• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR PEMBELAJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR PEMBELAJARAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

SEBAGAI SUPERVISOR PEMBELAJARAN

Fathurrahman

(FKIP Universitas Islam Lamongan)

Abstrak : The principal is a leader, a driver of change, determining school policy, which determines how the school's mission is realized. One of the principal tasks in the lead school is supervising the teaching to the teachers. This duty exists at the consequences that the principal should have the competence as a supervisor of learning, therefore the task of the teacher in teaching and educating students not only implicitly charged to the teacher concerned but also in the professional guidance and coaching principals. Through instructional supervision or professional development the principal is able to produce competent and dynamic teachers, assist teachers in an effort to solve the issue of learning in the classroom. Principals can able to manage the creation of a harmonious relationship between the teachers, the implementation of a quality learning system in the schools, and high motivation to study in his leadership. The results of the school leadership and instructional supervision are the good learning process that is conducived to the success of student learning and to create the exelent teachers’.

Keyword : Kepemimpinan kepala sekolah, supervisi pembelajaran

Pendahuluan

Lembaga sekolah merupakan pendidikan formal yang bertujuan membentuk

manusia yang berkepribadian dan berkarakter, memberikan pangajaran dan

mengembangkan intelektual peserta didik sebagai usaha untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa. Amanat konstitusi secara jelas memberikan arahan bahwa

pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,

yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang. Dalam

implementasinya amanat konstitusi tersebut diatur dalam undang-undang RI nomor

20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan dijabarkan dalam PP nomor

17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan. Dimana

lembaga sekolah merupakan satuan unit pendidikan yang dipimpin oleh Kepala

sekolah. Sebagai pemimpin pendidikan perannya sangat penting untuk memimpin

manajerial sekolah guna menciptakan iklim dan budaya sekolah unggul, menjamin

terlaksananya proses belajar mengajar yang hormonis, dan berkembangnya

dinamika guru dalam memahami, mengatasi dan memperbaiki

kekurangan-kekurangan yang terjadi pada proses belajar mengajar. Yang pada gilirannya mampu

menghasilkan peserta didik yang sukses dan berprestasi.

Kepala sekolah merupakan pemimpin, motor pengerak, penentu arah kebijakan

sekolah, yang menentukan bagaimana misi sekolah direalisasikan.

1

Oleh karenanya

kehadiran kepemimpinan kepala sekolah yang efektif merupakan keniscayaan untuk

mampu membina profesionalisme guru dalam melaksanakan proses pembelajaran

dengan bermutu dan produktif. Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan, di

1 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: Rosda Karya,

(2)

lihat dari status dan cara pengangkatan tergolong pemimpin resmi, formal leader,

atau status leader. Status leader bisa meningkat menjadi functional leader. Tergantung

dari prestasi dan kemampuan didalam memainkan peranannya sebagai pemimpin

pendidikan sebagai sekolah yang telah diserahkan pertanggungjawaban kepadanya.

Upaya yang dapat meningkatkan kualitas manajemen sekolah antara lain

dengan meningkatkan performansi guru sebagai penanggungjawab proses belajar

mengajar, meningkatkan kualitas guru merupakan tugas pembinaan professional

guru yang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah sebagai bagian dari

kepemimpinan pendidikan. Program supervisi pembelajaran yang dikenal dengan

pembinaan professional guru pada hakekatnya adalah upaya membantu guru guna

meningkatkan kompetensi profesionalnya dalam usaha memperbaiki proses belajar

mengajar baik individu maupun kelompok. Program ini dilaksanakan secara

terencana dan sistematis dengan paradigma, pendekatan, serta teknik supervisi

untuk memperbaiki mutu pembelajaran. Oleh karenanya dibutuhkan supervisor

yang memiliki kompetensi yang memadai, kemampuan kerjasama dengan guru, dan

kepemimpinan pendidikan guna memperoleh keberhasilan yang optimal. Kepala

sekolah sebagai supervisor pembelajaran sebagaimana dikemukakan Sagala

2

berpegang pada tujuan sekolah, koordinasi, mengontrol segala aktifitas,

mencocokkan jadual kerja, metode belajar, dan kepribadian dengan pengaturan yang

sudah digariskan.

Tulisan ini berusaha menyuguhkan kajian tentang kepemimpinan kepala

sekolah hubungannya dengan tugas kepala sekolah sebagai supervisor

pembelajaran.

