• Tidak ada hasil yang ditemukan

Representasi Deret ke dalam Bentuk Integral Lipat Dua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Representasi Deret ke dalam Bentuk Integral Lipat Dua"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

43

Representasi Deret ke dalam Bentuk Integral Lipat Dua

Siti Julaeha

1, a)

dan Arini Soesatyo Putri

2, b)

1Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung 2Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung

a)email: Siti.Julaeha83@uinsgd.ac.id b) email: Oryza.shina@gmail.com

Abstrak

Representasi suatu deret ke dalam bentuk lain merupakan salah satu kajian yang terdapat di dalam ilmu matematika. Salah satu representasi yang paling umum digunakan adalah representasi deret ke dalam bentuk integral, yang memungkinkan deret tersebut (khususnya deret tak terhingga) dapat ditentukan nilai atau jumlahnya. Banyak cara untuk merepresentasikan deret ke dalam bentuk integral, diantaranya dengan memanfaatkan ekspansi deret Maclaurin, fungsi khusus integral (fungsi gamma dan beta), serta teorema-teorema yang telah ada sebelumnya. Anthony Sofo [9] dalam kajiannya telah menemukan bentuk deret 𝑆(𝑎, 𝑏, 𝑗, 𝑘, 𝑚, 𝑡), yang kemudian akan dikaji bagaimana bentuk integral lipat dua dari deret tersebut di dalam paper ini beserta analisis kekonvergenannya.

Kata kunci: Deret Maclaurin, Integral Lipat Dua, Integral Euler, Identitas Kombinatorial.

Pendahuluan

Masalah utama dalam kajian deret terutama deret tak hingga adalah untuk mencari status konvergensi dan menentukan nilai atau jumlah dari deret tersebut yang tidak dapat dikalkulasikan dengan cara biasa. Hal inilah yang menjadi landasan dilakukannya representasi suatu deret. Salah satu representasi yang digunakan ialah representasi deret ke dalam bentuk integral. Masalah ini sudah dikaji dengan baik dalam kajian matematika diskrit dan kalkulus. Di dalam paper ini, kita akan mengkaji bentuk integral dari deret

S(𝑎, 𝑏, 𝑗, 𝑘, 𝑚, 𝑡) = ∑ 𝑡 𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘+1(𝑎𝑛+𝑗 𝑏𝑛 ) ∞ 𝑛=0

Dan status konvergensinya. Kita menganalisis beberapa hasil yang telah dipublikasikan oleh Anthony Sofo [9] dan penulis lainnya.

Teori

Definisi 1.1. [1] Fungsi Gamma dikenal juga sebagai integral Euler kedua, didefinisikan oleh integral tak

wajar

𝛤(𝑝) = ∫ 𝑥∞ 𝑝−1𝑒−𝑥𝑑𝑥

0 .

Integral tersebut konvergen secara mutlak untuk 𝑥 ≥ 1. Atau dapat juga didefinisikan sebagai fungsi faktorial 𝛤(𝑝) = (𝑝 − 1)!.

(2)

44

Definisi 1.2. [1] Fungsi Beta dikenal sebagai integral Euler pertama, didefinisikan sebagai

𝐵(𝑝, 𝑞) = ∫ 𝑥01 𝑝−1(1 − 𝑥)𝑞−1𝑑𝑥, untuk p > 0 dan q > 0. Hubungan fungsi gamma dan fungsi beta didefinisikan oleh

𝐵(𝑝, 𝑞) = 𝛤(𝑝)𝛤(𝑞)𝛤(𝑝+𝑞)

Definisi 1.3. [3] Deret Maclaurin merupakan deret Taylor dari suatu fungsi di tiitk 0 yang didefinisikan

dengan f(0) + f’(0)(x) +

f ' ' ( )

0

2!

x 2 +

f ' ' ' ( )

!

0

3

x 3 + . . . Definisi 1.4. [6] Deret Hipergeometri didefinisikan oleh deret pangkat

𝐹𝑞𝑝(𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎𝑝; 𝑏1, 𝑏2, … , 𝑏𝑞; 𝑡) = ∑

(𝑎1)𝑛(𝑎2)𝑛…(𝑎𝑝)𝑛𝑡𝑛

(𝑏1)𝑛(𝑏2)𝑛…(𝑏𝑞)𝑛𝑛!

