• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVISION 8.0 EFFECTIVE FROM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REVISION 8.0 EFFECTIVE FROM"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

KATA AND KUMITE COMPETITION RULES REVISION 8.0

(2)

RULE OF COMPETITION

WKF VERSION 08.2013

DITERJEMAHKAN OLEH :

DEWAN WASIT PB FORKI TAHUN 2013

1. DONALD PL KOLOPITA, S.Sn (KETUA)

2. ROBERT DANIEL WENDUR (SEKRETARIS)

3. Drs. H. HAIFENDRI PUTIH (ANGGOTA)

4. Prof. MUSSAKIR BADO (ANGGOTA)

5. Drs. KI YANI MAHDI (ANGGOTA)

6. Ir. SARJAN TRI PUTRA (ANGGOTA)

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

PERATURAN PERTANDINGAN KUMITE

PASAL 1 : AREA PERTANDINGAN ………. 4

PASAL 2 : PAKAIAN RESMI ………. 5 - 7 PASAL 3 : PENGATURAN PERTANDINGAN KUMITE ……….... 7 - 8 PASAL 4 : PANEL WASIT / JURI ……….. 9

PASAL 5 : LAMA WAKTU PERTANDINGAN ……… 9

PASAL 6 : PENILAIAN ……….. 10 - 13 PASAL 7 : KRITERIA UNTUK KEPUTUSAN ………. 13 - 14 PASAL 8 : PERILAKU YANG DILARANG ………. 14 - 18 PASAL 9 : HUKUMAN ………... 18 – 20 PASAL 10 : CIDERA DAN KECELAKAAN DALAM PERTANDINGAN .. 20 - 21 PASAL 11 : PROTES RESMI ……… 21 - 24 PASAL 12 : WEWENANG DAN TUGAS ……… 24 - 27 PASAL 13 : MEMULAI, MENUNDA DAN MENGAKHIRI PERTANDINGAN 27 - 28 PASAL 14 : PERUBAHAN ………... 28

PERATURAN PERTANDINGAN KATA PASAL 1 : AREA PERTANDINGAN ……… 29

PASAL 2 : PAKAIAN RESMI ……… 29

PASAL 3 : PENGATURAN PERTANDINGAN KATA ……… 29 - 30 PASAL 4 : PANEL JURI ………. 30 - 31 PASAL 5 : KRITERIA UNTUK KEPUTUSAN ………. 31 - 33 PASAL 6 : PELAKSANAAN PERTANDINGAN ………. 33 - 34 LAMPIRAN 1. ISTILAH ………. 35 - 38 2. GERAK – ISYARAT DAN SINYAL BENDERA ……… 39 - 48 3. PANDUAN UNTUK PARA WASIT DAN JURI ………. 49 - 52 4. TANDA – KODE BAGI PENCATAT NILAI ……….. 53

5. PAKAIAN RESMI ………. 54

6. JANJI WASIT ……… 55

7. ARTI FORKI / SUMPAH KARATE / JANJI ATLIT ……….. 56

8. WORLD CHAMPIONSHIPS, CONDITIONS & CATEGORIES …….. 57

(4)

PERATURAN PERTANDINGAN KUMITE

PASAL 1 : AREA PERTANDINGAN

1. Area pertandingan harus rata dan tidak berbahaya.

2. Area pertandingan harus berupa area persegi berdasarkan standar WKF, dengan sisi sepanjang 8 meter (diukur dari luar) dengan tambahan 2 meter pada semua sisi-sisi sebagai area aman, dan tempat peserta yang bertanding dan merupakan area kompetisi serta area aman.

3. Garis posisi wasit adalah berjarak 2 meter dari garis tengah (titik tengah) dengan panjang garis 0,5 meter.

4. 2 garis parallel masing-masing sepanjang 1 meter dibuat dengan jarak 1,5 meter dari titik tengah area pertandingan dan berada 90 derajat dengan garis wasit, untuk posisi competitor (AKA dan AO).

5. Para juri akan ditempatkan pada ke 4 sudut pada area aman, wasit dapat bergerak ke seluruh area tatami termasuk pada area aman tempat para juri duduk, masing-masing juri akan dilengkapi dengan bendera merah dan biru.

6. Pengawas Pertandingan / Match Supervisor / KANSA akan duduk diluar area aman, dibelakang kiri atau kanan wasit. Dia akan dilengkapi dengan sebuah bendera merah atau alat penanda dan sebuah peluit.

7. Pengawas Nilai duduk dimeja administrasi pertandingan, diantara Pencatat Nilai dan Pencatat Waktu.

8. Official / Pelatih dududk diluar area aman dan menghadap kea rah meja administrasi pertandingan. Jika tatami berupa panggung para official duduk diluar panggung. 9. Garis batas harus dibuat berjarak 1 meter dari tempat beristirahat dalam area

pertandingan dengan warna berbeda dari keseluruhan area pertandingan.

PENJELASAN

I. Tidak boleh ada papan, dinding dan pilar iklan dalam jarak 1 meter disebelah luar area aman.

II. Matras yang digunakan tidak licin dimana matras ini akan menempel dengan lantai secara benar, tapi harus mempunyai gesekan yang rendah pada bagian atas matras. Matras ini tidak setebal matras untuk Judo, agar dapat dilakukan gerakan Karate, wasit harus memastikan bahwa bagian matras tidak bergerak terpisah ketika pertandingan sedang berlangsung, karena pergeseran dapat menyebabkan luka dan akan mengakibatkan bahaya. Matras yang digunakan adalah matras yang telah didesain dan teruji oleh WKF.

(5)

PASAL 2 : PAKAIAN RESMI

1. Kontestan dan pelatih harus mengenakan seragam resmi sebagaimana yang telah ditentukan.

2. Komisi Wasit dapat menindak peserta atau kontestan yang melanggar peraturan.

WASIT

1. Wasit dan juri harus mengenakan seragam resmi yang ditentukan oleh Komisi Wasit, seragam ini harus dipakai pada semua kesempatan turnamen pelatihan / penataran. 2. Pakaian seragam resmi wasit adalah sebagai berikut :

 Jas / semi jas berwarna biru gelap (navy blue) dengan 2 buah kancing perak.  Kemeja putih lengan pendek.

 Dasi resmi tanpa jepit / pin dasi.

 Celana panjang dengan warna abu-abu terang polos yang tidak digulung keluar (Lampiran 11).

 Kaos kaki berwarna biru gelap atau hitam, dan sepatu karet anti slip berwarna hitam yang tidak merusak matras saat digunakan.

 Wasit / juri perempuan boleh menggunakan jepit rambut.

KONTESTAN

1. Kontestan harus mengenakan karate-gi berwarna putih yang tidak bercorak atau tanpa garis. Hanya lambing nasional atau bendera Negara yang boleh dipakai, lambing ini dipasang pada dada kiri karate-gi dan ukuran lambing tidak boleh melebihi ukuran keseluruhan yang berkisar 12 cm x 8 cm (120 mm x 80 mm, lihat Lampiran 9). Hanya label produk asli / orisinil yang dapat terlihat pada karate-gi, label ini harus berada pada lokasi yang biasa yaitu ujung kanan bawah karate-gi dan posisi pinggul pada celana, sebagai tambahan, nomor identifikasi yang dikeluarkan oleh panitia pelaksana dapat dikenakan pada bagian punggung. 1 kontestan harus mengenakan sebuah sabuk berwarna merah dan lainnya sabuk berwarna biru, sabuk merah dan biru harus berukuran lebar 5 cm dengan panjang 15 cm terurai dari simpul ikat. Sabuk harus berwarna merah dan biru polos tanpa hiasan / bordiran tulisan apapun selain label pabrik.

2. Walaupun adanya paragraph 1 diatas, Directing Committee dapat memberi wewenang penerbitan label khusus atau merk dari penyandang dana yang disetujui. 3. Karate-gi bagian atas, ketika diikat diseputar pinggang dengan sabuk, harus memiliki

panjang minimum yang menutupi / meliputi pinggul, tapi tidak boleh melebihi dari ¾ panjang paha. Untuk wanita, kaos putih polos boleh dikenakan didalam karate-gi.

(6)

4. Panjang maksimum lengan karate-gi tidak boleh melebihi / melewati lekukan pergelangan tangan dan tidak boleh lebih pendek dari pada setengah dari lengan (siku), lengan karate-gi tidak diperkenankan untuk digulung.

5. Celana harus cukup panjang untuk menutupi sekurang-kurangnya 2/3 dari tulang kering dan tidak boleh mencapai dibawah tulang mata kaki dan tidak boleh digulung. 6. Kontestan harus menjaga rambutnya agar tetap rapi dan dipangkas sampai batas yang

tidak mengganggu penglihatan dan sasaran. HACHIMAKI (ikat kepala) tidak diijinkan, kalau wasit menganggap rambut kontestan terlalu panjang dan atau tidak rapi, wasit dapat mengeluarkan kontestan dari lapangan / area pertandingan. Jenis asesoris rambut berikut tidak diijinkan : seperti jepitan rambut dari logam, pita, manic-manik dan hiasan lain adalah dilarang, pita karet khusus untuk penahan poni diijinkan. Kontestan wanita diperbolehkan mengenakan sebuah scarf penutup

kepala (jilbab) berwarna hitam polos dan berlogo WKF yang menutupi rambutnya namun tidak boleh menutupi bagian depan lehernya.

7. Kontestan harus berkuku pendek dan tidak diijinkan mengenakan objek-objek logam atau yang lainnya yang mungkin dapat melukai lawan mereka. Penggunaan kawat gigi harus disetujui dulu oleh wasit dan dokter resmi, dan merupakan tanggung jawabpenuh dari kontestan atas setiap luka / kecelakaan.

