• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Televisi sebagai media massa yang muncul belakangan dibanding dengan media cetak dan radio, ternyata memberikan nilai yang sangat spektakuler dalam sisi-sisi pergaulan hidup manusia saat ini. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan sosiologis.

Daya tarik televise sedemikian besar, sehingga pola-pola kehidupan rutinitas manusia sebelum muncul televisi, berubah total sama sekali. Media televisi telah menjadi panutan baru (new religion) bagi kehidupan manusia. Pada akhirnya, media televisi menjadi alat atau sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia, baik untuk kepentingan politik maupun ekonomi, bahkan merubah ideologi serta tatanan nilai budaya manusia yang sudah ada sejak lama.

Pada dasarnya, televisi memiliki fungsi sebagai sarana informasi, edukasi, dan hiburan (Effendy, 2004: 24). Namun pada kenyataaannya, kita dapat melihat bahwa dalam setiap program atau tayangan televisi, unsur hiburanlah yang lebih diutamakan.

Setiap individu memiliki perilaku tertentu dalam menggunakan media massa. Perilaku menonton televisi adalah suatu tindakan menonton televisi karena adanya dorongan dalam diri untuk menonton televisi. Dorongan ini dapat dikatakan sebagai motif atau motivasi seseorang dalam pemuasan kebutuhannya atau konsekuensi lain yang tidak diinginkan sebagai dampak dari perbandingan antara harapan individu sebelum menonton televisi dengan apa yang sesungguhnya diperoleh individu tersebut setelah menonton televisi.

(2)

Televisi menghadirkan berbagai bentuk program acara yang dikemas sedemikian rupa sehingga menarik perhatian penonton. Seperti news reality, talkshow, reality show,

infotainment dan berbagai program lainnya yang semuanya itu dapat menarik perhatian

pemirsa sesuai dengan berkembangnya motivasi individu untuk memilih program acara mana yang dapat memenuhi kebutuhan akan informasi maupun hiburan.

Sekarang ini telah terdapat 10 stasiun televisi swasta, seperti RCTI, TPI, Trans TV, INDOSIAR, Metro TV, SCTV, Global TV, Trans 7, ANTV, TvOne ditambah beberapa media lokal seperti TVRI Medan, Deli TV dan DAAI TV. TVRI Medan adalah stasiun televisi regional Indonesia milik TVRI yang mengudara di kawasan Sumatera Utara. Didirikan pada 28 Agustus 1970, stasiun televisi ini pernah berhenti siaran pada tahun 2003 akibat kekurangan dana, namun siaran kemudian berhasil kembali dilanjutkan.

Televisi swasta kini berlomba-lomba menghadirkan tayangan informasi maupun hiburan yang menarik, cepat dan fenomenal. Ke sepuluh televisi swasta ini menunjukkan bagaimana tingkat kemajuan masyarakat dalam memilih stasiun televisi mana yang menyajikan program acara yang sesuai dengan kebutuhan. Sehingga stasiun-stasiun televisi tersebut saling bersaing untuk menghadirkan dan menyuguhkan program-program acara yang dekat dengan realita kehidupan.

Adanya beberapa program acara yang menayangkan berbagai realita kehidupan, misalnya acara-acara talkshow yang banyak diminati oleh masyarakat seperti “Bukan Empat Mata” (Trans 7), “Kick Andy” (Metro TV), “Online” (Trans TV) dan “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne

Talkshow tidak bisa dipungkiri dalam perkembangannya memang disuguhkan sangat spesial untuk penggemarnya, salah satunya adalah program talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne. Dimulai dengan tayangan perdana pada tanggal 23 April 2009,

(3)

yang disiarkan langsung setiap Kamis pukul 19.30 WIB. Program talkshow ini berdurasi 60 menit. Acara talkshow ringan ini membuat kita berdecak kagum karena mampu menguraikan perjalanan hidup seseorang hingga ia berhasil. Acara ini dipandu pertama kali oleh Indy Rahmawati kemudian digantikan oleh Ira Kusno pada tanggal 02 Juni 2010 hingga saat ini.