Kepemimpinan Kepala Sekolah

Pengertian kepemimpinan dapat dikutip antara lain; Menurut Assosiation of Supervision and Curiculum Development (ASCD) dalam Soemanto dan Suetopo, 3 mengatakan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah tindakan atau tingkah laku diantara individu-individu dan kelompok-kelompok yang menyebabkan mereka bergerak ke arah tercapainya tujuan- tujuan pendidikan yang menambahkan penerimaan bersama bagi mereka. Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang untuk bekerja sama mengarah pada pencapaian tujuan yang mereka inginkan. Selain itu juga kepemimpinan diterjemakan kedalam istilah : sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan kerja sama antar peran, kedudukan dari suatu jabatan administrative, dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh. 4 Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia.5 Kepala sekolah yaitu gabungan dari kata kepala dan sekolah. Ini sudah jelas bahwa kepala berarti sesuatu yang berbeda di atas. Seseorang yang berada di atas berarti orang itu adalah seorang pemimpin suatu sekolah; guru kepala. Yang menjadi pemimpin suatu sekolah itu mengapa harus guru, itu mengingat sekolah itu adalah suatu lembaga pendidikan sehingga diperlukan seorang pemimpin yang tidak hanya tahu tentang memimpin tapi juga paham dan berpengalaman dalam hal pendidikan dan pengajaran.

2Saiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. (Bandung: Alfabeta 2010), 125 3Soemanto, W dan Soetopo H, Kepemimpinan dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional 1982), 18 4Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan teoritik dan permasalahannya) (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2002), 17.

5Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,

(3)

Dari beberapa pengertian tersebut kepemimpinan dipahami sebagai segala daya dan upaya bersama untuk menggerakkan semua sumber dan alat (resources) yang tersedia dalam suatu organisasi. Resources tersebut dapat digolangkan menjadi dua bagian besar, yaitu human resources dan non human resources. Dalam lembaga pendidikan yang termasuk salah satu unit organisasi, juga terdiri dari berbagai unsur atau sumber dan manusia merupakan unsur terpenting. Keberhasilan organisasi pendidikan perlu didukung oleh berbagai komponen dan unsur yang ada dalam sistem pendidikan. Keberadaan pemimpin dalam kegiatan kependidikan merupakan unsur strategis dalam menentukan ketercapaian tujuan pendidikan. Kepemimpinan telah menjadi salah satu pokok persoalan yang menarik perhatian para cendikiawan untuk dipelajari demikian pula kepemimpinan juga merupakan sebuah proses yang menyentuh langsung ke dalam kehidupan manusia. 6 Para pemimpin mempunyai peranan penting dalam membantu kelompok, organisasi atau masyarakat yang bergerak dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang pendidikan dan pengajaran untuk mencapai tujuan mereka. Faktor yang mempengaruhi efektif tidaknya suatu sekolah adalah kepemimpinan. Kepemimpinan kepala sekolah memiliki andil besar dalam menjalankan kegiatan sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan aktivitas mempengaruhi sumberdaya sekolah yang dilakukan oleh guru --yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah-- untuk bekerja sama mencapai tujuan.

Kepala sekolah merupakan orang terpenting di lembaga sekolah dan merupakan kunci bagi pengembangan serta peningkatan suatu sekolah. Indikator dari keberhasilan sekolah dapat dilihat bahwa sekolah tersebut berfungsi dengan baik, terutama bila prestasi belajar siswa dapat tercapai secara maksimal. Untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan seorang kepala sekolah yang profesional, berpengalaman dan faham tentang kepemimpinan. Adanya dukungan dari stakeholder sekolah seperti guru, orang tua murid, dan masyarakat serta tersedianya fasilitas yang memadai merupakan elemen pendukung keberhasilan sekolah.

Kompetensi kepala sekolah berpengaruh terhadap keberadaan sekolah yang sehat dan dinamis. Selanjutnya sekolah yang dinamis dan maju akan sangat mendukung ketercapaian misi pendidikan nasional, yaitu menciptakan suatu sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu, dalam rangka mengembngkan kualitas manusia Indonesia. 7 Dalam pencapaian misi tersebut kompetensi kepala sekolah sebagai seorang leader membutuhkan beberapa perangkat kompetensi yang perlu dikuasai oleh kepala sekolah. Mintzberg dalam Danim 8 komptensi kepala sekolah dalam menjalankan tugas teknis manajerial terdiri atas tiga katagori, yaitu :

a) Impersonal, tugas kepala sekolah dalam menjalankan fungsi sebagai figur, pemimpin dan juru runding;

b) Informational, tugas kepala sekolah dalam menjalankan fungsi sebagai pemantau, penyebar, dan perantara;

c) Decisional, tugas kepala sekolah dalam menjalankan fungsi sebagai wiraswastawan, pengalokasi sumber-sumber, dan negosiator;

Diluar kompetensi manajerial, tugas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah menuntutnya untuk memiliki kompetensi dalam bidang konsep keadministrasian, kemampuan melakukan hubungan manusiawi dengan staf secara perseorangan dan kelompok serta masyarakat. Memiliki ketrampilan teknis untuk menyelenggarakan tugas intruksional dan non intruksional di sekolah. Kemampuan kepala sekolah tersebut harus terealisasikan dalam kepemimpinannya sehingga tercapai suasana keharmonisan dalam

6Yukl, GA. Leadership in Organization. (Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, 1981). 7H.A.R. Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), 67.

8Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan profesional Tenaga Kependidikan,

(4)

lembaga sekolah guna terwujudnya tujuan pendidikan. Kemampuan profesional kepala sekolah sangat ditentukan kapasitasnya melakukan tugas administratif dengan proses kerja menurut prosedur administrasi yang benar. Dalam tataran ini inti kerja kepala sekolah adalah mengelola tugas administratif melalui proses yang tepat sehingga tugas tersebut dapat dilakukan secara efektif dan efesien. Efektif mengacu pada hasil kerja yang diperoleh, sementara efesien mengacu pada proses kerja yang dilakukan dalam mencapai tujun yang diinginkan.

Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan, kepala sekolah melakukan pengelolaan dan pemgembangan sekolah melalui kegiatan administrasi, manajemen dan kepemimpinan yang sangat tergantung pada tanggungjawab dan kewenangannya. Sehubungan dengan itu, kepemimpinan kepala sekolah yang efektif bisa dilihat dari kriteria berikut :

a) Mampu memberdayakan guru untuk melaksanakan proses pembejaran dengan baik, lancar, dan produktif;

b) Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah di tetapkan; c) Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat

melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudakan tujuan sekolah dan pendidikan;

d) Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah;

e) Bekerja dengan tim manajemen; serta

f) Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah di tetapkan.9

Fungsi kepemimpinan kepala sekolah sebagaimana diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara : Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangon karsa, tut wuri handayani (didepan menjadi teladan, ditengah membina kemnampuan, dibelakang menjadi pendorong/memberi daya). Pemimpin harus bisa menjadi teladan bagi bawahannya, bisa perpartisipasi bersama-sama bawahannya dalam merealisasikan kegiatan dan programnya, dan juga dapat memberi motivasi kepada bawahannya agar bekerja giat dan penuh semangat dalam melakukan pekerjaan. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu memfungsikan dirinya sebagai pemimpin yang efektif. Kepemimpinan yang efektif menuntutnya agar bisa menjadi teladan yang baik bagi staf, guru, siswa, dan warga sekolah lainya. Kepemimpinan yang memberi inspirasi dalam menjalankan program sekolah dan juga dapat mendorong adanya partisipasi stakeholder sekolah secara maksimal.

Seorang kepala Sekolah10 memiliki lima fungsi utama. Pertama, bertanggungjawab atas keselamatan, kesejahteraan, dan perkembangan murid-murid yang ada dilingkungan sekolah. Kedua, bertanggungjawab atas kesejahteraan dan keberhasilan profesi para guru. Ketiga berkewajiban memberikan layanan sepenuhnya yang berharga bagi murid-murid dan guru-guru yang mungkin dilakukan melalui pengawasan resmi yang lain. Keempat, bertanggungjawab mendapatkan bantuan maksimal dari semua institusi pembantu. Kelima, bertanggungjawab untuk mempromosikan murid-murid terbaik melalui berbagai cara.

Tugas kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah kemampuan ia dalam meningkatkan kinerja para guru atau bawahannya. Memberi motivasi dan pengaruh guna mendorong optimalisasi kinerja, menstimulasi kearah terlaksananya tugas secara efektif sehingga kinerja tenaga pendidik dan tenaga kependidikan lebih baik. Sebagai pemimipin yang memiliki unsur mempengaruhi, kepala sekolah berusaha agar berwibawa sehingga arahan, saran dan kebijakannya diikuti oleh bawahannya. Dengan demikian ia dapat melakukan perubahan dalam cara berfikir, bersikap, dan bertingkah laku pada mereka

9 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah,18.

10 Imron Arifin, Kepeemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengelola Sekolah Berprestasi, (Yogyakarta, Aditya

(5)

yang dipimpinnya. Dengan tugas dan tanggungjawab yang dimilikinya ia membantu guru-guru dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru-guru agar menjadi guru-guru profesional.

Guru Profesional ditandai dengan kompetensi yang dimiliki oleh guru tersebut, kompetensi keilmuan, pedagogis, kepribadian, dan sosial. Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen telah menjelaskan semua tugas, wewenang, hak, dan tanggungjawab guru berikut seluruh piranti yang ada. Demikian pula Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan telah menerbitkan Pedoman Pengelolaan Pengembangan Profesi Berkelanjutan (PKB) dan Penilaian Kinerja Guru (PKG) memberi makna dan posisi strategis guru professional dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Guru professional memiliki tugas dan tanggungjawab sebagai Pembina proses pembelajaran di kelas yang berhubungan langsung dengan kesuksesan belajar siswa. Oleh karenanya pembinaan professional guna mendorong terwujudnya guru professional menjadi tugas kepala sekolah sebagai pimpinan satuan unit pendidikan, disamping hirarkhi kepemimpinan lainnya.