8. Berikut ini perlengkapan pelindung yang diwajibkan :

 Pelindung tangan yang diijinkan oleh WKF, 1 kontestan menggunakan warna merah dan yang lainnya menggunakan biru.

 Pelindung gusi.

 Pelindung badan wajib bagi seluruh atlet dalam semua kategori umur, untuk kontestan putrid ditambah pelindung khusus dada yang diijinkan oleh WKF.  Pelindung tulang kering yang diijinkan oleh WKF, 1 kontestan menggunakan

warna merah dan yang lainnya menggunakan warna biru.

 Pelindung kaki yang diijinkan oleh WKF, 1 kontestan menggunakan warna merah dan yang lainnya menggunakan warna biru.

 Untuk Kadet disamping perlengkapan diatas juga wajib memakai Face Masker (pelindung wajah).

Pelindung wilayah alat vital tidak wajib, tapi apabila digunakan, maka bentuk dan tipenya adalah yang diijinkan oleh WKF.

9. Kacamata tidak diijinkan. Lensa kontak lunak (soft contact lenses) dapat dikenakan dengan resiko ditanggung sendiri oleh kontestan.

10. Memakai pakaian dan menggunakan perlengkapan diluar standard WKF adalah dilarang.

11. Semua perlengkapan pelindung yang akan digunakan harus termasuk dalam daftar WKF Homologated.

12. Adalah tugas dari Pengawas Pertandingan (KANSA) untuk memastikan bahwa sebelum pertandingan, kontestan sudah menggunakan perlengkapan

13. Penggunaan pembalut, pelapis atau alat bantu lain karena luka harus disetujui oleh wasit dengan terlebih dahulu mendapatkan saran dari dokter resmi.

(7)

PELATIH

Pelatih seharusnya pada setiap saat, dan selama masa turnamen mengenakan pakaian sport (training suite) resmi dari negaranya (Federasi Nasional) dan menunjukkan kartu identitas resmi.

PENJELASAN

I. Kontestan harus mengenakan 1 sabuk tunggal, sabuk ini adalah berwarna merah untuk AKA dan berwarna biru untuk AO, sabuk yang menandai tingkatan tidak boleh dipakai selama pertandingan berlangsung.

II. Pelindung gusi harus dikenakan secara benar. Pelindung wilayah alat vital yang menggunakan mangkok plastik yang dapat dipindahkan yang diselipkan kedalam pengikat jok tidak diijinkan dan bila menggunakan maka akan dianggap sebagai kesalahan.

III. Jika seorang kontestan masuk ke arena pertandingan dengan pakaian yang tidak semestinya, maka kontestan tersebut tidak segera didiskualifikasi, tapi kontestan akan diberi satu menit untuk memperbaiki masalah yang terjadi.

IV. Jika Komisi Wasit setuju Panel Wasit dapat diijinkan untuk melepas jas / semi jas mereka.

PASAL 3 : PENGATURAN PERTANDINGAN KUMITE

1. 1 turnamen Karate dapat terdiri dari pertandingan kumite dan atau pertandingan kata. Pertandingan kumite selanjutnya dapat dibagi menjadi pertandingan tim / beregu dan pertandingan individu / perorangan, pertandingan perorangan selanjutnya dapat dibagi ke dalam divisi-divisi umur dan berat badan, divisi berat badan pada akhirnya dibagi ke dalam beberapa kelas, putaran juga menggambarkan pertandingan kumite perorangan antara pasangan lawan dari anggota tim.

2. Tidak ada kontestan yang dapat diganti dalam pertandingan perorangan.

3. Kontestan perorangan atau beregu yang tidak hadir ketika dipanggil akan didiskualifikasi (KIKEN) dari kategori ini. Dalam pertandingan beregu yang bukan memperebutkan medali nilai 8 – 0 akan diberikan bagi tim lawan.

4. Dalam pertandingan beregu, setiap anggota tim harus telah terdaftar, tim putra terdiri dari 7 orang dengan 5 orang yang bertanding selama 1 putaran. Tim putri terdiri dari 4 orang dengan 3 orang yang bertanding dalam setiap putaran.

5. Semua kontestan adalah semua anggota dari tim yang telah didaftarkan, tidak ada anggota cadangan yang tidak terdaftar (tidak ada pendaftaran baru).

6. Sebelum pertandingan 1 wakil dari tim akan harus sudah menyerahkan kemeja petugas, formulir resmi yang menggambarkan nama-nama dan urutan pemain dari

(8)

anggota tim peserta diambil dari tim yang jumlah anggotanya 7 atau 4, dan urutan bertarung mereka bisa dirubah untuk setiap putaran, sehingga menghasilkan urutan bertarung baru yang sudah dilaporkan, tapi sekali dilaporkan tidak boleh dirubah lagi sampai putaran itu selesai.

7. 1 tim akan didiskualifikasikan jika ada anggota atau pelatihnya merubah komposisi tim atau urutan pemain tanpa pemberitahuan tertulis sebelum pertandingan.

8. Dalam pertandingan beregu, jika ada anggota tim yang memperoleh hukuman HANSOKU atau SHIKKAKU maka nilai yang sudah diperolehnya akan dijadikan nol, sementara nilai tim lawan otomatis bertambah 8.

PENJELASAN

I. 1 putaran adalah 1 penampilan dalam 1 pertandingan yang mengarah pada identifikasi akhir dari para finalis. Dalam 1 eliminasi pertandingan kumite, 1 putaran mengeliminasi 50% dari kontestan dalam putaran ini, termasuk kekosongan kontestan (bye), dalam konteks ini putaran dapat diterapkan secara bersamaan pada 1 panggung / arena apakah pada tahap eliminasi atau repechage, dalam 1 matriks atau pertandingan robin berputar, 1 putaran memungkinkan 1 kontestan untuk berada dalam 1 poll untuk bertarung dalam sekali waktu.

II. Pemanggilan nama kontestan menyebabkan masalah pengucapan dan identifikasi. Penomoran turnamen harus dialokasikan dan digunakan.

III. Ketika berbaris sebelum pertandingan, 1 tim harus menampilkan pemain yang sesungguhnya. Pemain dan pelatih yang tidak bertanding tidak akan dimasukkan dan akan ditempatkan pada area yang terletak disisi luar area.

IV. Tim putra supaya boleh bertarung, harus menghadirkan paling sedikit 3 peserta dan tim putri paling sedikit 2 peserta, kalau jumlah kurang dari itu dinyatakan KIKEN. V. Formulir urutan pemain dapat diserahkan oleh pelatih atau pemain terpilih dari tim.

Jika pelatih menyerahkan formulir, pelatih harus secara jelas teridentifikasi, kalau tidak ia akan ditolak. Daftar pemain harus sudah termasuk nama, negara atau klub, warna sabuk yang dialokasikan kepada tim untuk pertandingan dari anggota tim. Baik nama-nama pemain dan nomor peserta turnamen dimasukkan dan formulir harus ditandatangani oleh pelatih atau wakil yang dipilih.

VI. Pelatih harus menyerahkan kartu identitas atau IDCard bersama-sama dengan atlit atau tim mereka ke meja resmi. Pelatih harus duduk di kursi yang telah disediakan dan tidak mengganggu jalannya pertandingan baik kata-kata maupun dengan perbuatan.

VII. Jika terdapat kesalahan dalam pemanggilan nama dan kontestan yang salah terus bertanding maka pertandingan itu dinyatakan tidak sah, untuk menghindari kesalahan pemenang dari pertandingan harus mengkonfirmasikan kemenangan melalui petugas administrasi sebelum meninggalkan pertandingan.

(9)

PASAL 4 : PANEL WASIT / JURI

1. Panel wasit untuk setiap pertandingan harus terdiri dari 1 wasit (SUSHIN), 4 juri (FUKUSHIN) dan 1 pengawas pertandingan / Match Supervisor (KANSA).

2. Wasit dan juri kumite tidak diperbolehkan 1 negara dengan kontestan yang bertanding.

3. Sebagai tambahan, untuk memfasilitasi pelaksanaan pertandingan dilengkapi oleh beberapa pencatat waktu, penyiar, pencatat nilai dan pengawas nilai yang harus dipilih / ditunjuk.

PENJELASAN

I. Pada awal pertandingan kumite, wasit berdiri pada tepi luar dari area pertandingan. Pada sisi kirinya terdiri dari juri 1 dan 2 dan pada posisi kanannya terdiri dari juri 3 dan 4.

II. Setelah saling memberi hormat (saling membungkuk) antara kontestan dan panel wasit, wasit mundur selangkah, para juri menghadap ke arah wasit dan saling memberi hormat kemudian menuju posisi masing-masing.

III. Ketika pergantian petugas, panel wasit yang sudah selesai, kecuali pengawas pertandingan, mengambil posisi seperti waktu baru masuk saling memberi hormat 1 sama lain, petugas yang telah selesai menjalankan tugas maju selangkah dan menghadap ke panel yang baru, mereka saling memberi hormat 1 sama lain dan bersama-sama meninggalkan area pertandingan.

IV. Ketika juri perorangan berubah / berganti, juri yang baru masuk pergi ke juri yang baru keluar, mereka saling memberi hormat dan berganti / bertukar posisi.

V. Dalam pertandingan beregu, seluruh anggota panel harus berkualifikasi sama. Tiap babak mereka berputar untuk berganti posisi.

PASAL 5 : LAMA WAKTU PERTANDINGAN

1. Lama waktu pertandingan kumite adalah 3 menit untuk senior putra (baik per orangan atau beregu) dan 4 menit dalam babak perebutan medali, untuk senior putri adalah 2 menit dan dalam babak perebutan medali 3 menit. Dibawah 21 putra selama 3 menit dan untuk dibawah 21 putri selama 2 menit di semua babak. Junior dan Kadet selama 2 menit untuk semua babak baik putra maupun putri.

