• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : Widya Adi Kartika Guru SMK SORE Kota Madiun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh : Widya Adi Kartika Guru SMK SORE Kota Madiun"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 238 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Think Pair Share Untuk

Meningkatkan Pemahaman Terhadap Hukum Paten, Hukum Merek Dan Hukum Cipta Indonesia Pada Peserta Didik Kelas X PM SMK Sore Kota

Madiun Tahun Pelajaran 2011/2012.

Oleh :

Widya Adi Kartika Guru SMK SORE Kota Madiun

E-mail : adhieg1@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini mendeskripsikan hasil belajar Kompetensi Kejuruan melalui model pembelajaran think pair share, sebagai upaya meningkatkan pemahaman peserta didik kelas X PM SMK Sore Kota Madiun pada kompetensi dasar “Mengidentifikasi hukum paten, hukum merek dan hukum cipta Indonesia

”. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 siklus, masing-masing siklus terdiridari

4 tahap, yaitu: Perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Kompetensi Kejuruan melalui model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami konsep yang dipelajari, yang dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik melalui rata-rata hasil penilaian proses(tugas) dan hasil post test. Pada siklus I, terdapat 68% peserta didik tuntas belajar. Nilai hasil belajar terendah pada siklus I adalah 60, nilai tertinggi 88. Pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 81% peserta didik tuntas belajar, nilai terendah 64 dan tertinggi 92. Pada siklus III ketuntasan belajar klasikal tercapai yaitu 90 % peserta didik tuntas belajar, nilai terendah 59 dan tertinggi 93.

Kata Kunci : Meningkatkan pemahaman, pembelajaran kooperatif, think pare share

A. PENDAHULUAN

Pembaharuan Kurikulum diarah kan pada kurikulum berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dari suatu jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan suatu jenjang pendidikan, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional mencakup keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran agama masing-masing, memiliki nilai etika, estetika, demokrasi,

toleransi, humaniora, menguasai ilmu,

teknologi, kemampuan akademik,

ketrampilan berkomunikasi, kecakapan hidup, beradaptasi dengan perkembang an lingkungan sosial dan budaya, kemandirian, kreativitas, kesehatan

jasmani dan rochani dan

kewarganegaraan. (Depdiknas, 2003). Proses pembelajaran yang sesuai dengan pendidikan berbasis kompetensi adalah proses pembelajaran yang: (1) Berpusat pada peserta didik, (2) Mengembangkan kreativitas peserta

(2)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 239

didik, (3) Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai, (5) Menyediakan pengalaman belajar yang beragam, (6) Belajar melalui berbuat (Modus Pengalaman Belajar). (Depdiknas, 2003)

Proses pencapaian kompetensi dasar dikembangkan melalui pemilihan strategi pembelajaran yang meliputi

pembelajaran tatap muka dan

pengalaman belajar. Pengalaman

belajar dapat dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas. Jadi kegiatan belajar mengajar ditekankan kepada peserta didik sebagai pembelajar bukan kepada guru yang bertugas sebagai pengajar (Suparno, 1966). Karena

dalam proses belajar mengajar

duperlukan upaya mengembangkan

kemampuan berpikir kritis dalam upaya menguasai seluruh kompetensi yang telah ditentukan. Hal inilah yang diharapkan dalam pendidikan berbasis kompetensi untuk semua mata pelajaran tanpa terkecuali. Apalagi pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yang dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembang kan sikap profesional di bidang kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan, diharapkan menjadi individu yang produktif yang mampu bekerja menjadi tenaga kerja menengah dan memiliki kesiapan untuk menghadapi persaingan kerja.

Namun kenyataan dilapangan masih banyak guru Pemasaran yang

masih menggunakan metode ceramah (termasuk peneliti sendiri), dengan alasan lebih mudah digunakan, praktis dan dapat mencakup materi yang lebih banyak, tanpa berfikir apakah tujuan, fungsi dan pendekatan pengajaran dapat tercapai dengan metode tersebut atau tidak. Pada hal menurut penelitian, materi ceramah yang disampaikan secara lisan murni hanya sekitar 15 % yang dapat diterima pada saat

penyampaian (Susilo, 2001:25).

Dengan demikian akibatnya mata pelajaran Pemasaran menjadi mata pelajaran yang sangat membosankan dan tidak menarik bagi peserta didik.