Melihat pentingnya fungsi kepemimpinan kepala sekolah sebagai supervisor dalam pembinaan profesionalisme guru, maka usaha untuk meningkatkan prestasi peserta didik yang lebih tinggi sebagai penilaian akhir keberhasilan supervisi pembelajaran bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah bagi kepala sekolah. Karena kegiatan berlangsung sebagai proses yang terus menerus dan sistematis sebagai bagian dari kepemimpinan kepala sekolah. Perlu kiranya melihat syarat-syarat kepemimpinan pendidikan adalah: 1) Memiliki kesehatan jasmaniah dan rohaniah yang baik. 2) Berpegang teguh pada tujuan yang hendak dicapai. 3) Bersemangat. 4) Cakap dalam memberi bimbingan. 5) Jujur. 6) Cerdas. 7) Cepat serta bijaksana dalam mengambil keputusan. 8) Cakap dalam hal mengajar dan menaruh kepercayaan kepada yang baik dan berusaha mencapainya.

Sehubungan dengan itu, kepala sekolah sebagai supervisor berfungsi untuk membina, mengembangkan, dan meningkatkan kompetensi guru. Bersama dengan guru ia membangun dan mencari solusi terhadap jalannya seluruh kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah. Disamping itu kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan berfungsi mewujudkan hubungan manusiawi (human relationship) yang harmonis dalam rangka membina dan mengembangkan kerjasama antar personal, agar secara serempak bergerak kearah pencapaian tujuan melalui kesediaan melaksanakan tugas masing-masing secara efisien dan efektif.

Kepala Sekolah Sebagai Supervisor pembelajaran

Supervisi atau diistilahkan sekarang sebagai pembinaan professional guru merupakan aktivitas menentukan kondisi atau syarat-syarat yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa dia pandai membaca situasi dan keadaan mana untuk menentukan criteria lingkungan sekolah yang diperlukan bagi proses pembelajaran untuk peningkatan profesionalisme guru sehingga tujuan pendidikan disekolah itu dapat tercapai secara optimal. Pembinaan professional guru juga bermakna sebagai upaya peningkatan kompetensi guru. Mantja11 menyatakan bahwa peningkatan kompetensi tersebut tidak hanya ditujukan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, namun yang lebih penting adalah kemamuan diri untuk terus menerus melakukan peningkatan kelayakan kompetensi. Sergiovanni12 menegaskan bahwa teachers are axpected to put their knowledge to work to demonstrate they can do the

11Willem Mantja. Manajemen pendidikan dan supervisi pengajaran. (Malang: Wineka Media 2002), 67 12Sergiovanni, T. J. The Principalship: A Reflective Practice Perspective. (Boston: Allyn & Bacon 1987), 197.

(6)

job. Finally, professional are expected to engage in a life long commitment to self improvement. Self improvement is the will-grow competency area.

Supervisi pembelajaran berarti pula sebagai usaha memberikan rangsangan, mengkoordinir, dan membimbing pertumbuhan guru di sekolah, baik secara individu maupun kelompok, dengan adanya tenggang rasa dan tindakan-tindakan pedaegogis yang efektif, sehingga mereka lebih mampu menstimulir dan membimbing pertumbuhan masing-masing siswa sehingga lebih mampu berpartisipasi di dalam masyarakat yang demokratis. Atau lebih spesifik lagi bahwa supervisi pembelajaran Glickman dalam Bafadal13 sebagai serangkaian kegiatan membantu guru untuk mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam supervisi pembelajaran yang dilakukan paling tidak ada tiga hal yang perlu dilakukan, yaitu: a) Menilai hasil pembelajaran; b) Mempelajari situasi pembelajaran untuk menetapkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan prestasi siswa; c) Memperbaiki situasi pembelajaran.

Program supervisi di sekolah adalah program pembinaan professional guru yang diperuntukkan sebagai bantuan dan stimulus kepada guru dalam memperbaiki proses belajar mengajar. Soetisna14 secara khusus meguraikan program supervisi pengajaran, meliputi a) membantu guru secara individual dan secara kelompok dalam memecahkan masalah pengajaran; b) mengkoordinasikan seluruh pengajaran menjadi prilaku edukatif yang terintergrasi dengan baik; c) menyelenggarakan program latihan yang berkesinambungan bagi guru-guru; d) mengusahakan alat-alat yang bermutu dan mencukupi bagi pembelajaran; e) membanggkitkan dan memotivasi kegairahan guru yang kuat untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal; f) membangun hubungan yang baik dan kerjasama antara sekolah, lembaga sosial, dan instansi terkait serta masyarakat.