∞ 𝑛=0

Dimana (𝑎)𝑛= 𝑎(𝑎 + 1)(𝑎 + 2)(𝑎 + 3) … (𝑎 + 𝑛 − 1) merupakan simbol Pochhammer.

Hasil dan Diskusi

Lemma berikut ini merupakan representasi integral dari 1

(𝑘+𝑎)𝑗, yang mana bentuk identitas

tersebut akan membantu kita untuk menemukan representasi integral dari suatu deret tertentu.

Lemma 1.5. [9[ Misalkan 𝑘 + 𝑎 ≥ 0, 𝑘, 𝑎 ∈ 𝑅 dan 𝑗 ≥ 0, maka

1 (𝑘 + 𝑎)𝑗= { 1 (𝑗 − 1)!∫ 𝑦 𝑗−1𝑒−𝑦(𝑘+𝑎)𝑑𝑦 ∞ 0 , untuk 𝑗 ≥ 1 1 , untuk 𝑗 = 0

Bukti. Untuk 𝑗 ≥ 1, dengan menggunakan integral parsial kita peroleh

1 (𝑗−1)!∫ 𝑦 𝑗−1𝑒−𝑦(𝑘+𝑎)𝑑𝑦 ∞ 0 = 1 (𝑗−1)! [∫ 𝑗−1 𝑘+𝑎𝑒 −𝑦(𝑘+𝑎)𝑦𝑗−2𝑑𝑦 ∞ 0 ] =(𝑗−1)(𝑗−2)(𝑗−3)…(2)(1) (𝑗−1)!(𝑘+𝑎)𝑗−1 [∫ 𝑒−𝑦(𝑘+𝑎)𝑑𝑦 ∞ 0 ] = 1 (𝑘+𝑎)𝑗.

Untuk 𝑗 = 0, maka didapat

1

(𝑘+𝑎)0 = 1. ■

Teorema selanjutnya akan membahas mengenai representasi deret S(𝑎, 𝑗, 𝑘, 𝑚, 𝑡), yang mana deret tersebut menjadi landasan untuk merepresentasikan deret S(𝑎, 𝑏, 𝑗, 𝑘, 𝑚, 𝑡) yang telah didefinisikan sebelumnya.

Teorema 1.6. [9] Misalkan a merupakan bilangan bulat positif sebarang, |𝑡| ≤ 1, 𝑗 ≥ 0, 𝑘 ≥ 0, dan 𝑚 ≥

1, maka S(𝑎, 𝑗, 𝑘, 𝑚, 𝑡) = ∑ 𝑡 𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘+1(𝑎𝑛+𝑗 𝑗 ) ∞ 𝑛=0 = { 1 (𝑘−1)!∫ ∫ (1−𝑥)𝑗𝑦𝑘−1𝑒−𝑦(𝑗+1) (1−𝑡𝑥𝑎𝑒−𝑎𝑦)𝑚 𝑑𝑥𝑑𝑦, untuk 𝑘 ≥ 1 1 0 ∞ 0 ∫ (1−𝑡𝑥(1−𝑥)𝑎)𝑗𝑚𝑑𝑥 1 0 , untuk 𝑘 = 0 (1)

(3)

45 Bukti. Untuk 𝑘 ≥ 1, ∑ 𝑡 𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘+1(𝑎𝑛+𝑗 𝑗 ) ∞ 𝑛=0 = ∑ 𝑡𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 )𝑗!(𝑎𝑛)! (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘(𝑎𝑛+𝑗+1)! ∞ 𝑛=0 .

Berdasarkan definisi fungsi gamma dan beta, selanjutnya kita peroleh

∑ 𝑡 𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 )𝛤(𝑗+1)𝛤(𝑎𝑛+1) (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘𝛤(𝑎𝑛+𝑗+2) ∞ 𝑛=0 = ∑ 𝑡𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘 𝐵(𝑎𝑛 + 1, 𝑗 + 1) ∞ 𝑛=0 = ∑ 𝑡𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘 ∫ 𝑥𝑎𝑛 1 0 ∞ 𝑛=0 (1 − 𝑥)𝑗𝑑𝑥 =(𝑘−1)!1 ∑∞𝑛=0𝑡𝑛(𝑛+𝑚+1𝑛 )∫ 𝑦𝑘−1𝑒−𝑦(𝑎𝑛+𝑗+1)𝑑𝑦 ∞ 0 ∫ 𝑥 𝑎𝑛(1 − 𝑥)𝑗𝑑𝑥 1 0