2. Pengatur waktu pertandingan dimulai ketika wasit memberi tanda untuk memulai dan berhenti setiap ia berseru YAME.

3. Pencatat waktu akan memberi tanda dengan / melalui bel yang bersuara sangat jelas atau dengan peluit, menandakan waktu kurang dari 10 detik atau waktu telah habis, tanda tersebut merupakan akhir dari suatu partai pertandingan.

(10)

PASAL 6 : PENILAIAN

1. Tingkat penilaiannya adalah : a. IPPON (3 angka)

b. WAZA-ARI (2 angka) c. YUKO (1 angka)

2. Suatu teknik dinilai apabila teknik yang dilancarkan memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Bentuk yang baik b. Sikap sportif

c. Ditampilkan dengan semangat / spirit yang teguh d. Kewaspadaan (ZANSHIN)

e. Waktu yang tepat f. Jarak yang benar

3. IPPON akan diberikan untuk teknik seperti : a. Tendangan ke arah JODAN

b. Semua teknik yang dilancarkan dan menghasilkan nilai pada lawan setelah dilempar / dibanting atau terjatuh sendiri.

4. WAZA-ARI akan diberikan untuk teknik seperti : a. Tendangan ke arah CHUDAN

5. YUKO akan diberikan untuk teknik seperti : a. CHUDAN dan JODAN TSUKI

b. CHUDAN dan JODAN UCHI

6. Serangan-serangan adalah dibatasi terhadap area / wilayah berikut : a. Kepala b. Muka c. Leher d. Perut e. Dada f. Punggung g. Sisi

7. Teknik efektif yang dilancarkan pada saat bersamaan dengan tanda berakhir pertandingan, dinyatakan sah. 1 serangan, walaupun efektif kalau dilakukan setelah adanya perintah untuk menangguhkan atau menghentikan pertandingan, tidak akan mendapat nilai dan dapat mengakibatkan suatu hukuman bagi si pelaku.

(11)

8. Tidak merupakan teknik walaupun secara teknis adalah benar jika serangan yang dilakukan oleh ke 2 kontestan berada diluar arena pertandingan; maka tidak mendapat nilai. Tapi jika salah 1 dari kontestan melakukan serangan / teknik efektif sementara ia masih berada didalam area pertandingan dan sebelum wasit berteriak YAME, maka teknik tadi dapat memperoleh skor.

PENJELASAN

Didalam pengambilan nilai, teknik yang dilancarkan harus diarea penilaian seperti yang ditentukan pada paragraph 6 diatas, teknik harus terkontrol pada daerah yang diserang dan harus memenuhi 6 kriteria nilai yang ditentukan dalam paragraph 2 diatas.

Kriteria Teknik : IPPON (3 angka)

1. Tendangan JODAN, yang dimaksud JODAN adalah : wajah, kepala dan leher bagian samping.

2. Semua teknik sesuai 6 kriteria yang dilancarkan pada lawan setelah lemparan / bantingan atau lawan terjatuh sendiri, atau lawan tidak bertumpu lagi di kakinya. WAZA-ARI (2 angka)

1. Tendangan CHUDAN, yang dimaksud CHUDAN adalah : perut, dada, punggung dan sisi badan.

YUKO (1 angka)

1. Semua pukulan (TSUKI) yang dilancarkan di 7 area sasaran. 2. Semua lecutan / Strike (UCHI) yang dilancarkan di 7 area sasaran.

I. Untuk alasan keamanan, lemparan dimana lawan dirangkul dibawah pinggang, dilempar tanpa diantarkan dengan selamat, atau lemparan berbahaya, atau dimana titik poros lemparan diatas pinggul adalah dilarang dan akan diberikan peringatan atau hukuman, kecuali teknik sapuan yang merupakan teknik karate konvensional dimana lawan tidak harus dipegang seperti DE ASHI BARAI, KO UCHI GARI, KANI WAZA dan lain-lain. Setelah dilakukan bantingan wasit memberikan waktu 2 detik untuk melakukan teknik yang menghasilkan angka.

II. Jika kontestan dilempar sesuai dengan peraturan, atau tergelincir jatuh sendiri, atau tidak bias bertumpu lagi diatas kedua kakinya sendiri, disusul teknik yang menghasilkan nilai akan diberi nilai IPPON.

III. “Bentuk yang baik” adalah teknik yang mempunyai karakteristik yang sesuai dengan efektifitas yang memungkinkan dalam kerangka konsep karate tradisional.

(12)

IV. “Sikap sportif” adalah suatu komponen dari bentuk yang baik dan mengacu pada sikap tidak berniat jahat atau dendam, tercermin melalui konsentrasi yang tinggi untuk menghasilkan teknik yang tinggi.

V. “Semangat yang teguh” menggambarkan kekuatan dan kecepatan dari teknik dan keinginan untuk berhasil.

VI. “Kewaspadaan (ZANSHIN)” adalah criteria yang paling sering terlewatkan dalam memberikan suatu penilaian. Hal ini adalah suatu keadaan komitmen yang terus menerus dimana kontestan mempertahankan konsentrasi, pengamatan, dan kesadaran total terhadap potensi / kemungkinan lawan untuk menyerang balik. Dia tidak memalingkan wajahnya ketika sedang melakukan serangan atau melancarkan teknik-teknik lanjutan lainnya dan tetap menghadap kepada lawan.

VII. “Waktu yang tepat” berarti mengeluarkan teknik pada saat dimana akan berdampak efektif menghasilkan efek potensi yang besar.

VIII. “Jarak yang benar” berarti sama dengan melancarkan sebuah teknik pada jarak yang tepat sehingga menghasilkan dampak potensial maksimum. Jika sebuah teknik dilancarkan pada lawan yang sedang bergerak dengan cepat, dampak potensialnya tentu saja berkurang.

IX. “Jarak” juga berhubungan dengan titik dimana teknik yang benar dilancarkan dengan baik atau mendekati target. Pukulan atau tendangan yang mendarat di sasaran antara “Skin Touch” (sentuhan kulit) dengan jarak 5 cm dari wajah, kepala atau leher dapat dikatakan telah mencapai jarak yang benar. Kemudian serangan kearah JODAN yang dilakukan dengan jarak yang memungkinkan terhadap target dan dimana lawan tidak berusaha untuk menangkis atau menghindari akan dianggap benar atau mendapat nilai, asalkan tekniknya memenuhi 6 kriteria. Dalam pertandingan Kadet dan Junior kontak ke kepala, wajah dan leher (termasuk Face Masker) dengan tangan tidak dibolehkan dan teknik yang lainnya harus sentuhan yang paling ringan atau disebut juga Skin Touch. Untuk tendangan JODAN toleransi jarak menjadi 10 cm.

X. 1 teknik yang buruk tetap buruk, tanpa menghiraukan dimana dan bagaimana teknik itu dilakukan. Teknik yang tidak efisien dalam bentuk yang baik atau yang dilakukan dengan kurang tenaga tidak akan menghasilkan nilai.

XI. Teknik yang mendarat dibawah ikat pinggang memungkinkan menghasilkan nilai, selama itu berada diatas tulang kemaluan (Pubic Bone). Leher adalah area target dan begitu juga tenggorokan. Tapi kontak ke tenggorokan tidak diperbolehkan, tetapi nilai dapat diberikan untuk suatu teknik yang terkontrol dengan baik, yang tidak menyentuh (tenggorokan).

XII. 1 teknik yang mendarat pada tulang belikat dapat menghasilkan skor. Bagian dari punggung yang tidak menghasilkan skor adalah area pertemuan antara tulang atas lengan dengan tulang belikat.

XIII. Bel tanda berakhir pertandingan menandakan akhir dari kemungkinan untuk memperoleh nilai dalam pertandingan, walaupun wasit tidak dengan segera menghentikan pertandingan. Bel akhir pertandingan tidak berarti bahwa hukuman

(13)

tidak dapat diterapkan. Hukuman dapat diterapkan oleh Panel Wasit pada saat dimana kontestan meninggalkan area setelah keputusan putaran. Hukuman dapat diterapkan / diberikan setelah itu, tapi kemudian hanya oleh Komisi Wasit atau Komisi Hukum dan Disiplin.

XIV. Jika kedua kontestan mengenai sasaran pada saat yang bersamaan, criteria penilaian untuk waktu yang tepat tidak bias diterapkan, dan keputusan yang tepat seharusnya adalah tidak memberikan nilai. Kedua kontestan mungkin saja bias bersamaan memperoleh nilai dalam kasus tersebut jika ada 2 bendera juri yang mendukungnya, dan nilai diberikan sebelum wasit meneriakkan YAME atau bel tanda waktu habis.

XV. Jika seorang kontestan melancarkan lebih dari 1 teknik yang berbeda (dan semuanya memenuhi 6 kriteria) sebelum pertandingan dihentikan / isyarat YAME, maka nilai yang diberikan adalah nilai yang tertinggi tanpa memandang urutan teknik mana yang lebih dulu dilancarkan. Contoh : sebuah teknik tendangan dilancarkan setelah teknik pukulan (keduanya memenuhi 6 kriteria) maka nilai yang diberikan adalah nilai untuk tendangan.