Untuk menjamin keberhasilan proses pembinaan profesional guru, dapat digunakan model pemberdayaan Khan dalam Wahibur Rokhman, 15 dengan paradigma-paradigma desire, trust, confident, credibility, accountability, communication. Paradigma desire merupakan upaya kepala sekolah untuk (a) memberi kesempatan kepada guru untuk mengidentifikasi permasalahan yang sedang berkembang, (b) memperkecil directive personality dan memperluas keterlibatan guru, (c) mendorong terciptanya perspektif baru dan memikirkan kembali strategi untuk meningkatkan kinerja, dan (d) menggambarkan keahlian team dan melatih guru untuk melakukan self-control.

Paradigma trust mencakup upaya kepala sekolah untuk (a) memberi kesempatan kepada guru untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan, (b) menyediakan waktu dan sumber daya pendukung yang mencukupi bagi upaya guru untuk meningkatkan kinerja, (c) menyediakan pelatihan yang mencukupi bagi kebutuhan peningkatan kinerja guru, (d) menghargai perbedaan pandangan dan mengakui kesuksesan yang diraih oleh guru, dan (e) menyediakan akses informasi yang memadai bagi upaya guru untuk meningkatkan kinerja.

Paradigma Confident merupakan upaya kepala sekolah untuk (a) mendelegasikan tugas-tugas yang dianggap penting kepada guru, (b) menggali dan mengakomodasi gagasan dan saran guru, (c) memperluas tugas dan membangun jaringan dengan sekolah dan instansi lain, dan (d) menyediakan jadwal job instruction dan mendorong munculnya win-win solution.

Beberapa upaya kepala sekolah terkait dengan paradigma credibility, adalah (a) memandang guru sebagai partner strategis, (b) menawarkan peningkat standar tinggi di semua aspek kinerja guru, (c) mensosialisasikan inisiatif guru sebagai individu kepada guru

13Ibrahim Bafadal. Supervisi Pengajaran. (Jakarta: Bumi Aksara 1992), 18.

14Oteng Soetisna. Administrasi Pendidikan: Dasar teoritis untuk praktek profesional. (Bandung: Angkasa

1983), 38.

(7)

lain untuk melakukan perubahan secara partisipatif, dan (d) menggagas win-win solution dalam mengatasi perbedaan pandangan dalam penentuan tujuan dan penetapan prioritas.

Paradigma accountability merupakan upaya kepala sekolah untuk (a) menggunakan jalur training dalam mengevaluasi kinerja guru, (b) memberikan tugas yang terdefinisikan secara jelas dan terukur, (c) melibatkan guru dalam penentuan standar dan ukuran kinerja, (d) memberikan bantuan dan saran kepada guru dalam menyelesaikan beban kerjanya, dan (e) menyediakan periode dan waktu pemberian feedback. Paradigma communication adalah upaya kepala sekolah untuk (a) menetapkan kebijakan open door communication, (b) menyediakan waktu untuk memperoleh informasi dan mendiskusikan permasalah secara terbuka, dan (c) menciptakan kesempatan untuk cross-training.

Di samping enam paradigma pemberdayaan guru tersebut, faktor lingkungan sekolah juga sangat menentukan pelaksanaan program pemberdayaan. Caudron (dalam Wahibur Rokhman, 2003) menganjurkan enam hal penting untuk membangun lingkungan sekolah yang kondusif bagi pelaksanaan program pemberdayaan. Enam hal tersebut, adalah (1) work teams and information sharing, (2) training and resources, (3) measurement and feedback, (4) reinforcement, (5) responsibility, dan (6) flexibility procedure.

Membentuk work teams and information sharing sangat penting bagi sekolah, karena di dalam tim terdapat peluang yang besar terjadinya sharing knowledge di antara para guru, pegawai, dan kepala sekolah. Setiap individu diharapkan mampu menyajikan unjuk kerja dan mempengaruhi secara positif kepada yang lain dalam meningkatkan kompetensi. Sharing knowledge di antara para guru, pegawai, dan kepala sekolah terjadi melalui proses-proses komunikasi terbuka tentang kekuatan dan kelemahan kinerja mereka serta mencermati tantangan dan peluang yang mereka hadapi seiring dengan perkembangan pendidikan.

Pemberdayaan training and resources sangat penting untuk menunjang peningkatan profesionalisme guru. Training team memiliki peran penting untuk menjaga kekompakan dalam penyelesaian berbagai masalah di sekolah. Hal ini penting, karena pemberdayaan bagi guru tidak hanya untuk tujuan-tujuan independent empowering, tetapi juga interdependent empowering. Namun, training sangat membutuhkan penyediaan fasilitas da sumber daya lain yang dibutuhkan guru dalam meningkatkan kompetensinya. Measurement sangat dibutuhkan untuk memperoleh data ada atau tidaknya peningkatan dan kemajuan yang dialami guru. Konsep pengukuran tidak bisa dilepaskan dari konsep standar. Hasil pengukuran yang dibandingkan dengan standar akan berfungsi sebagai alat kontrol terhadap kinerja yang dilakukan oleh guru. Namun pasca pengukuran memerlukan adanya feedback secara cepat. Hal ini penting, karena feedback akan memberi peluang bagi guru untuk menampilkan kinerja yang lebih baik.