Topik dari acara talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” ini tidak bersifat monoton dan terpusat pada satu masalah saja, tetapi tayangan ini juga mengulas berbagai topik atau kasus dari sudut pandang yang berbeda. Informasi atau fenomena yang diangkat dalam talkshow ini biasanya menarik minat masyarakat untuk menontonnya.

Acara “Satu Jam Lebih Dekat” merupakan suatu acara yang bermutu yang diharapkan dapat berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan pemirsanya, khususnya para mahasiswa yang selalu ingin menambah peningkatan pengetahuannya melalui acara-acara yang berbobot. Mahasiswa adalah kalangan intelektual yang penuh bakat dan potensi yang sedang belajar di perguruan tinggi, mahasiswa tidak hanya mempunyai status, tetapi ia juga berjuang keras untuk menyelesaikan studinya (Bertens, 2005: 11).

Susantoro (2003) mengatakan mahasiswa adalah kalangan muda yang berumur antara 19-28 tahun, yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Bahkan dalam kenyataan, banyak mahasiswa yang berumur kurang dari 19 tahun. Susantoro menyatakan bahwa sosok mahasiswa juga kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap keilmuwan yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif, sistematis dan rasional (Bertens, 2005: 13).

Mahasiswa merupakan khalayak yang membutuhkan segala informasi yang ada di sekelilingnya. Mahasiswa akan mencari sumber informasi yang dapat menambah peningkatan pengetahuan dan pengetahuannya. Acara “Satu Jam Lebih Dekat”

(4)

merupakan acara yang menggugah, bermanfaat dan dapat dijadikan alternatif untuk menambah peningkatan pengetahuan mereka. Didasari atas pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa FISIP USU terhadap public figure di Indonesia.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah yaitu sebagai berikut: “Sejauh manakah pengaruh Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP USU terhadap public figure di Indonesia?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari salah pengertian dan memperjelas masalah yang dibahas dalam penelitian, maka peneliti merasa perlu melakukan pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini bersifat korelasional yang mencari hubungan atau menjelaskan hubungan antara pengaruh tayangan “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa FISIP USU terhadap public figure di Indonesia.

b. Penelitian ini terbatas pada Mahasiswa FISIP USU angkatan 2006 – 2009 yang pernah menonton talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne minimal dua kali.

c. Penelitian dimulai dari bulan Juni 2010 sampai dengan selesai.

(5)

I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui materi-materi acara yang disampaikan dalam acara Talkshow “ Satu Jam Lebih Dekat “ di TvOne.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan Mahasiswa FISIP USU terhadap acara Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne.

3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh acara Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP USU terhadap public figure di Indonesia.

I.4.2 Manfaat penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah penelitian, serta memperluas peningkatan pengetahuan peneliti dan Mahasiswa FISIP USU.

2. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang positif kepada Mahasiswa FISIP USU khususnya terhadap Ilmu Komunikasi.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak – pihak yang membutuhkan pengetahuan yang berkenaan dengan masalah penelitian.

I.5 Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti (Nawawi, 1991: 40).

(6)

Teori menurut F.M Kerlinger merupakan himpunan definisi dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2002: 6). Dengan adanya kerangka teori, peneliti akan memiliki landasan dalam menentukan tujuan arah penelitiannya.

Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah: Komunikasi Massa, Fungsi Televisi Sebagai Media Massa, Teori Uses and Gratification, Program Talkshow, Peningkatan Pengetahuan, Public Figur dan Tokoh.

I.5.1 Komunikasi Massa

Komunikasi massa sebagai bagian dari komunikasi memiliki definisi sederhana seperti dikemukakan oleh Brittner, yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada jumlah orang besar. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner: komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004: 3)

Josep A. Devito dalam bukunya, Communicology; An Introduction to the Study

of Communication (Ardianto, 2004: 3) menampilkan definisinya mengenai komunikasi

massa dengan lebih tegas, yakni sebagai berikut:

Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk, semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya sulit didefinisikan.

Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar– pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barang kali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film dan buku.

(7)

Seperti yang dikatakan oleh Severin dan Tankard, komunikasi massa adalah keterampilan, seni dan ilmu, dikaitkan dengan pendapat Devito bahwa komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lainnya, maka komunikasi massa mempunyai ciri–ciri khusus yang disebabkan oleh sifat–sifat komponennya.