Kondisi pembelajaran tersebut di atas menyebabkan prestasi belajar peserta didik rendah. Untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik dan merubah kenyataan yang ada selama ini

maka seorang guru kompetensi

kejuruan harus selalu inovatif serta mau

mencoba berbagai metode

pembelajaran serta strategi yang tepat. Untuk itu peneliti beranggapan bahwa model pembelajaran kooperatif metode

Think-Pare-Share, sangat tepat

diterapkan dalam kegiatan

pembelajaran kompetensi kejuruan, karena : 1) Memberikan waktu kepada peserta didik untuk berpikir tentang pertanyaan/masalah yang dilontarkan oleh guru, 2). Memberikan waktu kepada peserta didik untuk bertukar

pendapat, berdiskusi topik

pertanyaan/masalah, 3). Memberikan waktu kepada peserta didik untuk

merumuskan jawaban, tentang

(3)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 240

oleh guru, 4) Memberikan waktu kepada peserta didik untuk melaporkan hasil diskusi kelas maupun hasil diskusi kelompok, 5). Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memahami materi pembelajaran.

Berkaitan dengan pernyataan di atas, maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif

Metode Think Pair Share Untuk Meningkatkan Pemahaman Terhadap Hukum Paten, Hukum Merek dan Hukum Cipta Indonesia Pada Peserta Didik Kelas X PM SMK Sore Kota Madiun Semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012”.

Tujuan penelitian ini untuk

meningkatkan pemahaman peserta

didik kelas X PM SMK Sore Kota Madiun Semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012, terhadap kompetensi dasar “Mengidentifikasi hukum paten, hukum merek dan hukum cipta Indonesia”. Melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperative Metode Think Pair Share. Adapun asumsi tindakannya adalah jJika Model Pembelajaran Kooperative Metode Thing Pair Share diterapkan dalam proses pembelajaran pada kompetensi dasar “Mengidentifikasi hukum paten, hukum merek dan hukum cipta Indonesia”, maka pemahaman peserta didik kelas X PM SMK Sore Kota Madiun Semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012, dapat meningkat.

Untuk memperjelas

permasalahan yang dibahas, dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:

a. Peningkatan pemahaman peserta didik dapat diukur melalui penilaian hasil pembelajaran berupa hasil tes dan hasil penilaian lembar jawaban think dan lembar jawaban pair (sebagai nilai tugas). Nilai tes diperoleh dari hasil post tes setiap akhir siklus tindakan. Hasil belajar dikatakan baik apabila peserta didik telah memperoleh nilai standar Ketuntasan Belajar Minimal ≥ 70 untuk setiap siklus.

b. Model pembelajaran Think Pair Share adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang memperkenalkan ide “waktu berpikir atau waktu tunggu” yang banyak menjadi faktor kuat dalam

meningkatkan kemampuan peserta

didik merespon pertanyaan/menanggapi permasalahan. Nama think-pair-share berasal dari tiga tahap kegiatan peserta didik yang menekankan pada apa yang dikerjakan peserta didik pada setiap tahap (Jones dalam Susilo, 2005). c. Pembelajaran kooperativ adalah

pembelajaran yang secara sadar dan sistimatis mengembangkan interaksi

yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antara sesama peserta didik

sebagai latihan hidup didalam

masyarakat nyata (Nurhadi,dkk, 2004) Atas dasar teori tersebut peserta

didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan temannya. Dengan demikian

pembelajaran kooperatif turut

menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran pemasaran.

(4)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 241 B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada peserta didik kelas X PM SMK Sore Kota Madiun Semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 31 peserta didik.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, karena peneliti berupaya mengkaji lebih mendalam tentang penggunaan model think pair share yang dapat membantu peserta didik

meningkatkan pemahamannya

terhadap kompetensi dasar yang akan dikuasai

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research, sehingga terdapat tindakan-tindakan

untuk perbaikan kegiatan

pembelajaran maupun untuk

peningkatan mutu pembelajaran di kelas (Kasbollah, 1999). Desain penelitian yang digunakan mengacu pada model Kemmis dan M.C. Taggart (1988) yang terdiri dari 4 komponen yaitu : perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Tahap-tahap yang ditempuh dalam penelitian ini mencakup 1) tahap pendahuluan (pra tindakan) dan 2) tahap tindakan. Rincian kegiatan tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tahap Pendahuluan (Pra

Tindakan)

Tahap pendahuluan dilaku

kan sebelum pelaksanaan

Penelitian Tindakan Kelas, untuk mengetahui pengetahuan awal

peserta didik pada kompetensi kejuruan yang dijaring dari hasil ulangan harian pada kompetensi

dasar sebelumnya dengan

menggunakan metode pembelajarn konvensional (ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas).