Dukungan manajemen dengan pemberian reinforcement secara terus menerus akan mendukung dan memotivasi guru. Pada hakikatnya, semua manusia (termasuk guru) merasa respektif terhadap penghargaan yang diterima atas prestasi yang dicapainya. Kepala sekolah atau pengawas perlu memberikan penilaian yang baik atas prestasi kerja yang bisa dicapai oleh guru. Kepala sekolah wajib melakukan sosialiasi atas prestasi yang dicapai guru di sekolah. Memberikan kepercayaan kepada para guru untuk melakukan pekerjaan yang sesuai akan membangun responsibility guru terhadap tugas yang menjadi kewajibannya. Kepercayaan tersebut akan membangkitkan kreativitas dan inovasi mereka yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja dan produktivitasnya. Pemberian wewenang memiliki nilai strategis bagi guru dalam hal meningkatkan rasa percaya diri mereka sebagai akibat dirinya merasa dihargai, penting, dan dibutuhkan keberadaanya di sekolah. Dengan demikian, guru akan mengerahkan seluruh pengetahuan dan keahliannya untuk melakukan tugas dengan sebaik-baiknya.

Flexibility procedure sangat dibutuhkan di sekolah, karena sangat memudahkan dalam pengambilan keputusan. Prosedur yang fleksibel akan mendukung sekolah dalam

(8)

melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan zaman seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Di samping itu, akan memberi peluang pula bagi guru untuk mampu beradaptasi dan meningkatkan kompetensi, sehingga lebih siap dalam berkompetisi.

Langkah yang perlu dilakukan oleh kepala sekolah sebagaimana kompetensi, tugas, dan fungsi supervisi adalah memberdayakan sumberdaya guru dengan mengunakan paradigma, pendekatan, dan teknik supervisi yang tepat. Kegiatan itu mencakup: (1) mengidentifikasi potensi sumberdaya sekolah berupa guru yang dapat dikembangkan; (2) memahami tujuan pemberdayaan sumberdaya guru; (3) mengemukakan contoh-contoh yang dapat membuat guru lebih maju; dan (4) menilai tingkat keberdayaan guru di sekolahnya. Kompetensi strategis yang diemban kepala sekolah dalam menjalankan tugas dan fungsi kepemimpinan sekolah bidang supervisi pembelajaran sebagaimana dokumen penilaian kinerja kepala sekolah, adalah: (a) merencanakan program supervisi pembelajaran dalam rangka peningkatan profesionalisme guru; (b) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat; (c) menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

Usaha untuk perencanaan, pelaksanaan program, dan tindaklanjut hasil supervisi sebagai bagian dari pemberdayaan guru melalui supervisi pembelajaran akan sangat bermakna bila dilaksanakan dengan senantiasa berpedoman pada kajian tentang tipologi guru. Kepala sekolah sebagai supervisor perlu secara mendalam mengidentifikasi guru sehingga mengetahui benar konsep diri guru yang akan dibina. sahertian, 16 menjelaskan tiga ciri guru professional, sebagai berikut; a) ekspert dalam tugas mengajar dan mendidik. b) memiliki tanggungjawab professional, c) memiliki rasa kesejawatan. Lebih lanjut dijabarkan tentang empat kategori guru berdasarkan tingkat berfikir abstrak ditandai dengan kemampuan kognitifnya tinggi, imajinatif, kreatif, adaptif, memiliki gaya mengajar fleksibel, dan kemampuan untuk mengatasi hambatan belajar dan tingkat komitmen yang ditandai dengan kecenderungan untuk senantiasa terlibat aktif dengan penuh tanggungjawab17. Pertama adalah guru professional, yaitu guru yang memiliki tingkat berfikir abstrak tingi dan tingkat komitmen tinggi Kedua, guru yang suka kritis, yaitu guru yang memiliki abstraksi tinggi tapi komitmennya rendah. Ketiga, guru yang terlalu sibuk, yaitu guru yang memiliki abstraksi rendah tetapi tingkat komitmennya tinggi. Keempat, guru yang kurang bermutu, dimana guru tersebut memiliki tingkat abstraksi dan tingkat komitmen yang rendah.