Ciri–cirinya adalah sebagai berikut: (Effendy, 2004: 22-25) a. Komunikasi massa berlangsung satu arah

Berbeda dengan komunikasi antarpersona yang berlangsung dua arah (two way

traffic communication), komunikasi massa berlangsung satu arah (one way traffic communication). Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari

komunikan kepada komunikator. Setidaknya komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikannya secara langsung.

b. Komunikator melembaga

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Oleh karena itu komunikatornya melembaga. c. Pesan yang bersifat umum

Pesan yang disalurkan melalui media massa bersifat umum karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu.

d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan.

Ciri lain yang disalurkan media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan–pesan yang disebarkan. Hal inilah yang merupakan ciri yang paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi lainnya.

e. Komunikasi massa bersifat heterogen

Komunikan atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sarana yang dituju komunikator yang bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara terpencar–pencar dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing–masing berbeda dalam beberapa hal: jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita–cita dan sebagainya. Heterogenitas khalayak seperti itulah yang menjadi kesulitan seorang komunikator dalam menyebarkan pesannya melalui media massa karena setiap individu dari khalayak itu menghendaki agar keinginannya dipenuhi.

(8)

Media massa atau pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media massa yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering disingkat sebagai media.

Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu.

I.5.1.1 Fungsi Televisi Sebagai Media Massa

Pada hakikatnya media televisi sebagai media komunikasi pandang dengar mempunyai tiga fungsi (Kuswandi, 1996: 20-21) yaitu:

a. Fungsi Informasi (The Information Function)

Televisi dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana informasi tidak hanya dalam bentuk siaran pandang mata atau berita yang dibacakan penyiar, dilengkapi dengan gambar–gambar yang faktual, akan tetapi juga menyiarkan bentuk lain seperti ceramah, diskusi dan komentar. Televisi dianggap sebagai media massa yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan. b. Fungsi Pendidikan (The Educational Function)

Sebagai media komunikasi massa televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak. Sesuai dengan makna pendidikan yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran mereka, televisi menyiarkan acara–acara tertentu secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, elektronika dan lain–lain.

c. Fungsi Hiburan

Di negara–negara yang kehidupan masyarakatnya bersifat agraris, fungsi hiburan yang melekat di televisi siaran lebih dominan. Sebagian besar dari alokasi siaran diisi oleh acara–acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup serta suara bagaikan kenyataan dan

(9)

dapat dinikmati di rumah–rumah oleh seluruh keluarga, serta dapat dinikmati oleh khalayak yang tidak mengerti bahasa asing bahkan tuna aksara.

I.5.2 Teori Uses and Gratification

Teori uses and gratification adalah teori yang menjelaskan bagaimana komunikan memilih medianya sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Teori Uses and

Gratification menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah

bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus (Effendy, 2004: 289-290).

Katz, Blummer dan Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori Teori Uses and Gratification yaitu (Ardianto, 2004: 71):

a. Khalayak yang dianggap aktif, artinya khalayak dianggap sebagai bagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

b. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak.

c. Media massa harus bersaing dengan sumber – sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas, bergantung pada khalayak yang bersangkutan.

d. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak. Artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi – situasi tertentu.

e. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus dipertanggungkan sebelum diteliti lebih dahulu oleh orientasi khalayak.

(10)

Agar lebih jelas elemen-elemennya dapat dilihat dalam bagan model uses and

gratification:

Gambar. 1

Bagan Teori Uses and Gratification

Dari model di atas dapat dilihat bahwa:

1. Khalayak aktif dan selektif dalam menggunakan media sebagai salah satu cara untuk memuaskan kebutuhan yang timbul dari lingkungan sosialnya mengikuti ciri-ciri demografis, afiliasi kelompok dan karakteristik personal atau ciri-ciri kepribadian . 2. Berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan oleh media tersebut meliputi: kebutuhan

kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional. Kebutuhan pribadi secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status individual. Hal ini bisa diperoleh dari hasrat akan harga diri. Kebutuhan sosial secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguh kontak dengan keluarga, teman dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk Lingkungan sosial 1. karakteristik demografis 2. afiliasi kelompok 3. karakteristik personal Kebutuhan individu: 1. kebutuhan kognitif 2. kebutuhan afektif 3. kebutuhan integrasi personal 4. kebutuhan integrasi sosial 5. kebutuhan pelepasan ketegangan/ melarikan diri Sumber pemenuhan kepuasan non media: 1. keluarga, teman 2. komunikasi interpersona 3. hobbi 4. tidur 5. obat-obatan Penggunaan media unsur: 1. tipe media koran, radio 2. terpaan media 3. hubungan sosial dari terpaan media Gratifikasi media: 1. pengawasan 2. hiburan 3. pribadi 4. hubungan sosial

(11)

berafiliasi. Sementara itu, kebutuhan pelepasan adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman. Kebutuhan ini dapat dipuaskan dengan memanfaatkan media yang digunakan khalayak tersebut yang mengarah kepada pemuasan atau fungsi-fungsi media yang meliputi: pengawasan lingkungan, diversi, identitas dan hubungan sosial (Nurdin, 2005: 25).

I.5.3 Program Acara Talkshow

Talkshow merupakan acara yang digemari saat ini, dapat dilihat dari hampir setiap stasiun televisi swasta memiliki program acara talkshow, mungkin karena narasumber yang fenomenal, topik yang dibahas biasanya merupakan prasangka– prasangka yang sedang berkembang di masyarakat, misalnya gosip tentang masalah perceraian selebritis, dimana semua akan diungkap mulai dari penyebab perceraian itu atau alasan–alasan lain yang menjadi faktor penyebabnya, materi yang dibahas juga dapat memberikan banyak peluang usaha dapat kita lihat dari kegigihan seorang narasumber dalam mencapai karir atau usahanya yang mulai dari nol sampai berkembang pesat, juga dapat dijadikan hiburan karena presenternya menyampaikan materi dengan cara yang kocak dan menarik.

Talkshow, tidak bisa dipungkiri dalam perkembangannya sehingga banyak program–program televisi yang notabenenya merupakan acara talkshow. Talkshow sendiri mempunyai gaya sendiri dalam penyampaian informasinya, sehingga acara talkshow banyak digemari khalayak. Karena acara talkshow banyak digemari, banyak media televisi menyajikan talkshow yang mempunyai kekhasan sendiri sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa talkshow merupakan program yang dapat menyebarkan dan menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh pemirsa dan penggemarnya.

Di dalam talkshow terdapat komponen-komponen pendukungnya seperti: host atau pembawa acara, materi acara yang dibawakan, bintang tamu yang akan dihadirkan

(12)

dalam acara tersebut, studio atau tempat acara itu dilaksanakan, frekuensi penayangan acara tersebut dan waktu penayangannya.

Bermacam-macam jenis talkshow muncul di layar televisi. Dengan pembawa acara mulai dari pria, wanita, bahkan ada pula yang dipandu berdua. Menurut Timberg (2002), berdasarkan waktu penayangannya talkshow bisa dibedakan menjadi 3 bagian utama, yakni:

1. The Late-Night Entertainment Talkshow

Jenis ini biasanya paling dekat pada benak khalayak, jika mengingat talkshow, yakni acara yang menghadirkan selebritis, juga biasa bersama orang lain dan mereka duduk berdekatan

2. The Daytime Audience-Participation Show

Berbeda dari host yang lain yang bediri di panggung sepanjang acara, host berkeliling di antara penonton studio, sehingga menimbulkan kesan akrab.

3. The Early-Morning News Talk Magazine Show

Talkshow ini muncul lebih awal, yang biasanya mengambil waktu siaran dari mulai pagi atau sebelum tengah hari.

I.5.4 Pengertian Pengetahuan

Semua peristiwa komunikasi yang dilakukan secara terencana memiliki tujuan yakni, untuk mempengaruhi khalayak atau penerima. Pengaruh atau efek itu merupakan perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.