Selanjutnya pada tahap

pendahuluan juga dilakukan dengan menyampaikan pada para peserta didik bahwa:

a. Pembelajaran kompetensi dasar “Mengidentifikasi hukum paten, hukum merek dan hukum cipta

Indonesia” menggunakan

model TPS.

b. Penjelasan tentang apa, dan

bagaimana langkah-langkah

model TPS.

c. Semua aktifitas saat

pembelajaran akan diamati dan dinilai.

2. Tahap Tindakan

1) Rencana tindakan (Planning) Rencana tindakan yang dibuat meliputi : a) menyusun rencana

pembelajaran, b) menempatkan

peserta didik sesuai denah yang disusun oleh guru, c) menyiapkan Lembar Kerja Peserta didik, d) menyiapkan lembar jawab tahap think dan lembar jawab tahap Pair e) menyiapkan soal ulangan harian/post test, f) menyiapkan angket, dan g)

lembar pengamatan yang akan

digunakan saat mengamati

pembelajaran.

2) Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Semua yang sudah

(5)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 242

diimplentasikan di kelas sebagai berikut:

a. Pendahuluan

- Guru membuka pelajaran dan meminta peserta didik duduk berdasarkan denah yang dibuat guru

- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, indikator

pembelajaran, memberi

motivasi dan mengekplorasi pengetahuan peserta didik.

b. Kegiatan Inti

1. Guru menyampaikan

materi secara garis besar

2. Guru membagikan

Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD),

3. peserta didik secara

individu mengerjakan

LKPD, dan menuliskan

jawaban pada lembar

jawaban think (berpikir sendiri)

4. peserta didik mengerjakan LKPD berkelompok (4 atau 5 peserta didik) dan

menuliskan jawaban

LKPD pada lembar

jawaban pair (berpikir

berpasangan), untuk

presentasi.

5. diskusi kelas (saling sharing)

6. pelaksanaan post test

c. Penutup

1) Peserta didik diberi ulasan singkat tentang

materi yang baru

dipelajari.

2) Guru bersama peserta didik membuat kesimpul an.

3) Pengamatan (Observing)

Pengamatan dilakukan oleh guru bersama kolaborator. Guru dan kolaborator meng amati kinerja peserta didik dalam proses pembelajaran. Kinerja guru diamati oleh kolaborator. Kedua jenis itu menggunakan instrumen yang telah disesuaikan dengan fungsi nya masing – masing.

4) Refleksi (Reflecting )

Setelah menyelesaikan satu siklus peneliti bersama pengamat

melakukan diskusi guna

membahas hasil observasi

terhadap pelaksanaan tindakan, untuk dijadikan sebagai bahan refleksi dalam upaya memper baiki tindakan pada siklus berikutnya.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup : 1) lembar jawaban tahap think, dan tahap pair, 2) jawaban peserta didik dalam menyelesaikan soal post test, 3) hasil pengamatan proses belajar peserta

didik dalam kegiatan diskusi

kelompok dan diskusi kelas, 4) hasil angket respon peserta didik terhadap penggunaan model think pair share 5) catatan lapangan, 6) dokumentasi.

Pengumpulan data dalam

penelitian ini digunakan Instrumen sebagai berikut :

(6)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 243

Sudjana (2001) menjelaskan tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberi kan kepada peserta didik untuk mendapat jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau

dalam bentuk perbuatan (tes

tindakan).

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti yang telah didiskusikan dengan teman sejawat, berupa ulangan harian, berbentuk soal uraian.

2) Angket

Angket diberikan kepada peserta didik setelah keseluruhan pembel ajaran selesai, bertujuan untuk memperoleh respon peserta didik terhadap penggunaan model think pair share.

3) Observasi

Observasi dilakukan secara menye luruh dalam kelas, untuk mengamati

aktivitas peserta didik selama kegiatan pembelajaran, sebagai upaya untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan plaksanaan tindakan.