PASAL 7 : KRITERIA UNTUK KEPUTUSAN

Hasil dari suatu pertandingan ditentukan oleh salah 1 kontestan yang unggul 8 angka atau mendapatkan nilai lebih besar saat pertandingan berakhir atau mendapat keputusan HANTEI atau HANSOKU, SHIKKAKU atau KIKEN dijatuhkan pada salah 1 kontestan. 1. Ketika sebuah pertandingan pada pertandingan perorangan berakhir tidak boleh

diumumkan seri. Hanya pada pertandingan beregu dimana sebuah babak berakhir dengan nilai sama atau tanpa nilai, wasit akan mengumumkan seri (HIKIWAKE). 2. Pada pertandingan perorangan jika setelah waktu berakhir tidak ada nilai yang

diperoleh oleh kedua kontestan ataupun terjadi nilai seri, keputusan akan dilaksanakan dengan voting / pemungutan suara oleh salah 1 kontestan dan keputusan diambil berdasarkan hal-hal sebagai berikut :

a. Sikap, semangat bertarung dan kekuatan yang ditunjukkan oleh kontestan. b. Superioritas / kelebihan dari teknik dan taktik yang diperlihatkan.

c. Kontestan mana yang mempunyai inisiatif menyerang yang lebih dominan. 3. Tim pemenang adalah yang memperoleh angka kemenangan (Victory Point). Jika

kedua tim memiliki kemenangan yang sama, maka tim yang memiliki jumlah nilai terbanyak (seluruh nilai dalam partai pertandingan) akan dinyatakan sebagai pemenang, dan perbedaan maksimum dari total point adalah 8.

4. Jika kedua tim memiliki jumlah kemenangan dan nilai yang sama, maka dilanjutkan dengan partai tambahan dengan anggota tim yang mana saja dan apabila masih seri juga, dilakukan prosedur HANTEI seperti pada pertandingan perorangan (butir 2 diatas).

(14)

5. Pada pertandingan beregu putra bila 1 tim memperoleh angka dan nilai kemenangan yang cukup, maka dinyatakan sebagai pemenang pada saat itu, dan pertandingan lanjutan tidak diperlukan.

PENJELASAN

I. Ketika memutuskan hasil pertandingan melalui Voting (HANTEI), setelah berakhirnya sebuah pertandingan, wasit akan bergerak ke batas area dan menyerukan HANTEI diikuti dengan tiupan 2 nada dari peluitmya. Para juri akan menyatakan pendapat mereka melalui bendera. Pada saat yang bersamaan wasit mengangkat tangan pada sisi yang dianggap menang. Wasit akan meniup peluit dengan nada kecil untuk mengisyaratkan para juri menurunkan bendera, lalu ia kembali ke posisi semula dan mengumumkan keputusan dengan cara biasa.

PASAL 8 : PERILAKU YANG DILARANG

Ada 2 kategori yang dikelompokkan sebagai perilaku yang dilarang yaitu Kategori 1 dan Kategori 2 (C1 dan C2).

KATEGORI 1

1. Melakukan teknik serangan sehingga menghasilkan kontak yang kuat / keras, walaupun serangan tersebut tertuju pada daerah yang diperbolehkan. Selain itu dilarang melakukan serangan kea rah atau mengenai tenggorokkan.

2. Serangan ke arah lengan atau kaki, tenggorokan, persendian atau pangkal paha. 3. Serangan ke arah muka dengan teknik serangan tangan terbuka.

4. Teknik melempar / membanting yang berbahaya / terlarang yang dapat menciderai lawan.

KATEGORI 2

1. Berpura-pura atau melebih-lebihkan cidera yang dialami.

2. Keluar dari area pertandingan (JOGAI) yang tidak disebabkan oleh lawan.

3. Membahayakan diri sendiri dengan membiarkan pertahanan dirinya terbuka atau tidak memperhatikan keselamatan dirinya atau tidak mampu untuk menjaga jarak yang diperlukan untuk melindungi diri (MUBOBI).

4. Menghindari pertarungan yang mengakibatkan lawan kehilangan kesempatan untuk memperoleh angka.

5. Pasifitas (ketidak aktifan) – tidak berusaha untuk melakukan serangan dalam pertarungan.

(15)

6. Merangkul (memiting), bergumul (bergulat), mendorong dan menangkap lawan, mengadu dada dengan dada yang berlebihan tanpa mencoba untuk melakukan teknik serangan susulan.

7. Melakukan teknik alamiah atau serangan yang pada dasarnya tidak dapat dikontrol untuk keselamatan lawan dan berbahaya, serta serangan-serangan yang tidak terkontrol.

8. Melakukan serangan bersamaan dengan kepala, lutut atau sikut.

9. Berbicara kasar atau memanasi / menggoda lawan, tidak mematuhi perintah wasit, melakukan tindakan

PENJELASAN

I. Pertandingan Karate adalah olah raga, oleh karena itu beberapa teknik yang berbahaya dilarang dan semua teknik harus dikontrol. Kontestan dewasa yang terlatih dapat melancarkan teknik pukulan yang memiliki kekuatan relative pada area-area berotot seperti perut, tapi pada kenyataannya adalah bahwa kepala, wajah, leher, selangkangan dan sendi adalah rawan terhadap luka. Karenanya semua teknik yang dapat menyebabkan luka dapat menyebabkan hukuman, kecuali disebabkan oleh si penerima. Kontestan harus menunjukkan teknik-teknik dengan control dan bentuk yang baik. Jika tidak, maka apapun teknik yang dilakukan peringatan dan hukuman harus dijatuhkan. Khusus untuk pertandingan Kadet dan Junior harus mendapat kepedulian yang tinggi.

II. KONTAK KE ARAH MUKA – SENIOR : Untuk kontestan senior, tidak boleh ada cidera; serangan dengan ringan, terkontrol dan hanya sentuhan kea rah wajah, kepala dan leher yang diperbolehkan. (Tenggorokan tidak boleh disentuh sama sekali). Apabila ada kontak ke arah wajah terlalu keras dalam pandangan wasit, tetapi tidak mengurangi kesempatan kontestan untuk menang, maka suatu peringatan akan diberikan (CHUKOKU). Kontak kedua akan menghasilkan KEIKOKU. Selanjutnya bila terjadi kontak yang ketiga akan menghasilkan HANSOKU CHUI. Kontak yang terjadi setelah itu, walaupun tidak serius mempengaruhi kesempatan lawan untuk menang akan menghasilkan HANSOKU bagi pelakunya.

III. KONTAK KE ARAH MUKA KADET DAN JUNIOR : Untuk Kadet dan Junior tidak boleh ada kontak apapun dengan teknik tangan kea rah kepala, wajah atau leher (termasuk ke face mask). Semua kontak tidak dibolehkan walaupun ringan, dan akan diberikan hukuman kecuali disebabkan oleh kesalahan kontestan sendiri (MUBOBI). Untuk tendangan kea rah Jodan diperbolehkan dengan sentuhan ringan (skin touch) & harus memenuhi 6 kriteria, lebih dari pada skin touch akan menerima peringatan atau hukuman kecuali disebabkan oleh kesalahan kontestan sendiri (MUBOBI).

IV. Wasit harus terus menerus mengamati kontestan yang terluka. Satu penundaan singkat harus diberikan akibat gejala luka seperti hidung berdarah terus

(16)

Berkembang. Pengamatan harus dilakukan untuk mengantisipasi upaya kontestan untuk memperburuk luka ringan sebagai alasan agar memperoleh keuntungan . Contoh dari ini adalah menghembuskan nafas terus menerus melalui hidung berdarah tersebut atau mengusap wajah secara kasar.

V. Luka yang sudah ada sebelumnya dapat menciptakan gejala yang diluar proporsi dari derajat yang sebenarnya terjadi dan Wasit harus mempertimbangkan ini ketika mempertimbangkan hukuman untuk kontak yang kelihatannya berlebihan. Sebagai contoh kontak yang dilakukan dengan ringan akan menimbulkan luka yang berlanjut dari luka sebelumnya. Sebelum dimulainya pertandingan, Pengawas Area Pertandingan harus memeriksa kartu kesehatan dan memastikan bahwa para kontestan adalah layak untuk bertanding. Wasit harus juga diberitahu jika satu kontestan sedang dalam perawatan karena luka.

VI. Kontestan yang berperilaku berlebihan terhadap kontak ringan, dalam usaha untuk membuat wasit menghukum lawan seperti memegang muka, menjatuhkan diri akan segera diperingati atau dihukum.

VII. Berpura-pura terluka, yang sebenarnya tidak adalah pelanggaran serius terhadap peraturan. SHIKKAKU akan dikenakan pada kontestan yang berpura-pura terluka misalnya ketika seperti terjatuh dan terguling di lantai dan tidak didukung oleh fakta yang sesuai dengan yang dilaporkan oleh dokter netral.

VIII. Melebih-lebihkan suatu luka yang memang ada dan sebenarnya tidak serius adalah sikap yang tidak bias diterima dan meskipun pertama kali dilakukan akan langsung menerima HANSOKU CHUI, jika lebih serius melebih-lebihkan cidera seperti sempoyongan, menjatuhkan diri dilantai kemudian berdiri dan jatuh lagi dan sebagainya, bias saja diberikan langsung HANSOKU tergantung seberapa kerasnya serangan yang diterima kontestan tersebut.

IX. Kontestan yang menerima SHIKKAKU karena berpura-pura terluka akan ditarik dari area pertandingan dan langsung diserahkan ke Komisi Kesehatan WKF yang segera mengadakan pemeriksaan kontestan. Komisi Kesehatan akan menyerahkan laporan kesehatannya sebelum berakhirnya kejuaraan, sebagai bahan pertimbangan untuk Komisi Wasit. Kontestan yang berpura-pura terluka akan dijatuhi hukuman terberat termasuk sampai pelarangan bertanding seumur hidup bagi pelanggaran yang berulang-ulang.