Salah satu efek yang diharapkan dari sebuah proses komunikasi adalah menambahnya pengetahuan komunikan atau penerima informasi. Menambah pengetahuan komunikan biasanya merupakan target antara dari sebuah komunikasi oleh komunikator karena pada dasarnya mereka mengharapkan suatu tindakan yang dilakukan oleh komunikan setelah memperoleh informasi tersebut.

(13)

Pengetahuan ialah semua yang diketahui (Sobur, 2003: 36). Sedangkan Partap Sing Mehra dan Jazir Burhan dalam buku mereka, Pengantar Logika Tradisional mengemukakan, “Pengetahuan adalah suatu sistem gagasan yang bersesuaian dengan sistem benda-benda lain dan dihubungkan dengan keyakinan”. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segala sesuatu yang diketahui individu mengenai suatu bidang tertentu.

Dengan pengetahuan manusia diharapkan dapat menjawab kesulitan ataupun persoalan yang ada dalam hidupnya. Bahkan dapat mengadakan penemuan-penemuan baru di segala bidang kehidupan. Secara umum pengetahuan manusia itu bersifat diagonal, dimana manusia menerima pengaruh dari lingkungannya.

Kemudian manusia berusaha untuk memahami dan mengungkapkannya, lalu manusia memberikan makna kepada pengaruh itu.

Sesuai dengan hakekatnya pengetahuan manusia dibedakan menjadi:

1. Pengetahuan Inderawi, yaitu pengetahuan yang dimiliki manusia melalui kemampuan inderanya. Pengetahuan ini disebabkan oleh adanya perbedaan antara indera yang satu dengan indera yang lain. Karena itu indera ini bersifat parsial. Pengetahuan ini sangat penting karena bertindak sebagai pintu gerbang untuk menuju pengetahuan yang lebih utuh.

2. Pengetahuan Naluri, merupakan pengetahuan yang berdaya khas yang dimiliki manusia. Seperti terlihat dalam persepsi yang disertai emosi spontan misalnya rasa takut, kegembiraan, kesedihan dan sebagainya.

3. Pengetahuan Rasional, yakni pengetahuan yang bersifat lebih tinggi dan khas yang dimiliki oleh manusia. Pengetahuan ini dicirikan oleh kesadaran

(14)

akan suatu hal dalam keputusan dan tidak terbatas pada kepekaan indera tertentu. Pengetahuan ini memiliki dua tingkatan yaitu:

- Pengetahuan Biasa, yaitu pengetahuan yang diperoleh tanpa usaha khusus. Pengetahuan ini diperoleh dari pergaulan normal dengan lingkungan.

- Pengetahuan Ilmiah, yaitu pengetahuan yang terorganisasi dengan sistem dan metode berusaha untuk mencari hubungan-hubungan tetap di antara gejala-gejala (Burhannuddin, 1995: 7-8).

I.5.5 Tokoh

Menurut Aminudin (2002: 79) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Istilah tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiantoro, 2002: 165).

Tokoh adalah salah satu unsur yang penting dalam suatu novel atau cerita rekaan. Menurut Abrams (dalam Nurgiantoro 2002: 165) tokoh cerita merupakan orang atau yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama oleh pembaca kualitas moral dan kecenderungan–kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dengan tindakan. Menurut Sudjiman (1988: 16) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan.

I.6 Kerangka konsep

Seorang peneliti harus menetapkan variabel–variabel penelitian dalam penelitiannya sebelum pengumpulan datanya. Kerangka konsep merupakan pemikiran

(15)

rasional yang bersifat teoritis dalam memperkirakan hasil penelitian yang dicapai (Nawawi, 1991: 56).

Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang akan diteliti yaitu:

a. Variabel Bebas (X)

Yaitu suatu gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain (Nawawi, 1991: 40) variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne.

b. Variabel Terikat (Y)

Yaitu sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada ataupun muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan adanya variabel lain.

Variabel terikat yaitu variabel yang merupakan akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 1997: 12). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP USU.

c. Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu yang berbeda dengan individu lain.

(16)

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FISIP USU yang sudah menyaksikan talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne, yang meliputi usia, jenis kelamin dan departemen.