Kepala sekolah dalam merancang program supervisi sebagai pembinaan professional dapat mengambil pendekatan saintifik (ilmiah) dan artistik (seni). Dalam pendekatan ilmiah kepala sekolah melakukan supervisi sebagaimana kaidah-kaidah ilmiah sebagaimana prosedur dan ketentuan manajerial pembelajaran sementara dengan pendekatan artistik lebih menekankan pada prinsip-prinsip hubungan antar manusia dimana masing-masing memiliki pribadi yang unik dan pola hubungan yang tidak baku. Dalam menerapkan hubungan antar manusia antara supervisor (kepala sekolah) dan yang disupervisi (guru) tidak ada satu ukuran untuk semua orang. Dalam kontek inilah dibutuhkan kompetensi prilaku kepemimpinan pembelajaran yang tinggi oleh kepala sekolah agar saran, bantuan, dan pembinaan yang diberikan dapat diterima oleh guru yang disupervisi. Kompetensi Kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi pembelajaran diarahkan pada memberikan konsultasi individual secara teratur agar guru tetap aktif dalam kegiatan yang ditugaskan. Pembinaan dilaksanakan untuk membantu guru dalam menjelaskan beberapa konsep yang

16Piet A. Sahertian. Paradigma kategori guru kaitannya dengan profesionalisasi tenaga kependidikan. (Pidato

Pengukuhan Guru Besar IKIP Malang 1992), 9-10

(9)

keliru, bersama mereka menggunakan sumber informasi, serta dengan kepemimpinan sekolah mendorong upaya pemecahan masalah pembelajaran secara komprehensif.

Oliva18 mengemukakan peran supervisor yang utama, ada empat hal, yaitu: (a) sebagai koordinator, berperan mengkoordinasikan program dan bahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran dan harus membuat laporan mengenai pelaksanaan programnya; (b) sebagai konsultan, supervisor harus memiliki kemampuan sebagai spesialis dalam masalah kurikulum, metodologi pembelajaran, dan pengembangan staf, sehingga supervisor dapat membantu guru baik secara individual maupun kelompok; (c) sebagai pemimpin kelompok (group leader), supervisor harus memiliki kemampuan memimpin, memahami dinamika kelompok, dan menciptakan berbagai bentuk kegiatan kelompok; dan (d) sebagai evaluator, supervisor harus dapat memberikan bantuan pada guru untuk dapat mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan kurikulum, serta harus mampu membantu mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi guru, membantu melakukan penelitian dan pengembangan dalam pembelajaran dan sebagainya.

Untuk dapat melaksanakan peran di atas, supervisor harus memiliki beberapa kompetensi dan kemampuan pokok, yaitu berkaitan dengan substantive aspects of professional development, meliputi pemahaman dan pemilikan guru terhadap tujuan pengajaran, persepsi guru terhadap peserta didik, pengetahuan guru tentang materi, dan penguasaan guru terhadap teknik mengajar. Kedua berkaitan dengan professional development competency areas, yaitu agar para guru mengetahui bagaimana mengerjakan tugas (know how to do), dapat mengerjakan (can do), mau mengerjakan (will do) serta mau mengembangkan profesionalnya (will grow). 19 Berikutnya dalam pembinaan dan pengembangan profesionalisme guru, Kepala sekolah menciptakan daya dukung lingkungan, keharmonisan hubungan antar guru, koordinasi, dan pendekatan pembinaan. Para guru mengharapkan agar kepala sekolah menggunakan sebagian besar waktunya untuk perbaikan dan peningkatan pengajaran dengan cara yang telah disepati bersama. Oleh sebab itu, kompetensi kepemimpinan pembelajaran dalam melaksanakan tugasnya sebagai supervisor, motivator, dan kompetensi kemampuan melakukan kreatifitas tindaklajut hendaknya menjadi perhatian kepala sekolah.

Kesimpulan

Kepemimpinan kepala sekolah dalam menjalankan perannya sebagai supervisor pembelajaran dituntut untuk dapat merancang program supervisi, melaksanakan, dan melakukan tindak lanjut hasil supervisi. Tiga hal yang harus dikuasai oleh kepala sekolah sebagai Pembina profesionalisme guru, yaitu hakekat pembelajaran, pendekatan pendidikan orang dewasa, karakteristik sekolah maju.

Berkaitan dengan hakekat pembelajaran, kepala sekolah sebagai supervisor harus memahami keterkaitan berbagai domain pembelajaran yang berpengaruh. Faktor pengorganisasian pembelajaran, landasan pendidikan dan domain pembelajaran. Memahami karakteristik yang berkaitan dengan pribadi guru; menyangkut kompetensi yang dimiliki sebagai tenaga professional, abstraksi dan komitmen guru, kemampuan membuat perencanaan dan mengambil keputusan, motivasi kerja, dan keterampilan pembelajaran guru. Tidak kalah penting pula yang berkaitan dengan dukungan infrastruktur pembelajaran, yaitu kurikulum, silabus,, buku pegangan guru, pengaturan jadual belajar dan mengajar, dan pengelolaan siswa secara umum.

Demikian pula yang berkaitan dengan pendekatan pendidikan orang dewasa, kepala sekolah dalam menjalankan peran sebagai supervisor dituntut untuk memiliki kompetensi tentang prinsip, pendekatan, metode dan teknk pembelajaran orang dewasa, memahami

18Peter. F. Oliva. Supervison for Today’s School. 2nd Edition. (New York: Longman, 1984) 67. 19Ibrahim Bafadal. Supervisi Pengajaran. (Jakarta: Bumi Aksara 1992), 10-11.