4) Catatan Lapangan

Catatan lapangan dilakukan untuk mendiskripsikan kegiatan pembel ajaran, dalam rangka memperoleh data secara objektif, yang tidak tertulis dalam lembar obsevasi selama pemberian tindakan, sebagai bahan pertimbangan penyempurnaan tindakan selanjutnya.

C. HASIL PENELITIAN Siklus I

Dari hasil Observasi dan Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti bersama pengamat diperoleh data sbb:

(7)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 244

Berdasarkan nilai akhir proses dan hasil belajar masih terdapat 11 (32 %) peserta didik yang harus mengalami remidi.

Sesuai hasil observasi dan hasil evaluasi, ada beberapa catatan penting selama siklus I antara lain: a) Ketika mengerjakan lembar jawab Think, peserta didik terkesan kurang siap, karena memerlukan waktu relatif lama, b) beban anggota kelompok dalam menjawab pertanyaan tidak merata, c) peserta didik nampak kurang bersemangat dalam mengikuti jalannya diskusi kelas, d) diskusi kelas kurang

berjalan dengan baik, peserta didik kurang aktif.

Siklus II

Pada siklus 2 tahap-tahap

pelaksnaannya hampir sama dengan pelaksanaan siklus I, perbedaannya ada pada bagian-bagian tertentu yang merupakan tindak lanjut dari hasil refleksi pada siklus I.

1) Rencana Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka siklus II direncanakan sebagai berikut:

a) Menyusun rencana pembelajar an yang meliputi penyusunan LKPD

(8)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 245

b) Peneliti menyampaikan kepada peserta didik untuk mempersiap

kan diri dalam kegiatan

pembelajaran berikutnya dengan cara membaca materi yang dipersiapkan sebagai sumber belajar dan akan memberi penghargaan kepada peserta didik yang aktif dalam proses pembelajaran berupa bonus tambahan nilai.

2) Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus II, wujud pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut: a) Peneliti sebagai guru membuka

pelajaran dengan meminta

peserta didik duduk dalam formasi tempat duduk sesuai denah yang dibuat guru

b) Guru membagikan LKPD dan Lembar Jawaban Tahap Think c) Peserta didik secara mandiri

mengerjakan LKPD.

d) Guru meminta peserta didik

mengerjakan LKPD secara

berpasangan dengan teman

sekelompok (4-5 orang peserta

didik) dan menuliskan

jawabannya pada Lembar

Jawaban Tahap Pair sebagai bahan presentasi ( diskusi kelas/ tahap share)

e) Guru meminta salah satu kelompok secara bergantian untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, anggota kelompok lain menanggapi. f). Guru meminta peserta didik

mengatur anggota dalam kelom pok saat pelaksanaan presentasi, sebagai berikut: 1 orang yang presentasi, 1 orang sebagai notulis, 2-3 orang membantu menjawab pertanya an teman saat diskusi kelas

g). Guru memperbaiki miskonsepsi peserta didik dan bersama

peserta didik membuat

kesimpulan.

h) Guru mengumpulkan lembar

jawaban tahap TPS dan

mengecek hasil diskusi

i). Peneliti melaksanakan post test sub konsep, hak merek

3) Observasi dan Evaluasi

Seperti halnya pada siklus I, observasi dilakukan terhadap aspek- aspek yang sesuai dengan petunjuk lembar observasi. Dari hasil observasi dan evaluasi diperoleh data, sebagai berikut:

(9)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 246

Dari data nilai akhir proses dan hasil belajar, masih terdapat 6 peserta didik (19%) yang harus melakukan remidi. Dengan demikian pada siklus yang ke II ini Ketuntasan Minimal secara klasikal (85 %) belum terpenuhi. 4) Refleksi

Sesuai hasil observasi dan hasil evaluasi siklus II, meskipun ketuntasan minimal klasikal belum tercapai namun pembelajaran yang sudah berlangsung lebih baik dibandingkan dengan siklus I,

Siklus III

Rencana Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, maka siklus III direncanakan sebagai berikut:

a).Menyusun rencana pembelajaran yang meliputi penyusunan LKPD, untuk sub konsep : 1) Hak Cipta, 2) Menyiapkan soal post tes-

b).Peneliti menyampaikan kepada peserta didik untuk merangkum materi yang dipersiapkan sebagai sumber belajar, sehingga speserta didik siap untuk mengerjakan LKPD.

Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus III, wujud pelaksanaan tindakan pada hari Senin, tanggal.3

(10)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 247

Oktober 2011 ( 4 x 45 menit) adalah sebagai berikut:

a). Peneliti sebagai guru membuka pelajaran dengan meminta peserta didik duduk dalam formasi tempat duduk sesuai denah yang dibuat guru b).Peserta didik duduk berdasarkan

denah, guru membagikan LKPD dan Lembar Jawaban Tahap Think

c). Peserta didik secara mandiri mengerjakan LKPD dengan melihat hasil rangkuman yang sudah dibuat, sesuai pembagian waktu yang telah ditentukan oleh peneliti.

d). Guru meminta peserta didik

mengerjakan LKPD secara

berpasangan dengan teman

sekelompok ( 4-5 orang peserta didik) dan menuliskan jawabannya pada Lembar Jawaban Tahap Pair sebagai bahan presentasi ( diskusi kelas/ tahap share)

e). Guru meminta salah satu kelompok

secara bergantian untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, anggota kelompok lain menanggapi.

f).Guru meminta peserta didik mengatur

anggota dalam kelompok saat

pelaksanaan presentasi. Anggota kelompok diatur sebagai berikut: 1

orang yang presentasi, 1 orang sebagai notulis, 2-3 orang membantu menjawab pertanyaan teman saat diskusi kelas, dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang belum pernah menjawab pertanyaan supaya diberi kesempatan untuk menjawab dengan bantuan anggota kelompok yang lain

g). Guru dan pengamat mencatat semua temuan dalam kegiatan pembelajaran h). Guru memperbaiki miskonsepsi

peserta didik dan bersama peserta didik membuat kesimpulan.

i). Guru mengumpulkan lembar jawaban tahap TPS dan mengecek hasil diskusi

j). Guru dan pengamat mencatat semua temuan dalam proses pembelajaran. k). Peneliti melaksanakan post test sub

konsep, Hak Cipta

l). Peserta didik mengisi angket

pembelajaran model TPS yang

dibagikan oleh peneliti

m). Peneliti mengumpulkan angket

Observasi dan Evaluasi

Dari hasil obsercasi dan evaluasi diperolaeh data sbb:

(11)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 248

Dari nilai akhir proses dan hasil belajar siklus III, tinggal 3 peserta didik (10 %) yang harus melakukan remidi.

Refleksi

Sesuai hasil observasi dan hasil evaluasi, ada beberapa catatan penting pada siklus III sebagai berikut: a) Pembelajaran sudah berlangsung baik, b) tinggal 3 peserta didik (10 %) yang

tidak tuntas, berarti batas ketuntasan minimal secara klasikal terpenuhi.

3. Hasil analisis Respon Peserta Didik

Hasil analisis mengenai respon peserta didik terhadap pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair Share, diperoleh skor rata-rata sebesar 4,54 atau berada pada skala sikap sangat setuju atau sangat berminat.

(12)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 249

Pemahaman peserta didik

terhadap “Hak Paten” yang dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik pada siklus I masih belum memenuhi kriteria keberhasilan. Hal ini terjadi dimungkinkan karena peserta didik belum pernah menggunakan model pembelajaran think pair share. Pada saat presentasi/diskusi kelas belum ada pembagian tugas yang jelas antar anggota kelompok, dan pada saat diskusi kelas nampak peserta didik

kurang percaya diri dalam

mengemukakan pertanyaan, menjawab

pertanyaan maupun mengajukan

pendapat dan sanggahan.

Pada siklus II, peserta didik mengerjakan tugas dengan lebih baik, hal ini dimungkinkan peserta didik

telah memahami langkah-langkah

kegiatan dalam model pembelajaran TPS dan sudah mempersiapkan diri dengan membaca materi. Kegiatan diskusi juga telah mengalami kemajuan baik diskusi pada tahap pair maupun tahap share, peserta didik mulai menunjukkan rasa percaya dirinya yang ditandai dengan penampilan mereka yang tidak lagi ragu-ragu

mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya. Pembagian tugas

diantara kelompokpun sudah mulai nampak lebih baik, pembagian tugas

antara anggota kelompok mulai

imbang, tidak lagi didomnasi oleh anggota kelompok yang pandai.

