang khas dari hemoglobin atau keturunannya dank has juga spectrum warna d. Pemeriksaan serologic
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan spesies dan golongan darah, untuk itu dibutuhkan antisera terhadap protein manusia (antihuman globulin) serta terhadap protein hewan dan juga natisera terhadap golongan darah tertentu. Prinsip pemeriksaan adalah reaksi antara antigen (bercak darah) dengan antibody (antiserum) yang dapat merupakan reaksi presipitasi atau reaksi aglutinasi.
Pemeriksaan mayat
Pada kasus menggunakan senjata tajam
Pada bunuh diri daerah yang dipilih adalah daerah leher, dada, perut bagian atas atau pergelangan tangan, sering ditemukan luka-luka percobaan yang berjalan sejajar baik disekitar
luka yang fatal maupun pada bagian tubuh lain. Senjata yang dipakai sering dijumpai masih dalam keadaan tergenggam ditangan korban.
Pada pembunuhan tidak ada tempat khusus, jumlah luka yang sering lebih dari satu, adanya luka pada bagian belakang merupakan cirri khas pembunuh, pada lengan dan telapak tangan sering didapatkan luka-luka tangkis; pada beberapa kasus kadang-kadang korban selain ditusuk juga dihantam dengan bagian tumpul dari senjata sehingga selain luka akibat benda tajam didapatkan luka akibat benda tumpul.
SISTEMATIK PEMERIKSAAN
Menentukan secara pasti kematian korban
Untuk dapat menentukan dengan pasti bahwa korban telah mati perlu diketahui tanda-tanda kehidupan dan tanda-tanda kematian serta perubahan lanjut yang terjadi pada mayat. Tanda-tanda kehidupan dapat dilihat dari :
1. Pergerakan pernapasan 2. Teraba denyut nadi 3. Reflek
Jika pada korban terdapat tanda kehidupan segera beri pertolongan pertama. Tanda-tanda kematian :
1. Terhentinya denyut jantung
2. Terhentinya pergerakan pernapasan 3. Kulit pucat
4. Melemasnya otot-otot tubuh 5. Terhentinya aktifitas otak
Perubahan lanjut yang terjadi pada mayat : 1. Lebam mayat (livor mortis)
2. Kaku mayat (rigor mortis)
3. Penurunan suhu tubuh mayat (algor mortis) 4. Pembusukan
5. Adiposere dan mummifikasi Memperkirakan saat kematian
Saat kematian korban hanya dapat diperkirakan karena penentuan kematian secara pasti sampai saat ini masih belum memungkinkan. Perkiraan saat kematian diketahui dari:
1. Informasi para saksi
2. Petunjuk-petunjuk yang terdapat di TKP 3. Pemeriksaan mayat, yang dalam hal ini ialah:
a. Penurunan suhu mayat (algor mortis). Pada seseorang yang mati, suhu tubuh akan menurun sampai sesuai dengan suhu disekitarnya. Rumus perkiraan saat kematian berdasarkan penurunan suhu : (98,6F
–
suhu) : 1,5 = Saat kematian. Secara kasar dikatakan bahwa tubuh akan kehilangan panasnya sebesar 1 C/jam. Semakin besar perbedaan antara suhu tubuh dengan lingkungan ( udara atau air), maka semakin cepat pula tubuh akan kehilangan panasnya. Penurunan suhu tubuh juga dipengaruhi oleh intensitas dan kuantitas dari aliran atau pergerakan udara. Kematian karena perdarahan otak, kerusakan jaringan otak, perjeratan dan infeksi akan selalu didahului oleh peningkatan suhu. Lemak tubuh, tebalnya otot serta tebalnya pakaian yang dikenankan pada saat kematian pula mempengaruhi kecepatan penurunan suhu tubuh. Selain pengurun suhu rectal, dokter dapat melakukan pengukuran suhu dari alat-alat dalam tubuh seperti hati atau otak yang tentunya dapat dilakukan saat pembedahan mayat.b. Lebam mayat mulai tampak sekitar 30 menit setelah kematian, intensitas maksimal tercapai pada 8-12 jam post mortal.
c. Kaku mayat terdapat sekitar 2 jam post mortal dan maksimal 10-12 jam post mortal dan menetap selama 24 jam dan setelah 24 jam mulai menghilang kembali sesuai urutan terdapatnya kaku mayat.
Cadaveric spasm adalah kekakuan mayat yang terjadi segera setelah seseorang mati, dengan demikian tidak melewati fase relaksasi atau pelemasan otot seperti yang terjadi pada rigor mortis. Dapat terjadi jika ada ketegangan atau stress emosional, sehingga dapat menunjukkan intravitalitas. Contohnya pada kasus orang mati tenggelam.