Dengan menggunakan Lemma 1.5 dan asumsi dapat mengubah urutan penjumlahan dengan integral, maka 1 (𝑘−1)!∫ ∫ (1 − 𝑥) 𝑗 1 0 𝑦 𝑘−1𝑒−𝑦(𝑗+1)[∑ (𝑛+𝑚+1 𝑛 )(𝑡𝑒 −𝑦𝑎𝑥𝑎)𝑛 ∞ 𝑛=0 ]𝑑𝑥 ∞ 0 (2)

Selanjutnya perhatikan bentuk deret ∑∞𝑛=0(𝑛+𝑚−1𝑛 )(𝑡𝑒−𝑦𝑎𝑥𝑎)𝑛, dengan menggunakan fungsi pembangkit deret tersebut memiliki bentuk tertutup (1 − 𝑡𝑒−𝑦𝑎𝑥𝑎)−𝑚 . Dari persamaan (2) dapat dituliskan menjadi 1 (𝑘 − 1)!∫ ∫ (1 − 𝑥) 𝑗 1 0 𝑦𝑘−1𝑒−𝑦(𝑗+1)[∑ (𝑛 + 𝑚 + 1 𝑛 ) (𝑡𝑒 −𝑦𝑎𝑥𝑎)𝑛 ∞ 𝑛=0 ] 𝑑𝑥 ∞ 0 = 1 (𝑘−1)!∫ ∫ (1−𝑥)𝑗𝑦𝑘−1𝑒−𝑦(𝑗+1) (1−𝑡𝑒−𝑦𝑎𝑥𝑎)𝑚 1 0 ∞ 0 𝑑𝑥𝑑𝑦. (3) Untuk 𝑘 = 0, 𝑆(𝑎, 𝑗, 0, 𝑚, 𝑡) = ∑ 𝑡 𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+𝑗+1)(𝑎𝑛+𝑗𝑗 ) ∞ 𝑛=0 = ∑ 𝑡𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 )𝛤(𝑗+1)𝛤(𝑎𝑛+1) 𝛤(𝑎𝑛+𝑗+2) ∞ 𝑛=0 = ∑ 𝑡𝑛(𝑛 + 𝑚 − 1 𝑛 ) ∫ 𝑥 𝑎𝑛(1 − 𝑥)𝑗𝑑𝑥 1 0 ∞ 𝑛=0 = ∫ (1 − 𝑥)𝑗 1 0 ∑ ( 𝑛 + 𝑚 − 1 𝑛 ) ∞ 𝑛=0 = ∫ (1−𝑡𝑥(1−𝑥)𝑎)𝑗𝑚𝑑𝑥 1 0 .

Selanjutnya akan ditentukan interval dimana deret S(𝑎, 𝑗, 𝑘, 𝑚, 𝑡) = ∑ 𝑡

𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘+1(𝑎𝑛+𝑗 𝑗 ) ∞ 𝑛=0 konvergen

menuju suatu nilai. Perhatikan bahwa 𝑡

𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘+1(𝑎𝑛+𝑗 𝑗 ) ≤𝑡 𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+1)(𝑎𝑛0)= 𝑡𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+1) . Dengan

menggunakan uji rasio mutlak kita peroleh lim 𝑛→∞| 𝑢𝑛+1 𝑢𝑛 | = lim𝑛→∞| 𝑡𝑛+1(𝑛+𝑚 𝑛+1) (𝑎𝑛+𝑎+1) (𝑎𝑛+1) 𝑡𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) | = lim 𝑛→∞| 𝑡(𝑎𝑛+1)(𝑛+𝑚) (𝑎𝑛+𝑎+1)(𝑛+1)| = |𝑡| < 1. Sehingga deret ∑ 𝑡 𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+1) ∞

𝑛=0 akan konvergen untuk |𝑡| < 1, mengakibatkan ∑

𝑡𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘+1(𝑎𝑛+𝑗 𝑗 ) ∞ 𝑛=0

juga akan konvergen untuk |𝑡| < 1.