I.7 Model Teoritis

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat dibuat suatu model teoritis sebagai berikut:

VARIABEL BEBAS (X) “Talkshow Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne

VARIABEL TERIKAT (Y) Peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP USU

KARAKTERISTIK RESPONDEN

(17)

I.8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka dibuat operasional variabel untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam penelitian yaitu:

Tabel 1. Variabel Operasi

Variabel Teoritis Variabel Operasional

1.Variabel Bebas (X)

Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne

Komponen – komponen Talkshow: 1. Host atau pembawa acara 2. Materi acara

3. Bintang tamu acara 4. Studio / panggung acara 5. Frekuensi penayangan 6. Waktu penayangan 2. Variabel (Y)

Peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP USU

1. Pengetahuan tentang public figure Indonesia setelah menonton tayangan talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne

2. Minat terhadap tayangan “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne

3. Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin

2. Departemen

I.9 Defenisi Operasional

Menurut Singarimbun (1995: 46) defenisi operasional adalah hasil penelitian yang memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Dalam penelitian ini, variabel-variabel dapat didefinisikan sebagai berikut:

a. Variabel Terikat (X): Talkshow Satu Jam Lebih Dekat di TvOne.

- Pembawa acara/host: adalah seseorang yang membawakan suatu program acara dimana ia memiliki ciri khas, nilai jual, interest, misalnya

(18)

pembawa acara tersebut memiliki sifat manusiawi dan tidak memojokkan narasumbernya.

- Materi acara: topik-topik apa yang diangkat dalam acara tersebut misalnya, perjalanan karier, gaya hidup dan gossip

- Bintang tamu: acara talkshow menampilkan wawancara menarik terhadap orang-orang tertentu seperti selebritis dan tokoh-tokoh

- Studio/panggung acara: tata ruang dan tempat yang digunakan untuk mengadakan acara talkshow sehingga kelihatan menarik

- Frekuensi penayangan: adalah berapa lama acara tersebut ditayangkan sehingga tidak menimbulkan rasa bosan

- Waktu penayangan: adalah kapan acara itu ditayangkan sehingga kemungkinan banyak khalayak yang menyaksikannya

b. Variabel Terikat (Y), Peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP USU. - Pengetahuan terhadap public figure di Indonesia setelah menonton

tayangan “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne: bertambahnya pengetahuan tentang public figure di Indonesia setelah menonton tayangan tersebut. - Minat terhadap tayangan “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne: perhatian,

kesenangan akan suatu hal yaitu tayangan “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne.

(19)

c. Karakteristik Responden, meliputi:

- Jenis Kelamin: jenis kelamin dari responden (wanita/pria)

- Departemen: yang menjadi responden semua departemen di FISIP USU.

I.10 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu kesimpulan yang masih kurang, yang masih belum sempurna. Pengertian ini diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian (Bungin, 2001: 75).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho: Tidak terdapat hubungan antara pengaruh talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU.

Ha: Terdapat hubungan antara pengaruh talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne terhadap Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU.

Gambar

Tabel 1. Variabel Operasi

Referensi

Dokumen terkait

Protein hewani memiliki asam amino yang lengkap, hampir- hampir tidak bisa digantikan dengan protein nabati (protein asal tumbuhan) dalam hal mendukung fungsi otak

Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas maka dapat diketahui bahwa pada umumnya responden yang diteliti memiliki pengaruh bauran pemasaran jasa yang baik terhadap

Bleeding time digunakan untuk pemeriksaan penyaring hemostasis primer atau interaksi antara trombosit dan pembuluh darah dalam membentuk sumbat hemostatik, pasien

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian pada bab IV yaitu Peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media lingkungan pada peserta didik kelas V

Rumusan hipotesis tindakan penelitian ini, “ Dengan pendekatan terpadu dan media gambar akan diperoleh peningkatan hasil pembelajaran keterampilan menulis berita pada siswa kelas

Hasil yang diperoleh dengan adanya penelitian tersebut adalah pembelajaran dengan menggunakan ubin aljabar sebagai alat bantu pada materi persamaan kuadrat khususnya pada

d) Reference to the FSC normative documents used, including the version number. NOTE: In the case of formal FSC pilot tests of draft normative documents, the certification body

Responsivitas Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam Melindungi Anak Trelantar di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rahayu Kabupaten