Pada siklus III, peserta didik mengerjakan lembar think dengan lebih baik dan lebih siap, waktu yang diperlukan relatif sesuai dengan yang

telah ditentukan, hal ini dimungkinkan karena peserta didik telah memahami langkah-langkah kegiatan dalam model pembelajaran TPS dan sudah lebih

mempersiapkan diri dengan

merangkum materi pada waktu

sebelumnya. Aktivitas diskusi sudah mengalami kemajuan baik diskusi pada tahap pair maupun tahap share, suasana diskusi yang sangat dinamis jika dibandingkan pada siklus I dan siklus II. Sebagian besar peserta didik menunjukkan rasa percaya dirinya yang ditandai dengan penampilan mereka yang tidak lagi ragu-ragu

mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya, mereka juga dapat menjawab pertanyaan temannya dengan baik.

Bagi peserta didik, kegiatan bertanya (Quationing) merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan bertanya dapat

menggali informasi,

mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui ( Nurhadi, 2002).

Disamping itu peserta didik juga nampak mulai membangun kerjasama

dan interaksi dengan teman

kelompoknya. Tercipta keakraban diantara anggota kelompok merupakan faktor pendukung terbentuknya suasana diskusi kelas yang dinamis sehingga tercipta masyarakat belajar ( learning community). Masyarakat belajar terjadi apabila ada poses komunikasi dua arah, seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi

(13)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 250

yang diperlukan oleh teman bicaranya sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan oleh teman belajarnya (Nurhadi, 2002).

Kenyataan di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran TPS dapat memaksa pesera didik untuk berpikir tentang ranah isi (content domain) agar mengenal dan menguji konsep-konsep penting yang dipelajari dan menilai maknanya. Dalam hal ini telah tercipta pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching And Learning). Pembelajaran kontekstual terjadi apabila peserta didik menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkandengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang

berhubungan dengan peran dan

tanggung jawab mereka sebagai

anggota keluarga, warga negara, peserta didik dan tenaga kerja (University of Washington, 2001 dalam Nur, 2001).

Dengan demikian melalui model pembelajaran, waktu pembelajaran yang diatur secara efektif dan efisien,

maka pemahaman peserta didik

terhadap suatu konsep semakin

tertanam dalam ingatannya, dan akhirnya akan memudahkan peserta didik dalam meningkatkan hasil belajarnya.

Dari hasil pembelajaran siklus I,

II dan III dengan pendekatan

kontekstual melalui model

pembelajaran think pair share dapat memperbaiki kualitas pembelajaran dan hasil belajar. Nilai yang diperoleh pada siklus III telah memenuhi KKM yang ditetapkan oleh peneliti sekaligus

guru Kompetensi Kejuruan SMK Sore Kota Madiun.

Respon Peserta Didik Terhadap Model Pembelajaran Think Pair share

Berdasarkan analisis respon peserta didik yang telah dilakukan, didapatkan bahwa respon peserta didik terhadap strategi model pembelajaran think pair share sebesar atau berada pada skala sikap sangat setuju. Melalui penelitian ini dapat dijelaskan secara

umum bahwa strategi model

pembelajaran think pair share dapat meningkatkan perhatian (attention), relevansi (relevance), keyakinan

(confidence), dan kepuasan (satisfication) hal ini disebabkan karena melalui model pembelajaran think pair share peserta didik memiliki kemauan yang tinggi untuk belajar, sangat tertarik dan senang belajar, lebih cepat memahami materi, termotivasi untuk belajar, terbantu menyelesaikan masalah, meningkat penalarannya, terbantu untuk berpikir kritis, memiliki

keberanian untuk mengeluarkan

pendapat, merasa lebih dihargai dalam mengeluarkan pendapat dan dapat memanfaatkan waktu belajar secara baik.

Dengan demikian model

pembelajaran TPS, dapat mengubah pembelajaran dari yang “teacher

centered” menjadi “student centered”,

dimana pembelajaran akan menjadi semakin bermakna, sehingga para peserta didik dapat berhasil dalam proses pembelajarannya.

(14)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 251 D. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Pemahaman peserta didik kelas X

PM SMK Sore Kota Madiun

terhadap Kompetensi Dasar

“Mengidentifikasi hukum paten, hukum merek dan hukum cipta Indonesia ” dapat meningkat

dengan mnggunakan model

pembelajaran think pair share, yang dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik melalui rata-rata hasil penilaian proses(tugas) dan hasil post test (produk), Pada siklus I, 68% peserta didik yang tuntas belajar, dan 32 % peserta didik yang harus mengalami remidi. Nilai hasil belajar terendah pada siklus I adalah 60, nilai tertinggi 88. Pada siklus II 81 % peserta didik tuntas belajar dan 19% yang harus menjalani remidi dengan nilai terendah 64 dan nilai tertinggi 92. Pada siklus III 90 % peserta didik tuntas belajar dan 10% yang masih harus menjalani remidi dengan nilai terendah 59 dan nilai tertinggi 93.