(4)

46

Akibat 1.7. [9] Misalkan kondisi pada Teorema 1.6 terpenuhi, maka

∑ 𝑡 𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘+1(𝑎𝑛+𝑗 𝑗 ) ∞ 𝑛=0 = 𝑎𝑚𝑡 𝑘! ∫ ∫ (1−𝑥)𝑗𝑥𝑎−1𝑦𝑘𝑒−𝑦(𝑎+𝑗+1) (1−𝑡𝑥𝑎𝑒−𝑎𝑦)𝑚+1 𝑑𝑥𝑑𝑦 1 0 ∞ 0 , for 𝑘 ≥ 0 (4)

Bukti. Berdasarkan Teorema 1.6

∑ 𝑡 𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘+1(𝑎𝑛+𝑗 𝑗 ) ∞ 𝑛=0 = ∑ 𝑡𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 )𝑗!(𝑎𝑛)! (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘+1(𝑎𝑛+𝑗)! ∞ 𝑛=0 = ∑ 𝑡 𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 )𝛤(𝑗+1)𝑎𝑛𝛤(𝑎𝑛) (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘+1(𝑎𝑛+𝑗)! ∞ 𝑛=0 = 𝑎 ∑ 𝑛𝑡𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) ∫ 𝑥𝑎𝑛−1(1−𝑥)𝑗𝑑𝑥 1 0 (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘+1 ∞ 𝑛=0 =𝑎𝑚𝑡 𝑘! ∫ ∫ (1−𝑥)𝑗𝑥𝑎−1𝑦𝑘𝑒−𝑦(𝑎+𝑗+1) (1−𝑡𝑥𝑎𝑒−𝑎𝑦)𝑚+1 𝑑𝑥𝑑𝑦 1 0 ∞ 0 . ■

Teorema 1.8. [9] Misalkan 𝑎 dan 𝑏 bilangan bulat positif sebarang dimana 𝑎 − 𝑏 ≥ 0, 𝑗 ≥ 0, 𝑘 ≥ 0, 𝑡 ∈

𝑅 dan 𝑚 ≥ 1. Untuk |𝑡𝑏𝑏(𝑎−𝑏)𝑎−𝑏 𝑎𝑎 | ≤ 1, maka: S(𝑎, 𝑏, 𝑗, 𝑘, 𝑚, 𝑡) = ∑ 𝑡 𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘+1(𝑎𝑛+𝑗 𝑏𝑛 ) ∞ 𝑛=0 = { 1 (𝑘−1)!∫ ∫ (1−𝑥)𝑗𝑦𝑘−1𝑒−𝑦(𝑗+1) (1−𝑡𝑥𝑏(1−𝑥)𝑎−𝑏𝑒𝑎𝑦)𝑚𝑑𝑥𝑑𝑦 , for 𝑘 ≥ 1 1 0 ∞ 0 ∫ (1−𝑡𝑥𝑏(1−𝑥)(1−𝑥)𝑗𝑎−𝑏)𝑚𝑑𝑥 1 0 , for 𝑘 = 0 (5) Bukti. Untuk 𝑘 ≥ 1, ∑ 𝑡 𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘+1(𝑎𝑛+𝑗 𝑏𝑛 ) ∞ 𝑛=0 = ∑ 𝑡𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 )𝐵(𝑏𝑛+1,(𝑎−𝑏)𝑛+𝑗+1) (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘 ∞ 𝑛=0 = 1 (𝑘−1)!∫ ∫ (1 − 𝑥) 𝑗𝑦𝑘−1𝑒−𝑦(𝑗+1) 1 0 ∞ 0 ∑ ( 𝑛 + 𝑚 − 1 𝑛 ) (𝑡𝑥 𝑏(1 − 𝑥)𝑎−𝑏𝑒−𝑎𝑦)𝑛𝑑𝑥𝑑𝑦 ∞ 𝑛=0 = 1 (𝑘−1)!∫ ∫ (1−𝑥)𝑗𝑦𝑘−1𝑒−𝑦(𝑗+1) (1−(𝑡𝑥𝑏(1−𝑥)𝑎−𝑏𝑒−𝑎𝑦)𝑚𝑑𝑥𝑑𝑦 1 0 ∞ 0 . Untuk 𝑘 = 0 S(𝑎, 𝑏, 𝑗, 0, 𝑚, 𝑡) = ∑ 𝑡 𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+𝑗+1)(𝑎𝑛+𝑗 𝑏𝑛 ) ∞ 𝑛=0 = ∑ 𝑡𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 )𝛤(𝑏𝑛+1)𝛤(𝑎𝑛+𝑗−𝑏𝑛+1) 𝛤(𝑎𝑛+𝑗+2) ∞ 𝑛=0 = ∑ 𝑡𝑛(𝑛 + 𝑚 − 1 𝑛 ) 𝐵(𝑏𝑛 + 1, (𝑎 − 𝑏)𝑛 + 𝑗 + 1) ∞ 𝑛=0 = ∫ (1 − 𝑥)𝑗∑∞𝑛=0(𝑛+𝑚−1𝑛 ) 1 0 (𝑡𝑥 𝑏(1 − 𝑥)𝑎−𝑏)𝑛𝑑𝑥. = ∫ (1−𝑥)𝑗 (1−𝑡𝑥𝑏(1−𝑥)𝑎−𝑏)𝑚𝑑𝑥 1 0 . ■

