• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengamatan Sifat Bahan Cair I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengamatan Sifat Bahan Cair I"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 1

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah tugas laporan akhir ini tepat pada waktunya. Laporan ini merupakan tugas dari praktikum yang telah kami laksanakan sebelumnya. Dalam penyusunan Laporan Akhir Praktikum ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Akhir Praktikum ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Kami menyadari, bahwa penulis masih banyak kekurangan dalam membuat Tugas Laporan Praktikum ini. Oleh sebab itu, kami meminta saran kepada pembaca, bila penulis ada kesalahan. Semoga Laporan Praktikum Farmasi Fisik ini dapat bermanfaat bagi pembaca, walaupun masih banyak kekurangan.

Semoga makalah ini akan bermanfaat bagi kita semua agar dapat mengetahui tentang sifat dari bahan zat padat, terutama paracetamol yang akan kami bahas pada makalah ini. Terima kasih atas bimbingan dan waktunya sampai percobaan dan makalah ini diselesaikan.

Jakarta, 8 September 2012

(2)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 2

Daftar Isi

Kata Pengantar 1 Daftar Isi 2 Pendahuluan 3 Tinjauan Pustaka 6

Metode Kerja dan Hasil Pengamatan 15

Pembahasan 19

Penutup 22

(3)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 3

Bab I

Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Secara klinik, ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi penglepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral, rectal, dan tropical. Formulasi yang berhasil dari suspensi, emulsi dan tablet, dari segi kestabilan fisik , dan respon farmakologis , juga bergantung pada ukuran partikel yang dicapai dari produk itu. Dalam bidang pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian ukuran partikel sangat penting sekali dalam mencapai sifat aliran yang diperlukan dan pencampuran yang benar dari granul dan serbuk, kadar air, kelarutan dan jarak lebur juga mempengaruhi dalam pembuatan obat.

Kelarutan sangat penting, karena dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis (dibidang farmasi) Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan, dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Adapun kelarutan didefenisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jeuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefenisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen.

Pada percobaan kali ini, kita akan mengenal dan mengamati karekteristik serbuk, dengan cara mengetahui berapa kadar air yang terkandung, kelarutan dari suatu serbuk dan jarak lebur. Dengan menggunakan metode susut pengeringan (Loss On Drying), kelarutan dan Melting point (jarak lebur).

(4)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 4

I.2 Tujuan Percobaan

 Untuk mengenal karakteristik serbuk, pengukuran kadar air serbuk, pengukuran kelarutan bahan 1 dengan sample paracetamol, pengukuran kelarutan bahan II dengan sample oleum iecoris aseli serta pengamatan jarak lebur dan bobot jenis.

 Menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen.

 Merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh nilai.

I.3 Alat dan Bahan yang Digunakan

I.3a Alat-alat yang digunakan : - Botol timbangan dan oven

- Erlenmeyer

- Gelas ukur

- Timbangan

- Melting Block

- Piknometer

I.3b Bahan-bahan yang digunakan : - Paracetamol

- Oleun Iecoris aseli

- Cera Flava

(5)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 5 - NaOH

- HCl

(6)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 6

BAB II

Tinjauan Pustaka

a. Teori Umum

a.1 Kelarutan

Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh pada

suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang berlainan. Untuk dibedakan

antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan

dalam keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan kristal campuran). (1 : 589)

Kelarutan didefenisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut

dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefenisikan sebagai

interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen. Larutan

dinyatakan dalam mili liter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam

salisilat akan larut dalam 500 ml air. Kelarutan dapat pula dinyatakan dalam satuan molalitas,

molaritas dan persen (2; 16).

Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan “cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena

bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaanya, tidak dimasukkan kedalam golongan produk

(7)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 7 Pelepasan zat dari bentuk sediannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika

zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya obat baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya

terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek farmakologi dari

sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya (2; 16).

Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum

larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu

melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan

jenuh. (3 : 306)

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:

(2 :16)

1. pH

2. Temperatur

3. Jenis pelarut

4. Bentuk dan ukuran partikel

5. Konstanta dielektrik pelarut

6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks ion sejenis dan lain-lain.

Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas pelarut yaitu oleh momen

dipolnya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionic dan zat polar lainnya. Sesuai dengan itu, air

bercampur dengan alcohol dalam segala perbandingan dengan melarutkan gula dan senyawa

polihidroksi lain. (1: 561)

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga merupakan satu karakteristik yang sangat penting pada bahan

(8)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 8 pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut (Sandjaja 2009).

a.2 Jarak Lebur

Titik didih normal adalah temperature dimana tekanan uap cairan menjadi sama dengan tekanan luar yaitu 760 mmHg (system terbuka). (Kosman, 2005)

Titik didih suatu cairan ialah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan luar (tekanan yang dikenakan pada permukaan cairan). Apabila tekanan uap sama dengan tekanan luar, maka gelembung uap yang terbentuk dalam cairan dapat mendorong diri ke permukaan menuju fase gas. Oleh karena itu, titik didih suatu cairan bergantung pada tekanan luar (Anonim, 2005)

Jarak lebur zat adalah jarak antara suhu awal dan suhu akhir peleburan zat. Suhu awal dicatat pada saat zat mulai menciut atau membentuk tetesan pada dinding pipa kapiler, suhu akhir dicatat pada saat hilangnya fase padat. (Dirjen POM, 1979). Suhu lebur zat adalah suhu pada saat zat tepat melebur seluruhnya yang ditunjukkan pada saat fase padat tepat hilang (Dirjen POM, 1979)

Titik beku atau titik leleh dari senyawa murni adalah temperature di mana fase padat dan fase cair berada dalam keseimbangan pada tekanan atm. Keseimbangan di sini berarti kecenderungan zat padat berubah menjadi wujud cair sama dengan kecenderungan terjadinya proses sebaliknya, karena cairan dan padatan keduanya mempunyai kecenderungan melepaskan diri yang sama (Martin, 1990)

Sekarang jika zat terlarut dilarutkan dalam cairan pada titik tripel (air bebas udara, dimana zat padat, zat cair dan uap ada dalam keseimbangan, terletak pada tekanan 4,58 mm Hg dan temperature 0,0098o C), kecenderungan melepaskan diri atau tekanan uap pelarut cair mengalami penurunan di bawah tekanan pelarut murni. Temperatur harus turun dengan maksud menata kembali kesetimbangan antara cair dan padat. Karena kenyataan ini, titik beku larutan selalu lebih rendah daripada pelarut murni. Dianggap pelarut membeku dalam keadaan murni

(9)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 9 daripada sebagai larutan padat yang mengandung zat terlarut. Apabila komplikasi semacam ini muncul, perhitungan khusus, tidak diterangkan di sini, harus dilakukan

Makin pekat larutan, semakin jauh terpisah kurva pelarut dan larutan dalam diagram dan semakin besar juga penurunan titik beku. Sehubungan dengan itu, keadaan yang ada memperlihatkan kesamaan dengan yang diterangkan untuk kenaikan titik didih, dan penurunan titik didih sebanding dengan konsentrasi molao zat terlarut (Martin, 1990).

Beberapa metode tersedia untuk penentuan penurunan titik beku. Yang termasuk ini adalah :

1. Metode Backmann dan

2. Metode keseimbangan

Peralatan untuk penentuan titik didih larutan dengan mempergunakan metode Beckmann. Alat ini terdiri dari suatu tabung berjaket di mana pada salah satu sisinya ada tempat untuk memasukkan bahan yang akan diuji. Termometer Beckmann dipasang pada tabung dan terandam dalam larutan yang akan diuji. Pengaduk gelas dipasang pada tabung melelui tutupnya dan digerakkan dengan tangan atau dengan motor. Tabung dan jaketnya dipasang dalam suatu bejana berisi campuran pendingin es dan garam. Dalam melakukan penentuan, temperature dibaca pada thermometer diferensial Beckmann pada titik didih pelarut murni, air. Berat zat terlarut yang diketahui dimasukkan dalam peralatan, yang berisi berat tertentu pelarut, dan titik beku larutan dibaca dan dicatat (Martin, 1990)

Metode kesetimbangan adalah prosedur yang paling teliti untuk memperoleh data titik beku. Titik beku pelarut murni ditentukan secara teliti dengan mencampur pelarut padat dan cair (es dan air) dalam sebuah tabung berjaket atau labu Dewar. Apabila tercapai kesetimbangan, temperatur campuran dibaca dengan thermometer Beckmann

a.3 Kadar Air

Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai

(10)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 10 keseimbangan dengan kelembaban udara di sekitarnya. Kadar air bahan ini disebut dengan kadar air seimbang. Setiap kelembaban relatif tertentu dapat menghasilkan kadar air seimbang tertentu pula. Dengan demikian dapat dibuat hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif.