X. Tenggorokan khususnya adalah daerah rentan dan meskipun kontak yang sangat ringan pun akan diperingatkan atau dihukum, kecuali karena kesalahan si penerima. XI. Teknik melempar dapat dibagi ke dalam dua jenis. Teknik menyapu kaki Karate

konvensional yang sudah mapan seperti DE ASHI BARAI, KO UCHI GERI dan sebagainya dimana lawan disapu, sehingga kehilangan keseimbangan atau dilempar tanpa dipegang terlebih dulu dan lemparan yang mengharuskan lawan untuk dipegang selama teknik lemparan dilakukan sehingga lawan bias didaratkan dengan aman di atas matras. Melempar atau membanting tidak boleh di atas batas sabuk lawan dan lawan harus dipegang, sehingga pendaratan yang aman dapat dilakukan. Lemparan melalui punggung seperti SEOI NAGE, KATA GURUMA dan lain-lain

(17)

adalah dinyatakan terlarang, lemparan ke arah atas seperti TOMOE NAGE, SUMI GAESHI dan lain-lain juga dilarang. Begitu pula halnya dengan merangkul lawan dibawah pinggang lalu mengangkat dan melemparnya atau menyentuh dan menarik kedua kaki dari bawah. Jika seorang kontestan diciderai sebagai akibat lemparan Panel Wasit akan memutuskan satu hukuman.

XII. Teknik tangan terbuka terhadap muka adalah dilarang, karena dapat membahayakan penglihatan kontestan.

XIII. JOGAI berkaitan dengan situasi, dimana kaki atau bagian manapun dari tubuh kontestan menyentuh bagian luar dari area pertandingan. Pengecualian adalah jika kontestan secara fisik didorong atau dilempar dari area pertandingan oleh lawan. Peringatan harus disampaikan secara khusus dalam JOGAI yang pertama kali dilakukan. Makna JOGAI tidak lagi berulang kali keluar, namun kini berarti “keluar yang tidak disebabkan oleh lawan”.

XIV. Seorang kontestan yang melancarkan teknik yang menghasilkan nilai, kemudian keluar area sebelum Wasit meneriakkan YAME maka ia akan diberikan nilai, dan JOGAI tidak akan dikenakan. Jika teknik yang dilancarkan tidak menghasilkan nilai maka JOGAI akan dikenakan.

XV. Jika AO JOGAI, segera setelah AKA menghasilkan nilai dengan serangan efektif, kemudian Wasit baru mengatakan YAME maka AO tidak diberikan JOGAI, namun jika AO JOGAI pada saat AKA belum atau sedang menghasilkan nilai dengan serangan efektif (dimana AKA tetap didalam area), maka nilai untuk AKA dan JOGAI untuk AO akan diberikan.

XVI. Sangat penting untuk dipahami bahwa menghindari pertarungan, mengacu kepada situasi dimana seorang kontestan tidak memberikan kesempatan kepada lawannya untuk membuat nilai dengan mengulur-ulur waktu. Kontestan yang mundur tanpa perlawanan yang efektif atau menghilangkan kesempatan lawan untuk membukukan nilai seperti merangkul yang tidak perlu atau sengaja keluar akan diperingati atau dihukum. Ini biasanya sering terjadi pada detik-detik terakhir dari suatu pertandingan. Jika serangan terjadi dalam sepuluh detik atau lebih dari waktu pertandingan yang tersisa, CHUKOKU akan diberikan Wasit jika kontestan belum mendapat KATEGORI 2 sebelumnya. Jika mendapat KATEGORI 2 sebelumnya maka akan berlanjut sesuai urutan. Namun apabila waktu tersisa kurang dari sepuluh detik HANSOKU CHUI akan diberikan langsung oleh Wasit (tanpa memandang apakah sebelumnya kontestan sudah memperoleh KEIKOKU untuk KATEGORI 2 atau tidak), jika kontestan sudah memperoleh HANSOKU CHUI untuk KATEGORI 2 maka HANSOKU akan diberikan dan kemenanganakan diberikan pada lawannya, Meskipun demikian Wasit harus memastikan bahwa kontestan tidak mundur karena kontestan bertindak dalam cara yang tidak seharusnya atau cara yang berbahaya dimana pelaku harus diperingati atau dihukum.

XVII.Pasifitas (ketidak aktifan) mengacu pada situasi dimana seorang ataupun kedua kontestan tidak berusaha melancarkan teknik serangan / serangan balasan melewati batas waktu yang wajar.

(18)

XVIII. Satu contoh dari MUBOBI adalah dimana kontestan melancarkan serangan yang bertubi-tubi tanpa menghiraukan keselamatan dirinya. Beberapa kontestan menerjangkan dirinya melakukan pukulan panjang dan tidak mampu menangkis / melancarkan serangan balasan. Serangan terbuka seperti itu merupakan serangan MUBOBI dan tidak menghasilkan nilai. Seperti taktik gerakan sandiwara, banyak kontestan memutar dirinya dengan segera setelah menunjukkan serangan yang menghasilkan nilai, tujuan dari tindakan tersebut adalah untuk menarik perhatian Wasit terhadap teknik mereka. Mereka kehilangan perlindungan diri dan kesadaran terhadap lawannya yang akan menyerang, ini merupakan tindakan MUBOBI. Seharusnya kontestan yang menerima kontak yang keras atau mengalami cidera yang disebabkan oleh kesalahannya akan diberikan Wasit peringatan atau hukuman KATEGORI 2 dan membatalkan peringatan atau hukuman kepada lawannya.

XIX. Setiap perilaku tidak wajar / sopan yang dari satu anggota delegasi dapat mengakibatkan diskualifikasi peserta, keseluruhan tim atau delegasi dari turnamen.

PASAL 9 : HUKUMAN

CHUKOKU : CHUKOKU diberikan pada pelanggaran kecil yang dilakukan pertama kali dalam sebuah jenis kategori (C1 atau C2).

KEIKOKU : KEIKOKU diberikan pada pelanggaran kecil yang dilakukan kedua kalinya dalam sebuah jenis kategori atau pada pelanggaran yang belum cukup serius untuk mendapat HANSOKU CHUI HANSOKU CHUI : Ini adalah sebuah peringatan atau diskualifikasi yang biasanya

diberikan pada pelanggaran dimana KEIKOKU sebelumnya telah diberikan pada pertandingan tersebut ataupun dapat dikenakan langsung untuk pelanggaran yang serius, dimana hukuman HANSOKU belum tepat diberikan.

HANSOKU : Ini adalah sebuah hukuman atau diskualifikasi yang diberikan pada pelanggaran yang sangat serius atau ketika HANSOKU CHUI telah diberikan. Pada pertandingan beregu, anggota tim yang mengalami cidera akan menerima delapan angka, dan nilai lawannya menjadi nol.

SHIKKAKU : Ini adalah suatu diskualifikasi dari turnamen, kompetisi atau pertandingan, dalam hal menentukan batasan hukuman SHIKKAKU harus dikonsultasikan dengan Komisi Wasit. SHIKKAKU dapat diberlakukan jika kontestan melakukan tindakan mengabaikan perintah Wasit, menunjukkan kebencian /

(19)

tindakan tidak terpuji, merusak martabat dan kehormatan Karate-Do atau jika tindakan lainnya dianggap melanggar aturan dan semangat turnamen. Pada pertandingan beregu jika satu anggota dari sebuah tim menerima SHIKKAKU, maka angka timnya menjadi nol dan tim lawan akan mendapat tambahan delapan angka.

PENJELASAN

I. Ada tiga tingkatan untuk peringatan : CHUKOKU, KEIKOKU dan HANSOKU CHUI. Sebuah peringatan adalah koreksi yang diberikan pada kontestan untuk menunjukkan bahwa ia melakukan kesalahan dalam peraturan pertandingan, namun belum mendapatkan hukuman langsung.

II. Ada dua tingkatan untuk hukuman : HANSOKU dan SHIKKAKU, keduanya diakibatkan pelanggaran yang dilakukan oleh kontestan terhadap peraturan pertandingan sehingga menyebabkan ia didiskualifikasi dari :

a) Pertandingan (HANSOKU)

b) Seluruh kejuaraan (SHIKKAKU) dengan kemungkinan larangan bertanding selama beberapa waktu.

III. Hukuman KATEGORI 1 dan 2 tidak saling berakumulasi silang.

IV. Satu hukuman dapat secara langsung dijatuhkan pada satu pelanggaran peraturan tetapi sekali diberikan, pengulangan kategori itu harus disertakan dengan bertambahnya tingkat hukuman yang dijatuhkan. Misalnya tidak mungkin untuk memberi peringatan untuk kontak yang berlebihan dan kemudian memberikan peringatan yang sama untuk dikontak berlebihan yang kedua.

V. CHUKOKU diberikan dimana telah terjadi pelanggaran kecil dari aturan, tapi peluang kontestan untuk menang tetap tidak berkurang (dalam pandangan para Juri) oleh kesalahan lawan.

VI. KEIKOKU diberikan dimana potensi kontestan untuk menang berkurang sedikit (dalam pandangan para Juri) oleh kesalahan lawan.

VII. HANSOKU CHUI diberikan dimana potensi kontestan untuk menang menjadi serius berkurang (dalam pandangan para Juri) oleh kesalahan lawan.

VIII. HANSOKU akan diberikan dimana potensi kontestan untuk menang benar-benar serius hilang (dalam pandangan para Juri) karena kesalahan lawan.

IX. Setiap peserta yang menerima HANSOKU karena menyebabkan luka dan yang dalam pandangan Wasit dan Pengawas Area Pertandingan dianggap bertindak sembrono atau berbahaya atau kontestan yang dianggap tidak memiliki kemampuan kontrol yang penting dibutuhkan untuk pertandingan sesuai aturan WKF maka hal ini akan dilaporkan pada Komisi Wasit. Komisi Wasit akan memutuskan apakah kontestan itu akan ditarik dari seluruh pertandingan atau pertandingan berikutnya saja.