Selanjutnya akan ditentukan interval dimana deret S(𝑎, 𝑏, 𝑗, 𝑘, 𝑚, 𝑡) konvergen menuju suatu nilai. Perhatikan bahwa 𝑡 𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘+1(𝑎𝑛+𝑗 𝑏𝑛 ) ≤𝑡 𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+1)(𝑎𝑛 𝑏𝑛)

, Dengan menggunakan uji rasio mutlak, kita dapat

lim 𝑛→∞| 𝑢𝑛+1 𝑢𝑛 | = lim𝑛→∞| 𝑡𝑛+1(𝑛+𝑚 𝑛+1) (𝑎𝑛+𝑎+1)(𝑎𝑛+𝑎 𝑏𝑛+𝑏) (𝑎𝑛+1)(𝑎𝑛 𝑏𝑛) 𝑡𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) |

(5)

47 = lim 𝑛→∞| 𝑡(𝑛+𝑚)!(𝑏𝑛+𝑏)!(𝑎𝑛+𝑎−𝑏𝑛−𝑏)!(𝑎𝑛+1)(𝑎𝑛)!𝑛!(𝑚−1)! (𝑎𝑛+𝑎+1)(𝑛+1)!(𝑚−1)!(𝑎𝑛+𝑎)!(𝑏𝑛)!(𝑎𝑛−𝑏𝑛)!(𝑛+𝑚−1)!| = |t| lim 𝑛→∞| (𝑎𝑛+1)!(𝑏𝑛+𝑏)!(𝑎𝑛+𝑎−𝑏𝑛−𝑏)! (𝑎𝑛+𝑎+1)!(𝑏𝑛)!(𝑎𝑛−𝑏𝑛)! | = |t| | 𝑏𝑏(𝑎−𝑏)(𝑎−𝑏) 𝑎𝑎 | < 1. Sehingga deret ∑ 𝑡 𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+1)(𝑎𝑛𝑏𝑛) ∞

𝑛=0 akan konvergen ketika |𝑡| < | 𝑎𝑎 𝑏𝑏(𝑎−𝑏)(𝑎−𝑏)| , mengakibatkan deret ∑ 𝑡 𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘+1(𝑎𝑛+𝑗 𝑏𝑛 ) ∞

𝑛=0 juga akan konvergen untuk |𝑡| < | 𝑎𝑎 𝑏𝑏(𝑎−𝑏)(𝑎−𝑏)|.

Contoh 1.9. Untuk kasus 𝑎 = 2, 𝑏 = 1, 𝑗 = 0, 𝑘 = 0, 𝑚 = 5, kita peroleh bentuk deret

S(2,1,0,0,5, 𝑡) = ∑ 𝑡 𝑛(𝑛+4 𝑛 ) (2𝑛+1)(2𝑛 𝑛) ∞ 𝑛=0 = ∫ 𝑑𝑥 (1−𝑡𝑥(1−𝑥))5 1 0 1 (1−𝑡𝑥(1−𝑥))𝑚= 1 + 𝑚 1!(𝑡𝑥(1 − 𝑥)) + 𝑚(𝑚+1) 2! (𝑡𝑥(1 − 𝑥)) 2 + . . . Dengan mengintegrasikan kedua ruas didapat

(1−𝑡𝑥(1−𝑥))𝑑𝑥 𝑚 1 0 = ∫ 𝑑𝑥 1 0 + 𝑚 1!∫ (𝑡𝑥(1 − 𝑥))𝑑𝑥 1 0 + 𝑚(𝑚+1) 2! ∫ (𝑡𝑥(1 − 𝑥)) 2 𝑑𝑥 + 1 0 . . .