Aktivitas air dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Aw = ERH/100

Aw = aktivitas air

ERH = kelembaban relatif seimbang

Bila diketahui kurva hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif pada hakikatnya dapat menggambarkan pula hubungan antara kadar air dan aktivitas air. Kurva ini sering disebut kurva Isoterm Sorpsi Lembab (ISL). Setiap bahan mempunyai ISL yang berbeda dengan bahan lainnya. Pada kurva tersebut dapat diketahui bahwa kadar air yang sama belum tentu memberikan Aw yang sama tergantung macam bahannya. Pada kadar air yang tinggi belum tentu memberikan Aw yang tinggi bila bahannya berbeda. Hal ini dikarenakan mungkin bahan yang satu disusun oleh bahan yang dapat mebgikat air sehingga air bebas relatif menjadi lebih kecil dan akibatnya bahan jenis ini mempunyai Aw yang rendah.

Ada beberapa cara penentuan kadar air cara fisis antara lain:

1. Berdasarkan tetapan dielektrikum

2. Berdasarkan konduktivitas listrik (daya hantar listrik) atau resistansi 3. Berdasarkan resonansi nuklir magnetic

4. Metode khusus misalnya dengan kromatografi, Nuclear Magnetic-Resonance

a.4 Bobot Jenis

Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat disbanding dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25o C). Rapat jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25o /25o, 25o/4o, 4o,4o). Untuk bidang farmasi biasanya 25o/25o.

(11)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 11 Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250 terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 250C zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi, dan mengacu pada air yang tetap pada suhu 250C (2 ; 1030).

Menurut defenisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam decimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai temperature yang sama atau temperature yang telah diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan (3).

Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 40C atau temperatur lain yang telah ditentukan

Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu :

1. Bobot jenis sejati

Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan tertutup.

2. Bobot jenis nyata

Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup.

3. Bobot jenis efektif

Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup.

(12)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 12 merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksan konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi

Metode penentuan untuk cairan

Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.

Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang terdesak.

Metode Neraca Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.

Metode Densimeter merupakan alat untuk mengukur massa jenis (densitas) zat cair secara langsung. Angka-angka yang tertera pada tangkai berskala secara langsung menyatakan massa jenis zat cair yang permukaannya tepat pada angka yang tertera.

(13)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 13

b. Uraian Bahan

Paracetamol

o Warna : Putih

o Rasa : Pahit

o Bau : Tidak berbau o Pemerian : serbuk hablur o Kadar : 98 – 100 %

o Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, larut dalam 7 bagian etanol (95%)P, larut dalam 13 bagian aseton, larut dalam 40 bagian gliserol, larut dalam sebagian propilen glikol, larut dalam alkali hidroksida.

o Titik lebur : 111o C o Masa molekular : 272,4 g/mol o PH larutan : 5-7oC

o Stabilitas : Pada suhu > 40oC akan lebih mudah

- terdegradasi, lebih mudah terurai dengan adanya udara dari - luar dan adanya cahaya, pH jauh dari rentang pH optimum - akan menyebabkan zat terdegradasi karena terjadi hidrolisis. o Khasiat : antipiretik

o Kegunaan : sebagai sampel

Oleum Iecoris aseli

o Warna : kuning

o Rasa : seperti ikan

o Bau : berbau khas, tidak tengik, seperti ikan o Pemerian : cairan minyak, encer

o Kelarutan : Mudah larut dalam eter, dalam kloroform, dalam karbon disulfida, dan dalam etil asetat.

o Khasiat : sumber vitamin A dan D o Kegunaan : sebagai sampel

(14)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 14 Cera Flava

o Warna : kuning sampai coklat keabuan o Rasa : tidak berasa

o Bau : khas seperti madu

o Pemerian : zat padat, jika dingin sgsk rspuh, jika hangat menjadi elastic, bekas papatahan buram dan berbutir warna coklat kekuningan

o Kelarutan : tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) dingin, tetapi larut dalam etanol panas. Asam serotat dan sebagian dari mirisin yang merupakan kandungan malam kuning dapat larut dalam kloroform P, larut dalam eter P hangat, dan larut dalam minyak lemak dan minyak atsiri. Larut sebagian dalam benzena dan karbon disulfida dingin. Pad suhu lebih kurang 30˚ C larut sempurna dalam benzena dan disulfida.

o Kandungan kimia : lebih kurang 70% ester terutama miristil palmitat. Disamping itu juga mengandung asam bebas 14%, hidrokarbon 20%, ester kolesterol, zat warna, pollen, dan propolish.