2. Respon peserta didik terhadap penggunaan model pembelajaran

think pair share pada Kompetensi

Dasar “Mengidentifikasi hukum paten, hukum merek dan hukum cipta Indonesia ” menunjukkan respon yang positif.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas sebagaimana diuraikan di atas, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi tenaga pengajar yang tertarik menggunakan model pembelajaran

think pair share seyogyanya mempertimbangkan hal-hal seperti : kesiapan guru, kesiapan peserta didik, ketersediaan waktu untuk menyusun bahan pembelajaran. 2. Untuk memudahkan peserta didik

dalam mengikuti proses

pembelajaran sebaiknya

memberikan tugas untuk

mempelajari materi yang akan dibahas

3. Bagi peneliti lain yang berminat menggunakan pembelajaran model

think pair share dapat dikembangkan lebih lanjut pada materi yang lain dalam mata pelajaran Kompetensi Kejuruan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara

Bllom, S. Benyamin, 1968. Mastry

Learning. New York : Holt,

Rinehart and Wiston, Inc.

Corebina, 2002. Pembelajaran

Kontekstual. Jakarta: Direktorat

Sekolah lanjutan Tingkat

Pertama. Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan

Menengah Departemen

(15)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 252

Depdiknas, 2007. Model Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdikbud,

dirjen dikdasmen, direktorat Pendidikan Menengah.

Kemmis, S. & Mc Taggart, R. 1988.

The Action Research Planner.

Victoria: Deakin Univrsity Press.

Milles, M. B. & Huberman, A.M. 1992.

Analisis Data Kualitatif.

Terjemahan oleh Tjetjep

Rohendi Rohidi. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Moleong, L. J. 1994. Metodologi

Penelitian Kualitatif. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Nur, M. 2002. Buku Panduan

Ketrampilan proses dan hakikat Sains. Surabaya: UNESA-University Press.

Nurhadi. 2002. Pendekatan

Kontekstual (Contextual teaching and Learning)

Cendekia

Sudjana, N. 2001. Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar.

Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Susilo, Herawati. 2002. Pembelajaran

Kontekstual untuk peningkatan Pemahaman Peserta didik.

Makalah Disampaikan pada

Kegiatan Peningkatan

pembelajarandi SMU LAB UM pada Tanggal 16 januari

Susilo, Herawati. 2005. Pembelajaran

Kooperatif Think Pair share.

Makalah Pelatihan PBMP pada

Pembelajaran dengan tema

“Pembelajaran dengan

Kemampuan Berpikir selama Pembelajaran sebagai Langkah

strategis Implementasi

Kurikulum 2004” bagi Para guru dan Mahapeserta didik Sains Biologi dalam rangka RUKKVA tanggal 25 Juni Winkel, 1996. Psikologi Pengajaran

Edisi Revisi. Jakarta. Gramedia

Referensi

Dokumen terkait

Alasan yang kedua, berhubungan dengan iman Kristen dan kebudayaan, dalah satu dari narasumber yang menolak atas penggantian media perjamuan mengatakan bahwa media

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternak kerbau memiliki nilai rataan luas penampang otot, luas fasikulus dan jumlah otot perfasikulus tertinggi dibanding dengan daging sapi..

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

Kajian ini hanya memfokus kepada bidang pertanian dan khusus kepada penuai sawit yang menggunakan alat pahat bagi aktiviti penuaian.Reka bentuk pahat yang digunakan secara manual

Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang telah membantu banyak bagi penulis dalam proses

Blog yang merupakan kependekan dari “Web Log” adalah sebuah situs Web dengan menu tulisan, komentar, termasuk material grafik dan video yang biasanya dioperasikan

Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta memberikan kesehatan,

Bila kita uraikan wewenang Kejaksaan sebagai Penuntut Umum, yang terdapat dalam KUHAP adalah 9 , menerima pemberitahuan dari penyidik dalam hal penyidik telah mulai