Jika pengintegralan di ruas kanan diselesaikan maka ∫ (1−𝑡𝑥(1−𝑥))𝑑𝑥 𝑚 1 0 = 1 + 𝑚 6𝑡 + 𝑚(𝑚+1) 60 𝑡 2+𝑚(𝑚+1)(𝑚+2) 840 𝑡 3+ ⋯ Lebih lanjut, dengan manipulasi aljabar akan didapat

(1−𝑡𝑥(1−𝑥))𝑑𝑥 𝑚 1 0 = 1 + 𝑚 (32) 𝑡 4+ 𝑚(𝑚+1) (32)(32+1) 𝑡2 16+ 𝑚(𝑚+1)(𝑚+2) (32)(32+1)(32+2) 𝑡3 64+ ⋯ = 1 +1.𝑚 (32)( 𝑡 4) + 1(1+1)𝑚(𝑚+1) (32)(32+1)2! ( 𝑡 4) 2+1(1+1)(1+2)𝑚(𝑚+1)(𝑚+2) (32)(32+1)(32+2)3! ( 𝑡 4) 3+… = ∑ (1)𝑛(𝑚)𝑛 (32)𝑛𝑛! (𝑡 4) 𝑛 ∞ 𝑛=0 = 𝐹12(1, 𝑚; 3 2; 𝑡 4) (Berdasarkan Definisi 2.4) ∑ 1 4 𝑛 (𝑛+5−1 𝑛 ) (2𝑛+1)(2𝑛 𝑛) ∞ 𝑛=0 = ∫ 𝑑𝑥 (1−1 4𝑥(1−𝑥))5 1 0 = 𝐹1 2(1, 5; 3 2; 1 16) ≈ 1.2440.

Karena deret 𝑆 (2,1,0,0,5,14) mempunyai representasi dalam bentuk integral, maka jumlah dari deret tersebut juga dapat diinterpretasikan sebagai luas di bawah kurva 𝑦 = 1

(1−1

4𝑥(1−𝑥))5

dengan batas 𝑥 = 0 dan 𝑥 = 1. Adapun interpretasi dari 𝑆 (2,1,0,0,5,14) = ∫ 𝑑𝑥

(1−1

4𝑥(1−𝑥))5

1

0 dalam grafik adalah

(6)

48

Kesimpulan

Simpulan dari kajian paper ini adalah sebagai berikut:

1. Kajian disini hanya dikhususkan untuk deret yang didefinisikan sebagai berikut:

S(𝑎, 𝑏, 𝑗, 𝑘, 𝑚, 𝑡) = ∑ 𝑡 𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘+1(𝑎𝑛+𝑗 𝑏𝑛 ) ∞ 𝑛=0 Deret tersebut memiliki bentuk representasi integral

∑ 𝑡 𝑛(𝑛+𝑚−1 𝑛 ) (𝑎𝑛+𝑗+1)𝑘+1(𝑎𝑛+𝑗 𝑏𝑛 ) ∞ 𝑛=0 = { 1 (𝑘−1)!∫ ∫ (1−𝑥)𝑗𝑦𝑘−1𝑒−𝑦(𝑗+1) (1−𝑡𝑥𝑏(1−𝑥)𝑎−𝑏𝑒−𝑎𝑦)𝑚𝑑𝑥𝑑𝑦 , untuk 𝑘 ≥ 1 1 0 ∞ 0 ∫ (1−𝑡𝑥𝑏(1−𝑥)(1−𝑥)𝑗𝑎−𝑏)𝑚𝑑𝑥 1 0 , untuk 𝑘 = 0 .