(20)

X. SHIKKAKU dapat dikenakan secara langsung tanpa peringatan apapun sebelumnya. Kontestan tanpa berbuat kesalahan dapat menerima SHIKKAKU jika pelatih atau anggota yang tidak bertanding dari delegasi kontesan berperilaku merusak martabat dan kehormatan Karate-do. Jika Wasit percaya bahwa satu kontestan telah bertindak secara tidak terpuji tanpa menghiraukan apakah luka fisik telah terjadi atau belum, maka SHIKKAKU dan HANSOKU merupakan hukuman yang tepat.

XI. Suatu SHIKKAKU harus diumumkan kepada public.

PASAL 10 : CIDERA & KECELAKAAN DALAM PERTANDINGAN

1. KIKEN atau mengundurkan diri adalah keputusan yang diberikan ketika satu atau beberapa kontestan tidak / gagal hadir ketika dipanggil, tidak mampu melanjutkan, meninggalkan pertandingan atau menarik diri atas perintah Wasit. Alasan meninggalkan pertandingan ini bisa cidera yang tidak disebabkan oleh tindakan lawan.

2. Di dalam kumite perorangan jika dua kontestan menciderai satu sama lain atau menderita dari efek cidera yang diderita sebelumnya dan dinyatakan oleh dokter turnamen tidak mampu melanjutkan pertandingan, pertandingan akan dimenangkan oleh pihak yang mengumpulkan nilai terbanyak. Jika nilainya sama maka akan diutuskan dengan HANTEI, didalam kumite beregu wasit akan mengumumkan seri (HIKIWAKE) dan dilanjutkan dengan pertandingan tambahan, jika jumlah kemenangan dan nilai tetap sama akan diputuskan dengan HANTEI.

3. Satu kontestan yang cidera dan telah dinyatakan tidak tidak layak untuk bertanding oleh dokter turnamen tidak dapat bertanding lagi dalam turnamen tersebut.

4. Seorang kontestan yang cidera dan memenangkan langsung pertandingan melalui diskualifikasi (HANSOKU) karena cidera, tidak diperbolehkan untuk bertanding lagi tanpa ijin dokter. Jika ia cidera, dia dapat menang untuk kedua kalinya melalui diskualifikasi tapi segera ditarik dari pertandingan kumite dalam turnamen itu.

5. Jika kontestan cidera, pertama Wasit harus segera menghentikan pertandingan dan selanjutnya memanggil dokter. Dokter berwenang untuk memberikan diagnose dan mengobati cidera saja.

6. Seorang kontestan yang cidera saat pertandingan berlangsung dan memerlukan perawatan medis akan diberikan 3 menit untuk menerima perawatan tersebut. Jika perawatan tidak selesai dalam waktu yang telah diberikan Wasit akan menyatakan kontestan tidak fit untuk melanjutkan pertarungan (pasal 13 paragraf 8 d.) atau perpanjangan waktu akan diberikan.

7. Kontestan yang terjatuh, terlempar atau KO dan tidak dapat berdiri atas kedua kakinya dengan segera dalam waktu 10 detik, dinyatakan tidak layak untuk melanjutkan pertarungan dan secara otomatis akan ditarik dari semua pertandingan kumite di dalam turnamen itu. Dalam hal kontestan terjatuh, terlempar atau KO dan tidak bias berdiri di atas kedua kakinya dengan segera, Wasit akan memerintahkan

(21)

pencatat waktu untuk memulai penghitungan 10 detik dengan meniup peluitnya dan pada waktu yang bersamaan dokter dipanggil jika diperlukan seperti yang disebutkan pada ayat 5 diatas. Pencatat waktu menghentikan perhitungan waktu jika Wasit telah mengangkat tangannya. Bila waktu 10 detik telah selesai dilakukan, dokter akan diminta untuk mendiagnosa kontestan.

PENJELASAN

I. Jika dokter menyatakan kontestan tidak layak bertanding, catatan tentang hal tersebut harus dibuat pada kartu pantauan kesehatan kontestan (belakang ID Card). Tingkat keadaan tidak fit harus dijelaskan pada Panel Wasit.

II. Seorang kontestan dapat menang melalui satu diskualifikasi dari lawan karena akumulasi kesalahan kecil. Mungkin pemenang tidak mengalami luka yang berarti. Kemenangan kedua dari kontestan berdasarkan hal yang sama akan mengarah pada penarikan pemenang, walaupun secara fisik ia mampu melanjutkan pertandingan (pengunduran diri).

III. Jika kontestan cidera atau terluka dan membutuhkan perawatan medis hanya Wasit yang boleh memanggil dokter pertandingan dengan cara mengangkat tangan dan meneriakkan kata “Dokter / Medis”

IV. Jika kontestan masih memungkinkan untuk berjalan maka perawatan medis harus dilakukan di luar area pertandingan.

V. Dokter wajib membuat rekomendasi keselamatan hanya yang berkaitan dengan pengaturan medis yang benar dari cidera kontestan tersebut.

VI. Ketika menerapkan peraturan 10 detik, penghitungan waktu akan dilakukan oleh pencatat waktu yang ditunjuk untuk tujuan khusus ini. Tanda peringatan akan dibunyikan mulai detik ke 7 diikuti bel akhir pada detik ke 10. Pencatatan waktu akan memulai hitungan atas isyarat dari wasit. Pencatat waktu akan berhenti ketika peserta bangkit / berdiri dengan tegak dan Wasit mengangkat tangannya.

VII. Para Juri akan memutuskan pemenang berdasarkan KIKEN, HANSOKU atau SHIKKAKU sesuai dengan kasus yang terjadi.

VIII. Dalam pertandingan beregu, hanya anggota tim yang menerima KIKEN mendapat angka nol dan tim lawan akan mendapatkan tambahan delapan angka.

PASAL 11 : PROTES RESMI

1. Tidak seorang pun boleh memprotes penilaian pada anggota Panel Wasit.

2. Jika prosedur Wasit terlihat bertentangan dengan peraturan, presiden dari federasi atau wakil resmi adalah satu-satunya pihak yang diperbolehkan menyatakan protes. 3. Protes akan berbentuk laporan tertulis diserahkan segera setelah pertandingan,

(22)

protes yang berkaitan dengan kesalahan administrasi, pengawas area pertandingan harus diberitahu segera kesalahan administrasi telah terdeteksi).

4. Protes harus diserahkan kepada Juri Banding. Pada waktunya Juri Banding akan meninjau isi yang mengarah pada keputusan yang diprotes. Setelah mempertimbangkan semua fakta yang ada, mereka akan membuat laporan dan menjadi wewenang untuk mengambil tindakan yang diperlukan.

5. Protes yang berkaitan dengan penerapan aturan harus dibuatkan dan diajukan sesuai dengan prosedur pengaduan yang ditentukan oleh WKF EC. Protes ini harus diserahkan dalam bentuk tertulis dan ditandatangani oleh petugas wakil dari tim atau kontestan.

6. Protes harus mendepositkan sejumlah uang sebagaimana disepakati oleh WKF EC dan bersamaan dengan pembayaran, protes yang diajukan harus disetujui oleh Juri Banding.

7. Komposisi dari Juri Banding

Juri Banding adalah gabungan dari 3 Wasit Senior yang ditunjuk oleh Komisi Wasit (RC), tidak dibolehkan 2 anggota dari negara yang sama. Bila terjadi situasi conflict of interest, dimana anggota Juri Banding memiliki kesamaan negara serta hubungan family atau darah secara hokum dengan semua bagian yang terlibat incident yang diprotes termasuk Panel Wasit yang terlibat, maka RC harus juga menunjuk 3 anggota tambahan yang diberi urutan 1 sampai dengan 3 dimana secara otomatis akan mengganti setiap anggota Juri Banding.

8. Proses Evaluasi Banding

Merupakan kewajiban dari pihak yang menerima protes, menyampaikannya ke Juri Banding dan mendepositkan uang protes ke bendahara. Setelah protes disampaikan Juri Banding segera melakukan penyelidikan dan penelitian yang dibutuhkan, sebagaimana yang mereka protes, sebagai bahan pertimbangan yang diperlukan untuk menemukan kebenaran protes, setiap anggota Juri Banding diwajibkan memberikan hasil keputusan terhadap keabsahan dari protes, dan tidak boleh ada yang tidak memberikan pertimbangan.

9. Protes Ditolak

Jika protes ditemukan tidak valid, Juri Banding akan menunjuk salah seorang anggotanya untuk menyampaikan kepada pihak yang protes bahwa protes telah ditolak, diikuti dengan menuliskan kata DITOLAK, didalam dokumen asli, dan harus ditandatangani oleh semua anggota Juri Banding, dimana sebelumnya deposit sudah diterima oleh bendahara dan diteruskan ke Sekretaris Jenderal.

10. Protes Diterima

Jika protes diterima, Juri Banding akan meneruskan kepada OC dan Komisi Wasit untuk mengambil langkah-langkah yang praktis untuk menormalisir keadaan, termasuk kemungkinan :

 Mengubah hasil keputusan yang controversial dengan peraturan.

 Mengubah hasil dari pertandingan didalam pool pada saat sebelum terjadinya peristiwa.

(23)

 Mengulangi pertandingan yang menyebabkan terjadinya peristiwa.

 Membuat rekomendasi kepada Komisi Wasit yang menyatakan bahwa Panel Wasit yang terlibat sudah dievaluasi untuk dikoreksi atau diberi sanksi.