Kekakuan yang disebut heat stiffening contohnya pada orang yang mati terbakar memberi kesan seperti seorang petinju ( pugilistic attitude). Kekakuan ini akibat terjadinya koagulasi atau penggumpalan protein, contohnya pada kasus orang yang mati terbakar. Pada mayat yang telah membusuk lanjut juga akan ditemukan kekakuan yang serupa, disebabkan karena pengumpulan gas pembusukan pada daerah persendian.
Pada mayat yang terbaring di suhu yang rendah akan terdapat kekakuan yang disebut cold stiffening, yang bila kita lawan akan terdengar derik karena pecahnya cairan sendi yang membeku
Cadaveric spasm, heat stiffening, cold stiffening dan kekakuan pada pembusukan bukan kaku mayat dalam pemgertian rigor mortis.
d. Pembusukan, kecepatan pembusukan pada mayat berbeda-beda tergantung berbagai factor, diantaranya factor lingkungan. Pembusukan mayat dimulai 48 jam setelah kematian, dengan diawali oleh timbulnya warna hijau kemerah-merahan pada dinding perut bagian bawah. Dapat digunakan rumus casper yang dapat memperlihatkan kecepatan pembusukan :
Keadaan mayat setelah 1 minggu di udara terbuka – 2 minggu dalam air – 8 minggu dalam tanah
Adanya perbedaan kecepatan seperti yang dimaksud dalam rumus casper, memungkinkan pemeriksaan mayat dengan member hasil yang diharapkan walaupun korban telah dikubur, terutama bila kerusakan atau luka yang didapat pada korban sampai merusak tulang atau pada kasus keracunan dan lain
sebagainya. Menentukan identitas
Menentukan identitas korban seperti halnya menntukan identitas pelaku kejahatan merupakan bagian yang terpenting dari penyidikan. Penentuan identitas korban memakai metode identifikasi
sebagai :
Visual : memperlihatkan tubuh terutama wajah kepada pihak keluarga Dokumen : KTP, paspor, dan kartu pengenal lainnya
Perhiasan : merupakan metode identifikasi yang baik, karena walaupun tubuh korban telah rusak perhiasaan dapat memberikan informasi identitas korban ataupun keterangan yang lainnya
Pakaian : seperti model, bahan, merk, penjahit, label, binatu
Medis : medical record, ante mortem record, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi, berat badan, serta warna rambut dan mata diklasifikasikan sebagai tanda medis yang umum,
sedangkan bentuk cacat fisik, bekas operasi, tattoo, tumor, dan lain sebagainya memiliki sifat yang lebih khusus.
Dengan metode ini dapat dibantu dengan pemeriksaan radiologis (rontgen, foto) untuk membantu perkiraan umur, adanya benda asing, dan bekas patah tulang.
Gigi : sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi ahli forensic. Sifat khusus dari gigi yaitu ketahanannya serta ketidaksamaan gigi antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Gigi dapat membantu dalam memperkirakan umur serta kebiasaan atau pekerjaan dan kadang-kadang golongan suku tertentu
Sidik jari : dapat menentukan identitas secara pasti, namun keterbatasannya cepat rusaknya tubuh atau membusuknya tubuh.
Serologi : prinsipnya dengan menentukan golongan darah Ekslusi : biasanya pada kasus kecelakaan masal
Menentukan terjadinya perlukaan
Menentukan terjadinya perlukaan sangat diperlukan dengan penentuan apakah luka yang didapat pada korban itu didapat sewaktu hidup (ante mortem) atau sesudah korban mati (post mortem). Dasar dari penentuan waktu terjadinya perlukaan adalah adanya reaksi jaringan yang terjadi bila seseorang mendapat luka sewaktu ia masih hidup, dengan demikian perlu dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik (histologik), dan pemeriksaan histokimia.
Pemeriksaan histogik baru akan member hasil bila korban dapat tetap hidup 4 jam atau lebih yaitu dengan terlihat dengan terliahat infiltrasi sel-sel radang. Bila korban tewas sebelum 4 jam setelah ia mendapat perlukaan maka tidak mungkin menentukan waktu terjadinya perlukaan. Pemeriksaan histokimia dengan melihatr aktifitas enzim yangt berperan dalam proses penyembuhan luka, lebih bermakna dalam penentuan terjadinya luka. Pada luka yang terjadi ante
mortem akan tampak 2 zone yaitu zone central dengan kedalam 200-500 mikron memperlihatkan penurunan aktifitas enzim dan zone perifer dengan kedalaman 100-300 mikron terjadi peningktan aktifitas enzim.