2. Analisis kekonvergenan bentuk deret 𝑆(𝑎, 𝑏, 𝑗, 𝑘, 𝑚, 𝑡) akan konvergen pada selang |𝑡| < | 𝑎𝑎

𝑏𝑏(𝑎−𝑏)(𝑎−𝑏)|. Selanjutnya berdasarkan dari hasil studi kasus, jika disubstitusikan nilai 𝑎 = 2, 𝑏 =

1, 𝑗 = 0, 𝑘 = 0, 𝑚 = 5, dan 𝑡 =1

4 , yakni diperoleh deret

S(2,1,0,0,5,14) = ∑ ( 1 4)𝑛( 𝑛+4 𝑛 ) (2𝑛+1)(2𝑛 𝑛) ∞ 𝑛=0 Karena |𝑡| = |14| < | 22 11(2−1)(2−1)| = |4|, maka S(2,1,0,0,5, 1

4) merupakan deret yang konvergen dan dapat ditentukan jumlahnya yaitu ∑

1 4 𝑛 (𝑛+5−1 𝑛 ) (2𝑛+1)(2𝑛 𝑛) ∞ 𝑛=0 = ∫ 𝑑𝑥 (1−14𝑥(1−𝑥))5 1 0 = 𝐹1 2(1, 5; 3 2; 1 16) ≈ 1.2440.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang mendukung dalam penulisan serta pengkajian paper ini, yaitu untuk

1. Staf pengajar di Jurusan Matematika yang telah menyampaikan ilmunya kepada penulis sebagai landasan bagi paper yang dikaji.

2. Kerabat dekat yang secara tidak langsung turut berkontribusi, serta pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu.

Referensi

[1] Artin. E. The Gamma Function. Holt, Rinehart, dan Winston, New York, 1964.

[2] Bartle. R.G, Sherbert. D.R. Introduction to Real Analysis: Third edition. John Wiley & Sons, USA, 2000.

[3] Edwin. J, Purcell. Kalkulus dan Geometri Analitis: Edisi 5 Jilid 2. Erlangga, Jakarta, 1998.

[4] Goddard. B, Rosen. Kenneth H. Elementary Number Theory and Its Applications, Pearson Addison-Wesley, Boston, 2005.

(7)

49 [6] Kohl. Karen T, H. Moll. Victor. Hypergeometric Function. Journal of Mathematical Sciences, 21:

43-54, Chile, 2011.

[7] Krantz. S.C. The Gamma and Beta Function; Chapter 1. Vieweg, Braunschweig, Jerman, 1998. [8] Munir. Rinaldi. Matematika Diskrit. Informatika, Bandung, 2005.

[9] Sofo. A. Double Integral Representation of Sums, Journal of Analysis, Vol. 8, 2009.

[10] Sofo, A. General Properties Involving Reciprocals of Binomial Coefficients, Journal of Integer

Sequences, Vol. 9, 2006.

Gambar

Gambar 1.1 Interpretasi deret S(2,1,0,0,5, 1 4 ) dalam bidang-xy

Referensi

Dokumen terkait

Lebih lanjut Yock menjelaskan jika sastra Islam melayu pada awalnya merupakan hasil saduran dari karya sastra bahasa parsi dan Arab oleh dua kelompok yang paling

Aktiva produktif yang dianggap bermasalah adalah aktiva produktif yang tingkat tagihan atau kolektabilitasnya tergolong aktiva produktif dengan kualitas yang lancar,

In this paper, the cholera disease distribution model will be discussed using the SIQRB type model by modifying from model [1] by adding direct contact of

Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya media sosial di Indonesia dapat bertindak sebagai guru yang mampu mengedukasi masyarakat dan menstimulasi dalam penelitian

Melakukan ijtihad kolektif sangat baik apabila dihadiri oleh para mujtahid yang memenuhi persyaratan berijtihad, tetapi apabila tidak ditemukan, maka dapatlah

Perangkapan kain ini tidak mengurangi kepraktisan produk, karena sifat kain katun paris polos adalah tipis dan ringan, jadi perangkapan kain ini hanya bertujuan agar kain

Alat sunk -ang -ang dak di#uang pada sa!et- #o andrail tempat dur dak terpasang dengan #enar )denkasi pasien dak lengkap. :eletakan alat steril dak

dalam hal hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf e dinyatakan memenuhi syarat, DPRD DIY menetapkan Sultan Hamengku Buwono yang bertakhta sebagai Gubernur atau Adipati