Merupakan tanggungjawab dari Juri Banding untuk mengambil keputusan yang bijaksana dalam dengan cara yang tepat mengambil tindakan yang akan mengganggu jalannya pertandingan, mengulangi proses eliminasi adalah pilihan akhir untuk keamanan dan mendapatkan hasil yang adil.

Juri Banding akan menunjuk satu dari anggotanya yang akan menyampaikan kepada pihak yang mengajukan protes bahwa protes diterima, dan menuliskan kata DITERIMA pada dokumen asli, yang ditandatangani oleh masing-masing Juri Banding, uang yang didepositkan sebelumnya akan dikembalikan oleh bendahara, dan dokumen protes akan diteruskan kepada Sekretaris Jenderal.

11. Laporan Khusus

Selain menangani kasus seperti yang diuraikan diatas, Juri Banding akan membuat laporan peristiwa yang diprotes, yang menjelaskan tentang penemuan-penemuan mereka, dan menyampaikan alasan-alasan kenapa protes diterima atau ditolak. Laporan harus ditandatangani oleh anggota Juri Banding, dan dikirimkan ke Sekretaris Jenderal.

12. Wewenang dan Batasan

Keputusan Juri Banding adalah final, tidak bisa diganggu gugat, hanya bisa digugurkan oleh keputusan Executive Committee. Juri Banding tidak bisa menjatuhkan sanksi atau hukuman, fungsi mereka hanya menyampaikan keputusan terhadap kasus protes dan tindakan yang dibutuhkan dari RC dan OC untuk mengambil tindakan perbaikan dan meralat semua prosedur perwasitan yang bertentangan dengan peraturan.

PENJELASAN

I. Protes harus memuat nama kontestan, Panel Wasit yang memimpin dan perincian yang dijadikan protes. Tidak semua protes akan diterima sebagai protes resmi. Alat pembuktian validitas protes berada di pihak pemrotes.

II. Protes akan ditinjau oleh Juri Banding dan bagian dari tinjauan Juri Banding akan mempelajari bukti yang diserahkan untuk mendukung protes. Juri Banding juga dapat mempelajari video resmi dan menanyakan kepada pengawas area pertandingan dalam usaha untuk memeriksa validitas protes yang obyektif.

III. Jika protes dinyatakan oleh Juri Banding sah, tindakan semestinya akan diambil. Sebagai tambahan, langkah-langkah itu akan diambil untuk menghindari pengulangan kejadian di pertandingan berikutnya. Dana yang diperoleh akan disimpan oleh Bagian Keuangan.

IV. Jika protes oleh Juri Banding dinyatakan tidak valid, itu akan ditolak dan deposit akan diserahkan pada WKF.

(24)

V. Pertandingan yang berlangsung tidak akan ditunda walaupun protes resmi sedang disiapkan. Adalah tanggung jawab dari Arbitrator untuk memastikan bahwa pertandingan dilakukan dengan baik sesuai dengan aturan pertandingan.

VI. Dalam hal kesalahan administrasi selama pertandingan berlangsung, pelatih dapat memberitahukan langsung kepada pengawas area pertandingan. Selanjutnya pengawas area pertandingan akan memberitahu Wasit.

PASAL 12 : WEWENANG DAN TUGAS

KOMISI WASIT

Wewenang dan tugas Komisi Wasit :

1. Memastikan persiapan yang benar untuk setiap turnamen dengan berkonsultasi dengan panitia pelaksana, dalam kaitan dengan pengaturan area pertandingan, kesiapan semua peralatan dan fasilitas yang diperlukan pelaksanaan pertandingan dan pengawasan pertandingan persiapan keselamatan dan keamanan, dan lain-lain.

2. Menunjuk dan menugaskan para Manajer Tatami (para Wasit Kepala) pada area / wilayah masing-masing, bertindak dan mengambil tindakan yang mungkin diperlukan dengan laporan dari Manajer Tatami.

3. Mengawasi dan mengkoordinasi kinerja keseluruhan dari petugas perwasitan. 4. Memilih petugas pengganti bila diperlukan.

5. Memeriksa dan membuat keputusan akhir pada masalah teknis alami yang mungkin muncul saat pertandingan dan untuk hal-hal yang belum ada dalam peraturan.

MANAJER TATAMI

Wewenang dan tugas pengawas area pertandingan adalah sebagai berikut :

1. Mendelegasikan, menunjuk dan mengawasi Wasit dan Juri, untuk semua pertandingan di area yang berada dibawah pengawasan mereka.

2. Mengawasi kinerja dari Wasit dan Juri di area mereka dan memastikan bahwa petugas yang ditunjuk mampu melaksanakan tugas yang diberikan.

3. Memerintahkan Wasit menghentikan pertandingan ketika Pengawas Pertandingan menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan.

4. Menyiapkan laporan tertulis harian tentang kinerja dan setiap petugas dibawah pengawasannya serta rekomendasi pada Komisi Wasit.

WASIT

Wewenang dan tugas Wasit (SHUSHIN) sebagai berikut :

1. Wasit (SHUSHIN) mempunyai kekuasaan untuk melaksanakan pertandingan termasuk pengumuman memulai, menunda dan mengakhiri dari pertandingan.

(25)

2. Memberikan nilai berdasarkan keputusan para Juri.

3. Menghentikan pertandingan ketika dalam pandangannya ada tehnik yang menghasilkan nilai atau pelanggaran atau untuk memastikan keselamatan kontestan. 4. Meminta konfirmasi terhadap keputusan para Juri dalam situasi yang diijinkan, jika

dalam pandangannya para Juri perlu mengevaluasi ulang keputusan mereka untuk peringatan maupun hukuman.

5. Menjelaskan kepada Manajer Tatami, Komisi Wasit atau Juri Banding jika perlu tentang dasar dari pemberian keputusan yang diambil.

6. Menjatuhkan hukuman dan mengeluarkan peringatan.

7. Memperoleh dan melaksanakan semua pandangan / keputusan para Juri.

8. Mengumumkan dan memulai pertandingan tambahan dalam pertandingan beregu (jika dibutuhkan).

9. Memimpin pemungutan suara dalam HANTEI, termasuk pilihannya sendiri sekaligus mengumumkan hasilnya.

10. Menetapkan hasil seri. 11. Mengumumkan pemenang.

12. Wewenang dari Wasit tidak terbatas pada area pertandingan, tapi juga pada seluruh perimeter area pertandingan.

13. Wasit akan membuat semua perintah dan membuat semua pemberitahuan.

JURI

Wewenang Juri (FUKUSHIN) adalah sebagai berikut :

1. Memberikan sinyal untuk nilai, peringatan dan hukuman.

2. Mempraktekkan satu hak untuk memilih pada keputusan yang akan diambil.

Juri dengan hati-hati mengamati tindakan dari kontestan dan memberi sinyal pada Wasit, seperti pendapat dalam kasus berikut :

a. Ketika kontestan membuat nilai.

b. Ketika seorang kontestan terlihat akan atau telah melakukan tindakan atau teknik yang terlarang.

c. Ketika kontestan terlihat cidera atau sakit atau tidak mampu untuk melanjutkan pertarungan.

d. Ketika salah satu atau kedua kontestan telah bergerak keluar dari area pertandingan (JOGAI).

e. Dalam kasus lain jika dipandang perlu untuk menarik / meminta perhatian Wasit.

PENGAWAS PERTANDINGAN (MATCH SUPERVISOR)

Pengawas Pertandingan (KANSA) akan menolong Manajer Tatami dengan memperhatikan pertandingan atau babak yang sedang berlangsung. Jika keputusan Juri atau Wasit tidak sesuai dengan peraturan pertandingan, Pengawas Pertandingan akan

(26)

segera menaikkan bendera merah dan membunyikan peluit. Manajer Tatami akan memerintahkan Wasit untuk menghentikan pertandingan atau babak dan mengoreksi kesalahan. Catatan dari hasil pertandingan akan menjadi catatan resmi setelah persetujuan Pengawas Pertandingan. Sebelum pertandingan dimulai, Pengawas Pertandingan akan memastikan bahwa kontestan sudah menggunakan perlengkapan yang diizinkan.

PENGAWAS NILAI

Pengawas nilai akan mencatat tersendiri nilai yang diberikan oleh Wasit dan pada saat bersamaan mengawasi para pencatat waktu dan pencatat nilai yang ditunjuk.

PENJELASAN

I. Ketika dua orang Juri atau lebih memberi sinyal yang sama atau mengindikasikan satu nilai bagi kontestan yang sama, Wasit akan menghentikan pertandingan dan memberikan keputusan yang sesuai. Kalau Wasit gagal menghentikan pertandingan, Pengawas Pertandingan akan mengangkat bendera merah dan membunyikan peluit. II. Ketika dua orang Juri atau lebih memberi sinyal atau mengindikasikan satu nilai

pada kontestan yang sama, Wasit harus menghentikan pertandingan dan mengumumkan keputusan yang telah diambil para Juri.

III. Ketika Wasit memutuskan untuk menghentikan pertarungan karena adanya sinyal yang dikeluarkan oleh dua orang Juri atau lebih maka ia akan meneriakkan YAME bersamaan dengan melakukan Gesture Tangan. Para Juri lalu akan menunjukkan pendapat mereka dan Wasit akan memberikan keputusan jika didukung oleh dua orang Juri atau lebih.

IV. Jika kedua kontestan memperoleh sebuah nilai atau peringatan atau hukuman dari dua orang Juri atau lebih maka keduanya akan bersamaan menerima nilai atau peringatan atau hukuman tersebut.

V. Jika seorang kontestan memperoleh nilai, peringatan atau hukuman yang tidak sama dari dua orang Juri atau lebih maka yang akan diberikan adalah yang terendah (jika tidak ada yang mayoritas dalam kasus diberikan oleh 3 atau 4 orang Juri).