o Khasiat : bahan salep o Kegunaan : sebagai sampel

(15)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 15

BAB III

Metode Kerja dan Hasil Pengamatan

1. Pengukuran Kadar Air Serbuk

 Alat dan bahan yang diperlukan : Botol timbangan dan oven

Timbangan

Serbuk paracetamol

 Prosedur Kerja :

a. Timbang seksama botol timbangan ( 18,29 gram )

b. Masukan 5 gram serbuk paracetamol dan timbang ( 23,30 gram )

c. Masukan botol timbangan kedalam oven suhu 105˚c selama 60 menit dihitung sejak suhu 105˚c. Mulai jam 09:51 sampai dengan 10:51

d. Dinginkan didalam desikator

e. Timbang seksama botol dan serbuk f. Hitung susut pengeringan :

( ) ( )

( ) x 100%

= x 100% = 0 %

g. Hitung Kadar uap :

( ) ( )

(16)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 16

x 100% = 0 %

2. Pengukuran Kelarutan Bahan I ( Paracetamol )

a. Timbang serbuk paracetamol dangan seksama ( 10 gram )

b. Ambil cairan pelarut sebanyak sebanyak 10 ml masukan ke dalam tabung reaksi.

Propilen glikol NaOH

HCl

c. Masukan serbuk sedikit demi sedikit ke dalam cairan pelarut, kocok secara perlahan sampai larut, tambahkan lagi serbuk, aduk lagi sampai pengadukan sudah tidak dapat melarutkan serbuk.

d. Amati dan catat hasil pengamatan!

Serbuk Pelarut Kelarutan /Teori Volume Pelarut Berat Serbuk Paracetamol Propilen glikol 10 ml 3,15 gram

Paracetamol NaOH 10 ml 0,81 gram

Paracetamol HCl 10 ml 0,64 gram

e. Hitung Kelarutan serbuk untik tiap cairan

Nama Bahan padat Propilen glikol NaOH HCl

(17)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 17

3. Pengukuran Kelarutan Bahan II ( Ol. Iecoris Aseli )

a. Timbang cairan Ol. Iecoris aseli ( 5 gram ) b. Ambil cairan pelarut sebanyak 10 ml

Propilen glikol NaOH

HCl

c. Masukan cairan uji sedikit demi sedikit kedalam cairan pelarut, kocok secara perlahan sampai larut, tambahkan lagi cairan uji, aduk lagi sampai pengadukan sudah tidak dapat melarutkan cairan.

d. Amati dan catat hasil pengamatan

Cairan Pelarut Kelarutan /Teori

Volume Pelarut

Berat Cairan

Ol. Iecoris Propilen glikol

10 ml 4, 06 ml

Ol. Iecoris NaOH 10 ml 0, 28 ml

Ol. Iecoris HCl 10 ml 3, 10 ml

e. Hitung Kelarutan cairan untuk tiap cairan pelarut

Nama Bahan cair Propilen glikol NaOH HCl

Ol. Iecoris Aseli 1:50 2:5 16:50

4. Pengamatan Jarak Lebur

(18)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 18 b. Masukan bahan uji kedalam labu kapiler

c. Panaskan melting block dengan Bunsen

d. Tempatkan thermometer pada lubang yang tersedia e. Tempatkan pipa kapiler pada lubang yang tersedia f. Catat temperature pada saat mulai melebur

g. Catat temperature pada saat terakhir melebur

Bahan Uji

Suhu Lebur Awal Akhir Cera Flava 58 ˚ c 60˚c Waktu peleburan 16 detik.

5. Pengamatan Bobot Jenis

a. Ambil Bahan Ujidibawah ini secukupnya.

b. Timbang piknometer ( 16,26 gram ) c. Masukan air murni kedalam piknometer

d. Timbang piknometer berisi air murni ( 45,42 gram ) e. Catat temperatur lingkungan

f. Ganti air murni dengan zat uji

g. Timbang piknometer berisi zat uji, catat pada tabel di bawah h. Hitung bobot jenis.

Bahan Uji Nama Bahan Bobot bahan + piknometer

Berat Jenis Bahan

Air 45,42 gram 1

Parafin Liq 41,98 gram 0,882

(19)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 19

BAB IV

Pembahasan

a. Kadar Air

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga merupakan satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut (Sandjaja 2009).

Penentuan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-110ºC selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas, dilakukan pemanasan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. (Winarno.1992).

b. Kelarutan

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.

Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada

(20)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 20 bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.

c. Jarak Lebur

Jarak lebur zat adalah jarak antara suhu awal dan suhu akhir peleburan zat. Suhu awal dicatat pada saat zat mulai menciut atau membentuk tetesan pada dinding pipa kapiler, suhu akhir dicatat pada saat hilangnya fase padat sedangakan suhu lebur zat adalah suhu pada saat zat tepat melebur seluruhnya yang ditunjukkan pada saat fase padat tepat hilang.