(10)

tahap perkembangan emosi dan kematangan kerja seorang guru, tahap perkembangan individu, kepribadian dan moral, tahap pengembangan karir dan pembinaan professional.

Kompetesi kepala sekolah yang tidak kalah penting dalam merancang program supervisi, melaksanakan, dan melakukan tindak lanjut hasil supervisi, adalah kemampuan kepala sekolah sebagai supervisor dalam mengetahui standart kemajuan sekolah. Sekolah maju ditentukan oleh kesuksesan peserta didik dalam mencapai keberhasilan belajar yang merupakan ujung dari semua kegiatan yang dilakukan oleh guru dan stakeholder sekolah. Peran supervisor kepala sekolah dalam membina guru berkaitan langsung dengan peran administrator dan motivator yang dijalankan oleh kepala sekolah. Sehingga sebagai supervisor, kepala sekolah mendasarkan pada visi, misi, tujuan sekolah dalam melaksanakan pembinaan professional guru.

Ketiga kompetensi diatas melandasi kompetensi supervisi kepala sekolah dalam menentukan paradigma, pendekatan, metode dan teknik supervisi yang akan dilakukan oleh kepala sekolah. Demikian pula kemampuan kepala sekolah dalam mendalami berbagai bidang studi yang dikuasai oleh guru serta merangkainya dengan pendekatan dan methode pembelajaran yang relevan menjadi penting mengingat kompetensi professional guru yang berbeda-beda. Semua itu dipadu dengan fungsi dan peran kepemimpinan kepala sekolah dalam menciptakan budaya dan iklim sekolah maju, menjamin ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran, serta mengoptimalkan dukungan dari lingkungan sekolah.

Daftar Rujukan

Arifin, Imron. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam mengelola Sekolah Berprestasi, Yogyakarta, Aditya Media, 2008.

Bafadal, Ibrahim, Supervisi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 1992.

Danin, Sudarwan, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesional Tenaga Kependidikan, Bandung, Pustaka Setia, 2002.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1994.

Glickman, C.D, Developmental Supervisiorr. Alexandria: ASCD, 1981.

Mantja, W. Manajemen pendidikan dan supervisi pengajaran. Malang: Wineka Media, 2002. Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi, Bandung, Rosda

Karya, 2003.

Oliva, Peter. F. Supervison for Today’s School. 2nd Edition. New York: Longman, 1984.

Sahertian, Piet A. Paradigma kategori guru kaitannya dengan profesionalisasi tenaga kependidikan. Pidato Pengukuhan Guru Besar IKIP Malan, 1992.

Saiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta, 2009. Sergiovanni, T. J. The Principalship: A Reflective Practice Perspective. Boston: Allyn & Bacon,

1987.

Soemanto, W dan Soetopo H, Kepemimpinan dalam Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982.

Soetisna, O. Administrasi Pendidikan: Dasar teoritis untuk praktek profesional. Bandung: Angkasa, 1983.

Sumidjo, W. Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan teoritik dan permasalahannya), Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Tilaar, H.A.R. Membenahi Pendidikan Nasional, Jakarta, Rineka Cipta, 2002.

Wahibur Rokhman, J. Pemberdayaan dan komitmen: Upaya mencapai kesuksesan organisasi dalam menghadapi persaingan global. Dalam Usmara, A (Ed.): Paradigma baru manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta: Amara Book, 2003.

Referensi

Dokumen terkait

Rancangan Rencana Kerja (Renja) Kecamatan. Seluruh dasar hukum dan pedoman pelaksanaan Musrenbang, mulai dari Rembuk RW, Musrenbang Kelurahan, Musrenbang Kecamatan,

Sehubungan dengan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Dilingkungan Dinas Bina Marga dan Pengaiaran Kabupaten Kampar Tahun Anggaran 2012 bersama ini kami mengundang

Dan didasari dengan studi lapangan dan eksperimen yang penulis lakukan untuk menyelesaikan penulisan ilmiah ini maka program persediaan barang ini terdiri dari : Barang, Supplier

Keterlambatan atau ketidakhadiran dalam menyampaikan pembuktian kualifikasi kepada panitia perusahaan Saudara dinyatakan “M ENGUNDURKAN DIRI ATAU GUGUR ”. Demikian Kami sampaikan

[r]

[r]

Jadwal Pelaksanaan tidak sesuai karena jadwal pengiriman barang dilaksanakan hingga minggu ke 15, hal ini tidak mungkin dilakukan mengingat masih ada waktu penampungan

Untuk menanggulangi masalah ini dirancang sebuah sistem pembayaran kios atau pertokoan yang efektif, agar dapat meningkatkan efisiensi pembayaran, mengurangi kesalahan