Menentukan sebab kematian
Untuk dapat menentukan sebab kematian secara pasti mutlak harus dilakukan pembedahan mayat (autopsy, otopsi), dengan atau tanpa pemeriksaan tambahn seperti pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan toksikologis, pemeriksaan bakteriologis dan lain sebaginya tergantung kasus yang dihadapi.
Tanpa pembedahan mayat tidak mungkin dapat ditentukan sebab kematian secara pasti. Perkiraan sebab kematian dapat dimungkinkan dari pengamatan yang teliti kelainan-kelainan yang dilihat dan ditemukan pada pemeriksaan luar.
Jadi tanpa pembedahan mayat perkiraan sebab kematian dapat diketahui dengan menilai sifat luka, lokasi serta derajat berat ringannya kerusakan korban. Misalnya ada luka tembak dikepala korban sedang pada bagian tubuh lainnya hanya ditemukan luka lecet kecil-kecil, perkiraan sebab kematian dalam hal ini adalah karena tembakan senjata api.
Contoh sebab kematian :
- Karena tusukan benda tajam - Karena tembakan senjata api - Karena pencekikan
- Karena keracunan morfin - Karena tenggelam
- Karena kekerasan benda tumpul
Menentukan cara kematian atau memperkirakan cara kematian korban
Menentukan atau memperkirakan cara kematian korban pada umumnya baru dapat dilakukan dengan hasil yang baik bila dokter diikut sertakan pada pemeriksaan di TKP, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan mayat oleh dokter yang bersangkutan. Jika hal tersebut tidak dimungkinkan maka dokter yang melakukan pemeriksaan mayat masih dapat memperkirakan atau menentukan cara kematian jika para penyidik memberikan keterangan yang jelas mengenai berbagai hal yang dilihat dan ditemukan pada waktu penyidik melakukan pemeriksaan di TKP.
Dalam ilmu kedokteran forensic dikenal 3 cara kematian, yang tidak boleh selalu diartikan dengan istilah dan pengertian secara Hukum yang berlaku.
Cara kematian tersebut adalah :
1. Wajar (natural death), dalam pengertian kematian korban oleh karena penyakit bukan karena kekerasan atau rudapakasa; misalnya kematian karena penyakit jantung, karena perdarahan otak dank arena tuberkulosa.
2. Tidak wajar (un-natural death), yang dapat dibagi menjadi :
- Kecelakaan - Bunuh diri - Pembunuh
3. Tidak dapat ditentukan (un-determined), hal ini disebabkan keadaan mayat telah sedemikan rusak atau busuk sekali sehingga baik luka ataupun penyakit tidak dapat dilihat dan ditemukan lagi.
Menentukan jenis kekerasan yang menyebabkan luka
Berdasarkan pada sifat atau ciri dari luka ataupun kelalaian yang terdapat pada tubuh korban, dapat ditentukan jenis kekerasan yang menyebabkan luka atau alat yang dipakai oleh pelaku kejahatan, dimana hal tersebut dapat berguna buat Penyidik didalam melakukan penyidikan.
Jenis kekerasan dapat dibagi dalam empat kelompok besar yaitu : a. Kekerasan mekanik
b. Kekerasan fisik
c. Kekerasan kimiawi, dan
Yang di dalam praktek pembuatan Visum et Repertum dan di dalam proses penyidikan, kekerasan mekanik, fisik, dan kekerasan kimiawi dibagi menjadi lebih spesifik, yaitu kekerasan akibat benda tajam, benda tumpul, senjata api/tembakan dan lain sebagainya
Identifikasi forensic Identifikasi
PEMBUNUHAN ANAK
Didalam K.U.H.P. terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan matinya seorang anak yang baru dilahirkan dengan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh ibu dari anak tersebut.
Pasal 303 dan pasal 306 ayat 2 memuat ancaman hukuman bagi seorang ibu yang membuang anaknya tidak berapa lama sesudah anak itu dilahirkan, oleh karena takut akan diketahui bahwa ia melahirkan anak dan sebagai akibat dari perbuatannya itu anak tersebut mati.
Pasal 341 memuat ancaman hukuman bagi seorang ibu yang karena takut diketahui bahwa ia melahirkan anak, dengan sengaja menghilangkan nyawa anak tersebut ketika ank itu dilahirkan atau tidak lama sudah dilahirkan.
Pasal 342 memuat ancaman hukuman bagi seorang ibu yang melakukan tindak pidana seperti yang dimaksud dalam pasal 341, dimana tindakan tersebut sudah direncanakan.