Tinggi rendahnya suhu lebur pada suatu zat padat dipengaruhi oleh bentuk zat padat tersebut dan kekuatan/jenis ikatan yang ada pada padatan tersebut. Pada suatu padatan dengan bentuk kristal dan ikatan kovalen maka akan memiliki suhu lebur yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan padatan lain dengan ikatan van der Waals, walaupun terdiri dari unsur yang sama.

Suhu lebur suatu padatan murni adalah spesifik, hal ini berarti dapat digunakan untuk penentuan kemurnian suatu zat padat. Apabila terdapat zat pengotor yang larut maka akan menyebabkan turunnya suhu lebur dari padatan murni tersebut, sedangkan apabila terdapat zat pengotor yang tidak larut maka akan menyebabkan suhu lebur semu atau suhu leburnya tidak tajam/tegas.

NO Istilah Kelarutan Jumlah bagian pelarut yang dibutuhkan untuk melarutkan satu bagian zat 1 2 3 4 5 6 7

Sangat Mudah Larut Mudah Larut

Larut

Agak Sukar Larut Sukar Larut

Sangat Sukar Larut Praktis Tidak Larut

< 1 1 – 10 10 – 30 30 – 100 100 – 1000 1000 – 10.000 > 10.000

(21)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 21

d. Bobot Jenis Suatu Zat

Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25o C). Angka bobot jenis menggambarkan suatu angka hubungan tanpa dimensi, yang ditarik dari bobot jenis air pada 4oC. Bobot jenis relative dari farmakope-farmakope adalah sebaliknya suatu besaran ditarik dari bobot dan menggambarkan hubungan berat dengan bagian volume yang sama dari zat yang diteliti dengan air, keduanya diukur dalam udara dan pada 200C

Pada percobaan ini, penentuan kerapatan dan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer. Sampel yang digunakan adalah etanol, kloroform, aseton. Pengukuran dengan menggunakan piknometer, sebelum digunakan harus dibersihkan dan dikeringkan hingga tidak ada sedikitpun titik air di dalamnya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh bobot kosong dari alat. Jika masih terdapat titik air di dalamnya, dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh.

Pada pengisiannya dengan sampel, harus diperhatikan baik-baik agar di dalam alat tidak terdapat gelembung udara, sebab akan mengurangi bobot sampel yang akan diperoleh. Alat piknometer yang digunakan telah dilengkapi dengan termometer, sehingga langsung dapat diketahui suhu sampel tersebut. Pada percobaan etanol, pengukuran harus segera dilakukan ketika piknometer telah diisi sampel, sebab sampel akan terus berkurang bobotnya.

(22)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 22

BAB V

Penutup

Kesimpulan

Dari hasil percobaan maka disimpulkan bahwa:

a. paracetamol memiliki kadar uap 0 %, kurang larut dalam propilen glikol serta tidak larut dalam NaOH dan HCl.

b. Oleum iecoris aselli tidak larut dalam NaOH dan propilen glikol, serta sukar larut dalam HCl.

c. Kerapatan adalah masa perunit volume suatu zat pada temperatur tertentu. Pada intinya, bobot cairan itu berbeda, bobot air, paraffin liq, dan oleum cocos mempunyai kerapatan yang berbeda, oleh sebab itu jika masing-masing cairan tersebut ditimbang, akan menghasilkan berat yang berbeda, walaupun dalam bentuk mililiter sama jumlahnya.

Saran

Sebaiknya percobaan ini dilakukan dengan metode lain agar diperoleh perbandingan yang lebih jelas antara metode satu dengan lainnya.

(23)

Laporan Praktikum Farmasi Fisik Page 23

Daftar Pustaka

1. Ditjen POM., (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III, Departemen Kesehatan RI,

Jakarta.

2. http://rgmaisyah.wordpress.com/2009/04/25/bobot-jenis-dan-rapat-jenis/

3. Atkins' Physical Chemistry, 7th Ed. by Julio De Paula, P.W. Atkins ISBN 0-19-879285-9

4. Lembar Kerja Praktikum Farmasi Fisik, (2011), Tim Penyusun, Jakarta

5. http://rv-reskisari.blogspot.com/2012/06/penentuan-titik-lebur.html, diakses Jum’at, 07 September 2012 , 12:20

6. http://ritariata.blogspot.com/2010/03/cera-flava-dan-cera-alba.html, diakses Jum’at ,07 september 2012, 09: 47

7. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kelarutan/, diakses Selasa, 04 september 2012, 09:10

Referensi

Dokumen terkait