VI. Jika ada yang mayoritas dalam kasus pada penjelasan V di atas maka keputusan mayoritaslah yang akan diberikan, meskipun tingkatan nilai, peringatan atau hukuman itu lebih tinggi ataupun lebih rendah dari keputusan lainnya.

VII. Dalam HANTEI Wasit dan keempat orang Juri masing-masing memiliki satu hak suara yang sama.

VIII. Peran Pengawas Pertandingan adalah untuk memastikan bahwa pertandingan atau babak dilaksanakan sesuai dengan peraturan pertandingan. Dia bukanlah Juri tambahan dan tidak mempunyai hak suara atau wewenang untuk mengambil keputusan, seperti misalnya untuk memutuskan keabsahan sebuah nilai atau JOGAI. Satu-satunya tanggung jawabnya adalah dalam hal prosedur.

(27)

Pengawas Nilai akan meniup peluit.

X. Ketika menjelaskan dasar keputusan setelah pertandingan, para Juri hanya diijinkan membicarakan pada Manajer Tatami, Komisi Wasit atau Juri Banding. Selain itu dilarang membicarakannya pada siapapun juga.

PASAL 13 : MEMULAI, MENUNDA DAN MENGAKHIRI PERTANDINGAN

1. Istilah dan gerakan isyarat yang digunakan oleh Wasit dan Juri dalam pelaksanaan satu pertandingan akan dispesifikasikan dalam Lampiran 1 dan 2.

2. Wasit dan Juri akan mengambil posisi mereka diikuti saling memberi hormat (menunduk) antara peserta, Wasit kemudian akan meneriakkan SHOBU HAJIME dan pertandingan segera dimulai.

3. Wasit akan menghentikan pertandingan dengan meneriakkan YAME, jika perlu Wasit akan memerintahkan kontestan untuk mengambil posisi awal mereka (MOTO NO ICHI).

4. Ketika Wasit kembali ke posisi semula para Juri akan menunjukkan pendapat mereka melalui satu sinyal bendera. Wasit mengindentifikasikan pemain yang telah mencetak nilai (AKA atau AO), wilayah yang terserang (CHUDAN atau JODAN), teknik yang menghasilkan nilai (TSUKI, UCHI dan GERI) dan kemudian memberikan nilai yang sesuai dengan menggunakan sinyal. Wasit kemudian memulai lagi pertandingan dengan berseru TSUZUKETE HAJIME.

5. Ketika satu kontestan telah unggul delapan angka dalam pertandingan, Wasit kemudian akan berseru YAME dan memerintahkan kontestan untuk kembali ke posisi semula (termasuk Wasit). Pemenangnya kemudian dinyatakan atau diindikasikan oleh Wasit dengan mengangkat tangan pada sisi / pihak yang menang dan menyerukan AO (AKA) NO KACHI. Pertandingan berakhir pada saat itu.

6. Ketika waktu telah habis, kontestan dengan nilai yang paling banyak dinyatakan sebagai pemenang yang ditandai oleh Wasit dengan mengangkat tangan ke arah pihak yang menang dan berseru AO (AKA) NO KACHI. Pertandingan berakhir pada saat itu.

7. Dalam pertandingan perorangan maupun beregu (setelah terjadinya partai tambahan), ketika waktu habis dan keadaan seri atau tidak ada nilai yang dihasilkan Wasit akan berseru YAME dan kembali ke posisi semula. Ia lalu bergerak ke arah perimeter area pertandingan, Wasit dan keempat Juri akan memutuskan hasil pertandingan dengan HANTEI.

8. Ketika menghadapi situasi sebagai berikut, Wasit akan berseru YAME dan akan menghentikan pertandingan sementara apabila :

a. Ketika kedua atau salah satu kontestan berada diluar dari arena.

b. Wasit memerintahkan kontestan untuk merapikan karate-gi atau perlengkapan proteksinya.

(28)

d. Ketika Wasit mempertimbangkan salah satu / kedua kontestan tidak dapat melanjutkan pertandingan karena terjadi cidera, sakit atau sebab-sebab lainnya. Dengan memperhatikan saran dari dokter pertandingan, Wasit kemudian dapat memutuskan apakah pertandingan dapat dilanjutkan.

e. Ketika seorang kontestan menangkap lawannya dan tidak memperlihatkan teknik yang efektif atau membantingnya dalam waktu dua detik.

f. Ketika seorang atau kedua kontestan jatuh atau terlempar dan tidak ada teknik susulan efektif yang dihasilkan dalam dua detik.

g. Jika kedua kontestan saling menangkap atau berpitingan (CLINCH) masing-masing tanpa melakukan lemparan, atau serangan teknik dalam dua detik. h. Jika kedua kontestan berdiri dan saling menempelkan dada tanpa melakukan

sebuah lemparan / bantingan atau serangan teknik dalam dua detik.

i. Ketika kedua kontestan jatuh, saling menjatuhkan atau melemparkan dan saling bergumul.

j. Ketika sebuah nilai atau pelanggaran diindikasikan dengan sinyal oleh dua orang Juri atau lebih bagi kontestan yang sama.

k. Ketika dalam pertandingan Wasit ada nilai atau pelanggaran yang terjadi – atau situasi dimana pertandingan harus dihentikan untuk alasan keselamatan.

l. Jika ada permintaan dari Manajer Tatami.

PENJELASAN

I. Ketika memulai satu pertandingan, Wasit pertama-tama memanggil kontestan ke garis awal. Jika seorang kontestan memasuki area terlebih dulu, ia harus kembali ke posisinya. Kontestan harus memberi hormat secara benar pada masing-masing pihak lawan, anggukan cepat dianggap tidak sopan dan tidak cukup. Wasit akan memerintahkan saling memberi hormat, ketika tidak ada satupun melakukannya secara sukarela dengan menggerakkan tangannya seperti terlihat pada Lampiran 2. II. Ketika memulai kembali pertandingan Wasit harus memeriksa kedua kontestan

apakah berada pada garis dan posisi yang benar. Kontestan yang melompat-lompat atau gelisah harus disuruh tenang sebelum pertandingan dimulai. Wasit memulai kembali pertandingan dengan penundaan seminimum mungkin.

III. Kontestan akan saling menghormat pada saat mulai dan akhir dari setiap pertandingan.

PASAL 14 : PERUBAHAN

Hanya Komisi Olahraga WKF (sports Commission) dengan persetujuan dari Komisi Eksekutif WKF (Executive Committee) yang dapat mengganti atau mengubah peraturan-peraturan ini.

(29)

PERATURAN PERTANDINGAN KATA

PASAL 1 : AREA PERTANDINGAN

1. Area pertandingan harus datar dan bebas dari bahaya.

2. Area pertandingan harus mempunyai ukuran efisien, sehingga tidak mengganggu penampilan KATA.

PENJELASAN

I. Agar Kata dapat ditampilkan dengan benar, sangat dibutuhkan permukaan yang mulus dan stabil. Biasanya area matras Kumite dapat dipergunakan.

PASAL 2 : PAKAIAN RESMI

1. Kontestan dan Juri harus mengenakan seragam resmi seperti ditentukan dalam pasal 2 peraturan Kumite.

2. Setiap orang yang tidak mematuhi peraturan ini akan dikesampingkan / tidak diikut sertakan.

PENJELASAN

I. Karate-gi tidak boleh diubah-ubah / terlepas selama penampilan KATA.

II. Kontestan yang berpakaian tidak benar akan diberikan satu menit untuk memperbaikinya.

PASAL 3 : PENGATURAN PERTANDINGAN KATA

1. Pertandingan KATA terdiri dari pertandingan perorangan dan beregu. Pertandingan beregu terdiri dari pertandingan antar tim yang terdiri dari tiga orang. Setiap tim terdiri dari putra dan putri. Pertandingan perorangan KATA terdiri dari pertandingan perorangan secara terpisah dalam bagian putra dan putri.

2. Dalam pertandingan KATA system eliminasi dengan repechage (kesempatan kembali) akan diterapkan.

3. Semua jenis KATA yang berasal dari Karate Tradisional boleh ditampilkan namun penampilan KATA yang menggunakan senjata (Kobudo) tidak diijinkan.

Referensi

Dokumen terkait

Pekerjaan pemasangan rambu-rambu tambang yang harus dikerjakan oleh pihak kontraktor ataupun perusahaan yang meliputi : papan blok, pita elevasi, pita batas lahan, pita

Dari hasil perhitungan pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel gaya kepemimpinan tranformasional terhadap prestasi kerja sebesar 0,094, dan hasil pengaruh tidak

Semiotika yang dimaksud di pada judul tersebut diterjemahkan sebagai suatu makna yang terdapat dalam unsur kerangka kawasan (framework), sehingga terjadi suatu pertalian

Pilihan FPAA sebagai basis dari sistem kontrol pH didasarkan pada keunggulannya yaitu daya yang digunakan cukup rendah, hemat komponen karena sudah dalam bentuk

Menurut Sachlan (1982), kelas bacillariophyceae merupakan fitoplankton yang dinding selnya tidak diliputi oleh lendir yang tebal, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai

Membran sel mengandung saluran ion yang membawa ion keluar dari sel sepanjang gradient konsentrasinya, dan saluran ion hydrogen teraktivasi-natrium yang memungkinkan

Hasil analisis penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa Non-Pendas mengikuti Sistem Ujian Online adalah waktu ujian

Kategori ini termasuk areal gambut yang diekstraksi dan lahan yang digenangi air seluruhnya atau sebagian sepanjang tahun (misalnya lahan gambut) dan bukan termasuk sebagai